Professional Documents
Culture Documents
3680 10478 1 SM
3680 10478 1 SM
php/visikes 18
dan bisa diakses di fasyankes untuk diindeks sama persis dengan nama
menjamin keselamatannya. asli hanya nama perempuan, misalnya
Hal ini harus dimulai dengan Desi Ariyani diindeks menjadi Desi
penerapan tertib administrasi rekam Ariyani. Sedangkan nama laki-laki atau
medis, khususnya di puskesmas yang mengandung nama laki-laki yang
(8)
sebagai fasyankes primer . Jadi, terdiri atas lebih dari 1 (satu) nama
sistem yang diterapkan juga harus akan diindeks berbeda, yakni nama
memenuhi standar nasional, belakang akan diindeks di depan
selanjutnya internasional. nama depan dan nama tengah (jika
Sistem penamaan secara ada). Misalnya, Desi Ariyani Sulaiman
langsung, yakni menulis nama pasien menjadi Sulaiman, Desi Aryani. Hal ini
yang diindeks seperti nama aslinya, berlaku sama dengan nama pasien
tidak efektif digunakan untuk melacak yang mengandung nama keluarga,
data pasien yang bersangkutan, nama marga, serta nama-nama orang
padahal prinsip arsip (rekam medis) Eropa dan Amerika. Contohnya , Edna
adalah retrievable (sewaktu -waktu K Huftman menjadi Huftman, Edna K.
dibutuhkan cepat terlacak ) untuk Sedangkan titel, gelar, jabatan, serta
dasar pengobatan pasien sapaan akan dicantumkan di belakang
berikutnya.(11) nama dengan tanda kurung.
Keseragaman standar penamaan Contohnya, Huftman, Edna K (MMR).
ini dapat ditempuh melalui kebijakan Dengan sistem penamaan yang
Dinas Kesehatan Kota (DKK) baku dan berlaku secara internasional,
Semarang. Selanjutnya, standar ini tentunya akan mepermudah pelacakan
diwajibkan untuk diselenggarakan di data pasien. Hal ini akan bermanfaat
semua puskesmas. Puskesmas untuk mempercepat penyortiran DRM
Kedungmundu menyelenggarakan nonaktif dalam penyusutan.
sistem penamaan pasien berdasarkan Sistem penomoran Unit Numbering
ketentuan kesepakatan bersama yang System (UNS) yang diterapkan untuk
pembuatan kartu identitas pasien (KIB) kembali. Tentunya harus dipastikan tidak
yang sering disebut dengan kartu tanda ada duplikasi nomor rekam medis pasien,
pengenal kepala keluarga (KTPK) atau yakni 1 (satu) nomor rekam medis
kartu tanda pengenal anggota keluarga digunakan oleh lebih dari 1 (satu) orang
(KTPA) secara manual dianggap pasien/kepala keluarga.
menyebabkan waktu tunggu lebih lama. Selain itu, pelacakan DRM yang
Padahal KIB ini adalah sarana untuk tepat dan cepat juga mendukung
mempercepat pelacakan DRM pasien di kesinambungan informasi medis dan visi
filing. SJSN. Jadi, hal ini jelas mendukung
KIUP juga tidak dibuat di TPP prioritas menjamin riwayat kesehatan
Puskesmas Kedunmundu. Sedangkan pasien secara lengkap dan kronologis.
KIUP digunakan jika pasien tidak Tinggal didukung oleh sistem
membawa Kartu Identitas Berobat penyimpanan dan penjajaran yang ideal
(KIB)/Kartu Tanda Pengenal Kepala menurut teori. (7)
Keluarga (KTPK)/Kartu Tanda Pengenal Sedangkan sistem penjajaran yang
Anggota Keluarga (KTPA). KIUP dan KIB diterapkan di filing masih berupa Straight
berfungsi untuk melacak DRM pasien Numerical Filing (SNF) tidak relevan
lama yang datang berobat kembali. dengan tujuan UNS. Sistem penjajaran ini
KIUP ini juga yang menjadi sarana sudah tidak disarankan lagi karena
paling efektif untuk menentukan tanggal penomoran secara urut akan menjadi
terakhir pasien berobat. Jika KIUP dibuat kendala bagi petugas dalam melacak
secara manual seperti yang terjadi di TPP DRM. Hal ini disebabkan tidak semua
Puskesmas Kedungmundu Semarang nomor rekam medis mempunyai makna
pasti akan memperlama proses lokasi penyimpanan, seperti Terminal Digit
pendaftaran pasien baru dan berpotensi Filing (TDF) ataupun Middle Digit Filing
menimbulkan komplain pasien. Jadi, (MDF).
sistem informasi pendaftaran harus Sistem-sistem yang ideal ini akan
segera diterapkan di TPP. KIUP secara mempercepat proses pelaksanaan
otomatis akan dijalankan sebagai Master penyusutan. Retensi tidak akan berulang
Patient Indeks (MPI) secara jika seorang pasien hanya memiliki 1
komputerisasi. (satu) nomor rekam medis. Selain itu, data
Petugas bisa melacak DRM nonaktif DRM yang akan disusutkan membutuhkan
dari tahun dengan mundur 2 (dua) tahun sumber data yang tepat, seperti register
sebelumnya. Kemudian, melacak nomor rawat jalan dan kartu indeks utama pasien
rekam medis pasien yang 2 (dua) tahun (KIUP).
setelahnya tidak pernah datang berobat
Jika pasien tersebut sudah pulang, maka sumber data register pendaftaran. (7)
DRM akan dikembalikan dalam family Penomoran per wilayah kelurahan
foldernya. digunakan untuk penomoran rak file.
Dengan optimalisasi penggunaan Saran tim peneliti : (1) segera
sarana dan sumber data pengelolaan direncanakan agar puskesmas
DRM di filing, maka penyusutan DRM menyelenggarakan URM secara lengkap
akan lebih efisien dan efektif. Untuk (pengolahan data rekam medis, meliputi
puskesmas rawat jalan hanya perlu assembling, koding dan indeksing, filing,
pengelolaan KIUP manual/MIP elektronik. serta simpus/analising dan reporting).
Karena KIUP/MIP menjadi sumber data Jadi, mutu rekam medis bisa meningkat
pemilahan DRM nonaktif dari inaktif yang karena tidak ada rangkap tugas pokok
akurat berdasarkan tanggal terakhir dan fungsi. (2) Sistem informasi
(12)
pasien berobat. Hal ini mengingat pendaftaran segera diterapkan di TPP (3)
retensi ataupun nilai guna tidak perlu Dibuatkan KIUP/MPI dan indeks penyakit
dilakukan lebih dari sekali untuk pasien di puskesmas, baik secara elektronik
yang sama yang memiliki 2 (dua) buah maupun manual, diantaranya sebagai
DRM atau lebih akibat 2 (dua) nomor sumber data nomor rekam medis pasien
rekam medis yang berbeda karena nonaktif yang merupakan bagian dari
duplikasi nomor atau penyebab yang lain. family folder untuk mempermudah
penyusutan menurut JRA. (4) Dibuatkan
SIMPULAN DAN SARAN standar prosedur penyusutan DRM
Menurut hasil penelitian dapat puskesmas yang mencantumkan JRA
disimpulkan, bahwa faktor-faktor kendala secara operasional sebagai panduan
penyusutan, meliputi: (1) Sistem penyusutan DRM. (5) Hal ini akan dibuat
pendaftaran di Puskesmas Kedungmundu sebagai rencana pengabdian selanjutnya
masih dikerjakan secara manual. (2) bagi tim peneliti. (6) Bagian penyimpanan
Sistem penamaan pasien menggunakan dokumen rekam medis menggunakan
sistem penamaan langsung (3) Sistem sarana tracer dan kartu peminjaman
penomoran pasien menggunakan sistem dokumen untuk keamanan dan out guide
UNS tanpa KIU/MPI. (4) Sistem DRM. Juga pada saat penyortiran DRM
penjajaran pasien di Puskesmas nonaktif. (7) Diselenggarakan
Kedungmundu menggunakan sistem SNF. dokumentasi penyusutan, seperti berita
(5) Sistem penyimpanan di Puskesmas acara, daftar pemindahan DRM inaktif,
Kedungmundu menggunakanbfamily daftar pertelaahan, daftar DRM yang
folder. (6) Sistem penyusutan DRM di dimusnahkan, dan berita acara
Puskesmas Kedungmundu menggunakan pemusnahan. Selain itu, butuh tim nilai