Professional Documents
Culture Documents
ETIKA DAN MORAL PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA DI SD DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA. Marjohan Universitas Negeri Padang
ETIKA DAN MORAL PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA DI SD DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA. Marjohan Universitas Negeri Padang
(Marjohan) 61
Marjohan
Universitas Negeri Padang
marjohan.unp@gmail.com
Abstract
Physical education is very important in shaping personalities, improve
the quality of Indonesian human resources. Physical education in
Indonesia has a goal to the alignment of the growth (physical) and
mental development (psychological), as well as an attempt to make the
Indonesian people healthy physically and spiritually, is given to all types
of education. Physical education and sport as a means of providing an
enriching children's education in ethics and morality in society. Teaches
ethics and moral values should be more tangible nature. Moral values
were varied, including loyalty, virtue, honor, truth, respect, hospitality,
integrity, fairness, cooperation and discipline. Formation of personality
and good character is very important for students to give birth to a new
generation of Indonesia which is useful for the nation forward. "In a
strong body there is a healthy soul", this phrase is very true and build for
a strong menjadikapribadi rohani.Kecerdasan both the body and the
mind alone is not enough to form a good personality, but also mental
health necessarily establish patterns of thought in learning success.
Physical education is not just for fitness, but also to train the soul for a
healthy and critical thinking needed to give birth to Indonesian individual
character. Self-discipline is important in any effort to build and shape a
person's character. Because the characters comprises: (1) A positive
quality of a person, so that makes it interesting and attractive; (2) The
reputation of a person; and (3) A person who has a personality that is
unusual or eccentric.
dengan semakin hilangnya ruang-ruang dan sifat yang mulia; hanya orang-orang
publik dan tugas kehidupan yang yang memiliki kebajikan moral seperti
memerlukan upaya fisik yang keras. inilah yang akan menjadi warga
Dalam kondisi demikian, patutlah kita masyarakat yang berguna (Baron Piere de
mempertanyakan kembali peranan dan Coubertin).
fungsi pendidikan, khususnya pendidikan
jasmani dan olahraga.
PEMBAHASAN
Olahraga adalah bentuk kegiatan
untuk melatih tubuh seseorang atau Istilah etika dan moral secara
jasmani dan rohani seseorang. Mungkin etimologis, kata ethics berasal dari kata
kita masih ingat akan falsafah olahraga Yunani, ethike yang berarti ilmu tentang
yang tak asing lagi yaitu di dalam tubuh moral atau karakter. Studi tentang etika itu
yang kuat akan terdapat jiwa yang sehat secara khas sehubungan dengan prinsip
pula. Dengan aktivitas olahraga kita kewajiban manusia atau studi tentang
banyak mendapatkan hal-hal yang positif. semua kualitas mental dan moral yang
Olahraga bukan sekedar kegiatan yang membedakan seseorang atau suku bangsa.
berorientasi kepada faktor fisik belaka, Moral berasal dari kata Latin, mos dan
dengan berolahraga juga dapat melatih dimaksudkan sebagai adat istiadat atau
sikap dan mental kita, baik formal maupun tata krama (Rusli Lutan, 2001). Etika tidak
non formal. Sedangkan Pendidikan mempunyai pretensi untuk secara
jasmani mempunyai tujuan pendidikan langsung dapat membuat manusia menjadi
sebagai (1) perkembangan organ-organ lebih baik. Etika adalah pemikiran
tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan sistematis tentang moralitas, dimana yang
kebugaran jasmani, 2) perkembangan dihasilkannya secara langsung bukan
neuro muskuler, 3) perkembangan mental kebaikan, melainkan suatu pengertian
emosional, 4) perkembangan sosial dan 5) yang lebih mendasar dan kritis (Franz
perkembangan intelektual. MagnisSuseno,1989). Lebih lanjut
dikatakan bahwa etika adalah sebuah
Tujuan akhir olahraga dan
ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika dan
pendidikan jasmani terletak dalam
ajaran-ajaran moral tidak berada di tingkat
peranannya sebagai wadah unik
yang sama. Untuk memahami etika, maka
penyempurnaan watak, dan sebagai
kita harus memahami moral. Dalam etika
wahana untuk memiliki serta membentuk
mengembangkan diri, orang hanya dapat
kepribadian yang kuat, watak yang baik
Etika dan Moral Pendidikan....(Marjohan) 66
menjadi manusia utuh kalau semua nilai (Kohlberg, 1981), teori ini percaya bahwa
atas jasmani tidak asing baginya, yaitu seseorang mencontoh perilaku orang lain
nilai-nilai kebenaran dan pengetahuan, sebagai model atau tauladan yang ia nilai
kesosialan, tanggung jawab moral, estetis memiliki sifat-sifat tertentu atau yang
dan religius. Suatu usaha sangat berharga menunjukkan perilaku berlandasan nilai
untuk menyusun nilai-nilai dan yang diharapkan. Untuk memahami moral
menjelaskan makna bagi manusia Kohlberg (1981) dan Rest (1986)
dilakukan oleh Max Scheler dikemukan menyatakan bahwa pemahaman moral
sebagai berikut: mengembangkan diri, berpengaruh langsung terhadap motivasi
melepaskan diri dan menerima diri. dan perilaku, namun memiliki hubungan
yang tak begitu kuat, tatapi berhubungan
Moral berkaitan dengan niat,
erat dengan empati, emosi, rasa bersalah,
sedangkan etika adalah studi tentang
latar belakang sosial serta pengalaman.
moral. Sedangkan menurut Freeman etika
terkait dengan moral dan tingkah laku. Olahraga (sport) merupakan
Suseno mengatakan bahwa moral selalu kegiatan otot yang energik dan dalam
mengacu pada baik-buruknya manusia kegiatan itu atlet memperagakan
sebagai manusia. Bidang moral adalah kemampuan geraknya (performa) dan
bidang kehidupan manusia dilihat dari kemauannya semaksimal mungkin, akan
segi kebaikannya sebagai manusia. tetapi perkembangan teknologi
Norma-norma moral adalah tolok ukur memungkinkan pula faktor mesin menjadi
untuk menentukan betul-salahnya sikap techno-sport, seperti balap mobil, balap
dan tindakan manusia dilihat dari segi motor, yang banyak tergantung dengan
baik-buruknya sebagai manusia dan bukan faktor mesin. Olahraga bersifat netral dan
sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. umum, tidak digunakan dalam pengertian
Perkembangan moral adalah proses, dan olahraga kompetitif, karena pengertiannya
melalui proses itu seseorang mengadopsi bukan hanya sebagai himpunan aktivitas
nilai-nilai dan perilaku yang diterima oleh fisik yang resmi terorganisasi (formal) dan
masyarakat (Bandura, 1977). tidak resmi (informal).
antar pribadi yang cukup mendalam penerimannya oleh wasit, teman satu tim
dengan peserta didik (Johansyah Lubis, ataupun fans.
2007). Freeman (2001: 210) dalam buku
Karakter dapat dilacak dari kata
Physical Education and Sport in A
Latin kharakter, kharassein, dan kharax,
changing Society menyarankan 5 area
yang maknanya “tools for marking”, “to
dasar dari etika yang harus diberikan yaitu
engrave”, dan “pointed stake”. Kata ini
: 1) Keadilan dan persamaan, 2) Respek
mulai banyak digunakan (kembali) dalam
terhadap diri sendiri. 3) Respek dan
bahasa Perancis caractere pada abad ke-
pertimbangan terhadap yang lain, 4)
14 dan kemudian masuk dalam bahasa
Menghormati peraturan dan kewenangan ,
Inggris menjadi character, sebelum
5) Rasa terhadap perspektif atau nilai
akhirnya menjadi bahasa Indonesia
relatif.
karakter. Dalam Kamus Poerwadarminta,
Pendidik jasmani dalam proses karakter diartikan sebagai tabiat; watak;
pendidikan sebaiknya mengembangkan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
karakter, karakter menurut David Shield pekerti yang membedakan seseorang
dan Brenda Bredemeir adalah empat daripada yang lain. Dengan pengertian di
kebajikan dimana seseorang mempunyai atas dapat dikatakan bahwa membangun
karakter bagus yang menampilkan: karakter (character building) adalah
compassion (rasa belas kasih), fairness proses mengukir atau memahat jiwa
(keadilan), sportsmanship (ketangkasan) sedemikian rupa, sehingga ‘berbentuk’
dan integritas. Dengan adanya rasa belas unik, menarik, dan berbeda atau dapat
kasih, murid dapat diberi semangat untuk dibedakan dengan orang lain. Ibarat
melihat lawan sebagai kawan dalam sebuah huruf dalam alfabet yang tak
permainan, sama-sama bernilai, samasama pernah sama antara yang satu dengan yang
patut menerima penghargaan. Keadilan lain, demikianlah orang-orang yang
melibatkan tidak keberpihakan, sama- berkarakter dapat dibedakan satu dengan
sama tanggung jawab. Ketangkasan dalam yang lainnya (termasuk denganyang
olahraga melibatkan berusaha secara tidak/belum berkarakter atau ‘berkarakter’
intens menuju sukses. Integritas tercela). Tentang proses pembentukkan
memungkinkan seseorang untuk membuat karakter ini dapat disebutkan sebuah nama
kesalahan pada yang lain, sebagai contoh besar : Helen Keller (1880-1968). Wanita
meskipun tindakannya negatif luar biasa ini menjadi buta dan tuli di usia
19 bulan, namun berkat bantuan
Etika dan Moral Pendidikan....(Marjohan) 70
ditambahkan menjadi knowledge is power, etika dan moral yang sesuai dengan
but character is more. Demikianlah bangsa Indonesia. Sementara tujuan akhir
makna penting sebuah karakter dan proses dari pendidikan jasmani adalah sebagai
pembentukkannya yang tidak pernah wadah penyempurnaan watak dan wahana
mudah melahirkan manusia-manusia yang memiliki dan membentuk kepribadian
tidak bisa dibeli. Pendidikan dan yang kuat,watak yang baik, dan sifat yang
pembelajaran olahraga termasuk mulia. Saat ini, banyak anak didik yang
pengajaran yang seharusnya bermuara, tak mau mengikuti pendidikan jasmani
yakni membangun manusia-manusia karena terkesan membosankan. Pada hal
berkarakter (terpuji), manusia-manusia dari pendidikan inilah guru mampu
yang memperjuangkan agar dirinya dan menanamakan dan melihat perubahan
orang-orang yang dapat dipengaruhinya perubahan perkembangan karakter anak
agar menjadi lebih manusiawi, menjadi didiknya. baik dari segi etika dan moral
manusia yang utuh atau memiliki maupun tubuhnya.
integritas. http://www.pembelajar.com).