Professional Documents
Culture Documents
143-Article Text-795-1-10-20221206
143-Article Text-795-1-10-20221206
Halimatusakdiyah
ABSTRACT
This study aims to explain the importance of improving English teachers in an effort to advance the
quality of English learning at the Madrasah Tsanawiyah level. As a profession that plays an
important role in education, a teacher is required to be able to demonstrate that his performance
can be accounted for. This is related to one of the main causes of the low quality of education in
Indonesia, namely low teacher performance. One of the contributing factors is the low level of
teacher work discipline, which will later have an impact on the quality of student graduation which
ultimately also affects the achievement of educational goals. However, in terms of cultivating
discipline, efforts are needed to improve teacher performance. We can apply this with the existence
of one of the subjects in Madrasah Tsanawiyah, namely English education. The research method
used in this study is literature research by displaying arguments from the results of literature review
and the results of the author's thoughts. The results showed that there are two important strategies
that can be done to improve teacher performance, namely training and performance motivation.
Training is used to deal with the low ability of teachers, while performance motivation is used to
deal with low morale and passion for work. The intensity of using both strategies depends on the
condition of the teacher himself. In fact, if it is really necessary, both can be used simultaneously.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan pentingnya peningkatan guru bahasa Inggris dalam
upaya memajukan mutu pembelajaran Bahasa Inggris pada tinggat Madrasah Tsanawiyah. Sebagai
profesi yang berperan penting dalam pendidikan, seorang guru diharuskan mampu menunjukkan
bahwa kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini berkaitan dengan salah satu penyebab
utama rendahnya mutu pendidikan di Indonesia yakni rendahnya kinerja guru. Salah satu faktor yang
mempengararuhi ialah rendahnya disiplin kerja guru, yang nantinya akan berimbas terhadap mutu
kelulusan peserta didik yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap pencapaian tujuan
pendidikan. Namun, dalam hal menumbuhkan kedisiplinan diperlukan upaya untuk meningkatkan
kinerja guru. Hal ini bisa kita terapkan dengan adanya salah satu mata pelajaran yang ada di
Madrasah Tsanawiyah yaitu pendidikan Bahasa Inggris. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah riset kepustakaan dengan menampilan argumentasi dari hasil kajian pustaka dan
hasil pemikiran penulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ada dua strategi penting yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru, yaitu pelatihan dan motivasi kinerja. Pelatihan
digunakan untuk menangani rendahnya kemampuan guru, sedangkan motivasi kinerja digunakan
untuk menangani rendahnya semangat dan gairah kerja. Intensitas penggunaan kedua strategi
tersebut tergantung dari kondisi guru itu sendiri. Bahkan, jika memang diperlukan, keduanya dapat
digunakan secara simultan.
PENDAHULUAN
Setiap professional ingin menunjukkan bahwa kinerjanya dapat
dipertanggungjawabkan. Guru sebagai seorang professional mempertaruhkan profesi pada
kualitas kerjanya. Kinerja yang berkualitas menggambarkan kualitas profesionalnya, dan
sebaliknya kinerja yang dibawah standar kerja menggambarkan ketidakberhasilannya
menghormati profesinya sendiri. Semua pihak menyadari bahwa kinerja guru berbanding
lurus dengan peningkatan mutu pendidikan. Sayangnya, tidak sedikit para guru bekerja di
bawah standar kerja yang telah ditetapkan, bukan karena tidak mampu tetapi karena belum
terbangun budaya kerja yang baik. Kondisi seperti itu disebabkan oleh rendahnya gairah
kerja yang berdampak pada penurunan kinerja.
Apabila diamati gairah kerja berbentuk seperti grafik sinus yang suatu saat akan
menemui titik jenuh jika tidak ada upaya preventif dan kuratif baik dari dirinya sendiri
maupun bimbingan dari atasannya. Oleh karena itu, penanganan yang paling tepat ialah
melalui peningkatan motivasi kinerja. Motivasi kinerja memiliki empat tahap, yaitu : (1)
penetapan standar kinerja; (2) audit kinerja; (3) pemberian umpan balik secara langsung;
dan (4) motivasi kinerja. Mengingat pentingnya keterlibatan guru, profesi perlu
dikembangkan secara terus menerus dan proporsional sesuai jabatan fungsionalnya.
Maka dari itu, salah satu upaya yang ditempuh ialah memberlakukan Penilaian
Kinerja Guru (PK Guru) untuk menjamin proses pembelajaran yang berkualitas pada
semua jenjang pendidikan. Penilaian kinerja guru perlu dilakukan agar fungsi dan tugas
yang ada pada
Keberadaan guru dalam pembelajaran di Madrasah masih tetap memegang peranan
yang penting. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh apapun. Hal ini
disebabkan karena masih banyak unsur-unsur manusiawi, sikap, sistem nilai, perasaan,
motivasi, kebiasaan dan lain-lain yang tidak dapat diganti oleh unsur lain. Guru merupakan
faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya
karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi
diri.
Imam Al Ghazali seorang ahli pendidik Islam juga memandang bahwa pendidik
mempunyai kedudukan utama dan sangat penting. Beliau mengemukakan keutamaan dan
kepentingan pendidik tersebut dengan mensitir beberapa hadist dan atsar. Nabi SAW
bersabda pula, “Bahwasannya Allah SWT, malaikat-malaikatnya, isi langit dan bumi
hingga semut yang ada di dalam lubang dan ikan di dalam laut, semuanya berdoa kebajikan
kepada orang yang mengajarkan manusia”. Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang
menyembunyikan ilmunya maka Tuhan akan mengekangnya dengan kekang api neraka”.
Imam Al Ghazali juga mengemukakan tentang mulianya pekerjaan mengajar. Beliau
berkata: “Seorang alim yang mau mengamalkan apa yang telah diketahuinya, dinamakan
seorang besar disemua kerajaan dilangit. Dan seperti matahari yang menerangi alam-alam
yang lain dan mempunyai cahaya dalam dirinya, dan dia seperti minyak wangi yang
mewangikan orang lain, karena ia memang wangi. Barang siapa yang memiliki kerajaan
mengajar, ia telah memilih pekerjaan besar dan penting. Maka dari itu, hendaklah ia
mengajar tingkah lakunya dan kewajiban mengajarnya”.
Selain dalil-dalil nas seperti tersebut di atas, Imam Al Ghazali juga mengemukakan
pentingnya pekerjaan mengajar dengan mempergunakan dalil akal. Beliau berkata : ”Mulia
dan tidaknya pekerjaan itu diukur dengan apa yang dikerjakan. Pandai emas lebih mulia
dari pada penyamak kulit, karena tukang emas mengolah emas satu logam yang amat
mulia, dan penyamak kulit mengolah kulit kerbau. Guru mengolah manusia yang dianggap
makhluk paling mulia dari seluruh makhluk Allah. Oleh karenanya pekerjaan mengajar
amat mulia, karena mengolah manusia tersebut. Bukan itu saja keutamaanya, guru
mengolah bagian yang mulia dari antara anggota-anggota manusia, yaitu akal dan jiwa
dalam rangka menyempurnakan, memurnikan dan membawanya mendekati Allah
semata”.
Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Perbuatan mendidik/mengajar merupakan perintah yang wajib dilaksanakan dan
barang siapa mengelak dari kewajiban ini diancam dengan siksa kekangan api neraka.
2. Perbuatan mendidik/mengajar merupakan amal kebajikan jariyah yang akan
mengalirkan pahala selama ilmu yang diajarkan tersebut masih diamalkan orang yang
belajar
3. Perbuatan mendidik/mengajar merupakan amal kebajikan yang dapat mendatangkan
maqfirah dari Allah SWT
4. Perbuatan mendidik/mengajar merupakan perbuatan yang sangat mulia karena
mengolah organ manusia yang mulia.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode library research dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggabungkan hasil banyak studi orisinal,
sistematis, terencana, observasi retrospektif, dengan analisis statistika yang formal.
Metode ini dilaksanakan melalui lima tahap, yaitu (1) Pengumpulan data; (2) Pertanyaan
penelitian; (3) Hipotesis yang akan diuji; (4) Penyajian data dan (5) Penarikan kesimpulan
(Suharsimi, 2006). Sumber data dalam artikel ini adalah jurnal dan buku.
atau angka-angka) tetapi juga dilakukan terhadap proses, kinerja, dan skill siswa
dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang bertujuan untuk menilai
keberhasilan siswa memegang peranan penting. Sebab melalui evaluasi guru
dapat menentukan apakah siswa yang diajarkannya sudah memiliki kompetensi
yang telah ditetapkan, sehingga mereka layak diberikan program pembelajaran
baru; atau malah sebaliknya siswa belum bisa mencapai standar minimal,
sehingga mereka perlu diberikan remedial.
terhadap anaknya. Dan selain mengetahui adanya kesalahan, guru tentunya berharap
adanya bimbingan bagaimana contoh mengerjakan yang benar dari apa yang telah
dikerjakannya. Sehingga guru akan merasa termotivasi dan lebih nyaman mengerjakan
tugas selanjutnya.
Selain kompetensi yang guru miliki, tersedianya fasilitas yang memadai dalam
kegiatan belajar mengajar juga menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Yang
berarti juga turut menentukan bermutunya suatu pengajaran dan akan berdampak pula
pada mutu lulusannya. Peran kepala sekolah menyediakan fasilitas, melakukan
pembinaan pertumbuhan jabatan guru, dan dukungan profesionalitas lainnya menjadi
suatu kekuatan tersendiri bagi guru melaksanakan tugas profesionalnya. Pemberian
fasilitas kepada guru akan memotivasi guru untuk terus menerus meningkatkan
kemampuannya memberikan layanan belajar dan bekerja secara professional.
Selanjutnya, salah satu hal yang dapat mempengaruhi kinerja guru adalah
kesejahteraan guru. Dalam kondisi kesejahteraan guru yang tidak mencukupi, guru akan
lebih terdorong untuk lebih banyak memberi perhatian pada kegiatan lain di luar tugas
pokoknya, karena tuntutan kewajiban mempertahankan dan menyelamatkan kehidupan
diri dan keluarganya masing-masing.
Perhatian itu langsung ataupun tidak langsung berpengaruh pada pengabdian,
loyalitas dan dedikasi guru. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam kondisi
kesejahteraan guru yang relatif rendah, sering kali guru terlihat tidak dapat mengatasi
kekurangan fasilitasnya, bukan karena tidak kreatif dan kurang inisiatif, tetapi sudah
kehabisan waktu untuk kepentingan mengatasi kesulitan ekonomi guna memenuhi
kebutuhan keluarganya.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja guru yaitu adanya kejenuhan
dengan rutinitas yang monoton. Guru melakukan kegiatan belajar mengajar dari hari ke
hari dengan kegiatan yang kurang lebih sama dan menghadapi murid yang sama pula.
Bila kejenuhan ini muncul, maka akan berdampak pada kreativitas dan kinerja guru
dalam menjalankan tugasnya. Hal ini akan mempengaruhi mutu pembelajaran yang
diterima siswa. Maka perlu adanya suatu kegiatan ataupun pengarahan yang dapat
membangkitkan kembali semangat guru dalam menjalankan profesinya.
sekolah tersebut juga akan semakin banyak. Berdasarkan UU Sisdiknas 2003 pasal 1,
Pendidikan adalah suatu usaha secara sadar dan terencana guna mewujudkan suasana
belajar dan proses belajar supaya anak didik dapat aktif untuk mengembangkan potensi
dirinya baik secara kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Mutu yaitu suatu terminologi subjektif dan relatif yang bisa diartikan dengan
berbagai cara yang dimana setiap definisi dapat didukung oleh argumentasi yang sama
baiknya. Secara luas mutu bisa diartikan sebagai agregat karakteristik dari jasa dan
produk yang memuaskan bagi kebutuhan pelanggan atau konsumen. Karakteristik mutu
bisa diukur secara kuantitatif maupun kualitatif. Dalam dunia pendidikan, mutu yaitu
keberhasilan suatu proses belajar yang menyenangkan dan memberikan kenikmatan.
Pelanggan bisa berupa mereka yang langsung menjadi penerima produk dan jasa
tersebut atau mereka yang nantinya akan merasakan manfaat produk dan jasa tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan mengenai mutu
yaitu cara dimana pelanggan bisa memperoleh kepuasan atau manfaat dari produk dan
jasa yang diperolehnya.
Adapun kendala yang harus dihadapi untuk strategi peningkatan mutu belajar
siswa, yaitu kurangnya guru yang mengampu setiap mata pelajaran dan fasilitas seperti
jumlah ruang kelas, perpustakaan, alat praktik bahasa, alat praktik IPS, alat praktik
matematika, dan juga ruang komputer dapat menghambat proses pengajaran karena ada
juga siswa yang belum terlalu bisa menggunakan fasilitas yang sudah disediakan oleh
sekolah hal tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas mutu pendidikan, sebab
seorang guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan
mutu belajar siswa, dan juga guru harus bisa memaksimalkan penggunaan fasilitas yang
ada untuk kelancaran suatu proses belajar mengajar.
Arif Rachman mengatakan bahwa setidaknya ada 4 hal penting yang dapat
meningkatkan mutu pembelajaran dan berlanjut pada mutu pendidikan di sekolah
adalah:
1. Peningkatan mutu: Sekolah harus menjadi tempat yang unggul untuk kegiatan
pembelajaran, memenuhi dan menyesuaikan tuntutan dan harapan undang-
undang pendidikan, visi, misi, dan tuntutan zaman, upaya sistematis dan terencana
ke arah perbaikan/peningkatan mutu pendidikan,
pelatihan harus diterapkan dalam kegiatan guru, baik di dalam maupun di luar
sekolah. Program pelatihan harus dapat meningkatkan kinerja guru.
Tidak sedikit pelatihanpelatihan yang hanya membuang uang saja sehingga
merugikan anggaran sekolah. Guru memang berangkat untuk mengikuti pelatihan,
tetapi begitu ia sampai di sekolah, kembali lagi pada kebiasaan lama pada saat
sebelum pelatihan. Menurut Sinambela (2012:214), hal ini terjadi karena pelatihan
yang dirancang kurang baik, tidak berkaitan dengan kinerja, atau karena hasil-hasil
pelatihan tidak dievaluasikan karena sekolah menganggap bahwa pelatihan sekedar
kebutuhan sekolah untuk menyalurkan anggaran dalam program meningkatkan
kinerja. Pelatihan akan berlangsung optimal jika dirancang sesuai dengan
kebutuhan, metode dan waktu yang tepat. Pelatihan sangat cocok bagi guru yang
memiliki potensi tinggi tetapi masih lemah dalam pengetahuan dan
keterampilannya.
2. Motivasi Kerja
Fenomena pegawai berkualitas, tetapi memiliki kinerja rendah sering ditemui
di sejumlah organisasi. Tidak sedikit para guru bekerja di bawah standar kinerja
yang telah ditetapkan bukan karena tidak mampu, melainkan karena tidak mau.
Kondisi seperti itu disebabkan oleh rendahnya gairah kerja yang berdampak pada
penurunan kinerja. Oleh karena itu, penanganan yang paling tepat ialah melalui
peningkatan motivasi kinerja. Motivasi kinerja merupakan upaya untuk
memberikan dorongan kepada guru agar bekerja sesuai standar atau bahkan
melebihi standar kinerja yang telah ditetapkan. Motivasi kinerja memiliki empat
tahap, yaitu (1) penerapan standar kinerja; (2) audit kinerja; (3) pemberian umpan
balik secara langsung: (4) motivasi kinerja.
Selanjutnya terdapat enam upaya meningkatkan kinerja guru agar tercapainya
pendidikan yang bermutu yang dijabarkan pada point-point dibawah ini:
1. Adanya institusi yang selalu membina kinerja guru dan tenaga kependidikan.
Dengan adanya institusi ini diharapkan guru mendapatkan pembinaan secara
kontinyu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kinerjanya. Selain itu, institusi
ini merupakan tempat bagi guru untuk bertanya dan berkonsultasi tentang kendala-
kendala yang dihadapi dalam menjalankan profesinya sehingga mendapatkan
pembinaan. Institusi tersebut bisa saja semacam lembaga “bimbingan konseling
dan kinerja” bagi guru.
menghasilkan pembelajaran yang bermutu pula. Apabila hal ini terpenuhi maka
output yang dihasilkan pun akan berkualitas.
6. Memberikan insentif yang memadai bagi guru
Pemberian insentif yang memadai bagi guru dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan guru dan keluarganya sesuai standar kebutuhan ekonomi saat itu. Jadi
guru tidak perlu mencari penghasilan tambahan di luar tugasnya demi memenuhi
kebutuhan dirinya dan keluarganya. Hal ini bertujuan agar guru fokus pada
pekerjaannya, sehingga guru dapat mengembangkan kreativitasnya dan inovasinya
dalam pendidikan.
SIMPULAN
Saat menjalankan tugas sebagai guru profesional, ada tujuh komponen yang harus
dimiliki seorang guru, yaitu 1) Guru sebagai sumber belajar; 2) Guru sebagai fasilitator; 3)
Guru Sebagai pengelola; 4) Guru sebagai demonstrator; 5) Guru sebagai pembimbing; 6)
Guru sebagai motivator; 7) Guru sebagai evaluator. Tetapi guru juga memiliki kendala
dalam meningkatkan kinerja guru kejenuhan dengan rutinitas yang monoton. Guru
melakukan kegiatan belajar mengajar dari hari ke hari dengan kegiatan yang kurang lebih
sama dan menghadapi murid yang sama pula. Bila kejenuhan ini muncul, maka akan
berdampak pada kreativitas dan kinerja guru dalam menjalankan tugasnya. Selanjutnya
ada juga kendala peningkatan mutu pembelajaran yaitu berupa kurangnya guru yang
mengampu setiap mata pelajaran dan fasilitas seperti jumlah ruang kelas, perpustakaan,
alat praktik bahasa, alat praktik IPS, alat praktik matematika, dan juga ruang komputer
dapat menghambat proses pengajaran karena ada juga siswa yang belum terlalu bisa
menggunakan fasilitas yang sudah disediakan oleh sekolah hal tersebut dapat
menyebabkan penurunan kualitas mutu pendidikan, sebab seorang guru merupakan salah
satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan mutu belajar siswa, dan juga guru
harus bisa memaksimalkan penggunaan fasilitas yang ada untuk kelancaran suatu proses
belajar mengajar.
Ada dua strategi penting yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru,
yaitu pelatihan dan motivasi kinerja. Pelatihan digunakan untuk menangani rendahnya
kemampuan guru, sedangkan motivasi kinerja digunakan untuk menangani rendahnya
semangat dan gairah kerja. Intensitas penggunaan kedua strategi tersebut tergantung dari
kondisi guru itu sendiri. Bahkan, jika memang diperlukan, keduanya dapat digunakan
secara simultan.
DAFTAR PUSTAKA
Adeyemi. (2011). Principals’ Leadership Styles and Teachers’ Job Performance in Senior
Secondary Schools in Ondo State, Nigeria. Journal of Economic Theory,
Department of Educational Foundations and Management, University of Ado-
Ekiti, 3(3), 84-92.
Anissatul Mufarokah (2009). Strategi Belajar Mengajar,Yogyakarta: Teras.
Asri Budiningsih, C. (2008). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Sekolah Menengah Pertama dan
Madrasah Sanawiyah: pedomam khusus mata pelajaran Sains Jakarta: Dharma
Bhakti.
Husaini Usman, (2008). Manajemen teori Praktik & Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara.
Ismail, M. (2010). Kinerja dan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran. Lentera Pendidikan,
9(19), 44-63.
Luthans, F. (2006). Perilaku Organisasi. Yogjakarta: Andi.
Moeheriono. (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Ghalia Indonesia
Anggota IKAPI.
Nuchiyah, N. (2007). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Terhadap
Prestasi Belajar Siswa. (Tesis) Sekolah Pascasarjana Program Studi Administrasi
Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Olaleye, & Oluremi, F. (2013). Improving Teacher Performance Competency Through
Effective Human Resource Practices In Ekiti State Secondary Schools. Journal Of
Business Economics, and Management Studies 1(11), 125.
Shukla, S. (2014). Teaching Competency, Professional Commitment and Job Satisfaction –
A Study of Primary School Teachers. Journal of Research and Method in Education
(4), 44-64.
Sinambela, Lijan Poltak. (2012). Kinerja Pegawai : Teori Pengukuran dan Implikasi.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Sri Minarti, (2011). Manajemen Sekolah, (jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA 2011), hal. 328-
329
Syaiful Sagala. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Uno, H. B., & Lamatenggo, N. (2012). Teori kinerja dan pengukurannya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Zamroni, (2007). Meningkatkan Mutu Sekolah, Jakarta : PSAP Muhamadiyah