You are on page 1of 13

Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 93

Volume 14 Nomor 1, April 2023

VALUE OF LOCAL WISDOM AND SOCIAL STRATA THE TRADITION OF THE


PROPHET MUHAMMAD SAW BIRTHDAY CELEBRATION

NILAI KEARIFAN LOKAL DAN STRATA SOSIAL TRADISI PERAYAAN


MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Muhammad Rozani1a, Alim Bahri2


1, 2Universitas Bangka Belitung, Indonesia.

a Korespondensi: Muhammad Rozani, E-mail: mr.rozani10@gmail.com


(Diterima: 09-07-2022; Ditelaah: 10-07-2022; Disetujui: 02-02-2023)

ABSTRACT

Mawlid Nabi is the anniversary of the birth of the Prophet Muhammad Saw. which is held every
12 Rabi'ul Awal. By some people, the birthday of the prophet is commemorated as a review of
the memory of the birth as well as the struggle of the Prophet Muhammad in spreading the
da'wah of Islam throughout his life. There are many ways that people do in commemorating the
birthday of the prophet and each region has its own way. The Kemuja village community is one
of them. The celebration of the Birthday of the Prophet Muhammad Saw. in the village of Kemuja
embeds various series of activities with Islamic nuances, such as cultural festivals, barzanji
readings, nganggung, and closed with a gathering to eat together. The purpose of this study is to
describe the values of local wisdom contained in the implementation of the tradition of
celebrating the birthday of the Prophet Muhammad Saw. in the village of Kemuja. The method
used in this research is qualitative method. The techniques used in obtaining this data are
observation, interviews, and literature study. Data analysis used descriptive qualitative by
describing, analyzing, interpreting, and drawing conclusions. The results of the study found the
values of local wisdom and social strata inherent in the tradition of celebrating the birthday of
the Prophet Muhammad in Kemuja village. The value of wisdom for peace and the value of
wisdom for prosperity. Social strata are not a problem for most Kemuja villagers regarding the
implementation of the prophet's birthday celebration. This is evidenced by the implementation
of celebrations that take place lively, lively, and magnificently from year to year, so that this can
be transformed as empowerment to form a fortress of prosperity and peace in society.
Keywords: local wisdom, social strata, the Prophet's mawlid.

ABSTRAK
Maulid nabi merupakan peringatan kelahiran baginda Rasul Muhammad Saw. yang diadakan
setiap tanggal 12 rabi’ul awal. Oleh sebagian masyarakat, maulid nabi diperingati sebagai ulasan
memori kelahiran sekaligus perjuangan Nabi Muhammad dalam menebarkan dakwah Islam
sepanjang hidupnya. Ada banyak cara yang di lakukan masyarakat dalam memperingati maulid
nabi dan setiap daerah mempunyai caranya masing-masing. Masyarakat desa Kemuja adalah
salah satunya. Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. di desa Kemuja menyematkan berbagai
rangkaian kegiatan yang bernuansa islami, seperti festival budaya, pembacaan barzanji,
nganggung, dan ditutup dengan silaturahmi makan bersama. Tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam pelaksanaan tradisi perayaan
maulid Nabi Muhammad Saw. di desa Kemuja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif. Teknik yang digunakan dalam memperoleh data ini adalah observasi,
wawancara, dan studi pustaka. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dengan cara
94 Rozani dan bahri Nilai Strata local dan strata sosial

mendeskripsikan, menganalisis, menginterpretasi, dan menarik simpulan. Hasil penelitian


ditemukan nilai-nilai kearifan lokal dan strata sosial yang melekat dalam tradisi perayaan
maulid Nabi Muhammad Saw. di desa Kemuja. Nilai kearifan untuk kedamaian dan nilai kearifan
untuk kesejahteraan. Strata sosial bukan menjadi sebuah problema oleh sebagian besar
masyarakat desa Kemuja terhadap pelaksanaan perayaan maulid nabi. Hal ini dibuktikan dengan
pelaksanaan perayaan yang berlangsung ramai, meriah, dan megah dari tahun ke tahun,
sehingga hal demikian dapat ditransformasikan sebagai pemberdayaan untuk membentuk
benteng kesejahteraan dan kedamaian di masyarakat.
Kata Kunci: kearifan lokal, strata sosial, maulid nabi.

Rozani. M., & Bahri. A. 2023. Nilai kearifan lokal dan strata sosial tradisi perayaan maulid Nabi
Muhammad Saw.Jurnal Sosial Humaniora, 14(1), 93-105.

maulid nabi dilaksanakan oleh sebagian


PENDAHULUAN besar wilayah umat Islam dunia di malam
Tradisi adalah suatu adat atau kebiasaan hari antara tanggal 11 dan 12 rabi’ul awal
yang dilakukan oleh masyarakat secara (Knappert, 1971). Pendapat yang sama
turun temurun dari generasi ke generasi. juga dikemukakan oleh (Tarsitani, 2007)
Shils (1981) mengemukakan bahwa tradisi bahwa puncak dari perayaan maulid nabi
dalam arti paling dasar dan sederhana itu adalah pada malam hari ke-12 bulan
adalah traditum, yakni segala sesuatu yang rabi’ul awal.
diwariskan dari masa lalu ke masa Ada banyak kelompok masyarakat yang
sekarang. Shils menjelaskan tidak ada melakukan tradisi memperingati maulid
suatu pernyataan tentang apa yang Nabi Muhammad Saw, salah satunya
diwariskan dari masa lalu ke masa adalah yang dilakukan oleh masyarakat
sekarang, ia juga tidak mengatakan berapa desa Kemuja, Kecamatan Mendo Barat,
lama dan dengan cara apa—apakah secara Kabupaten Bangka. Desa Kemuja
lisan atau tulisan—serta tidak ada merupakan salah satu desa yang telah lama
pernyataan tentang apakah itu benda fisik sekali dan rutin melaksanakan perayaan
atau budaya. Kriteria yang menentukan maulid nabi hingga saat ini, bahkan sudah
dari sebuah tradisi adalah bahwa tradisi menjadi tradisi tahunan yang harus
diciptakan melalui tindakan manusia, dilakukan oleh masyarakatnya setiap
melalui pemikiran dan imajinasi, dan tahun. Dalam pelaksanaannya, ada banyak
diturunkan dari satu generasi ke genarasi cara yang dilakukan oleh masyarakat
selanjutnya. Lebih jauh Shils menjelaskan dalam memperingati dan memeriahkan
bahwa sesuatu yang diwariskan itu perayaan maulid nabi, bahkan setiap
mencakup kepercayaan manusia terhadap daerah mempunyai cara dan ciri khasnya
sesuatu. Jadi, jelas kiranya bahwa tradisi masing-masing dalam hal tersebut.
merupakan sesuatu yang lahir dari hasil Peneliti tertarik meneliti nilai kearifan
ciptaan melalui pikiran, imajinasi, dan lokal dan strata sosial tradisi perayaan
tindakan manusia yang ditransmisikan maulid Nabi Muhammad di desa Kemuja
secara turun temurun dan dari generasi ke ini dikarenakan konsep perayaan yang
generasi. dilakukan masyarakat berbeda dengan
Tradisi maulid nabi merupakan adat perayaan pada umumnya. Perayaan
kebudayaan masyarakat dalam maulid nabi Muhammad di desa Kemuja ini
memperingati kelahiran baginda Rasul dilakukan sejak tanggal (satu) 1 bulan
Muhammad Saw. Tradisi ini oleh sebagian rabi’ul awal sampai pada pertengahan
masyarakat dilakukan sebagai bentuk rasa bulan rabi’ul awal atau puncaknya
bahagia, rasa hormat, dan rasa syukur atas bertepatan tanggal 12 rabi’ul awal.
kelahiran Nabi Muhammad Saw. Perayaan Perayaan maulid Nabi di desa Kemuja
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 95
Volume 14 Nomor 1, April 2023

memiliki nilai kearifan lokal tersendiri. Mesir (909—1171). Sampai saat ini
Suasana kebersamaan, keramaian, perayaan maulid nabi sudah semakin luas
antusiasme, kebersamaan dalam berbagi, di kalangan umat muslim dunia. Berbagai
berbaur satu sama lain, silaturahmi, dan bentuk ritual maulid telah diamati melalui
konsep hidangan makanan yang sejarah, mulai dari Timur Tengah ke Asia
dipersiapkan dalam menyambut perayaan Tenggara, dari Afrika Timur ke Asia
maulid nabi menjadi pembeda utama Komunitas Diaspora Barat.
dengan perayaan lainnya. Tentunya Di Indonesia, ada yang melaksanakannya
konsep perayaan maulid nabi yang dengan cara mengadakan pengajian, pesta
dilakukan oleh masyarakat desa Kemuja, adat, ataupun dengan mengadakan
apabila dilihat dari kearifan lokal, memiliki shalawatan (Munir, 2012). Di wilayah
nilai dan juga dari strata sosial tingkat Jawa, misalnya Keraton Surakarta atau
kemampuan—ekonomi—yang dimiliki Yogyakarta, masyarakat setempat terkenal
oleh masyarakat dalam memeriahkan dan terbiasa melaksanakan prosesi
perayaan tersebut yang akan menjadi perayaan maulid nabi dengan acara
tujuan utama penulis. Garebek atau Gunungan Garebek Maulud.
Fokus utama penelitian ini adalah kajian Garebek ini dilakukan dengan maksud
tentang nilai kearifan lokal dan strata sebagai manifestasi kedermawanan raja
sosial tradisi perayaan maulid Nabi atau berkah dari-Nya dan sekaligus
Muhammad Saw. di desa Kemuja. Hasil sebagai media penyebaran dakwah Islam
penelitian ini diharapkan bisa menjadi di wilayah Jawa (Adib & Saddhono, 2018).
khazanah sumber pengetahuan dan bahan Di Serang Banten, perayaan maulid nabi
bacaan bagi masyarakat dalam rangka dilakukan dengan sebutan acara Pajang
melestarikan kebudayaan. Mulud. Tradisi Pajang Mulud adalah tempat
yang digunakan untuk membawa makanan
MATERI DAN METODE untuk dibagikan pada saat perayaan
maulid atau bertepatan pada hari
Maulid dalam Pusaran Sejarah kelahiran Nabi Muhammad Saw. (Said,
2016). Di Banjar, Kalimantan Selatan,
Evolusi sejarah perayaan maulid nabi telah masyarakat setempat melakukan prosesi
dimulai empat abad setelah wafatnya Nabi perayaan maulid nabi dengan melakukan
Muhammad Saw. Ada banyak pendapat tradisi upacara Baayun Maulid. Baayun
yang mengemukakan tentang prosesi Maulid ini merupakan upacara keagamaan
perayaan maulid nabi pertama kali yang diwarisakan oleh leluhur nenek
dilakukan. Pada abad keenam menandai moyang terdahahulu sebagai bentuk
dimulainya perayaan maulid nabi. Abad penyebaran dakwan Islam di kota Banjar.
kedelapan, di kota Makkah, peringatan Pelaksanaannya dilakukan bertepatan
maulid nabi disetujui dengan transfomasi dengan peringatan kelahiran nabi
rumah tempat Nabi Muhammad Saw. Muhammad Saw. pada 12 rabi’ul awal di
dilahirkan ke tempat salat oleh Al- Masjid setempat (Jamalie, 2014).
Khayzuran, Ibu dari Harun Ar-Rasyid, Sementara, di wilayah lain, seperti di
Khalifah Abbasyiah ke-5 yang terkenal. Mesir, Maroko atau Turki, perayaan maulid
Menurut para ahli, seperti Al-Maqrizi, Al- nabi dilakukan secara sederhana saja,
Qalqasyardi, dan penulis “Al-Bait ‘ala Inkar didahului dengan pembacaan buku maulid
Al-Bid’a wal Hwadits”, mereka memandang dan di bagian akhir diselingi dengan
perayaan maulid nabi bermula dari Dinasti pembacaan Al-Quran dan pembacaan doa
Fatimiyah di Mesir. Eicklman (Tarsitani, bersama. Acara perayaan itu membentang
2007); (Marion Holmes Katz, 2007) juga lebih dari sepuluh hari dan puncaknya ada
menjaelaskan bahwa catatan tentang pada tanggal 12 rabi’ul awal, bulan ketiga
perayaan maulid nabi pertama kali dari kalender Islam (Tarsitani, 2007).
dilakukan oleh pemerintahan Fatimiyah di
96 Rozani dan bahri Nilai Strata local dan strata sosial

Pelaksanaan perayaan maulid nabi oleh lama dan sampai saat ini masih terus
umat Islam di semua wilayah penjuru dilestarikan oleh masyarakat setempat.
dunia ini merupakan bagian dari bentuk Sudah ada beberapa penelitian terdahulu
pengejawantahan atas rasa cinta kasih, yang mengkaji maulid nabi Muhammad
penghormatan, dan rasa syukur kepada Saw. di desa Kemuja, seperti yang dikaji
sosok pemimpin peradaban umat Islam oleh Rusman & Heningsih (2019) Makna
baginda Rasul Muhammad Saw. Hal ini Tradisi Budaya Nganggung di Kabupaten
juga—oleh sebagian—mereka lakukan Bangka (Studi pada Desa Kemuja
sebagai perwujudan rasa rindu kepada Kecamatan Mendobarat dalam Peringatan
sosok suri teladan umat Islam. Tak bisa Maulid Nabi Muhammad Saw.). Rohana
dipungkiri bahwa sosok Nabi Muhammad (2019) Makna Mahabbah Rasul dalam
adalah hamba Allah yang sangat dicintai Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad
dan dirindukan oleh seluruh umatnya. Saw.: Studi Kasus di Desa Kemuja,
Di desa Kemuja sendiri, pelaksanaan Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten
perayaan maulid nabi dilakukan mulai Bangka. Rismawaty & Deria (2021)
masuknya tanggal (satu) 1 bulan rabi’ul Tindakan Komunikasi dalam Tradisi
awal sampai pada pertengahan bulan Mauludan di Desa Kemuja Kabupaten
rabi’ul awal atau puncaknya bertepatan Mendo Barat Provinsi Kepulauan Bangka
tanggal 12 rabi’ul awal. Perayaan maulid Belitung. Belum ada penelitian yang
nabi di desa Kemuja menjadi momen mengkaji nilai kearifan lokal dan strata
perayaan yang ditunggu-tunggu, baik oleh sosial perayaan maulid Nabi Muhammad
masyarakat desa Kemuja itu sendiri Saw. di desa Kemuja. Penelitian ini
ataupun oleh masyarakat luar atau sekitar diharapkan dapat menjadi khazanah
desa Kemuja (Rohana, 2019). Hal ini pengembangan pengetahuan dan
dikarenakan perayaan maulid Nabi kebudayaan tentang perayaan maulid nabi
Muhammad Saw. yang diadakan di desa Muhammad Saw. di desa Kemuja.
Kemuja memiliki karakteristik dan nuansa
yang berbeda dengan perayaan maulid METODE PENELITIAN
nabi di tempat-tempat di luar desa Kemuja. Metode yang digunakan dalam penelitian
Terdapat berbagai kegiatan Islami yang ini adalah deskriptif kualitatif, yakni
mengiringi sebelum puncak kegiatan pada penulis berusaha membangun persepsi
tanggal 12 rabi’ul awal tersebut. dan konsepsi tentang makna suatu
Disamping itu, desa Kemuja merupakan peristiwa berdasarkan pandangan dari
satu diantara beberapa desa atau bahkan beberapa partisipan (Creswell, 2018).
satu-satunya desa yang ada di Kepulauan Jenis penelitian yang digunakan ini
Bangka Belitung yang melaksanakan merupakan penelitian lapangan, maka
perayaan maulid nabi secara besar- data-data sebagai pendukung juga
besaran, diselenggarakan secara meriah diperoleh dari bahan observasi dan
dan ramai, bahkan oleh (Rohana, 2019) wawancara lapangan serta studi pustaka
melebihi daripada perayaan hari besar sebagai data penguatan. Merriam & Tisdell,
Islam yang lainnya. Beragam rangkaian (2015) mengemukakan bahwa wawancara
kegiatan dilakukan oleh masyarakat dan pengamatan adalah bagian yang
setempat secara bersama-sama. Beberapa sangat penting dalam penelitian kualitatif.
rangkaian acara yang biasa dilaksanakan Jadi, penelitian ini mengemukakan hasil
oleh masyarakat setempat, diantaranya dari gabungan studi lapangan dan studi
adalah festival seni budaya Islam, pustakaan untuk dibuat analisis mandalam
pembacaan berzanji, dan puncaknya tentang objek, baik objek material ataupun
adalah nganggung serta makan bersama objek formal, yang akan diteliti.
pada tanggal 12 rabi’ul awal. Rangkaian Secara geografis, tempat penelitian ini
acara seperti ini telah berlangsung cukup dilakukan di desa Kemuja, Kecamatan
Mendobarat, Kabupaten Bangka, Provinsi
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 97
Volume 14 Nomor 1, April 2023

Kepulauan Bangka Belitung. Sebuah lokasi Proses triangulasi data penting untuk
yang kental dengan nilai-nilai agamis. Desa dilakukan memastikan bahwa data yang
Kemuja yang juga dikenal dengan sebutan kumpulkan dan dijabarkan adalah benar-
kota santri, memiliki dua pondok benar sesuai dengan data lapangan dan
pesantren yang tentunya menjadi data informan. Beberapa informan yang
penopang keberadaan nilai-nilai agama dimintai data terkait dengan pembahasan
yang kharismatik. Tidak heran tradisi ini adalah sebagai berikut: 1) H. Ahmad
perayaan maulid nabi menjadi momen Fathoni (63 tahun). Beliau adalah tokoh
perayaan besar bagi kalangan masyarakat agama sekaligus tokoh masyarakat asli
desa Kemuja. desa Kemuja yang setiap tahun selalu ikut
Pengumpulan data dilakukan oleh mengalami atau menjalani tradisi Maulid
peneliti lewat observasi partisipatif, Nabi Muhammad Saw.. Lewat beliau
wawancara terbatas, dan studi pustaka banyak informasi terkait sejarah, proses,
yang komprehensif serta yang paling konsepsi tradisi Maulid Nabi digelar di
penting adalah peneliti ikut bersama desa Kemuja. 2) H. Abdul Hamid (64
warga melakukan tradisi perayaan Maulid tahun). Beliau juga merupakan salah satu
Nabi Muhammad Saw. secara utuh. tokoh agama asli desa Kemuja yang data
Pengumpulan data semacam ini dilakukan dan informasinya didapatkan oleh peneliti.
untuk mengetahui informasi tentang Beliau menjelaskan terkait informasi
pelaksanaan perayaan maulid Nabi perubahan dan perbedaan proses tradisi
Muhammad Saw. secara menyeluruh. akibat dari akulturasi budaya dan
Informasi yang didapatkan dan teknologi ditambah dengan kreativitas
dikumpulkan merupakan hasil anak muda yang ikut menghias proses
pengamatan mendalam kepada para pelaksanaan tradisi Maulid Nabi
masyarakat setempat serta proses Muhammad Saw. di desa Kemuja. 3) Aditya
observasi dan wawancara yang ditujukan Abrifa (24 tahun). Merupakan generasi
kepada informan. Konsep informan muda bagian dari pelaku tradisi Maulid
dijelaskan oleh (Endraswara, 2018) bahwa Nabi di desa Kemuja. Beberapa informasi
informan itu adalah profesormu. yang didapatkan dari perspektif generasi
Maksudnya adalah informan itu memiliki milenial terkait dengan akulturasi budaya
peran sentral dalam meneliti di lapangan. dan teknologi sehingga proses tradisi
Informan pula yang mengerti dan Maulid Nabi menjadi lebih berbeda. 4) M.
memahami betul seluk beluk tentang Istohari (39 tahun) merupakan kepala
tradisi dari A—Z. Oleh karena itu, penting desa Kemuja. Beliau menyampaikan
bagi peneliti menentukan informan yang tentang prosesi tradisi Maulid Nabi serta
kompeten untuk dijadikan sumber data. keterlibatan pihak luar sehingga tradisi
Informan dalam penelitian ini adalah Maulid Nabi memiliki khas tersendiri dan
warga desa Kemuja itu sendiri yang berbeda dengan yang lainnya. 5) Akhmad
mengerti dan memahami seluk-beluk Elvian (56 tahun, budayawan, penggiat,
tradisi perayaan maulid nabi serta yang dan pemerhati budaya sekaligus pejabat
selalu terlibat dalam melaksanakan pemerintahan) juga turut menjadi
perayaan maulid nabi baik dari sisi informan dalam penelitian ini. Beliau
kegiatannya maupun sisi perayaannya. menyampaikan tentang sejarah, proses,
Data yang diperoleh kemudian dianalisis serta budaya tradisi Maulid Nabi secara
dengan cara dideskripsikan, dianalisis, umum di Bangka Belitung, termasuk di
diinterpretasi, dan ditarik sebuah desa Kemuja.
kesimpulan. Hal ini penting dilakukan
mengingat data yang dikumpulkan bersifat
deskriptif hasil proses pengamatan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
wawancara. Perayaan maulid nabi Muhammad Saw. di
desa kemuja dilaksanakan tiap tanggal 12
98 Rozani dan bahri Nilai Strata local dan strata sosial

rabi’ul awal. Tepatnya sudah dimulai makan bersama. Berikut hasil wawancara
sejak tanggal 1 sampai pertengahan bulan dengan informan terkait tradisi Maulid Nabi
rabi’ul awal. Sejak dimulainya perayaan, Muhammad Saw. di desa Kemuja.
ada banyak rangkaian kegiatan yang Berikut hasil wawancara dengan
dilakukan oleh masyarakat, seperti informan terkait dengan tradisi Maulid Nabi
Festival Budaya Islami, pembacaan Muhammad Saw. di desa Kemuja.
barzanji, nganggung, dan silaturahmi
makan bersama. Berikut hasil wawancara
dengan informan terkait tradisi Maulid
Nabi Muhammad Saw. di desa Kemuja.
Tabel 1. Hasil Wawancara

Informan Hasil Wawancara


H. Ahmad Fathoni Bapak H. Ahmad Fathoni menjelaskan bahwa tradisi Maulid Nabi
Muhammad Saw. di desa Kemuja sudah berlangsung sejak lama.
Tidak ada keterangan yang benar-benar pasti sejak kapan awal mula
pelaksanaan tradisi ini dilaksanakan di desa Kemuja. Sementara,
proses pelaksanaan tradisi Maulid Nabi di desa Kemuja ini diawali
dengan kegiatan festival budaya islami, seperti nyanyian qasidah,
Mushabaqah Tilawatil Quran (MTQ), adzan, kaligrafi, syahril quran,
fahmil quran dan sebagainya. Kegiatan itu berlangsung sejak awal
masuknya bulan rabi’ul awal hingga puncaknya pada tanggal 12
rabi’ul awal atau tepat pada hari H-nya. Tidak ada aturan baku dari
pemerintah desa mengenai rangkaian kegiatan festival budaya
Islami. Namun, yang pasti pelaksanaan tradisi Maulid Nabi biasanya
diiringi beberapa kegiatan keislaman.
Pada saat malam 12 rabi’ul awal masyarakat akan bersama-sama
datang ke mushola atau masjid untuk pembacaan barzanji diiringi
dengan makan bersama dengan membawa talem atau dulang, yang
dikenal dengan istilah nganggung.

H. Abdul Hamid Bapak H. Abdul Hamid menjelaskan beberapa perubahan dan


perbedaan pelaksanaan tradisi maulid Nabi Muhammad Saw. di desa
Kemuja dari tahun ke tahun. Perubahan dan perbedaan ini sebagai
bentuk dari perubahan zaman atau peralihan generasi. Dulu tradisi
Maulid Nabi Muhammad biasanya diiringi kegiatan festival seni
budaya Islami, diantaranya lomba sosial kemasyarakatan, seperti
lomba sepak bola, lompat karung, bulu tangkis, dan sebagainya dan
juga lomba fesval islami, seperti lomba Mushabaqah Tilawatil Quran
(MTQ), adzan, kaligrafi, syahril quran, hadroh, dan sebagainya.
Sementara, saat ini sudah jarang dilaksanakan lomba sosial
kemasyarakat, hanya lmba islami saja. Bahkan dua tahun lalu akibat
dampak pandemi, semua aktivitas sosial kemsyarakatan termasuk
lomba festival budaya islami tidak dilaksanakan seperti biasanya,
hanya saja tradisi Maulid Nabi saja yang dilaksanakan.

Aditya Abrifa Aditya Abrifa salah satu generasi muda asli masyarakat desa Kemuja
sekaligus pelaksana beberapa kegiatan festival budaya islami ikut
menjelaskan bahwa tradisi atau kebudayaan mesti mengikuti alur
perkembanagn zaman, agar tidak ditinggal oleh masyarakat. Sebab
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 99
Volume 14 Nomor 1, April 2023

generasi muda saat ini lebih familiar dengan hal-hal berbau modern,
berbau teknologi modernisasi. Jikalau kita tidak beradaptasi dalam
mengemas kegiatan festival, dikhawatirnya generasi muda kita
enggan untuk bergabung dan ikut dalam proses tradisi yang sudah
lama mengakar di desa Kemuja ini.

M. Istohari Bapak M. Istohari selaku kepala desa Kemuja menjelaskan bahwa


aktivitas tradisi maulid Nabi Muhammad di desa Kemuja sudah
berjalan sejak lama. Kami hanya berusaha mengkoordinasi dan
mengakomodasi atas pelaksanaan maulid nabi dapat berjalan dengan
baik dan lancar. Disamping itu, kami atas nama pemerintah desa
terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan dinas terkait
agar bisa membantu menyelenggarakan festival budaya islami. Hal ini
sebagai bentuk syia’r dan sya’ir kita atas tradisi Maulid Nabi
Muhammad Saw.
Beberapa tahun terakhir pemerintah desa selalu diwadahi oleh
pemerintah daerah dan dinas-dinas terkait bahkan berkat koordinasi
yang baik, desa Kemuja berhasil memecahkan beberapa rekor muri
atas pelaksanaan tradisi Maulid Nabi.

Akhmad Elvian Sejarawan Bangka Belitung, Bapak Akhmad Elvian, secara umum
mengemukakan bahwa sejak dahulu perayaan maulid nabi di Bangka
dilakukan di masjid-masjid atau di surau-surau dan juga dilakukan di
rumah-rumah warga. Perayaan maulid Nabi di Bangka sama halnya
dengan perayaan Idulfitri dan Iduladha. Termasuk di desa Kemuja
yang sudah sejak dahulu dikenal ramai saat perayaan Maulid Nabi.
Bahkan perayaan maulid Nabi sudah menjadi ciri khas dari
masyarakat desa Kemuja.

dengan syi’ar dan sya’ir dakwah Islam,


Festival Budaya Islami seperti rebana, rudat, hadrah, dan dambus,
Festival budaya merupakan kegiatan serta perlombaan syi’ar Islam pada
perlombaan yang dilakukan dalam rangka umumnya, seperti nyanyian qasidah,
mengisi hari-hari pada bulan kelahiran Mushabaqah Tilawatil Quran (MTQ),
nabi dengan agenda Islami. Semarak adzan, kaligrafi, syahril quran, fahmil quran
festival budaya ini dilakukan sebelum dan sebagainya.
puncak hari H kegiatan maulid Nabi. Kegiatan festival budaya Islam tersebut
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan syi’ar dilaksankan mulai masuknya tanggal 1
dan sya’ir dakwah Islam. Pelaksanaan bulan rabi’ul awal sampai pada puncaknya
festival budaya Islam ini dilakukan dengan pada tanggal 12 rabi’ul awal bertepatan
tujuan memberikan pengenalan, pada tanggal hari kelahiran Nabi
pemahaman, dan sekaligus hiburan Muhammad Saw. Pelaksanaan kegiatan
kepada masyarakat dan generasi muda festival budaya Islam yang diadakan di
tentang warisan tradisi budaya lokal yang desa Kemuja mengundang hampir
ada serta mempertahankan kesenian sebagian besar kelompok budaya,
budaya Islam agar tidak hilang tergerus kelompok sanggar, kelompok seni sebagai
oleh zaman. Dalam kegiatan festival perwakilan dari masing-masing daerah
budaya tersebut memperlombakan yang ada di Bangka Belitung, meskipun
budaya-budaya daerah masyarakat belum sepenuhnya bisa ikut berpartisipasi
Bangka Belitung yang khas dan kental secara keseluruhan.
100 Rozani dan bahri Nilai Strata local dan strata sosial

Uniknya, pelaksanaan festival budaya selalu disiapkan oleh masyarakat ketika


Islam yang di adakan di desa Kemuja dalam hendak melakukan pembacaan Barzanji.
beberapa tahun terakhir sering membuat Prosesi pembacaan barzanji dibacakan
konsep acara atau gebrakan acara yang oleh seorang tokoh agama atau yang
besar bahkan diabadikan sampai museum memiliki pengetahuan membaca tulisan
rekor Dunia-Indonesia oleh negara, seperti arab melayu atau arab gundul. Sistem
yang terjadi pada tahun 2008 pembacaannyapun bisa bergantian.
penyelenggaraan penyajian makanan Sementara masyarakat yang lainnya
menggunakan nampan terbanyak, yakni khusuk mendengarkan. Pembacaan
1.000 dulang, tahun 2010 festival budaya Barzanji dilakukan selama satu sampai dua
Islam yang diselenggarakan desa Kemuja jam tergantung kelancaran dan kefasihan
kembali meraih muri dengan agenda tokoh yang membacanya. Tidak ada aturan
penyelenggaraan pendukung pembacaan khusus yang menyatakan untuk membaca
barzanji dengan peserta terbanyak, dan kitab Barzanji, asalkan bisa membaca dan
terakhir tahun 2017 kembali menciptakan mengerti tulisan arab gundul, bisa
torehan baru dengan membuat tudung saji membacakannya.
atau dulang terbesar dengan ukuran 5x5
m. Hal semacam ini dilakukan oleh
masyarakat setempat bukan hanya Nganggung
bertujuan sebatas kemeriahan dan Nganggung adalah salah satu tradisi yang
eksistensi semata, melainkan dilaksanakan hadir di kalangan masyarakat Melayu
dengan tujuan untuk membangkitkan nilai Bangka Belitung. Nganggung merupakan
semangat kebersamaan, semangat gotong- adat tradisi membawa makanan dari
royong, dan menjunjung tinggi ciri khas rumah-rumah penduduk masyarakat
kebudayaan setempat. menuju tempat pertemuan yang besar,
misalnya Masjid, Langgar, Surau, atau
rumah penduduk, ruang pertemuan, dan
Pembacaan Barzanji sebagainya (Dinas Kebudayaan &
Barzanji adalah doa, pujian, dan Pariwisata, 2010).
penceritaan yang tentang biografi Nabi Secara etimologi, kata “nganggung”
Muhammad Saw. (Maemunah, 2018). berasal dari pecahan dua kata, yakni
Penceritaan tersebut berisi tentang “ngang” yang berarti ngangkat atau
karakter nabi yang mencerminkan sosok mengangkat, dan kata “gung” yang berarti
teladan yang baik bagi umat manusia. agung atau sesuatu yang agung, memiliki
Menurut Bambang Sholahuddin nilai karakteristik yang mulia (Elvian,
(Maemunah, 2018), barzanji adalah 2015). Tata cara nganggung dilakukan
sebuah buku yang berisi puisi dengan kata- oleh masyarakat di dalam sebuah wadah
kata indah yang menceritakan tentang yang bernama dulang atau talem. Dulang
kepribadian Nabi Muhammad Saw. Buku atau talem adalah sejenis nampan yang
barzanji tersebut mencerminkan sosok berukuran besar atau baki yang berukuran
Nabi Muhammad yang memiliki hati yang besar, berbentuk bulat melingkar, dan
sederhana—secara lahir dan batinnya— terbuat dari kuningan atau juga terbuat
dan menjadi teladan bagi umatnya. dari lempengan aluminium. Adapun isi
Pembacaan barzanji dalam perayaan yang ada di dalam dulang atau talem
maulid Nabi Muhammad Saw. di desa tersebut adalah berupa susunan piring
Kemuja dilaksanakan pada malam yang mengikuti bentuk lingkaran dulang
kelahiran nabi, yakni malam ke-12 rabi’ul tersebut yang di dalam piring itu juga
awal. Acara dilaksanakan di rumah ibadah, berisi sejumlah makanan lengkap dengan
seperti Masjid, Mushola, Langgar, atau lauk-pauknya atau juga bisa berisi
Surau. Uniknya adalah hidangan makanan makanan sejenis kue, buah-buahan, dan
minuman. Penentuan isi atau jenis
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 101
Volume 14 Nomor 1, April 2023

makanan yang ada di dalam dulang atau dan menikmati hidangan yang sudah
talem tersebut bergantung pada jenis tersedia tersebut. Hal ini sebagai bentuk
agenda acara apa yang sedang ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT
dilaksanakan. Selanjutnya, dulang atau dengan membawa makanan dari rumah
talem tersebut ditutup dengan masing-masing warga untuk dimakan
menggunakan wadah penutup yang bersama-sama setelah melakukan
bernama tudung saji. Oleh (Elvian, 2015), pembacaan barzanji dalam mengenang
kata tudung saji berasal dari kata “tudung” sejarah, riwayat, dan perjuangan Nabi
yang berarti sebuah penutup, dan “saji” Muhammad Saw. dalam menebar dakwah
yang berarti sesaji atau sebuah hidangan Islam semasa hidupnya.
sesembahan. Jadi, tudung saji adalah
sebuah penutup hidangan makanan atau
sesaji yang berguna untuk melindungi Silaturahmi Makan Bersama
hidangan. Zaman dahulu, tudung saji Silaturahmi dan makan bersama dalam
terbuat dari daun Mengkuang (pandan tradisi maulid Nabi di desa Kemuja
hutan) dan bisa juga juga terbuat dari daun merupakan bagian dari rangkaian kegiatan
purun yang berbentuk segitiga dan merupakan puncak kegiatan perayaan
menyerupai kubah Masjid atau berbentuk saat memperingati kelahiran baginda nabi.
seperti candi. Namun, sekarang ini sebagai Istilah yang populer dikalangan
bagian dari perkembangan zaman, tudung masyarakat setempat adalah bertamu atau
saji sudah banyak yang terbuat dari plastik, open house atau dalam bahasa Bangka
meskipun masih ada yang terbuat dari adalah pegi namu atau gi namu. Bertamu
bahan-bahan tradisional lainnya. atau pegi namu atau gi namu menjadi
Nganggung dalam sejarahnya dilakukan puncak kegiatan perayaan maulid nabi.
oleh masyarakat Bangka Belitung saat Esensi bertamu dalam tradisi maulid nabi
memperingati upacara keagamaan, seperti di desa Kemuja ini adalah berkunjung,
perayaan Idulfitri, Iduladha, Maulid Nabi, berkumpul bersama, bersilaturahmi
Nisfu Sya’ban, 1 Muharram dan sebagainya, menemui keluarga dan sanak saudara,
atau nganggung juga bisa dilaksanakan kerabat, teman, kolega, dan sebagainya
saat acara sosial kemasyarakatan yang layaknya suasana lebaran saat perayaan
berhubungan dengan kepentingan hari besar Islam, seprti Idulfitri dan
masyarakat setempat, seperti peringatan Iduladha. Pihak tuan rumah telah
1—7 hari, 25 hari, 40 hari, 100 hari, sampai menyiapkan segala bentuk hidangan khas
kepada 1 tahun peringatan kematian lebaran yang disajikan, seperti ketupat-
warga masyarakat setempat, acara sejenis lepat lengkap dengan lauk-pauknya, aneka
pertemuan adat, acara penyambutan tamu macam kue khas Bangka Belitung, dan
agung, dan sebagainya. minuman yang telah disajikan di atas meja,
Tradisi nganggung pada perayaan sehingga tidak mengherankan jikalau
maulid Nabi Muhammad Saw. dilakukan hampir di setiap rumah-rumah warga—
oleh warga masyarakat dengan ramai—penuh dengan kujungan para tamu
membawakan dulang atau talem ke dari luar desa Kemuja yang datang silih
Masjid/ langgar/ surau sebagai acara berganti. Uniknya adalah tamu yang
makan bersama setelah melakukan datangpun, tidak hanya masyarakat
pembacaan barzanji di malam ke-12 rabi’ul muslim saja, tetapi masyarakat non-
awal. Namun, makan bersama dilakukan muslim juga ikut bertamu dan terlibat
setelah penghulu atau pemimpin agama dalam kemeriahan perayaan maulid nabi
selesai membacakan doa. Setelah doa di desa Kemuja tersebut. Penampilan
selesai di bacakan, barulah semua yang pakaian yang digunakan oleh masyarakat
hadir di dalam Masjid/ Langgar/ Surau yang bertamu dan tuan ruamah untuk
dipersilakan untuk membuka tudung saji menyambut tamu turut menjadi perhatian.
102 Rozani dan bahri Nilai Strata local dan strata sosial

Mereka mengenakan pakaian terbaik kepedulian bersama, kreativitas, dan


layaknya lebaran seperti hari besar Islam inovasi. Pembacaan barzanji memberikan
pada umumnya. nilai rasa syukur atas kelahiran baginda
Nabi dengan membacakan riwayat
hidupnya. Nganggung yang mencerminkan
Nilai Kearifan Lokal nilai kesyukuraan, saling membantu,
Kearifan lokal merupakan gagasan atau toleransi, kerja keras. Silaturahmi makan
pengetahuan yang diwariskan dari tradisi bersama memiliki nilai kebersamaan,
setempat yang bersifat bijaksana, arif, dan sosial keselarasan dan toleransi,
penuh kebaikan. Kearifan lokal berasal kepedulian bersama, persahabatan dan
dari dua kata, yakni kearifan (wisdom) dan keramahan, berpikir positif, dan rasa
lokal (local). Kearifan yang berarti syukur.
“bijaksana” atau “kebijaksanaan” dan lokal Nilai kearifan lokal memiliki nilai budaya
berarti “setempat”, sehingga kearifan lokal yang positif milik masyarakat secara utuh.
berarti kebijaksanaan setempat yang Kartadinata, S., Riswanda, S. (2018)
berupa gagasan, ide, atau pengetahuan asli menyatakan bahwa nilai-nilai budaya
yang dituangkan dalam tradisi budaya atau (kearifan lokal) yang telah melekat dalam
kehidupan dan perilaku masyarakat sarat
tradisi lisan untuk mengatur tatanan
dengan spirit kedamaian. Secara tersirat, nilai
kehidupan masyarakat (Sibarani, 2012).
kearifan lokal dalam tradisi perayaan maulid
Secara substansial, kearifan lokal adalah
nabi ini juga dinilai mampu menjadikan
nilai dan norma budaya untuk mengatur
masyarakat berperan aktif dalam
kehidupan sosial. Nilai dan norma yang
mengembangkan produk nilai budaya lokal
diyakini benar menjadi acuan untuk
seperti, nilai religius yang tercermin dari
perilaku sehari-hari masyarakat setempat
pelaksanaan perayaan memperingati hari
(Sibarani, 2018). kelahiran nabi, nilai toleransi yang tercermin
Kearifan lokal banyak mengatur tatanan dari proses hubungan silaturahmi antar
kehidupan masyarakat dalam berinteraksi sesama dan antar umat beragama bergabung
sosial satu sama lain untuk mencapai dalam satu keharmonisan masyarakat, nilai
kedamaian dan kesejahteran. Kearifan tolong-menolong dan saling berbagi yang
lokal dalam tradisi budaya, seperti tercermin dalam suasana pertemuan
perayaan maulid nabi—dapat hubungan kekeluargaan dan kekerabatan
diklasifikasikan menjadi 2 (dua), pertama, yang saling mengunjungi, saling
kearifan untuk kedamaian (local wisdom menghormati, saling membantu, sopan-
for peace), seperti kepercayaan, santun, pelestarian dan kreativitas budaya
kebersamaan, kesopanan, kejujuran, yang tercermin dari kreativitas dan inovasi
komitmen, pengendalian diri, sosial masyarakat dalam memeriahkan konsep
keselarasan dan toleransi, kepedulian, pelaksanaan perayaan maulid nabi,
persahabatan dan keramahan, berpikir kerukunan, kesetiakawanan sosial, rasa
positif, dan syukur, dan kedua, kearifan syukur, pikiran positif, dan sebagainya. Hal
lokal untuk kesejahteraan (local wisdom semacam inilah oleh Sibarani disebut sebagai
for welfare), seperti kerja keras, kerajinan, benteng terbentuknya perdamaian dan
disiplin, pendidikan, kreativitas dan kesejahteraan di kalangan masyarakat.
inovasi, kemandirian dan efisiensi,
kesehatan, saling membantu, manajemen
gender, identitas budaya, keprihatinan
lingkungan (Sibarani, 2012; 2018,). Strata Sosial
Demikian halnya dengan perayaan maulid Istilah “strata” oleh Mark dan Weber
Nabi Muhammad Saw. di desa Kemuja. merujuk pada lapisan atau strata
Rangkaian kegiatan, seperti Festival kelompok sosial menganggap satu di atas
Budaya Islami memberikan nilai yang lain diberbagai masyarakat manusia
kepercayan, komitmen, pengendalian diri,
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 103
Volume 14 Nomor 1, April 2023

(Saunders, 2006). Sanunder juga masyarakat tetap tidak berubah bahkan


menjelaskan bahwa dalam hegemoni setiap tahun perayaan peringatan maulid
masyarakat kita sendiri terdapat orang- nabi semakin meriah. Hal ini menandakan
orang kaya dan orang-orang miskin, bahwa aspek strata sosial atau kelas sosial
terdapat juga keluarga lahir dari strata ekonomi masyarakat bukan menjadi
tinggi dan juga keluarga lahir dari keluarga persoalan terhadap pelaksanaan perayaan
rakyat jelata. Terkadang—atas dasar maulid nabi Muhammad Saw. di desa
kekuasaan—etnis atau kelompok yang Kemuja. Suasana kebersamaan dan
satu memerintah atau memperbudak yang kekompakan menjadi dasar kuat
lain, kadang-kadang kelompok yang satu kemeriahan pelaksanaan perayaan maulid
mengecualikan kelompok yang lain dari Nabi Muhammad Saw. di desa Kemuja.
hak ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal
ini juga dimungkinkan pada pembedaan
dari sisi agama, ras, dan usia. Namun, KESIMPULAN
dalam artikle ini akan difokuskan pada Tradisi perayaan maulid Nabi Muhammad
strata sosial ekonomi masyarakat dalam Saw. merupakan adat atau kebiasaan
melaksanakan perayaan maulid Nabi masyarakat dalam memeriahkan perayaan
Muhammad Saw. di desa Kemuja. Salah hari besar kelahiran nabi. Pelaksanaan
satu faktor dari kelas sosial masyarakat perayaan maulid nabi dilaksanakan oleh
oleh Mark adalah faktor ekonomi (Clark & sebagian besar umat Islam di seluruh
Lipset, 1991). penjuru dunia. Tidak terlepas masyarakat
Lapisan sosial masyarakat terdiri dari tiga muslim Indonesia. Sebagian besar
lapisan, yakni lapisan atas, lapisan menengah, masyarakat muslim Indonesia juga
dan lapisan bawah (Ibrahim, 2014; Moeis, melakukan tradisi perayaan maulid nabi,
2008). Lebih lanjut Moeis menjelaskan bahwa hanya saja setiap daerah mempunyai khas
kriteria lapisan masyarakat dapat dilihat dari dan caranya masing-masing dalam
sisi kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan melaksanakannya. Ada yang
ilmu pengetahuan (Moeis, 2008). Hal senada melaksanakannya dengan pesta,
juga disampaikan dan diperkuat oleh salawatan, ataupun dengan pengajian.
(Ibrahim, 2014), tolak ukur lapisan strata Setiap pelaksanaan perayaan maulid nabi
sosial masyarakat dapat dilihat dari oleh masyarakat, secara tradisi budaya,
pendapatan yang berlebih, kaum terpelajar, pasti memiliki nilai kearifan yang
lapisan berketurunan raja, dan lapisan yang terkandung di dalamnya. Nilai kearifan
berkuasa. Masyarakat dengan kategori di atas yang termasuk di dalam tradisi tersebut
akan cenderung dipandang dan dihormati tidak jarang oleh leluhur dahulu dijadikan
oleh masyarakat yang lain. aspek kedamaian dan kesejahteraan, sebab
Dalam tradisi perayaan maulid Nabi pelaksanaannya melibatkan interaksi
Muhammad Saw. strata sosial atau kelas kemasyarakatan yang kental dengan nilai
sosial juga tidak lepas dari pernyataan sosiokultural, seperti halnya dengan
teori di atas. Keberlangsungan tradisi tradisi perayaan maulid Nabi Muhammad
perayaan maulid nabi di desa Kemuja Saw. di desa Kemuja. Berdasarkan hasil
sepertinya tidak memandang aspek strata analisis di atas, terdapat nilai kearifan lokal
sosial atau kelas sosial di atas. Terlepas yang ditemukan dari pelaksanaan tradisi
masyarakat tergolong ke dalam kelas maulid nabi di desa Kemuja, seperti nilai
sosial tingkat atas, menengah, ataupun keagamaan, nilai kebersamaan, nilai
bawah, tradisi perayaan maulid Nabi gotong-royong, nilai tolong-menolong,
Muhammad Saw. di desa Kemuja tetap nilai pelestarian dan kreativitas budaya,
berlangsung meriah seperti biasa pada nilai kerukunan, nilai kesetiakawanan
umumnya. Kemeriahan, keramaian, sosial, nilai rasa syukur, dan nilai pikiran
kemegahan, dan euforia serta antusiasme positif.
104 Rozani dan bahri Nilai Strata local dan strata sosial

Selain itu, ditinjau dari aspek kelas sosial Jamalie, Z. (2014). Akulturasi dan kearifan
ekonomi terhadap pelaksanaan tradisi lokal dalam tradisi baayun maulid pada
perayaan maulid nabi Muhammad Saw. di masyarakat Banjar. EL HARAKAH
desa Kemuja, berdasarkan hasil analisis di (TERAKREDITASI), 16(2), 234–254.
https://doi.org/10.18860/el.v16i2.2778
atas, kelas sosial masyarakat—baik kelas
Kartadinata, S., Riswanda, S., & I. (2018).
atas, kelas menengah ataupun kelas
Pedagogi Pendidikan Kedamaian:
bawah—bukan menjadi sebuah problema Rujukan Pengembangan Sekolah Aman
atas keberlangsungan tradisi perayaan dan Damai. Bandung: UPI Press.
maulid Nabi Muhammad Saw. di desa Knappert, J. (1971). Swahili Islamic Poetry:
Kemuja. Artinya, dilihat dari sisi sosial Introduction, the Celebration of
ekonomi masyarakat dalam kondisi Mohammed’s Birthday, Swahili Islamic
apapun, pelaksanaan tradisi maulid nabi Cosmology (Vol. 1). Leiden: Brill Archive.
masih tetap bisa dilakukan dengan Maemunah, S. H. (2018). Barzanji Da’wa in
antusias, ramai, dan begitu mewah. Dari Islamic Culture and Local Perspective: A
hal seperti ini terjadi interaksi, hubungan Text Analysis in Verse of Barzanji.
sosial kultural yang baik bagi masyarakat International Conference on Media and
Communication Studies (ICOMACS 2018).
sekitar sehingga menciptakan aspek
https://doi.org/https://doi.org/10.2991/ic
kedamaian dan kesejahteraan dari omacs-18.2018.38
pelaksanaan perayaan maulid Nabi Marion Holmes Katz. (2007). The Birth of the
Muhammad Saw. Prophet Muhammad (Devotional Piety in
Sunni Islam). London and New York:
DAFTAR PUSTAKA Routledge.
Paradigma Budaya Islam-Jawa dalam Gerebeg https://doi.org/10.4324/978020396214
Maulud Kraton Surakarta. Al Qalam, 5
35(2), 271–296. Merriam, S. B., & Tisdell, E. J. (2015).
https://doi.org/10.32678/alqalam.v35i2.1 Qualitative research: A guide to design
081 and implementation. John Wiley & Sons:
Clark, T. N., & Lipset, S. M. (1991). Are social USA.
classes dying? International Sociology, Moeis, S. (2008). Struktur Sosial: Stratifikasi
6(4), 397–410. Sosial. Bandung: FPIPS UPI Bandung.
https://doi:10.1177/02685809100600400 Munir, M. (2012). Tradisi Maulid dalam Kultur
2 Jawa. Jogjakarta.
Creswell, J. W. (2018). Research Design: Rismawaty, R., & Deria, N. (2020). Tindakan
Pendekatan Metode Kualitatif, Komunikasi dalam Tradisi Mauludan di
Kuantitatif, dan Campuran (edisi ke-4). Desa Kemuja Kabupaten Mendo Barat
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Provinsi Kepulauan Bangka
Dinas Kebudayaan & Pariwisata. (2010). Belitung. Jurnal Common, 4(2), 216-229.
Warisan Budaya Tak Benda: Nganggung. DOI 10.34010/COMMON.V4I2.4437
Retrieved from Provinsi Kepulauan Rohana, R. (2019). Makna mahabbah Rasul
Bangka Belitung website: dalam tradisi perayaan maulid Nabi
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/? Muhammad Saw.: Studi kasus di Desa
newdetail&detailCatat=377 Kemuja, Kecamatan Manado Barat,
Elvian, A. (2015). Memarung, panggung, Kabupaten Bangka. UIN Sunan Gunung
bubung, kampung & nganggung. Dinas Djati bandung.
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Rusman, R., & Heningsih, E. (2019). Makna
Olahraga, Kota Pangkalpinang. Tradisi Budaya Nganggung di Kabupaten
Endraswara, S. (2018). Antropologi Sastra Bangka (Studi pada Desa Kemuja
Lisan: Perspektif, Teori, & Praktik Kecamatan Mendobarat dalam
Pengkajian. Jakarta: Yayasan Pustaka Peringatan Maulid Nabi Muhammad
Obor Indonesia. Saw.). Studia Komunika: Jurnal Ilmu
Ibrahim, A. S. (2014). Sosiolinguistik. Komunikasi, 2(2), 43-62.
Universitas Terbuka: Jakarta. DOI:https://doi.org/10.47995/jik.v2i2.27
http://repository.ut.ac.id/4828/
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 105
Volume 14 Nomor 1, April 2023

Said, H. A. (2016). Islam dan Budaya dI Banten: Sibarani, R. (2018). Batak Toba society’s local
menelisik tradisi debus dan maulid. wisdom of mutual cooperation in Toba
KALAM, 10(1), 109–140. lake area: a linguistic anthropology
https://doi.org/10.24042/klm.v10i1.338 study. International Journal of Human
Saunders, P. (2006). Social class and Rights in Healthcare.
stratification. Routledge. https://doi.org/10.1108/IJHRH-08-2017-
https://doi.org/10.4324/978020312971 0035
5 Tarsitani, S. (2007). Mawlūd: Celebrating the
Shils, E. (1981). Tradition. University of birth of the Prophet in Islamic religious
Chicago Press. rituals and wedding ceremonies in
Sibarani, R. (2012). Kearifan Lokal: Hakikat, Harar. Annales d’Éthiopie, 23(1), 153–
Peraan, dan Metode Tradisi Lisan. 176. Editions de la Table Ronde.
Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan. https://doi.org/10.3406/ethio.2007.1503
.

You might also like