You are on page 1of 10

Etika dan Moral Pendidikan....

(Marjohan) 61

ETIKA DAN MORAL PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA


DI SD DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA

Marjohan
Universitas Negeri Padang
marjohan.unp@gmail.com

Abstract
Physical education is very important in shaping personalities, improve
the quality of Indonesian human resources. Physical education in
Indonesia has a goal to the alignment of the growth (physical) and
mental development (psychological), as well as an attempt to make the
Indonesian people healthy physically and spiritually, is given to all types
of education. Physical education and sport as a means of providing an
enriching children's education in ethics and morality in society. Teaches
ethics and moral values should be more tangible nature. Moral values
were varied, including loyalty, virtue, honor, truth, respect, hospitality,
integrity, fairness, cooperation and discipline. Formation of personality
and good character is very important for students to give birth to a new
generation of Indonesia which is useful for the nation forward. "In a
strong body there is a healthy soul", this phrase is very true and build for
a strong menjadikapribadi rohani.Kecerdasan both the body and the
mind alone is not enough to form a good personality, but also mental
health necessarily establish patterns of thought in learning success.
Physical education is not just for fitness, but also to train the soul for a
healthy and critical thinking needed to give birth to Indonesian individual
character. Self-discipline is important in any effort to build and shape a
person's character. Because the characters comprises: (1) A positive
quality of a person, so that makes it interesting and attractive; (2) The
reputation of a person; and (3) A person who has a personality that is
unusual or eccentric.

Key Words : physical education, ethics, moral, and characters

PENDAHULUAN anak, pada gaya hidup yang semakin


menjauh dari semangat perkembangan
Pendidikan dalam semua jenjang
total, karena lebih mengutamakan
dan mata pelajaran sebagai alat untuk
keunggulan kecerdasan intelektual, sambil
menumbuhkan saling pengertian dan cinta
mengorbankan kepentingan keunggulan
damai pada para siswa dan
fisik dan moral individu. Budaya hidup
masyarakatnya. Kemajuan teknologi
sedenter (kurang gerak) karenanya
informasi dan komunikasi yang sudah
semakin kuat menggejala di kalangan
mencapai tahap yang sangat maju, telah
anak-anak dan remaja, berkombinasi
merubah pola pikir para remaja dan anak-
Etika dan Moral Pendidikan....(Marjohan) 65

dengan semakin hilangnya ruang-ruang dan sifat yang mulia; hanya orang-orang
publik dan tugas kehidupan yang yang memiliki kebajikan moral seperti
memerlukan upaya fisik yang keras. inilah yang akan menjadi warga
Dalam kondisi demikian, patutlah kita masyarakat yang berguna (Baron Piere de
mempertanyakan kembali peranan dan Coubertin).
fungsi pendidikan, khususnya pendidikan
jasmani dan olahraga.
PEMBAHASAN
Olahraga adalah bentuk kegiatan
untuk melatih tubuh seseorang atau Istilah etika dan moral secara
jasmani dan rohani seseorang. Mungkin etimologis, kata ethics berasal dari kata
kita masih ingat akan falsafah olahraga Yunani, ethike yang berarti ilmu tentang
yang tak asing lagi yaitu di dalam tubuh moral atau karakter. Studi tentang etika itu
yang kuat akan terdapat jiwa yang sehat secara khas sehubungan dengan prinsip
pula. Dengan aktivitas olahraga kita kewajiban manusia atau studi tentang
banyak mendapatkan hal-hal yang positif. semua kualitas mental dan moral yang
Olahraga bukan sekedar kegiatan yang membedakan seseorang atau suku bangsa.
berorientasi kepada faktor fisik belaka, Moral berasal dari kata Latin, mos dan
dengan berolahraga juga dapat melatih dimaksudkan sebagai adat istiadat atau
sikap dan mental kita, baik formal maupun tata krama (Rusli Lutan, 2001). Etika tidak
non formal. Sedangkan Pendidikan mempunyai pretensi untuk secara
jasmani mempunyai tujuan pendidikan langsung dapat membuat manusia menjadi
sebagai (1) perkembangan organ-organ lebih baik. Etika adalah pemikiran
tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan sistematis tentang moralitas, dimana yang
kebugaran jasmani, 2) perkembangan dihasilkannya secara langsung bukan
neuro muskuler, 3) perkembangan mental kebaikan, melainkan suatu pengertian
emosional, 4) perkembangan sosial dan 5) yang lebih mendasar dan kritis (Franz
perkembangan intelektual. MagnisSuseno,1989). Lebih lanjut
dikatakan bahwa etika adalah sebuah
Tujuan akhir olahraga dan
ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika dan
pendidikan jasmani terletak dalam
ajaran-ajaran moral tidak berada di tingkat
peranannya sebagai wadah unik
yang sama. Untuk memahami etika, maka
penyempurnaan watak, dan sebagai
kita harus memahami moral. Dalam etika
wahana untuk memiliki serta membentuk
mengembangkan diri, orang hanya dapat
kepribadian yang kuat, watak yang baik
Etika dan Moral Pendidikan....(Marjohan) 66

menjadi manusia utuh kalau semua nilai (Kohlberg, 1981), teori ini percaya bahwa
atas jasmani tidak asing baginya, yaitu seseorang mencontoh perilaku orang lain
nilai-nilai kebenaran dan pengetahuan, sebagai model atau tauladan yang ia nilai
kesosialan, tanggung jawab moral, estetis memiliki sifat-sifat tertentu atau yang
dan religius. Suatu usaha sangat berharga menunjukkan perilaku berlandasan nilai
untuk menyusun nilai-nilai dan yang diharapkan. Untuk memahami moral
menjelaskan makna bagi manusia Kohlberg (1981) dan Rest (1986)
dilakukan oleh Max Scheler dikemukan menyatakan bahwa pemahaman moral
sebagai berikut: mengembangkan diri, berpengaruh langsung terhadap motivasi
melepaskan diri dan menerima diri. dan perilaku, namun memiliki hubungan
yang tak begitu kuat, tatapi berhubungan
Moral berkaitan dengan niat,
erat dengan empati, emosi, rasa bersalah,
sedangkan etika adalah studi tentang
latar belakang sosial serta pengalaman.
moral. Sedangkan menurut Freeman etika
terkait dengan moral dan tingkah laku. Olahraga (sport) merupakan
Suseno mengatakan bahwa moral selalu kegiatan otot yang energik dan dalam
mengacu pada baik-buruknya manusia kegiatan itu atlet memperagakan
sebagai manusia. Bidang moral adalah kemampuan geraknya (performa) dan
bidang kehidupan manusia dilihat dari kemauannya semaksimal mungkin, akan
segi kebaikannya sebagai manusia. tetapi perkembangan teknologi
Norma-norma moral adalah tolok ukur memungkinkan pula faktor mesin menjadi
untuk menentukan betul-salahnya sikap techno-sport, seperti balap mobil, balap
dan tindakan manusia dilihat dari segi motor, yang banyak tergantung dengan
baik-buruknya sebagai manusia dan bukan faktor mesin. Olahraga bersifat netral dan
sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. umum, tidak digunakan dalam pengertian
Perkembangan moral adalah proses, dan olahraga kompetitif, karena pengertiannya
melalui proses itu seseorang mengadopsi bukan hanya sebagai himpunan aktivitas
nilai-nilai dan perilaku yang diterima oleh fisik yang resmi terorganisasi (formal) dan
masyarakat (Bandura, 1977). tidak resmi (informal).

Pada dasarnya seseorang yang Pendidikan jasmani pada


konsisten menginternalisasi norma hakikatnya adalah proses pendidikan yang
dipandang sebagai seseorang yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk
bermoral. Para ahli menerapkan apa yang menghasilkan perubahan holistik dalam
disebut pendekatan “kantong kebajikan” kualitas individu, baik dalam hal fisik,
Etika dan Moral Pendidikan....(Marjohan) 67

mental, serta emosional. Pendidikan juga tubuh. Pendidikan jasmani


jasmani memperlakukan anak sebagai menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran
sebuah kesatuan utuh, mahluk total, dari dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh
pada hanya menganggapnya sebagai aspek kehidupan harian seseorang.
seseorang yang terpisah kualitas fisik dan Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini
mentalnya. Pada kenyataannya, termasuk pula penekanan pada ketiga
pendidikan jasmani adalah suatu bidang domain kependidikan: psikomotor,
kajian yang sungguh luas. Titik kognitif, dan afektif.
perhatiannya adalah peningkatan gerak
Pendidikan jasmani berarti program
manusia, lebih khusus lagi, pendidikan
pendidikan lewat gerak atau permainan
jasmani berkaitan dengan hubungan antara
dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti
gerak manusia dan wilayah pendidikan
bahwa gerakan, permainan, atau cabang
lainnya (hubungan dari perkembangan
olahraga tertentu yang dipilih hanyalah
tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya).
alat untuk mendidik. Mendidik apa ?
Fokusnya pada pengaruh perkembangan
Paling tidak fokusnya pada keterampilan
fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan
anak. Hal ini dapat berupa keterampilan
perkembangan aspek lain dari manusia
fisik dan motorik, keterampilan berpikir
itulah yang menjadikannya unik.
dan keterampilan memecahkan masalah,
Pendidikan jasmani memanfaatkan dan bisa juga keterampilan emosional dan
alat fisik untuk mengembangkan keutuhan sosial.
manusia. Dalam kaitan ini diartikan
Pendidikan olahraga adalah
bahwa melalui fisik, aspek mental dan
pendidikan yang membina anak agar
emosional pun turut terkembangkan,
menguasai cabang-cabang olahraga
bahkan dengan penekanan yang cukup
tertentu. Kepada murid diperkenalkan
dalam. Berbeda dengan bidang lain,
berbagai cabang olahraga agar mereka
misalnya pendidikan moral, yang
menguasai keterampilan berolahraga.
penekanannya benar-benar pada
Yang ditekankan di sini adalah ‘ hasil ‘
perkembangan moral, tetapi aspek fisik
dari pembelajaran itu, sehingga metode
tidak turut terkembangkan, baik langsung
pengajaran serta bagaimana anak
maupun secara tidak langsung. Istilah
menjalani pembelajarannya didikte oleh
pendidikan jasmani pada bidang yang
tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri
lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu
pelatihan olahraga menyusup ke dalam
proses pembentukan kualitas pikiran dan
proses pembelajaran.
Etika dan Moral Pendidikan....(Marjohan) 68

Pendidikan olahraga adalah 1. Seluruh suasana dan iklim di sekolah


pendidikan yang membina anak agar sendiri sebagai lingkungan sosial
menguasai cabang-cabang olahraga terdekat yang setiap hari dihadapi,
tertentu. Kepada murid diperkenalkan selain di keluarga dan masyarakat
berbagai cabang olahraga agar mereka luas.
menguasai keterampilan berolahraga. 2. Tindakan nyata dan penghayatan
Yang ditekankan di sini adalah ‘ hasil ‘ hidup dari para pendidik atau sikap
dari pembelajaran itu, sehingga metode keteladanan mereka dalam
pengajaran serta bagaimana anak menghayati nilai-nilai yang mereka
menjalani pembelajarannya didikte oleh ajarkan akan dapat secara instingtif
tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri mengimbas dan efektif berpengaruh
pelatihan olahraga menyusup ke dalam pada peserta didik.
proses pembelajaran. Perbedaan antara 3. Semua pendidik di sekolah, terutama
Pendidikan Jasmani dan Pendidikan para guru pendidikan jasmani perlu
Olahraga Pendidikan Jasmani Pendidikan jeli melihat peluang-peluang yang
Olahraga. ada, baik secara kurikuler maupun
non/ekstra kurikuler, untuk
Pendidikan jasmani dan olahraga
menyadarkan pentingnya sikap dan
adalah laboratorium bagi pengalaman
perilaku positif dalam hidup bersama
manusia, oleh sebab itu guru pendidikan
dengan orang lain, baik dalam
jasmani harus mencoba mengajarkan etika
keluarga, sekolah, maupun dalam
dan nilai dalam proses belajar mengajar,
masyarakat.
yang mengarah pada kesempatan untuk
4. Secara kurikuler pendidikan nilai
membentuk karakter anak. Karakter anak
yang membentuk sikap dan perilaku
didik yang dimaksud tentunya tidak lepas
positif juga bisa diberikan sebagai
dari karakter bangsa Indonesia serta
mata pelajaran tersendiri.
kepribadian utuh anak, selain harus
5. Melalui pembinaan rohani siswa,
dilakukan oleh setiap orangtua dalam
melalui kegiatan pramuka, olahraga,
keluarga, juga dapat diupayakan
organisasi, pelayanan sosial, karya
melainkan pendidikan nilai di sekolah.
wisata, lomba, kelompok studi, dan
Menurut Johansyah Lubis (2007)
teater.
Pendidikan nilai di sekolah yang Dalam kegiatan-kegiatan tersebut
bisa diangkat yaitu: para pembina melihat peluang dan
kemampuannya menjalin komunikasi
Etika dan Moral Pendidikan....(Marjohan) 69

antar pribadi yang cukup mendalam penerimannya oleh wasit, teman satu tim
dengan peserta didik (Johansyah Lubis, ataupun fans.
2007). Freeman (2001: 210) dalam buku
Karakter dapat dilacak dari kata
Physical Education and Sport in A
Latin kharakter, kharassein, dan kharax,
changing Society menyarankan 5 area
yang maknanya “tools for marking”, “to
dasar dari etika yang harus diberikan yaitu
engrave”, dan “pointed stake”. Kata ini
: 1) Keadilan dan persamaan, 2) Respek
mulai banyak digunakan (kembali) dalam
terhadap diri sendiri. 3) Respek dan
bahasa Perancis caractere pada abad ke-
pertimbangan terhadap yang lain, 4)
14 dan kemudian masuk dalam bahasa
Menghormati peraturan dan kewenangan ,
Inggris menjadi character, sebelum
5) Rasa terhadap perspektif atau nilai
akhirnya menjadi bahasa Indonesia
relatif.
karakter. Dalam Kamus Poerwadarminta,
Pendidik jasmani dalam proses karakter diartikan sebagai tabiat; watak;
pendidikan sebaiknya mengembangkan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
karakter, karakter menurut David Shield pekerti yang membedakan seseorang
dan Brenda Bredemeir adalah empat daripada yang lain. Dengan pengertian di
kebajikan dimana seseorang mempunyai atas dapat dikatakan bahwa membangun
karakter bagus yang menampilkan: karakter (character building) adalah
compassion (rasa belas kasih), fairness proses mengukir atau memahat jiwa
(keadilan), sportsmanship (ketangkasan) sedemikian rupa, sehingga ‘berbentuk’
dan integritas. Dengan adanya rasa belas unik, menarik, dan berbeda atau dapat
kasih, murid dapat diberi semangat untuk dibedakan dengan orang lain. Ibarat
melihat lawan sebagai kawan dalam sebuah huruf dalam alfabet yang tak
permainan, sama-sama bernilai, samasama pernah sama antara yang satu dengan yang
patut menerima penghargaan. Keadilan lain, demikianlah orang-orang yang
melibatkan tidak keberpihakan, sama- berkarakter dapat dibedakan satu dengan
sama tanggung jawab. Ketangkasan dalam yang lainnya (termasuk denganyang
olahraga melibatkan berusaha secara tidak/belum berkarakter atau ‘berkarakter’
intens menuju sukses. Integritas tercela). Tentang proses pembentukkan
memungkinkan seseorang untuk membuat karakter ini dapat disebutkan sebuah nama
kesalahan pada yang lain, sebagai contoh besar : Helen Keller (1880-1968). Wanita
meskipun tindakannya negatif luar biasa ini menjadi buta dan tuli di usia
19 bulan, namun berkat bantuan
Etika dan Moral Pendidikan....(Marjohan) 70

keluarganya dan bimbingan Annie membuat semua itu menjadi custom


Sullivan (yang juga buta dan setelah (kebiasaan) dan membentuk watak atau
melewati serangkaian operasi akhirnya tabiat seseorang.
dapat melihat secara terbatas) kemudian
Selanjutnya, tentang nilai atau
menjadi manusia buta-tuli pertama yang
makna pentingnya karakter bagi
lulus cum laude dari Radcliffe College di
kehidupan manusia dewasa ini dapat
tahun 1904 pernah berkata: “Character
dikutip pernyataan seorang Hakim Agung
cannot be develop in ease and quite. Only
di Amerika, Antonin Scalia, yang pernah
through experience of trial and suffering
mengatakan: “Bear in mind that brains
can the soul be strengthened, vision
and learning, like muscle and physical
cleared, ambition inspired, and success
skills, are articles of commerce. They are
achieved” .
bought and sold. You can hire them by the
Kalimat itu boleh jadi merangkum year or by the hour. The only thing in the
sejarah hidupnya yang sangat world not for sale is character. And if that
inspirasional. Lewat perjuangan panjang does not govern and direct your brains
dan ketekunan yang sulit dicari and learning, they will do you and the
tandingannya, ia kemudian menjadi salah world more harm than good”. Scalia
seorang pahlawan besar dalam sejarah menunjukkan dengan tepat bagaimana
Amerika yang mendapatkan berbagai karakter harus menjadi fondasi bagi
penghargaan di tingkat nasional dan kecerdasan dan pengetahuan (brains and
internasional atas prestasi dan learning). Sebab kecerdasan dan
pengabdiannya (homepage www.hki.org). pengetahuan (termasuk informasi) itu
Helen Keller adalah model manusia sendiri memang dapat diperjual belikan,
berkarakter (terpuji). Sejarah hidupnya dan sudah menjadi pengetahuan umum
mendemonstrasikan bagaimana proses bahwa di era knowledge economya bad
membangun karakter itu memerlukan ke-21 ini knowledge is power.
disiplin tinggi karena tidak pernah mudah
Masalahnya, apabila orang-orang
dan seketika atau instant. Diperlukan
yang dikenal cerdas dan berpengetahuan
refleksi mendalam untuk membuat
tidak menunjukkan karakter (terpuji),
rentetan moral choice (keputusan moral)
maka tak diragukan lagi bahwa dunia akan
dan ditindaklanjuti dengan aksi nyata
menjadi lebih dan semakin buruk. Dengan
sehingga menjadi praksis, refleksi, dan
kata lain ungkapan knowledge is power
praktik. Diperlukan sejumlah waktu untuk
akan menjadi lebih sempurna jika
Etika dan Moral Pendidikan....(Marjohan) 71

ditambahkan menjadi knowledge is power, etika dan moral yang sesuai dengan
but character is more. Demikianlah bangsa Indonesia. Sementara tujuan akhir
makna penting sebuah karakter dan proses dari pendidikan jasmani adalah sebagai
pembentukkannya yang tidak pernah wadah penyempurnaan watak dan wahana
mudah melahirkan manusia-manusia yang memiliki dan membentuk kepribadian
tidak bisa dibeli. Pendidikan dan yang kuat,watak yang baik, dan sifat yang
pembelajaran olahraga termasuk mulia. Saat ini, banyak anak didik yang
pengajaran yang seharusnya bermuara, tak mau mengikuti pendidikan jasmani
yakni membangun manusia-manusia karena terkesan membosankan. Pada hal
berkarakter (terpuji), manusia-manusia dari pendidikan inilah guru mampu
yang memperjuangkan agar dirinya dan menanamakan dan melihat perubahan
orang-orang yang dapat dipengaruhinya perubahan perkembangan karakter anak
agar menjadi lebih manusiawi, menjadi didiknya. baik dari segi etika dan moral
manusia yang utuh atau memiliki maupun tubuhnya.
integritas. http://www.pembelajar.com).

Salah satu masalah penting dalam


PENUTUP
kehidupan di tanah air ini adalah etika dan
moral. Pendidikan jasmani dan olahraga Pendidikan etika konsepnya
sebagai salah satu sarana pendidikan anak bersifat abstrak, sehingga pemberiannya
memberikan suatu pengayaan dalam etika harus lebih banyak pada perilaku dan
dan moral di masyarakat. Mengajarkan contoh-contoh yang konstruktif.
etika dan nilai moral sebaiknya lebih Pendidikan jasmani sebagai alat
bersifat aplikasi.Tindakan lebih baik dari pendidikan mempercepat anak dalam
kata-kata. Nilai Moral itu beraneka mengembangkan konsep tentang moral.
macam, termasuk loyalitas, kebajikan, Mengamati realitas moral secara kritis,
kehormatan, kebenaran, respek, akan lebih dekat pada bentuk permainan,
keramahan, integritas, keadilan, kooperasi. dimana mengamati realitas moral
Permaslaahan yang dihadapi bangsa ini merupakan pendidikan etika. Dalam
berada pada etika dan moral anak didik. permainan compassion, fairness,
Pendidikan Jasmani dianggap dapat spormanship dan integritas sangat lekat di
membawa pesan etika dan moral ini dalamnya sehingga mampu memberikan
sebagai pengayaan karena dari gerak, konsep pendidikan etika. Dukungan
dapat langsung diberikan contoh tentang lingkungan sekolah dan masyarakat harus
Etika dan Moral Pendidikan....(Marjohan) 72

dijaga untuk menjaga iklim lingkungan Pemikiran yang dapat disumbangkan


sosial yang baik, agar mendukung
Perlu dipertajam visi dan misi
pendidikan etika dan nilai. Guru
pendidikan jasmani di sekolah, terutama
pendidikan jasmani dapat mengajarkan
dikaitkan dengan potensinya dalam
nilai dan etika di luar jam pelajaran,
pembentukan krakter dan kemaslahatan
terutama saat ektra kurikuler, kegiatan
lainnya. Orientasi baru perkembangan
pramuka, organisasi klub olahraga sekolah
pendidikan jasmani harus diselaraskan
dengan melihat peluang yang tepat dalam
dengan tuntutan pasar dan menjunjung
pendekatan individu. Membuat mata
tinggi sportivitas.
pelajaran tentang budi pekerti, tetapi hal
ini perlu pembicaraan sesama seksama.
Sehinga diharapkan Pendidikan jasmani DAFTAR KEPUSTAKAAN
Freeman,William H. 2001. Physical
dan olahraga merupakan laboratorium
Education and Sport in A Changing
bagi pengalaman manusia, oleh sebab itu Society. (Sixth Ed.). Boston. Allyn
and Bacon.
guru pendidikan jasmani harus mencoba
mengajarkan etika dan nilai dalam proses Lubis, Johansyah. 2007. Etika dan
Masalah-masalah dalam
belajar mengajar, yang mengarah pada
Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
kesempatan untuk membentuk karakter Jakarta : UNJ.
anak. Pendidkan jasmani dapat
Lutan, Rusli (ed). 2001. Olahraga dan
mengajarkan nilai dan etika diluar jam Etika Fair Play. Direktorat
Pemberdayaan IPTEK Olahraga,
pelajaran, terutama saat ektra kurikuler,
Dirjen OR, Depdiknas, Jakarta:
kegiatan pramuka, organisasi klub CV. Berdua Satutujuan.
olahraga sekolah dengan melihat peluang
Mahendra, Agus. 2003. Falsafah
yang tepat dalam pendekatan individu. Pendidikan Jasmani. Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat
Membuat mata pelajaran tentang budi
Jenderal Pendidikan Dasar Dan
pekerti, tetapi hal ini perlu pembicaraan Menengah Direktorat Pendidikan
Luar Biasa. Bagian Proyek
sesama seksama. Sehinga diharapkan
Pendidikan Kesehatan Jasmani
Pendidikan jasmani dan olahraga Pendidikan Luar Biasa.
merupakan laboratorium bagi pengalaman
Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar,
manusia, oleh sebab itu guru pendidikan Masalah-masalah Pokok Filsafat
Moral. Yogyakarta: Perc. Kanisius.
jasmani harus mencoba mengajarkan etika
dan nilai dalam proses belajar mengajar, ________________.2000. Kuasa &
Moral. Jakarta: Gramedia Pustaka
yang mengarah pada kesempatan untuk
Utama.
membentuk karakter anak.
Etika dan Moral Pendidikan....(Marjohan) 73

www.hki.org. Online 28 Oktober 2008.


http://www.pembelajar.com/wmvie
w.php?ArtID=1143 Membangun
Karakter (diakses, 4 November
2008).

You might also like