You are on page 1of 6

TRADISI OPEN HOUSE BAK HARI RAYA SAAT

PERAYAAN MAULID NABI DI DESA MAUYA,


KECAMATAN HALONG

Khairun Najwah1, Nursyifa Ahyana2, Muhammad Raihan3, Azkia Mujakir4, Agni


Amalia Madhani5, Norhidayah6, Mahmudah7

Abstrak
Perayaan maulid Nabi Muhammad SAW merupakan sesuatu yang tidak asing lagi,
terutama bagi umat islam. Ada banyak tradisi didalam menyemarakkan perayaan maulid
nabi, begitu pula didesa Mauya yang mempunyai tradisi unik yang masih dijaga dan
dilestarikan sampai saat ini, yakni warga yang open house bagaikan hari lebaran. Perayaan
maulid nabi yang dimaksudkan ialah untuk mengagungkan dan memuliakan hari kelahiran
Nabi Muhammad dan berusaha untuk meneladani Nabi Muhammad SAW yang
dilaksanakan oleh kaum muslimin. Adapun metode pelaksanaan dalam penelitian ini ialah
menggunakan metode PAR (participatory Action Research) dengan beberapa tahapan
kegiatan, yang pertama ialah tahap identifikasi masalah dengan langsung observasi di
lapangan, dilanjutkan dengan berpartisipasi langsung bersama warga, dan mengikuti
rangkaian kegiatan tradisi hingga akhir. Lalu, berdasarkan hasil lapangan diketahui bahwa
masyarakat desa Mauya sangat menjaga keaslian tradisi dalam perayaan maulid yakni
berupa kebiasaan untuk open house dan menjamu para umat Rasulullah SAW dengan aneka
makanan yang begitu khas dalam kegiatan tersebut.

Kata Kunci : Maulid Nabi, Desa Mauya, Tradisi

Abstract
The celebration of the birthday of the Prophet Muhammad SAW is something that is
familiar, especially for Muslims. There are many traditions in celebrating the Prophet's
birthday, as well as in Mauya village which has a unique tradition that is still maintained
and preserved to this day, namely the residents holding an open house like Eid. The
celebration of the Prophet's birthday is intended to glorify and glorify the birthday of the
Prophet Muhammad and try to emulate the Prophet Muhammad SAW which is carried out
by Muslims. The implementation method in this research is using the PAR (participatory
Action Research) method with several activity stages, the first is the problem identification
stage by direct observation in the field, followed by direct participation with residents, and
following a series of traditional activities until the end. Then, based on field results, it is
known that the people of Mauya village really maintain the authenticity of traditions in
celebrating birthdays, namely the habit of having an open house and entertaining the
followers of Rasulullah SAW with various foods that are very typical in this activity.
Keywords : Prophet's birthday, Mauya Village, Tradition

Pendahuluan

Bulan Rabiul Awwal menjadi salah satu bulan yang paling dinantikan oleh
para ummat muslim di seluruh dunia. Pada tanggal 12 Rabiul awwal, ummat
muslim umumnya merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Setiap daerah-
daerah tertentu pun memiliki tradisi yang bermacam-macam dalam memeriahkan
perayaan ini, mulai dari mengadakan festival, lomba-lomba, doa Bersama, dan lain
sebagainya. Begitu pula dengan tradisi yang ada di Desa Mauya, Kecamatan
Halong, Kalimantan Selatan. Tradisi yang diadakan pun terbilang unik karena
jarang ditemukan di daerah lain, yaitu kebiasaan menjamu Masyarakat dibeberapa
rumah warga. Artikel ini bertujuan untuk memperkenalkan tradisi unik yang ada Di
desa Mauya kepada khalayak umum, dan dengan harapan tradisi tersebut dapat
terus dilestarikan dan dikenal secara lebih luas lagi.

Metode Pelaksanaan

Penelitian ini menggunakan metode PAR (participatory Action Research)


dengan beberapa tahapan kegiatan, yaitu: tahap identifikasi masalah dengan
langsung observasi di lapangan, dilanjutkan dengan berpartisipasi langsung
bersama warga, dan mengikuti rangkaian kegiatan tradisi hiangga akhir. Hal ini
yang menjadi ciri utama dari sebuah metode yang berbasis partisipasi masyarakat.
Adapun Pihak-pihak yang terlibat adalah mahasiswa KKN desa Mauya beserta
warga desa, seluruh undangan di luar desa hampir se kecamatan Halong, serta
tokoh-tokoh penting desa Mauya. Kegiatan ini bertempat di Desa Mauya, dan
menghabiskan waktu selama satu hari.
Hasil dan pembahasan

Secara etimologi, kata “maulid” berasal dari akar kata bahasa Arab walada
yang berarti lahir. Sehingga kata maulid merupakan ism al-zamân (nama waktu)
atau ism al-makân (nama tempat) yang berarti waktu atau tempat kelahiran. 1

Lalu jika kata maulid itu dirangkaikan dengan kata maulid al-nabi (maulid
Nabi) berarti mengacu kepada waktu kelahiran Nabi. Oleh karena itu, secara
terminologi maulid Nabi berarti perayaan hari lahir Nabi Muhammad Shallahu
Alaihi Wasallam, yang mana mengacu pada bulan Rabiul Awwal dalam kalender
Islam (Hijriyah).2
Istilah maulid nabi dalam arti peringatan atau perayaan maulid nabi adalah
diperuntukkan bagi Nabi Muhammad Saw yang dilaksanakan oleh kaum muslimin.
Perayaan maulid nabi yang dimaksudkan ialah untuk mengagungkan dan
memuliakan hari kelahiran Nabi Muhammad serta berupaya meneladani tauladan
beliau merupakan fakta sosial sebagai sebuah tradisi yang dilaksanakan oleh kaum
muslimin. Selain itu, merayakan maulid juga dianggap sebagai kategori ibadah.3
Selain itu, perayaan Maulid Nabi juga merupakan tradisi yang berkembang
di Masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi,
peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah
Muhammad SAW dengan berbagai bentuk kegiatan seperti pembacaan shalawat
nabi, syair barzanji, dll sebagai upaya untuk mengenal akan keteladanan Nabi
sebagai pembawa ajaran agama islam. Adapun didalam sejarah penyebaran Islam
di Nusantara disebutkan bahwa, perayaan Maulid Nabi atau Muludan sudah
dilakukan oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang
menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain sebagai pertanda memeluk
Islam.4

1
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Hidakarya, 1990), 506.
2
Asmuni Syukir, Dasar-dasar strategi dakwah Islam (Surabaya: Ikhlas, 1984), 163.
3
Saidun Derani, “Maulid dalam Perspektif Sosiologi Agama,” Buletin Al-Turas 20, no. 1 (29 Januari
2020): 180–81.
4
Musohihul Hasan, “Nilai‐nilai Pendidikan Islam Dalam Maulid Nabi Muhammad SAW,” Al-
Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman 1, no. 1 (1 Maret 2015): 192.
Sekilas Tentang Desa Mauya
Desa mauya merupakan salah satu desa di wilayah kecamatan Halong,
Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan. Secara administrative, Desa
Mauya terbagi menjadi 3 RT dengan kepala keluarga yang berjumlah 212, atau
sebanyak 826 jiwa, dengan 449 penduduk laki-laki dan 377 perempuan.
Para penduduk di Desa Mauya sendiri, memiliki berbagai macam latar
belakang, baik dari segi agama ataupun suku yang berbeda-beda. Meskipun
memiliki berbagai macam perbedaan, masyarakat Desa Mauya tetap hidup dengan
rukun, damai, dan tentunya saling menghargai satu sama lain.
Jika dilihat dari sukunya, masyarakat Desa Mauya sebagian besar berasal
dari suku Banjar, Dayak, dan juga Jawa. Adapun dari segi agama yang dianut,
sebagian penduduknya beragamakan Budha dan juga Kristen, dan yang paling
banyak ialah menganut agama Islam. Meskipun demikian, para masyarakat desa
Mauya mempunyai sifat toleransi yang sangat tinggi, tetap saling menghormati dan
juga saling peduli.
Adapun paham agama Islam masyarakat di desa mauya mayoritasnya ialah
Nahdhatul Ulama (NU) yakni berlandaskan kepada Ahlussunnah Wal Jamaah.
Sumber pemahaman NU tidak hanya berasal dari Al-Qur’an dan Hadits atau Sunah,
akan tetapi juga pemikiran yang menggunakan kemampuan akal ditambah dengan
realitas empiris sebagai cara berpikir. Selain itu, termasuk pula sumber paham
keagamaan NU yaitu Ijma’ dan Qiyas. Berkenaan dengan hal tersebut, pelaksanaan
kegiatan keagamaan besar di Desa Mauya biasanya diadakan di Masjid, tidak hanya
itu, masyarakat di desa tersebut juga rutin dalam mengadakan pengajian yang
dilaksanakan setiap minggu di rumah tuan guru yang ada di desa Mauya.
Lalu, dari segi ekonomi, etos kerja penduduk desa Mauya memang dikenal
sangat tinggi. Oleh karena itu, Desa Mauya mempunyai perkembangan
perekonomian yang relatif cepat. Sebagian besar pekerjaan masyarakatnya ialah
petani dan juga pedagang. Ada dari mereka yang berkebun jengkol, cabe, sayur-
sayuran, atau bahkan memiliki kebun karet yang sangat banyak, yang kemudian
dari hasil perkebunan tersebut akan dijual. Dan sangat sedikit dari masyarakat desa
Mauya yang bekerja sebagai pegawai negeri. Meskipun begitu, masyarakat desa
Mauya masih tetap mempertahankan tradisi nenek moyang hingga saat ini. Salah
satunya ialah perayaan Maulid nabi.

Tradisi Maulid nabi di Dusun Mauya

Berbeda dari tradisi di daerah lain diluar Kalimantan, Desa Mauya memiliki
kebiasaan tersendiri untuk ikut merayakan peringatan hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Yaitu dengan mengadakan penjamuan di beberapa rumah untuk
Masyarakat umum. Rangkaian kegiatan seperti doa Bersama, ceramah oleh tokoh
agama dan maulid habsyi akan diadakan di masjid, adapun untuk makan Bersama,
Masyarakat akan berdatangan ke beberapa rumah yang sedang “open house” pada
Hari Raya Idul Fitri. Pada rumah-rumah yang menerima tamu inipun terdapat
tulisan pada tembok atau tiang ruah mereka atas nama pemilik rumah, yang artinya
para warga dapat ikut bertamu dan menikmati hidangan yang diberikan disana.
Untuk makanan yang dihidangkan pun cenderung beragam, mulai dari kue
tradisional seperti kue pare, kue lapis, kue sari India, serta berbagai makanan berat
seperti mie ayam, soto daging, gado-gado, dan lain sebagainya. Banyaknya jenis
menu yang dihidangkan pun bertujuan agar tamu yang diundang dapat merasa
nyaman. Acara ini biasa diadakan selama satu hari, dimulai pada sekitar jam 8 pagi,
hingga menjelang siang yaitu sekitar jam 11 atau jam 12 siang. Masyarakat akan
berdatangan, saling mengunjungi dan menikmati hidangan sambil berkumpul
dengan kerabat dan keluarga.

Tak hanya mengundang masyarakat khusus desa Mauya saja, tetapi para
tokoh aparat desa dan masyarakat di luar desa pun turut diundang dalam acara ini,
sebut saja daerah desa Binuang Santang, Uren, Tabuan, Mantuyan, Puduk Landuk
dan sekitarnya pun juga dapat menghadiri serta ikut meramaikan. Tentu saja hal ini
sangat berdampak positif bagi masyarakat luas, hampir se kecamatan halong dapat
berkumpul dan mempererat tali persaudaraan antar desa.

Menurut para tuan rumah yang terbiasa meneruskan tradisi ini, dana yang
diperlukan untuk melaksanakan acara tersebut membutuhkan dana paling sedikit
sekitar lima juta rupiah, dengan keperluan bahan masakan seperti daging sapi
sekitar sepuluh kilogram, ayam delapan kilogram, dan lain sebagainya. Tradisi
“open house” ini sudah ada sejak dulu dan menjadi kebiasaan yang terus
dilestarikan hingga sekarang. Gotong royong dan kekompakan masyarakat pun
masih sangat kental dengan sifat saling membantu, sehingga kebiasaan ini bisa terus
dilaksanakan dengan lancar setiap tahunnya.

Simpulan
Setiap daerah memiliki cara tersendiri untuk memeriahkan hari besar agama
Islam, termasuk hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Begitupula dengan yang
dilaksanakan di Daerah Desa Mauya, perayaan Maulid Nabi layaknya Hari Raya
Idul Fitri pun terlaksana dengan meriah, menjamu para tamu di beberapa rumah
warga, dihidangkan makanan tradisional dan berkumpul Bersama selama satu hari.
Kegiatan ini tentunya sangat bermanfaat untuk mempererat tali silaturahmi antar
warga di dalam desa Mauya sendiri maupun yang diluar desa. Oleh karena itu,
tradisi “open house” perlu terus dilestarikan dan dilaksanakan hingga kedepannya.

Daftar Pustaka
Derani, Saidun. “Maulid dalam Perspektif Sosiologi Agama.” Buletin Al-Turas 20,
no. 1 (29 Januari 2020): 177–98. https://doi.org/10.15408/bat.v20i1.3755.
Hasan, Musohihul. “Nilai‐nilai Pendidikan Islam Dalam Maulid Nabi Muhammad
SAW.” Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman 1, no. 1 (1 Maret 2015): 180–
213. https://doi.org/10.35309/alinsyiroh.v1i1.3347.
Syukir, Asmuni. Dasar-dasar strategi dakwah Islam. Surabaya: Ikhlas, 1984.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Hidakarya, 1990.

You might also like