You are on page 1of 6

MAKALAH TAFSIR SURAH AL-IKHLAS

AAN SOBRI (301210060)

ALI MAHROJA(301210084)

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UIN SUTHA SAIFUDDIN JAMBI
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Surah Al-Ikhlas adalah salah satu surah di dalam al-Qur'an yang isi ayatnya
membahas mengenai konsep ketuhanan dan keesaan Allah. Di dalam Al-Qur'an, Surah Al-
Ikhlas berada pada urutan ke-112. Surah ini tergolong surah Makkiyah atau diturunkan di
kota Makkah terdiri atas 4 ayat dan pokok isinya adalah menegaskan keesaan Allah sembari
menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat inti dari surah ini, "Allahu ahad,
Allahus shamad" (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang
dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu.
‫‪II.‬‬ ‫‪PEMBAHASAN‬‬

‫‪A. Qira’ah tasir ibnu katsir surah Al-Ikhlas‬‬


‫ٱلرِنَٰمۡح ه‬ ‫ه‬
‫ٱَّللِ ه‬
‫ٱلرحِي ِم‬ ‫ﵟِمۡسِب‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ َۡ َ ُ هُ ُ ُ َ‬ ‫ۡ‬ ‫َۡ َ ۡ ََۡ ُ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ه‬ ‫ُ‬ ‫ه‬ ‫ٌ‬ ‫َ‬ ‫ُۡ ُ هُ َ‬
‫قل ه َو ٱَّلل أحد ‪ ١‬ٱَّلل ٱلصمد ‪ ٢‬لم يل ِد ولم يولد ‪ ٣‬ولم يكن لهۥ كفوا أحد ‪٤‬ﵞ‬
‫ُۢ‬ ‫ً‬
‫َّللا أ َ َحد{‬
‫}قُلْ ه َُو ه ُ‬
‫عدِيلَ‪َ ،‬و ََل يُطلَق‬ ‫ش ِبيهَ َو ََل َ‬ ‫ير‪َ ،‬و ََل َندِي َد َو ََل َ‬ ‫ير لَهُ َو ََل َو ِز َ‬ ‫ه‬ ‫ْ‬
‫َي ْعنِي‪ :‬ه َُو ال َواحِ ُد ْاْل َ َحدُ‪ ،‬الذِي ََل نَظِ َ‬
‫سا ِئ ِل ِه ْم‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬
‫ََ ِ ِْ َ َ َ‬ ‫ِج‬
‫ئ‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ح‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ه‬ ‫ي‬
‫ْ‬
‫ِ ِ ِ‬‫َ‬ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫ُ‬
‫ق‬ ‫ئ‬ ‫َ‬
‫ََل‬‫خ‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫د‬
‫ُ‬ ‫م‬ ‫ص‬
‫َ ْ ُ‬ ‫ي‬ ‫ِي‬ ‫ذ‬ ‫ه‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ِي‬‫ن‬ ‫ع‬
‫ع ٍ َْ‬
‫ي‬ ‫‪:‬‬ ‫هاس‬ ‫ب‬ ‫ع ِن اب ِْن َ‬ ‫ص َمدُ} قَا َل ِع ْك ِر َمةُ‪َ ،‬‬ ‫{َّللا ال ه‬ ‫‪ .‬هُ‬
‫ْ‬
‫يف الهذِي قَ ْد َك ُم َل فِي ش ََرفِهِ‪َ ،‬والعَظِ ي ُم‬ ‫ش ِر ُ‬ ‫سؤْ ُد ِدهِ‪َ ،‬وال ه‬ ‫هاس‪ :‬ه َُو الس ِهي ُد الهذِي قَ ْد َك ُم َل فِي ُ‬ ‫عب ٍ‬ ‫ع ِن اب ِْن َ‬‫طل َحةَ‪َ ،‬‬ ‫ْ‬ ‫ي ْب ُن أ َ ِبي َ‬ ‫ع ِل ُّ‬ ‫قَا َل َ‬
‫ظ َم ِتهِ‪َ ،‬و ْال َحلِي ُم الهذِي قَ ْد َك ُم َل فِي حِ ْلمِ هِ‪َ ،‬و ْال َعلِي ُم الهذِي قَ ْد َك ُم َل فِي ع ِْلمِ هِ‪َ ،‬و ْال َحكِي ُم الهذِي قَ ْد َك ُم َل فِي حِ ْك َم ِت ِه‬ ‫ع ْ‬ ‫َ‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ل‬
‫ُ َ‬‫م‬ ‫َ‬
‫ك‬ ‫ْ‬
‫د‬ ‫َ‬ ‫ق‬ ‫الهذِي‬
‫ْس لَهُ ُك ْ‬ ‫ه‬
‫صفَتُهُ ََل تَ ْن َبغِي إَِل لَهُ‪ ،‬لَي َ‬ ‫َ‬ ‫ه‬
‫فء‪ ،‬وليس كمثله‬ ‫س ْب َحا َنهُ‪َ ،‬ه ِذ ِه ِ‬‫َّللا ُ‬
‫ش َرفِ َوالسُّؤْ ُددِ‪َ ،‬وه َُو ه ُ‬ ‫َوه َُو الذِي قَ ْد َك ُم َل فِي أ ْن َو ِ‬
‫اع ال ه‬
‫شيء‪ ،‬سبحان هللا الواحد القهار‬
‫صاحِ َبة‬ ‫ْس لَهُ َولَد َو ََل َوالِد َو ََل َ‬ ‫ي‪ :‬لَي َ‬ ‫‪{.‬لَ ْم َي ِل ْد َولَ ْم يُولَ ْد َولَ ْم َي ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا أ َ َحد} أ َ ْ‬
‫صاحِ َبةَ لَهُ‬ ‫{ولَ ْم َي ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا أ َ َحد} َي ْعنِي‪ََ :‬ل َ‬ ‫‪.‬قَا َل ُم َجاهِد‪َ :‬‬
‫ي‪:‬‬ ‫َ‬
‫[اْل ْنعَ ِام‪ ]101 :‬أ ْ‬ ‫َ‬ ‫ش ْيءٍ } ْ‬ ‫صاحِ َبة َو َخلَقَ ُك هل َ‬ ‫ض أ هنى َي ُكو ُن لَهُ َولَد َولَ ْم تَ ُك ْن لَهُ َ‬ ‫َ‬ ‫اْلر ِ‬
‫ت َو ْ‬ ‫اوا ِ‬ ‫َو َهذَا َك َما قَا َل تَعَالَى‪َ { :‬بدِي ُع ال ه‬
‫س َم َ‬
‫هس َوتَنَزهَه‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫سامِ يهِ‪ ،‬أ ْو ق ِريب يُدَانِيهِ‪ ،‬تعَالى َوتقد َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ْف َيكون لهُ مِ ن خَل ِق ِه نَظِ ير يُ َ‬‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ش ْيءٍ َوخَا ِلقُهُ‪ ،‬فَ َكي َ‬ ‫ه َُو َما ِلكُ ُك ِل َ‬

‫‪B. Mufradat surah Al-Ikhlas‬‬

‫‪Katakanlah‬‬ ‫قُ ْل‬


‫‪Dia‬‬ ‫هُوْ‬
‫‪Allah‬‬ ‫ّْ‬
‫َللاُ‬
‫‪Esa, satu‬‬ ‫أح ْد‬
‫‪Allah‬‬ ‫ّْ‬
‫َللاُ‬
‫‪Tempat bergantung‬‬ ‫صم ْدُ‬
‫ال ّ‬
‫‪tidak‬‬ ‫ل ْم‬
‫‪Dia beranak‬‬ ‫يلِدْ‬
‫‪dan‬‬ ‫وْ‬
‫‪tidak‬‬ ‫ل ْم‬
‫‪diperanakkan‬‬ ‫يُولدْ‬
‫‪dan‬‬ ‫وْ‬
‫‪tidak‬‬ ‫ل ْم‬
‫‪ada‬‬ ‫ي ُكنْ‬
‫‪bagi-Nya, dengan-Nya‬‬ ‫ل ْهُ‬
‫‪menyamai, setara‬‬ ‫ُكفُ ًواْ‬
‫‪seseorang‬‬ ‫أح ْد‬
C. Surah Al-Ikhlas dan terjemahan

ٌ َ ُ ُ َُ ُ َ َْ َ ْ َ ُ َّ ُ ‫ه‬ ٌ َ ُ‫ُ ْ ُ َ ه‬
‫ َول ْم َيك ْن له كف ًوا أ َحد‬. ‫ ل ْم َي ِلد َول ْم ُيولد‬. ‫الص َمد‬ ‫ اَّلل‬. ‫اَّلل أ َحد‬ ‫قل هو‬
Katakanlah: “Dialah Allah Yang Mahaesa.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlas: 1-4)

D. Tafsir ibnu katsir

ٌ َ ُ‫ُ ْ ُ َ ه‬
{‫اَّلل أ َحد‬ ‫}قل هو‬
Katakanlah.”Dialah Allah Yang Maha Esa.” (Al-Ikhlas: 1)

Yakni Dialah Tuhan Yang Satu, Yang Esa, Yang tiada tandingan-Nya, tiada pembantu-
Nya, tiada lawan-Nya, tiada yang serupa dengan-Nya, dan tiada yang setara dengan-Nya.
Lafaz ini tidak boleh dikatakan secara i'sbat terhadap seseorang kecuali hanya Allah Swt.
Karena Dia Mahasempurna dalam segala sifat dan perbuatan-Nya.

ُ َّ ُ ‫ه‬
{‫الص َمد‬ ‫}اَّلل‬
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Al-lkhlas: 2)

Ikrimah telah meriwayatkan dari lbnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah yang
bergantung kepada-Nya semua makhluk dalam kebutuhan dan sarana mereka. Ali ibnu Abu
Talhah telah meriwayatkan dari lbnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah Tuhan Yang
Mahasempurna dalam perilaku-Nya, Mahamulia yang Mahasempurna dalam kemuliaan-Nya,
Mahabesar yang Mahasempurna dalam kebesaran-Nya, Maha Penyantun yang
Mahasempurna dalam sifat penyantun-Nya, Maha Mengetahui yang Mahasempurna dalam
pengetahuan-Nya, dan Mahabijaksana yang Mahasempurna dalam kebijaksanaan-Nya. Dialah
Allah Yang Mahasempurna dalam kemuliaan dan akhlak-Nya. Dan hanya Dialah Allah Swt.
yang berhak memiliki sifat ini yang tidak layak bagi selain-Nya. Tiada yang dapat menyamai-
Nya dan tiada yang setara dengan-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Esa lagi Mahamenang.
ٌ َ ُ ُ َُ ُ َ َْ َ ْ َ
{‫}ل ْم َي ِلد َول ْم ُيولد َول ْم َيك ْن له كف ًوا أ َحد‬
Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang
setara dengan Dia. (Al-Ikhlas: 3-4)

Dia tidak beranak, tidak diperanakkan, dan tidak mempunyai istri.


Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan tidak ada seorang pun
yang setara dengan Dia. (Al-Ikhlas: 4) Yakni tiada beristri; hal ini semakna dengan apa yang
disebutkan oleh firman-Nya:

ْ َ ‫صاح َب ٌة َو َخ َل َق ُك َّل‬ ُ َ ْ ُ َ ْ َ َ ٌ َ َ ُ َ ُ ُ َ ََّ َ َْ ْ َ ُ ‫َبد‬


َّ ‫يع‬
‫شء‬‫ي‬ ِ ‫ض أّن يكون له ولد ولم تكن له‬ ِ ‫ماوات واْلر‬
ِ ‫الس‬ ِ
Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak
mempunyai istri, Dia menciptakan segala sesuatu. (Al-An'am: 101)

Yaitu Dialah Yang memiliki segala sesuatu dan Yang Menciptakannya, maka mana
mungkin Dia mempunyai tandingan dari kalangan makhluk-Nya yang menyamai-Nya atau
mendekati-Nya, Mahatinggi lagi Mahasuci Allah dari semuanya itu.1

E. Asbabun Nuzul
Imam at-Tirmidzi, al-Hakim, dan Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari Abu Aliyah dari
Ubai bin Ka’ab bahwa suatu ketika orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah,
”Gambarkanlah kepada kami bagaimana Tuhan engkau?” Allah lalu menurunkan ayat ini
hingga akhir surah.
Imam ath-Thabrani dan Ibnu Jarir meriwayatkan riwayat senada dari Jabir bin
Abdillah. Dengan riwayat ini, sebagian pihak berdalil bahwa surah ini adalah Makkiyyah.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa suatu ketika sekelompok Yahudi
datang kepada Nabi saw.. Di antara rombongan tersebut terdapat Ka’ab bin Asyraf dan
Huyay bin Akhthab. Mereka lalu berkata, ”Wahai Muhammad, gambarkarrlah kepada kami
ciri-ciri dari Tuhan yang mengutus engkau itu?!” Allah lalu menurunkan ayat ini hingga akhir
surah.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah, demikian pula Ibnul Mundzir dari Said bin
Jabir riwayat yang mirip dengan di atas. Dengan riwayat ini, sebagian pihak berdalil bahwa
surah ini adalah Madaniyyah.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu Aliyah yang berkata, ”Qatadah berkata,
‘Sesungguhnya pasukan koalisi (kaum kafir) pernah berkata kepada Nabi saw.,
‘Gambarkanlah kepada kami bagaimana Tuhan engkau itu?’ Jibril lalu turun dengan
membawa surah ini.”
Jadi, inilah yang dimaksud dengan ”orang-orang musyrik” seperti yang disebut
dalam riwayat Ubai bin Ka’ab. Oleh sebab itu, jelaslah bahwa surah ini adalah Madaniyyah,
sebagaimana yang juga dia tunjukkan oleh hadits Ibnu Abbas. Dengan demikian, kontradiksi
antara kedua hadits di atas telah dapat diatasi.
Tetapi, Abusy Syaikh meriwayatkan dalam kitab al-‘Azhamah dari Aban dari Anas yang
berkata, “Suatu ketika, orang-orang Yahudi Khaibar datang kepada Rasulullah dan berkata,
‘Wahai Abal Qasim, Allah telah menciptakan para malaikat dari cahaya tirai-Nya, Adam dari
tanah liat yang diberi bentuk, Iblis dari kobaran api, langit dari awan, dan bumi dari buih air.
Oleh karena itu, beritahukanlah kepada kami bagaimana hakikat Tuhanmu itu? ‘ Rasulullah
belum menjawab pertanyaan tersebut hingga Jibril datang dengan membawa surah ini.”2

1
Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, VIII/527-528
2
Ibnu Katsir” Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, VII/527(Riyadh: Dar Thayyibah, 1997).
III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Surah Al-Ikhlas adalah salah satu surah di dalam al-Qur'an yang isi ayatnya
membahas mengenai konsep ketuhanan dan keesaan Allah. Di dalam Al-Qur'an, Surah Al-
Ikhlas berada pada urutan ke-112. Dan surah ini mengajarkan kita tentang keesaan allah dan
banyak sekali keutamaan dalam membaca surah ini karena ini adalah suatu surah yang
sangat di cintai oleh sahabat nabi muhammad saw.

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, VIII/527-528


Ibnu Katsir” Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, VII/527(Riyadh: Dar Thayyibah, 1997).

You might also like