You are on page 1of 18
REVIEW JURNAL PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Matrikulasi Keperawatan Maternitas Yang dibimbing oleh ibu Sumirah Budi Pertami, S.Kp., M-Kep Oleh Priti Ditafebria 17212235044 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN MALANG KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA September 2023 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmay dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak lain makalah ini tidak dapat menyelesaikan dengan baik, arena itu pula kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan, bantuan, dukungan dan saran kepada Ibu Sumirah Budi Pertami, S.Kp., M.Kep. Penulis menyadari bahwa kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki sangat terbatas, schingga penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini, Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis maupun pembaca lainnya. Malang, September 2023 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .. DAFTAR IST... A. PENDAHULUAN, . . B. RINGKASANJURNAL. 1. Identitas Jurnal. 2. Ringkasan Jumal. J . a. Pendahuluan. b. Kajian Teori . ©. Metodeologi Penelitian " 7 . Pembahasan e. Kesimpulan . . £ Saran. . . C. PEMBAHASAN . . a eo D. KESIMPULAN DAN SARAN. A. PENDAHULUAN Pada tahun 2009, riset Deputi Bidang Perlindungan Perempuan Komisi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) menunjukkan jumlah penyandang cacat di Indonesia diperkirakan sebesar 2,13 juta jiwa atau 0,92% dari total penduduk Indonesia yang secara keseluruhan berjumlah 230,87 juta jiwa, Jika dilihat menurut jenis kelamin, penyandang cacat laki-laki lebih. banyak dibandingkan perempuan. Jumlah penyandang cacat laki-laki sebesar 1,13 juta jiwa atau 0,99% dari total penduduk Indonesia, sedangkan jumlah penyandang cacat perempuan sebesar 0,99 juta jiwa atau 0.85% dari total penduduk Indonesia Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa terdapat sekitar 21,3% penduduk Indonesia usia 15 tahun keatas merupakan penyandang cacat dari jumlah populasi penduduk Indonesia menurut status disabilitas, sehingga dapat dikatakan bahwa masalah disabilitas merupakan masalah nasional. Menurut status disabilitas dan karakteristik responden, jumlah penyandang cacat laki-laki sebesar 18,9% dari total penduduk Indonesia dan jumlah penyandang cacat perempuan sebesar 23,5% dari total penduduk Indonesia. Sebuah penelitian di Kamerun menunjukkan bahwa perempuan penyandang cacat memiliki Keterbatasan pemahaman terhadap Kesehatan reproduksi dan memiliki pendidikan Kesehatan reproduksi yang rendah. Penyandang cacat memiliki hambatan untuk mengakses pelayanan dan informasi kesehatan. Hambatan tersebut muncul dari berbagai aspek seperti norma dan budaya yang membatasi, keterbatasan pelayanan, kurangnya alat_ bantu, lemahnya kemampuan komunikasi para petugas kesehatan, tidak tersedianya bangunan, marjinalisasi dalam komunitas, buta huruf, keterbatasan_ pendidikan, serta ketidaksetaraan gender. Keluarga, pengasuh, institusi, atau bahkan pelayanan Kesehatan profesional seringkali__mengabaikan kebutuhan _perempuan penyandang cacat karena munculnya persepsi bahwa mereka tidak aktif secara seksual dan tidak memerlukan informasi kesehatan seksual, padahal perempuan penyandang cacat memiliki kemungkinan besar menjadi korban pemerkosaan, pelecchan seksual, dan kekerasan dalam rumah tanga. Banyak remaja penyandang cacat yang memiliki akses rendah terhadap informasi kesehatan bahkan informasi dasar tentang bagaimana tubuh mereka berkembang dan berubah. Selain itu mereka sering diajarkan untuk diam dan patuh sehingga sangat berisiko mendapat tindak kekerasan dan pelecehan seksual. Akibatnya, mereka berisiko untuk terinfeksi HIV karena fasilitas dan program jarang sekali yang mempertimbangkan kebutuhan mereka, sementara petugas pelayanan kesehatan tidak punya pelatihan khusus untuk menangani penyandang cacat. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesny. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Fasilitas pelayanan Kesehatan reproduksi yang dimaksud oleh peneliti adalah sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi di sekolah baik berupa fasilitas fisik maupun non-fisik Oleh karena itu penulis tertarik untuk mereview jurnal dengan judul “Factors associated with access to sexual and reproductive health services among women with disabilities in Nepal” penulis ingin mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi akses pelayanan Kesehatan reproduksi pada remaja dengan disabilitas, B. RINGKASANJURNAL 1 Identitas Jurnal a. Judul : Factors associated with access to sexual and reproductive health services among women with disabilities in Nepal. b. Penulis : Sampurna Kakchapati, Saugat Pratap KC, Santosh Giri, Sanju Bhattarai, Sushil Chandra Baral ¢. Lembaga Penulis: HERD International, Bhaisepati, Nepal. 4. Lembaga yang menerbitkan jurnal : Dialog in Health by Elsevier available at science direct Tahun Terbit = 2022 f Volume al g. ISSN 2772-6533 h. DO 10.1016 /j.dialog.2022.100068 2. Ringkasan Jurnal a. Pendahuluan Diperkirakan satu miliar orang (satu dari setiap lima perempuan) di seluruh dunia mempunyai beberapa jenis disabilitas, dan 80% di antaranya hidup di wilayah dengan sumber daya yang terbatas. Penyandang disabilitas memiliki pencapaian pendidikan yang buruk, partisipasi angkatan kerja yang rendah, dan akses yang terbatas terhadap Jayanan dan sumber daya keschatan. Diskriminasi dan marginalisasi sedemikian rupa sehingga banyak negara menganggap penyandang disabilitas sebagai kelompok yang kurang beruntung secara sosial untuk dijadikan sasaran program sosial dan kesejahteraan. Di negara-negara berpendapatan tendah seperti Nepal, dimana diskriminasi berbasis gender merajalela, perempuan penyandang disabilitas mengalami beban eksklusi tambahan dengan hasil kesehatan yang lebih buruk. Kesehatan seksual dan reproduksi (SRH) adalah bagian penting dari Kesehatan dan pembangunan berkelanjutan. Kebutuhan SRH_ bagi penyandang disabilitas sebanding dengan kebutuhan orang lain namun, dibanyak negara berpendapatan rendah, hak-hak SRH mereka diabaikan Karena anggapan umum bahwa mereka tidak memiliki dorongan seksual, Di Nepal, penelitian menyoroti tantangan terkait fasilitas kesehatan dan penyedia layanan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas dalam mengakses informasi dan layanan SRH. Hambatannya lebih besar bagi perempuan penyandang disabilitas. Faktor penentu SRH di kalangan perempuan penyandang disabilitas mempunyai banyak aspek Status sosial ekonomi yang rendah mengurangi kemampuan mereka untuk mengakses layanan kesehatan hal ini diperburuk oleh terbatasnya Ketersediaan dan tingginya biaya layanan keschatan. Bahkan ketika layanan SRH tersedia, pelayanan dan dukungan yang diterima dari penyedia layanan kesehatan dan sikap masyarakat terhadap perempuan penyandang disabilitas. Selain itu, penyedia layanan kekurangan peralatan, materi pendidikan, pelatihan yang memadai untuk memberikan layanan SRH bagi perempuan penyandang disabilitas Perempuan penyandang disabilitas dua hingga empat kali lebih mungkin mengalami kekerasan emosional, fisik, dan seksual (termasuk kekerasan oleh pasangan intim, pelecehan oleh anggota keluarga lain, pemerkosaan, sterilisasi_paksa, dan/atau aborsi) dibandingkan perempuan tanpa disabilitas, Kerentanan perempuan penyandang disabilitas terhadap kekerasan diperparah oleh faktor ekonomi, ketergantungan, isolasi sosial persepsi bahwa mereka akan dan tidak bisa melaporkan kekerasan dan membela diri secara fisik dan pengecualian mereka dari program pencegahan kekerasan. Kekerasan terhadap perempuan penyandang disabilitas melanggar hak-hak SRH yang merugikan kesehatan mereka dan kesejahteraan. b. Kajian Teori Pada jurnal ini tidak terdapat kajian teori terkait dengan topik-topik yang dibahas. ¢. Metodeologi Penelitian Pada jurnal ini dilakukan analisis data menggunakan multiple indicator cluster survey (MICS). Survey rumah tangga yag representative secara nasional yang dialkukan secara berkala di sejumlah negara yang berkembang termasuk Nepal. Survey menyediakan perkiraan mengenai indicator-indikator utama keschatan ibu dan anak termasuk SRH, nutrisi, penggunaan tembakau dan alcohol dan fungsi orang dewasa di perkotaan dan perdesaan wilayah ketujuh provinsi di Nepal Pendekataan pengambilan sampel cluster bertingkat dua tahap digunakan oleh MICS untuk pemilihan sampel. Untuk analisis ini data dari 13.320 wanita dewasa (18 tahun keatas) diekstraksi dari basis data MICS untuk membandingkan distribusi faktor penentu sosial, resiko prerilaku, akses terhadap SRH antara perempuan penyandang disabilitas dan non disabilitas. Penelitian ini menganalisis lebih lanjut, Penelitian ini menganalisis lebih lanjut data dari 290 wanita dengan kesulitan fungsional mengeksplorasi hubungan antara determinan sosial dan akses terhadap SRH. Survey MICS mengumpulkan informasi tentang fungsi orang deawa sampel peremouan berdasarkan “serangkaian pertanyaan singkat” yang dikembangkan oleh Washington Group on Disabilities Statistic (WG) mencerminkan 6 domain untuk mengukur kecacatan (melihat, mendengar, berjalan, kognisi, perawatan diri dan komunikasi) skala respin diukur dengan “tidak = tidak ada kesulitan”, “ya=agak kesulitan”, “ya = banyak kesulitan”, dan “tidak bisa’. Jika reponden menjawab "ya- banyak kesulitan” dan “tidak bisa lakukan sama sekali” setidaknya satu dari enam domain ini, dianggap berfungsi disabilitas. Variabel biner untuk mengetahui apakah seseorang memiliki disabilitas fungsional dibuat berdasarkan modul. Pembahasan Studi ini menguji hubungan antara status disabilitas, dan akses serta penggunaan layanan SRH di kalangan perempuan penyandang disabilitas di Nepal. Kami menemukan perbedaan yang signifikan dalam kuantil kekayaan pendidikan, perilaku merokok, manajemen kebersihan menstruasi (MKM) antara perempuan dengan dan tanpa disabilitas Temuan ini konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya dari negara-negara berpenghasilan rendah terungkap dalam penelitian ini, di mana pendidikan rendah dan status ekonomi dikaitkan dengan perempuan penyandang disabilitas. Di dalam faktanya, kemiskinan dan disabilitas. mempunyai_keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan, Disabilitas adalah penyebab dan akibat kemiskinan, saling menguatkan sehingga semakin meningkat kerentanan dan eksklusi, Disabilitas berdampak buruk pada sosial-ekonomi peluang. Penyandang disabilitas cenderung memiliki pendidikan yang lebih rendah_pencapaian, kesempatan kerja, dan pendapatan dibandingkan yang lainnya populasi, Demikian pula, perempuan penyandang disabilitas mempunyai angka yang lebih tinggi pengangguran dan pekerjaan bergaji_rendah. Perempuan penyandang disabilitas juga lebih cenderung menjadi perokok, hal ini sejalan dengan temuan sebelumnya melaporkan kebiasaan merokok yang jauh lebih tinggi di kalangan orang dewasa penyandang disabilitas. Survei STEP baru-baru ini pada tahun 2020 ikan, pengangguran dan kemiskinan sebagai penentu utama penggunaan tembakau dan tingkat bethenti merokok, Demikian pula, perempuan yang merokok memiliki risiko infertilitas yang jauh lebih tinggi dan melaporkan status sosial ekonomi seperti rendahnya prestasi pendit terjadi_komplikasi pada kehamilan. Tingginya tingkat merokok di kalangan penyandang disabilitas mungkin disebabkan oleh status ekonomi yang buruk, hidup di lingkungan yang ketat, dan tingginya tingkat stres, serta kecemasan yang timbul akibat penyakit. harus hidup dengan disabilitas. Temuan ini menyarankan intervensi SRH di masa depan untuk fokus pada “faktor sosial-ekonomi” yang, spesifik jenis disabilitas untuk meningkatkan akses dan penggunaan layanan tersebut oleh perempuan/penyandang disabilitas. Temuan kami menunjukkan bahwa penggunaan media lebih rendah di kalangan perempuan penyandang disabilitas; serupa dengan penelitian lain yang melaporkan penggunaan media sosial di kalangan penyandang disabilitas cukup rendah. Ketakutan dan stereotip tentang disabilitas sudah tertanam kuat dalam budaya kita dan hal ini tercermin i media cakupan juga. Apalagi hadimya program ramah disabilitas peluang penggunaan metode KB saat ini lebih dari empat kali lipat [AOR = media terbatas, hal ini disebabkan oleh rendahnya liputan media di kalanganperempuan penyandang disabilitas. Rendahnya tingkat penggunaan media di kalangan perempuan penyandang disabilitas Kemungkinan besar akan mengurangi akses terhadap pesan dan informasi SRH. Menurut Survei Demografi Kesehatan Nepal, lebih dari sepertiga (37%) perempuan melaporkan sumber informasi SRH mereka melalui media Kombinasi faktor-faktor ini menimbulkan risiko yang lebih besar kebersihan menstruasi_ pada perempuan_ penyandang disabilitas, Perempuan penyandang disabilitas ditemukan tidak mampu menjaga Kebersihan menstruasinya dengan baik pada tingkat yang berbeda-beda. Apalagi penyandang disabilitas dianggap ‘kotor’ dan menular, schingga seringkali tidak diperbolehkan menggunakan jamban umum dan air, Tidak dapat diaksesnya jamban sejalan dengan ketersediaan jamban jamban ramah disabilitas dan produk kebersihan menstruasi. Satu sistematis tinjauan melaporkan bahwa perempuan _penyandang disabilitas memiliki tingkat kepuasan yang rendah dengan produk menstruasi Karena mereka merasa tidak nyaman. Perempuan penyandang disabilitas lebih cenderung menunda atau mengalami Kekurangan perawatan prenatal, dan melakukan pemeriksaan pasca melahirkan, Penundaan ini bisa terjadi sebagian dapat dikaitkan dengan pengalaman negatif perempuan penyandang disabilitas penyedia layanan kesehatan mereka . Kesimpulan Dalam wacana, kebijakan, program, dan layanan publik, kesehatan seksual dan reproduksi perempuan penyandang disabilitas sering kali diabaikan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kurangnya pemahaman bahwa mereka juga memiliki hasrat, tujuan, dan harapan seksual dan reproduksi. Perempuan penyandang — disabilitas terpinggirkan dan mengalami kesenjangan Kesehatan dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, Akses mereka terhadap layanan kesehatan berkualitas termasuk SRH buruk, dan kemungkinan besar mereka tidak memenuhi kebutuhan kesehatan seksual dan reproduksi. Ada kebutuhan mendesak untuk melakukan studi terfokus untuk mengetahui hambatan dan fasilitator yang dihadapi perempuan penyandang,disabilitas dalam mengembangkan layanan SRH yang ramah disabilitas. Hal ini akan membantu dalam mengenali bahwa perempuan penyandang disabilitas adalah makhluk seksual dan tidak boleh mengalami patologi. Sebaliknya pembuatan kebijakan dan program harus berbasis hak, responsif gender, dan inklusif terhadap disabilitas. Saran Pada penelitian ini tidak terdapat saran. C. PEMBAHASAN ‘Topik pada jurnal ini relevan terhadap tugas yang diberikan yaitu dengan topic pelayanan kesehatan reproduksi. Jurnal ini membahas mengenai faktor-faktor yang berpengaruh tethadap pelayanan keschatan reproduksi pada wanita disabilitas di Nepal. Pada bagian pendahuluan dilengkapi dengan dasar teori penelitian dan juga disertai dengan skala prevalensi yang terjadi sesuai pada topic. Pada jurnal ini belum di tampilkan kajian teori sehingga bagi pembaca sulit memahami terkait topic yang dibahas. Metode yang digunakan sudah bagus dengan menggunakan MICS dilakukan survey door to door dan juga dilakukan survey disabilitas sehingga yang di kaji benar-benar disabilitas. Dalam pembahasan juga sudah menampilkan beberapa literature dan juga menampilkan hasil serta opini dari peneliti, Kesimpulan pada jurnaal juga sudah mencakup penelitian. Namun, pada jurnal ini belum ditampilkan saran. D. KRITIK DAN SARAN Pada penelitian belum dilengkapi dengan kajian teori dan saran sehingga sulit bagi pembaca khususnya awam untuk memahami topic teori yang dibahas dan Jandasannya. Jadi bisa ditambahkan untuk memperindah jurnal ini Dislogurin Heals 2022) 100068, ELSEVIER journal homepage: www. eisevier.comilocat (Cootents ists available at SeienceDicet Dialogues in Health Idiaio9 Factors associated with access to sexual and reproductive health services among women with disabilities in Nepal ® coy ‘Sampurna Kakchapati *, Saugat Pratap KC, Santosh Giri, Sanju Bhattarai, Sushil Chandra Baral, HD res Sig. et ARTICLE INFO AnstRACT “ne Te am of he sad so tvesigate therapy bean serial determinant and aii sus ad ‘cos and we of ea end reproductive beth services una women wich ties in Nepal Masai mht Tis sy se at on women wth sity rom te Multiple Indeater hte Survey MCS) (2019, la which 1320 women and 290 wosen wih dsabis wre eluded forthe anal We wed Dass analysis to compare the socal determinants with saiiy stats and multivariate logit rereson to determine the ‘Section beeen scl deeminan and cee and oe fel nd repay eh serie mong wate ngs The ning showed in comparzon withnondiebled women, wornen with dsl ow edaeton Je esos low media exposure spd low are to seal and reqroduive heh. On provincial evl, chose ‘fom Made (ADR = 0.2 (950 06,076] a Lamb [AOR = .24(SSNCI0.06 0.88) had ler ae oence: The ge offal plain (FP) method aang women with dblesin Kara [AOR = 257 (95% CE 1.42-1822)] and Sudupshsis (ADR ~ 1.05 (65% Cl 01-1072) was higher tan those ln rovine 1. Wome ‘ith abit with sendy education were mre than nine anes AOR = 9.2(955C12.67 32.25) nl pinay ‘tution had more than thee tines [AOR 3.59 @SNCEL.C7, 12.02) of knowlege on HIV/AIDS compared 0 ‘hore af edestion. The deo ein eter HIV/AIDS mong women with ete wth esconday cy ‘on was mere han eight tines [AOR ~ 8:8 (95% Ci2.23-946)] than those ofp edaton ‘Cnc: Ths study provides oteworhy findings that women wih dsabites have poor scosconomic stats, ig havin, and ln ase tse and reprodciv he services in Nepal Ths tay igh the i nicanee of actions needed o adres sexual and reproductive belt services in Nepal that uta impect ween ‘emt at omni snd roeodcaveheth Neal os 1. introduction tis estimated that one billn people (one in every five women) wor ide have some frm of disability, out of which 80% live in low resource settings. People with disabilities have poor educational attainment, low ‘workforce participation, and linited acces to bealth servis and resutees 11,2). Thedlscrminatin and marginalization are such that many counties consider persons with disabilities as soil disadvantaged groups for targeted sctl and welfare programs [34] n low-income eountres such as Nepal, where gender based discrimination is rife, women wth disabl ities experience the addtional burden of exclision with poorer health outcomes (4 ‘Sexual and reproductive heath (SRH san essential part of health and sustainable development [25]. The SRH needs ofthe person with disabil- ites are comparable to others [67]; however, in many low income coun ties, their SRH rights are neglected [4,6] due to popular belief that they ont have sexual eve (35]-tn Nepal, suds highligh challenges elated to healt faites and service providers-faced bya person witha disability fn accessing SRH information and services. The barirs are greater for women with disbiles [46.8]. Determinaats of SRH among women with sable are multifaceted (5-8). Low socioeonomiestats reduces thelr ability to access health servicestis aggravated by limited avalbilty and high cos of health services [8,5]. ven when SRH services are all Able, cre and support received rom healthcare providers and the atte ‘ofthe community towards women with debits are not opal [1]. In addition, service providers lack appropriate equipment, educational ‘materials, raining to provide SRH services for women with disabilities [10,11]. Women with disses ae two to four tines more likey to expe "ence emotional, physical, and seal violence (including intimate partner Violence, abuse by other family members, rape, forced sterilization, and/or abortion) than women without disability [12,13]. The vulnerability ‘of women with disabilities to vilence is compounded by economic ~T Corepning ters HERD nero Slt Avs C10 Magy, aga ate, ep nap x do.org/11016/ log. 2022100068 eteved 4 uy 202%; Reeve in rere fern 12 Otuber 202% Accepted 26 Octobe 2022 Avalbie online 3 Otber 2022 277246533/6 2022 HERD lterntonal Publis by lve ln. This ia open acces aie under the OC BY ene (hep//reaiveconeos aren.) ‘pd igen confer Sleep dependency; social isolation; the pereption that they will and/or cannot report violence and physically defend themselves, and their exclusion fom violence prevention programs (10,13). Violence against women ‘ith disabilities violates their SRI rights undermining ther health and ‘wellbeing (7.813) ‘Studies have reported that women with disabilities fce challenges in Death ystems (service providers attudes and inastrutute), economic snd socket ehllenges in accessing SRH services (10,1415) Several stud fesave explored the factors affecting neces to and utilization ofealth er. vies by persons wit disabilities [.9.14,15], however, fewer studies ave explored these challenges among waren with dsabiies in Nepal. There fore thie study aime to deseribe the relationships berween disability status and accesso SRE services. Italo explores the relationship between social determinants (age, gender, wealth quite, eduestion, medi use) and ‘cess to SRH services by women with disabilities 2, Material and methods ‘We analyzed the data from Multiple Indicator Cluster Survey (MICS) [16], a natonaly representative household survey conducted periodically {na number of developing countries including Nepal. The survey provides ‘tates on key maternal and child health indicators inching SRH, nt ton, tobacco and sll use, and adult functioning across urban and ral areas of al the seven provinces ofNepl. two stage, sited cluster sam pling approoch is used by MICS for sample selection, For this analysis data from 13,320 adult women (18 yeas and above) was extracted from the MICS database to compare the ditbaton of roca determinants, sk be havior, acess to SRH between women with and withot disabilities. We further analyzed the data from 290 wornen wit functional difficulties to explore the relationship between socal determinants and acess to SRH servis 2.1. Sandy vriabes ‘The MICS survey collected information onthe adult functioning ofthe sampled women based on a “short set” of questions developed by the Washington Group on Disability Statistics (WG) reflecting six domains or measuring disability (secing, hearing, walking, cognition, seca, and communication) [25]. The response scales are meatue in "No -o dif ely” “Yes ~ some dificult”, “Yes ~a lt of ficult" and “Cannot do ft all” the respondent mentioned “Yes ~ lat of diffe” and “Cannot data” at leas one ofthese six domain, its counted as having functional sab. Airy variable for whether personas functional disability ‘was erated based on the item module, "The outcome variables selected for this analysis re (1) atte towards domestic violence: meatured by asking if they think husbands or mother {inlaw are justified to itor heat wives ina vaietyofstustions; (2) use of family planning (FP) methods: measured by use of permanent and temporary family planning method, (3) knowledge about HIV/AIDS: faith fulness t ones partner of avoiding mulple sex partner, and consistent and correct condom use or use of a condom during every sex act as HIV-preventive measures. Additionally, HIV related knowledge and misconceptions that heathy looking person canbe infected with HIV, a ‘erson cannot get HIV from a mosquito bite or by sharing a meal with an FHIVinfected person, and the respondent ever being tested on HIV/AIDS were also measured ae cutcome variables ‘Similar, based on the available literature (17,18), several individuals, households and community-level characteristics were selected as indepen dent variables. The individual level characteristics were age, gender, ‘eveation, marital status, numberof children, use of media, smoking be havior, and aleohol consumption. Selected characteristis related to ‘women such a menstrual hygiene management (MEM) defined as having aptvate lace to wash and change at home and whether they used appro- rate materials including reusable and non-ewsabe materials during last ‘menstruation, Moreover, women characteris Such sever eelving et natal care ding pregnancy, and place of last delivery (home delivery/ Deeper 2022) 0008 {nctitonal delivery) were inehadein the analysis, Householevel char acteristics included wealth index quite (categorized as Poorest, Poorer, “Midale, Richer, and Riches) which was calculated based on ownership of household amenities, facilites, assets, and access to health insurance. Lastly, the community level characteratics contained place of residence (ural or urban) and provinces. (22. thes comdderations ‘Aspe the Statistical Act (1958), the study protocol forthe Nepal MICS survey was spproved bythe Central Bureau of Statics (CBS) along wlth UNICEF. Since this study involved the analyses of publiy available anonymized secondary data, ethical approval from respective institutions was not required. However, ethical approval for the survey was obtained from Cental Bureau of Statistics (CES). 23. Data enayis “The SPSS dataset available from NICS was imported 1 R statistical sot. ware fr data analysis. The data was checked for eampleteness and neon sistences. We compared the distribution of women with and without factional dificulies across demographic socioeconomic and behavioral characteristics. Pearson's chi-squared test for categorical and students ‘tert for continuous variables was ured to determine whether the fer ‘ences inthe characteristics were statistically significant between women ‘with and without functional difficulties. A two-tailed p-value of <0.05 ‘wae considered tobe statistically significant “The variables that were statistically significant were then fed into lo istic regression models, constructed only among a subset of women with functional difficulties. filly, explanatory determinants were included fn the model one at time to examine ther tniveriate relationship with the outcome. Multivariate logistic regression models were then wed 10 Identify the most important determinants fr each outcome. We estimated ‘an unadjusted odds rai forthe independent variables agains atte to wards violence, current use of faily planning methods, knowledge and misconceptions on HIV/AIDS, and ever being ested fr HIV/AIDS, Further Adjusted odds ratios were estimated afer controlling fr the place of res ener, provinee, education, westh quintile, health insurance, we of ‘eda, smoking behavior, and sleol consumption. The results ae pe sented in combined table with the significant results highlighted. 2. Results ‘Table 1 shows the comparison of socal determinants and SRH behav fore among women with and without disabilities. There was a significant swsolation between province, age, education, marital stats, wealth ‘quantile, se of media, cigarette smoking, private place for mensrul hy: siene management ever heard about HIV/AIDS, knowledge on HIV/AIDS ‘with functional disables. Bat province had the highest proportion ‘of women with (22.4%) and without (20.19) disabilities. Compared t0 ‘women without disabilities the mean age and number of children were higher among women with disabilities. Proportion of women with no ed cation (52.16 vs 30:39), and women belonging to poorest wealth quince (62.9% vs 23.399) was also observed to be higher among women wih d ables Similarly, a higher proportion of women with disabilities had ever ‘smoked (23.4% vs 8.299). In addition, the use ofa least one ofthe listed sedi (55.5% vs 62.7%), menstrual hygiene management (72.8% ¥5 188950) was lower among the women wth abilities. Likewise, perinatal care (7.96 5 189), heard about HIV/AIDs (60.7% ¥5 73.4%), and know edge on HIV/AIDs (12.1% ws 197%) were comparatively lower among ‘women with disabilities compared to women without disabilities Factors associated with atitude on violence and current use of FP methods among women with disables are presentedin Table 2.Inthead- juste model, Madhesh {AOR = 0.22 (954 Cr 0.06, 0.76) and Lumbin province [AOR = 0.24 (35%Ck 0.06, 0.88] had significantly lower odds of attitude on domes violence. Inversely, compared to Province 1, the ‘pd igen confer Sleep Deeper 2022) 0008 ‘Tablet Comparison of oi determin rik behaviors sel and heh Behavior ming women wi and witout abies. ‘Gana atonal as asain a Pa a 7290 os ‘an mss) 7557588) 7928588) Font m5) s60(412) sientat2) reae 1 siao7 1si7039) 1945 039) Naini soos} easn 21015) apr sane zee) 2885 200) Candas Pus) 13013) isa) Tt saan aisntiss) na Gtaan 396 (105) Shahin 208) esstia7) wr) Ne nanan aso ess0) sen 207167 onsen seen nz -

You might also like