You are on page 1of 28

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS TENTANG

ASUHAN KEPERAWATAN CA. SERVIKS

DI SUSUN OLEH KELOPOK 5 :

1. Darwati
2. Dwi Istanti
3. Ginaris
4. Mohammad Ponco Purnomo
5. Rinawati

PROGRAM STUDI S 1 KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2016

I
KATA PENGANTAR

Alhamdulilla, puji syukur dilafadzkan kehadirat Ilahi ROBBI yang telah memberikan

ni’mat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”

Asuhan keperawatan pada pasien dengan ca.cervix dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari sempurna,untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Demi tercapainya

tujuan belajar kita. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua

teman S1 keperawatan universitas muhammadiyah kudus tahun 2016.

Purwodadi, 27 November 2016

Penulis

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 01
1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 01
1.3. Tujuan ................................................................................................... 01
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Ca.Cervix .................................................................................. 03
2.2. Epidemiologi .......................................................................................... 03
2.3 Etiologi Ca.Cervix................................................................................... 03
2.4 Klasifikasi ............................................................................................... 04
2.5. Patofisiologi Ca.Cervix .......................................................................... 05
2.6. Tanda dan Gejala Ca.Cervix .................................................................. 06
2.7. Pemeriksaan Penunjang Ca.Cervix ........................................................ 07
2.8. Prognosis ................................................................................................ 08
2.9. Komplikasi.............................................................................................. 09
2.10. Penatalaksanaan .................................................................................... 09
2.11. Pencegahan ........................................................................................... 10
BAB III. Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian ............................................................................................... 11
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 12
3.4 Rencana Tindakan ................................................................................. 13
3.5 Implementasi ........................................................................................... 24
3.6 Evaluasi ................................................................................................... 24
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAK................................................................................................. 26

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana
sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan. Kanker ini
hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active.

Kanker servikal ini sebagian besar (90%) adalah karsinoma sel skuamosa dan sisanya
(10%) adalah adenokarsinoma. Faktor risiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi
dengan virus papilloma manusia (HPV) yang ditularkan secara seksual.

Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus
terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah
histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kanker Serviks?
2. Apa etiologi/ faktor predisposisi Kanker Serviks?
3. Bagaimana epidemiologi penyakit Kanker Serviks?
4. Bagaimana patofisiologi dari Kanker Serviks?
5. Apa saja klasifikasi dari Kanker Serviks?
6. Apa saja manifestasi klinis dari Kanker Serviks?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic untuk pasien dengan Kanker Serviks?
8. Apa prognosis dari Kanker Serviks?
9. Bagaimana penatalaksanaan penyakit Kanker Serviks?
10. Apa saja komplikasi penyakit Kanker Serviks?
11. Apa yang dilakukam untuk pencegahan Kanker Serviks?
12. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker Serviks?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Kanker Serviks
2. Untuk mengetahui etiologi dari Kanker Serviks.
3. Untuk megetahui epidemiologi Kanker Serviks
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Kanker Serviks
5. Untuk mengetahui kalsifikasi dari Kanker Serviks
6. Untuk mengetahui gejala klinis Kanker Serviks
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic untuk Kanker Serviks

1
8. Untuk mengetahui prognosis dari Kanker Serviks
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan Kanker Serviks
10. Untuk mengetahui komplikasi dari Kanker Serviks
11. Untuk mengetahui pencegahan Kanker Servikz
12. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker Servik

2
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi / Pengertian

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal disekitarnya. (FKUI, 1990;FKPP, 1997). Kanker serviks adalah tumor ganas
yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah
dari rahim yang menempelpada puncak vagina.(Diananda,Rama, 2009 )

Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal


dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah
keganasan.Serviks merupakan bagian terndah dari rahim yang menonjol ke liang
senggama atau menempel pada puncak vagina.

Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually
active.Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling
banyak pada wanita yang berusia 35-55 tahun.Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang
mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya.

2. Epidemiologi / Insiden Kasus

Kanker ini merupakan jenis penyakit kanker paling umum kedua diseluruh dunia yang
biasa diderita wanita diatas 15 tahun. Faktanya, di dunia sekitar 500.000 wanita
didiagnosa menderita kanker serviks dan rata rata 270.000 kematian setiap tahunnya.

Sementara di asia, kanker serviks menjadi penyakit kanker pada wanita kedua
terbanyak yang diderita dan lebih dari setengha wanita asia yang menderita kanker
serviks meninggal dunia.

Faktor risiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi dengan virus papilloma
manusia (HPV) yang ditularkan secara seksual.Penelitian epidemiologi diseluruh
dunia menegaskan bahwa infeksi HPV adalah faktor penting dalam perkembangan
kanker servikal (Bosch et al, 1995).

Factor risiko lain untuk perkembangan kanker servikal adalah aktivitas seksual pada
usia muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status ekonomi
yang rendah, dan merokok. (Sylvia A. Price, 2005).

3. Etiologi / Penyebab

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :
3
a. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata)yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe
16,18,45,56
b. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Hubungan seksual pertama kali
pada usia dini (umur < 16 tahun).
c. Infeksi virus.
Infeksi herpes genetalia atau infeksi klamidia menahun dan penyakit seksual (ISK)
lainnya.
d. Sosial Ekonomi.
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
perseorangan.Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan
kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
e. Hygiene dan sirkumsisi.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi.Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis
tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
f. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR
akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat
sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
g. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV.Semakin banyak
berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi.Begitu
pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan
sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat
merangsang terjadinya perubahan kearah dysplasia.

4. Klasifikasi

Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978

Tingkat Kriteria

0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh

I Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri

Ia Karsinoma yang didiagnosa baru hanya secara mikroskop dan belum

4
menunjukkan keluhan klinik

I a1 Kanker sudah mulai menyebar ke jaringan otot dengan dalam < 3mm,
ukuran besar tumor <7mm

1a2 Kanker sudah menyebar lebih dalam (>3mm – 5mm) dengan lebar =
7mm

Ib Ukuran kanker sudah lebih dari IA2

IB1 Ukuran tumor = 4cm

IB2 Ukuran tumor >4cm

II Kanker sudah menyebar keluar jaringan serviks tetapi belum mengenai


dinding rongga panggul meskipun sudah menyebar ke vagina tapi masih
terbatas pada 1/3 atas vagina

II a Tumor jelas belum menyebar kesekitar uterus

II b Tumor jelas sudah menyebar kesekitar uterus

III Kanker sudah menyebar kedinding panggul dan sudah mengenai


jaringan vagina lebih rendah dari 1/3 bawah. Bisa juga penderita sudah
mengalami ginjal bengkak karena bendungan air seni (hidronekrosis)
dan mengalami gangguan fungsi ginjal

III a Kanker sudah menginvasi dinding panggul .

III b Kanker menyerang dinding panggul disertai dengan gangguan fungsi


ginajal dan atau hidronekrosis

IV Kanker sudah menyebar keluar rongga panggul dan secara klinik sudah
terlihat tanda tanda invasi kanker ke selaput lendir kandung kencing dan
atau rectum

IV a Sel kanker menyebar pada alat atau organ yang dekat dengan serviks

IV b Kanker sudah menyebar pada alat atau organ yang jauh dari serviks

5. Patofisiologi
5
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel sel neoplastik terjadi pada
seluruh lapisan epitel disebut dysplasia, dysplasia merupakam neoplasia serviks
intrapitheliai (CNI). CNI terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu timglat 1 ringan, tingkat II
sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik untuk kanker serviks perdarahan
merupkan satu satunya gejala yang nyata.

Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan


gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yangmengalami mutasi dapat
berkembang menjadi sel displasia. Apabila selkarsinoma telah mendesak pada
jaringan syaraf akan timbul masalahkeperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel
karsinoma dapat mengganggukerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau
hidronefrosis yangmenimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran
infeksi.Keputihanyang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga,
karenamengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah
keperawatangangguan pola seksual.

Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang
menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.Pada pengobatan kanker leher rahim
sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara lain mual, muntah, sulit
menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut,
sariawan, penurunan nafsu makan( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek
samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.

Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering
sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuhyang menyebabkan kelemahan atau
kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan
muncul.Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini
merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan
dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos
dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selaludihubungkan dengan
kematian.(Price, syivia Anderson, 2005).

6. Pathway

Terlampir

7. Manefestasi Klinik
a. Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan
menyusup ke jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala yang spesifik untuk
kanker serviks ini.

6
1) Perdarahan vagina abnormal.
Dapat berkembang menjadi ulserasi pada permukaan epitel serviks, tetapi
tidak selalu ada.
2) Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah
3) Menandakan bahwa perkembangan penyakit sangat cepat.
4) Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
5) Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah muda,
coklat, mengandung darah atau hitam serta bau busuk.
b. Gejala kanker serviks stadium lanjut.
1) Nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan kelelahan
2) Nyeri panggul, punggung dan tungkai
3) Dari vagina keluar air kemih atau feses
c. Perdarah yang dialami segera setelah senggama (75 – 80%)
d. Perdarahan yang terjadi diluar senggama
e. Perdarahan spontan saat defekasi
f. Perdarahan diantara haid
g. Perdarahan sesudah menapouse
h. Perdarahan spontan dan nyeri pada rongga panggul bila kanker sudah dalam
stadium lanjut
i. Rasa berat dibawah dan rasa kering di vagina
j. Anemia akibat perdarahan berulang
k. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf (Dr. Rama Diananda,
2009)
8. Pemeriksaan Diagnostik / penunjang
a. Sitologi, dengan cara tes pap

Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker
serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ)
dan Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila
dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks yang tampak
sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis
secara histologik.

b. Pap smear

Pap smear dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas
seksual sebelum itu, misalnya menikah. Setelah 3 kali hasil pemeriksaan tahunan
menunjukkan negative maka selanjutnya harus melakukan pemeriksaan setiap tiga
tahun sekali sampai umur 65 tahun.

c. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar).

Kolposkopi dilakukan ketika ditemukan displasia atau kersinoma insitu.Alat ini


memberikan gambaran tentang pembesaran serviks dan daerah abnormal yang
7
mungkin dapat dibiopsi. Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan
kolposkopi, suatu alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga
rendah dengan sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau
pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang mengalami
eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vascular serviks yang
mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di jaringan
serviks.

d. Servikografi
e. Pemeriksaan visual langsung
f. Gineskopi
g. Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
h. Kuretase endoservik
Kuretase endoserviks dilakukan jika daerah abnormal tidak terlihat.
i. Biopsy kerucut
Biopsy kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih besar untuk
penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive.
j. MRI/CT scan abdomen atau pelvis.
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran local dari
tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional.
k. Tes Schiller.
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang
sehat warnanya akan berubah menjadi coklat sedangkan sel yang abnormal warnanya
menjadi putih atau kuning.
l. Konisasi.
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng
dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks
tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas. Konikasi diagnostik dilakukan pada
keadaan - keadaan sebagai berikut :
1) Proses dicurigai berada di endoserviks.
2) Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3) Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4) Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.

9. Prognosis

Pada kanker rahim stadium lanjut, 1/3 penderita kankernya tumbuh lagi setelah
pengobatan. Kekambuhan terjadi 1 – 2 tahun setelah obat dihentikan. Penyebaran
kanker biasanya ke bagian vagina atas, rahim dan organ lain di panggul. Kanker ini
tumbuh lagi pada bagian atas vagina, setelah dilakukan operasi pengangkatan rahim.

Prognosis kanker serviks adalah buruk. Prognosis yang buruk tersebut dihubungkan
dengan 85-90 % kanker serviks terdiagnosis pada stadium invasif, stadium lanjut,
8
bahkan stadium terminal (Suwiyoga, 2000; Nugroho, 2000). Selama ini, beberapa
cara dipakai menentukan faktor prognosis adalah berdasarkan klinis dan
histopatologis seperti keadaan umum, stadium, besar tumor primer, jenis sel, derajat
diferensiasi Broders. Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit.
Umumnya, 5-years survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-
80%, stadium III kira - kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30%
(Geene,1998; Kenneth, 2000).

10. Komplikasi
a. Berkaitan dengan intervensi pembedahan
1) Vistula Uretra
2) Disfungsi bladder
3) Emboli pulmonal
4) Infeksi pelvis
5) Obstruksi usus
b. Berkaitan dengan kemoterapi
1) Sistitis radiasi Enteritis
2) Supresi sumsum tulang
3) Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin
4) Kerusakan membrane mukosa GI
5) Mielosupresi

11. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis

Tingkat Penatalaksaan

0 Biopsi kerucut

Ia Histerektomi trasnsvaginal

I b dan II a Biopsi kerucut

II b , III dan Histerektomi trasnsvaginal


IV

IV a dan IV b
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan
evaluasi kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radiologi pasca pembedahan)

Histerektomi transvaginal

Radioterapi

Radiasi paliatif

9
Kemoterapi

b. Penatalaksanaan Keperawatan

Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi eksternal anatara
lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur. Selama
terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari sabun,
kosmetik, dan deodorant. Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post
pengobatan antara lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake
cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan
melakukan perawatan kulit dan mulut.

Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan umum
adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre insersi
antara lain menurunkan kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama beberapa
hari, memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan rom dan
jelaskan pada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi
perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi semi
fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai 300ml dan
memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara lain menghindari
komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis, emboli pulmonal dan pneumonia ),
monitor intake dan output cairan. (Bambang sarwiji, 2011)

12. Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks, yaitu:
a) Mencegah terjadi infeksi HPV dengan vaksin HPV
b) Vaksin HPV yang terdiri dari 2 jenis dapat melindungi tubuh dalam melawan
kanker yang disebabkan oleh HPV. Salah satu vaksin dapat membantu menangkal
timbulnya kutil didaerah genital yang diakibatkan oleh HPV 6 dan 11, juga 16
dan 18.
c) Melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur
d) Memperbanyak makan sayur dan buah segar
e) Tidak boleh melakukan hubungan seksual pada anak perempuan di bawah 18
tahun.
f) Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom, karena
dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim.
g) Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita penyakit kelamin atau
gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit
h) Jangan berganti-ganti pasangan seksual
i) Berhenti merokok

10
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien.
b. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau
tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat,
misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke
Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
c. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal
yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit
infeksi.
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini
atau penyakit menular lain.
e. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan
bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.

Pengkajian data dasar.

a. Aktivitas dan istirahat


Gejala:
1) Kelemahan atau keletihan akibat anemia
2) Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
3) Adanya faktor-faktor yang memengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, dan
keringat malam.
4) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan dan tingkat
stress tinggi.
b. Integritas ego
Gejala:

11
Faktor stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal
diagnosis, pembedahan, menyangkal diagnosis, dan perasaan putus asa.
c. Eliminasi
Pengkajian eliminasi yang dapat dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut.
1) Pada kanker serviks: perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi
urinalis, misalnya nyeri.
2) Pada kanker ovarium didapat tanda haid tidak teratur, sering berkemih,
menopause dini, dan menoragia.
d. Makanan dan minuman
Gejala:
1) Pada kanker serviks: kebiasaan diet buruk (misalnya: renah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet rasa).
2) Pada kanker ovarium: dyspepsia, rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar
abdomen yang terus meningkat (kanker ovarium).
e. Neurosensori
Gejala: merokok, pemajanan abses.
f. Nyeri atau kenyamanan
Gejala:
Adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyaman ringan sampai nyeri
hebat (dihubungkan dengan proses penyakit), nyeri tekan pada payudara (pada
kanker ovarium).
g. Pernapasan
Gejala: merokok, pemajanan abses.
h. Keamanan
Gejala: pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda: demam, ruam kulit, ulserasi.
i. Seksualitas
Gejala: perubahan pola respons seksual, keputihan (jumlah karakteristik, bau),
perdarahan sehabis senggama (pada kanker servix).
j. Interaksi social
Gejala: ketidaknyamanan atau kelemahan sistem pendukung.
k. Penyuluhan
Gejala: riwayat kanker pada keluarga, sisi primer: penyakit primer, riwayat
pengobatan sebelumnya.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologi : penekanan saraf lumbosakralis
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi tidak adekuat: anoreksia, mual dan muntah.
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi
12
5. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh akibat
anemia dan kemoterapi.
7. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status kesehatan ,
ancaman kematian.
8. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan aktual pada struktur tubuh
10. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder:
imunosupresi.
11. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui
rute normal (pendarahan)

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan


Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil

1. Nyeri Setelah diberikan 1. Observasi 1. Nyeri merupakan


berhubungan tindakan karakteristik nyeri, respon subjekstif
dengan agen keperawatan selama mis tajam, konstan yang dapat diukur.
cedera biologi : ....x 24 jam ,ditusuk. Selidiki 2. Perubahan
penekanan saraf diharapkan klien perubahan frekuensi jantung
lumbosakralis dapat mengetahui karakter TD menunjukan
cara- cara /lokasi/intensitas bahwa pasien
mengatasi nyeri dan nyeri. mengalami nyeri,
rasa nyeri dapat 2. Pantau TTV khususnya bila
berkurang atau 3. Berikan tindakan alasan untuk
terkontrol, dengan nyaman mis, perubahan tanda
Kriteria Hasil: pijatan punggung, vital telah terlihat.
perubahan posisi, 3. Tindakan non
1. Menyatakan musik tenang, analgesik
nyeri berkurang relaksasi/latihan diberikan dengan
atau terkontrol nafas sentuhan lembut
2. Intensitas nyeri 4. Kolaborasi dalam dapat
berkurang pemberian menghilangkan
3. Pasien tampak analgesik sesuai ketidaknyamanan
rileks indikasi dan memperbesar
efek terapi
analgesik.
4. Obat ini dapat
digunakan untuk
mengurangi
periode nyeri dan

13
meningkatkan
kenyamanan.

2. Ketidakseimbanga Setelah diberikan 1. Catat status nutrisi 1. Berguna dalam


n nutrisi: kurang tindakan pasien: turgor mendefinisikan
dari kebutuhan keperawatan kulit, timbang derajat masalah dan
tubuh selama ....x 24 jam berat badan, intervensi yang tepat
berhubungan diharapkan integritas mukosa 2. Membantu
dengan intake kebutuhan nutrisi mulut, intervensi
nutrisi tidak adekuat, dengan kemampuan kebutuhan yang
adekuat: kriteria hasil: menelan, adanya spesifik,
anoreksia, mual bising usus, meningkatkan
dan muntah - Menunjukkan riwayat intake diet pasien.
berat badan mual/rnuntah atau 3. Mengukur
meningkat diare. keefektifan nutrisi
mencapai tujuan 2. Kaji ulang pola dan cairan.
dengan nilai diet pasien yang 4. Dapat menentukan
laboratoriurn disukai/tidak jenis diet dan
normal dan bebas disukai. mengidentifikasi
tanda malnutrisi. 3. Monitor intake pemecahan masalah
- Melakukan dan output secara untuk meningkatkan
perubahan pola periodik. intake nutrisi.
hidup untuk 4. Catat adanya 5. Membantu
meningkatkan dan anoreksia, mual, menghemat energi
mempertahankan muntah, dan khusus saat demam
berat badan yang tetapkan jika ada terjadi peningkatan
tepat. hubungannya metabolik.
dengan medikasi. 6. Mengurangi rasa
Awasi frekuensi, tidak enak dari
volume, sputum atau obat-
konsistensi Buang obat yang digunakan
Air Besar (BAB). yang dapat
5. Anjurkan bedrest. merangsang muntah.
6. Lakukan 7. Memaksimalkan
perawatan mulut intake nutrisi dan
sebelum dan menurunkan iritasi
sesudah tindakan gaster.
pernapasan. 8. Memberikan
7. Anjurkan makan bantuan dalarn
sedikit dan sering perencaaan diet
dengan makanan dengan nutrisi

14
tinggi protein dan adekuat unruk
karbohidrat. kebutuhan
8. Kolaborasi dengan metabolik dan diet.
ahli gizi untuk 9. Nilai rendah
menentukan menunjukkan
komposisi diet. malnutrisi dan
9. Awasi perubahan program
pemeriksaan terapi.
laboratorium.
(BUN, protein
serum, dan
albumin).

3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Awasi 1. Memberikan


eliminasi urine asuhan keperawatan pemasukan dan informasi tentang
berhubungan selama ...x24 jam pengeluaran fungsi ginjal dan
dengan infeksi diharapkan pasien dan adanya komplikasi
saluran kemih eliminasi urine karakteristik contoh infeksi dan
pasien dapat urine. perdarahan.
kembali berfungsi 2. Awasi TTV 2. Pada pasien yang
secara normal pasien secara tidak dapat
dengan kriteria hasil berkala mengeluarkan
3. Tentukan pola urine dapat
1. Frequensi BAK berkemih normal hipertermi.
pasien kembali pasien dan 3. Kalkulus dapat
normal. perhatikan menyebabkan
2. Pola berkemih variasi. eksitabilitas saraf,
dan input dan 4. Awasi yang
output pasien pemeriksaan menyebabkan
dalam batas laboratorium, sensasi kebutuhan
normal contoh elektrolit, berkemih segera.
BUN, Kreatinin. Biasanya frequensi
5. Ambil urine dan urgensi
untuk kultur dan meningkat bila
sensitivitas. kalkulus
6. Berikan obat mendekati
sesuai indikasi pertemuan
(Antibiotik) uretrovesikal.
4. Peninggian BUN,
kreatinin dan
elektrolit
mengindikasikan

15
disfungsi ginjal.
5. Menentukan
adanya ISK, yang
penyebab/gejala
komplikasi.
6. Antibiotik
diberikan untuk
membunuh bakteri
akibat ISK yang
berkembang di
saluran kemih.

4. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji/catat ukuran 1. Memberikan


integritas kulit tindakan atau warna, informasi dasar
berhubungan keperawatan selama kedalaman luka tentang kebutuhan
dengan gangguan ...x24 jam dan kondisi dan petunjuk
sensasi diharapkan sekitar luka. tentang sirkulasi
kerusakan integritas 2. Anjurkan pasien 2. Menjaga
kulit pasien teratasi untuk menjaga kebersihan kulit
dengan kriteria kebersihan kulit dan mencegah
hasil: dengan cara komplikasi
mandi sehari 2 3. Maserasi pada
a. Integritas kulit kali kulit yang sehat
yang baik bisa 3. Lindungi kulit dapat
dipertahankan yang sehat menyebabkan
(sensasi, terhadap pecahnya kulit dan
elastisitas, kemungkinan perluasan kelainan
temperatur, maserasi primer
hidrasi, 4. Beri nasehat 4. Pioderma
pigmentasi) kepada pasien memerlukan air
b. Tidak ada untuk menjaga agar fleksibelitas
luka/lesi pada agar kulit tetap kulit tetap terjaga.
kulit lembab dan Pengolesan cream
c. Perfusi jaringan fleksibel dengan atau lotion untuk
baik pengolesan mencegah agar
d. Mampu cream atau lotion kulit tidak menjadi
melindungi kulit 5. Kolaborasi dalam kasar, retak dan
dan pemberian obat bersisik
mempertahanka topical 5. Mencegah atau
n kelembaban mengontrol
kulit dan infeksi
perawatan alami
e. Menunjukkan

16
terjadinya
proses
penyembuhan
luka

5. Hambatan Setelah dilakukan 1. Kaji pola 1. interaksi sosial


interaksi sosial asuhan keperawatan hubungan dan terutama dipelajari
berhubungan selama ...x24jam prilaku sosial dalam keluarga
dengan gangguan diharapkan interaksi 2. Kaji penggunaan asal
konsep diri sosial px tidak keterampilan 2. dapat mempunyai
terganggu dengan koping pasien keterampilan
kriteria hasil : dan mekanisme koping yang
pertahanan.Doron digunakan untuk
 Menyatakan g pasien untuk melindungi
kesadaran mengekspresi individu dalam
perasaan yang perasaan dan mempengaruhi
menimbulkan persepsi masalah perasaan kesepian.
interaksi sosial 3. Izinkan px 3. membantu
buruk. menyebutkan mengidentifikasi
 - Terlibat prilaku yang dan memperjelas
dalam menyebabkan alasan untuk
peningkatan ketidaknyamanan kesulitan dalam
perubahan . berinteraksi
positif dalam dengan orang lain.
prilaku sosial 4. mengidentifikasi
dan hubungan masalah khusus
interpersonal. dan menganjurkan
tindakan yang
dapat diambil
untuk
mempengaruhi
perubahan.

6. Intoleransi Setelah diberikan 1. Evaluasi respon 1. Menetapkan


aktivitas b/d tindakan pasien terhadap kemampuan atau
kelemahan secara keperawatan selama aktivitas. Catat kebutuhan pasien
menyeluruh akibat ...x24 jam laporan dispnea, memudahkan
anemia dan diharapkan pasien peningkatan pemilihan
kemoterapi diharapkan mampu kelemahan atau intervensi.
melakukan aktivitas kelelahan. 2. Menurunkan stress
dalam batas yang 2. Berikan dan rangsanagn
ditoleransi dengan lingkungan berlebihan,
kriteria hasil: tenang dan batasi meningkatkan

17
 Melaporkan atau pengunjung istirahat.
menunjukan selama fase akut 3. Pasien mungkin
peningkatan sesuai indikasi. nyaman dengan
toleransi 3. Bantu pasien kepala tinggi, tidur
terhadap memilih posisi di kursi atau
aktivitas yang nyaman untuk menunduk ke
dapat diukur istirahat. depan meja atau
dengan adanya 4. Bantu aktivitas bantal.
dispnea, perawatan diri 4. Meminimalkan
kelemahan yang diperlukan. kelelahan dan
berlebihan, dan Berikan membantu
tanda vital dalam kemajuan keseimbanagnsupl
rentan normal. peningkatan ai dan kebutuhan
aktivitas selama oksigen.
fase 5. Tirah baring
penyembuhan. dipertahankan
5. Jelaskan selama fase akut
pentingnya untuk menurunkan
istirahat dalam kebutuhan
rencana metabolic,
pengobatandan menghemat energy
perlunya untuk
keseimbangan penyembuhan.
aktivitas dan
istirahat.

7. Ansietas Setelah diberikan 1. Observasi 1. Ansietas ringan


berhubungan tindakan tingkah laku yang dapat ditunjukkan
dengan ancaman keperawatan selama menunjukkan dengan peka
kematian. ...x24 jam tingkat ansietas rangsang dan
diharapkan cemas 2. Pantau respon insomnia.
klien berkurang fisik, palpitasi, Ansietas berat
dengan kriteria gerakan yang yang berkembang
hasil: berulang, ke dalam keadaan
hiperventilasi, panik dapat
 Klien tampak insomnia. menimbulkan
rileks 3. Diskusikan perasaan
 Melaporkan dengan pasien terancam, teror,
ansietas atau orang keatidakmampuan
berkuarang terdekat untuk bicara dan
sampai tingkat penyebab bergerak,berteriak
dapat diatasi emosional yang / bersumpah.
labil/ reaksi 2. Peningkatan
18
 Mampu psikotik. pengeluaran
mengidentifikas 4. Tekankan penyekat beta-
ikan cara hidup harapan bahwa adregenik pada
yang sehat pengendalian daerah reseptor,
untuk emosi harus tetap bersamaan dengan
membagikan diberikan sesuai efek-efek
perasaannya. dengan kelebihan hormon
perkembangan tiroid,
terapi obat. menimbulkan
5. Kolaborasi: manifestasi klinik
Berikan obat dari peristiwa
antiansietas kelebihan
( transquilizier, katekolamin
sedatif ) dan ketika kadar
pantau efeknya. epinefrin dalam
6. Kolaborasi: keadaan normal.
Rujuk pada 3. Memahami bahwa
sistem tingkah laku
penyokong sesuai didasarkan pada
dengan fisiologis dapat
kebutuhan seperti memungkinkan
konseling, ahli respon
agama, dan /pendekatan
pelayanan sosial. berbeda,
penerimaan
terhadap situasi.
4. Memberikan
informasi dan
meyakinkan
pasien bahwa
keadaan itu adalah
sementara dan
membaik dengan
pengobatan.
5. Dapat digunakan
bersamaan dengan
pengobatan untuk
menurunkan
pengaruh dari
sekresi hormon
tiroid yang
berlebihan.

19
6. Terapi penyokong
yang terus
menerus mungkin
dimanfaatkan/
dibutuhkan pasien
ayau orang
terdekat jika krisis
itu menimbulkan
perubahan gaya
hidup pada pasien
itu sendiri.

8. Defisit perawatan Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan 1. Membantu dalam


diri berhubungan tindakan selama dan tingkat mangantisipasi
dengan kelemahan …….X24 jam penurunan dallam dan merencanakan
perawatan diri klien skala0-4 untuk pertemuan untuk
dapat terpenuhi melakukanaktifit kebutuhan
as hidup sehari- individu
Kreteria hasil: hari 2. Hal ini dilakukan
Klien dapat 2. Hindari apa yang untuk mencegah
menunjukkan tidak dapat di frustasi dan
perubahan gaya lakukan klien dan menjaga harga diri
hidup untuk bantu bila perlu klien
kebutuhan merawat 3. Ajak klien untuk 3. Klien memerlukan
diri, mampu berpikir positif empati. Perawat
melakukan aktifitas terhadap harus mampu
perawatan diri kelemahan yang mengetahui
sesuai dengan dimilikinya. perawatan yang
tingkat kemampuan. Barikan klien konsisten dalam
motivasi dan menangani klien
izinkan klien intervensi trsebut
melakukan tugas, dapat
dan berikan meningkatkan
umpan balik harga diri,
positif atas memandirikan
usahanya klien, dan
4. Rencanakan menganjurkan
tindakan untuk klien untuk terus
mengurangi mencoba
pergerakan pada 4. Klien akan mudah
sisi paha yang mengambil
sakit, seperti peralatan yang di
tempatkan perlukan karena
20
makanan dan lebih dekat dengan
peralatan dekat lengan yang sehat
dengan pasien 5. Meningkatkan
5. Identifikasi latihan dapat
kebiasaan BAB. membantu
Anjurkan minum mencegah
dan konstipasi
meningkatkan
latihan

6. Gangguan citra setelah diberikan 1. Kaji adanya 1. Gangguan citra


tubuh askep selama ... x gangguan pada diri akan
berhubungan 24 jam gangguan citra diri pasien menyertai setiap
dengan perubahan citra diri teratasi 2. Berikan penyakit atau
aktual pada dengan kriteria hasil kesempatan keadaan yang
struktur tubuh : untuk tampak nyata bagi
pengungkapan, pasien. Kesan
a. Mengembangka dengarkan seseorang terhadap
n peningkatan dengan cara dirinya sendiri
kemauan untuk terbuka dan tidak akan berpengaruh
menerima menghakimi pada konsep diri
keadaan diri untuk 2. Pasien
b. Mengikuti dan mengekspresikan membutuhkan
turut perasaan. pengalaman
berpartisipasi 3. Bantu pasien didengarkan dan
dalam tindakan yang cemas dipahami
perawatan dalam 3. Menetralkan
mandiri mengembangkan kecemasan yang
c. Melaporkan kemampuan tidak perlu terjadi
perasaan dalam untuk menilai diri dan memulihkan
pengendalian dan mengenali realitas situasi
situasi diri serta 4. Membantu dalam
d. Menguatkan mengatasi meningkatkan
kembali masalah sosialisasi dan
dukungan positif 4. Dorong pasien penerimaan diri
dari diri sendiri untuk
e. mengutarakan bersosialisasi
perhatian dengan orang lain
terhadap diri dan Bantu pasien
sendiri yang kearah
lebih sehat penerimaan diri
f. Tampak tidak
begitu

21
memprihatinkan
kondisi
g. Menggunakan
tekhnik
menyembunyika
n kekurangan
dan menekankan
tekhnik untuk
meningkatkan
penampilan

5. Risiko infeksi Setelah diberikan 1. Catat faktor 1. Kesadaran akan


berhubungan asuhan keperawatan risiko terjadinya faktor risiko
dengan tidak selama ...x24 jam, infeksi memberikan
adekuat diharapkan tidak 2. Turunkan faktor kesempatan untuk
pertahanan terjadi risiko infeksi risiko infeksi membatasi
sekunder: dengan kriteria nosokomoal efeknya.
imunosupresi. hasil: melalui cuci 2. Faktor ini paling
tangan yang sederhana tetapi
 Tidak terdapat tepat pada semua paling penting
tanda-tanda perawat, untk mencegah
infeksi ( kalor, pertahankan infeksi di rumah
dolor, rubor, teknik aseptik. sakit.
tumor, 3. Dorong 3. Memperbaiki
fungsiolesa) perawatan diri/ kesehatan umum
 - TD: aktivitas sampai dan regangan otot
100/60 mmHg, batas toleransi. dan dapat
N=80-100x/mnt Bantu dengan merangsang
, RR=20 x/mnt, program latihan perbaikan sistem
S=36-37,5°C) bertahap. imun.
1. Kolaborasi: 4. Satu atau lebih
berikan agen dapat
antimikrobial digunkan
Observasi tanda- tergantung pada
tanda dehidrasi identifikasi
2. Pantau mambran patogen bila
mukosa kering, infeksi terjadi.
torgor kulit yang
kurang baik, dan
rasa haus
3. Ukur dan catat

22
urine setiap kali
berkemih
4. Berikan
penjelasan
kepada pasien
untuk banyak
minum minimal
1,5 liter/hari
5. Berikan cairan IV
4. sesuai indikasi

6. Resiko Setelah dilakukan 6. Observasi tanda- 1. Perubahan tanda


kekurangan tindakan tanda vital vital yang
volume cairan keperawatan selama signifikan
berhubungan … x 24 jam menandakan
dengan kehilangan diharapkan volume adanya kegawatan
cairan melalui rute cairan pasien dapat 2. Menentukan
normal terpenuhi dengan intervensi
(pendarahan criteria hasil : selanjutnya
3. Hipovolemia akan
 Px dapat memperkuat
mempertahanka tanda-tanda
n volume dehidrasi
sirkulasi 4. Untuk mengetahui
adekuat adanya perubahan
 Tanda – tanda warna dan untuk
vital dalam mengetahui
batas normal : input/output
 S = 36,5- 5. Mempertahankan
37,50C intake cairan
 RR = 16-24 peroral
x/menit 6. Mempertahankan
 TD = 120/80 volume sirkulasi,
mmHg meningkatkan
 N = 60-100 fungsi ginjal
x/menit
 Nadi perifer px
teraba
 Haluaran urine
adekuat
 Membrane
mukosa px

23
lembab
 - Turgor
kulit elastis

4. Implementasi
Sesuai dengan intervensi yang dibuat
5. Evaluasi
Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal disekitarnya.
2. Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol
3. Ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks, yaitu: mencegah terjadi infeksi
HPV,melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur,tidak boleh melakukan hubungan
seksual pada anak perempuan di bawah 18 tahun,jangan melakukan hubungan seksual
dengan penderita kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit,
jangan berganti-ganti pasangan seksual, berhenti merokok

24
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku Untuk Brunner dan
Suddarth. Jakarta : EGC

Doenges, Marilyn E, 1999.. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati, Jakarta : EGC,

Sarwono. 1994. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

NANDA-Nic Noc. 2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan


NANDA jilid 1. Yogyakarta:Med Actiont

Yatim,faizal. 2008.Penyakit Kandungan.Jakarta;Pustaka Popular Obor

Kartikawati,Erni.2013.Bahaya Kanker Payudara dan Kanker serviks. Jkarta;Buku Biru

25

You might also like