Professional Documents
Culture Documents
TREASURY
REVIEW
Indonesian Treasury Review Vol. 1 No.1, 2016 Hal 23-38
JURNAL
INDONESIAN
ERBENDAHARAAN,
T
PINDONESIAN
TKREASURY
REASURY
RREVIEW
EVIEW
EUANGAN
NEGARA
DAN
KEBIJAKAN
PUBLIK
JURNAL
PERBENDAHARAAN,
KEUANGAN
NEGARA
DAN
KEBIJAKAN
PUBLIK
JURNAL
PERBENDAHARAAN,
KEUANGAN
N
EGARA
DAN
KEBIJAKAN
PUBLIK
Volume
1
N omor
1,
2016
PENGARUH
DDESENTRALISASI
PENGARUH
ESENTRALISASI
FISKAL
FISKAL
DAFTAR
TISI
ERHADAP
TERHADAP
PERTUMBUHAN
PERTUMBUHAN
EKONOMI
EKONOMI
DAERAH
DAERAH
DI
D I
INDONESIA,
INDONESIA,
2008
2008
–
2
012
–
2012
Hlm.
Abdillah
Abdillah
Kampul
hamdana
Halaman
KShamdana
i
Program
MMagister
Program
agister
Ekonomika
Ekonomika
Pembangunan,
Pembangunan,
Fakultas
Fakultas
E konomika
E konomika
d an
d B
an
isnis,
B U
isnis,
niversitas
U G
niversitas
Kata
Pengantar
Direktur
Jenderal
Perbendaharaan
adjah
Mada
Gadjah
Mada
iii
Alamat
K orespondensi:
k amandana@gmail.com
Alamat
Korespondensi:
kamandana@gmail.com
Kata
Pengantar
Dewan
Redaksi
v
Halaman
E
INFORMASI
ARTIKEL
ditorial
ABSTRAK
vii
INFORMASI
ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
P ertama
Daftar
Isi
This
study
aims
to
analyze
the
effect
of
fiscal
decentralization
on
the
economic
ix
growth
in
Diterima
Pertama
This
study
Indonesian
aims
to
The
provinces.
analyze
the
effect
analysis
of
fiscal
of
fiscal
decentralization
decentralization
on
the
used
three
economic
growth
in
24
Mei
2016
indicators,
i.e.
24
Mei
2016
Indonesian
revenue,
provinces.
expenditure,
and
The
analysis
autonomy,
added
of
by
fiscal
control
decentralization
variables
that
used
of
consists
three
indicators,
i.e.
Efektivitas
Jalur-‐Jalur
Transmisi
Kebijakan
Moneter
di
Indonesia
1-‐10
population
Dinyatakan
Diterima
revenue,
growth,
expenditure,
ratio
of
domestic
and
autonomy,
investment
added
to
GDP,
and
by
control
inflation
regional
variables
that
rate.
consists
This
study
of
population
used
dengan
Sasaran
Dinyatakan
Tunggal
Inflasi
growth,
ratio
of
domestic
investment
to
GDP,
and
regional
inflation
rate.
This
study
used
15
Juli
2016
Diterima
panel
data
of
33
provinces
in
Indonesia
from
the
period
of
2008-‐2012
with
Random
Effect
Mohamad
15
Juli
2016
Yusuf
panel
data
of
33
provinces
in
Indonesia
from
the
period
of
2008-‐2012
with
Random
Effect
Model
(REM)
method.
The
results
show
that
fiscal
decentralization
has
been
proven
not
Abnormal
KATA
KUNCI:
Return
dan
Trading
Model
significantly
Volume
(REM)
increase
Activity
method.
the
The
results
economic
Saham-‐Saham
growth
show
that
of
the
fiscal
decentralization
provinces.
has
been
Therefore,
reconsidering
11-‐21
proven
not
fiscal
Fiscal
KATA
Policy,
Peristiwa
LQ45
KUNCI:
pada
policy
Fiscal
Pengumuman
related
significantly
to
increase
Kebijakan
regional
planning
the
economic
Quantitative
and
budgeting,
growth
of
and
determining
the
provinces.
development
Therefore,
priority
reconsidering
fiscal
Decentralization,
Fiscal
Policy,
Easing
oleh
Economic
Bank
Fiscal
Sentral
scale
Amerika
are
needed.
policy
related
Serikat
Consequently,
it
is
necessary
to
regional
planning
and
to
strengthen
budgeting,
the
determining
and
capacity
and
development
capability
of
priority
Growth,
Regional
Decentralization,
Muhammad
Ariyanto
regional
Inflation
Economic
Falih
scale
pare
ublic
officials
needed.
in
fiscal
and
public
Consequently,
it
is
pnecessary
olicy
matters.
to
strengthen
the
capacity
and
capability
of
Rate,
Growth,
Local
Regional
Government
Inflation
regional
public
officials
in
fiscal
and
public
policy
matters.
Expenditure,
Pengaruh
Local
Fiskal
Penelitian
Desentralisasi
T
erhadap
ini
Pertumbuhan
bertujuan
untuk
Ekonomi
menganalisis
pengaruh
desentralisasi
23-‐38
fiskal
terhadap
Rate,
Local
Government
Government
Daerah
d i
Rndonesia,
I evenue.
2008
–
2012
pertumbuhan
ekonomi
provinsi
di
Indonesia.
Analisis
desentralisasi
fiskal
menggunakan
Expenditure,
Local
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menganalisis
pengaruh
desentralisasi
fiskal
terhadap
Abdillah
Khamdana
indikator
pendapatan,
indikator
belanja,
dan
indikator
otonomi
serta
menggunakan
Government
KLASIFIKASI
JEL:
R evenue.
pertumbuhan
variabel
pengendali
ekonomi
provinsi
yang
terdiri
dari
di
pertumbuhan
Indonesia.
Analisis
desentralisasi
populasi,
fiskal
rasio
investasi
menggunakan
domestik
Analisis
E6,
Pengaruh
H3,
H5,
O1,
R5
Pengeluaran
indikator
terhadap
DRB,
pendapatan,
PPemerintah
indikator
dan
tingkat
Terhadap
inflasi
daerah.
belanja,
Studi
ini
dan
indikator
data
menggunakan
otonomi
serta
39-‐50
panel
33
menggunakan
provinsi
di
KLASIFIKASI
J EL:
Pertumbuhan
Ekonomi
dan
Indeks
variabel
Indonesia
pengendali
Pembangunan
periode
2008–2012
yang
Manusia
terdiri
di
metode
Random
Effect
Model
(REM).
Hasil
penelitian
domestik
dengan
dari
pertumbuhan
populasi,
rasio
investasi
E6,
H3,
H5,
O1,
R5
Indonesia
ini
terhadap
menunjukkan
PDRB,
bahwa
dan
tingkat
inflasi
daerah.
desentralisasi
fiskal
Stidak
tudi
ini
menggunakan
terbukti
data
signifikan
panel
33
provinsi
di
meningkatkan
Ginanjar
Aji
Nugroho
Indonesia
pekonomi
pertumbuhan
eriode
2008–2012
provinsi.
Atas
dengan
dasar
mhal
etode
Random
tersebut,
Effect
Model
diperlukan
(REM).
kembali
peninjauan
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
kebijakan
fiskal
daerah
bahwa
terkait
desentralisasi
perencanaan
dan
fiskal
tidak
terbukti
penganggaran,
serta
signifikan
penetapan
meningkatkan
skala
Perbandingan
Pengujian
Capital
prioritas
Asset
pertumbuhan
Pricing
pembangunan
ekonomi
Model
daerah.
dan
provinsi.
Sebagai
konsekuensi,
Atas
dasar
hal
tersebut,
51-‐66
diperlukan
perlu
adanya
upaya
peninjauan
penguatan
kembali
Arbitrage
Pricing
Theory:
Analisis
kapasitas
Pengaruh
kebijakan
Faktor
dan
kfiskal
apabilitas
Fundamental
aparatur
daerah
daerah
terkait
di
bidang
kebijakan
perencanaan
fiskal
dan
kebijakan
dan
penganggaran,
publik.
serta
penetapan
skala
Keuangan
dan
Faktor
Makro
Ekonomi
prioritas
Terhadap
pembangunan
Return
Saham
daerah.
Sebagai
konsekuensi,
perlu
adanya
upaya
penguatan
di
Bursa
Efek
Indonesia
kapasitas
dan
kapabilitas
aparatur
daerah
di
bidang
kebijakan
fiskal
dan
kebijakan
publik.
Puji
Hartoyo
Analisis
Faktor
Penyebab
Penumpukan
Pencairan
Dana
APBN
67-‐83
pada
Akhir
Tahun
Anggaran
Fandi
Zaenudinsyah
Indeks
85.1
–
85.3
Lampiran
85.5
–
85.12
Halaman 23
ix
Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap
PENGARUH
DESENTRALISASI
Pertumbuhan Ekonomi FISKAL
Daerah di Indonesia, TERHADAP
2008-2012
Indonesian
Treasury
Review
Vol.1,
No.1,
2016,
Hal.
23-‐38
PERTUMBUHAN
Halaman 24 EKONOMI
DAERAH
DI
INDONESIA,
2008-‐2012
Abdillah Khamdana Indonesian Treasury Review Vol. 1 No. P a g Hal
1, 2016
24
e
|23-38
Abdillah
Khamdana
Abdillah Khamdana
Tabel 1.2 Komposisi Pendapatan Pemerintah Daerah Di Indonesia, 2008 – 2012
Berdasarkan
uraian
di
atas,
dua
hal
yang
memiliki
tingkat
PDB
per
kapita
yang
lebih
rendah.
menjadi
pokok
perhatian
adalah:
1).Saat
ini
Artinya
semakin
besar
jumlah
penduduk
maka
Indonesia
sedang
menjalankan
kebijakan
semakin
kecil
jumlah
modal
per
pekerja
dan
desentralisasi
fiskal;
2).Kebijakan
desentralisasi
berdampak
pada
rendahnya
output
per
pekerja.
fiskal
dan
peningkatan
belanja
pemerintah
daerah
Kemajuan
teknologi
menurut
Solow
merupakan
memberikan
pengaruh
yang
berbeda-‐beda
bagi
variabel
eksogen
yang
dapat
meningkatkan
perekonomian
daerah.
Atas
dasar
hal
tersebut,
maka
kemampuan
masyarakat
untuk
berproduksi
peneliti
tertarik
untuk
mengkaji
lebih
jauh
sepanjang
waktu.
bagaimana
pengaruh
desentralisasi
fiskal
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
provinsi
di
Indonesia.
2.2.
Desentralisasi
Fiskal
Desentralisasi
sebagai
proses
transfer
kekuasaan
2. LANDASAN
TEORI
DAN
PENGEMBANG-‐ dalam
membuat
keputusan
pada
pemerintah
daerah.5
AN
HIPOTESIS
Oates
(2007)
menyebutkan
bahwa
desentralisasi
memberikan
keunggulan
informasi,
kedekatan
fisik,
2.1.
Teori
Pertumbuhan
dan
institusi
bagi
pemerintah
daerah
untuk
mencapai
efisiensi
ekonomi
dalam
penyediaan
pelayanan
Kuznets
(1966)
mendefinisikan
pertumbuhan
publik
di
daerah.
Iimi
(2005)
menyatakan
bahwa
ekonomi
sebagai
kenaikan
jangka
panjang
desentralisasi
memiliki
beberapa
dimensi
yaitu
kemampuan
suatu
negara
untuk
menyediakan
desentralisasi
politik,
desentralisasi
administrasi,
dan
semakin
banyak
jenis
barang
ekonomi
kepada
desentralisasi
fiskal.
Desentralisasi
fiskal
adalah
cara
penduduknya
yang
tumbuh
seiring
dengan
kemajuan
setiap
negara
dalam
mengatur
sektor
publik
yang
teknologi
dan
penyesuaian
kelembagaan
dan
ideologi
mencerminkan
sejarah,
geografi,
keseimbangan
yang
diperlukannya.1
Sementara
itu,
mendefinisikan
politik,
tujuan
politik,
dan
karakteristik
lain
yang
pertumbuhan
ekonomi
dengan
proses
kenaikan
berbeda.6
Menurut
Tiebout
(1956)
dan
Klugman
output
per
kapita
dalam
jangka
panjang.2
Indikator
(1994),
teori
desentralisasi
fiskal
berangkat
dari
yang
dapat
digunakan
untuk
mengukur
pertumbuhan
keunggulan
informasi
dan
pemahaman
yang
lebih
ekonomi
adalah
pendapatan
per
kapita.3
Indikator
ini
baik
atas
preferensi
masyarakat
sehingga
pemerintah
merefleksikan
upaya
dari
suatu
wilayah
untuk
daerah
lebih
mampu
menyediakan
pelayanan
dan
meningkatkan
PDRB
pada
suatu
titik
dimana
tingkat
barang
publik
sesuai
dengan
kebutuhan
masyarakat.7
pertumbuhan
PDRB
lebih
besar
dibandingkan
tingkat
Desentralisasi
fiskal
adalah
pendelegasian
tanggung
pertumbuhan
penduduk.
jawab
serta
pembagian
kekuasaan
dan
kewenangan
Model
Pertumbuhan
Solow
(Solow
Growth
Model)
untuk
pengambilan
keputusan
di
bidang
fiskal
yang
menunjukkan
bagaimana
pengaruh
pertumbuhan
meliputi
aspek
penerimaan
maupun
aspek
persediaan
modal,
pertumbuhan
angkatan
kerja,
dan
pengeluaran.8
kemajuan
teknologi
berinteraksi
dalam
suatu
Dalam
membahas
desentralisasi
fiskal,
perekonomian
terhadap
output
total
barang
dan
jasa
umumnya
terdapat
dua
variabel
yang
seringkali
suatu
negara.4
Akumulasi
modal
terjadi
pada
saat
digunakan
sebagai
representasi
desentralisasi
fiskal
sebagian
dari
pendapatan
ditabung
dan
yaitu
desentralisasi
penerimaan
dan
desentralisasi
diinvestasikan
kembali
dengan
tujuan
memperbesar
pengeluaran,
sebagaimana
diajukan
oleh
Zhang
dan
output
dan
pendapatan
di
kemudian
hari.
Zou
(1998)
dan
Woller
dan
Phillips
(1998).
Namun,
Pertumbuhan
penduduk
dan
pertumbuhan
angkatan
Akai
dan
Sakata
(2002)
menambahkannya
dengan
kerja
dianggap
sebagai
faktor
yang
memacu
indikator
otonomi
dengan
pertimbangan:
1)
pertumbuhan
ekonomi.
Jumlah
tenaga
kerja
yang
pengeluaran
pemerintah
daerah
dapat
bersumber
lebih
besar
berarti
akan
meningkatkan
tenaga
kerja
dari
block
transfer
yang
berasal
dari
pemerintah
produktif
sementara
pertumbuhan
penduduk
yang
pusat.
Porsi
pengeluaran
pemerintah
daerah
yang
lebih
besar
akan
meningkatkan
ukuran
pasar
domestiknya.
Namun
model
Solow
juga
memprediksikan
bahwa
negara-‐negara
dengan
5
R.M.
Bird
and
F.
Vaillancourt,
Fiscal
pertumbuhan
populasi
yang
lebih
tinggi
akan
Decentralization
in
Development
Countries
(London:
Cambridge
University
Press,
1998),
hlm.
4.
1
M.L.
Jhingan,
Ekonomi
Pembangunan
dan
6
Ibid.,
hlm.
15.
Perencanaan
(Jakarta:
Raja
Grafindo
Persada
7
Andres
Rodrigues
Pose
and
Roberto
Ezcurra,
Is
2012),
hlm.
57. Fiscal
Decentralization
Harmful
for
Economic
2
Boediono,
Teori
Pertumbuhan
Ekonomi
Growth?
Evidence
from
the
OECD
Countries,
(Yogyakarta:
BPFE,
1999),
hlm.
1.
Spatial
Economic
Research
Center,
2010,
hlm.
6.
3
Sadono
Sukirno,
Pengantar
Teori
Makroekonomi
8
Abdul
Halim,
(2009).
Problem
Desentralisasi
dan
(Jakarta:
Raja
Grafindo
Persada,
2002),
hlm.
416.
Perimbangan
Keuangan
Pemerintahan
Pusat-‐
4
N.
Gregory
Mankiw,
Macroeconomics
(New
York:
Daerah
(Yogyakarta:
Sekolah
Pasca
Sarjana
UGM,
Worth
Publisher,
2012),
hlm.
205. 2009),
hlm.
45.
PENGARUH
Pengaruh DESENTRALISASI
Desentralisasi Fiskal Terhadap FISKAL
TERHADAP
Indonesian
Treasury
Review
Vol.1,
No.1,
2016,
Hal.
23-‐38
Indonesian Treasury Review Vol. 1 No.1, 2016 Hal 23-38
PERTUMBUHAN
Pertumbuhan Ekonomi E KONOMI
Daerah DAERAH
di Indonesia, DI
INDONESIA,
2008-‐2012
2008-2012
P a g e
|
27
Halaman 27
Abdillah
Khamdana
Abdillah Khamdana
3.2. Metode
Analisis
Data
Woller
dan
Phillips
(1998),
Akai
dan
Sakata
(2002),
dan
Wibowo
(2008).
Definisi
dari
masing-‐masing
Metode
analisis
data
yang
digunakan
yaitu
indikator
desentralisasi
fiskal
tersebut
adalah
sebagai
metode
regresi
data
panel.
Untuk
mengestimasi
berikut.
parameter
model
dengan
data
panel,
terdapat
tiga
metode
yang
digunakan
yaitu
Common
Effect
Model,
a. Indikator
pendapatan
(RI).
Fixed
Effect
Model,
dan
Random
Effect
Model.11
Tiga
Rasio
RI
merupakan
share
jumlah
pendapatan
uji
untuk
memilih
teknik
estimasi
data
panel
adalah
seluruh
pemerintah
daerah
di
suatu
provinsi
sebagai
berikut
yaitu
Uji
Statistik
F,
Uji
Hausman,
dan
terhadap
pendapatan
pemerintah
konsolidasi
Uji
Lagrange
Multiplier
(LM).12
(pemerintah
pusat,
pemerintah
provinsi,
dan
pemerintah
kabupaten/kota).
Rasio
ini
serupa
Instrumen
penelitian
terdiri
atas
pengujian
dengan
indikator
yang
diajukan
oleh
Woller
dan
asumsi
klasik
dan
pengujian
hipotesis.
Pengujian
Phillips
(1998).
asumsi
klasik
meliputi
uji
Autokorelasi,
uji
Heteroskedastisitas,
uji
Multikolinieritas,
dan
uji
b. Indikator
belanja
(EI).
Normalitas,
namun
tidak
semua
uji
asumsi
klasik
Rasio
EI
menghitung
share
jumlah
belanja
harus
dilakukan
pada
data
panel.
Sementara
seluruh
pemerintah
daerah
di
suatu
provinsi
pengujian
hipotesis
meliputi
koefisien
determinasi,
terhadap
belanja
pemerintah
konsolidasi.
EI
uji
F,
dan
uji
t.
merupakan
modifikasi
dari
indikator
yang
diusulkan
oleh
Akai
dan
Sakata
(2002).
Sebagaimana
studi
yang
telah
dilakukan
oleh
peneliti
sebelumnya,
analisis
pengaruh
desentralisasi
c. Indikator
otonomi
(AI).
fiskal
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
dilakukan
Indikator
ini
digunakan
karena
suatu
daerah
dengan
memasukkan
beberapa
variabel
pengendali
dapat
memperoleh
dana
perimbangan
yang
kecil,
yang
menjadi
determinan
pertumbuhan
ekonomi.
Hal
akan
tetapi
pendelegasian
fiskal
disebut
tinggi
ini
dimaksudkan
agar
pengaruh
desentralisasi
fiskal
apabila
PAD
daerah
tersebut
mampu
mendanai
tersebut
dapat
juga
dilihat
secara
bersama-‐sama
pengeluaran
dalam
porsi
yang
lebih
besar.
Rasio
dengan
variabel
lain
dalam
peranannya
terhadap
AI
merupakan
share
total
PAD
terhadap
jumlah
pertumbuhan
ekonomi.
Variabel
pengendali
yang
pendapatan
seluruh
pemerintah
daerah
dalam
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
sebagai
satu
provinsi
dengan
memperhitungkan
dana
berikut.
perimbangan.
AI
merupakan
modifikasi
dari
indikator
yang
diusulkan
oleh
Akai
dan
Sakata
3.2.1 Pertumbuhan
penduduk,
adalah
perubahan
(2002).
jumlah
penduduk
tahun
berjalan
dibanding
tahun
sebelumnya
dengan
menggunakan
satuan
persentase.
Variabel
ini
digunakan
4. HASIL
PENELITIAN
pula
dalam
penelitian
Woller
dan
Phillips
(1998),
Akai
dan
Sakata
(2002),
Iimi
(2004),
4.1. Uji
Akurasi
Instrumen
dan
Hasil
Estimasi
dan
Wibowo
(2008).
Guna
menentukan
model
yang
paling
tepat
untuk
3.2.2 Investasi,
adalah
rasio
investasi
domestik
mengestimasi
data
panel,
terlebih
dahulu
dilakukan
terhadap
PDRB
dengan
menggunakan
satuan
pengujian
model.
Pada
uji
Statistik
F,
diperoleh
hasil
persentase.
Variabel
ini
digunakan
dalam
seperti
pada
Tabel
4.1.
penelitian
Zhang
dan
Zou
(1998),
Woller
dan
Phillips
(1998),
Xie
et
al.
(1999),
dan
Tabel
4.1
Hasil
Uji
Statistik
F
Wibowo
(2008).
3.2.3 Inflasi,
adalah
kenaikan
harga-‐harga
secara
Effects
Test
Statistic
d.f.
Prob.
umum
dan
terus
menerus
di
tiap-‐tiap
provinsi
dengan
menggunakan
satuan
Cross-‐section
F
4.706422
(32,126)
0.0000
persentase.
Variabel
ini
digunakan
dalam
Cross-‐section
Chi-‐
penelitian
Zhang
dan
Zou
(1998),
Woller
dan
square
129.741222
32
0.0000
Phillips
(1998),
Xie
et
al.
(1999),
dan
Faridi
Sumber:
Lampiran
II
(2011).
Hasil
uji
memperlihatkan
bahwa
nilai
Sementara
variabel
indikator
desentralisasi
probabilitas
lebih
kecil
dibandingkan
level
kesalahan
fiskal
terdiri
atas
indikator
pendapatan,
indikator
5
persen.
Dengan
demikian,
Fixed
Effect
Model
belanja,
dan
indikator
otonomi.
Indikator
ini
merupakan
metode
yang
lebih
baik
digunakan
untuk
digunakan
dalam
penelitian
Zhang
dan
Zou
(1998),
melakukan
analisis
data
panel.
Sementara
pada
uji
Hausman
diperoleh
hasil
sebagaimana
pada
Tabel
11
A
Widarjono,
(2007).
Ekonometrika:
Teori
dan
4.2.
Aplikasi
untuk
Ekonomi
dan
Bisnis.
Yogyakarta:
Ekonisia,
hlm
251.
12
Ibid.,
hlm.
258.
PENGARUH
Pengaruh DESENTRALISASI
Desentralisasi Fiskal Terhadap FISKAL
TERHADAP
Indonesian
Treasury
Review
Vol.1,
No.1,
2016,
Hal.
23-‐38
Indonesian Treasury Review Vol. 1 No.1, 2016 Hal 23-38
PERTUMBUHAN
Pertumbuhan EKONOMI
Ekonomi Daerah DAERAH
di Indonesia, DI
INDONESIA,
2008-‐2012
2008-2012
P a g e
|
29
Abdillah
Khamdana
Abdillah Khamdana Halaman 29
Test
Summary
Chi-‐Sq.
Statistic
Chi-‐Sq.
d.f.
Prob.
Berdasarkan
hasil
estimasi,
variabel
pengendali
yang
secara
empiris
menjadi
determinan
Cross-‐section
pertumbuhan
ekonomi
terbukti
dalam
penelitian
ini.
random
7.062177
6
0.3151
Semua
koefisien
menunjukkan
arah
yang
sesuai
Sumber:
Lampiran
III
dengan
teori.
Pertumbuhan
populasi
memiliki
arah
Hasil
uji
memperlihatkan
bahwa
nilai
hubungan
negatif
dengan
pertumbuhan
ekonomi,
probabilitas
lebih
besar
dibandingkan
level
seperti
pendapat
yang
dikemukakan
oleh
teori
Solow
kesalahan
5
persen.
Dengan
demikian,
Random
Effect
bahwa
semakin
besar
jumlah
penduduk
akan
Model
merupakan
metode
yang
paling
tepat
untuk
mengakibatkan
jumlah
modal
per
pekerja
yang
menganalisis
data
panel
dalam
penelitian
ini.
Untuk
semakin
kecil
dan
berdampak
pada
rendahnya
output
model
dengan
menggunakan
data
panel
dan
metode
per
pekerja.
Tingkat
investasi
berhubungan
positif
Random
Effect
Model,
tidak
perlu
dilakukan
uji
terhadap
kinerja
ekonomi.
Inflasi
secara
signifikan
asumsi
klasik
dikarenakan:
1).Masalah
mengurangi
laju
perekonomian
sejalan
dengan
teori
multikolinearitas
yang
mengakibatkan
tidak
tepatnya
kuantitas
uang
yang
menyatakan
bahwa
penaksiran
dapat
diatasi
dengan
menggabungkan
pertumbuhan
output
akan
menurun
pada
saat
terjadi
data
cross
section
dan
time
series;13
2).Tidak
perlu
inflasi.
dilakukan
uji
heteroskedastisitas
dikarenakan
pada
Selanjutnya,
hasil
estimasi
memperlihatkan
data
panel
dengan
metode
Random
Effect
Model
bahwa
dari
tiga
jenis
indikator
variabel
desentralisasi
sudah
terkandung
generalized
least
square
(GLS)
fiskal,
tidak
ada
satu
pun
yang
terbukti
signifikan
dalam
estimasinya.14
Hasil
estimasi
data
panel
adalah
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi.
Artinya
bahwa
sebagaimana
Tabel
4.3.
hasil
estimasi
tidak
sesuai
dengan
hipotesis
yang
diajukan.
Dalam
risetnya,
Woller
dan
Phillips
(1998)
Tabel
4.3
Hasil
Estimasi
juga
menemukan
kesimpulan
yang
sama.
Variable
Coefficient
t-‐Statistic
Prob.
Indikator
pendapatan
yang
diwakili
oleh
variabel
RI
memiliki
arah
koefisien
positif.
Artinya
adalah
C
5.792767
5.610022
0.0000
desentralisasi
pendapatan
yang
diterima
oleh
Poprates
-‐0.143563
-‐2.171945
0.0314
pemerintah
daerah
berhasil
meningkatkan
Investasi
0.357353
1.940796
0.0541
pertumbuhan
ekonomi
daerah.
Semakin
besar
Inflasi
-‐0.157816
-‐2.458220
0.0150
pendapatan
yang
diterima
oleh
pemerintah
daerah
RI
273.8013
1.147628
0.2529
akan
semakin
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
EI
-‐275.7708
-‐1.351879
0.1783
di
daerah
tersebut.
Indikator
pendapatan
dengan
AI
-‐1.962564
-‐0.449421
0.6537
arah
koefisien
positif
ini
dapat
ditemukan
pula
pada
R-‐squared
0.098037
hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Akai
dan
Sakata
F-‐statistic
2.862251
(2002),
Wibowo
(2008),
Samimi
(2010),
dan
Faridi
Prob
(F-‐ (2011),
namun
berkebalikan
dengan
hasil
temuan
statistic)
0.011279
Woller
dan
Phillips
(1998).
Namun
demikian,
Sumber:
Lampiran
IV
kesimpulan
tersebut
dapat
diabaikan
dikarenakan
Nilai
estimasi
R2
menunjukkan
angka
0,098
yang
tingkat
signifikansi
yang
tidak
dapat
dicapai
pada
berarti
variabel
pengendali
memberikan
kontribusi
berbagai
tingkatan.
sebesar
9,8
persen
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
Indikator
belanja
yang
diwakili
oleh
variabel
EI
provinsi.
Hasil
uji
F
menunjukkan
probabilitas
lebih
memiliki
arah
koefisien
negatif,
artinya
adalah
kecil
dibandingkan
level
kesalahan
5
persen.
Artinya
desentralisasi
belanja
yang
diterima
oleh
pemerintah
keseluruhan
variabel
secara
bersama-‐sama
daerah
cenderung
menghambat
perekonomian
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan
daerah.
Hasil
penelitian
serupa
dapat
ditemukan
ekonomi
provinsi.
Sementara
hasil
uji
t
pada
penelitian
Zhang
dan
Zou
(1998),
Davoodi
dan
memperlihatkan
bahwa
tidak
satupun
indikator
Zou
(1998),
dan
Pose
dan
Ezcurra
(2010),
namun
desentralisasi
fiskal
yang
terbukti
memberikan
bertolak
belakang
dengan
hasil
penelitian
Akai
dan
kontribusi
bagi
pertumbuhan
ekonomi
provinsi.
Sakata
(2002),
Iimi
(2005),
Wibowo
(2008),
dan
Faridi
(2011)
yang
menyatakan
bahwa
belanja
pemerintah
daerah
memberikan
kontribusi
positif
bagi
pertumbuhan
ekonomi.
Hal
ini
dimungkinkan
13
Maryatmo
Insukindro
&
Aliman,
(2001).
Modul
terjadi
apabila
kebijakan
belanja
yang
dilakukan
oleh
Ekonometrika
Dasar
dan
Penyusunan
Indikator
pemerintah
daerah
belum
mampu
memenuhi
Unggulan
Ekonomi,
hlm.
71.
prioritas
yang
yang
dibutuhkan
oleh
masyarakat
dan
tidak
berorientasi
pada
upaya
perbaikan
iklim
14
Akbar
Suwardi,
(2011).
STATA:
Tahapan
dan
perekonomian.
Hal
ini
dapat
pula
diartikan
dengan
Perintah
(Syntax)
Data
Panel.
Jakarta:
Departemen
kekurangmampuan
aparatur
pemerintah
daerah
Ilmu
Ekonomi
FEUI,
hlm.
3.
dalam
menyusun
perencanan
dan
penganggaran
PENGARUH
DESENTRALISASI
FISKAL
TERHADAP
Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap
Indonesian
Treasury
Review
Vol.1,
No.1,
2016,
Hal.
23-‐38
PERTUMBUHAN
Pertumbuhan EkonomiE KONOMI
Daerah DAERAH
di Indonesia, DI
INDONESIA,
2008-‐2012
2008-2012 P a g e
|
30
Abdillah
Halaman 30 Khamdana
Abdillah Khamdana Indonesian Treasury Review Vol. 1 No. 1, 2016 Hal 23-38
yang
baik.
Program
dan
kegiatan
tidak
ditujukan
4.2.3 Masih
adanya
pertentangan
antara
pemerintah
untuk
menerapkan
program-‐program
yang
daerah
dengan
pemerintah
pusat
terkait
merangsang
investasi,
akibatnya
pertumbuhan
dengan
penentuan
perolehan
pendapatan
dan
ekonomi
yang
diharapkan
tidak
terjadi.
Misalnya,
kebijakan
belanja;
realisasi
belanja
daerah
yang
lebih
didominasi
oleh
4.2.4 Pemerintah
daerah
belum
mampu
memenuhi
belanja
pegawai
dan
belanja
barang.
Namun
preferensi
dan
kebutuhan
masyarakat.
Hal
ini
demikian,
kesimpulan
ini
dapat
diabaikan
terjadi
karena
aparatur
daerah
tidak
memiliki
dikarenakan
signifikansi
yang
tidak
dapat
dicapai
kapabilitas
yang
memadai,
dan
masyarakat
pada
berbagai
tingkatan.
tidak
diberikan
hak
untuk
melakukan
evaluasi
kinerja.
Sementara
indikator
otonomi
memiliki
arah
koefisien
yang
negatif.
Hasil
ini
juga
diperoleh
Akai
dan
Sakata
(2002)
dan
Wibowo
(2008)
dalam
5. KESIMPULAN
DAN
SARAN
risetnya.
Kondisi
ini
mengindikasikan
bahwa
kebijakan
perolehan
penerimaan
daerah
(pajak
5.1. Kesimpulan
daerah
dan
retribusi
daerah)
sepanjang
periode
Simpulan
dari
penelitian
ini
adalah
bahwa
penelitian
cenderung
membebani
perekonomian
desentralisasi
fiskal
tidak
terbukti
signifikan
berhasil
daerah.
Hal
ini
dimungkinkan
terjadi
karena
aparatur
memberikan
kontribusi
bagi
pertumbuhan
ekonomi
daerah
kurang
memahami
best
practices
pengelolaan
daerah
sebagaimana
yang
diharapkan.
Hasil
anggaran,
kurang
berpengalaman
dalam
mengelola
penelitian
ini
melengkapi
penelitian
yang
telah
anggaran,
ataupun
memiliki
persiapan
yang
kurang
dilakukan
oleh
Woller
dan
Phillips
(1998).
matang
dalam
menghadapi
era
otonomi.15
UU
No.
28
tahun
2009
tentang
Pajak
Daerah
dan
Retribusi
5.2. Saran
Daerah
telah
memberikan
kewenangan
kepada
Indikator
desentralisasi
fiskal
yang
lebih
tepat
pemerintah
daerah
untuk
mengenakan
pungutan
atas
perlu
dikembangkan
terutama
untuk
menganalisis
pajak
daerah
dan
retribusi
daerah.
UU
tersebut
dampak
otonomi
fiskal.
Proses
institusional
dan
mengatur
batas
tertinggi
tarif
pajak
daerah
yang
keputusan
politik
yang
mempengaruhi
penentuan
dapat
dikenakan.
Dengan
keleluasaan
tersebut,
pendapatan
dan
alokasi
pengeluaran
publik
perlu
disinyalir
pemerintah
daerah
berusaha
untuk
diakomodir
dalam
model.
Dengan
demikian,
pada
memaksimalkan
pendapatannya
dengan
menetapkan
penelitian
selanjutnya
perlu
untuk
mengusulkan
tarif
pajak
dengan
batas
tertinggi
tanpa
melalui
suatu
model
yang
lebih
komprehensif,
dengan
kajian-‐kajian
yang
memadai
terkait
dampak
yang
indikator
desentralisasi
fiskal
yang
lebih
luas
serta
timbul
bagi
masyarakat.
Namun
demikian,
cakupan
waktu
yang
lebih
panjang
untuk
mengetahui
kesimpulan
ini
dapat
juga
diabaikan
dikarenakan
dampak
desentralisasi
fiskal
terhadap
pembangunan.
signifikansi
yang
tidak
dapat
dicapai
pada
berbagai
tingkatan.
6. IMPLIKASI
DAN
KETERBATASAN
6.1. Implikasi
Davoodi
dan
Zou
(1998)
mengemukakan
bahwa
terdapat
beberapa
faktor
yang
menyebabkan
Implikasi
kebijakan
yang
dapat
dihasilkan
dari
desentralisasi
fiskal
menjadi
kurang
menguntungkan
penelitian
ini
adalah
sebagai
berikut.
bagi
pertumbuhan
ekonomi
daerah.
Faktor-‐faktor
6.1.1 Pemerintah
daerah
perlu
meningkatkan
tersebut
antara
lain:
kapasitas
dan
kapabilitas
aparatur
pemerintah
4.2.1 Komposisi
pengeluaran
pemerintah
daerah
daerah
dalam
bidang
pendapatan
daerah,
yang
kurang
tepat.
Hal
ini
dimungkinkan
terkait
dengan
dasar
pemungutan
pajak
terjadi
bila
belum
ada
persepsi
dan
daerah,
retribusi
daerah
dan
dampaknya
bagi
pemahaman
yang
sama
dalam
perekonomian.
mengkategorikan
jenis
belanja,
rencana
kerja,
6.1.2 Upaya
peningkatan
kapasitas
dan
kapabilitas
dan
kerangka
pembangunan.
Pengeluaran
yang
juga
perlu
dilakukan
pada
aparatur
pemerintah
berlebihan
untuk
alokasi
yang
kurang
tepat
daerah
dalam
bidang
belanja
daerah
terkait
berdampak
pada
pertumbuhan
ekonomi
yang
penyusunan
perencanaan
dan
penganggaran
rendah;
sesuai
dengan
prioritas
pembangunan,
4.2.2 Penetapan
kewenangan
perolehan
pendapatan
preferensi
dan
kebutuhan
masyarakat.
yang
kurang
tepat
pada
pemerintah
daerah,
sebagai
contoh:
pemerintah
daerah
dapat
6.2. Keterbatasan
mengenakan
pajak
yang
pada
hakekatnya
menjadi
hak/
kewenangan
pemerintah
pusat;
Indikator
desentralisasi
fiskal
yang
disusun
dalam
penelitian
ini
cenderung
menggunakan
15
ukuran-‐ukuran
akuntansi,
yaitu
pendapatan
dan
P
Wibowo,
(2008).
Mencermati
Dampak
belanja.
Penelitian
ini
hanya
berupaya
menunjukkan
Desentralisasi
Fiscal
Terhadap
Pertumbuhan
bukti
empiris
yang
menyatakan
adanya
hubungan
Ekonomi
Daerah.
Jurnal
Keuangan
Publik,
Vol.
5
positif
antara
pendelegasian
fiskal
yang
semakin
No.
1,
hlm
73.
besar
dengan
tingkat
kesejahteraan
penduduk
di
daerah.
Sementara
dalam
kenyataannya,
konsep
PENGARUH
DESENTRALISASI
FISKAL
TERHADAP
Indonesian
Treasury
Review
Vol.1,
No.1,
2016,
Hal.
23-‐38
Pengaruh DesentralisasiEFiskal
PERTUMBUHAN
Terhadap
KONOMI
DAERAH
DI
INDONESIA,
2008-‐2012
P 2016
a g Hal |
31
e
23-38
Indonesian Treasury Review Vol. 1 No.1,
Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Indonesia, 2008-2012
Abdillah
Khamdana
Abdillah Khamdana Halaman 31
desentralisasi
fiskal
merupakan
hasil
dari
Pose,
Andres
Rodrigues
&
Ezcurra,
Roberto.
(2010).
keputusan
dan
kebijakan
pemerintah
dengan
“Is
Fiscal
Decentralization
Harmful
For
mempertimbangkan
berbagai
variabel,
seperti
politik
Economic
Growth?
Evidence
from
the
OECD
dan
faktor
kelembagaan.
Dengan
demikian,
model
Countries”,
Spatial
Economic
Research
Center.
yang
mengakomodir
hubungan
timbal
balik
antar
Prud’homme,
Remy.
(1995).
“On
the
Danger
of
variabel-‐
variabel
dimaksud,
dibutuhkan
untuk
Decentralization”,
The
World
Bank,
Policy
keakuratan
analisis
atas
dampak
desentralisasi
fiskal
Research
Working
Paper,
1252.
Washington
DC.
terhadap
kemajuan
ekonomi.
Samimi,
A.J.,
Petanlar,
S.K.,
Haddad,
G.K.,
and
DAFTAR
PUSTAKA
(REFERENCES)
Alizadeh,
M.
(2010).
“Fiscal
Decentralization
and
Economic
Growth:
Non
Linear
Model
for
Akai,
Nobuo
&
Sakata,
Masayo.
(2002).
“Fiscal
Provinces
of
Iran”,
Iranian
Economic
Review,
Decentralization
Contributes
to
Economic
Volume
15,
No.
26.
Growth:
Evidence
from
State
Level
Cross
Section
Data
for
the
United
States”,
Journal
of
Sukirno,
Sadono.
(2002).
Pengantar
Teori
Urban
Economics,
Vol.
52,
93
–
108,
22
Maret
Makroekonomi:
Edisi
Kedua.
PT
Raja
Grafindo
2002.
Persada.
Jakarta
BPS.Statistik
Pusat
Indonesia.
Jakarta.
Suwardi,
Akbar.
(2011).
STATA:
Tahapan
dan
Perintah
(Syntax)
Data
Panel.
Departemen
Ilmu
Bird,
R.M.
&
Vaillancourt,
F.
(1998).
Fiscal
Ekonomi
FEUI.
Jakarta.
Decentralization
in
Development
Countries.
Cambridge
University
Press.
London.
Undang
Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan
Daerah.
Davoodi,
H.
&
Zou,
H.
(1998).
“Fiscal
Decentralization
and
Economic
Growth:
A
Cross-‐Country
Study”,
Undang
Undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Journal
Of
Urban
Economics,
43,
hlm.
244
–
257.
Perimbangan
Keuangan
Antara
Pemerintah
Article
No.
UE972042.
Pusat
dan
Pemerintahan
Daerah.
Faridi,
M.Z.
(2011).
“Contribution
of
Fiscal
Undang
Undang
Nomor
28
Tahun
2009
tentang
Pajak
Decentralization
to
Economic
Growth:
Daerah
dan
Retribusi
Daerah.
Evidence
from
Pakistan”,
Pakistan
Journal
of
Wibowo,
P.
(2008).
“Mencermati
Dampak
Social
Science,
Vol.
31,
No.
1,
1-‐13.
Desentralisasi
Fiscal
Terhadap
Pertumbuhan
Halim,
Abdul.
(2009).
Problem
Desentralisasi
dan
Ekonomi
Daerah”,
Jurnal
Keuangan
Publik,
Vol.
Perimbangan
Keuangan
Pemerintahan
Pusat-‐ 5
No.
1.
Daerah.
Sekolah
Pascasarjana
UGM.
Widarjono,
A.
(2007).
Ekonometrika:
Teori
dan
Yogyakarta.
Aplikasi
untuk
Ekonomi
dan
Bisnis.
Ekonisia.
Iimi,
Atsushi.
(2005).
“Decentralization
and
Economic
Yogyakarta.
Growth
Revisited:
An
Empirical
Note”,
Jurnal
of
Woller,
M.
Gary
and
Phillips,
Kerk.
(1998).
“Fiscal
Urban
Economics,
57,
hlm.
449
–
461.
Decentralization
and
LDC
Economic
Growth:
Insukindro,
Maryatmo,
dan
Aliman.
(2001).
“Modul
An
Empirical
Investigation”,
The
Journal
of
Ekonometrika
Dasar
dan
Penyusunan
Development
Studies,
Vol.
34,
No.
4.
Indikator
Unggulan
Ekonomi”,
Disampaikan
Xie,
D.,
Zou,
H.
and
Davoodi,
H.
(1999).
“Fiscal
pada
Workshop
Ekonometrika
dalam
Rangka
Decentralization
and
Economic
Growth
in
the
Penjajakan
Leading
Export,
Makassar.
United
States”,
Journal
of
Urban
Economics
45.
Jhingan,
M.L.
(2012).
Ekonomi
Pembangunan
dan
Zhang,
T.
and
Zou,
H.
(1998).
“Fiscal
Decentralization,
Perencanaan.
Jakarta:
Raja
Grafindo
Persada.
Public
Spending,
and
Economic
Growth
in
Kementerian
Keuangan.
Data
Keuangan
Daerah.
China”,
Journal
of
Public
Economics,
LXVII,
hlm.
Direktorat
Jenderal
Perimbangan
Keuangan.
221-‐240.
http://www.djpk.depkeu.go.id.
Kementerian
Keuangan.
Laporan
Keuangan
Pemerintah
Pusat.
Direktorat
Jenderal
Perbendaharaan.
http://www.perbendaharaan.go.id.
Mankiw,
N.
Gregory.
(2012).
Macroeconomi.
United
States
of
America:
Worth
Publisher.
Oates,
Wallace
E.
(2007).
“On
The
Theory
and
Practice
of
Fiscal
Decentralization”,
Centro
Di
Recerca
Interdipartementale
Di
Economia
Della
Institution,
Working
Paper
No.
1/2007.
PENGARUH
DESENTRALISASI
FISKAL
TERHADAP
Indonesian
Treasury
Review
Vol.1,
No.1,
2016,
Hal.
23-‐38
PERTUMBUHAN
EKONOMI
DAERAH
DI
INDONESIA,
2008-‐2012
P a g e
|
32
Abdillah
Pengaruh Khamdana
Fiskal Terhadap
Desentralisasi
Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Indonesia, 2008-2012
Halaman 32 Abdillah Khamdana Indonesian Treasury Review Vol. 1 No. 1, 2016 Hal 23-38
LAMPIRAN
I
Data
Penelitian
LAMPIRAN
III
Hasil
Uji
Hausman
Correlated
Random
Effects
-‐
Hausman
Test
Pool:
DF_PROV
Test
cross-‐section
random
effects
Chi-‐Sq.
Test
Summary
Statistic
Chi-‐Sq.
d.f.
Prob.
random
Cross-‐section
7.062177
6
0.3151
random
effects
t
est
comparisons:
Cross-‐section
Variable
Fixed
Random
Var(Diff.)
Prob.
POP?
-‐0.109431
-‐0.143563
0.000340
0.0642
INV?
0.341885
0.357353
0.009556
0.8743
INF?
-‐0.164957
-‐0.157816
0.001586
0.8577
77158.53117
R?
509.639270
273.801336
3
0.3959
-‐
E1?
263.478762
-‐275.770750
3981.462181
0.8455
A1?
-‐6.709403
-‐1.962564
78.905372
0.5931
Cross-‐section
random
effects
t
est
equation:
Dependent
Variable:
Y?
Method:
Panel
Least
Squares
Date:
09/28/15
Time:
06:29
Sample:
2008
2012
Included
observations:
5
Cross-‐sections
included:
33
Total
pool
(balanced)
observations:
165
Variable
Coefficient
Error
Std.
t-‐Statistic
Prob.
C
4.098217
2.771538
1.478680
0.1417
POP?
-‐0.109431
0.068623
-‐1.594669
0.1133
INV?
0.341885
0.208467
1.639993
0.1035
INF?
-‐0.164957
0.075546
-‐2.183523
0.0308
R?
509.6393
366.1681
1.391818
0.1664
E1?
-‐263.4788
213.5268
-‐1.233938
0.2195
A1?
-‐6.709403
9.898228
-‐0.677839
0.4991
Effects
Specification
Cross-‐section
fixed
(dummy
variables)
R-‐squared
0.594898
Mean
dependent
var
4.193571
Adjusted
R-‐squared
0.472724
S.D.
dependent
var
3.783014
S.E.
of
regression
2.746988
Akaike
info
criterion
5.061951
Sum
squared
resid
950.7890
Schwarz
criterion
5.796084
Log
likelihood
-‐378.6110
Hannan-‐Quinn
criter.
5.359961
F-‐statistic
4.869282
Durbin-‐Watson
stat
2.242718
Prob(F-‐statistic)
0.000000
PENGARUH
DESENTRALISASI
FISKAL
TERHADAP
Indonesian
Treasury
Review
Vol.1,
No.1,
2016,
Hal.
23-‐38
PERTUMBUHAN
Pengaruh Desentralisasi EKONOMI
DAERAH
DI
INDONESIA,
2008-‐2012
Fiskal Terhadap P a g e
|
37
Indonesian Treasury Review Vol. 1 No.1, 2016 Hal 23-38
Abdillah
Pertumbuhan Khamdana
Daerah di Indonesia, 2008-2012
Ekonomi
Abdillah Khamdana Halaman 37
LAMPIRAN
IV
Hasil
Estimasi
Regresi
Dependent
Variable:
Y?
Method:
Pooled
EGLS
(Cross-‐section
random
effects)
Date:
09/27/15
Time:
17:34
Sample:
2008
2012
Included
observations:
5
Cross-‐sections
included:
33
Total
pool
(balanced)
observations:
165
Swamy
and
Arora
estimator
of
component
variances
Variable
Coefficient
Error
Std.
t-‐Statistic
Prob.
C
5.792767
1.032575
5.610022
0.0000
POP?
-‐0.143563
0.066099
-‐2.171945
0.0314
INV?
0.357353
0.184127
1.940796
0.0541
INF?
-‐0.157816
0.064199
-‐2.458220
0.0150
RI?
273.8013
238.5803
1.147628
0.2529
EI?
-‐275.7708
203.9907
-‐1.351879
0.1783
AI?
-‐1.962564
4.366869
-‐0.449421
0.6537
Random
Effects
(Cross)
_ACEH-‐-‐C
-‐4.592521
_SUMUT-‐-‐C
0.698338
_SUMBAR-‐-‐C
0.228928
_RIAU-‐-‐C
-‐2.460414
_JAMBI-‐-‐C
0.342739
_SUMSEL-‐-‐C
-‐0.548138
_BENGKULU-‐-‐C
0.067649
_LAMPUNG-‐-‐C
0.369261
_BABEL-‐-‐C
-‐1.280809
_KEPRI-‐-‐C
-‐1.621492
_JAKARTA-‐-‐C
1.210314
_JABAR-‐-‐C
0.381397
_JATENG-‐-‐C
1.102969
_YOGYA-‐-‐C
-‐0.444249
_JATIM-‐-‐C
1.594018
_BANTEN-‐-‐C
-‐1.048761
_BALI-‐-‐C
0.172698
_NTB-‐-‐C
-‐1.632410
_NTT-‐-‐C
-‐0.647166
_KALBAR-‐-‐C
-‐0.351700
_KALTENG-‐-‐C
-‐1.496507
_KALSEL-‐-‐C
-‐0.977118
_KALTIM-‐-‐C
-‐2.237063
_SULUT-‐-‐C
1.686953
_SULTENG-‐-‐C
1.504116
_SULSEL-‐-‐C
1.414198
_SULTRA-‐-‐C
1.568957
_GORONTALO-‐-‐C
0.854989
_SULBAR-‐-‐C
1.732778
_MALUKU-‐-‐C
-‐0.189019
_MALUT-‐-‐C
-‐0.353249
_PAPBAR-‐-‐C
8.311125
_PAPUA-‐-‐C
-‐3.360811
Effects
Specification
S.D.
Rho
random
Cross-‐section
2.390948
0.4310
Idiosyncratic
random
2.746988
0.5690
Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap
PENGARUH
DESENTRALISASI
FISKAL
TERHADAP
Pertumbuhan Ekonomi Daerah di Indonesia, 2008-2012
Indonesian
Treasury
Review
Vol.1,
No.1,
2016,
Hal.
23-‐38
PERTUMBUHAN
Halaman 38
EKONOMI
DAERAH
DI
INDONESIA,
2008-‐2012
Abdillah Khamdana Indonesian Treasury Review Vol. 1 No. P a g Hal
1, 2016
38
e
|23-38
Abdillah
Khamdana
Weighted
Statistics
R-‐squared
0.098037
Mean
dependent
var
1.916515
Adjusted
R-‐squared
0.063785
S.D.
dependent
var
2.848551
S.E.
of
regression
2.756206
Sum
squared
resid
1200.274
F-‐statistic
2.862251
Durbin-‐Watson
stat
1.771113
Prob(F-‐statistic)
0.011279
Unweighted
Statistics
R-‐squared
0.099636
Mean
dependent
var
4.193571
Sum
squared
resid
2113.186
Durbin-‐Watson
stat
1.005980