You are on page 1of 11
LAPORAN INDIVIDU LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN JIWA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan individu Praktek Profesi Keperawatan Departemen Keperawatan Jiwa Di Puskesmas Bantur OLEH: PRITI DITAFEBRIA 1712235044 PRODI PENDIDIKAN PROFES! NERS MALANG JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG TAHUN AKADEMIK 2023 Dipindai dengan CamScanner LEMBAR PENGESAHAN Laporan Pendahuluan Pasien dengan Diagsosa Keperawatan Defisit Perawatan Diri di wilayah kerja Puskesmas Bantur Desa Sumberbening Dusun Sumberwates pada tanggal 16 Oktober 2023 s/d 04 November 2023 ‘Tahun Akademik 2023/2024 Telah disetujui dan disahkan pada tanga ....Bulan Tahun Bantur, Preceptor Akademik Dr. Dyah Widodo $.Kp., M.Kes, NIP. 196607071988032003 Dipindai dengan CamScanner MASALAH KEPERAWATAN UTAMA Defisit perawatan diri TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan, 2013) Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas perawatan di seperti mandi, berhias/berdandan, makan dan toileting. Defisit perwatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri, Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedul in ‘merawat diri, Keadsan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, 2015), B. Penyebab Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabakan individu mengalami defisit perawatan diri, yaitu 1, Faktor prediposi a. Biologis, seringkali defisit perawatan diri disebabkan Karena adanya penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri dan adanya factor herediter yaitu ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa b. Psikologis, faktor perkembangan memegang peranan yang tidak kalah penting hal ini dikarenakan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan individu sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Pasien gangguan jiwa mengalami deficit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang kurang sehingga menyebabkan pasien tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya termasuk perawatan diri. ¢. Sosial. Kurangnya dukungan social dan situasi lingkungan mengakibatkan penurunan kemampuan dalam perawatan diri Dipindai dengan CamScanner 2. Faktor presipitasi adalah Faktor presiptasi yang dapat menimbulkan deficit perawatan di penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan dit C. Rentang Respon Menurut Dermawan (2013), adapun rentang respon defisit p. atan diti sebagai berikut Adaptif Maladaptif <<). Pola perawatan | Kadang perawatan diri, | Tidak melakukan perawatan diri seimbang kadang tidak i pada saat stres 1 Pola perawatan diti seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, Klien masih melakukan perawatan diri. Kadang perawatan diri kadang tidak: saat Klien mendapatkan stresor kadang ~ Kadang Klien tidak memperhatikan perawatan dirinya, Tidak melakukan perawatan diri : Klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor. D. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala deficit perawatan diri dapat dinilai dari pernyataan pasien tentang kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan minum, BAB dan BAK dan didukung dengan data hasil observasi. 1. Data subjektif Pasien mengatakan tentang : Malas mandi b, Tidak mau menyisir rambut ¢. Tidak mau menggosok gigi Tidak mau memotong kuku ¢. Tidak mau berhias/ berdandan f. Tidak bisa / tidak mau menggunakan alat mandi / kebersihan diti g. Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum Dipindai dengan CamScanner h. BAB dan BAK sembarangan i. Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK j. Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar 2. Data objektif a. Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang, b. Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan benar cc. Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu berdandan 4. Pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai, mengeneangkan dan memindahkan pakaian, tidak memakai sepatu, tidak mengkancingkan baju atau celana. e. Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam berpakaian, misal memakai pakaian berlapis-lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai. Melepas barangbarang yang perlu dalam berpakaian, misal telajang. f, Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan alat makan, tidak mampu (menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat makan (dari panic ke piring atau mangkok, tidak mampu menggunakan sendok dan tidak mengetahui fungsi alat-alat makan), memegang alat makan, membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan makanan secara aman dan menghabi g. BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah BAB dan BAK, tidak mampu( menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet setelah BAB atau BAK). E, Sumber Koping an makanaan). ‘Stuart (2016) menjelaskan gangguan jiwa adalah penyakit menakutkan dan sangat menjengkelkan yang membutuhkan penyesuaian oleh pasien dan keluarga. ‘Sumber daya keluarga, seperti pemahaman orang tua tentang penyakit, ketersediaan keuangan, ketersedi mv waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk memberikan dukungan yang berkelanjutan, memengaruhi jalan nya penyesuaian setelah ‘gangguan jiwa terjadi. Proses penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi terdiri dari 4 tahap dan dapat berlangsung mungkin selama 3 sampai 6 tahun : Dipindai dengan CamScanner 1. Disonansi kognitif : Disonansi kognitif melibatkan pencapaian keberhasilan farmakologi untuk menurunkan gejala dan menstabilkan gangguan jiwa aktif dengan memilih kenyataan dari ketidaknyataan setelah episode pertama. 2. Pencapaian wawasan ; Permulaan wawasan terjadi dengan kemampuan melakukan pemeriksaan terhadap kenyataan yang dapat dipercaya, 3. Kognitif yang konstan : Kogniktif konstan termasuk melanjutkan hubungan. interpersonal yang normal dan kembali terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan dengan sekolah dan bekerja. 4, Bergerak menuju prestasi kerja atau tujuan pendidikan : Tahap ini termasuk kemampuan untuk secara konsisten terlibat dalam kegiatan harian yang sesuai dengan usia hidup yang merefleksikan tujuan sebelum gangguan jiwa F. Mekanisme Koping Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah sebagai berikut 1. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali, seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah formasi dan upaya untuk mengulangi ansietas (Dermawan, 2013). 2. Penyangkalan ( Der ‘menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan ), melindungi diri terhadap Kenyataan yang. tak dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau kesibukan lain serta tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang menakutkan (Yusuf dkk, 2015). 3. Menarik diri, reaksi yang ditampitkan dapat berupa reaksi_ fis ik maupun psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stresor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain, Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku. apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuban (Dermawan, 2013). 4, Intelektwalisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah (distorsi) misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat, maka mengatakan “sudah nasibnyat atau “sekarang ia sudah tidak menderita lagi” (Yusuf dkk, 2015). G. Dampak atau Akibat Akibat dari defisit perawatan diri adalah gangguan pemeliharaan kesehatan (Keliat, 2006), gangguan pemeliharaan kesehatan ini bentuknya bias bermacam- Dipindai dengan CamScanner macam, Bisa terjadinya infeksi kulit (scabies, panu, kurap) danjuga gangguan lain seperti grastitis kronis (karena kegagalan dalam makan), penyebaran penyakit orofecal (karena hygiene BAB atau BAK sembarangan) dan lain-lain, H. Pohon Masalah Isolasi sosial (effect) t it perawatan diri (core problem) ' Harga diri rendah (causa) (menurunnya motivasi dalam perawatan diti) I. Masalah Keperawatan 1. Isolasi sosial 2. Defisit perawatan diri 3. Harga diri rendah Ill. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1, Identitas Klien, Meliput Nama, Jenis kelamin, umur, alamat lengkap, no. MR, dan penanggung jawab. 2. Alasan Masuk Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung, 3. Faktor Predisposisi a. Riwayat penyakit sekarang b. Riwayat penyakit dahulu Keluarga Klien akan mengatakan klien pernab/tidak pernah mengalami gangguan jiwa atau penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri ¢c. Riwayat penyakit keluarga 4d. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Dipindai dengan CamScanner fe. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan Giri, f) Sosial_kurang dukungan dan Jatihan kemampuan perawatan di lingkungannya. Situasi lingkungan mempengarubi latihan kemampuan dalam perawatan diri 4. Pemeriksaan Fisik a. Tanda - tanda vital : 1) TD =..mmHg, 2) N=... x/mnt, 3) $=..°C 4) RR =... x/mnt 5) Berat badan=... kg 6) Tinggi badan=...cm b, Rambut : Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, ‘keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur. Kepala ; Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan, as Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah, Hidung : Lihat kebersihan hidung, membran mukosa Molut : Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan Gigi : Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi Telinga : Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi i, Kulit: Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu. rm me j. Genetalia : Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan 5. Psikososial a. Pola istirahat dan tidur sebelum dan sesudah masuk rumah sakit b. Pola Persepsi dan Kognitif Pendengeran dan penglihatan pasien apakah mengalami gangguan, apakah pasien masih bisa mendengar dan melihat dengan jelas dan_mampu berkomunikasi dengan lancar. ¢. Pola persepsi dan konsep diri Dipindai dengan CamScanner G Apakah klien mengalami gangguan persepsi sensori ilusi dan halusinasi, baik itu halusinasi pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan, dan penghidup. d. Pola Peran dan Hubungan Pasien berperan sebagai ayah,ibu, atau anak . Pola reproduksi dan seksual f. Pola Kooping Terhadap Strees Dalam menghadapi masalah, bagaimana klien selalu menyelesaikannya g. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan Status Mental a. Penampilan : Penampilan klien rapi/kusut b. Pembicaraan : Klien berbicara dengan nada yang pelan atau lambat, jelas atau mudah dimengerti cc. Aktivitas motorik : bagaimana pola aktivitas kien 4. Afek dan Emosi fe. Interaksi selama wawancara : Selama wawancara lihat kontak mata klien fokus atau tidak, Pasien tampak ragu dalam menjawab pertanyaan perawat atau tidak £, Alam perasaan : Menanyakan perasaan yang saat ini dirasakan, Masalah Keperawatan Utama Defisit perawatan dirt Rencana Tindakan Keperawatan Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri, b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri ¢. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri 4. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri ‘Melatih pasien berdandan/berhias: ‘Untuk pasien laki-laki latihan meliputi : a. Berpakaian b. Menyisir rambut ¢. Bercukur Untuk pasien wanita, latihannya meliputi a. Berpakaian Dipindai dengan CamScanner b. Menyisir rambut cc. Berhias 3. Melatih pasien makan secara mandiri a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan b. Menjelaskan cara makan yang tertib ¢. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan 4d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik 4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai b, Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK cc, Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK Dipindai dengan CamScanner DAFTAR PUSTAKA Dermawan, Deden dan Ru: 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Kperawatan Jiwa. ‘Yogyakarta, Gosyan Publishing Stuart.Gail. W (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa ; Indonesia: Elsever. Tarwoto dan Wartonah, 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta ‘Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDK1), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia ‘Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi |, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia ‘Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika, Dipindai dengan CamScanner

You might also like