You are on page 1of 3

RESISTANSI UMKM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI DI ERA

SEKARANG
Artikel ini disusun guna Ulangan Tengah Semester
Mata kuliah:Bahasa Indonesia Karya Ilmiah
Dosen Pengampu: Citra Rizky Lestari M.Pd

Disusun oleh:
Raviva Nabila Majid (23020160052)
Laely khaerunnisa (23020160056)
Adibah Chadzik (23020160071)
Yahya Haidar Muhammad (23020160076)
Muhammad Mukhlis Rifky (23020160066)
Muhammad Hilla Alqin H.P (23020160053)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO 2023
Warung Bu Ning merupakan salah satu warung yang sudah berdiri sejak tahun 1977.
Nama warung ini diambil dari nama pemilik warung itu sendiri yaitu Ibu Ning, Bu Ning
menuturkan bahwa modal awal dari usahanya sebesar 20 ribu. Dimulai dari berjualan rokok
satu bungkus Bu Ning memulai usahanya. Pada tahun 2000 Bu Ning berfokus pada bidang
kuliner. Namun, seiring dengan berjalan waktu, dikarenakan semakin banyaknya mahasiswa
IAIN Walisongo dan semakin banyaknya kebutuhan para mahasiswa maka, Bu Ning
meningkatkan komoditas dagangnya yang awalnya hanya berfokus pada makanan, merambah
pada barang - barang perlengkapan seperti sabun, pasta gigi, shampo, buku, pulpen, bahkan
gas pun ada.
Warung Bu Ning tidak sepenuhnya merupakan hasil dari jerih payah Bu Ning sendiri
namun, ada sedikit warisan dari orang tua Bu Ning. Bu Ning mewarisi minat berdagang dari
orang tuanya dibandingkan dengan saudara saudaranya yang lain yang memilih pekerjaan
lain. Pada awal merintis usaha letak warung bu ning berada di tempat yang sekarang kita
sebut dengan JURAS (Jurang Asmara) spesifikasi tempatnya yaitu di bawah pohon mangga
di letter L. pada saat Pembangunan UIN, tanah yang ditempati warung Bu Ning dibeli guna
untuk membangun jalan yang menghubungkan kampus 2 dan kampus 3. Setelah itu Bu Ning
pindah ke perumahan bank niaga yang terletak di belakang kompleks UIN. Setelah
kepindahan warung Bu Ning ke Perumahan Bank Niaga, Bu Ning memutuskan membeli
kendaraaan untuk mempermudah akses dalam perniagaan seperti membeli barang ke pasar.
Dulu warung Bu Ning disebut sebagai Warung Utangan, karena banyak mahasiswa
yang berhutang di warung tersebut. Ada pula beberapa mahasiswa yang sampai lulus tidak
kunjung melunasi hutang yang ada di warung Bu Ning tersebut. Sampai akhirnya Bu Ning
melakukan perjanjian dengan pihak UIN yang mana isi perjanjian tersebut berisi “sebelum
kelulusan diwajibkan untuk melunasi hutang yang ada di warung Bu Ning terlebih dahulu”.
Bu Ning bercerita bahwa rintangan dalam membuka usaha perniagaan seperti warung
adalah konsistensi dalam pelaksanaannya. Selain itu juga mengambil kepercayaan dari rekan
bisnis seperti sales dan retail. Karena pada dasarnya mencari kepercayaan dari orang lain itu
sulit, apalagi dalam sebuah bisnis, diperlukan waktu yang lama untuk mendapatkan
kepercayaan tersebut.
Dalam sejarah berdirinya warung usaha tersebut, Bu Ning bercerita bahwa ada dua
peristiwa yang sempat mengguncang perekonomian Bu Ning. Yang pertama adalah peristiwa
krisis moneter tahun 1997 dan yang kedua adalah wabah Covid tahun 2021. Tetapi menurut
Bu Ning sendiri, wabah Covid jauh lebih menyengsarakan daripada krisis moneter,
dikarenakan seluruh kegiatan jual beli berhenti total dan pemerintah juga memberi batas jam
operasional buka usaha yang mana hal tersebut membatasi pemasukan yang didapat oleh Bu
Ning.
Dari usaha Bu Ning tersebut, Bu Ning bisa membiayai ke empat anaknya hingga saat
ini. Bu Ning mempunyai empat anak, anak pertama sudah menikah dan sudah mempunyain
kehidupan sendiri, Anak kedua berhasil mendapatkan beasiswa di UDINUS prodi ilmu
komunikasi dan saat ini sudah menjejak semester 5, anak ketiga masih bersekolah di bangku
SMA kelas 2, sedangkan anak terakhir masih sekolah di bangku SMP kelas 3. Walaupun
penghasilan Bu Ning pas-pasan, namun Bu Ning merasa cukup dan bersyukur kepada Allah
SWT.

You might also like