You are on page 1of 14
LAPORAN INDIVIDU LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Keperawatan Departemen Keperawatan Jiwa Di Puskesmas Bantur OLEH: PRITI DITAFEBRIA 1712235044 PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS MALANG JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG TAHUN AKADEMIK 2023 Dipindai dengan CamScanner LEMBAR PENGESAHAN Laporan Pendahuluan Pasien dengan Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan di wilayah kerja Puskesmas Bantur Desa Sumberbening Dusun Sumberwates pada tanggal 16 Oktober 2023 s/d 04 November 2023 Tahun Akademik 2023/2024 ‘Telah disetujui dan disahkan pada tanggal ....-BUIAM ........:0seeeeee. Tahun Bantur, Dr, Dyah Widodo S.Kp.,. M.Kes. ‘NIP.19683))091990031003 ‘NIP. 196607071988032003 Dipindai dengan CamScanner MASALAH KEPERAWATAN UTAMA Perilaku kekerasan TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan, Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan). Perilaku kekerasan adalah satu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015:137). Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan atau mencederai diri sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan. Perilaku kekerasan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Prabowo, 2014) Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan perasaan marah dan bermusuhan yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. . Penyebab 1. Faktor Predisposisi Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah factor biologis, psikologis dan sosiokultural : a. Faktor Biologis : 1) Instinctual Drive Theory ( Teori Dorongan Naluri) ‘Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat. Dipindai dengan CamScanner 2). Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik) Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologi_terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistim limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah (Deden dan Rusdin, 2013) Faktor Psikologis 1) Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi) Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berprilaku agresif karena perasaan prustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan. 2) Behavior Theory (Teori Perilaku) Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung. 3) Eksistensial Theory ( Teori Eksistensi) Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berprilaku konstruktif, maka individu akan memenuhi melalui berprilaku destruktif. Faktor Sosiokultural 1) Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial) Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah, Norma budaya dapat mendukung individu untuk merespon asertif atau agresif 2). Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial) Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi (Deden dan Rusdin, 2013). Faktor Prespitasi Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik, Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan_fisik, kehilangan, kematian) amaupun dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti, Kehilangan rasa cinta, takut tethadap penyakit fisik). Selain itu lingkungan yang terlalu rebut, padat, kritikan yang mengaruh pada Dipindai dengan CamScanner penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan (Deden dan Rusdin, 2013). Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury secara fisik, psikis atau ancaman konsep diri, Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut 1) Kondisi Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan, 2) Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari lungkungan, 3) Lingkungan : panas, padat dan bising C. Rentang Respon | Asertif Frustasi Pasif Agresif Perilakas Klien mampu Klien gagal_ Klien merasa_ Klien Perasaan marah dan mengungkapkan —mencapai tidak mampu/ mengekspresik — bermusuhan yang rasa marah tanpa _tujuan tidak dapat an secara fisik, _kuat dan hilang menyalahkan kepuasan saat mengungkap — tapi masih kontrol disertai orang lain dan marah dan kan terkontrol, amuk, merusak memberikan tidak dapat perasaannya, - mendorong lingkungan kelegaan menemukan — menghindar, orang. lain alternatifnya tidak dengan berdaya dan ancaman menyerah, 1. Respon Adaptif Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon adaptif (Mukripah Damaiyanti, 2012 : 96) : a. Pikiran logis : pandangan yang mengarah pada kenyataan . Persepsi akurat : pandangan yang tepat pada kenyataan Dipindai dengan CamScanner ¢. Emosi konsisten dengan pengalaman : perasaan yang timbul dari pengalaman 4. Perilaku sosial : sikap dan tingkah Jaku yang masih dalam batas kewajaran e. Hubungan sosial : proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan 2. Respon Maladaptif a. Kelainan pikiran : keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial b. Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanifestasiakn dalam bentuk fisik Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari hati 4. Perilaku tidak terorganisit merupakan suatu perilaku yang tidak teratur (Mukripah Damaiyanti, 2012 : 97) D. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala perilaku kekerasan menurut Direja, (2011) meliputi 1, Fisik : mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah, dan tegang, serta postur tubuh kaku 2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar, ketus 3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak Tingkungan, amuk atau agresif 4, Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, Jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut 5. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme 6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas terhambat 7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran 8. Perhatian : bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual. E. Akibat Akibat dari perilaku kekerasan yaitu adanya kemungkinan mencederai diri, orang lain dan merusak lingkungan, dimana seseorang individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri, orang lain maupun Dipindai dengan CamScanner lingkungannya. Kondisi ini biasanya akibat ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif Proses Marah Stres, cemas, marah merupakan bagian Kehidupan sehari-hati yang harus dibadapi oleh setiap individu. Stres dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam, Kecemasan dapat ‘menimbutkan kemarahan. Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara, yaitu: mengungkapkan secara verbal, menekan danmenantang. Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari intemal atau eksternal, Stressor internal seperti penyakit, hormonal, dendam, kesal sedangkan stressor ekternal bisa berasal dari ledekan, cacian, makian, hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana dan sebagainya, hal tersebut akan mengakibatkan kebilangan atau. gangguan pada sistem individu (disruption and loss). Videbeck (2008) mengatakan pemaknaan dari individu pada setiap kejadian yang menyedihkan atau ‘menjengkelkan menjadi hal terpenting, 1. Triggering incidents Ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien, Beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu agresi antara laian: provokasi, respon tethadap kegagalan, komunikasi yang buruk, situasi yang menyebabkan frustrasi, pelanggaran batas terhadap jarak personal, dan harapan yang tidak terpenuhi Pada fase ini pasien dan keluarga baru datang. 2. Escalation phase Ditandai dengan kebangkitan fisik dan emosional, dapat diseterakan dengan respon fight or flight. Pada fase escalasi kemarahan pasien memuncak, dan belum terjadi tindakan kekerasan, Pemicu dari perilaku agresif pasien gangguan psikiatrik bervariasimisalnya: halusinasi, gangguan kognitif, gangguan penggunaan zat, kerusakan neurologi/kognitif, bunuh diri dan koping tidak efektif. 3. Crisis point ‘Sebagai lanjutan dari fase escalasi apabila negosiasi dan teknik de escalation gagal mencapai tujuannya, Pada fase ini pasien sudah melakukan tindakan kekerasan. 4. Settling phase Dipindai dengan CamScanner Pasien yang melakukan kekerasan telah melepaskan energi marahnya. Mungkin masih ada rasa cemas dan marah dan berisiko kembali ke fase awall 5. Post crisis depression Pasien pada fase ini mungkin mengalami kecemasan dan depresi dan berfokus pada kemarahan dan kelelahan, 6. Return to normal functioning Pasien kembali pada keseimbangan normal dari perasaan cemas, depresi, dan kelelahan. G. Perilaku 1. Menyerang atau menghindar (Fight of flight), respon fisiologis timbul Karena jeguatan sistem saraf otonom bereaksi tergadap sekresi ephineprin yang menyebabkan TD meningkat, takikardia, wajah merah. 2. Menyatakan secara asertif, dengan perilaku. mengekspresikan kemarahanya dengan perilaku pasif agresif tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. 3. Memberontak (acting out), perilaku yang muncuk biasanya disertai akibat kontlik perilaku memberontak untuk menarik perh: orang lain, 4. Perilaku kekerasan, tindak kekerasan yang ditujukkan kepada diri sendiri, orang Jain maupun lingkungan. H. Mekanisme Koping Mekanisme kopping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah Iangsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (Stuart dan Sunndeen, 1998). Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karna adanya ancaman, Beberapa ‘mekanisme kopping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain : 1, Sublimasi, misalnya seseorang yang sedang- marah_melampiaskan kemarahannya pada objek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok, dsb untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah. 2. Proyeksi, menyalakan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya vyang tidak baik. 3. Represi, mencegah pikiran menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam. sadar. Dipindai dengan CamScanner 4, Reaksi formasi, mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebihlebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai rentangan, 5. Displacement, melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada ‘objek yang tidak berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi. I. Pohon Masalah Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan ¥ Perilaku Kekerasan |» | Core problem ¥ Perubahan sensori prespsi : Halusinasi ¥ [—> | Causa Faktor Predisposisi dan Faktor Prespitasi J. Masalah Keperawatan Perilaku kekerasan Il. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan 1, Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan a. Data Subyektif : 1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. 2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah, 3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. b. Data Objektif : 1) Mata merah, wajah agak merah. 2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit memukul diti sendiri/orang lain Dipindai dengan CamScanner 3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. 4) Merusak dan melempar barangbarang. 2. Perilaku kekerasan / amuk a. Data Subyektif: 1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. 2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah, 3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. b. Data Obyektif: 1) Mata merah, wajah agak merah, 2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. 3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. 4) Merusak dan melempar barangbarang, B. Masalah Keperawatan Utama Perilaku kekerasan Rencana Tindakan Keperawatan 1. Tyjuan Umum, Tujuan umum dari masalah perilaku Kekerasan adalah pasien dapat ‘mengendalikan atau mengatur emosi, pikiran dan perilaku dalam menghadapi masalah serta melanjutkan hubungan peran sesuai dengan tanggung jawabnya 2. Tujuan Khusus a. TUK: Klien dapat membina hubungan saling percaya Kriteria Evaluas 1) Klien mau membalas salam 2) Kien mau berjabat tangan 3) Klien mau menyebutkan nama 4) Klien mau kontak mata 5) Klien mau mengetahui nama perawat ® Ki Intervensi ‘mau menyediakan waktu untuk kontak 1) Beri salam dan panggil nama kien 2). Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan 3) Jelaskan maksud hubungan interaksi 4) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat Dipindai dengan CamScanner 5) Beri rasa aman dan sikap empati 6) Lakukan kontak singkat tapi sering . TUK IL: Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan Kriteria Evalua 1) Klien dapat mengungkapkan perasaannya 2) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel (dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan) Intervensi : 1) Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya 2) Bantu klien mengungkap perasaannya ‘TUK III : Kien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan Kriteria Evaluasi : 1) Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel 2) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami Intervensi : 1) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat marah/jengkel 2) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada 3) Simpulkan bersama Klien tanda-tanda Klien saat jengkel/marah yang dialami TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilakuk kekerasan yang biasa dilakukan Kriteria Evaluasi : 1) Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang dilakukan 2) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang dilakukan 3) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak Intervensi : 1) Anjurkan Klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Klien 2) Bantu Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 3) Bicarakan dengan Klien apakah dengan cara yang klien takukan masalahnya selesai . TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan Dipindai dengan CamScanner Kriteria Evaluasi 1) Kl dapat mengungkapkan akibat dari cara yang dilakukan klien Intervensi : 1) Bicarakan akibat kerugian dari cara yang dilakukan klien 2) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang dilakukan oleh Klien, 3) Tanyakan pada Klien apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat TUK VI: Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan secara konstruktif Kriteria Evaluasi : 1) Klien dapat melakukan cara berespn terhadap kemarahan secara konstruktif Intervensi : 1) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari cara baru 2) Beri pujian jika klien menemukan cara yang sehat 3) Diskusikan dengan klien mengenai cara lain TUK VI Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan Kriteria Evalua 1) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan 2) Fisik : olahraga dan menyiram tanaman 3) Verbal : mengatakan secara langsung dan tidak menyakiti 4) Spiritual : sembahyang, berdoa/ibadah yang lain Intervensi : 1) Bantu klien memilih cara yang tepat untuk Klien 2) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih 3) Bantu Klien menstimulasi cara tersebut 4) Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut 5) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipilihnya jiak ia sedang kesal/jengkel TUK VIII: Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan Kriteria Evaluasi : 1) Keluarga klien dapat menyebutkan cara merawat klien yang berperikalu kekerasan Dipindai dengan CamScanner 2) Keluarga klien meras puas dalam merawat klien Intervensi 1) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah ilakukan keluarga tethadap klien selam ini 2) Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan Klien 3) Jelaskan cara merawat Klien 4) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat kien 5) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi TUK IX : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan) Kriteria Evaluasi 1) Klien dapat meyebutkan obat-batan yang diminum dan kegunaannya 2) Klien dapat minum obat sesuai dengan program pengobatan Intervensi : 1) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien 2) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa izin dokter Dipindai dengan CamScanner DAFTAR PUSTAKA Dermawan, D. & Rusdin, (2013). Keperawatan Jiwa: konsep dan kerangka kerja asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing Derja, A,H,S,.. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nurha Medika Mukhripah Damaiyanti. (2012). Aswhan Keperawatan Jiwa, Samarinda: Refka Aditama. PPNI, (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan (Ist ed.). DPP PPNI. PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (Ist ed.). DPP PPNI. PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika. Sari, K. (2015), Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media. Dipindai dengan CamScanner

You might also like