You are on page 1of 20

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian.

14(2), 131-150
URL: https://jurnal.uns.ac.id/ilmupangan/article/view/55509
DOI: https://doi.org/10.20961/jthp.v14i2.55509

ISSN 1979-0309 (Online) 2614-7920 (Print)

POTENSI BUAH MANGROVE SEBAGAI SUMBER PANGAN ALTERNATIF

POTENTIAL OF MANGROVE FRUIT AS AN ALTERNATIVE FOOD SOURCE

Indah Rosulva, Purwiyatno Hariyadi*, Slamet Budijanto, Azis Boing Sitanggang


Departemen Ilmu Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB University, Dramaga, Bogor, Indonesia
*Email: phariyadi@apps.ipb.ac.id

Diserahkan [1 Oktober 2021]; Diterima [21 Januari 2022]; Dipublikasi [2 Februari 2022]

ABSTRACT
Mangrove fruit has been consumed as a food by people in several regions in Indonesia, especially as
traditional food products. Information about the potential and benefits of mangrove fruit is still limited. Some
publications are still limited to discussing the physico-chemical properties of mangrove fruit, related to its
potential as a food source. This scientific study aims to gather and review various scientific information related
to the potential of mangrove fruits and their use as foodstuffs. This information can be used as a basis to
conduct further research related to the development of mangrove-based food and functional food products.
Mangrove fruit that has been processed and to some extent, has been researched include Avicennia sp,
Bruguiera sp, Rhizophora sp, and Sonneratia sp. Traditionally, mangrove fruit has been used for processing of
various types of foods (vegetables, chips, cakes, sweets), beverages, as complementary ingredients. The content
of antinutrional compounds that can cause problems in the utilization of mangrove fruit for human consumption
can be reduced or removed by post-harvest treatment and pre-processing (soaking and boiling) before being
dehydrated and milled into flour.
Keywords: Avicennia sp; Bruguiera sp; Mangrove; Rhizophora sp; Sonneratia sp
ABSTRAK
Buah mangrove telah dikonsumsi sebagai bahan pangan oleh masyarakat di beberapa wilayah Indonesia,
terutama sebagai produk makanan tradisional. Namun demikian, informasi tentang potensi dan manfaat buah
mangrove masih terbatas. Beberapa penelitian terbatas untuk membahas tentang sifat fisiko-kimia buah
mangrove yang berhubungan dengat potensinya sebagai sumber pangan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan dan menganalisis berbagai informasi ilmiah terkait potensi buah mangrove dan pemanfaatannya
sebagai bahan pangan. Informasi ini dapat menjadi dasar untuk melakukan penelitian lanjutan terkait
pengembangan mangrove sebagai bahan pangan dan produk pangan fungsional. Jenis buah mangrove yang telah
diolah dan diteliti dengan cukup baik, yaitu Avicennia sp, Bruguiera sp, Rhizophora sp, dan Sonneratia sp. Buah
mangrove secara tradisional telah diolah menjadi berbagai jenis pangan (keripik, kue, dodol), minuman, dan
sebagai bahan pelengkap. Kandungan senyawa antigizi pada buah mangrove yang dapat menimbulkan masalah
saat dikonsumsi manusia dapat kurangi atau dihilangkan dengan perlakuan pasca panen dan perlakuan
pendahuluan (perendaman dan perebusan) sebelum dikeringkan dan ditepungkan.
Kata Kunci : Avicennia sp; Bruguiera sp; Mangrove; Rhizophora sp; Sonneratia sp
Saran sitasi: Rosulva, I., Hariyadi, P., Budijanto, S., & Sitanggang, A. B. 2021. Potensi Buah Mangrove sebagai
Sumber Pangan Alternatif. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 14(2), 131-150.
https://doi.org/10.20961/jthp.v14i2.55509

PENDAHULUAN Brazil yang masing-masing memiliki luas


900.000 Ha (Rahardian et al., 2019). Data
Indonesia memiliki hutan mangrove tersebut menunjukkan bahwa kurang lebih
terbesar di dunia, dengan luas sekitar 23% luas hutan mangrove dunia berada di
3.153.000 Ha, diikuti oleh Australia dan Indonesia. Total luas mangrove dunia adalah

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021 131
sekitar 16 juta Ha (Murdiyarso et al., 2015), al., 2015; Koeslulat & Prabawa, 2019;
meskipun deforestasi dan degradasi Muryati & Nelfiyanti, 2015; Sulistyawati et
mangrove terus terjadi (Rahardian et al., al., 2012), tannin dan senyawa alkaloid (Ayu
2019). et al., 2019; Hardoko et al., 2018; Koeslulat
Hutan mangrove berada di daerah pantai & Prabawa, 2019). Komponen anti-gizi ada
yang berair tenang dan terlindung dari yang bersifat toksik dan tidak toksik.
hempasan ombak, serta eksistensinya Komponen yang bersifat tidak toksik berarti
bergantung dengan adanya aliran air laut dan senyawa tersebut tidak menimbulkan
aliran sungai. Di Indonesia, hutan mangrove penyakit kronis tetapi mempengaruhi proses
tersebar hampir di sepanjang garis pantai pencernaan dan penyerapan gizi dalam tubuh
Indonesia mulai dari pantai timur Sumatera, (absorpsi) (Jayanegara et al., 2019),
pantai utara Jawa, pantai barat dan timur sedangkan komponen anti-gizi yang bersifat
Kalimantan, lansekap teluk terlindung di toksik dapat menimbulkan penyakit kronis
Sulawesi, pantai di pulau-pulau kecil Maluku seperti permasalahan neurologis, kegagalan
dan pantai selatan Papua (Rahardian et al., reproduksi, goiter, hingga dapat
2019). Pohon mangrove terdiri dari bagian menyebabkan kematian.
batang, akar, daun dan buah. Masyarakat di Komponen antigizi juga memiliki
sekitar hutan mangrove memanfaatkan pohon dampak positif jika dalam konsentrasi yang
mangrove untuk berbagai keperluan. Kayu rendah, contohnya yaitu dapat bersifat
pohon mangrove dapat digunakan sebagai antioksidan, anti-inflammatory, dan anti-
bahan kayu bakar dan bahan bangunan. Akar microbial. Flavonoid dan tannin pada
mangrove digunakan nelayan sekitar untuk tanaman merupakan sumber protein
membuat gabus dan pelampung. Daun antioksidan alami (Jin et al., 2012).
mangrove dimanfaatkan sebagai obat Flavonoid memiliki kelebihan lain yaitu
tradisional, sedangkan buah mangrove sebagai anti-inflammatory ((Kim et al.,
dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun 1993). Senyawa fenolik termasuk tannin
sebagai obat tradisional. dapat bersifat sebagai anti-microbial alami
Pengenalan teknologi tepat guna dapat (Bandaranayake, 2002). Perbedaan antara
mendorong masyarakat untuk lebih efek positif atau negatif dari suatu komponen
memanfaatkan buah mangrove menjadi antigizi sangat tergantung pada sumber
bahan pangan baru. Peluang tersebut tanaman serta konsentrasinya (Jayanegara et
dimanfaatkan oleh usaha atau industri kecil al., 2019).
menengah (UKM atau IKM) untuk Tingginya kandungan komponen
meningkatkan perekonomian masyarakat antigizi pada buah mangrove menyebabkan
pesisir. Pemerintah dan berbagai pihak kurangnya ketertarikan untuk mengolah lebih
memberikan bantuan kepada UKM atau IKM jauh buah mangrove menjadi produk akhir
berupa kegiatan pelatihan dan penyuluhan yaitu sebagai pangan olahan. Beberapa
untuk mengembangkan kemampuan peneliti telah mengolah buah mangrove
berinovasi. Salah satu upaya yang dilakukan menjadi tepung mangrove dengan hasil akhir
dalam memanfaatkan dan mengolah buah berupa produk pangan tertentu, namun
mangrove menjadi sumber pangan yaitu sebagian besar peneliti menjadikan tepung
dengan mengolah buah menjadi tepung yang mangrove sebagai bahan komplementer dan
dapat digunakan sebagai bahan baku produk mencampurkan dengan tepung lainnya pada
pangan. Namun karena data sifat fisiko-kimia proporsi yang berbeda. Hal ini dilakukan
tepung mangrove masih terbatas, maka karena masih terbatasnya informasi terkait
potensi penggunaan tepung tersebut juga kandungan fisiko-kimia dan sifat fungsional
masih terbatas. tepung serta dalam hal aspek keamanan
Buah mangrove mengandung pangannya masih diragukan. Penelaahan
komponen anti-gizi seperti senyawa saponin, ilmiah ini bertujuan untuk mengumpulkan
asam fitat dan asam oksalat (Rout et al., berbagai informasi ilmiah terkait sifat fisiko-
2015), glukosida sianogenik (sianogen) (Ayu kimia, sifat fungsional, dan keamanan
et al., 2019; Chrissanty, 2012; Hardoko et pangan serta memberikan perspektif berbeda

132 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021
dalam hal pemanfaatan buah mangrove awal perkembangannya. Oleh karena itu
sebagai bahan pangan. Informasi ini buah ini banyak dimanfaatkan masyarakat
diharapkan dapat dijadikan dasar untuk tradisional sebagai salah satu sumber pangan
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai nabati.
potensi buah mangrove sebagai sumber Pengolahan buah mangrove telah
pangan. dilakukan oleh masyarakat tradisional di
dunia. Buah mangrove Bruguiera
BUAH MANGROVE SEBAGAI BAHAN merupakan makanan pokok di beberapa
PANGAN wilayah Papua Nugini. Proses
pengolahannya dimulai dari pemanenan,
Mangrove meliputi pohon-pohonan pengirisan buah, perendaman untuk
dan semak yang terdiri dari 12 genera mengeluarkan senyawa antigizi, kemudian
tumbuhan berbunga dalam delapan famili digiling menjadi pasta. Setelah itu, pasta
yang berbeda. Kawasan mangrove terbagi dapat diolah menjadi candied fruits (Orwa,
dalam tiga zonasi yaitu zona proksimal, 2009; Patil & Chavan, 2013). Masyarakat
zona middle, dan zona distal (Arief, 2003). Melanesia dan Nauru memanfaatkannya
Zona proksimal, yaitu kawasan terdekat sebagai sayuran dan sayuran ini dicampur
dengan laut, jenis mangrove didominasi dengan serpihan kelapa parut. Pengolahan
oleh jenis Rhizophora apiculata. R, buah mangrove menjadi sayuran juga
Mucronata dan Sonneratia alba. Zona ditemukan di Honiara, Pulau Solomon
middle, yaitu kawasan yang berada di (Clarke & Thaman, 1993).
antara laut dan darat, jenis mangrove yang Pada musim paceklik atau saat rawan
dominan adalah Rhizophora, Avicennia, pangan di wilayah terpencil, buah mangrove
Bruguiera, Sonneratia dan Ceriops. dapat menjadi salah satu bahan pangan utama
Sedangkan zona distal, yaitu kawasan yang pengganti beras. Patil & Chavan (2013)
terjauh dari laut, banyak tumbuh spesies menyatakan bahwa buah mangrove kaya gizi
Heritiera, Hibiscus Pongamia, dan dan dapat direkomendasikan sebagai pangan
Pandanus merupakan jenis yang dominan. darurat di masa depan (future emergency
Mangrove di Indonesia didominasi oleh food) ataupun pangan saat kelaparan (famine
jenis Rhizophora, Avicennia, Bruguiera, food) di daerah pesisir. Di Indonesia,
dan Sonneratia (Rahim & Baderan, 2017). pemanfaatan buah mangrove sebagai
Mangrove ini juga merupakan jenis yang pengganti beras dan jagung berlangsung pada
paling banyak dimanfaatkan oleh musim paceklik atau krisis pangan seperti
masyarakat untuk diolah menjadi sumber yang terjadi di Maluku, Biak (Wanma, 2007),
pangan. sebagian wilayah Timor Barat, Flores,
Buah mangrove jenis Avicennia (A. Sumba, Sabu dan Alor (Priyono et al., 2010),
Alba, A. Marina, dan A. Officinalis) dan dan masyarakat Kepulauan Aceh (Kardiman
Sonneratia (S. Alba, S. Caseolaris dan S. et al., 2017). Kejadian ini membuktikan
Ovata) merupakan buah yang umum untuk bahwa buah mangrove berpeluang berperan
langsung dimakan (Noor et al., 2006). Buah dalam mengatasi ancaman rawan pangan di
mangrove dari famili Rhizophoraceae (jenis Indonesia. Namun demikian peran buah
Bruguiera dan Rhizophora) disebut juga mangrove ini belum terdata dengan baik,
hipokotil (Kamal, 2011) atau viviparous buds sehingga informasi terkait produk olahan
atau seedlings atau propagules (Yamamoto et buah mangrove belum banyak ditemukan.
al., 1983). Buah ini juga bisa langsung Karakteristik umum pemanfaatan empat
dimakan tetapi rasanya sepat dan pahit. jenis mangrove yang umum dikonsumsi
Menurut Yamamoto et al. (1983), buah ini masyarakat pesisir Indonesia dapat dilihat
mengandung pati dalam jumlah yang pada Tabel 1.
signifikan sebagai sumber energi untuk tahap

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021 133
Tabel 1 Karakteristik umum pemanfaatan buah mangrove sebagai bahan pangan
Jenis Karakteristik umum pemanfatannya sebagai
Pustaka
Mangrove bahan pangan
Bruguiera sp. Buah dikonsumsi secara teratur selama musim Baderan et al., 2015; Hidayat
panen dengan cara direbus, dikupas, direndam et al., 2013; Li et al., 2013;
dan diparut sebelum dikonsumsi ataupun buah Priyono et al., 2010;
dimasak dengan garam, dikeringkan dan Sarungallo et al., 2010; Singh
dikonsumsi. Buah digunakan sebagai bahan & Odaki, 2004; Sudirman et
baku pembuatan kue, dodol, keripik, stick, dan al., 2014; Sulistyawati et al.,
lain-lain sebagai sumber karbohidrat. 2012; Wanma, 2007
Rhizophora sp. Buah direbus, dikupas, direndam dalam abu Priyono et al., 2010;Sahil &
gosok atau larutan garam, dikeringkan dan Soamole, 2013
ditepungkan. Tepung digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan kue kering atau kue basah.
Sonneratia sp. Buah dikupas dan dihancurkan sebelum Jariyah et al., 2014; Sahil &
dikonsumsi untuk kemudian digunakan dalam Soamole, 2013
pembuatan jus, dodol, dan kerupuk.
Avicennia sp. Buah direbus, dikupas, direndam, dan Baderan et al., 2015;
dihancurkan sehingga dapat digunakan sebagai Bandaranayake, 2002
bahan dasar pembuatan kue

Tabel 2 Penelitian terdahulu mengenai karakterisasi fisiko-kimia buah mangrove


Jenis Mangrove dan Referensinya
Kriteria Uji Rhizophora Sonneratia
Avicennia marina Bruguiera gymnorrhiza
mucronata caseolaris
Kadar air (% 67,501 73,761; 66,392; 62,925 61,061; 52,382 77,101
b/b)
Kadar abu (% 1,221 0,341; 1,152; 1,243; 1,295; 2,89 (b/k)7 0,981; 0,222 3,851
b/b)
Kadar lemak 0,241 1,251; 1,072; 0,853; 0,795; 0,49 (b/k)7 1,691; 2,332 0,861
(% b/b)
Kadar protein 4,831 1,131; 2,112; 3,883; 2,115; 5,01 (b/k)7 1,751 2,241; 0,932
(% b/b)
Kadar 25,251 23,531; 94,033; 85,014; 85,106; 32,915; 34,681; 30,302 15,951
karbohidrat 90,42 (b/k)7
(%b/b)
Serat kasar (% - 11,483 81,491 -
b/b)
Kadar tannin 9,371; 0,11%2 34,111 - -
(ppm)
Kadar HCN 50,821 6,861 - -
(ppm)
Referensi Chrissanty Priyono et al. (2010)1; Sudirman et al. Podungge et Jariyah et al.
(2012)1; (2014)2; Sarungallo et al. (2010)3; al. (2015)1; (2014)1;
Perdana et al. Prabowo (2015)4; Jacoeb et al. (2013)5; Mile et al. Analuddin et
(2012)2 Muryati & Nelfiyanti (2015)6; (2021)2 al. (2019)2
Sulistyawati et al. (2012)7

Tabel 2 menunjukkan penelitian kadar abu lebih tinggi dibandingkan dengan


terdahulu terkait karakterisasi fisiko-kimia buah lainnya yaitu masing-masing sebesar
buah mangrove dari berbagai jenis, seperti 77.10% (b/b) dan 3.85% (b/b) (Jariyah et al.,
Avicennia sp., Bruguiera sp., Rhizophora sp., 2014) (Tabel 2). Buah mangrove jenis R.
dan Sonneratia sp. Berdasarkan data pada mucronate memiliki kadar air, abu, dan
Tabel 2 dapat dilihat bahwa buah mangrove protein paling terendah daripada buah
jenis B. gymnorrhiza lebih banyak diteliti lainnya, yaitu sebesar 52,38-61,06% (b/b),
oleh para peneliti dibandingkan dengan 0,22-0,98% (b/b), dan 1,75% (b/b). Keunikan
mangrove jenis lainnya. Buah mangrove dari buah ini memiliki kandungan kadar
jenis S. caseolaris memiliki kadar air dan lemak tertinggi sebesar 1.69-2.33% (b/b)
134 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021
dibandingkan dengan buah lainnya. Kadar chips, snack bar, beras analog, edible film,
karbohidrat tertinggi terdapat pada buah B. edible coating, nugget, bakso, mie, dan lain-
gymnorrhiza dengan kisaran sebesar 23.53- lain.
94.03% (b/b) sedangkan jenis lainnya hanya Pengolahan buah mangrove saat ini
memiliki kandungan karbohidrat sebesar 16- masih terbatas untuk menghasilkan makanan
35% (b/b). khas daerah yang diolah secara tradisional
oleh masyarakat lokal. Ada beberapa varian
PEMANFAATAN TEPUNG BUAH kue yang dihasilkan dari olahan buah dan
MANGROVE tepung mangrove dari keempat jenis buah
mangrove, yaitu keripik, kerupuk, berbagai
Perlakukan sebelum penepungan dapat varian kue, snack, dodol permen, puding,
menggunakan perlakuan pendahuluan untuk agar-agar, dan selai. Tujuan pembuatan
menghilangkan senyawa antigizi seperti berbagai makanan olahan yaitu menghasilkan
sorting, pencucian, pengupasan, perendaman, kue dengan cita rasa lezat dan bergizi, serta
bleaching, pengirisan, dan pengeringan. memiliki nilai tambah. Pemanfaatan buah
Tepung yang dihasilkan dapat menghasilkan mangrove sendiri sudah banyak dilakukan di
produk akhir secara keseluruhan maupun Indonesia dan membantu meningkatkan
menjadi bahan komplementer bersama perekonomian masyarakat pesisir dari hasil
tepung lain untuk menghasilkan produk nilai tambah olahan buah mangrove (Tabel
pangan seperti cookies, crackers, lempeng, 3).
Tabel 3 Berbagai penelitian pemanfaatan buah mangrove berdasarkan jenisnya
Jenis Jenis Mangrove yang dimanfaatkan dan penelitinya
No
makanan Avicennia sp. Bruguiera sp. Rhizophora sp. Sonneratia sp.
1 Sayuran (Paramita, 2012; (A’in et al., 2018; Arthana et al., (Priyono et al., (Paramita, 2012)
atau Urap Priyono et al., 2010) 2017; Baderan et al., 2015; 2010; Rahim &
Budiandari & Widjanarko, 2013; Baderan, 2017)
Dhinendra et al., 2015; Hastarini
et al., 2016; Rahim & Baderan,
2017; Rosulva et al., 2015;
Rosyadi et al., 2014)
2 Keripik (Paramita, 2012; (A’in et al., 2018; Kardiman et - (Baderan et al.,
atau Priyono et al., 2010; al., 2017) 2015)
Kerupuk Rahim & Baderan,
2017)
3 Varian Onde-onde, ketimus, Cake (Baderan et al., 2015; (Sahil & Wajik, lempok,
kue dan talam, gemblong, Rahim & Baderan, 2017), kue Soamole, bakom (Priyono
snack lala, candil, kolak, kering (Arthana et al., 2017), 2013) et al., 2010);
jarabisi goreng, stik asin dan manis, kue kacang permen
cendol/dawet) keong (Baderan et al., 2015), (Paramita, 2012;
(Priyono et al., bolu (A’in et al., 2018; Rahim &
2010), Kue pia Kardiman et al., 2017), brownis Baderan, 2017),
(Baderan et al., 2015; (A’in et al., 2018), kue kering Snack Bar dari
Priyono et al., 2010), (Arthana et al., 2017; Dewi et tepung pedada,
bolu (Priyono et al., al., 2014), cookies dengan tepung kedelai
2010; Rahmawaty et penambahan tepung udang dan tepung ubi
al., 2018), snack, (Hastarini et al., 2016), rambat
crackers, kue lempeng/cookies dengan (Susiloningsih et
tradisional penambahan ubi kayu (Rosyadi al., 2016), fruit
(Rahmawaty et al., et al., 2014), lempeng dari leather dari buah
2018) tepung lindur dan gaplek pedada dan naga
(Budiandari & Widjanarko, merah (Rahman
2013); chips-potato simulation et al., 2016)
dengan penambahan tepung
lindur dan tepung udang
(Ikasari & Hastarini, 2016);
food bar dengan penambahan
tepung kedelai dan tepung ubi
(Susiloningsih et al., 2016)

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021 135
Jenis Jenis Mangrove yang dimanfaatkan dan penelitinya
No
makanan Avicennia sp. Bruguiera sp. Rhizophora sp. Sonneratia sp.
4 Dodol Dodol munto (Rosulva et al., 2015) - (Baderan et al.,
(Baderan et al., 2015; Priyono et
2015) al., 2010)
5 Minuman Jus (Baderan et al., - - Sirup
2015; Rahmawaty et (Abeywickrama
al., 2018) & Jayasooriya,
2010; Arthana et
al., 2017;
Basyuni et al.,
2019; Deviarni
& Warastuti,
2017; Fidela et
al., 2020;
Herwanti, 2016;
Paramita, 2012;
Rahim &
Baderan, 2017;
Rajis et al.,
2017); Es puter
(Djajati et al.,
2016)
6 Puding/ Priyono et al. (2010) Baderan et al. (2015) - Selai
Agar-agar (Phaechamud et
al., 2012)
5 Produk - beras analog dari tepung sagu, - -
lainnya tepung lindur dan khitosan
(Hidayat et al., 2013), edible
coating (Hastarini et al., 2016;
Rosulva et al., 2014), edible
film (Nurindra et al., 2015), mie
(Kardiman et al., 2017), bakso
dari tepung tapioka dan tepung
lindur (Alno et al., 2018;
Arthana et al., 2017), nugget
dari tepung mangrove dan
tepung wortel (Pentury, 2019)

Olahan dari buah mangrove juga sebagai bahan komplementer dengan


dimanfaatkan untuk membuat berbagai campuran tepung lain pada proporsi tertentu
minuman racikan, seperti sirup dan berbeda, dengan tujuan untuk
(Abeywickrama & Jayasooriya, 2010; menghasilkan produk yang diinginkan, sesuai
Baderan et al., 2015; Basyuni et al., 2019; dengan parameter sensori maupun parameter
Deviarni & Warastuti, 2017; Fidela et al., fisika-kimia lainnya. Beberapa hasil olahan
2020; Paramita, 2012; Priyono et al., 2010; tepung mangrove sebagai bahan
Rahim & Baderan, 2017; Rahmawaty et al., komplementer dengan tepung lain dilaporkan
2018; Rajis et al., 2017), jus (Baderan et al., oleh beberapa peneliti. Hidayat et al. (2013)
2015), dan es (Djajati et al., 2016). Ghalib et melaporkan pembuatan beras analog dari
al. (2011) menyatakan bahwa rasa asam yang tepung lindur jenis B. Gymnorrhiza dengan
dimiliki buah Sonneratia sp. atau pedada penambahan tepung sagu dan khitosan.
muda dapat digunakan untuk pengganti cuka. Penggunaan tepung lindur dan tepung sagu
Secara umum, hasil produk akhir dari olahan dengan perbandingan 7:3, menghasilkan
buah mangrove yang pernah diulas dalam beras analog yang cocok untuk penderita
tulisan ilmiah dapat dilihat pada Tabel 3. diabetes karena memiliki kandungan serat
Tabel 3 menunjukkan beberapa hasil 8.16 % dengan daya cerna pati 55.22%.
produk olahan dari buah dan tepung Sarofa et al. (2011) membuat crackers
mangrove, baik secara keseluruhan maupun dengan menggunakan campuran tepung

136 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021
terigu dan tepung lindur (7:3) serta komplementer dan belum digunakan secara
penambahan gluten sebesar 14%, keseluruhan yaitu selain karena sifat fisika
menghasilkan crackers yang cukup baik dan kimia dari tepung mangrove belum
berdasarkan hasil uji organoleptic. diketahui secara menyeluruh, salah satu
Budiandari & Widjanarko (2013) alasan lainnya yaitu beberapa peneliti masih
melaporkan bahwa dengan menggunakan ragu dalam hal aspek keamanan pangannya
campuran tepung lindur dan tepung gaplek jika digunakan secara keseluruhan.
(1:3) dapat menghasilkan lempeng dengan Eksplorasi pemanfaatan secara lebih luas
mutu yang dapat diterima. Alno et al. (2018) akan lebih mudah jika tersedia data sifat
menggunakan campuran tepung lindur dan fisiko-kimia dan sifat fungsional tepung
tepung tapioka (1:7) yang menghasilkan mangrove. Karakter mutu dan sifat fisiko-
tektur bakso ikan lele yang kenyal. Alasan kimia tepung yang berasal dari empat jenis
penggunaan tepung mangrove sebagai bahan buah mangrove dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Fokus penelitian yang mengkarakterisasi mutu dan fisiko-kimia tepung mangrove
Jenis Mangrove
No Parameter
Avicennia sp. Bruguiera sp. Rhizophora sp. Sonneratia sp.
1. Pengujian Proksimat    
(buah dan tepung)
2. Pati    
3. Amilosa-Amilopektin    
4. Vitamin    
5. Pasting Properties    
6. Komp. Bioaktif    
7. Tannin    
8. HCN    
9. Anti-gizi    
10. Uji Mineral    
11. Logam berat    
12. In Vitro Protein    
digestibility
Keterangan: Check list () menunjukkan penelitian yang sudah dilakukan
Silang () menunjukkan penelitian yang belum dilakukan

SIFAT FISIKO-KIMIA TEPUNG viskositas 200 BU, sehingga tergolong pati


BUAH MANGROVE yang tahan terhadap pemanasan tinggi.
Karakter fungsional utama pada pati aibon
Penelitian terdahulu mengenai sifat atau lindur asal Biak untuk aplikasi pada
fisiko-kimia tepung mangrove disajikan pada industri adalah sifat pasta yang tidak kental,
Tabel 5. Ada beberapa parameter yang telah tidak lengket, memiliki viskositas yang
dilaporkan, namun untuk buah mangrove cenderung meningkat selama pemanasan,
Avicennia sp masih terbatas inforemasinya. dapat membentuk gel yang tidak terlalu
Sarungallo et al. (2010) melaporkan sifat kokoh, dan stabilitas terhadap siklus
fisiko-kimia pati dari jenis B. gymnorrhiza freezing-thawing yang rendah. Pati aibon
memiliki bentuk granula bulat lonjong yang atau lindur asal Biak juga berpotensi untuk
mengandung amilosa 32,35%, daya dimanfaatkan dalam produk-produk berbasis
pengembangan pati dan kelarutan pati karbohidrat yang memerlukan granula
masing-masing 14,83%, dan 7° briks pada dengan ketahanan panas tinggi tanpa
suhu 90°C. Kisaran suhu gelatinisasi pati viskositas yang tinggi.
cukup luas yaitu dari 85,50°C – 93°C dengan

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021 137
Tabel 5 Hasil penelitian terdahulu terkait karakterisasi fisiko-kimia tepung mangrove
Jenis Mangrove
Kriteria Uji Avicennia
Bruguiera gymnorrhiza Rhizophora mucronata Sonneratia caseolaris
marina.
Kadar air (% b/b) 9,36-10,131; 1 5
10,97-12,64 ; 6,68 ; 9,40 8,34-10,18 (R. stylosa)1; 11,301; 10,53 (S. alba
1,20-2,205 (B. cilindrica)5;11,1711; 47,10 (R. apiculata)6; muda), 9,63 (S. alba
11,63-12,1812 2,905; 31,968; 50,5010 tua)6; 2,767
Kadar air pati (%) 7,69-9,612 9,02-10,772 - 10,72-11,902
Kadar abu (% b/b) 2,361; 6,37- 1,401; 9,175; 4,64 (B. 0,35 (R. stylosa)1; 1,275; 5,18 (S. alba muda),
8,095 cilindrica)5; 1,6097; 1,40- 1,108 5,39 (S. alba tua)6;
2,7012 1,337
Kadar abu pati (%) 3,87-4,162 4,65-5,652 - 4,10-4,172
Kadar lemak (% b/b) 0,531; 1,555 3,211; 0,815; 0,78 (B. 0,28 (R. stylosa) ; 0,78 ; 4,71; 1,44 (S. alba
1 5

cilindrica)5; 1,797; 3,09- 0,868 muda), 1,54 (S. alba


3,2112 tua)6; 0,337
Kadar lemak pati(%) 0,57-0,582 0,66-0,892 - 0,54-0,552
Kadar protein (% b/b) 5,271; 15,495 1,851; 4,375; 5,25 (B. 1,89 (R. stylosa) ; 3,50 ; 6,201; 8,74 (S. alba
1 5

cilindrica)5; 5,597; 1,43- 6,857; 2,598 muda), 8,34 (S. alba


1,8512 tua)6; 3,577
Kadar protein pati(%) 1,77-1,892 2,57-2,682 - 1,22-1,232
Kadar karbohidrat (% 81,021; 78,135 81,891; 68,885; 73,14 (B. 1
87,68 (R. stylosa) ; 74,12 (S. alba muda),
b/b) cilindrica)5; 79,576; 82,097; 90,675; 63,508 75,10 (S. alba tua)6;
80,38-81,8912 92,027
Total energi - 300,294; 320,58 (B. - -
(Kcal/100g) cilindrica)5
Serat kasar (% b/b) 4,851 0,741; 10,095; 6,79 (B. 13,38 (R. stylosa)1; 63,70 (9,80 serat
cilindrica)5; 0,74-0,768; 46,10 (7,5 serat larut; larut; 53,90 serat
8,707 38,60 tidak larut)5; 9,01 tidak larut) 1
(R. Apiculata)6
Kadar serat pati (%) 69,78-70,712 57,21-73,192 - 57,19-61,952
Water absorbance for 1,052 1,242 - 0,972
flour (ml/g)
Water absorbance for 3,022 1,922 - 1,172
starch (ml/g)
Kadar sukrosa (%) 21,402 19,502 - 42,102
Kadar sukrosa pati 11,152 10,852 - 15,252
(%)
Derajat putih (%) 40,452 39,452 - 45,172
Derajat putih pati (%) 60,872 57,722; 98,149 - 66,392
Kadar pati (%b/k) - 33,9010 13,606; 13,90 (R. -
apiculata)6; 26,80 (R.
stylosa)10
Kadar amilosa (%) 0,271;27,15- 16,911; 19,34-23,102; 7,36 (R. stylosa)1; 26,30 19,56-20,222
27,392 18,487; 32,36; 22,3010 (R. stylosa)10
Kadar amilopektin - 67,659 - -
(%)
Ukuran granula (µm) - 5-459 - -
Kadar HCN (mg/kg 10,511 3,681; 8,056; 3,387; 0,0611; 10,78 (R. stylosa)1; < 3 (sensitivitas alat
atau ppm) 0,50-0,7212 2,975 ≥ 3)4
Kadar tannin (%b/k) 0,86-4,861; 0,94-1,791; 0,614; 287,43 3,76-5,33(R. stylosa)1; 0,264
0,094 ppm6; 0,197; 47,45 ppm11 0,284; 0,57(R.
apiculata)2; 819 ppm5;
845,68-1710,65
mgGAE/100 g)9
K. Oksalat (mg/gb/k) - 1,024 1,39 (R. apiculata)2
K. Fitat (mg/g b/k) - 0,054 0,05 (R. apiculata)2 -
K. Saponin (g/g b/k) - 0,024 0,02 (R. apiculata)2 -
Kadar pektin (%) - - - 91; 85,178
Kadar asam - - - 2,201
galakturonat (%)
Total fenol (% b/b) - - - 23,385
In vitro protein - - - 69,101
digestibility (%)
Pasting properties
a. Pasting temperature - 85,509 ;81,9010 79,90 (R. stylosa)10 -
(oC)
b. Suhu puncak (oC) - 939 - -
c. max. viscosity - 200 (BU)9; 25210 181 (R. stylosa)10 -

138 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021
Jenis Mangrove
Kriteria Uji Avicennia
Bruguiera gymnorrhiza Rhizophora mucronata Sonneratia caseolaris
marina.
(RVU)
d. min viscosity (RVU) - 300 (BU)9; 20310 98 (R. stylosa)10 -
e. viscosity at 50-40 oC - 530 (BU)9; 32310 226 (R. stylosa)10 -
(RVU)
f. Breakdown (RVU) - 4910 83 (R. stylosa)10 -
g. Setback (RVU) - 8910 139 (R. stylosa)10 -
Kadar mineral
Ca (g/kg) - 14,845; 95,20 (B. - 0,901
cilindrica)5
K (g/kg) - - - 231
Mg (g/kg) - 10,105; 63,50 (B. - 0,801
cilindrica)5
Na (g/kg) - - 81
P (g/kg) - - 2,201
S (g/kg) - - 1,501
5 5
Fe (g/kg) - 2,02 ; 2,21 (B. cilindrica) - -
Mn (g/kg) - 0,315; 1,90 (B. cilindrica)5 - -
Cu (g/kg) - 0,105; 0,12 (B. cilindrica)5 - -
Zn (g/kg) - 0,245; 0,35 (B. cilindrica)5 - -
Kandungan logam berat pada sampel (batas max cemaran berdasarkan persyaratan kualitas tepung singkong (SNI 01-
2997-1996)
Pb (mg/kg), max 1 - 0,546 4,244 0,284
6 4
Hg (mg/kg), max - <0,001 < 0,005 < 0,0054
0,05
As (mg/kg), max - <0,0056 < 0,0034 < 0,0034
0,5
Mn (mg/kg) - - 20,314 10,134
Cu (mg/kg), max10 - 3,066 5,234 13,34
Aktivitas Antioksidan 7,91 (A. 4.43; 23,10 (B. cilindrica); 0,29; 3,85 (R. 0,08; 15,49 (S.
(IC 50) (µg/ml) alba)3; 0,36- 0,38 (B. parviflora); 4,66 apiculata)3 ovate)3; 1,775
13,076 (B. sexangular)3; 165,2211
Referensi Chrissanty Chrissanty (2012)1; Pentury Chrissanty (2012) 1; Jariyah et al. (2014)
1
(2012) ; (2016) 2; Bunyaraphatsara Rout et al. (2015) 2; 1
; Pentury (2016)2;
Pentury et al. (2003) 3; Rout et al. Bunyaraphatsara et al. Bunyaraphatsara et
(2016) 2; (2015) 4; Patil & Chavan (2003) 3; Koeslulat & al. (2003) 3;
Bunyaraphats (2013) 5; Muryati & Prabawa (2019)4; Koeslulat & Prabawa
ara et al. Nelfiyanti (2015) 6; Hardoko et al. (2015) 5; (2019) 4;
(2003)3; Sulistyawati et al. (2012) 7; Yamamoto et al. (1983) Phaechamud et al.
Perdana et al. Sofro (1992) 8; Sarungallo 6
; Mile et al. (2021) 7; (2012)5; Ardiansyah
4 9
(2012) ; et al. (2010) ; Hanashiro et Purwaningsih et al. et al. (2020) 6;
Permadi et al. al. (2004) 10; Ayu et al. (2013) 8; Hardoko et al. Susiloningsih et al.
(2012)5; Yang (2019) 11; Priyono et al. (2018) 9; Hanashiro et (2016) 7; Jariyah et
et al. (2018)6 (2010) 12 al. (2004) 10 al. (2020) 8

ASPEK KEAMANAN PANGAN DAN tumbuhan yang berfungsi dalam mekanisme


ZAT ANTIGIZI perlindungan dari gangguan hama atau
serangga. Senyawa antigizi ada yang bersifat
Buah mangrove mengandung beberapa tidak toksik dan toksik. Tanaman yang
senyawa anti-gizi (Rout et al., 2015), mengandung senyawa toksik perlu
glukosida sianogenik (sianogen) (Ayu et al., mendapatkan penanganan dengan benar agar
2019; Chrissanty, 2012; Hardoko et al., komponen antigizi tersebut dapat dikurangi
2015; Koeslulat & Prabawa, 2019; Muryati dan dihilangkan sampai batas aman untuk
& Nelfiyanti, 2015; Sulistyawati et al., dikonsumsi. Tujuannya untuk menghindari
2012), tannin dan senyawa alkaloid (Ayu et kemungkinan keracunan yang sering terjadi
al., 2019; Hardoko et al., 2018; Koeslulat & di sebagian besar negara berkembang (Emire
Prabawa, 2019). Senyawa anti gizi adalah et al., 2013).
senyawa alami pada bahan pangan yang Komponen anti-gizi yang bersifat tidak
dapat menghambat penyerapan zat gizi oleh toksik antara lain tannin, inhibitor protease,
tubuh manusia. Senyawa anti gizi ini lignin, silika, dan kutin (Jayanegara et al.,
merupakan metabolit sekunder pada 2019) sedangkan komponen antigizi yang

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021 139
bersifat toksik adalah alkaloid, glukosida enzim penghidrolisisnya melakukan kontak.
sianogenik, dan saponin. Oleh karena itu, proses hidrolisis tidak terjadi
Masalah gizi (yaitu adanya senyawa pada tanaman yang masih utuh. Ketika
antigizi) dari nutrisi buah mangrove yang tanaman mengalami kerusakan secara fisik
dimanfaatkan untuk konsumsi masyarakat misalnya karena dipanen, dipotong, digiling,
dapat dihilangkan melalui perlakuan pasca ataupun dengan metode lainnya, maka terjadi
panen dan perlakuan pendahuluan (yaitu kontak antara glukosida sianogenik dan
perendaman dan perebusan) sebelum enzim hidrolisis yang menghasilkan HCN
dikeringkan dan digiling menjadi tepung. bebas (Jayanegara et al., 2019).
Perlakuan pasca panen dan perlakuan Glukosida sianogenik dalam bentuk
pendahuluan ini ditujukan untuk mereduksi utuhnya tidak beracun, yang beracun adalah
kandungan senyawa anti-gizi hingga batas sianida (HCN) yang terbebas setelah
aman untuk dikonsumsi, dapat dilihat pada hidrolisis enzim atau asam. Dosis HCN yang
Tabel 6. dapat mengakibatkan kematian pada manusia
dalam beberapa menit saja berkisar antara
A. Senyawa Glukosida Sianogenik
0,5–3,5 mg/kg bobot badan. Sianida pada
Glukosida sianogenik atau sering dosis tinggi dapat menghambat kerja enzim
disebut sianogen merupakan salah satu sitokrom oksidase. Enzim sitokrom oksidase
senyawa metabolit sekunder tanaman yang adalah suatu enzim penting pada siklus asam
disintesis dari asam amino. Adapun sianida trikarboksilat untuk produksi ATP. Hal ini
(hidrogen sianida, HCN) merupakan produk secara keseluruhan menghambat proses
hidrolisis dari glukosida sianogenik. respirasi seluler (Baskin & Brewer, 2006;
Glukosida sianogenik terdiri atas glikosida Jayanegara et al. 2019). Di samping itu,
dan aglikon yang mengandung sianida. sianida dapat dikonversi menjadi tiosianat
Aglikon dapat dibagi menjadi dua jenis, yang kemudian meningkatkan pembentukan
yakni komponen alifatik dan aromatik. nitrosamin yang diduga menyebabkan
Komponen gula yang terdapat pada kejadian tumor pada manusia (Jayanegara et
glukosida sianogenik umumnya berupa al., 2019).
glukosa, namun bisa juga jenis gula lainnya Batas aman kandungan HCN dalam
seperti gentibiosa, primaverosa, dan makanan sebesar 50 ppm (Baskin & Brewer,
sebagainya. Glukosida sianogenik berasa 2006). Batasan HCN yang diperbolehkan
pahit apabila dikonsumsi. Tanaman untuk konsumsi manusia berupa kandungan
mangrove yang masih muda umumnya HCN pada singkong tidak boleh lebih dari 10
mengandung glukosida sianogenik yang mg HCN/kg singkong. Efek toksik dari HCN
lebih tinggi dibandingkan tanaman yang umumnya terjadi pada hewan dan manusia
sudah tua (Jayanegara et al., 2019). Tanaman yang mengonsumsi bahan tinggi glukosida
mangrove mengandung glukosida sianogenik yang tidak mengalami proses
sianogenik, termasuk pada buahnya. Buah pengolahan atau proses pengolahan tidak
mangrove jenis A. marina mengandung sempurna. Proses pengolahan yang dapat
senyawa glukosida sianogenik sebesar 50,82 secara efektif menurunkan kadar sianida
ppm (Chrissanty, 2012). Untuk buah adalah pengeringan, perebusan, perendaman,
mangrove jenis B. gymnorrhiza mengandung pengupasan kulit, ekstraksi pati, dan
senyawa glukosida sianogenik sebesar 6,86 fermentasi (silase) (Jayanegara et al., 2019;
ppm (Priyono et al., 2010). Muryati & Nelfiyanti, 2015). Beberapa
Hidrolisis glukosida sianogenik teknik pengolahan pangan tersebut dapat
merupakan suatu proses enzimatis, dimana mereduksi senyawa anti-gizi, meningkatkan
senyawa tersebut mengalami hidrolisis pencernaan protein, dan meningkatkan nilai
sehingga melepaskan HCN dan komponen biologis tanaman (Handa et al., 2017;
lainnya. Glukosida sianogenik dan enzim Jaybhaye & Srivastav, 2015).
penghidrolisisnya berada pada kompartemen Pengeringan dapat dilakukan untuk
yang berbeda di tanaman. Hidrolisis hanya mengeliminasi sianida sekaligus untuk
akan terjadi ketika glukosida sianogenik dan memperpanjang masa simpan. Pengeringan

140 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021
dapat berupa pengeringan matahari atau sifat HCN mudah menguap pada suhu kamar
secara artifisial menggunakan oven. Sebelum maka HCN menjadi lebih mudah
dilakukan pengeringan, buah dipotong- terdegradasi (Muryati & Nelfiyanti, 2015).
potong terlebih dahulu menjadi ukuran yang Proses perendaman atau pencucian tanpa
lebih kecil. Kondisi ini menyebabkan disertai suhu tinggi juga dapat digunakan
terjadinya kontak antara linamarin dan enzim untuk menurunkan kadar sianida secara
linamarase yang melepaskan sianida. signifikan. Hal ini karena dalam kondisi
Sianogen dapat dihilangkan atau direduksi bebas sianida sangat mudah larut dalam air,
melalui proses pengeringan karena sedangkan dalam jaringan senyawa ini
volatilisasi sianida yang terbentuk setelah terakumulasi, namun cepat atau mudah
kontak antara glukosida sianogenik dan menguap apabila terdapat pada suatu
enzimnya (Jayanegara et al., 2019). Secara permukaan (Pambayun, 2007). Perbedaan
umum lamanya pengeringan sangat dengan teknik perebusan terletak pada waktu
berpengaruh terhadap kadar sianida. Semakin yang diperlukan untuk menurunkan
lama dikeringkan maka kandungan kandungan sianida hingga level yang aman
sianidanya semakin sedikit. Pengeringan untuk dikonsumsi. Perendaman atau
matahari selama 24 jam dapat menurunkan pencucian membutuhkan waktu yang lebih
kadar sianida sebesar 80%-85% (Jayanegara lama dibandingkan dengan perebusan karena
et al., 2019; Rukmana, 1997). Pengeringan suhu prosesnya yang jauh lebih rendah.
menggunakan oven pada suhu 60 °C selama Perendaman selama 1 hari dapat menurunkan
24 jam dapat menurunkan kadar sianida kadar sianida dari 108 mg/kg menjadi 59,5
sekitar 85% (Tabel 6). Penurunan kadar mg/kg (Tabel 6). Apabila perendaman
sianida semakin tinggi dengan semakin dilakukan selama 5 hari maka kadar
tingginya suhu pengeringan, namun perlu sianidanya menjadi hanya 2,9 mg/kg
diperhatikan juga efeknya terhadap (Jayanegara et al., 2019). Karena sifat
kandungan nutrien, khususnya yang mudah kelarutannya yang tinggi dalam air, senyawa
rusak pada suhu tinggi (Jayanegara et al., ini mudah dihilangkan dari bahan
2019). (Pambayun, 2007). Pengelupasan kulit
Perebusan merupakan teknik pengolahan merupakan salah satu teknik yang dapat
lain dalam rangka menurunkan kadar sianida digunakan untuk menurunkan kadar sianida.
yang terdapat di dalamnya. Asam sianida Bagian kulit mengandung jauh lebih banyak
termasuk senyawa volatile yang tidak sianida dibandingkan dengan bagian dalam.
berwarna, memiliki bau menyengat seperti Proses pengelupasan kulit ini dapat
asam lainnya dan memiliki rasa yang pahit, menurunkan sekitar 50% sianida (Jayanegara
serta memiliki titik didih 25,7 oC (Pambayun, et al., 2019).
2007) dan mudah menguap terutama pada Proses ekstraksi pati terdiri atas tiga
suhu 25 oC (Winarno 2004). Proses tahap, yakni penggilingan yang sudah dicuci
perebusan dilakukan seperti halnya pada dalam kondisi basah, dilanjutkan dengan
pengeringan, buah yang akan direbus perlu pencucian pati yang didapatkan, serta
dipotong-potong terlebih dahulu menjadi sedimentasi dan pengeringan pati. Melalui
ukuran yang lebih kecil. Efektivitas proses tersebut, sejumlah glukosida
penurunan kadar sianida melalui proses sianogenik yang cukup besar berubah
perebusan bergantung pada lamanya waktu menjadi sianida bebas. Sedimen basah yang
perebusan, volume air yang digunakan, serta terbentuk sudah mengandung sianida yang
ukuran potongan buah. Perebusan selama 5 rendah, yakni berkisar antara 14 hingga 31
menit dapat mengurangi kadar sianida mg/kg berat kering. Setelah dikeringkan dan
sebesar 56 %, sedangkan perebusan selama menjadi pati, maka kandungan sianidanya
30 menit mengurangi sianida sebesar 94 % menjadi lebih rendah lagi yakni 1,2–4,0
(Tabel 6). Sianida yang bebas jauh lebih mg/kg (Jayanegara et al., 2019). Buah
mudah berkurang dibandingkan dengan mangrove memiliki kandungan sianida yang
sianida yang masih terikat melalui proses rendah dan aman untuk dikonsumsi. Tepung
perebusan (Jayanegara et al., 2019). Karena buah A. marina mengandung sianida sebesar

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021 141
10,51 ppm (Chrissanty, 2012). Tepung buah menurunkan kadar sianida dari 85 mg/kg
B. gymnorrhiza mengandung sianida sebesar menjadi 2,6 mg/kg atau sekitar 97%.
3,68 ppm (Chrissanty, 2012), 8,05 ppm Penurunan sianida diduga karena terjadinya
(Muryati & Nelfiyanti, 2015), 3,38 ppm leaching glukosida dan sianida bebas melalui
(Sulistyawati et al., 2012), dan 0,055 ppm efluen silase yang terbentuk. Hal ini terjadi
(Ayu et al., 2019). khususnya pada beberapa hari awal ensilase.
Ensilase atau fermentasi merupakan Ketika pH sudah mencapai 4,3–4,5, maka
teknik preservasi yang dapat aktivitas enzim linamarase menjadi
mempertahankan kualitas nutrisi dan terhambat pada kondisi asam tersebut
meningkatkan umur simpan. Ensilase dapat (Jayanegara et al., 2019).
Tabel 6 Perlakuan yang dilakukan untuk penurunan konsentrasi zat antigizi
Penurunan zat
Jenis antigizi
No senyawa Treatment yang dilakukan Referensi
Sebelum Setelah
antigizi
perlakuan perlakuan
1 Glukosida Pengupasan Penurunan hingga Jayanegara et al.
sianogenik 50% (2019)
Pengupasan & perendaman (disertai 570,02 287,43 Muryati &
blansing 7,5 menit, pengeringan ppm ppm Nelfiyanti (2015)
600C,±30 jam)
Pengupasan & perendaman (disertai 548,87 300,54 Muryati &
blansing 10 menit, pengeringan 600C, ppm ppm Nelfiyanti (2015)
±30 jam)
Pengupasan & perendaman (disertai 495,06 296,81 Muryati &
blansing 15 menit, pengeringan 600C, ppm ppm Nelfiyanti (2015)
±30 jam)
Perendaman 1 hari 108 ppm 59,50 Jayanegara et al.
ppm (2019)
Perendaman 5 hari 108 ppm 2,90 ppm Jayanegara et al.
(2019)
Perendaman buah Bruguiera sp. dalam 3335,96 10,09 Sulistyawati et al.
larutan abu sekam 20%, 12 jam ppm ppm (bk) (2012)
Blansing/Perebusan selama 5 menit Penurunan 56 % Jayanegara et al.
(2019)
Blansing buah 7,5 menit ke 15 menit 570,02 495,06 Muryati &
(disertai pengeringan 60 0C, ±30 jam) ppm ppm Nelfiyanti (2015)
Perebusan selama 30 menit Penurunan hingga Jayanegara et al.
94% (2019)
Pengeringan matahari 24 jam Penurunan hingga Jayanegara et al.
80–85% (2019; Rukmana
(1997)
Pengeringan oven 60oC selama 24 jam Penurunan hingga Jayanegara et al.
85% (2019)
Pengeringan dengan suhu 700C 10,09 3,38 ppm Sulistyawati et al.
ppm (2012)
2 Tannin Proses pengupasan buah (disertai blansing 8,41% 7,42% Muryati &
7,5 menit, pengeringan 600C (±30 jam)) Nelfiyanti (2015)
Perendaman buah Bruguiera sp. dalam 9,27% 0,60% Sulistyawati et al.
larutan abu sekam 20%, 12 jam (2012)
Perendaman buah Avicennia sp. selama 6 Penurunan tannin Perdana et al.
jam dengan 12x pergantian air 28,80% (2012)
Proses perendaman buah (disertai blansing 8,41% 6,90% Muryati &
7,5 menit, pengeringan 600C (±30 jam)) Nelfiyanti (2015)

142 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021
Penurunan zat
Jenis
antigizi
No senyawa Treatment yang dilakukan Referensi
Sebelum Setelah
antigizi
perlakuan perlakuan
Proses perendaman buah (disertai blansing 8,10% 6,38% Muryati &
10 menit, pengeringan 600C (±30 jam)) Nelfiyanti (2015)
Perendaman dan perebusan buah 3,53% 0,94% Chrissanty (2012)
Bruguiera sp. dalam larutan abu sekam
30% hingga mendidih
Perendaman dan perebusan buah 13,26% 3,76% Chrissanty (2012)
Rhizophora sp. dalam larutan abu sekam
30% hingga mendidih
Perendaman dan perebusan buah 9,37% 0,86% Chrissanty (2012)
Avicennia sp. dalam larutan abu sekam
30% hingga mendidih
Blansing 5 menit ke 15 menit (disertai 19,55% 7,68% Muryati &
pengeringan 600C (±30 jam)) Nelfiyanti (2015)
Perebusan buah Avicennia sp. dalam Penurunan tannin Perdana et al.
larutan abu sekam 15%, 20 menit 28,92% (2012)
Proses pengeringan Penurunannya Jayanegara et al.
bervariasi tergantung (2019)
kadar air bahan
Pengeringan 700C 0,60% 0,19% Sulistyawati et al.
(2012)
Fermentasi jamur 10 hari Penurunan 58-66% Jayanegara et al.
(2019)
Perendaman dengan larutan abu sekam Menurunkan tannin Jayanegara et al.
10% 80% (2019)
Ekstraksi menggunakan pelarut organic, Penurunan hingga Jayanegara et al.
senyawa kimia yang bersifat alkali, dan 95% (2019)
senyawa oksidator kuat pada konsentrasi
0,02-0,03 M
Zat polyvinylpyrrolidone (PVP) dan Mendeaktivasi Jayanegara et al.
polyethylene glycol (PEG) tanin (2019)

B. Tannin tannin terdiri dari senyawa fenolik yang


sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,
Tannin merupakan salah satu senyawa
mengendapkan protein dari larutannya, serta
metabolit sekunder tanaman, yakni senyawa
bersenyawa dengan protein tersebut. Tannin
polifenol dengan bobot molekul yang
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tannin
bervariasi (Hagerman, 2002). Tannin dapat
terhidrolisis dan tannin terkondensasi.
ditemukan pada tanaman, serta tersebar di
Menurut Hagerman (2002), tannin memiliki
berbagai organ tanaman, seperti batang, daun
peranan biologis yang kompleks mulai dari
dan buah (Hagerman, 2002; Paputungan et
pengendapan protein hingga pengkhelat
al. 2017). Struktur kimia tannin juga
logam. Tannin juga dapat berfungsi sebagai
beragam, namun memiliki kesamaan yakni
antioksidan biologis. Menurut Awika et al.
dapat mengikat protein. Sementara itu
(2009), kadar tannin yang tinggi
terdapat juga senyawa fenol nontannin yang
menyebabkan rasa sepat dan pahit pada
tidak dapat mengendapkan protein. Tannin
bahan makanan serta dapat membentuk
memiliki bobot molekul serta struktur yang
ikatan komplek dengan protein. Hal ini
lebih kompleks dibandingkan dengan
dapat mengganggu aktivitas enzim
senyawa fenol nontannin, seperti katekol,
pencernaan yang berakibat pada
pirogallol, asam gallat, katekin, dan flavanol-
terhambatnya pertumbuhan. Di samping
flavanol lainnya (Jayanegara et al., 2019).
bersifat sebagai zat antinutrisi, tannin pada
Desmiaty et al. (2008) menyatakan bahwa
konsentrasi tinggi juga dapat menimbulkan
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021 143
efek toksik dan bahkan menyebabkan gosok bersifat alkali dan mampu melarutkan
kematian. Tannin jenis terhidrolisis lebih tannin. Larutan yang mengandung 10% abu
berpeluang menimbulkan efek toksik. Tannin gosok dapat menurunkan kandungan tannin
terhidrolisis menimbulkan toksisitas karena hingga 80% dikarenakan pH yang alkali,
absorpsi dari produk degradasinya. berkisar antara 10 hingga 12. Kelebihan lain
Akibatnya adalah terjadi peningkatan kadar dari penggunaan abu gosok adalah
senyawa fenolik di dalam darah secara ketersediaannya yang relatif banyak karena
signifikan yang tidak mampu didetoksifikasi berasal dari sisa pembakaran komponen
oleh hati. Toksisitas tannin menyebabkan organik serta harganya yang murah
kerusakan sejumlah organ seperti usus halus, (Jayanegara et al., 2019). Sulistyawati et al.,
hati, ginjal, dan limpa (Jayanegara et al., (2012) melakukan penelitian pada buah
2019). mangrove jenis Bruguiera gymnorrhiza
Buah mangrove mengandung tannin Lamk. dengan perendaman menggunakan
yang memiliki kandungan berbeda sesuai larutan abu sekam 30% b/b selama 24 jam.
dengan jenisnya masing-masing. Buah Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
mangrove A. marina mengandung tannin perendaman dengan larutan abu sekam
sebesar 9,37 ppm (Chrissanty, 2012). mampu menurunkan zat anti gizi, yaitu
Kandungan tannin pada buah B. gymnorrhiza tannin sampai batas aman untuk dikonsumsi,
sebesar 34,11 ppm (Priyono et al., 2010), dan dengan penurunan kadar tannin hingga
9,27 ppm (Sulistyawati et al., 2012). Tannin 0,21%. Namun, efek samping dari
yang terdapat pada tanaman dapat perendaman buah mangrove dengan sekam
dihilangkan atau dikurangi kandungannya dapat membuat serbuk atau serpihan sekam
melalui sejumlah teknik pengolahan. terserap ke dalam buah mangrove sehingga
Beberapa teknik dan metode pengolahan tepung lindur yang dihasilkan berwarna putih
seperti perendaman, blansing, perebusan, kehitaman.
pengupasan, pengeringan dan penggilingan Blansing, bertujuan untuk
digunakan untuk mengurangi kandungan menginaktifkan enzim yang terdapat di
tannin pada makanan (Muryati & Nelfiyanti, dalam buah Bruguiera gumnorrhiza sehingga
2015), baik dengan metode masing-masing tannin yang dibebaskan berkurang. Selain
maupun kombinasi metode (Samtiya et al., itu, tujuan blansing digunakan untuk
2020). Tujuan pengolahan ini adalah untuk melayukan buah sehingga mudah dikemas
menon-aktifkan enzim yang tidak diinginkan, (Muchtadi & Sugiyono, 2013). Blansing
memperbaiki warna, menghentikan merupakan faktor penting bagi buah
penguraian akibat respirasi, mengurangi rasa mangrove jenis Bruguiera dan Rhizophora
pahit, dan mereduksi jumlah mikroba yang bertekstur keras seperti kayu. Pada
(Muchtadi & Sugiyono, 2013). penelitian Muryati & Nelfiyanti (2015),
Beberapa peneliti telah berupaya blansing dilakukan dengan cara perendaman
menurunkan kandungan zat anti-gizi dalam buah dalam air panas yang bersuhu 95-1000C
buah mangrove dengan cara perendaman dengan waktu perendaman selama 7,5 menit
dalam larutan abu sekam padi selama waktu dapat mengurangi 1,51% kandungan tannin
tertentu (Muryati & Nelfiyanti, 2015; (Tabel 6). Setelah itu dilanjutkan
Sulistyawati et al., 2012). Untuk membuat pengupasan dan perendaman yang dapat
senyawa tannin menjadi tidak aktif, yaitu mengurangi sisa tannin hingga 287,43
mengikatnya dengan suatu zat yang memiliki mg/kg.
afinitas lebih tinggi terhadap tannin Menurut Perdana et al. (2012),
dibandingkan dengan protein. Terminologi perebusan pada buah lindur akan
reduksi maupun inaktivasi tannin dinamakan menguraikan tannin menjadi glukosa dan
detanifikasi. Hal ini dilakukan untuk asam galat. Senyawa tannin mudah larut
mengurangi efek antinutrisi dan toksik dari dalam air dan kelarutannya bertambah besar
tannin terhadap abu gosok yang merupakan apabila dilarutkan dalam air panas. Namun
limbah dari pembakaran tanaman dapat pada pemanasan sampai suhu 100°C, tannin
digunakan untuk proses detanifikasi. Abu terurai menjadi pyrogallol, pyrocatechol, dan

144 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021
phloroglucinol. Tannin selain larut dalam air, digunakan sebagai bahan komplementer
juga larut dalam pelarut organik seperti dengan bahan lainnya. Berbeda halnya untuk
metanol, etanol dan aseton (Muryati & bahan substitusi, diperlukan kajian lebih
Nelfiyanti, 2015). Perebusan buah lindur lanjut apakah penggunaannya melebihi
dilakukan pada suhu 100℃ selama 5 menit ambang batas maksimum. Adanya penemuan
dapat mengurangi rasa sepat dan kadar sumber pangan baru dalam bentuk produk
tannin (Ayu et al., 2019). buah mangrove membuat masyarakat
Penepungan juga merupakan salah satu mendapatkan informasi dan pengetahuan
solusi untuk mengawetkan dan baru terkait sumber pangan lain selain umbi-
mempertahankan karakteristik buah umbian, sagu, dan jagung dalam bentuk
mangrove sebab dapat memutus rantai bubur buah, dan penepungan. Fungsi buah
metabolisme buah. Ketersedian mangrove mangrove sebagai edible properties pangan
dalam bentuk tepung perlu dioptimasi untuk olahan dapat didiversifikasi melalui proses
mengeliminasi komponen anti-gizi maupun pengolahan pangan yang tepat sehingga
toksikan pangan lainnya. Proses penepungan menghasilkan berbagai produk yang
dapat mengeliminasi kandungan tannin memiliki nilai tambah yang tinggi.
hingga 0,86-4,86% b/k untuk A. marina
(Chrissanty, 2012) dan 0,0995% b/k (Perdana KESIMPULAN
et al., 2012). Untuk tepung mangrove B.
gymnorrhiza mengandung kadar tannin Pemanfaatan mangrove sebagai sumber
sebesar 0,94-1,79% b/k (Chrissanty, 2012), pangan telah dilakukan oleh masyarakat
287,43 ppm (Muryati & Nelfiyanti, 2015), tradisional di Indonesia, namun banyak
0,19% b/k (Sulistyawati et al., 2012), 47,45 peneliti masih meragukan keamanan pangan
ppm (Ayu et al., 2019), dan 0,61% b/k (Rout dari buah mangrove serta pangan olahannya.
et al., 2015). Untuk tepung mangrove R. Pengolahan lanjutan buah mangrove yang
stylosa memiliki kadar tannin sebesar 3,76- sudah melalui tahap perendaman, perebusan,
5,33% b/k (Chrissanty, 2012), R. apiculata dan pengeringan, dan untuk kemudian diolah
0,57% b/k (Rout et al., 2015), R. mucronata menjadi tepung untuk selanjutnya diolah
0,28% b/k (Koeslulat & Prabawa, 2019), 819 menjadi berbagai bentuk produk pangan,
ppm (Hardoko et al., 2015), dan 845,68- dapat dinyatakan aman untuk dikonsumsi
1710,65 mg GAZ/100g (Hardoko et al., karena proses pengolahan yang tepat dapat
2018). Untuk tepung buah mangrove S. menurunkan kandungan zat anti-gizi hingga
caseolaris mengandung tannin sebesar sampai batas aman untuk dikonsumsi.
0,26% b/k (Koeslulat & Prabawa, 2019). Produk turunan tepung mangrove aman jika
Batas aman untuk kandungan tannin dalam digunakan sebagai bahan komplementer
bahan makanan adalah 560 mg/kg berat dengan bahan lainnya. Berbeda halnya untuk
badan/hari (Permadi et al., 2012). bahan substitusi, diperlukan kajian lebih
Tepung mangrove mempunyai lanjut apakah penggunaannya melebihi
kandungan air yang rendah dan lebih ambang batas maksimum.
fleksibel apabila diaplikasikan pada berbagai
jenis olahan pangan. Proses penepungan DAFTAR PUSTAKA
yang optimum harapannya dapat
menghasilkan tepung mangrove yang food A’in, C., Suryanti, & Sulardiono, B. (2018).
grade dan aman untuk dikonsumsi maupun Kandungan gizi pada produk olahan
diaplikasikan pada produk pangan olahan mangrove (KruMang, BoMang, dan
lain atau pangan fungsional. Secara umum, SiMang) produksi kelompok tani “Ngudi
ditinjau dari aspek keamanan pangannya, Makaryo.” Jurnal Info, 19(1), 24–33.
maka dapat dinyatakan bahwa buah Abeywickrama, W. S. S., & Jayasooriya, M. C.
mangrove maupun tepung mangrove aman N. (2010). Formulation and quality
untuk dikonsumsi selama masih di bawah evaluation of cordial based on kirala
ambang batas yang telah ditetapkan. Produk (Sonneratia caseolaris) fruit. Tropical
turunan tepung mangrove aman jika Agricultural Research and Extension, 13(1),
16–18.

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021 145
https://doi.org/10.4038/tare.v13i1.3132 sebagai sumber pangan alternatif
masyarakat pesisir Toroseaje, Kabupaten
Agoramoorthy, G., Chen, F.-A., Venkatesalu, V.,
Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Pros Semnas
Kuo, D.-H., & Shea, P.-C. (2008).
Masy Biodiv Indon, 1(2), 347–351.
Evaluation of antioxidant polyphenols from
https://doi.org/10.13057/psnmbi/m010230
selected mangrove plants of India. Asian
Journal of Chemistry, 20(2), 1311–1322. Bandaranayake, W. M. (2002). Bioactivities,
bioactive compounds and chemical
Alno, M., Kurniawati, N., & Liviawaty, E.
constituents of mangrove plants. Wetlands
(2018). Substitusi tepung daging buah lindur
Ecology and Management, 10(6), 421–452.
terhadap tingkat kesukaan bakso lele. Jurnal
https://doi.org/10.1023/A:1021397624349
Perikanan dan Kelautan p–ISSN, 8(1), 66–
78. Baskin, S., & Brewer, T. (2006). Cyanide
Poisoning. In Medical Aspects of Chemical
Analuddin, K., Septiana, A., Nasaruddin, Sabilu,
and Biological Warfare. Pharmacology
Y., & Sharma, S. (2019). Mangrove fruit
Division, U.S. Army Medical Research
bioprospecting: nutritional and antioxidant
Institute of Chemical Defense.
potential as a food source for coastal
communities in the Rawa Aopa Watumohai Baskin, S. I., & Brewer, T. G. (2006). Cyanide
National Park, Southeast Sulawesi, Poisoning. Chapter. Pharmacology
Indonesia. International Journal of Fruit Division. Army Medical Research Institute
Science, 19(4), 423–436. of Chemical Defense, Aberdeen Proving
https://doi.org/10.1080/15538362.2018.155 Ground, Maryland. USA.
5507
Basyuni, M., Siagian, Y. S., Wati, R., Putri, L. A.
Ardiansyah, P. R., Wonggo, D., Dotulong, V., P., Yusraini, E., & Lesmana, I. (2019). Fruit
Damongilala, L. J., Harikedua, S. D., nutrition content, hedonic test, and
Mentang, F., & Sanger, G. (2020). processed products of pidada (Sonneratia
Proksimat pada tepung buah mangrove caseolaris). IOP Conference Series: Earth
Sonneratia alba. Media Teknologi Hasil and Environmental Science, 251.
Perikanan, 8(3), 82–87. https://doi.org/10.1088/1755-
1315/251/1/012042
Arief, A. (2003). Hutan Mangrove, Fungsi dan
Pemanfaatannya. Kanisius. Budiandari, R. U., & Widjanarko, S. B. (2013).
Optimasi proses pembuatan lempeng buah
Arthana, I. W., Restu, I. W., Dewi, A. P. W. K.,
lindur (Bruguiera gymnorrhiza) sebagai
Pratiwi, M. A., Ekawaty, R., Widiastuti, &
alternatif pangan masyarakat pesisir. Jurnal
Negara, K. W. (2017). Pelatihan pengolahan
Pangan dan Agroindustri, 2(3), 10–18.
produk buah mangrove untuk mendukung
pengembangan Nusa Lembongan sebagai Bunyaraphatsara, A., Jutiviboonsuk, N., Sornlek,
destinasi wisata. Buletin Udayana P., Therathanathorn, W., Aksornkaew, S.,
Mengapdi, 16(2), 133–137. Fong, H., Pezzuto, J., & Kosemder, J.
(2003). Pharmacological studies of plants in
Awika, J. M., Yang, L., Browning, J. D., & Faraj,
the mangrove forest. Thai J Phytopharm,
A. (2009). Comparative antioxidant,
10(2), 1–12.
antiproliferative and phase II enzyme
inducing potential of sorghum (Sorghum Chrissanty, P. A. (2012). Penurunan kadar tanin
bicolor) varieties. LWT-Food Science and pada buah mangrove jenis Brugueira
Technology, 42(6), 1041–1046. gymnorrhiza, Rhyzophora stylosa dan
https://doi.org/10.1016/j.lwt.2009.02.003 Avicennia marina untuk diolah menjadi
tepung mangrove. Industria: Jurnal
Ayu, M. K., Tamrin, & Hermanto, H. (2019).
Teknologi dan Manajemen Agroindustri,
Pengaruh lama dan suhu pengeringan dalam
1(1), 31–39.
pengolahan tepung buah mangrove jenis
lindur (Bruguiera gymnorrhiza) terhadap Clarke, W. C., & Thaman, R. R. (1993).
karakteristik organoleptik, kimia, dan Agroforestry in the Pacific Islands: Systems
aktivitas antioksidan. Jurnal Sains dan for Sustainability. United Nations
Teknologi Pangan, 4(1), 1879–1891. University Press.
Baderan, D. W. K., Hamidun, M. S., Coelho-Ferreira, M. (2009). Medicinal
Lamangandjo, C., & Retnowati, Y. (2015). knowledge and plant utilization in an
Diversifikasi produk olahan buah mangrove Amazonian coastal community of Marudá,

146 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021
Pará State (Brazil). Journal of Hanashiro, I., Ikeda, I., Honda, O., Kawasaki, S.,
Ethnopharmacology, 126(1), 159–175. Fujimori, K., & Takeda, Y. (2004).
https://doi.org/10.1016/j.jep.2009.07.016 Molecular structures and some properties of
starches from propagules of mangrove
Desmiaty, Y., Ratih, H., Dewi, M. A., & Agustin,
species. Journal of Experimental Marine
R. (2008). Penentuan jumlah tanin total
Biology and Ecology, 309(2), 141–154.
pada daun jati Belanda (Guazuma ulmifolia
https://doi.org/10.1016/J.JEMBE.2004.03.0
Lamk) dan daun sambang darah (Excoecaria
14
bicolor Hassk.) secara kolorimetri dengan
pereaksi biru prusia. Ortocarpus, 8, 106– Handa, V., Kumar, V., Panghal, A., Suri, S., &
109. Kaur, J. (2017). Effect of soaking and
germination on physicochemical and
Deviarni, I. M., & Warastuti, S. (2017).
functional attributes of horsegram flour.
Karakteristik fisiko-kimia sirup mangrove
Journal of Food Science and Technology,
pidada dengan penambahan CMC dan lama
54(13), 4229–4239.
pemanasan. Jurnal Galung Tropika, 6(3),
https://doi.org/10.1007/s13197-017-2892-1
213–223.
Hardoko, E. S., Puspitasari, Y. E., & Amalia, R.
Dewi, P. D. P., Sukerti, N. W., & Ekayani, I. A.
(2015). Study of ripe Rhizophora mucronata
P. H. (2014). Pemanfaatan tepung buah
fruit flour as functional food for
mangrove jenis lindur (Bruguiera
antidiabetic. International Food Research
gymnorrizha) menjadi kue kering putri
Journal, 22(3), 953–959.
salju. Jurnal BOSAPARIS: Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga, 2(1), 1–10. Hardoko, Sasmito, B., Puspitasari, Y., Okviani,
https://doi.org/10.23887/jjpkk.v2i1.1870 Y., & Halim. (2018). The effect of heating
temperature on inhibitory activity of
Dhinendra, N. P. A., Dewi, E. N., & Romadhon,
Mangrove Rhizophora mucronata fruit
R. (2015). Substitusi tepung buah mangrove
extract toward A-Glucosidase. Asian
(Bruguiera gymnorrhiza) terhadap sifat
Journal of Pharmaceutical and Clinical
fisika dan kimia naget ikan kurisi. Saintek
Research, 11(7), 237–241.
Perikanan: Indonesian Journal of Fisheries
Science and Technology, 11(1), 57–61. Hastarini, E., Nurbayasari, R., & Ayudiarti, D.
(2016). Buah bakau jenis lindur (Bruguiera
Djajati, S., Nurismanto, R., & Jariyah. (2016).
gymnorrhiza) sebagai bahan baku cookies
Analysis physical chemistry formulation
dengan penambahan tepung udang
“Es Puter” from the fruit of mangrove
Vannamei. Prosiding Seminar Nasional
(Sonneratia caseolaris). International
Perikanan Dan Kelautan VI.
Seminar for Research Month, 191–195.
Herwanti, S. (2016). Kajian pengembangan usaha
Emire, S., Jha, Y., & Mekam, F. (2013). Role of
sirup mangrove di Desa Margasari
Anti-nutritional Factors in Food Industry.
Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten
Beverage and Food World, 23–28.
Lampung Timur. Jurnal Hutan Tropis, 4(1),
Fidela, A., Santika, D. M. J., Lumban, J., & 35–40.
Purwangka, F. (2020). Sosialisasi dan
Hidayat, T., Nurjanah, & Suptijah, P. (2013).
tutorial diversifikasi produk olahan
Characterization of fruit lindur flour
mangrove (sirup mangrove) di Desa
(Bruguiera gymnorrhiza) as an analog rice
Cibitung, Sukabumi. Jurnal Pusat Inovasi
with sago and chitosan addition. JPHPI,
Masyarakat (PIM), 2(3), 353–356.
16(3), 268–277.
Ghalib, R. M., Hashim, R., Sulaiman, O.,
Ikasari, D., & Hastarini, E. (2016). Proximate
Awalludin, M. F. B., Mehdi, S. H., &
composition, texture performance and
Kawamura, F. (2011). Fingerprint
sensory evaluation of lindur fruit-potato
chemotaxonomic GC-TOFMS profile of
simulation chips enriched with shrimp
wood and bark of mangrove tree Sonneratia
(Penaeus vannamei) shell powder. Squalen
caseolaris (L.) Engl. Journal of Saudi
Bulletin of Marine and Fisheries
Chemical Society, 15(3), 229–237.
Postharvest and Biotechnology, 11(3), 95–
https://doi.org/10.1016/j.jscs.2010.09.003
105.
Hagerman, A. (2002). Tanin Chemistry. Miami https://doi.org/10.15578/squalen.v11i3.212.
University.
Jacoeb, A. M., Suptijah, P., & Zahidah. (2013).

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021 147
Komposisi kimia, komponen bioaktif dan https://doi.org/10.1016/j.carbpol.2013.03.05
aktivitas antioksidan buah lindur (Bruguiera 4
Gymnorrhiza). Jurnal Pengolahan Hasil
Mile, L., Nursyam, H., Setijawati, D., &
Perikanan Indonesia, 16(1), 86–94.
Sulistiyati, T. D. (2021). Studi fitokimia
https://doi.org/10.17844/JPHPI.V16I1.7772
buah mangrove (Rhizophora mucronata) di
Jariyah, Murtiningsih, & Widyawati, A. (2020). Desa Langge Kabupaten Gorontalo Utara.
Optimization of pectin extraction from Jambura Fish Processing Journal, 3(1), 1–
pedada fruit (Sonneratia caseolaris). Journal 8. https://doi.org/10.37905/jfpj.v3i1.8585
of Physics: Conference Series, 1569.
Muchtadi, T., & Sugiyono. (2013). Prinsip dan
Jariyah, Widjanarko, S. B., Yunianta, Estiasih, Proses Teknologi Pangan. Alfabeta.
T., & Sopade, P. A. (2014). Pasting
Murdiyarso, D., Purbopuspito, J., Kauffman, J.
properties mixtures of mangrove fruit flour
B., Warren, M. W., Sasmito, S. D., Donato,
(Sonneratia caseolaris) and starches.
D. C., Manuri, S., Krisnawati, H., Taberima,
International Food Research Journal, 21(6),
S., & Kurnianto, S. (2015). The potential of
2161–2167.
Indonesian mangrove forests for global
Jayanegara, A., Ridla, M., Laconi, E. B., & climate change mitigation. Nature Climate
Nahrowi. (2019). Komponen Antinutrisi Change, 5(12), 1089–1092.
pada Pakan. IPB Press. https://doi.org/10.1038/nclimate2734
Jaybhaye, R. V, & Srivastav, P. P. (2015). Muryati, M., & Nelfiyanti, N. (2015). Pemisahan
Development of barnyard millet ready-to- tanin dan HCN secara ekstraksi dingin pada
eat snack food: Part II. Food Science pengolahan tepung buah mangrove untuk
Research Journal, 6(2), 285–291. substitusi industri pangan. Jurnal Riset
Teknologi Pencegahan Pencemaran
Jin, L., Zhang, Y., Yan, L., Guo, Y., & Niu, L.
Industri, 6(1), 9–16.
(2012). Phenolic compounds and
https://doi.org/10.21771/jrtppi.2015.v6.no1.
antioxidant activity of bulb extracts of six
p9-16
Lilium species native to China. Molecules,
17(8), 9361–9378. Noor, Y. R., Khazali, M., & Suryadiputra, I. N.
N. (2006). Panduan Pengenalan Mangrove
Kamal, E. (2011). Fenologi mangrove
di Indonesia. PHKA/WI-IP.
(Rhizophora apiculata, R. mucronata dan R.
stylosa) di Pulau Unggas, Air Bangis Nurindra, A. P., Alamsjah, M. A., & Sudarno.
Pasaman Barat, Sumatera Barat. Jurnal (2015). Karakterisasi edible film dari pati
Natur Indonesia, 14(1), 90–94. propagul mangrove lindur (Bruguiera
gymnorrhiza) dengan penambahan
Kardiman, K., Ridhwan, M., & Armi, A. (2017).
carboxymethyl cellulose (Cmc) sebagai
Buah lindur (Bruguera gymnorrhyza)
pemlastis. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
sebagai makanan. Serambi Saintia: Jurnal
Kelautan, 7(2), 125–132.
Sains dan Aplikasi, 5(2), 51–55.
https://doi.org/10.20473/jipk.v7i2.11195
Kim, H. K., Namgoong, S. Y., & Kim, H. P.
Orwa, C. (2009). Agroforestree database: a tree
(1993). Antiinflammatory activity of
reference and selection guide, version 4.0.
flavonoids: Mouse ear edema inhibition.
http://www. worldagroforestry.
Archives of Pharmacal Research, 16(1), 18–
org/sites/treedbs/treedatabases. asp.
24.
Pambayun, R. (2007). Kiat Sukses Teknologi
Koeslulat, E. E., & Prabawa, S. B. (2019).
Pengolahan Umbi Gadung. Ardana Media.
Kandungan antinutrisi,logam berat dan
cemaran biologis tepung buah Sonneratia Paramita, O. (2012). Pemanfaatan berbagai jenis
spp dan Rhizophora mucronata dari buah mangrove sebagai sumber pangan
Kabupaten Kupang. Jurnal Pemuliaan berkarbohidrat tinggi. Prosiding Pendidikan
Tanaman Hutan, 13(2), 105–116. Teknik Boga Busana, 7(1), 1–9.
Li, Q., Yu, N., Wang, Y., Sun, Y., Lu, K., & Patil, P. D., & Chavan, N. S. (2013). A need of
Guan, W. (2013). Extraction optimization of conservation of mangrove genus Bruguiera
Bruguiera gymnorrhiza polysaccharides as a famine food. Ann. Food Sci. Technol,
with radical scavenging activities. 14, 294–297.
Carbohydrate Polymers, 96(1), 148–155.
Pentury, M. H. (2016). Analysis of physical and

148 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021
chemical of starch lindur (Bruguiera Media Konservasi, 24(2), 163–178.
gymnorrhiza), pedada (Sonneratia
Rahim, S., & Baderan, D. W. K. (2017). Hutan
casiolaris) dan api-api (Avicennia marina).
Mangrove dan Pemanfaatannya.
Journal of Environment and Ecology, 7(2),
Deepublish.
42–56.
https://doi.org/10.5296/jee.v7i2.10610 Rahman, R., Pato, U., & Harun, N. (2016).
Pemanfaatan buah pedada (Sonneratia
Pentury, M. H. (2019). Pengaruh formulasi
caseolaris) dan buah naga merah
tepung mangrove (Bruguiera gymnorrhiza)
(Hylocereus polyrhizus) dalam pembuatan
dan tepung wortel (Daucus carota) terhadap
fruit leather. Jom Faperta, 3(2), 1–15.
nilai gizi dan organoleptik nugget ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis). Agrikan: Rahmawaty, P., Zulkifli, Z., Amaliah, N.,
Jurnal Agribisnis Perikanan, 12(2), 350– Hermansyah, H., & Mulyani, Y. (2018).
359. Pengembangan produk olahan buah
mangrove jenis api-api (Avicennia Sp) di
Perdana, Y. S., Soenardjo, N., & Supriyantini, E.
Kelompok Kreasi Mangrove Lestari
(2012). Pengaruh kadar abu gosok selama
Kelurahan Margomulyo Balikpapan. Jurnal
perebusan dan lama perendaman air
Pengabdian Nusantara, 1(2), 118–125.
terhadap kadar tanin buah dan tepung
mangrove (Avicennia marina). Journal of Rajis, Desmelati, & Leksono, T. (2017).
Marine Research, 1(2), 226–234. Pemanfaatan buah mangrove pedada
(Sonneratia caseolaris) sebagai pembuatan
Permadi, Y. B., Sedjati, S., & Supriyantini, E.
sirup terhadap penerimaan konsumen.
(2012). Pengaruh konsentrasi abu gosok dan
Jurnal Perikanan dan Kelautan, 22(1), 50–
waktu perendaman air terhadap kandungan
51.
nutrisi tepung buah mangrove Avicenia
marina. Journal of Marine Research, 1(1), Rohaeti, E., Batubara, I., LDN, A. L., &
39–47. Oarusman, L. K. (2010). Potensi ekstrak
Rhizophora sp. sebagai inhibitor tirosinase.
Phaechamud, T., Yodkhum, K., Limmatvapirat,
In E. D. J. Supena, E. H. Nugrahani,
C., & Wetwitayaklung, P. (2012).
Hamim, Hasim, Indahwati, & Kiagus
Morphology, thermal and antioxidative
Dahlan (Ed.), SEMINAR NASIONAL SAINS
properties of water extracts from Sonneratia
III. FMIPA-IPB.
caseolaris (L.) Engl. prepared with freeze
drying and spray drying. Res J Pharm Biol Rosulva, I, Seknun, N., Jacob, A., & Suptijah, P.
Chem Sci, 3(1), 725–739. (2015). Utilization of lindur fruit starch
(Bruguiera gymnorrhiza) as dodol to
Podungge, F., Purwaningsih, S., & Nurhayati, T.
increasing value added. The 1st
(2015). Karakteristik buah bakau hitam
International Conference on Applied
sebagai sediaan ekstrak sumber antioksidan.
Marine Science and Fisheries Technology,
JPHPI, 18(2), 140–149.
122–126.
Prabowo, R. E. (2015). Peluang Bisnis Kuliner
Rosulva, Indah, Haryadi, Y., & Hastarini, E.
Buah Mangrove. Prosiding Seminar
(2014). Application of edible coating bases
Nasional Multi Disiplin Ilmu & Call for
extract of lindur (bruguiera gymnorrhiza)
Papers Unisbank, 1–9.
and chitosan on peeled off shrimp. Asian
Priyono, A., Ilminingtyas, D., Mohson, Y. L. S., Journal of Agriculture and Food Science
& Hakim, T. L. (2010). Beragam Produk (ISSN: 2321–1571), 2(2), 73–82.
Olahan Berbahan Dasar Mangrove.
Rosyadi, E., Widjanarko, S. B., & Ningtyas, D.
Kesema.
W. (2014). Pembuatan lempeng buah lindur
Purwaningsih, S., Salamah, E., Sukarno, A. Y. P., (Bruguiera gymnorrhiza) dengan
& Deskawati, E. (2013). Aktivitas penambahan tepung ubi kayu (Manihot
antioksidan dari buah mangrove esculenta crantz). Jurnal Pangan dan
(Rhizophora mucronata Lamk.) pada suhu Agroindustri, 2(4), 10–17.
yang berbeda. Jurnal Pengolahan Hasil
Rout, P., Kumar, N., & Basak, U. C. (2015).
Perikanan Indonesia, 16(3), 199–206.
Assessment of anti-nutritional properties in
Rahardian, A., Prasetyo, L. B., Setiawan, Y., & four edible fruits of mangroves of Odisha
Wikantika, K. (2019). Tinjauan historis data coast. International Journal of Current
dan informasi luas mangrove Indonesia. Biotechnology, 3(8), 11–16.

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021 149
Rukmana, R. (1997). Ubi kayu budi daya dan Konservasi Lahan Basa, 15(2), 6.
pascapanen. Kanisius.
Winarno, F. G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi.
Sadhu, S. K., Ahmed, F., Ohtsuki, T., & Gramedia Pustaka Utama.
Ishibashi, M. (2006). Flavonoids from
Yamamoto, T., Uenakai, K., & Sugi, J. (1983).
Sonneratia caseolaris. Journal of Natural
Starch and alcohol fermentation of
Medicines, 60(3), 264–265.
viviparous buds of mangroves. Journal of
Sahil, J., & Soamole, I. (2013). Pemanfaatan the Japanese Society of Starch Science,
buah mangrove sebagai sumber makanan 30(4), 342–347.
alternatif di Halmahera Barat, Maluku https://doi.org/10.5458/jag1972.30.342.
Utara. Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi,
Yang, X.-W., Dai, Z., Wang, B., Liu, Y.-P.,
1(2), 91–96.
Zhao, X.-D., & Luo, X.-D. (2018).
Samtiya, M., Aluko, R. E., & Dhewa, T. (2020). Antitumor triterpenoid saponin from the
Plant food anti-nutritional factors and their fruits of avicennia marina. Natural Products
reduction strategies: an overview. Food and Bioprospecting, 8(5), 347–353.
Production, Processing and Nutrition, 2(1), https://doi.org/10.1007/s13659-018-0167-9.
6. https://doi.org/10.1186/s43014-020-0020-
5
Sarofa, U. T., Mulyani, Y. A., & Wibowo.
(2011). Pembuatan cookies berserat tinggi
dengan memanfaatkan tepung ampas
mangrove (Sonneratia caseolaris).
REKAPANGAN, 5(2), 58–67.
Sarungallo, Z. L., Santoso, B., & Tethool, E. F.
(2010). Sifat fisikokimia dan fungsional pati
buah aibon (Brugueira gymnorhiza L.).
Jurnal Natur Indonesia, 12(2), 156–162.
Singh, V. P., & Odaki, K. (2004). Mangrove
Ecosystem : Structure and Function.
Scientific Publisher.
Sofro, A. S. (1992). Protein Vitamin Dan Bahan
Ikatan Pangan. Gajah Mada University
Press.
Sudirman, S., Nurjanah, & Jacoeb, A. (2014).
Proximate compositions, bioactive
compounds and antioxidant activity from
large-leafed mangrove (Bruguiera
gymnorrhiza) fruit. International Food
Research Journal, 21(6), 2387–2391.
Sulistyawati, Wignyanto, & Kumalaningsih, S.
(2012). Low tannins and HCN of lindur
fruit flour products as an alternative food.
Jurnal Teknologi Pertanian, 13(3), 187–
198.
Susiloningsih, E., Susilowati, T., & Haati, T.
(2016). Assessment Of proportion soybean
flour and lesser yam tubers flour on pedada
fruit (Sonneratia caseolaris) bar.
International Seminar for Research Month,
196–199.
Wanma, A. (2007). Pemanfaatan hutan
mangrove, Bruguiera gymnorhiza (L) Lamk
sebagai bahan penghasil karbohidrat.

150 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. 14, No. 2, Agustus 2021

You might also like