You are on page 1of 3

RESTORASI GERAKAN INTELEKTUAL IMM DI AKAR RUMPUT

Oleh: Nadia Rahmah

Kaum intelektual pada dasarnya adalah sosok kaum yang mampu memberikan jawaban
dan solusi atas segala bentuk permasalahan, tidak saja pada dirinya, melainkan pada
masyarakat disekelilingnya.1 Namun, berbicara mengenai realita gerakan intelektual
IMM secara keseluruhan pada kehidupan yang riil dewasa kini, nampaknya masih banyak
didapati gerakan kosong yang tidak memberikan titik koneksi antara kehadiran IMM
untuk mengurai, memperbaiki serta menawarkan solusi dengan permasalahan yang kian
hari kian kompleks.

Persoalan yang paling mendasar yang kemudian hadir dalam hal ini adalah sudah sejauh
mana gerakan intelektual IMM dapat memberikan pengaruh dan manfaat baik kepada
batang tubuh ikatannya sendiri, maupun kepada masyarakat secara luas.

Menginjak usia ke-59, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah hari ini tidak lagi muda.
Euforia mengudara memenuhi atmosfer kader IMM dimanapun mereka berada, sebab
memasuki momentum untuk sedikit banyak mengenang tinta emas pergerakan yang telah
dilewati hingga sampailah pada usianya kini. Tak juga patut dilupakan bahwa perlu
adanya evaluasi untuk mengulas problematika gerakan yang acapkali tak nampak dalam
pandangan kaum intelektual.

Salah satunya adalah romantisasi sejarah yang dilakukan oleh kader IMM secara berlarut-
larut dan berakhir membawakan IMM pada raibnya esensi gerakan intelektual. Belum
lagi didukung dengan power kader yang dikuras habis oleh panjangnya proses wacana
pergerakan tanpa adanya aktualiasasi dilapangan. Pada akhirnya IMM tidak mampu
merubah situasi apapun, dan tidak lagi memiliki social power.

Sebagai sedikit bukti dari raibnya esensi gerakan intelektual IMM adalah dengan adanya
beberapa artikel yang muncul disalah satu platform media digital yang bertajuk “Matinya
gerakan intelektual IMM”2, kemudian tajuk lain seperti “Melihat Kondisi IMM Hari ini,
Makin Biasa Saja”3, dan lain-lain dengan titi mangsa dimuat antara tahun 2018 – 2022.
Artinya, persoalan ini belum lama dibahas dalam beberapa tahun terakhir. Dan
nampaknya belum menemukan hilal pemecahan masalah.
Berangkat dari hal ini, saya rasa perlu adanya restorasi gerakan yang dilakukan mulai dari
akar rumput pimpinan. IMM harus kembali mengutamakan kualitas anggota, melimitasi
dispensasi persyaratan pada prosesi perkaderan dan pemilihan kepemimpinan agar lebih
sistemis pun tidak terlena dalam kondisi tersungkur, dan bobrok. Pengawalan proses
follow up pasca perkaderan juga menjadi hal yang perlu digaris bawahi, rencana tindak
lanjut jangan dibiarkan menjadi agenda bodong yang dibiarkan asal-asalan dan kontra
produktif atau bahkan tidak dilaksanakan sama sekali.

Peluasan radius pemahaman kader di akar rumput mengenai isu-isu sosial juga barangkali
bisa menjadi daya tawar untuk menjadi langkah awal pergerakan intelektual IMM,
sebelum kemudian diterjemahkan dan diaplikasikan dalam bentuk gerakan.
Bersinggungan lansung dengan bentuk gerakan, wajah baru dari pengejawantahan
gerakan intelektual juga sangat dinantikan, formulasi gerakan yang lebih inovatif ini
diharapkan mampu menjadi pematik semangat gerakan diberbagai kalangan, lebih
spesifik bagi kader diakar rumput itu sendiri.

Tak terkecuali kesadaran akan medan juang yang dihadapi IMM. Spirit berfikir kritis
adalah substansi yang perlu ditanamkan pada akar rumput pimpinan. Kehadiran kader
tidak dihalalkan untuk hanya sekedar menjadi followers yang tidak mampu memimpin
wacana publik. Tidak juga untuk hanya sekedar panjat sosial, seolah-olah membumikan
keadilan, menyuarakan kebenaran, padahal usut punya usut berniat tak lebih untuk
mendapati gelar “sipaling kritis”.

Selain dari memiliki social power, IMM juga memiliki peran peran penting sebagai social
control, dan agen of change, dimana gerakan-gerakan yang diperlukan bukanlah lagi
tentang ceremony yang bersifat jangka pendek, akan tetapi dipelukan advokasi yang
bernilai jangka panjang. Kehadiran peran intelektual pada batang tubuh IMM perlu
sepadan dengan apa yang menjadi cita-cita masyarakat, terutama untuk memberikan
nafas panjang pada kaum mustad’afin.

Barangkali, memiliki social power, menjadi social control dan agen of change
memanglah tidak mudah, hanya saja bukan berarti tidak mungkin untuk dilakukan.
Berangkat dari hal ini, adanya restorasi yang dilakukan adalah bertujuan untuk
mengembalikan kekuatan IMM yang tengah mengalami degradasi kepada kejayaannya
seperti semula. Sebab ini adalah tanggung jawab kita semua. Sekalipun saya menuliskan
restorasi gerakan intelektual IMM diakar rumput pimpinan, bukan berarti rakanda
IMMawan dan IMMawati yang telah menduduki level pimpinan diatas tidak perlu
melakukan restorasi juga. Melainkan perlu adanya kolaborasi antara akar rumput sampai
dengan pimpinan pusat sekalipun.

Girang rasanya jika suatu saat dapat menemukan IMM dalam keadaan berjaya dan
memiliki social power tanpa kekurangan satu apapun, meski dengan segala halang rintang
yang mengisi perjalanan perjuangan cita-cita luhurnya. Harapannya dengan adanya
restorasi gerakan intelektual IMM di akar rumput yang disambut baik oleh semua elemen
IMM, dapat menghasilkan demonstrasi yang baik dari tajuk Milad Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah yang ke-59 ini, yaitu “Bergerak Bersama Membangun Peradaban”.

Dengan berpegang teguh pada basis nilai dan identitas ikatan, memiliki Religiusitas,
Intelektulitas dan Humanitas adalah bentuk kehormatan serta kebanggan bagi diri sendiri
yang tentunya merupakan harga mati yang tidak perlu ditawar lagi. Maka sudah
sepatutnya kita mengevaluasi dan mulai mengisi kekosongan-kekosongan yang ada
dalam batang tubuh ikatan. Sebab kita adalah “Cendikiawan Berpribadi” yang anggun
dalam bermoral, dan unggul dalam intelektual dalam mewujudkan akademisi islam yang
berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan persyarikatan, yaitu Muhammadiyah.

IMM, JAYA!!!
IMM, JAYA!!!
IMM, IMM, IMM. JAYA, JAYA, JAYA!!!

*Referensi :
1 Genealogi Kaum Merah hlm.206
2 madrasahdigital.co
3 ibtimes.id

You might also like