You are on page 1of 9

Pengembangan Produk dari Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) dan Tepung Pisang

Goroho (Musa Acuminate, sp) Menjadi Biskuit untuk Pencegahan Stunting dengan
Menggunakan Metode Matematis R&D
Product Development from Skipjack Fish (Katsuwonus Pelamis) and Goroho Banana Flour
(Musa Acuminate, sp) into Biscuits for Stunting Prevention Using Mathematical R&D Methods
Oleh :
Muhamad Refi, Nursiya Bito
FMIPA, Universitas Negeri Gorontalo, muhammadrefy26@gmail,com, nursiyabito@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of this study was to find a biscuit product formulation that functions to
prevent stunting by looking at the level of public acceptance of Rebisting biscuits (Refi Stunting
Biscuits) and also to determine the nutritional value of biscuits. This study uses the R&D
(Research and Development) mathematical development research method with the 4D research
method namely Define, Design, Development and Dissemination. Define is the stage of
determining the reference recipe based on local wisdom of Sulawesi, Gorontalo namely
Gorontalo bananas and cakalang fish, Design is the product development stage, Development is
the product validation stage by conducting organoleptic tests on 30 trained panelists in the food
laboratory, Faculty of Agriculture, Gorontalo State University, Dissemination is the stage of
implementing the products that are exhibited at the kotamobagu EXPO to see the level of public
acceptance of Rebisting products (Refi Stunting Biscuits). The results obtained from this study
are the right formula for making Rebisting products (Refi Stunting Biscuits), namely by
substituting 70% goroho banana flour and 30% skipjack fish flour, then public acceptance of
Rebisting biscuit products (Refi Stunting Biscuits) with an overall average value 3.9 is included
in the "very preferred" category so that it can be accepted by the public with the nutritional value
of the Rebisting product serving 150 g packaging containing a total of 411.84 Cal energy, 11 g
total fat, 13.7 g protein, 24 g total carbohydrates, and RDA based on needs energy 2100 Cal.
Keywords: Biscuits, Stunting, Local Ingredients
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini untuk menemukan formulasi produk biskuit yang berfungsi untuk
pencegahan stunting dengan melihat tingkat penerimaan masyarakat terhadapa biskuit Rebisting
(Refi Biskuit Stunting) dan juga untuk mengetahui nilai gizi dalam biskuit. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian pengembangan matematis R&D (Research and Development)
dengan metode penelitian 4D yaitu Define, Design, Development dan Dissemination. Define
adalah tahap menentukan resep acuan berbahan dasar kearifan lokal sulawesi, Gorontalo yaitu
pisang goroho dan ikan cakalang, Design adalah tahap pengembangan produk, Development
adalah tahap validasi produk dengan melakukan uji organoleptik kepada 30 panelis terlatih di
laboratorium pangan, Fakultas Pertanian, Univesitas Negeri Gorontalo, Dissemination adalah
tahap mengimplementasikan produk yang dipamerkan pada kotamobagu EXPO untuk melihat
tingkat penerimaan masyarakat terhadap produk Rebisting (Refi Biskuit Stunting). Hasil yang
didapat dari penelitian ini yaitu formula yang tepat untuk pembuatan produk Rebisting (Refi
Biskuit Stunting) yaitu dengan subtitusi 70% tepung pisang goroho dan 30% tepung ikan
cakalang, kemudian penerimaan masyarakat terhadap produk biskuit Rebisting (Refi Biskuit
Stunting) dengan nilai rerata keseluruhan 3.9 masuk dalam kategori “sangat disukai” sehingga
dapat diterima oleh masyarakat dengan nilai gizi produk Rebisting sajian perkemasan 150 g
mengandung energi total 411,84 Kal, lemak total 11 g, protein 13,7 g, karbohidrat total 24 g, dan
AKG berdasarkan kebutuhan energi 2100 Kal.
Kata kunci: Biskuit, Stunting, Bahan Lokal

PENDAHULUAN balita stunting tertinggi, yaitu sebanyak 85


balita. Kemudian diikuti oleh Kecamatan
Masalah kekurangann gizi pada
Kotamobagu Utara sebanyak 77 balita, dan
anak, saat ini masih menjadi isu kesehatan
Kecamatan Kotamobagu Barat 23 balita,
nasional bahkan secara global yang belum
serta Kecamatan Kotamobagu Selatan
teratasi sepenuhnya (Alpin, 2021). Secara
sebanyak 20 balita stunting
umum terdapat 3 jenis masalah gizi di
Indonesia yang paling banyak mengancam Dengan adanya data stunting tersebut
kesehatan anak, yaitu stunting (anak maka perlu adanya inovasi ataupun produk
pendek), wasting (anak kurus), dan khas kotamobagu yang dapat mecegah
underweight (gizi buruk). stunting di Kotamobagu bahkan dapat
memperkenalkan produk kotamobagu
Salah satu masalah kesehatan yang
sampai ke daerah lain.
saat ini menjadi fokus pemeritah Indonesia
adalah stunting (anak pendek). Prevalensi Salah satu upaya untuk mencegah
stunting balita Indonesia ini terbesar kedua terjadinya malnutrisi khususnya pada
dikawasan Asia Tenggara di bawah Laos protein, adalah dengan memanfaatkan
yang mencapai 43,8%. Pada tahun 2018 potensi pangan lokal yang mudah dijangkau
Kemenkes RI kembali melakukan Riset oleh seluruh lapisan masyarakat khususnya
Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang masyarakat Kotamobagu. Ikan Cakalang
dilakukan oleh Badan Penelitian dan (Katsuwonus pelamis) dan Pisang Goroho
Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) (Musa acuminate sp) merupakan Potensi
tentang Prevalensi Stunting. Berdasarkan lokal yang memiliki banyak khasiat.
Penelitian tersebut angka stunting atau anak Misalnya pada Ikan Cakalang (Katsuwonus
tumbuh pendek turun dari 37,2% pada pelamis) salah satu jenis ikan yang memiliki
Riskesdas 2013 menjadi 30,8% protein lebih tinggi dari beberapa jenis Ikan
(Kementerian Kesehatan Republik lain, Ikan Cakalang memiliki kandungan
Indonesia, 2018 dalam Rahmadhita, 2020). seng nya yang sangat tinggi dibagian hati
sebanyak 4,3 mg/100 gr berat dapat
Bedasarkan data dari dinas kesehatan
dimakan. Ikan Cakalang masih mengandung
pada tahun 2020 bahwa dari total 205 balita
beberapa zat gizi mikro yang baik untuk
per kecamatan di Kota Kotamobagu terdapat
pertumbuhan seperti kalsium 23 mg/100 gr
di Kecamatan Kotamobagu Timur memiliki
BDD, fosfor 242 mg/100 gr BDD, besi 2,9 tahapan yang memiliki tujuan untuk
mg/100 gr BDD, dan natrium 66 mg/100 gr merancang produk yang akan dihasilkan.
BDD (DKBM, 2013). Tahapan berikutnya adalah tahap develop,
tahapan develop adalah tahap untuk
Berdasarkan Uraian tersebut, maka
menghasilkan produk pengembangan yang
akan dilakukan penelitian untuk
dilakukan melalui dua langkah validasi,
pengembangan pembuatan produk biskuit
yakni validasi oleh penilaian ahli, untuk
dari pengolahan Ikan Cakalang (Katsuwonus
selanjutnya dilakukan perbaikan dan yang
pelamis) dan Pisang Goroho (Musa
kedua dilakukan uji coba pengembangan.
acuminate sp) dengan kandungan gizi yang
Tahapan terakhir adalah tahap disseminate,
tinggi, sehingga dapat dijadikan sebagai
pada tahapan ini dilakukan promosi produk
pilihan cemilan yang sehat makanan
pengembangan agar dapat diterima oleh
tambahan untuk memenuhi angka
pengguna baik individu, kelompok maupun
kecukupan gizi yang cocok untuk
sistem.
dikonsumsi ibu hamil khususnya pada
trimester pertama kehamilan sebagai salah Tempat penelitian di Kotamobagu,
satu upaya pencegahan stunting sejak masih Provinsi Sulawesi Utara dengan melihat
dalam kandungan. tingakat prevelasi stunting. Dengan waktu
penelitian dilakukan dari penyusunan
METODE
proposal yaitu bulan September 2022 sampai
Jenis penelitian yang akan digunakan akhir pada Laporan Akhir bulan Mei 2023.
adalah R&D, (research and development).
Bahan yang digunakan adalah bahan
Jenis penelitian R&D adalah penelitian yang
umum yang mudah ditemukan di pasar,
digunakan untuk menghasilkan produk
supermarket atau pusat pembelanjaan untuk
tertentu dan menguji keefektifan produk
mendapatkan produk yang maksimal secara
tersebut. Pada aplikasinya tingkat
kualitas dan kuantitas. Adapun bahan-bahan
keefektifannya dirubah dengan daya
yang digunakan seperti gula pasir, margarin,
penerimaan masyarakat terhadap produk
ikan cakalang dan tepung dari pengolahan
yang dihasilkan. Sugiono (2015).
pisang goroho, susu bubuk, garam serta
Jenis penelitian yang akan digunakan kemasan. Untuk alat sendiri menggunakan
adalah R&D, (research and development). kompor gas, oven, mixer, eadah, blender,
Jenis penelitian R&D adalah penelitian yang dan cetakan.
digunakan untuk menghasilkan produk
Alat pengujian untuk mendapatkan data
tertentu dan menguji keefektifan produk
yang sesuai dari hasil pembuatan produk
tersebut. Pada aplikasinya tingkat
secara bertahap. Adapun bahan yang
keefektifannya dirubah dengan daya
digunakan adalah produk hasil modifikasi
penerimaan masyarakat terhadap produk
dan alat yang digunakan berupa borang
yang dihasilkan. Sugiono (2015).
penilaian. Setiap hasil pengujian akan
Pada tahap define atau tahap paling dijadikan acuan bagi peneliti untuk
rendah merupakan tahap untuk menetapkan memperbaiki produk agar sesuai kriteria
syaratsyarat khusus penelitian. Tahapan penulis. Adapun embar Uji Sensoris dan
kedua adalah tahap design yang merupakan Cara Pengujiannya (1) Borang Uji Sensoris
(Percobaan) (2) Borang Uji Sensoris Pada penelitian ini tepung pisang
(Validasi I dan Validasi II (3) Borang Uji goroho dan tepung ikan cakalang digunakan
Sensoris (Panelis) (4) Borang Uji Kesukaan sebagai bahan subtitusi dalam pembuatan
(Pameran) produk biskuit untuk pencegahan stunting.
Untuk mendapatkan Biskuit.
Dalam prosedur penelitian dan
pengembangan menggunakan 4D, define 1. Tahap define Dalam menjaga
(kajian produk acuan), design (perancangan kualitas produk pengembangan agar tetap
produk), develop (pembuatan dan pengujian sesuai dengan karakteristik produk standar,
produk), dan dissemination (pameran harus tetap menggunakan acuan standar
produk). sebagai kontrol. Sehingga dapat
menghasilkan produk biskuit sesuai dengan
yang diharapkan. Pada tahap ini langkah
yang dilakukan adalah mencari dan mencoba
produk dengan melihat beberapa
Jurnal.untuk dapat menghasilakn tepung
pisang goroho dan ikan cakalang terlebih
dahulu sebelum diolah menjadi biskuit.

Pada penelitian ini, peneliti


menggunakan beberapa panelis sebagai
sumber data. Panelis memberikan penilaian
terhadap warna, aroma, tekstur, rasa dan
kesukaan serta gizi guna pencegahan
stunting terhadap produk biskuit dari ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Pisang
Goroho (Musa acuminate sp). Adapun
sumber data tersebut disajikan pada Tabel
berikut:

HASIL PENELITIAN
2. Tahap design Setelah ditemukan
Proses pembuatan Tepung pisang goroho
dan ikan cakalang yang dijadikan acuan,
pada tahap design ini dilakukan
pengembangan Produk biskuit dengan
menggunakan tepung pisang goroho dan
tepung ikan cakalang. Penelitian yang
dilakukan menggunakan formula dengan 3. Tahap develop Tahap develop
subtitusi 70% tepung pisang goroho dan adalah melakukan expert aperial atau
30% tepung ikan cakalang. melakukan uji coba produk. Hasil uji
experimen dilakukan kepada orang yang ahli
untuk mendapatkan umpan balik.
Berdasarkan umpan balik, maka akan
dilakukan perbaikan dan dapat
menghasilkan produk yang lebih baik dari
sebelumnya. Hasil dari uji coba diujikan
kembali melalui 2 tahap (validasi I dan
validasi II) dan skala lebih luas (uji panelis).
Produk yang diperbaiki, kemudian diujikan
kembali sampai memperoleh hasil yang
baik. Validasi bertujuan untuk menguji coba
rancangan Produk Biskuit, dalam hal ini
expert akan memberikan saran dan masukan
agar produk yang dihasilkan menjadi lebih
baik. 4. Tahap disseminate Uji panelis
dilakukan 30 panelis oleh panelis semi
terlatih dari mahasiswa jurusan Pangan
diruang Laboratorium Pangan, Fakultas
Setelah melakukan uji penerimaan
Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
produk, tahap selanjutnya adalah pameran.
Untuk mengetahui hasil tingkat kesukaan
Produk yang telah diuji coba berulang kali
panelis terhadap produk Biskuit Rebisting,
dan menghasilkan satu resep baku kemudian
maka dilakukan uji panelis dengan metode
dipamerkan, tujuan penyelenggaraan
organoleptic yaitu uji kesukaan yang
pameran adalah sebagai sarana publikasi
digunakan dengan mengkaji reaksi panelis
untuk memperkenalkan kepada masyarakat
terhadap suatu produk dengan memiliki
umum akan adanya produk Rebisting (Refi
berbagai aspek, yaitu dari segi warna,
Biskuit Stunting) biskuit dari ikan cakalang
aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan
dan pisang goroho.
(overall).
Produk disajikan semenarik mungkin
agar dapat menarik perhatian pengunjung
pameran dengan diselenggrakan pameran
produk, diketahui bahwa tingkat kesukaan
dan penerimaan oleh konsumen yang
sesungguhnya. Pada saat pameran
berlangsung disediakan sampel produk
untuk pengunjung pameran. Pada tahap uji
kesukaan ini, produk yang harus dinilai oleh
Keterangan : 1. Sangat tidak suka 2.
pengunjung pameran meliputi warna, aroma,
Tidak suka 3. Suka 4. Sangat suka
tekstur, rasa, dan keseluruhan, dengan
Kesimpulan hasil uji penerimaan panelis
penilaian menggunakan angka 1, 2, 3, dan 4.
pada produk Biskuit Rebisting memiliki
rata-rata keseluruhan 3,1 (disukai) yang
berarti panelis menyukai produk Biskuit
Rebisting.
Selain itu, Biskuit Rebisting telah
dilakukan pengujian kandungan gizi
Sehingga didapatkan formulasi dari Biskuit
Rebisting dengan kandungan gizi 100 gr
Biskuit Rebisting Keterangan : 1. Sangat tidak suka 2.
Tidak suka 3. Suka 4. Sangat suka Dari
data hasil perhitungan tersebut berdasarkan
30 borang yang disebarkan dapat diambil
kesimpulan bahwa hasil uji penerimaan oleh
panelis untuk produk mie mama jagung
karakteristik warna, aroma, tekstur, rasa, dan
keseluruhan pada hasil peneliaian masuk
kategori “sangat disukai”.
PEMBAHASAN
Pada pembuatan Biskuit Rebisting Matematis R&D untuk melihat apakah
(Refi Biskuit Stunting) sudah baik karena produk Rebisting dapat di terima oleh
tekstur sudah sesuai dengan yang masyarakat.
diinginkan. memiliki rasa sedikit yang
Dalam Penelitian ini dirumuskan
berbeda, warnanya putih kecoklatan, dan
hipotesis sebagai berikut. Ho : Produk
untuk aromanya aroma biskuit seperti
Rebisting kurang disukai atau sama dengan
biasanya. Uji panelis terhadap produk
Produk Pertama sebelum dilakukan revisi
Biskuit Rebisting dilakukan oleh 30
produk Ha : Produk Rebisting lebih disukai
mahasiswa semi terlatih yaitu dari kalangan
dari produk pertama sebelum dilakukan
mahasiswa Jurusan Pangan, Fakultas
revisi produk Ho : 𝜇1 ≤ 𝜇2 Ha : 𝜇1 > 𝜇2
Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.
Pengujian dengan menggunakan t-test
Produk yang diujikan pada uji panelis adalah
berkolerasi uji fihak kanan. Menggunakan
produk yang telah dinilai oleh Asisten
uji fihak kanan, hipotesis alternatif (Ha)
Laboratorium pada validasi I dan validasi II,
berbunyi “Lebih baik” (Sugiyono, 2018).
sehingga menghasilkan resep baku
kemudian digunakan sebagai resep acuan
untuk pembuatan biskuit Rebisting.
Karakteristik produk pada uji
panelis. Pada tahap ini produk dinilai oleh
panelis, merupakan upaya penelitian produk
oleh masyarakat umum/konsumen. Pada uji Untuk membuat keputusan, apakah
panelis, produk yang harus dinilai oleh 30 produk ini signifikan atau tidak, maka harga
orang panelis meliputi warna, aroma, rasa, t hitung tersebut perlu dibandingkan dengan
tekstur, dan keseluruhan dengan penilaian dk n-2 = 28. Berdasarkan lampiran tabel II
menggunakan angka 1, 2, 3, dan 4. Selain itu dalam nilai-nilai distribusi t, bila dk 28,
panelis harus menilai produk tersebut untuk uji satu fihak dengan taraf kesalahan
disukai atau tidak disukai. Data hasil 5%, maka harga t tabel = 2,048. Bila harga t
penelitian dari 30 panelis semi terlatih, dapat hitung jatuh pada daerah penerimaan Ha,
diketahui data deskripsi tingkat kesukaan maka Ha yang menyatakan bahwa produk
produk Rebisting (Refi Biskuit Stunting) kedua lebih baik dari produk pertama
rata-rata keseluruhan 3,14 (disukai) yang diterima. Berdasarkan perhitungan t hitung -
berarti panelis menyukai produk Rebisting. 2,82 jatuh pada peneriman Ha dan
penolakan Ho. Dengan demikian dapat
Setelah tahap panelis yaitu pameran. disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
Hasil produk Rebisting (Refi Biskuit signifikan (dapat digeneralisasikan) dimana
Stunting) biskuit dari ikan cakalang dan produk Rebisting lebih disukai masyarakat.
tepung pisang goroho pada saat pameran
mendapat penilaian warna, aroma, rasa,
tekstur, dan keseluruhan memperoleh nilai
3,9. Sehingga masuk dalam kategori “sangat
disukai” yang artinya produk REbisting
dapat diterima oleh masyarakat. Selanjutnya
dilakukan metode analisis data dengan
terlatih Rebsiting terlalu asam dan uji
panelis tidak terlatih rasa sudah enak, warna
menarik dan untuk keseluruhan baik. Daya
terima terhadap produk Rebisting yang
menggunakan bahan lokal yaitu tepug
pisang goroho dan tepung ikan cakalang
sangat diminati masyarakat. Oleh karena itu
Uji Hipotesis Fihak Kanan. T hitung di masyarakat dilakukan sosisalisasi dalam
-2,82 jatuh pada daerah penerimaan Ha, pembuatan produk dari tepung pisang
sehingga Ha diterima. goroho dan ikan cakalang/bahan lokal
lainnya agar dapat dimanfaatkan untuk
KESIMPULAN membuat berbagai olahan agar dapat
mengangkat menjadi ciri khas dari daerah
Formulasi yang tepat untuk
penghasil pisang goroho yaitu di
pembuatan Biskuit Rebisting dengan
Kotamobagu, Sulawesi Utara.
subtitusi menggunakan 70% tepung Pisang
Goroho dan 30% tepung ikan cakalang UCAPAN TERIMA KASIH
untuk menghasilkan produk yang sesuai
kriteria. Dengan tingkat penerimaan Ucapan terima kasih kepada PT.
masyarakat terhadap produk Rebisting Indofood Sukses Makmur TBK atas bantuan
olahan tepung pisang goroho dan ikan dana penelitian melalui program Indofood
cakalang yang dihasilkan dari segi warna Riset Nugraha selama penelitian ini
dengan nilai rerata 3,73, aroma dengan nilai dilakukan sehingga penelitian ini terlaksana
rerata 3,9, tekstur dengan nilai rerata 3,93, dengan baik.
rasa dengan nilai rerata 3,85, keseluruhan DAFTAR PUSTAKA
dengan nilai rerata 3,93dan rerata
keseluruhan 3,9 masuk dalam kategori Alpin, A. (2021) ‘Hubungan Karakteristik
“sangat disukai”. Sehingga produk yang Ibu dengan Status Gizi Buruk Balita di
dihasilkan dapat diterima oleh masyarakat Wilayah Puskesmas Tawanga
menjadi salah satu produk inovasi dari ikan Kabupaten Konawe’,Nusing Care and
cakalang dan pisang goroho untuk Health Technology Journal (NCHAT),
pencegahan stunting berdasarkan nilai gizi 1(2), pp. 87-93.
Rebisting dengan jumlah sajian per kemasan Daftar Komposisi Bahan Makanan
150 g mengandung energi total 411,84 Kal, (DKBM).
lemak total 11 g, protein 13,7 g, karbohidrat 2013, Depkes 2013
total 24 g, dan % AKG berdasarkan
kebutuhan energi 2100 Kal. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar,
RIKESDAS. Jakarta: Balitbang
SARAN Kemenkes RI
Bahan dasar pembuatan Rebisting Rahmadhita, Kinanti. 2020. Permasalahan
yaitu tepung pisang goroho dan tepung ikan Stunting dan Pencegahannya. Jurnal
cakalang, dapat dijadikan bahan dasar atau
pengganti tepung terigu berhasil dengan
baik. Adapun respon dari Uji panelis semi
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11
(1):225-229
Sugiono. 2015. Tahapan 4D. Yogyakarta:
PTBB FT UNY
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta

You might also like