You are on page 1of 13

available at http://ejournal.unp.ac.id/index.

php/komposisi
P-ISSN 1411-3732
E-ISSN 2548-9097

Komposisi:
Jurnal ACCULTURATION OF INTERCULTURAL COMMUNICATION IN
Pendidikan LANGUAGE DIAlECTS
Bahasa, Sastra, (Study on Acehnese Students in Malang)
dan Seni
AKULTURASI KOMUNILKASI ANTAR BUDAYA DALAM DIALEK
Volume xxx
Nomor x, 20xx BAHASA
page. xxx-xxx (Kajian Pada Mahasiswa Aceh di Malang )

M. Abdulnuur Arroiyan
Article History:
Submitted:
Bahasa dan Sastra Arab – UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang,
Month xx, 20xx Indonesia
Accepted:
Month. xx, 20xx
Surel: 19310018@student.uin-malang.ac.id
Published:
Month. xx, 20xx Abstract

The communication factor is the main sector that hinders the process
of environmental adaptation, because to create an effective adaptation
requires good interaction. "Acculturation of Intercultural
Communication in Language Dialects (Studies on Acehnese Students in
Malang)" is the main topic of this research. The culture, which is still
very strong, is still attached to the people of Malang, urging Acehnese
students in Malang to change their dialect and adapt it to the local
dialect, so that there is a process of interaction with the surrounding
environment. The establishment of an effective exchange of
information, characterized by conveying information as a whole
without any ambiguity. The data in this study were obtained through
the stages of observation and interviews from related informants. The
data obtained were identified using a qualitative descriptive method
through three stages, namely: data reduction, data presentation, and
drawing conclusions. The purpose of this study was to find out about
the background of Acehnese students in the city of Malang so that they
could obtain data explaining the difficulties and efforts made to
overcome the existence of intercultural acculturation in the Acehnese
language.
Keywords: Acculturation, Communication, Dialectic

Abstrak

Adaptasi merupakan fase yang harus dilewati oleh tiap mahasiswa Aceh
di kota Malang. Proses adaptasi tersebut memiliki hambatan-hambatanya
tersendiri pada beberapa sektor. Faktor komunikasi adalah sektor
utama terhambatnya proses adaptasi lingkungan, karena untuk

© FBS Universitas Negeri Padang


Nurul firdausi, Penggunaan Dialek Malang

terciptanya adaptasi secara efektif mengharuskan adanya interaksi yang baik.


“Akulturasi Komunikasi Antar Budaya Dalam Dialek Bahasa (Kajian Pada
Mahasiswa Aceh di Malang)” Menjadi topik utama pada penelitian ini. Hasil dari
penelitian ini berfokus pada tahapan dan hambatan yang harus dilalui mahasiswa
Aceh dalam beradapatasi, sehingga melahirkan akulturasi komunikasi antar
budaya pada dialek bahasa mereka. Kebudayaan yang masi sangat kental masi
melekat pada masyarakat di Malang mengaruskan mahasiwa Aceh di Malang
mengubah dialek mereka serta menyesuaikan dengan dialek setempat, agar
terjalinya proses interaksi dengan lingkungan sekitar. Terjalinnya pertukaran
informasi dengan efektif, ditandai dengan tersampaikanya informasi secara
menyeluruh tanpa adanya ambigunitas. Data pada penelitian ini diperoleh
melalui tahapan observasi dan wawancara dari informan terkait. Data yang
diperoleh diidentifikasi mengunakan metode deskriptif kualitatif melalui tiga
tahapan yaitu : mereduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang latar belakang mahasiwa
Aceh di kota Malang sehingga dapat memperoleh data yang menjelaskan
tentang kesulitan dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi adanya akulturasi
antar budaya pada bahasa Aceh.

Kata Kunci : Akulturasi, Komunikasi, Dialektika

Introduction
Keterkaitan dan hubungan erat antara bahasa dengan manusia
menjadikan bahasa adalah suatu hal yang tidak bisa dipisah dari kehidupan
humanis karena peranan bahasa yang sudah melekat pada tiap-tiap individu
bahakan menyatu pada segala aspek tatanan kehidupan bersosial. Manusia
dikatakan humanis karena merupakan sosok yang tidak bisa untuk hidup sendiri
atau membutuhkan adanya keterkaitan dengan individu lainya untuk memenuhi
kebutuhanhya, oleh karena itu disini peranan bahasa memainkan peranan
penting dalam sebuah tatanan sosial yang digunakan untuk menyampaikan
informasi baik secara verbal maupun non-verbal antara satu sama lain.
Bahasa menjadi alat yang digunakan dalam sebuah tatanan sosial
masyarakat untuk melakukan komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu
aspek terpenting dalam dasar pembelajaran tiap individu. Tersampaikanya
informasi secara tepat menjadi landasasan utama dalam upaya humanis untuk
bisa masuk kedalam lingkungan sekitar yang memiliki keragaman pada pola-pola
tatanan dalam kemasyarakatan setempat. Oleh karena itu baiknya komunikasi
yang tercipta dan tersampikanya pesan dengan baik menjadi aspek utama yang

UNP JOURNALS PRINTED ISSN 1411-3732


3
Komposisi: Jurnal Pendidikan Volume xx No. x
Bahasa, Sastra, dan Seni Maret/Okt 20xx

harus dimiliki oleh tiap-tiap humanis agar bisa menjadi bagian dari tatanan sosial
yang ditempati.
Keragaman dari tiap-tiap individu merupakan pengambaran dari
lingkungan kebudayaan yang ditempatinya. Budaya memiliki pola tersendiri atau
aturan-aturan yang disusun secara sistematis untuk mengatur tatanan
masyarakat setempat. Gaya komunikasi antar sosial menjadi bagain dari tatanan
budaya tentang bagaimana humanis memiliki cara-cara berkomunikasi dalam
sebuah tatanan sosial dari lingkungan kehidupan masyarakat tersebut. Adanya
keterkaitan dengan budaya dengan komunikasi mengaharuskan humanis untuk
beradaptasi pada gaya komunikasi (dialek) pada lingkungan tersebut.
Lahirnya keragaman bahasa (dialek) dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang melatarbelakangai terjadinya hal ini, seperti faktor, geografis, politik, sosial,
budaya. Interaksi antar individu menjadi alasan utama lahirnya dialek tersebut
karena sifat dari tiap bahasa yang memiliki gayanya dan cirinya masing-masing
yang mengakibatkan terjadinya proses “asimilasi” dan “akultirasi” antara kedua
penutur ketika berinteraksi, proses “asimilasi” dan “akulturasi” inilah yang
menyebabkan lahirnya pembauran antara satu dialek dengan dialek lainya.
Ayatrohaedi. (1983).
Proses adaptasi pada tatanan budaya yang memiliki gaya komunikasniya
sendiri (dialek) melahirkan problematika tersendiri karena terkadang kesulitan
untuk beradaptasi terhadap budaya baru (culture shock) dapat menghambat
pada proses akulturasi komunikasi itu sendiri. Menurut Koentjaraningrat (1990:
91) akulturasi budaya merupakan perubahan sosial yang lahir karena adanya
pertemuan antara tatanan sebuah tatanan sosial pada suatu kebiasaan tertentu
dengan tatanan kebudayaan lainya, kemudian dampak dari pertemuan
kebudayaan ini adalah aadanya penyerapan budaya asing terhadap budaya
sendiri tanpa menghilangkan kebudayaan yang melatarbelakanginya.
Keterkaitan hubungan antara budaya dan komunikasi adalah hal yang
sangat penting sehingga untuk melahirkan hubunggan baik antara kebudayaan
memerluhkan adanya komunikasi yang baik antr kebudayaan. Adanya akulturasi
terhadap budaya merupakan hal yang terjadi karena adanya proses pertemuan
antara dua penganut budaya yang berbeda oleh karena itu proses memahami
adanya pengaruh budaya terhadap kegiatan komunikasi menjadi hal penting
untuk di kaji, tenang makna beberapa makana secata verbal dan non verbal yang
terdapat pada kebudayaan yang terkait, tentang larangan dan hal-hal yang layak
atau tidak layak untuk dikomunikasikan, hingga tata cara komunikasi baik secara

E-ISSN 2548-9097ONLINE ISSN 2928-393 UNP JOURNALS


4
Nurul firdausi, Penggunaan Dialek Malang

verbal dan non verbal dengan memahami pada tatanan cara dan kapan untuk
mengkomunikasikanya.
Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang dilakukan oleh
individu-individu budaya yang berbeda dalam satu kebangsaan (Ridwan, 2016:
26). Keragaman budaya yang dimilik oleh tiap-tiap suku yang ada di indonesia
melahirkan keragama pada gaya komunikasi atau dialek di indonesia. keragaman
itu tidak hanya pada aspek-aspek kosa kata saja namun juga pada aspek-aspek
lainya seperti pada susunan kalimatnya hingga retorika dalam berbahasa.
keragaman pada dialek baik dalam logat maupun unsur-unsur kebahasaan lainya
menjadi gambaran dari titp-tiap suku tersebut.
Aceh menjadi salah satu daerah di Indonesia yang menjadi bagain dari
pulau Sumatra memiliki banyak jenis kebudayaan sehingga tidak mengherankan
di daerah Aceh sendiri memiliki banyak dialek yang menjadi ciri khas dari budaya
mereka. Kebudayaan di Aceh juga banyak dipengaruhi oleh kedudukan
kepercayaan agama mereka yang dikenal sangat akan agama, tidak hanya islama
saja namun juga agam-agama lainya seperti hindu,kriste, dan budha. Keragaman
suku yang ada di Aceh serta adanya pengaruh dari keyakinan pada kepercaayaan
menjadi salah satu faktor munculnya keragaman dialek pada suku Aceh itu
sendiri oleh karena itu keragaman dialek dalam suku aceh sendiri sangat
beragam meskipun dalam satu daerah.
Pelajar Aceh yang datang ke kota Malang dan untuk melakukan
komunikasi mahasiswa aceh berkomunikasi mengunakan dialek aceh sendiri
dengan Mahasiswa Kota malang atau yang di luar kota Malang yang memilik
dialek mereka sendiri hal ini secara tidak langsung mempengaruhi kebudayaan
yang ada di tempat itu tannpa menghilangkan kebudayaan di tempat tersebut.
Untuk melahirkan akulturasi tersebut maka perlu adanya komunikasi antara satu
sama lain dalam proses sosial, hal ini ditandai dengan tersampaikanya informasi
secara baik antar keduanya untuk bertukar informasi secara efektif.
Masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah bagaimana proses
terjadinya akulturasi komunikasi antar budaya pada dialek aceh dimana
penelitian ini berfokus pada mahasiwa Aceh di kota malang. Adapun tujuan dari
penulisan jurnal ini adalah untuk mengetahui tentang latar belakang mahasiwa
Aceh di kota Malang sehingga dapat memperoleh data yang menjelaskan
tentang kesulitan dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi adannya akulturasi
antar budaya pada bahasa Aceh terhadap mahasiswa Aceh di kota Malang pada
tahapan adaptasi sebuah tatanan sosial baru.

UNP JOURNALS PRINTED ISSN 1411-3732


5
Komposisi: Jurnal Pendidikan Volume xx No. x
Bahasa, Sastra, dan Seni Maret/Okt 20xx

Berbagai sumber bacaan dari penelitian terdahulu yang mengkaji kasus


yang serupa akan digunaka pada penelitian ini. Penelitian terdahulu pertama
adalah sebuah Jurnal yang ditulis oleh Muhammmad Syaikhu Nuris yang berjudul
“Akulturasi Komunikasi Masyarakat Suku Bugis dan Suku Banjar di Desa Handil
Terusan Kalimantan Timur”. Jurnal ini membahas tentang bagaimana lahairnya
sebuah komunikasi antar budaya dengan memaparkan tahapan-tahapan yang
harus dilalui hingga mengahsilkan data tentang adanya kulturasi budaya yang
berdampak pada lahirnya gaya komunikasi baru dari hasil adaptasi (dialek) pada
suku Bugis dan suku Banjar di desa Handil. Paradigma Konstruksi adalah metode
enelitian yang digunakan pada jurnal ini dengan berlandskan pada kajian teori
komunikasi intrapersonal untuk menganalisis adanya proses akulturai budaya
pada gaya komunikasi atau dialek suku Bugis dan Banjar.
Penelitian terdahulu kedua adalah sebuah jurnal yang ditulis oleh khairun
Nisa yang berjudul “Wujud Akulturasi Budaya Arab-Sunda Pada Masyarakat
Pasar Rebo, Kelurahan Nagri Kidul, Purwakarta” penulisan pada skripsi ini
berlandasakan pada teori sosiologi budaya dan metode deskriptif kualitatif yang
digunakan untuk memaparkan data sehingga hasil dan pebahasan pada jurnal ini
bisa mengidentifikasi bahwasanya adanya kulturasi budaya yang berdampak
pada Bahasa Arab yang digunakan oleh keturunan Arab disana, diamana bahasa
Arab yang digunakan disana bukanlah bahasa Arab murni, tapi bahasa Arab yang
telah tercampur dengan bahasa Sunda sehingga bisa disimpulkan bahwasanya
adanya campur kode yang terjadi pada Bahasa Arab-sunda di sana. Penelitian
terdahulu ketiga yang digunakan adalah sebuah jurnal yang ditulis oleh Wildana
Wargadinata dkk, dengan judul “Variasi Aksen dan Leksem Dialek Arab: (Kajian
Sosiodialektologi pada Dialek Libya Timur dan Barat)” penulisan pada jurnal ini
berlandaskan pada teori Sosiodialektologi. Mengunakan metode kualitatif dan
tinjauan lapangan digunakan untuk memaparkan data dri hasil pebnelitian pada
jurnal ini untuk megidentifikasi faktor-faktor munculnya perbedan dialek dimana
keadaan sosial masyarakat menjadi salah satu faktor utama penyebab
muncuolnya perbedaan pada dialek.
Penelitian keempat yang digunakan sebagai landasan penulisan jurnal ini
adalah sebuah jurnal karya A. Dian Fitriana yang berjudul ”Pengaruh Akulturasi
Dalam Proses Interaksi antarbudaya Terhadap kesadaran Budaya Berbahasa
Daerah setempat Bagi Mahasiswa Rantau” tahapan analisis dan pemaparan data
pada jurnal ini mengunakan metode Path Analysis. Metode ini digunakan untuk
memaparkan beberapa faktor yang mempengaruhi adanya akulturasi terhadap
kesadaran akan budaya berbahasa yang digunakan dilingkungan setempat

E-ISSN 2548-9097ONLINE ISSN 2928-393 UNP JOURNALS


6
Nurul firdausi, Penggunaan Dialek Malang

sehingga lahirnya gaya bahasa dari proses akulturasi yang disebabkan oleh
interaksi antar mahasiswa rantau didaerah setempat dengan penduduk lokal.
penelitian terdahulu kelima yang digunakan sebagai rujukan pada jurnal ini
adalah sebuah Jurnal yang ditulis oleh Mikhail Perdana dan Rudiansyah yang
berjudul “Pengaruh Bahasa Tionghoa Terhadap Bahasa Sehari–hari” Metode
deskriptif digunakan pada penelitian ini untuk mengidentifikasi masalah yang
dianggkat pada penulisan jurnal ini dan menjawab permasalah pada jurnal ini.
Hasil dan pembahasan pada jurnal ini adalah lahirnya sebuah dialek baru sangat
dipengaruhi oleh akulturasi budaya melalui interaksi sosial tanpa menghilangkan
budayanya sendiri. proses akulturasi bahasa yang terjadi dengan sendirinya
sehingga menimbulakn dialek-dialek baru dalam bahasa sehari-hari karena
adanya akulturasi gaya bahasa yang diadopsi dari bahasa Tionghoa.

Metode
Paradigma Konstruktif adalah jenis penelitian pada penulisan jurnal ini.
Menurut Erianto (2011) Paradigma Konstrutif melihat sebuah tatanan sosial dana
fonomena-fenomena yang terjadi dilamanya bukan lah sebuah peristiwa yang
lahir sebgai sebuah realita secara alami, tapi peristiwa-peristiwa tersebut lahir
karena adanya proses konstruksi. Kemudian tahapan identifikasi masalah
sekaligus menjawab permasalahan yang dikaji dari jurnal ini menggunakan
metodelogi secara deskriptif kualitatif yang kemudian disempurnakan dengan
metode analitis. Pengunaan metode deskriptif adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan yang dibahas pada penelitian ini dengan mendalami atau
mengambarkan keadaan tatanan sosial pada pembahasan ini secara terstruktur
dan sistematis melalui beberapa tahapan.
Moleong (2007, hal.4) berpendapat bahwasanya metode kualitatif
digunakan dalam sebauh penelitian guna agar bisa memamparkan data deskriptif
secara spesifik melalui kata-kata secara tertulis maupun secara lisan dari objek
kajian yang telah diamati perilakunya karena pada dasaranya metode kualitatif
digunakan untuk mengamati latarbelakang sebuah objek yang di angkat dalam
penelitian. Deskriptif menjadi metode penelitian pada jurnal ini karena penelitian
ini akan membahas mengenai beberapa peristiwa yang sedang terjadi pada masa
sekarang serta keterkaitanya dengan kondisi yang sedang dialami yang sedang
berlangsung. Menurut Nazif (20011; 52) metode deskriptif adalah sebuah
metode yang meneliti keadaan dari kelompok manusia, subjek, keadaan, gaya

UNP JOURNALS PRINTED ISSN 1411-3732


7
Komposisi: Jurnal Pendidikan Volume xx No. x
Bahasa, Sastra, dan Seni Maret/Okt 20xx

pemikiran pada permasalahan yang terjadi pada waktu yang sedang


berloangsung.

Tabel 1.1 Identitas Informan


NO Nama Informan Usia Bermukim
1 M. Naufal Amin 22 3 tahun
2 Fadil Alfarisi 22 3 tahun
3 Azhari Kiram 21 3 tahun
4 Rajulul Hadi 20 2 tahun
5 Muhammad Aulia 24 5 tahun

Tahapan yang dilalui untuk mengumpulkan data pada penelitian ini


melalui tiga jenis kegiatan yang dilakukan secara bersamaan yaitu mereduksi
data, penyajian data serta penarikan kesimpulan dari data yang telah diperoleh.
Sumber data dari penelitian ini adalah mahasiwa Aceh di kota Malang.
Mengunakan teknik pengumpulan data secara survey dan observasi langsung
pada sumber terkait dengan tahapan wawancara untuk memperoleh data
mengenai adanya akulturasi komunikasi antara budaya dalam dialek bahasa,
kemudian data yang sudah diperoleh serta yang sudah dikaji melalui beberapa
tahapan akan di sajikan dalam penelitian ini untuk menjawab permasalahan yang
diteliti pada penulisan jurnal ini.

Hasil dan Pembahasan


Menjadi bagian baru dari sebuah tatanan sosial baru mengharuskan
adanya adaptasi pada lingkungan kehidupan baru agar dapat terjalinya
kehiduapan yang harmonis antar sesama dalam kehidupan bermasyarakat, hal
ini mengharuskan mahasiwa Aceh dalam masa perantauannya di kota malang
untuk mempelajari setiap kultur yang ada dalam masyarakat di sekitar
lingkungan tempat tingalnya tentang larangan yang tidak boleh dilakukan di
lingkungan setempat mulai dari perilaku, pola pemikiran masyarakat pribumi
hingga gaya komunikasi yang diterapkan di lingkungan sekitar tempat tingal
mereka.
Adaptasi merupakan penyesuaian diri dan cara atau proses penyesuaian
diri pada setiap individu atau manusia berbeda-beda. Ada yang proses
adaptasinya cepat, ada pula yang relative lama. Tidak menjadi masalah, pada
intinya kita hanya harus tetap melakukan penyesuaian diri.Proses adaptasi yang
dilakukan oleh mahasiswa Aceh di kota Malang terjadi secara bertahap seperti

E-ISSN 2548-9097ONLINE ISSN 2928-393 UNP JOURNALS


8
Nurul firdausi, Penggunaan Dialek Malang

pada penjelasan di atas bahwasnya proses adaptasi pada sistem tatanan sosial
baru memerlukan proses adapatasi yang sedikit lama karena perbedaan
latarbelakang budaya yang memiliki gaya dan ciri-cirinya masing-masing.
Keharusan untuk berbaur dengan masyarakat sekitar sebagai makhluk humanis
guna agar memenuhi segala kebutuhan hidup mereka mengharuskan
mahasiswa Aceh untuk terjun langsung kedalam masyarakat sekitar. Hal itu di
tandai dengan mereka yang mulai bergaul dengan lingkungan masyarakat sekitar
di kota Malang yang mayoritas penduduknya adalah etnik Jawa, proses adaptasi
ini dimulai oleh mahasiswa Aceh yang merantau di kota Malang dengan turut
terlibat pada agenda-agenda yang ada disekitar kampus tempat mereka belajar
ataupun pada lingkungan kehidupan masyarakat asli etnik Jawa.

Akulturasi Kajian tentang akulturasi yang dilakukan ole semua ahli


antropologi di masa lalu biasanya dilakukan berdasarkan suatu kerangka kerja
yang hampir sama, balk di neara-negara persemakmuran, di Amerika Serikat
maupun Amerika Latin . Untuk pertam kalinya, istilah akulturasi dijumpai dalam
W bster's Unbridged Dictionary (1928). Akulturasi antar budaya sangat
bergantung pada bagaiman proses komunikasi tersebut terjalin dengan baik
sehingga mahasiwa perantau Aceh di kota Malang bisa mendapatkan beberapa
informasi-informasi penting yang dapat sekiranya berguna bagi mereka dalam
membantu proses adaptasi terhadap lingkungan sekitar. Proses interaksi
tersebut dimulai dari mereka bisa memahami, mengetahui, serta melakukan
pengidentifikasian dan bisa membedakan bagaiman gaya bahasa yang di
terapkan pada etnik Jawa. Pada tahapan adaptasi terhadap bahasa ini lahirlah
akulturasi komunikasi antar budaya dalam dialek bahasa itu sendiri. Proses
akulturasi ini menjadi titik fokus pada penelitian ini dimana penelitian ini
melakukan observasi dan wawancara dengan narasumber terkait yaitu mahasiwa
Aceh di kota Malang yang menjadi informan utama pada proses pengumpulan
data mengenai adanya proses akulturasi komunikasi antar budaya yang
mempengaruhi dialek bahasa Aceh.
Pada proses adaptasi dengan lingkungan sekitar, komunikasi menjadi
permasalahan utama yang di alami oleh mahasiswa Aceh di kota Malang.
Permasalahan pada komunikasi inilah yang menjadi hambatan tersendiri bagi
mahasiswa Aceh baik hal ini bersifat verbal maupun Non-verbal, karena adanya
kendala pada proses komunikasi inilah menjadikan proses adaptasi terhadap
lingkungan sekitar tersebut melahirkan permasalahn pada proses adaptasi yang
cukup rumit, hal ini dimulai dari pengunaan intonasi suara pada gaya bicara pada

UNP JOURNALS PRINTED ISSN 1411-3732


9
Komposisi: Jurnal Pendidikan Volume xx No. x
Bahasa, Sastra, dan Seni Maret/Okt 20xx

entik Jawa yang berbeda dengan bahasa Aceh dalam penggunaanya, hingga
penempatan kosa-kata dan beberapa pola kata yang sedikit berbeda. terlihat
hanya sekedar dalam beberapa aspek saja namun permasalahan ini sangatlah
fatal dalam proses komunikasi, karena hal utama yang harus dicapai pada proses
komunikasi antara penutur dengan pendengar adalah tersampaikanya informasi
dengan baik dan benar sehingga tidak menimbulkan lahirnya perbedaan
pemahaman pada proses penyampain informasi tersebut.
Hasil dari wawancara dengan narasumber terkait bisa menjelaskan
bagaimana titkletak dari permasalahan yang dialami dalam proses adatasi
terhadapat lingkungan sekitar yang memiliki budaya tersendiri sehingga
melahirkan gaya ciri-ciri mereka masing. permasalahan pada sektor komunikasi
menjadi alasan utama pada proses adaptasi ini. Etnik jawa yang dikenal kental
dengan kekhasan mereka sendiri menjadikan dialek mereka sangat terjaga
hingga sekarang. bahasa jawa dikenal memiliki banyak varian intonasi yang
digunakan dalam penuturanya sehingga varian intonasi yang digunakan pada
dialek jawa menjadi suatu hal yang harus diamati oleh mahasiswa Aceh yang
sedang merantau ke kota Malang.

Pengunaan intonasi dari dialek jawa sangat memperhatikan lawan


bicaranya ketika terjalinya sebuah tahapan penyampaian informasi. Gaya
komunikasi etnik Jawa tidak hanya pada intonasi yang mereka gunakan saja
namun ketika terjadinya proses komunikasi tersebut gestur tubuh dan wajah
mereka ikut berubah-ubah tergantung lawan bicara mereka dalam
berkomunikasi. Seperti yang disampaikan oleh salah satu narasumber pada
penelitian ini yaitu Noval:
“Mereka (orang jawa) ketika saya berbicara dengan mereka, intonasi
bicara atau sura mereka ketika berkomunikasi dengan orang yang baru
mereka kenal, mereka sangat menjaga intonasi suara mereka dengan
intonasi suara yang rendah dan juga gestur tubuh mereka itu ikut
terpengaruh ketika mereka berbicara”
Fadil juga mengatakan hal serupa dari pengalamnya ketika berinteraksi dengan
orang jawa yang berasal dari kota Malang yang iya temui di lingkungan kampus.
Fadil merasa dialek yang mereka gunakan ketitka berbicara sangat lah lembut
walaupun ada beberapa bagian yang dia kurang paham karena terjadinya
pencampuran kosa kata antara bahasa Jawa dengan Indonesia sehingga
terdengar asing.

E-ISSN 2548-9097ONLINE ISSN 2928-393 UNP JOURNALS


10
Nurul firdausi, Penggunaan Dialek Malang

“Ketika saya baru pertama bertemu dengan mereka dan berkenalan di


kampus, intonasi dari gaya bicara mereka sangat sopan dan sangat
memperhatikan lawan bicara mereka walaupun saat itu saya masi
kurang paham pada beberapa bagain dari percakapan saya karena ada
beberapa kosakat yang bahasa jawa yang tercampur dengan indonesia
ketika itu” (tutur Fadil)
Keseimbangan dan harmoni menjadi adalah salah satu sektor penting
yang sangat yang sangat dipertimbangakan dalam tuturan diealek pada bahasa
Jawa khiususnya di kota Malang. struktur dari pola kata menjadi salah satu
pertimbangan yang signifikan pada dialek jawa, mereka sangat
mempertimbangakan keseimbangan dan harmoni pada pola kata yang mereka
gunakan dalam berbicara. hal ini bertolak belakang dengan dialek Aceh yang
terkadang tidak mementingkan pada struktur pola kata asalkan makna yang
ingin disampaikan terselubung dengan baik pada tuturan dialek mereka. Aulia
salah satu Mahasiwa Aceh yang kurang lebih sudah 5 tahun di Kota Malang
membutuhkan dua semester baginya untuk memahami pola kata yang
digunakan pada dialek Jawa (di kota Malang).
“orang jawa dalam bahasa sehari-hari mereka banyak mengunakan kata
kerja dibandingkan dengan kata benda pada gaya bahasa mereka.
seperti “selesaikan dulu tugasmu itu” tapi kalau kita (dialek Aceh)
“tugasmu itu seleikan dulu”
gaya komunikasi yang berbeda karena memang tidak dapat dipungkiri
bahwasanya tiap kebudayaan memiliki ciri dan gayanya masing-masing yang
memengaruhi pada pola kehidupan disemua sektor kehidupan termasuk pada
dialek bahasa mereka sendiri. Proses akulturasi komunikasi antar budaya harus
dimiliki oleh mahasiwa Aceh di kota Malang, proses ini menjadi tahapan adaptasi
lingkungan yang harus di lewati oleh mehasiwa perantauan, seperti yang di katan
oleh Aulia bahwasanya dia membutuh waktu yang sedikit lama pada proses ini
agara dapat berinteraksi dan proses interaksi tersebut bisa saling memahami
antara keduanya.
Memiliki latar belakang kebudayaan yang masi kental yang masi melekat
pada mahasiswa Aceh. Dialek Aceh dianggap memiliki tuturan kata yang cepat
sehingga terkadang menjadi sulit untuk dimengerti oleh lawan bicara di
lingkungan sosial tersebut. oleh karena itu memahami keadaan di sekitar
lingkungan tenatang bagaimana dialek atau gaya bahasa yang digunakan
ditempat tersebut adalah salah satu hal yang sangat penting untuk dipahami.
seperti yang dikatakan oleh Rajul :

UNP JOURNALS PRINTED ISSN 1411-3732


11
Komposisi: Jurnal Pendidikan Volume xx No. x
Bahasa, Sastra, dan Seni Maret/Okt 20xx

“terkadang ketika saya berbicara dengan mereka (mahasiswa lain yang


bukan berasal dari Aceh) saya harus menyesuaikan dengan kecepatan
gaya bicara mereka, karena terkadang menurut mereka saya berbicara
dengan cepat dalam pengucapan kata pada kalimat sehingga sulit
dimengerti, seperti ada kosataka yang hilang pada cara saya bicara”
Akulturasi komunikasi antar budaya bisa melahirkan dialek-dialek baru karena
proses interaksi yang terjalin untuk mencapai keefektifitas dalam komunikasi
secara baik dan efektif itu ditandai dengan tersampaikanya pesan secara
menyeluruh, hal ini seperti yang disampaikan oleh rajul pada kutipan diatas
dimana dia melakukan penyesuaian kecepatan berbicara dengan lawan
bicaranya agar proses interaksi tersebut bisa saling dipahami satu sama lain.
Pengunaan kosa-kata yang berbeda dari dialek Aceh dengan yang ada di
daerah malang menjadi salah satu faktor yang harus di bawahi agar mencapai
komunikasi yang baik dan memiliki keefektifitasan dalam komunikasi antar
budaya. Salah satu informan pada penelitian ini yaitu Azhari, mengatakan
bahwasanya terdapat beberapa perbedaan pada pengunaan kosa kata pada
dialek bahasa Aceh dengan daerah tempat dia tinggal di kota malang.
“saya pernah mengisi bensin di salah satu warung madura di samping
tempat tingal saya pada awal mula saya datang di kota Malang.
Awalnya saya ingin mengisi bensi motor saya namun karena saya masi
terbawa budaya bahsa di Aceh saya mengatakan “buk minyak satu liter”
ibu penjaga warung tersebut kemudian memberi saya minyak makan.
kemudian saya mengatkan bensin motor agar ibuknya paham” tutur
(Azhari)
Proses adaptasi tersebut terjadi seiring berjalannya waktu dan menjadi
keharusan bagi mereka untuk beradaptasi di lingkungan sosial yang baru.
penyesuaian yang terjadi pada mahasiswa Aceh tersebut, terjadi pada keseharian
mereka ketika terjadinya interaksi dengan sekitar lingkungan kehidupan mereka.
Penyerapan budaya dan dialek pada gaya komunikasi terjalin sebagai proses dari
adabtasi sosial selama mahasiswa Aceh di kota malang. Pemahaman yang
semakin bertambah seiring terjadinya beberapa peristiwa menjadi pengalaman
mereka beradaptasi di Malang, dan pada beberapa peristiwa mereka bisa
menerapkan dan mengaplikasikan pada kehidupan sehari-hari mereka dari cara
komunikasi mereka ketika berinteraksi dengan tatanan sosial di kota malang.
tercapainya adaptasi ini tidak lepas dari adanya proses akulturasi komunikasi
antar budaya pada bahasa yang dialamai oleh mahasiswa Aceh di kota Malang
serta masyarakat sekitar juga ikut memahami akan budaya yang di bawa oleh

E-ISSN 2548-9097ONLINE ISSN 2928-393 UNP JOURNALS


12
Nurul firdausi, Penggunaan Dialek Malang

mahasiswa Aceh di kota Malang, sehingga bisa dikatan bahwasanya tatanan


sosial di Malang. juga ikut terkena dampak dari proses akulturasi ini.

Simpulan
Berasaskan pada hasil dan pembahsan diatas yang telah menjadi
permasalahan yang teliti pada penulisan jurnal ini dapat kita simpulkan beberapa
simpulan tentang adanya akulturasi kounikasi antar budaya pada bahasa Aceh.
Pada proses akulturasi dalam dialek bahasa Aceh, mahasiswa kerap mengalami
kesulitan dalam tahapan adaptasi pada tatanan sosial baru setempat.
Proses adaptasi yang dilakukan oleh mahasiswa Aceh di kota Malang
terjadi secara bertahap seperti pada penjelasan di atas bahwasnya proses
adaptasi pada sistem tatanan sosial baru memerlukan proses adapatasi yang
sedikit lama karena perbedaan latarbelakang budaya yang memiliki gaya dan ciri-
cirinya masing-masing. Terhambatnya proses adabtasi yang terjadi pada
Mahasiswa Aceh terjadi karena terhambatnya interaksi yang disebabkan oleh
perbedaan kebudayaan dan dialek bahasa antara Bahasa Aceh dan bahasa
setempat yang mayoritasnya adalah etnik Jawa. penyesuaian yang terjadi pada
mahasiswa Aceh tersebut, terjadi pada keseharian mereka ketika terjadinya
interaksi dengan sekitar lingkungan kehidupan mereka. Penyerapan budaya dan
dialek pada gaya komunikasi terjalin sebagai proses dari adabtasi sosial selama
mahasiswa Aceh di kota malang.
Hasil dari penelitian ini menyimpul penyesuaian yang terjadi pada
mahasiswa Aceh tersebut, terjadi pada keseharian mereka ketika terjadinya
interaksi dengan sekitar lingkungan kehidupan mereka. Penyerapan budaya dan
dialek pada gaya komunikasi terjalin sebagai proses dari adabtasi sosial selama
mahasiswa Aceh di kota malang. Kebudayaan yang masi sangat kental yang masi
melekat pada masyarakat di kota Malang mengaruskan mahasiwa Aceh yang
sedang belajar di Malang harus mengubah dialek mereka pada proses interaksi
dengan lingkungan sekitar, agar tercapainya proses pertukaran informasi secara
baik dan efektif, ditandai dengan tersampaikanya informasi secara menyeluruh
tanpa adanya ambigunitas antara keduanya. akulturasi budaya ini juga terjadi
anatar kedua belah pihak terkait, masyarakat sekitar juga ikut memahami akan
budaya yang di bawa oleh mahasiswa Aceh yang masi melekat pada mereka di
kota Malang, sehingga bisa dikatan bahwasanya tatanan sosial di Malang, juga
ikut terkena dampak dari proses akulturasi ini.

UNP JOURNALS PRINTED ISSN 1411-3732


13
Komposisi: Jurnal Pendidikan Volume xx No. x
Bahasa, Sastra, dan Seni Maret/Okt 20xx

Rujukan

A. Dian Fitriana. ”Pengaruh Akulturasi Dalam Proses Interaksi antarbudaya Terhadap kesadaran
Budaya Berbahasa Daerah setempat Bagi Mahasiswa Rantau”. Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Parepare
Ayatrohaedi. (1983). Dialektologi: Sebuah Pengantar. Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Bahasa Jawa Provinsi Jawa Timur. (n.d.). Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Retrieved August 5, 2021, from
https://petabahasa.kemdikbud.go.id/infobahasa2.php?idb=61&idp=Jawa Timur
Eriyanto. (2011). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS Group.
Gordon, M.M., 1964, Assimilation in American Life, Oxford University Press, New York .
khairun Nisa. ““Wujud Akulturasi Budaya Arab-Sunda Pada Masyarakat Pasar Rebo, Kelurahan
Nagri Kidul, Purwakarta”.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h.4
Mikhalil Perdana & Rudiansyah, “Pengaruh Bahasa Tionghoa Terhadap Bahasa Sehari–hari”.
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan, Sumatera Utara, Indonesia.
Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Nazir, Muhammad. 2011. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Rakhmat, Djalaluddin dkk. 2009. Komunikasi Antar Budaya. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Ridwan. 2016. Komunikasi AntarBudaya, Bandung:CV.Pustaka Setia
Syaikhu Nuris. “Akulturasi Komunikasi Masyarakat Suku Bugis dan Suku Banjar di Desa Handil
Terusan Kalimantan Timur”. Ilmu Komunikasi.
Wildana Wargadinata, Arina Haque, Syifa Rifani “Variasi Aksen dan Leksem Dialek Arab: (Kajian
Sosiodialektologi pada Dialek Libya Timur dan Barat)” Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang, Indonesia.

Rujukan Online
https://parent.binus.ac.id/2020/05/adaptasi-sebuah-artikel-untuk-kita-mampu-beradaptasi-
dengan-suasana-baru/
https://maa.acehprov.go.id/berita/kategori/pusaka-dan-khasanah-aceh/culture-bahasa-aceh

E-ISSN 2548-9097ONLINE ISSN 2928-393 UNP JOURNALS


14

You might also like