Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Study the application of the precautionary principle in environmental protection
and management in agriculture for excellence varieties of genetically modified products
get answers: First; Ignoring the principle of prudence in Environmental Protection and
Management in the Regulation of the Minister of Agriculture Policy No. 61 /
Permentan / OT.140 / 10/2011 on Testing, Assessment, Waiver and Withdrawal
varieties, there is a tendency to Regulation is made only for the sake of short-term and
to mengakomudir interests of investors and entrepreneurs, as well as ignoring the
precautionary principle in the product of genetic engineering. The Second; Due to
Neglect Law Precautionary Principle in Agricultural Policy Regulation No. 61 /
Permentan / OT.140 / 10/2011, causing chaos or legal uncertainty, so the validity
ineffective and inefficient. The Third; Results Formulation Formulation of Policy
Regulation of the Minister of Agriculture No. 61 / Permentan / OT.140 /
10/2011 on Testing, Assessment, Waiver and Withdrawal varieties responsive and
accommodating to the precautionary principle in environmental protection and
management in Indonesia, done with the precautionary principle as set out in Article 2f
UUPPLH with description and Article 3 of Regulation No. 21 of 2005 and an
explanation, and as the implementation of the precautionary principle before
melakukakn assessment activities, Waiver and Withdrawal varieties must pass the
EIA, Environmental Permits and Environmental Risk Analysis.
Abstrak
Penelitian penerapan prinsip kehati-hatian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dibidang pertanian untuk keunggulan varietas produk rekayasa genetik mendapatkan jawaban:
Pertama; Pengabaikan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup dalam Peraturan Kebijakan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/Ot.140/10/2011 tentang
Pengujian, Penilaian, Pelepasan dan Penarikan Varietas, ada kecenderungan Permentan ini dibuat
hanya demi kepentingan jangka pendek dan untuk mengakomudir kepentingan investor dan pengusaha,
serta mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam produk rekayasa genetik. Kedua; Akibat Hukum
Pengabaian Prinsip Kehati-Hatian Dalam Peraturan Kebijakan Pertanian No.
61/Permentan/Ot.140/10/2011, menimbulkan kekacauan atau ketidak pastian hukum, sehingga
keberlakuannya tidak efektif dan efisien. Ketiga; Hasil Formulasi Rumusan Peraturan Kebijakan
Menteri Pertanian No. 61/Permentan/Ot.140/10/2011 tentang Pengujian, Penilaian, Pelepasan
dan Penarikan Varietas yang responsif dan akomodatif terhadap prinsip kehati-hatian dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia, dilakukan dengan mengedepankan
prinsip kehati-hatian seperti yang telah diatur pada Pasal 2f UUPPLH beserta penjelasannya dan
Pasal 3 PP Nomor 21 tahun 2005 beserta penjelasannya, dan sebagai implementasi dari prinsip
kehati-hatian sebelum melakukakn kegiatan Penilaian, Pelepasan dan Penarikan Varietas harus
sudah lulus AMDAL, Izin Lingkungan dan Analisis Resiko Lingkungan.
A. Pendahuluan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang selanjutnya disebut UUD NRI 1945 mengamanatkan pemerintah,
pengusaha, dan seluruh unsur masyarakat wajib melakukan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, dalam pelaksanaan pembangunan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.1 Ketentuan Pasal 28H ayat (1)
dan Pasal 33 ayat (1-5) UUD NRI 1945 merupakan norma dasar dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia.2
Kewenangan negara dalam UUD NRI 1945 sebagai dasar hukum
tertinggi memiliki nilai luhur yang dalam pembukaannya disebutkan antara
lain: Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertibaan dunia yang berdasar kemerdekaan
kebangsaan, perdamaian yang abadi dan keadilan sosial.
Sebagai landasan konstitusional Negara Republik Indonesia UUD
NRI 1945 lebih lanjut mengatakan agar sumber daya alam dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kemakmuran tersebut
haruslah dapat dinikmati baik oleh generasi masa kini maupun generasi
mendatang. UUD NRI 1945 menetapkan bahwa pembangunan tidak
hanya mengejar kemakmuran lahiriah atau kepuasan batinia saja akan
3Pasal 2 UUPA menyatakan bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan diberikan kewenangan untuk: (1)
Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan
bumi, air dan ruang angkasa. (2) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum
antara orang-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa. (3) Menentukan dan mengatur
hubungan-hubungan hukum antara orang dan peraturan-peraturan hukum yang
mengenai bumi, air, dan ruang angkasa.
5D. Marrani, “Human Rights and Environmental Protection: The Pressure of the Charter for
the Environment on the French Administrative Courts”, Sustainable Development Law and Policy
Vol. 10, 2009: p. 52. Lihat pula: W. Pedersen, “European Environmental Human Rights and
Environmental Rights: A Long Time Coming?”, Georgetown International Environmental Law
Review, Vol. 21, 2008: hlm. 108-109; J.R. May, “Constituting Fundamental Environmental
Rights Worldwide”, Pace Environmental Law Review, Vol. 23, 2005-2006: p. 113; dan B.W.
Cramer, “The Human Right to Information, the Environment and Information about
the Environment: From the Universal Declaration to the Aarhus Convention”,
Communication Law and Policy, Vol. 14, 2009: p. 89. Meski demikian, Asshiddiqie menyebut
bahwa pengadopsian Piagam Lingkungan 2004 ke dalam Konstitusi Perancsi terjadi pada
tahun 2006. Lihat: J. Asshiddiqie, Green Constitution: Nuansa Hijau Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Jakarta: Rajawali Press, 2009), p. 60-61. Andri G.
Wibisana, Konstitusi Hijau Perancis: Komentar atas Asas Kehati-hatian dalam Piagam
Lingkungan Perancis 2004, Jurnal Konstitusi, Volume 8, Nomor 3, Juni 2011 ISSN 1829-
7706 p. 208-209.
6 M. Geistfeld, seperti dikutip oleh Andri G. Wibisana, Konstitusi Hijau Prancis;
Komentar Atas Asas Kehati-Hatian Dalam Piagam Lingkungan Prancis, Jurnal Konstitusi Vol 8
Nomor 3, 2011, p. 241.
7Mas Achmad Santosa, Good Governance dan Hukum Lingkungan, (Jakarta, 2001) p.
166.
8 J. Asshiddiqie, Asshiddiqie, J. Green Constitution: Nuansa Hijau Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta: Rajawali Press, 2009, p. 65.
9 Wibisana, G. Andri, Theree Principles of environmental law: The Polluter-Pays Principle,
The Principle of Prevention, and the Precautionary Principle, dalan Michael & Nicole Niessen
(udited) environmental law in Development, Lesson from the Indonesia Experince,
Cheltenham UK-Nothampon, MA, USA: Edward Elgar Publishing, Inc, 2006, p. 41.
10 Wibisana, G. Andri, Konstitusi Hijau Perancis: Komentar atas Asas Kehati-
hatian dalam Piagam Lingkungan Perancis 2004, Jurnal Konstitusi, Volume 8, Nomor 3,
Juni 2011 ISSN 1829-7706 p. 242-243.
Principle, dalam The Precautionary Principle and International Law, The Challenge of
Implementation. Hague: Kluwer Law International, p. 12.
12 Ibid, p.12.
Daftar Pustaka