You are on page 1of 9

51

Jurnal Hutan Tropika (Tropical Forest Journal) e-ISSN: 2656-9736 / p-ISSN: 1693-7643
Vol. XIV No.1, Juni 2019. Hal. 51-59

Identifikasi, Frekwensi dan Intensitas Serangan Hama Penyakit pada


Shorea balangeran (Korth.) Burck pada Persemaian BPDASHL
Kahayan, Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah
(Identification, Frequency and Intensity of Pets Attacks on Shorea balangeran (Korth.)
Burck in Nursery of Watershed Management Agency and Protection Forest of
Kahayan Central Kalimantan)

Suryati Marito Saragi, Eritha K.Firdara, Patricia E.Putir


Jurusan Kehutanan, Faperta, Universitas Palangka Raya Jl. Yos Sudarso Kampus UPR
Palangka Raya, 73111

ABSTRACT

Shorea balangeran is native species of peat swamp forests that have a relatively faster
growth than other tress in the same place. This species is in the category of critically
endangered (CR). The purpose of this research is to identify the damage level of Shorea
balangeran that be caused by pests and diseases. The research was conducted in Nursery
of Watershed Management Agency and Protection Forest of Kahayan. Research method
used simple random sampling with amount of samples were 800 Shorea balangeran. The
research were conducted start from May to December, 2016. The results of research
show the some pests and diseases that attack Shorea balangeran, they ar grasshopper,
caterpillars fire, leaf spot disease, sooty mold, leaf rust, and leaf galls. They are
sequentially caused by Catantops splendens, Thosea sp., Pestalotia sp., Capnodium sp.,
Hemileia sp., and the pests from Order Hymenoptera. The intensity of pest attack in
Shorea balangeran is 5.88% and a frequency 1.5%. The intensity of disease is 19.1%
and a frequency 58.5%. Both combination are 7.13% and 2.65%.
Keywords : Identification, frequency, Intensity, Pest and Disease, Nursery.

PENDAHULUAN Persemaian mempunyai peranan


penting dalam mendukung keberhasilan
Latar Belakang kegiatan penanaman di lapangan. Kondisi
semai yang masih lunak (succulent) dan
Indonesia mempunyai wilayah hutan
relatif sama dari segi umur dan jenis pada
tropis terbesar kedua didunia setelah
umumnya akan rentan terserang hama dan
negara Brazil dengan luas sekitar 133,3
penyakit. Hama dan penyakit dapat
juta ha (Nurjanah, 2013. Sebagai dasar
menimbulkan kerugian yaitu merusak
untuk kepedulian kita dengan hutan hujan
produktivitas tanaman sehingga
tropis di Kalimantan, maka perlu
menyebabkan persediaan bibit menjadi
persiapan perbaikan kualitas hutan. Salah
berkurang. Serangga hama berpengaruh
satu cara memperbaiki kondisi alam
sangat besar terhadap keberhasilan dalam
dengan memperbaiki permudaan atau
pemeliharaan tanaman pada persemaian,
sumber permudaan melalui yaitu
karena jumlah populasinya besar.
persemaian.
Serangan penyakit dapat menyebabkan
IDENTIFIKASI HAMA PENYAKIT Shorea balangeran (S.M. Saragi, Eritha K.Firdara, Patricia E.Putir.) 52

terjadinya gangguan fisiologis tanaman yang ditemukan adalah Bintil Daun.


(meliputi bagian biji, bunga, buah, daun, Semai yang terdapat di persemaian
pucuk, cabang, batang, dan akar) sebagai BPDASHL belum diteliti dan dikaji
akibat terganggunya fungsi dan bentuk mengenai frekuensi, intensitas, dan tingkat
jaringan atau organ tanaman (Rahayu, serangan pada Shorea balangeran, begitu
1998). Oleh karena itu pengaruh hama dan juga semai yang terdapat di persemaian
penyakit perlu mendapat perhatian dalam BPDASHL dengan sumber benih dari
bidang kehutanan, agar bibit yang kampus UPR juga belum diteliti.
diperoleh sesuai dengan kualitas dan Berkaitan dengan keberadaan semai
kuantitas yang diinginkan. tersebut apakah ditemukan hama dan
Persemaian Tumbang Nusa penyakit lain selain yang dtemukan
BPDASHL Kahayan memiliki tipe peneliti sebelumnya (Rahmanto dkk,2013)
persemaian permanen, yang memproduksi .
bibit tanaman kehutanan dalam memenuhi Tujuan
kebutuhan bibit dalam kegiatan
Tujuan penelitian ini yaitu
rehabilitasi hutan dan lahan, serta
mengetahui dan mengidentifikasi jenis-
membantu masyarakat dan instansi yang
jenis hama dan penyakit serta tingkat
ingin menanam tanaman kayu-kayuan.
kerusakan, frekuensi serangan dan
Salah satu bibit yang dihasilkan adalah
intensitas serangan hama dan penyakit
Shorea balangeran yang merupakan salah
pada pada Shorea balangeran di
satu penyusun hutan rawa gambut yang
Persemaian Tumbang Nusa BPDASHL
mempunyai pertumbuhan relatif lebih
Kahayan Kalimantan Tengah.
cepat dibanding jenis-jenis tumbuhan
rawa gambut lainnya dan memiliki daya
adaptasi yang baik pada kondisi hutan
METODE PENELITIAN
rawa gambut yang terdegradasi sehingga
dipilih dalam berbagai kegiatan
Objek Penelitian
penanaman dan rehabilitasi hutan rawa
gambut. Shorea balangeran juga Objek yang diamati dalam penelitian
merupakan jenis komersil yang dapat ini adalah 800 Shorea balangeran dalam
dikembangkan dalam usaha budidaya bedengan dengan umur ±1 tahun beserta
tanaman penghasil kayu pertukangan di hama dan penyakit yang menyerang.
hutan rawa gambut (Suryanto, et al,
2012). Tetapi saat ini Shorea balangeran Alat dan Bahan Penelitian
masuk dalam daftar termasuk kedalam
Alat yang digunakan dalam penelitian
kategori critically endangered (CR)
ini adalah alat tulis, kamera, pinset, cawan
(IUCN, 2013 dalam Hilwan, et al, 2013).
petri, pisau/cutter, tabung erlenmeyer,
Potensi-potensi hama dan penyakit
mikroskop, jarum ent, oven (sterilisasi alat
pada Shorea balangeran di persemaian
kering), autoclave (sterilisasi alat-alat
BPDASHL dengan sumber benih dari
basah), Laminary Air Flow (tempat untuk
Banjarbaru ditemukan hama Kutu Loncat
membunuh bakteri-bakteri yang ada
(Diaphorina sp, Psyllidae), Ulat
disekitar cawan petri), cover glass, slide
Pemotong (Ophiusa triphaenoides,
glass, refrigerator, buku determinasi.
Noctuidae) dan Belalang (Catantops
splendens : Acrididae), serta penyakit
53
Jurnal Hutan Tropika (Tropical Forest Journal) e-ISSN: 2656-9736 / p-ISSN: 1693-7643
Vol. XIV No.1, Juni 2019. Hal. 51-59

Bahan-bahan yang digunakan dalam


penelitian ini adalah media PDA (Potato, Sterilisasi Alat
Dextrose, Agar), kantong plastik, kapas,
tissue, alkohol 70% , isolasi plastik Pembuatan Media PDA
transparan, kertas minyak, spiritus, spidol.

Prosedur Penelitian Isolasi Sampel


Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode acak sederhana (simple Pemurnian Cendawan
random sampling) yaitu suatu cara
pengambilan sampel dalam suatu populasi
yang dilakukan secara acak tanpa Pemindahan Miselia
memperhatikan strata yang ada, dimana Cendawan ke Cawan
sampel-sampel dalam populasi mempu Didiamkan selama 7 hari
nyai kesempatan (peluang) yang sama sampai cendawan Media
untuk terpilih mewakili objek yang akan memenuhi cawan petri PDA
diteliti (Sutarahardja, 2009 dalam Jaya,
2009). Pengambilan sampel secara acak Pengamatan dan
diambil dari dua bedengan yang berisi dokumentasi secara
2.000 Shorea balangeran, di dalam setiap Buku
bedengan dipisahkan sampel sebanyak Identifikasi Cendawan Determinasi
400 Shorea balangeran dan diberi sekat.
Gambar 1. Bagan Alir Kegiatan di
Sampel yang telah dipilih kemudian diberi
Laboratorium
label (tanda) di polybag agar tidak terjadi
pengulangan perhitungan. Pengamatan
Analisis Data
dan pendataan sampel dilakukan secara
langsung di areal persemaian selama 2 Kriteria tanaman yang terserang hama
minggu dengan 80 bibit/hari yang dan penyakit dilakukan berdasarkan
dilaksanakan mulai dari hari Senin hingga tingkat kerusakan. Adapun penentuan
Jumat pada pagi dan malam hari. kriteria dan skor untuk serangan pada setiap
tanaman (Mardji, 2000 dalam Triwibowo
Pelaksanaan di Laboratorium dkk, 2014) dapat dilihat pada Tabel 1.
Selanjutnya untuk mengetahui daya
Hasil pengamatan di persemaian
serangan dan tingkat kerusakan semai,
berupa penyakit, dilakukan dengan
maka dihitung nilai frekuensi serangan
mengambil sampel pada akar, batang, dan
dan intensitas serangan. Fekuensi
daun Shorea balangeran yang terserang
serangan hama dan penyakit dapat
penyakit di lapangan untuk dibawa ke
dihitung dengan menggunakan rumus
laboratorium guna didiagnosa dan
sebagai berikut (Triwibowo dkk, 2014) :
dilakukan pengamatan terhadap penyakit
yang menyerang Shorea balangeran. Jumlah tanaman terserang
Tahapan kegiatan di laboratorium terlihat FS = --------------------------------------- x 100%
Jumlah semua tanaman
pada Gambar 1.
IDENTIFIKASI HAMA PENYAKIT Shorea balangeran (S.M. Saragi, Eritha K.Firdara, Patricia E.Putir.) 54

Tabel 1. Penentuan Kriteria dan Skor Tanaman Akibat Hama dan Penyakit yang
Menyerang Berdasarkan Tingkat Kerusakan

Kriteria Kondisi Tanaman Skor


Tidak ada gejala serangan atau ada serangan pada daun tetapi 0
Sehat (S) jumlah daun yang terserang dan luas serangan sangat kecil
dibanding dengan jumlah seluruh daun.
Jumlah daun yang terserang sedikit dan jumlah serangan pada 1
Ringan (R) masing-masing daun yang terserang sedikit atau daun yang
rontok.
Jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing- 2
Sedang (Sd) masing daun yang terserang agak banyak atau daun rontok atau
ada serangan pada batang.
Jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing- 3
Berat (B) masing daun yang terserang banyak atau daun rontok atau ada
serangan pada batang.
Jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing- 4
Sangat Berat
masing daun yang terserang sangat banyak atau daun rontok
(SB)
sangat banyak atau disertai serangan pada batang atau kerdil.
Seluruh daun layu atau rontok atau tidak ada tanda-tanda 5
Mati (M)
kehidupan.

Intensitas serangan (IS) dihitung dengan y4 = tanaman terserang sangat berat


menggunakan rumus yang ditulis oleh (skor: 4)
Singh, et al (1992) yang dimodifikasi y5 = tanaman mati (skor: 5).
Mardji (1994) dalam Triwibowo, et al
Tahapan berikutnya adalah menentukan
(2014) yang disajikan pada formula di
tingkat kerusakan pada Shorea
bawah ini :
balangeran di areal persemaian tersebut
dengan menggunakan kriteria yang
x1y1+x2y2+x3y3+x4y4+x5y
disajikan dalam Tabel 2.
IS = ------------------------------------ x100%
xy5
Tabel 2. Kriteria Tingkat Kerusakan
Tanaman
Keterangan :
x = Є tanaman diamati
Intensitas Tingkat
x1 = Є tanaman terserang ringan
x2 = Є tanaman terserang sedang Serangan (%) Kerusakan
x3 = Є tanaman terserang berat 0,0 – 1,0 Sehat
x4 = Є tanaman terserang sangat berat > 1,0 – 25,0 Ringan
x5 = Є tanaman mati > 25,0 – 50,0 Sedang
y1 = tanaman terserang ringanl (skor: 1) > 50,0 – 75,0 Berat
y2 = tanaman terserang sedang (skor: 2)
> 75,0 – 100 Sangat Berat
y3 = tanaman terserang berat (skor: 3)
55
Jurnal Hutan Tropika (Tropical Forest Journal) e-ISSN: 2656-9736 / p-ISSN: 1693-7643
Vol. XIV No.1, Juni 2019. Hal. 51-59

HASIL DAN PEMBAHASAN Ulat Api (Thosea sp.)


Ciri-ciri ulat api adalah badan
Jenis Hama dan Penyakit yang berbulu, berbentuk oval, berwarna hijau,
Menyerang Shorea balangeran pada bagian punggung ulat api berwarna
Berdasarkan hasil identifikasi dan putih dengan bagian tengah berwarna
pengamatan langsung diketahui bahwa orange. Hama ini menyerang anakan
jenis-jenis hama dan penyakit yang Shorea balangeran pada malam hari.
ditemukan dan menyerang Shorea Sedangkan gejala serangan adalah
balangeran di areal persemaian Tumbang menyerang bagian daun yang tua dan
Nusa BPDASHL Kahayan dapat dilihat menyerang anakan saat pagi hari, daun
pada Tabel 3 dan Tabel 4. yang digigit seperti bergerigi. Helaian
daun yang digigit menjadi berlubang atau
Tabel 3. Jenis-jenis Serangga Hama yang habis sama sekali sehingga hanya
Menyerang Shorea balangeran menyisakan tulang daun.
Anakan yang
No Hama Nama Latin
Terserang
1 Belalang Catantops splendens 20
2 Ulat Api Thosea sp. 27

Belalang (Catantops splendens)


Ciri-ciri belalang adalah antena pendek,
warna tubuh hijau muda. Hama ini lebih
banyak ditemukan pada siang hari dari pada
malam hari. Gejala serangan adalah terdapat
bekas gigitan pada daun, daun yang digigit
menjadi berlubang dengan pinggiran yang
tidak beraturan. Daun yang diserang adalah Gambar 6. (a) Ulat api (Thosea sp.) yang
daun muda. berbulu serta nampak bercak
berbentuk pita, (b) bentuk
serangan ulat
Tabel 4. Jenis-jenis Penyakit yang
Menyerang Shorea balangeran

Anakan yang
No Penyakit Nama Latin
Terserang
1 Bercak Daun Leaf spot disease 161
2 Embun Jelaga Sooty mold, Black mildew 40
Gambar 5. (a) Belalang (Catantops 3 Karat Daun Leaf rust 6
splendens) pada Shorea
balangeran (b) Bentuk serangan.
4 Bintil Daun Leaf gall 261
IDENTIFIKASI HAMA PENYAKIT Shorea balangeran (S.M. Saragi, Eritha K.Firdara, Patricia E.Putir.) 56

Bercak Daun (Pestalotia sp.)


Ciri patogen berdasarkan pengamatan
di bawah mikroskop menunjukkan bahwa
konidia cendawan Pestalotia sp. ini
berbentuk kumparan, mempunyai sekat 3-
4 dan pada salah satu ujung konidia
terdapat rambut yang berjumlah 2 pada
kedua ujungnya. Gejala awal serangan
ditandai dengan munculnya bercak
berwarna kuning yang lama-kelamaan
menyatu membentuk bercak yang lebih
luas dengan batas bercak berwarna coklat
kemerah-merahan dan bagian daun yang Gambar 8.Koloni Pestalotia sp.
terserang menjadi kering. Bercak-bercak
ini menyerang pada daun muda maupun Isolat dari cendawan Pestalotia sp.
daun tua dengan bentuk yang tidak (Gambar 8) dengan biakan murni bewarna
beraturan. putih dengan bintik-bintik hitam di
permukaannya. Pertumbuhan Pestalotia
sp. pada media PDA terlihat menutupi
seluruh cawan petri dengan diameter 9
cm.

Embun Jelaga (Capnodium sp.)


Penyakit ini memiliki gejala yang di
tandai dengan munculnya lapisan
berwarna hitam pada permukaan daun
dengan bentuk tidak beraturan dan tidak
terlalu tebal. Lapisan ini dapat dikelupas
dengan menggunakan tangan. Berdasar-
kan pengamatan secara mikroskopis
terhadap Capnodium sp. memiliki
Rambut
karakter yaitu hifa bersekat dan berwarna
gelap dengan konidia berbentuk oblong.

Gambar 7. (a) Bercak daun pada daun


Shorea balangeran (b) Konidia
(Pestalotia sp.) pada perbesaran
400x (a)
57
Jurnal Hutan Tropika (Tropical Forest Journal) e-ISSN: 2656-9736 / p-ISSN: 1693-7643
Vol. XIV No.1, Juni 2019. Hal. 51-59

Bintil Daun

Disebabkan oleh tawon dengan ciri-ciri


ukuran ± 0,85 mm, funukula pada antena
terdiri dari 4 ruas, mempunyai sepasang
sayap, kaki berwarna kuning, kepala dan torak
berwarna kuning kecoklatan, abdomen
berwarna coklat tua, mata berwarna merah
dan terdapat 3 oseli dorsal (Mulyono, 2013).
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh
(b) penyakit bintil daun pada Shorea Shorea
balangeran yaitu munculnya bintil-bintil pada
Gambar 9. (a) Embun jelaga pada daun daun. Bintil daun menyerang bagian bawah
Shorea balangeran (b) daun pada daun muda maupun daun tua.
Konidia Capnodium sp. pada
perbesaran 400x

Karat Daun
Gejala serangan yang terjadi oleh
penyakit ini adalah pada bagian sisi bawah
daun yang terserang karat menunjukkan
adanya bercak-bercak yang semula
berwarna orange seperti besi yang
berkarat dan berbentuk tidak beraturan.

(a)

(b)

Gambar 10. Karat daun pada daun Shorea Gambar 11. (a) Bintil Daun pada Shorea
balangeran. Bercak berwarna balangeran (b) Imago
orange Hymenoptera
IDENTIFIKASI HAMA PENYAKIT Shorea balangeran (S.M. Saragi, Eritha K.Firdara, Patricia E.Putir.) 58

Frekuensi dan Intensitas Serangan KESIMPULAN


Hama dan Penyakit
a. Jenis hama yang menyerang Shorea
Tingkat frekuensi dan intensitas
balangeran di areal persemaian
serangan hama dan penyakit pada Shorea
Tumbang Nusa BPDASHL Kahayan
balangeran di areal persemaian Tumbang
adalah Belalang (Catantops splendens)
Nusa BPDASHL Kahayan Kalimantan
dan Ulat Api (Thosea sp.) serta jenis
Tengah Bintil Daun dapat dilihat pada
penyakit adalah Bercak Daun
Tabel 5. Data hasil kegiatan pengamatan
(Pestalotia sp.), Embun Jelaga
dan identifikasi hama dan penyakit di
(Capnodium sp.), Karat Daun
lapangan yang diperoleh selanjutnya dapat
(Hemileia sp.), dan Bintil Daun
dikelompokkan berdasarkan penyebab
(serangan hama ordo Hymenoptera).
kerusakan (Tabel 6).
b. Frekuensi serangan hama pada anakan
Shorea balangeran (Korth.) Burck
Tabel 5. Tingkat frekuensi dan intensitas
sebesar 5,88% dan intensitas serangan
serangan hama dan penyakit pada
sebesar 1,5% yang termasuk tingkat
Shorea balangeran.
kerusakan ringan.
c. Intensitas serangan penyakit pada
anakan Shorea balangeran (Korth.)
Burck sebesar 19,1% dengan tingkat
kerusakan ringan dan frekuensi
serangan sebesar 58,5% yang termasuk
dalam tingkat kerusakan berat.
d. Intensitas dan frekuensi serangan untuk
kombinasi adalah 7,13% dan 2,65%
yang termasuk dalam tingkat kerusakan
ringan.

DAFTAR PUSTAKA
Tabel 8. Identifikasi hama dan penyakit
pada Shorea balangeran Hilwan, I., Y. Setiadi., dan H. Rachman.
2013. Evaluasi Pertumbuhan
Beberapa Jenis Dipterokarpa di
Areal Revegetasi PT. Kitadin,
Kalimantan Timur. Jurnal
Silvikultur Tropika. Vol. 04 (2) :
108–112

Jaya, I N S. 2009. Review Of The


Existing Methods And Design For
Ramin Inventory In Peat Swamp
Forest Indonesia’s Work
59
Jurnal Hutan Tropika (Tropical Forest Journal) e-ISSN: 2656-9736 / p-ISSN: 1693-7643
Vol. XIV No.1, Juni 2019. Hal. 51-59

Programme For 2008 Itto Cites Triwibowo, H., Jumani, dan H Ernawati.
Project. Bogor. 2014. Identifikasi Hama dan
Penyakit Shorea Leprosula Miq di
Nurjanah. S., D. Octavia., dan F. Taman Nasional Kutai Resort
Kusumadewi. 2013. Identifikasi Sangkima Kabupaten Kutai Timur
Lokasi Penanaman Kembali Ramin Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal
(Gonystylus bancanus Kurz) dI AGRIFOR Volume XIII Nomor 2.
Hutan Rawa Gambut Sumatera dan Universitas 17 Agustus 1945.
Kalimantan. FORDA PRESS. Samarinda.
Bogor.

Rahayu, S. 1998. Penyakit Tanaman


Hutan di Indonesia Cetakan ke-6.
Kanisius. Yogyakarta.

Rahmanto B dan F Lestari. 2013.


Diagnosa Hama dan Penyakit
Tanaman Kehutanan. Balai
Penelitian Kehutanan Banjarbaru.
Banjabaru. (OK)

Saragi. S. M,. 2016. Identifikasi,


Frekuensi, Intensitas Hama
Penyakit pada Shorea Shorea
balangeran (Korth,) Burck di
Persemaian Tumbang Nusa
BPDASHL Kahayan Kalimantan
Tengah. Data Primer Hasil
Penelitian. Skripsi. Jurusan
Kehutanan. Fakultas Pertanian.
Universitas Palangkaraya. (tidak
dipublikasi).

Suryanto, T,. S. Hadi, dan E Savitri. 2012.


Budidaya Shorea Shorea balangeran
di Lahan Gambut. Kalimantan
Selatan : Balai Penelitian Kehutanan
Banjarbaru. Banjarbaru.

You might also like