You are on page 1of 8

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN GRATIS DI SEKOLAH MENENGAH


ATAS DALAM KAITANNYA DENGAN KUALITAS PENDIDIKAN MENENGAH
ATAS

Suyahman
PPKn, FKIP-Univet Bantara Sukoharjo
Email: sym_62@yahoo.com

Abstract: Writing this article aims to describe the Free Education Policy Analysis At High School In
Relation With Education Quality SMA. This article is a scientific work that is done by using the
approach of literature that examines the books, literature-Literatu, research journals related to the
topic of the article the author writes, the data collection methods were used that documentation, the
data analysis technique interactive techniques comprising of 3 stages: data reduction, data display
and data verification. The results showed that the policy of free education in high school is less on
target for implementation is not selective. This policy should only intended for students who are
economically poor but have great potential. This policy has nothing to do with improving the quality of
learning. Due to this policy no challenge for the students to study harder, as well as for the teachers
nor the effort to reorganize the learning process more qualified. This is due to the absence of
proactive parents toward school, lack of harmonization of interaction between teachers and parents,
because the parents assumption that free education means free everything. The conclusion of this
article is necessary reconsideration existent essence and school policy for high school students. And
it should also be followed keasadarn teachers to improve the quality of learning.

Keywords: free schools and improving the quality of learning.

A. Pendahuluan Sementara itu menurut Penelaahan


Analisis kebijakan merupakan suatu Sektor Pendidikan (PSP: 1986) analisis
prosedur berfikir yang sudah lama dikenal kebijakan adalah suatu proses yang dapat
dan dilakukan dalam sejarah manusia. menghasilkan informasi teknis sebagai salah
Menurut Duncan MacRae (1976) analisis satu masukan bagi perumusan beberapa
kebijakan adalah sebagai suatu disiplin ilmu alternatif kebijakan yang didukung oleh
sosial terapan yang menggunakan informasi teknis. Informasi teknis itu
argumentasi rasional dengan menggunakan merupakan suatu satuan pernyataan
fakta-fakta untuk menjelaskan, menilai, dan kebenaran induktif yang didukung oleh
membuahkan pemikiran dalam rangka upaya kebenaran secara empiris sebagai hasil dari
memecahkan masalah publik (Suryadi, dan rangkaian analisis data.
Tilaar,1994: 40). Lebih lanjut Suryadi, dan Berdasarkan uraian di atas maka dapat
Tilaar menegaskan bahwa analisis kebijakan dikatakan bahwa analisis kebijakan
adalah sebagai suatu cara atu pendidikan adalah prosedur untuk
prosedur dalam menggunakan pemahaman menghasilkan informasi kependidikan,
manusia terhadap dan untuk pemcahan dengan menggunakan data sebagai salah
masalah kebijakan. satu masukan bagi perumusan beberapa
Definisi kerja analisis kebijakan alternatif kebijakan dalam pengambilan
menurut Dunn ialah suatu disiplin ilmu sosial keputusan yang bersifat politis dalam rangka
terapan yang menggunakan metode inquiri memecahkan masalah kependidikan.
dan argumentasi berganda untuk Kebijakan pemerintah di bidang
menghasilkan dan mendayagunakan pendidikan sangat kompleks dalam
informasi kebijakan yang sesuai dalam suatu tulisannya hanya dianalisis kebijakan
proses pengambilan keputusan yang bersifat pemerintah pada pendidikan menengah atas
politis dalam rangka memecahkan masalah dalam kontesk pendidikan gratis dan
kebijakan (Suryadi, dan Tilaar (1994: 42). kaitannya dengan mutu pendidikan
menengah atas.

1047
Suyahman, Analisis Kebijakan Pendidikan Gratis di Sekolah Menengah Atas dalam Kaitannya dengan Kualitas Pendidikan Menengah Atas
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

Ada beberapa pertanyaan yang akan wajib membiayainya dan tanpa memungut
dianalisis dalam tulisan ini, pertama biaya termasuk apakah masyarakat sama
mengapa perlu kebijakan gratis pada jenjang sekali tidak boleh untuk beramal? Apakah
pendidikan menengah atas, adakah ketentuan ini harus memaksa orang tidak
kaitannya kebijakan gratis dengan mutu boleh membuka pintu sorga baginya? Heee.
pendidikan menengah atas/. Itu semua harus dijabarkan lebih lanjut
melalui ketentuan yang lebih operasional.
B. Metode Kita semua tentu sangat bergembira
Artikel ini disusun engan menggunakan dengan keinginan pemerintah untuk
pendekatan kepustakaan, metiode menggratiskan pendidikan dari pendidikan
pengumpulan data yang digunakan yaitu dasar sampai menengah. Pemerintah kota
dokumentasi yakni meneliti dokumen- Surabaya begitu getol untuk mengegolkan
dokumen dalam bentuk buku-buku, literatur- konsep pendidikan gratis tersebut di dalam
literatur maupun jurnal-jurnal ilmiah yang program pendidikan. Semua orang tentu
berkaitan dengan topik yang ditulis dalam akan merasa senang dengan konsepsi ini,
artikel ini. mengingat bahwa pendidikan gratis sudah
Teknik analisis data yang digunakan menjadi kelaziman di beberapa negara,
yaitu teknik analisis interaktif terdiri dari tiga termasuk beberapa negara di Asia Tenggara.
langkah yaitu reduksi data, display dat adan Pendidikan gratis merupakan konsep
verifikasi data. yang sangat ideal, dalam arti bahwa melalui
implementasi konsep ini, maka tidak didapati
C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan lagi seorang anak yang berusia pendidikan
,VWLODK ´VHNRODK JUDWLV´ KDQ\D DGD dasar hingga menengah yang tidak
dalam ucapan dan kata-kata. Ucapan itu menikmati pendidikan. Konsep ini
hanya muncul dari para pejabat, khususnya sebagaimana saya tulis beberapa hari yang
para calon gubernur, bupati atau walokota. lalu sangat bersesuaian dengan education
Terus WHUDQJ LVWLODK ´VHNRODK JUDWLV´ WLGDN for all. Tidak hanya orang kaya yang bisa
pernah ada dalam ketentuan dan perundang- menikmati pendidikan, akan tetapi juga orang
undangan yang berlaku. Tidak ada sepatah yang tidak berkecukupan atau bahkan
kata pun. Yang ada adalah adalah istilah miskin.
Pemerintah wajib membiayainya dalam UUD Sesuai dengan program pemerintah di
1945 dan tanpa memungut biaya dalam UU bidang pendidikan yaitu memperluas akses
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan, maka pemerintah sesungguhnya
Pendidikan Nasional. Marilah dilihat kutipan memiliki kewajiban untuk memberikan
kedua azas legalitas tersebut. Pasal 31 (2) kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat
dalam UUD 1945 hasil Amandemen dalam berbagai levelnya dan penggolongan
menyebutkan bahwa:´6HWLDS ZDUJD QHJDUD sosialnya untuk bisa menikmati pendidikan.
wajib mengikuti pendidikan dasar dan Di dalam hal ini, maka sistem pendidikan
3HPHULQWDK ZDMLE PHPELD\DLQ\D´ Sementara gratis akan bisa menjadi solusi bagi
Pasal 34 (2) UU Nomor 20 Tahun 2003 perluasan akses pendidikan dimaksud.
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan gratis hakikatnya memang
menegaskan bahwa: ³Pemerintah dan untuk warga miskin. Sebab yang layak untuk
pemerintah daerah menjamin memperoleh kegratisan adalah mereka yang
terselenggaranya wajib belajar minimal pada tidak memiliki kemampuan untuk mengakses
jenjang pendidikan dasar tanpa memungut berbagai hal di dalam kehidupan termasuk
ELD\D ´ mengakses pendidikan. Merekalah yang
Jadi, makna amanat tersebut diamanatkan oleh UUD 1945 sebagai warga
sebenarnya memang sama dengan ³gratis´ yang memang harus menjadi tanggungan
Itu tidak dapat dipungkiri. Tidak ada silang negara untuk membantunya.
pendapat mengenai masalah ini. Tetapi, Di dalam menangani kemiskinan
biaya apa saja yang harus gratis? Itulah tersebut, maka pemerintah sudah
pentingnya penjabaran lebih lanjut dari UUD meluncurkan program Bantuan Operasional
dan UU tersebut. Itulah perlunya PP yang Sekolah, Bantuan Beasiswa Miskin, Bantuan
akan mengatur lebih lanjut tentang Pendidikan Gratis dan sebagainya yang
SHQJHUWLDQ OHELK ODQMXW PHQJHQDL ´3HPHULQWDK ditujukan kepada mereka yang memang

1048
Suyahman, Analisis Kebijakan Pendidikan Gratis di Sekolah Menengah Atas dalam Kaitannya dengan Kualitas Pendidikan Menengah Atas
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

layak menerima. Hal ini dilakukan seirama bantuan yang memadai untuk kepentingan
dengan pertambahan anggaran yang pendidikan. Akan tetapi pola ini harus diikuti
semakin banyak. Melalui anggaran dengan transparansi yang sangat memadai
pendidikan sebanyak 20 persen, maka dan akuntabilitas keuangan yang sangat
kemungkinan untuk memberikan bantuan akurat. Tentu ada pola lain yang bisa
pendidikan bagi warga miskin akan sangat diadaptasi dan semua harus didiskusikan di
mungkin dilakukan. ruang publik, agar setiap kebijakan akan
Jika menggunakan contoh dapat diukur kelayakan dan kegunaannya.
keberpihakan kepada masyarakat miskin, Sekolah Gratis merupakan sebuah
maka. Ada dua aspek mendasar yang kebijakan yang dilandasi kepedulian
dijadikan sebagai ukuran keberpihakan, pemerintah terhadap nasib rakyat Indonesia.
yaitu: Pro Poor dan Pro Job. Program Pro Masih banyaknya rakyat Indonesia yang
Poor dan Pro Job diaksentuasikan kepada terkurung dalam kebodohan membuat
keberpihakan kepada pendidikan bagi kaum pemerintah mengambil langkah strategis
miskin, kesehatan kaum miskin dan yaitu sekolah gratis. Hal ini perlu diwaspadai,
kesejahteraan kaum miskin. tidak ada pendidikan yang gratis. Sekolah
Sebagai implementasi terhadap gratis artinya masyarakat tidak perlu
keberpihakan ini, maka siswa madrasah membayar biayanya, tetapi yang membayar
aliyah yang selama ini tidak memperoleh adalah pemerintah.
sentuhan memadai dari pemerintah, Melihat fenomena masyarakat tidak
maka memperoleh bantuan sosial yang terbebani sedikitpun untuk mengakses
berupa beasiswa pendidikan. Kemudian pendidikan, tidak jarang masyarakat tidak
gurunya juga ditingkatkan kualitasnya melalui termotivasi untuk belajar dan berusaha
program penyetaraan strata satu, sebagai memanfaatkan peluang yang ada.
konsekuensi agar menjadi guru yang Kecenderungan ini kadang berimbas pada
professional. prestasi belajar siswa, artinya mereka yang
Pendidikan gratis tersebut memang bersekolah gratis memiliki kecenderungan
harus dikaji ulang di dalam kerangka masa bodoh dan enggan berusaha.
ketepatan memberikan kegratisan kepada Kebijakan sekiolah gratis telah mampu
semua. Pemerataan belum tentu tepat tanpa memberikan dampak yang positif demi
diimbangi dengan keadilan. Merata untuk tercapainya cita-cita nasional. Adapun
memperoleh kegratisan tentu bertentangan dampak yang mampu ditimbulkan dari
dengan konsep keadilan yang menandaskan sekolah gratis, diantaranya:
bahwa tidak semua bisa memperoleh a. Mampu memberikan peluang dan
santunan yang disebabkan oleh kesempatan bagi anak-anak yang
kekuranglayakan yang bersangkutan untuk kurang mampu untuk dapat mengenyam
memperoleh santunan tersebut. pendidikan yang selama ini hanya ada
Dengan demikian tentu harus ada dalam bayangan dan angan-angan
pilihan di dalam menggratiskan pendidikan mereka saja.
dari pendidikan dasar hingga menengah ini. b. Mampu meningkatkan mutu pendidikan
Ada tiga pilihan yang bisa dilakukan, yaitu: kedepannya.
pertama, pendidikan gratis for all, dengan c. Mampu mengurangi tingkat kebodohan,
kelemahan sebagaimana sudah disebutkan pengangguran dan kemiskinan.
di muka. Kedua, pendidikan gratis by name d. Mampu menghasilkan SDM yang
and by address, yaitu pendidikan gratis berkualitas.
diberikan kepada yang memang layak e. Mampu mewujudkan cita-cita nasional
menerimanya saja. Untuk kepentingan ini, bangsa Indonesia yaitu ikut
maka Dinas Pendidikan harus memiliki data mencerdaskan anak bangsa.
yang akurat dan tetap bagi program Kebijakan sekolah gratis selain
pendidikan gratis bagi keluarga miskin. memberikan manfaat, juga dapat
Ketiga, pola subsidi silang, yaitu pendidikan memberikan dapat negative diantaranya:
gratis tetap diberlakukan akan tetapi bagi a. Dengan program sekolah gratis rakyat
mereka yang secara ekonomis memiliki yang masih awam akan berfikiran bahwa
kemampuan ekonomi yang sangat baik, mereka hanya cukup dengan
maka mereka justru akan memberikan

1049
Suyahman, Analisis Kebijakan Pendidikan Gratis di Sekolah Menengah Atas dalam Kaitannya dengan Kualitas Pendidikan Menengah Atas
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

menyekolahkan anak-anak mereka gratis untuk semua peserta didik tanpa


sampai tingkat SD, SMP atau SMA/SMK. memandang status sosial ekonomi, status
b. Biaya yang digratiskan hanyalah biaya jabatan, sehingga sanga anak camat, bupati,
administrasinya saja, sehingga guburnur, rektor, para pejabat eksekutif,
menimbulkan peluang untuk terjadinya legislatif dan yudikatifpun putera-puterinya
peyalahgunaan dari pihak-pihak sekolah ikut menikmati.
yang tidak bertanggung jawab, misalnya Dalam praktek yang demikian inilah
mau tidak mau siswa dipaksa untuk sebenarnya perlu dikaji ulang kebijakan
membeli buku-buku pelajaran, LKS, dan pendidikan gratis agar tepat sasaran. Karena
Bimbel yang akhirnya tidak gratis juga. itu perlu dilakukan setting ulang untuk
c. Menimbulkan sebagian Peserta didik membnetuk pola baru mengenai
berlaku seenaknya dalam hal belajar operasionalisasi kebijakan pendidikan gratis
ataupun pembiayaan. di jenjang pendidikan menengah atas.
d. Apabila sekolah membutuhkan dana Kebijakan pendidikan gratis pada jenjang
untuk keperluan pengadaan peralatan pendidikan menengah atas harus
yang mendadak akan keteteran. disertamertai sanksi hukum jika terjadi
Ketika Kebijakan pendidikan Gratis penyimpangan dalam pelaksaannya baik
pada jenjang pendidikan menengah Atas disengaja maupun tidak. Dengan sanksi
mulai diberlakukan muncul pandangan pro hukum ini dimaksudkan untuk memberi jera
dan kontra. Masing-masing pandangan bagi yang coba-coba bermain dengan
memiliki argumentasi pembenaran yang pendidikan gratis. Pembeerian sanksi hukum
berbeda-satu dengan lainnya. Demikian pula sangat perlu hal ini berkaitan mentalitas
muncul persepsi yang beragam dari sebagian pejabat yang memiskinkan diri
kalangan masyarakat maupun para pembuat demi mendapatkan kegratisan dari
kebijakan dari propinsi hingga pemerintah dalam segala aspek dan
kabupaten/kota.. Selain itu yang lebih parah bidangnya.
lagi kebijakan pendidikan gratis menjadi Kabijakan pendidikan gratis di jenjang
konsumsi bagi para kandidat Bupati/walikota, pendidikan menngah ke depan harus syarat
maupun gubernur dalam kampanyenya dengan peraturan yang ketat, sehingga tidak
dengan mengangkat tema pokok pendidikan disalahgunakan atau dimanfaatkan mereka-
gratis sebagai janji-janjinya mereka yang tidak bertanggung jawab.
Banyaknya fenomena ini tentu dalam Kebijakan pendidikan gratis di
prakteknyapun banyak terjadi kesenjangan pendidikan menengah tidak serta merta
dan penyimpangan dilapangan. Banyak mendukung terwujudnya mutu pendidikan
ditemukan fakta dilapangan ternyata banyak menengah atas, akan tetapi justru sebaliknya
sekolah-sekolah di pendidikan menengah berakibat turunnya mutu pendidikan
atas tetap menarik biaya peserta didiknya menengah atas.
dengan berbagai alasan. Memang sekolah Memang banyak indikator yang
tidak langsung memintapada peserta menjadi penyebab rendahnya mutu
didiknya maupun pada orang tuanya, akan pendidikan menengah atas, diantaranya: 1)
tetapi sekolah menggunakan alat komite Kualitas pembelajaran siswa yang masih
sekolah yang nota bene sebagai corong dari rendah, hal ini dapat dilihat berdasarkan
orang tua para peserta didik. Logikanya standar ,ketuntasan belajar yang rata-rata di
komite sekolah membawa aspirasi para bawah 7., 2) Fasilitas sarana pendidikan
orang tua peserta didik, tetapi kenyataannya yang masih kurang lengkap, ini dapat dilihat
itu hanya sebatas teori saja, karena dari sedikitnya sarana pendukung
kenyataannya justru komite sekolah selalu pelaksanaan KBM seperti infokus, CD
mendukung keinginan sekolah yang ujung- pembelajaran, buku-buku penunjang, dsb., 3)
ujungnya menjadi sasaran para orang tua Para guru yang kurang kreatif dan inovatif
peserta didik dibebani beraneka ragam dalam mengajar, hal ini dapat diketahui
biaya. masih ada beberapa guru yang belum
Kebijakan pendidikan gratis di memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai
pendidikan menengah atas, perlu digali media pembelajaran. ,4). Minat belajar siswa
pemaknaaan yang benar, yakni gratis itu yang masih rendah, yang dapat dilihat dari
untuk siapa? Karena di lapangan ternyat masih sedikitnya siswa mengunjungi

1050
Suyahman, Analisis Kebijakan Pendidikan Gratis di Sekolah Menengah Atas dalam Kaitannya dengan Kualitas Pendidikan Menengah Atas
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

perpustakaan untuk membaca.5) Kurangnya masyarakat, kebutuhan pasar, dan


perhatian terhadap manajemen sarana stabilititasi pasar (pengguna out put).
pendidikan, hal ini dapat dilihat dari tata Kelayakan dari masing-masing unit atau
kelola sarana pembelajaran yang masih faktor baik secara makro maupun mikro
belum baik.6) Motivasi kerja guru dalam sangat menentukan arah dan kelayakan
mengajar yang kurang optimal, hal ini dapat analisis sistem yang dirumuskan atau
dilihat dari masih ada beberapa guru yang direkomendasikan (Devidson, 1989).
datang terlambat masuk kelas. Sistem pengelolaan pendidikan nasional
Berbicara tentang mutu pendidikan, Indonesia selama ini, memang sudah
banyak faktor dan kondisi yang harus menggunakan pendekatan terpadu, namun
dipertimbangkan. Kompleksitas mutu operasionalnya belum sesuai dengan ide dan
pendidikan, banyak terkait dengan sumber konsep awal sebagaimana yang telah
daya dan parameter sistem yang ditetapkan disepakati. Ada beberapa instrumental
dan dicita-citakan. Artinya, mutu pendidikan ekstern yang terabaikan, sehingga
banyak dipengaruhi oleh kualitas personal implementasi dari sistem itu tidak berjalan
perancang dan pengambil keputusan, dengan baik. Hal ini diperburuk dengan
termasuk keinginan politis penguasa kekurangsiapan dari sumber daya manusia
(pemerintah). Hal ini secara langsung yang dimiliki oleh departemen pendidikan
berkaitan dengan posisi pendidikan sebagai nasional, sehingga inovasi yang dilakukan
salah satu lokomotif politik pemerintah. dalam penyelenggaraan sistem itu tidak
Masalahnya sekarang, bagaimana terantisipasi dengan baik oleh para pejabat
menjadikan pendidikan terlepas dari tendensi birokratis di daerah Jakarta sebagai sentral
dan pesan-pesan politis penguasa yang perancangan dan lahirnya berbagai
secara langsung dapat menodai misi dan visi kebijakan, pada dasarnya telah menerapkan
pendidikan itu sendiri (Kartasasmita, 1993). sistem analisis posisi dan lingkungan yang
Untuk itu, perlu ditetapkan standar mutu memenuhi standar kelayakan, namun azas
pendidikan, baik pada tingkat nasional dekonsentrasi yang diberlakukan di
maupun daerah. Pada tingkat nasional, departemen pendidikan nasional, belum bisa
masalah mutu pendidikan berhubungan berjalan dengan baik. Artinya, masih banyak
dengan trends masyarakat dan pangsa pasar kalangan birokrasi di daerah yang berjiwa
sebagai pengguna keluaran. Ada tiga faktor ³ELURNUDWLV DEVROXW´ VHKLQJJD WLGDN PDPSX
penting yang harus dipertimbangkan secara menerapkan transparansi dan demokratisasi
makro dalam melakukan penyusunan strategi dalam pengelolaan pendidikan. Hal ini
sistem pendidikan, yaitu: (1) ketersediaan merupakan fakta yang tidak terbantahkan
perangkat dan sumber daya, (2) dalam pelaksanaan desentralisasi
kecendrungan masyarakat secara umum, pengelolaan pendidikan yang telah
dan (3) kualifikasi out put dari sistem itu diujicobakan di beberapa daerah. Kondisi ini
sendiri. Konsepsi ini, penting dipahami oleh membawa dampak pada kemandegan
kalangan pengambil kebijakan, mengingat sistem, yang pada akhirnya bermuara pada
begitu kompleksnya permasalahan seputar tidak tercapaiannya standar mutu yang telah
mutu pendidikan. Di samping itu, dinamika ditetapkan.
masyarakat dunia, dan isu-isu internasional Kurikulum, sebagai salah satu bentuk
juga harus dijadikan sebagai dasar pijakan operasional kebijakan, pada dasarnya telah
pengambilan keputusan. Hal ini dimaksudkan memuat sejumlah rumusan dan wacana yang
untuk menghindari miss-concention and sangat demokratis bagi kalangan pelaku di
miss-orientation pengelolaan sistem daerah (Lasmawan, 2000), namun sayang
pendidikan. Pada tingkatan daerah, ada mereka tidak mampu menterjemahkan
sejumlah faktor dan dimensi sosiologis yang makna dan jiwa dari kurikulum itu dengan
harus dijadikan dasar pijakan, yaitu: (1) unit baik. Akhirnya, terjadilah apa yang sering
analisis sistem yang tersedia, (2) kelayakan GLVHEXW GHQJDQ ³FKDRV´ GDODP VLVWHP
rencana yang disusun, (3) kesiapan sumber pendidikan kita. Untuk itu diperlukan
daya, (4) alokasi dana yang tersedia, (5) pendekatan sistem yang demokratis dan
dukungan masyarakat, (6) kondisi sosial transparan dari kalangan pengambil
budaya masyarakat setempat, dan (7) faktor- kebijakan baik di tingkat daerah maupun
faktor non teknis, seperti: stratifikasi pusat. Salah satu alternatif yang di duga

1051
Suyahman, Analisis Kebijakan Pendidikan Gratis di Sekolah Menengah Atas dalam Kaitannya dengan Kualitas Pendidikan Menengah Atas
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

dapat membawa sistem pendidikan manajemen bersih dan transparan sehingga


Indonesia kearah itu, adalah dengan sistem masyarakat memiliki citra yang baik (good
desentralisasi pengelolaan pendidikan governance). Ketiga pilar tersebut mendasari
(otonomi pengelolaan pendidikan). Dengan tercapainya visi pendidikan nasional yaitu
demikian, benang kusut yang selama ini membangun Insan Indonesia Cerdas dan
menghantui sistem pendidikan kita, secara Kompetitif. Dengan tidak mengesampingkan
perlahan dan pasti akan mudah terurai dan cita-cita luhur yang lain seperti Penuntasan
dirajut menjadi sebuah kain bermutu dan Wajib Belajar. Kita juga perlu mengungkit
memiliki kelaikan daya saing yang tinggi. percepatan peningkatan mutu, relevansi dan
Berbicara mengenai standar mutu, daya saing pada berbagai jenjang
berarti harus mendiskusikan kembali, pendidikan.
manusia Indonesia yang seperti apa yang Jenjang pendidikan menengah atas memiliki
kita harapkan lahir dari dunia pendidikan. posisi strategis dalam peningkatan daya
Apakah manusia yang menguasai teknologi saing regional maupun global. Peningkatan
tinggi sehingga dunia pendidikan harus mutu pendidikan pada jenjang ini akan
mencetak para teknokrat ulung, ataukah kita menghasilkan kekuatan ekonomi baru
ingin membangun manusia yang dipenuhi dengan output lulusan-lulusan sekolah
dengan iman dan ketaqwaan yang tinggi menengah tingkat atas yang siap untuk terjun
sesuai dengan filosophis pembangunan di dunia kerja atau melanjutkan ke jenjang
bangsa, atau mungkin keduanya secara perguruan tinggi yang dapat menghasilkan
bersama-sama dalam satu wujud manusia ilmuwan-ilmuwan muda yang baru.
yang komprehensif (dalam ukuran sosial Agar tercapai kemajuan yang
budaya). Menyadari posisi dan karakteristik terencana, maka kebijakan public bidang
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang multi pendidikan haruslah mengacu pada
etnis dan sedang berkembang, maka kepentingan masyarakat dan daya beli
manusia Indonesia yang kita harapkan lahir masyarakat terhadap pendidikan. Pendidikan
sebagai produk pendidikan adalah manusia gratis pada sekolah menengah atas akan
yang berteknologi tinggi dan sekaligus memberikan manfaat yang sangat luar biasa
bermoral. Inilah pada dasarnya parameter antara lain : (1) tumbuhnya angkat muda
mutu pendidikan nasional. Penetapan baru yang berkualitas dan berdaya saing
standar mutu ini harus mempertimbangkan tinggi; (2) mengurangi angka kemiskinan
berbagai potensi dan kecenderungan yang cukup signifikan karena kemampuan
masyarakat, sehingga kualitas manusia berusaha dan bersaing lulusan SMTA lebih
Indonesia yang lahir melalui dunia dapat diandalkan; (3) penggunaan APBN dan
pendidikan benar-benar tangguh baik APBD akan tepat sasaran dan bernilai
penguasaan teknologinya maupun moral manfaat yang berkepanjangan; (4)
humanisnya. banyaknya kalangan siswa tidak mampu
Pengembangan jati diri bangsa sangat akan terbantu dengan baik; (5) akan
ditentukan oleh kualitas sumber daya menimbulkan kepedulian-kepedulian baru
manusia (SDM) yang ada. Untuk itu, dari dunia usaha dan sector lain untuk
diperlukan kader terbaik bangsa yang pendidikan
memiliki kecerdasan tinggi, sikap dan mental
prima, daya juang dan daya saing tinggi, D. Penutup
kemampuan handal dan nasionalisme sejati. a. Simpulan
Indonesia harus segera melakukan strategi Berdasarkan uraian analisis kebijakan
baru dalam memperbaiki dan meningkatkan gratis pendidikan Menengah Atas dalam
kualitas bangsa melalui pendidikan yang kaitannya dengan peningkatan mutu
berkualitas. Sehingga diharapkan mampu pendidikan menengah atas maka dapat
menghasilkan manusia-manusia yang disimpulkan:
unggul, cerdas dan kompetitif. Untuk itu 1. Kebijakan pendidikan gratis
diperlukan tiga pilar utama dalam pendidikan menengah merupakan
pembangunan pendidikan nasional yaitu: kebijakan yang tepat dalam upaya
peningkatan pemerataan dan akses pemerataan pendidikan menengah di
pendidikan; peningkatan mutu, relevansi dan seluruh wilayah Indonesia khususnya
daya saing;

1052
Suyahman, Analisis Kebijakan Pendidikan Gratis di Sekolah Menengah Atas dalam Kaitannya dengan Kualitas Pendidikan Menengah Atas
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

bagi kalangan sosial ekonomi yang Bhutankar, David. (2000). Deregulation Cost
terbatas. of Education Programs in
2. Kebijakan pendidikan gratis Development Countries. http://www.
pendidikan menengah dirasakan webster@bhutankar. bhutan.ac.uk
kurang mencerminkan asas keadilan
jika pelaksanaannya seperti saat ini, Basuki, Sulistiyo, (2006). Metode Penelitian,
karena juga dinikmati moleh kalangan Jakarta, Wedatama Widya Sastra.
ekonomi ke atas.
3. Kebijakan pendidikan gratis Departemen Pendidikan Nasional. (2006).
pendidikan menengah secara Ringkasan Eksekutif Renstra, Menuju
kuaantitas berhasil akan tetapi secara Pembangunan Pendidikan Nasional
kualitas belum berhasil karena tidak Jangka Panjang 2025, Versi Revisi.
diimbangi dengan peningkatan mutu Jakarta: Depdiknas.
pendidikan menengah ke atas.
4. Kebijakan pendidikan gratis Departemen Pendidikan Nasional. (2006).
pendidikan menengah atas ke depan Rencanan Strategis Pendidikan
harus dibuat formulasi baru dengan Nasional tahun 2005-2009, Jakarta:
mempertimbangkan asas keadilan Depdiknas
dan disertai sanksi hukum yang tegas
untuk memberikan aspek jera bagi H.A.R. Tilaar. (2002). Membenahi pendidikan
yang melakukan pelanggaran. Nasional, Jakarta: PT Rineka Cipta.

b. Rekomendasi ²-, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun


Berdasarkan simpulan seperti pada 2003 Tentang SISDIKNAS, Bandung:
ditegaskan pada sub E di tulisan ini maka Citra Umbara, 2008
dapat direkomendasikan hal-hal sebagai
berikut: Miarso, Yusuf Hadi. (2004). Menyemai Benih
1. Pendidikan gratis pada jenjang Tehnologo Pendidikan, Jakart:
pendidikan menengah atas di masa Prenada Medi.
depan perlu dilanjutkan tetapi harus
mengedepankan asas keadilan dan Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran
pertimbangan mutu pendidikan Berorientasi Standar Proses
menengah atas. Pendidkan, Jakarta: Kencana
2. Kebijakan pendidikan gratis Prenada Media Group, 2007
pendidikan menengah di masa depan
harus disertai dengaan sanksi hukum 0X¶DULI Liberalisasi Pendidikan,
yang tegas bagi siapapun yang Yokyakarta: Pinus Book Publisher.
melakukan pelanggarn sehingga
memberikan aspek jera. Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006).
3. Kebijakan pendidikan gratis pada Pengendalian Mutu Pendidikan
pendidikan menengah harus didukung Sekolah Menengah, Bandung: Refika
dengan penganggaran dari sumber Aditama.
keuangan APBN, APBD propinsi, dan
APBD kabupaten/kota sehingga Rahadian, AH, Dr. IR, M.Si. (2010). Bahan
terjadi sinergisme dan tidak Kuliah Kebijakan Publik. Jakarta.
menimbulkan pada sekolah-sekolah
sebagai pelaksana. Dunn, William, Pengantar Analisi Kebijakan.
Gajah Mada University Press,
Yoyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah,
Abraham, David. (1999). Quality Controll: Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta, PT
New Approach in Our Bussiness. New Gramesia
York: McMillan, Co.

1053
Suyahman, Analisis Kebijakan Pendidikan Gratis di Sekolah Menengah Atas dalam Kaitannya dengan Kualitas Pendidikan Menengah Atas
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 2, Nopember 2016

Kartini Kartono, Sistem Pendidikan Nasional,


Jakarta: Pradnya Paramita.

Tilaar, H.A.R. (2006). Standarisasi


Pendidikan Masional, Suatu Tinjauan
Kritis, Jakarta, Reneka Cipta.

Rahadian, A.H, Dr. Ir. M.Si. (2012). Materi


Kuliah Kebijakan Publik (Modul
Kuliah) Program Pascasarjana
Magister Ilmu Administrasi STIAMI.
Jakarta.

Suryadi, Ace dan H.A.R. Tilaar. (1993).


Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu
Pengantar. Bandung: PT. Rosdakarya

Soedijarto. (1993). Menuju Pendidikan


Nasional yang Relevan dan Bermutu.
Jakarta: Balai Pustaka,

Suryadi, Ace dan Budimansyah, Dasim.


(2004). Pendidikan Nasional Menuju
Masyarakat Indonesia Baru.
Bandung: Grasindo.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan

Salusu, 2004, Pengambilan Keputusan


Stratejik, Untuk Organisasi Publik dan
Nonprofit, Jakarta: Gramedia.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2


Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

Undang Undang Republik Indonesia No.


Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendididikan Nasional.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor


14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen.

Wahab, Azis. (1999). Otonomi Pendidikan:


Pokok-pokok Pikiran Pengelolaan
Sistem Pendidikan Nasional
(makalah). Bandung: Lembaga
Penelitian Universitas Pendidikan
Bandung.

1054
Suyahman, Analisis Kebijakan Pendidikan Gratis di Sekolah Menengah Atas dalam Kaitannya dengan Kualitas Pendidikan Menengah Atas

You might also like