You are on page 1of 29

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FUTURISTIK

A. Definisi Pendidikan
1. Pendidikan berdasarkan Arti Etimologis dan Terminologis
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah dari pendidikan sudah sering kita dengar di telinga
kita. Secara sederhana, pendidikan dapat diartikan suatu pertolongan berupa usaha yang
diberikan oleh seseorang dalam membantu orang lain dalam rangka mencapai kematangan
berpikir atau mencapai kedewasaan.
Secara etimologi, istilah pendidikan berasal dari kata “didik” kemudian ditambahkan awalan
“pe” dan akhiran “kan” berartikan suatu perbuatan, baik itu hal, cara, maupun teknik. Istilah pendidikan ini
pada awalnya berasal dari Bahasa Yunani, yakni “paedagogie” artinya suatu bimbingan yang
diberikan kepada seorang anak (Ramayulis 2015a; Wijayanti Dewi Euis 2022).
Secara terminologi banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai definisi
pendidikan, antara lain:

a. Nana Sudjana
Pendidikan ialahh usaha sadar memanusiakan manusia ataumembudayakan manusia.
Pendidikan adalah proses sosialisasimenuju kedewasaan intelektual, sosial, moral, sesuai dengan
kemampuan dan martabat sebagai manusia.(Ramayulis 2015a).

b. Ahmad D. Marimba
Pendidikan ialah bimbingan atau pimpinan secara sadar olehpendidikan terhadap
perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Ramayulis
2015a).
c. Langeveld
Pendidikan yakni setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada
anak tertuju kepada pendewasaananak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup
cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dariorang dewasa
(atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan
sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa (Hasbullah 2015).

d. Jhon Dewey
Pendidikan ialah proses pembentukkan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual
dan emosional ke arah alam dan sesama manusia (Hasbullah 2015).

e. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan yakni tuntunan di dalam hidup terhadap tumbuhnya anak-anak.
Maksudnya, pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu,
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat, dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Hasbullah 2015).

B. Kurikulum Merdeka Belajar


a. Hakikat Kurukulum
Pengertian kurikulum jikalau ditinjau secara etimologis, kurikulum ini berasal dari
bahasa Yunani, yakni curir artinya pelari dan curere berarti tempat berpacu. Jadi, istilah
kurikulum ini berasal dari dunia olahraga di zaman Romawi kuno yang memiliki pengertian
yakni suatu jarak, yang harus ditempuh seorang pelari dari mulai garis start sampai dengan
garis finish (Ramayulis 2006, 2015b; Wijayanti Dewi Euis 2022). Istilah dari kurikulum ini
juga dipergunakan sebagai makna majazi dari mengejar mata pelajaran demi mencapai ijazah
dan gelar (Basri Hasan 2020; Wijayanti Dewi Euis 2022). Pengertian tersebut juga sejalan
dengan pendapatnya Crow and Crow yang menyatakan kurikulum ialah rancangan
pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran disusun secara sistematis, sebagai suatu
syarat untuk menyelesaikan program pendidikan tertentu.
Kata kurikulum dalam Bahasa Arab bisa diungkapkan dengan Manhaj berartikan
jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupannya. Sedangkan
pengertian “manhaj” atau kurikulum didalam pendidikan Islam sebagaimana yang terdapat
didalam kamus al-Tarbiyah yakni seperangkat perencanaan, dan media yang dijadikan acuan
oleh lembaga pendidikan didalam mewujudkan tujuan-tujuan Pendidikan (Ramayulis 2015b;
Suyanto 2008; Wijayanti Dewi Euis 2022).
Ditinjau dari segi terminology, banyak para ahli yang menyatakan pendapatnya terkait
pengertian kurikulum. Menurut E. Mulyasa (Ramayulis 2015a), kurikulum ialah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai suatu tujuan, kompetensi dasar, materi standar dan hasil
belajar, serta cara-cara yang dipakai sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran di dalam mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan. Sedangakan
Johnson (Syaodih Sukmadinata Nana 2010) menyatakan kurikulum Yakni “a structured
series if intendid learning outcome” (seperangkat tujuan ataupun hasil belajar yang
diharapkan). Kemudian, Wina (Ramayulis dan Mulyadi 2017) menyatakan kurikulum
diartikan sebagai sebuah
dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi, dan
pengalaman belajar yang harus dilaksanakan peserta didik, strategi dan cara yang dapat
dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi terkait pencapaian
tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
Steven A. Romine (Hakiim Lukmanul 2009) menafsirkan pengertian daripada
kurikulum, sebagai suatu Pelajaran, kegiatan, dan pengalaman belajar yang diperoleh siswa
dengan pengarahan dari pihak sekolah baik dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas.
Dengan penafsiran demikian, kurikulum ini dipandang dalam pengertian yang cukup luas,
kurikulum bukan sekedar menunjukkan perencanaan Pelajaran, melainkan juga pada semua
kegiatandidalam pengalaman belajar peserta didik yang diperolehnya dari sekolah. Baik
kegiatan ataupun pengalaman tersebut dilaksanakan di dalam ataupun di luar kelas, asalkan
masih dalam tanggungjawab ataupun pengarahan dari pihak sekolah. Jadi, tidak dibatasi pada
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di dalam kelas saja,
Colin J. Mars dan George Willis (Hidayat 2019) menyatakan kurikulum dengan:
“Curriculum is the totally of learning experiences provided to student so that they can attain
general skills and knowledge at the variety learning sites”. Kurikulum yang dimaksudkan
untuk mengarahkan pendidikan ke arah tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Sebagai
suatu rancangan, pendidikan mempunyai kurikulum kedudukan sentral dalam sebuah
kegiatan pendidikan, menentukan proses sebuah pelaksanaan dan hasil pendidikan.
Kurikulum memiliki hubungan yang erat dengan usaha untuk mengembangkan peserta didik
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sejalan dengan perkembangan daripada dunia
pendidikan, konsep kurikulum juga turut mengalami perkembangan dan pergeseran makna
dari isi ke proses pendidikan sebagaimana yang dinyatakan oleh Robin (Hidayat 2019)
sebagai berikut‚ “The commonly accepted definition on the curriculum has changed from
content of courses of study and list of subjects and course to all experiences which are
offered to learners under the auspices or direction of the school”.
Sedangkan menurut Wina (Ramayulis dan Mulyadi 2017), kurikulum ialah sebuah
dokumen perencanaan yang berisikan mengenai tujuan, yang harus dicapai, isi materi dan
pengalaman belajar yang harus dilaksanakan peserta didik, strategi dan cara-cara yang harus
dikembangkan, evaluasi yang dirancang dalam mengumpulkan informasi terkait pencapaian
tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa kurikulum
ialah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Hal tersebut dituangkan pula dalam Peraturan
Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Selanjutnya,
Wina Sanjaya (Hidayat 2019) menyatakan tiga dimensi pengertian dari kurikulum, yakni
kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman pelajaran, dan kurikulum
sebagai perencanaan program pembelajaran. Dalam konsep kurikulum sebagai mata pelajaran
biasanya erat kaitannya dengan suatu usaha untuk memeroleh ijazah yang pada dasarnya
menggambarkan kemampuan peserta didik. Apabila peserta didik ini telah mendapatkan
ijazah, berarti ia telah menguasai pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Sebuah kurikulum menggambarkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam
suatu Lembaga Pendidikan (Arifin Muzayyin 2020). Secara konseptual, menurut Schubert
(Hidayat
2019), pandangan terhadap kurikulum ini cukup beragam, yaitu (1) kurikulum sebagai isi
mata pelajaran (curriculum as content or subject matter); (2) kurikulum sebagai program
aktivitas yang direncanakan (curriculum as program of planned activity); (3) kurikulum
sebagai hasil belajar (curriculum as intended learning outcomes); (4) kurikulum sebagai
reproduksi budaya (curriculum as cultural reproduction); (5). kurikulum sebagai suatu hal
yang dialami siswa (curriculum as experience); (6) kurikulum sebaga tugas dan konsep-
konsep khusus (curriculum as distract and conceps); (7) kurikulum sebagai suatu agenda
untuk rekonstruksi sosial kemasyarakatan (curriculum as an agenda for social
reconstruction); dan (8) kurikulum sebagai sesuatu yang harus dijalani oleh siswa
(curriculum as currere).
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwasannya pengertian
kurikulum ialah seluruh rencana pembelajaran yang dijadikan pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran semua civitas akademika yang terdapat dalam lembaga pendidikan
formal maupun nonformal, didalam mencapai tujuan tertentu sesuai dengan yang diharapkan.
Secara filosofis, hakikat kurikulum ialah model yang diacu oleh pendidikan dalam upaya
membentuk citra darpada sekolah, dengan mewujudkan tujuan pendidikan yang disepakati.

b. Landasan Hukum Pelaksanaan Kurikulum Merdeka


Paling tidak ada lima landasan hukum yang menjadi landasan perubahan daripada kurikulum
Merdeka (Mubarak Zaki A. 2022) yakni:
1) Permendikbudristek No. 5 Tahun 2022.
Menjelaskan Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini,
Jenjang Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. Standar Kompetensi Lulusan
ialah criteria minimal tentang kesatuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
menunjukkan capaian kemampuan peserta didik dari hasil pembelajarannya pada akhir
jenjang pendidikan. Dimana Standar kompetensi lulusan menjadi acuan bagi kurikulum
2013. Kurikulum darurat, dan kurikulum merdeka.
2) Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022.
Disini menjelaskan terkait Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, jenjang pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Standar isi ini dikembangkan melalui perumusan lingkup
materi yang sesuai dengan kompetensi lulusan. Ruang lingkup materi ialah bahan kajian dalam
muatan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan pada: 1). Muatan wajib sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan; 2). Konsep keilmuan; 3). Jalur, jejang, dan jenis pendidikan.
Standar isi menjadi acuan untuk kurikulum 2013, kurikulum darurat, dan kurikulum
merdeka.
3) Kepmendikbudristek No. 56 Tahun 2022.
Mendjelaskan terkait Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan
pembelajaran. Disini memuat 3 opsi kurikulum yang bias digunakan satuan
pendidikan dalam rangka pemulihan pembelajaran beserta struktur KUrikulum Merdeka,
aturan terkait pembelajaran dan assessment serta bebad kerja guru.
4) Keputusan Kepala BSKAP No. 008/H/KR/2022
Menjelaskan terkait Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini,
Jenjang Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah pada Kurikulum Merdeka. Memuat
Capaian Pembelajaran semua jenjang dan matapelajran dalam Struktur Kurikulum Merdeka.
5) Keputusan Kepala BSKAP No. 009/H/KR/2022
Menjelaskan terkait Dimensi Elemen dan Sub Elemen Profile Pelajar Pancasila pada
Kurikulum Merdeka.

Selanjutnya sebagai dasar pertimbangan penting, konsep Presiden Jokowi yang ditulis tangan
tentang Visi Indonesia 2015-2085 (Mubarak Zaki A. 2022) yakni sebagai berikut:
1) Sumber daya manusia dimana kecerdasannya mengungguli bangsa lainnya di dunia.
2) Masyarakat Indonesia menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religious, dan menjunjung
tinggi daripada nilai-nilai etika.
3) Indonesia menjadi pusat Pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia.
4) Masyarakat dan aparatur pemerintah yang bebas daripada perilaku korupsi.
5) Terbangunnya insfrastruktur yang merata di seluruh Indonesia.
6) Indonesia menjadi negara yang mandiri dan negara yang paling berpengaruh di Asia-Pasifik.
7) Indonesia menjadi barometer daripada pertumbuhan ekonomi dunia.

Karenanya, Indonesia memiliki pilar untuk mencapai Visi Indonesia 2045 yang sudah disepakati
Bersama (Mubarak Zaki A. 2022) yakni:
1) Pembangunan SDM dan penguasaan daripada IPTEK
2) Pembangunan ekonomi berkelanjutan
3) Pemerataan pemerataan pembangunan
4) Ketahanan nasional dan tatakelola daripada kepemerintahan.

Hal tersebut didasarkan oleh magatren dunia yang harus diselaraskan dengan pendidikan di
Indonesia (Mubarak Zaki A. 2022) yakni:
1) Demografi Dunia
2) Urbanisasi Global
3) Perdagangan Internasional
4) Keuangan global
5) Kelas pendapatan menengah
6) Persaingan SDA
7) Perubahan iklim
8) Kemajuan teknologi
9) Perubahan geopolitik
10) Perubahan geoekonomi dunia

Karenanya, bidang pendidikan di Indonesia sangat membutuhkan percepatan peningkatan tarap


pendidikan rakyat dengan berpokus pada:
1) Meningkatnya jumlah rata-rata lama sekolah menjadi 12 Tahun (2026-2035).
2) APK daripada Pendidikan tinggi mencapai 60% pada Tahun 2045.
3) Porsi daripada tenaga kerja lulusan Pendidikan menengah keatas sebesar 90% Tahun 2045.
4) Meningkatkan proporsi lulusan proporsional di dalam bidang ilmu Teknik.
5) Meningkatkan Pendidikan vokasi yang berorientasi demand driven (Mubarak Zaki A. 2022).

Tentunya Indonesia tidak bisa berdiam diri saja, harus mengikuti sistem pendidikan yang sesuai,
sangat diperlukan perubahan. Indonesia harus merancang program pendidikan yang selaras dengan
tujuan-tujuan besar yakni “Indonesia emas 2045” dan “Indonesia Maju”. Tentu saja, semua itu
harus berangkat dari dunia pendidikan. Untuk mempersiapkan SDM Indonesia masadepan.
Kurikulum Merdeka ialah solusi bagi peta jalan pendidikan Indonesia.

c. Istilah-Istilah dalam Kurikulum Merdeka


Istilah-istilah dalam kurikulum merdeka yang perlu dipahami diantaranya (Mubarak Zaki A.
2022) yakni:
1) Merdeka
Sebuah terminology yang bermakna bebas ataupun mandiri istilah tersebut sering
dipakai sebagai ekspresi bebas dari keterkungkungan, ketertindasan, penjajahan dan lain
sebagainya. Kata merdekapun sering dipergunakan oleh kelompok-kelompok nasionalis
sebagai suatu ekspresi penyemangat kebangsaan. Hal tersebut juga berbeda dengan
kelompok agama, Islam misalkan. Diantaranya ada kelompok Islam yang terbiasa
menggunakan pekikan kata “Allahu Akbar” sebagai suatu penyemangat. Sedangkan
kelompok Islam moderat lebih tidak memilih menggunakan narasi agama sebagai
penyemangatnya. Jikalaupun diperlukan, mereka lebih memilih dengan menyebutkan
“Shallu Alannabi” sebagai suatu teriakan penyemangat saat berkelompok.
2) Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka ialah sebuah nama kurikulum baru yang mana telah di syahkan sebagai
kurikulum penyempurna dari kurikulum 2013 dan kurikulum darurat. Dimana
kurikulum Merdeka ini akan diimplementasikan secara menyeluruh pada Tahun
2024, setelah dilaksanakannya evaluasiK-13. Kurikulum Merdeka merupakan
kurikulum dengan pembelajaran intrakulikuler yang beragam, dimana konten akan lebih
optimal supaya peserta didik ini memiliki cukup waktu untuk dapat mendalami konsep dan
menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk dapat memilih berbagai
perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar, dan
minat daripada para peserta didiknya. Projek untuk dapat menguatkan pencapaian profil
belajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Projek tersebut juga tidak diarahkan untuk mencapai target capaian
pembelajaran tertentu. Sehingga tidak terikat pada suatu konten mata Pelajaran.
3) Merdeka Belajar
Merdeka belajar ialah istilah teknis untuk kegiatan siswa di dalam memasuki era Kurikulum
Merdeka dengan segala turunannya. Pembelajaran sesuai tahap capaian peserta
didikialah salahsatu semangat dalam Merdeka belajar. Pengajaran pada peserta didik
disesuaikan pada tingkat capaian dan kemampuan awal mereka. Terlebihdahulu pertama
guru melaksanakan Asessesmen terhadap level pembelajaran peserta didik. Peserta
didik kemudian dikelompokkan berdasarkan pada tingkat capaian dan kemampuan yang
serupa. Selanjutnya
guru melakukan intervensi pengajaran dan beragam aktivitas pembelajaran sesuai daripada
level pembelajaran tersebut. Bukan hanya melihat daripada usia dan kelasnya, guru juga
harus mengajarkan kemampuan dasar yang perlu dimiliki peserta didik dan
menelusuri kemajuannya.
4) Merdeka Mengajar
Merdeka Mengajar merupakan istilah teknis untuk kinerja guru dalam memasuki
era Kurikulum Merdeka dengan segala turunannya. Sekolah dan Guru diberikan suatu
kebebasan untuk dapat mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya. Merdeka mengajar ini juga dibantu oleh platform teknologi yang disediakan
untuk mendukung para guru supaya dapat mengajar menggunakan Kurikulum Merdeka
dengan lebih baik, meningkatkan kompetensinya dan mengembangkan kariernya.
5) Kampus Merdeka
Kampus Merdeka merupakan istilah teknis Perguruan Tinggi didalam memasuki
era Kurikulum Merdeka dengan segala turunannya. Kampus Merdeka ialah kebijakan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk dapat
menguasai berbagai keilmuan-keilmuan yang berguna dalam memasuki dunia kerja. Kampus
Merdeka ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat memilih mata kuliah yang
akan mereka ambil baik itu didalam kampus sendiri, maupun di kampus lainnya.
6) Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila ini ialah istilah teknis yang mengacu pada tujuan Pendidikan
nasional dengan memiliki enam dimensi serta di konstruksi oleh berbagai macam-
macam elemen. Dimensi Profil Pelajar Pancasila merupakan karakter dan kompetensi yang
menjadi pondasi yang perlu untuk dikembangkan satuan Pendidikan untuk peserta didik.
Adapun dimensi- dimensi Profil Pelajar Pancasila ialah; (1). Beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, (2). Berkebinekaan global, (3). Bergotong-
royong, (4). Mandiri (5). Bernalar kritis, juga (6). Kreatif.
7) Sekolah Penggerak
Sekolah Penggerak merupakan sekolah yang dipilih menjadi pilot project
implementasi kurilulum prototipe atau Kurikulum Merdeka. Sekolah penggerak ialah sekolah
yang berfokus pada pengembangan daripada hasil belajar pseserta didik secara holistic
dengan mewujudkan profil pelajar Pancasila yang mencakup kompetensi dan karakter
yang diawali SDW yang unggul (Kepala Sekolah dan Guru).
8) Guru Penggerak
Guru penggerak ilah guru yang lolos mengikuti pelatihan dan Pendidikan paradigma
dari Kurikulum Baru dengan muatan Kurikulum Merdeka dan segala turunannya. Guru
penggerak merupakan pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang peserta
didik secara holistic, selalu aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik
lainnya dalam mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta
menjadi suritauladan dan agen transformasi ekosistem Pendidikan untuk mewujudkan Profil
Pelajar Pancasila.
9) Capaian Pembelajaran (CP)
Capaian Pembelajaran (CP) ialah pengetahuan keterampilan, dan sikap yang dirangkaikan
sebagai satu kesatuan proses berkelanjutan sehingga dapat membangun kompetensi yang
utuh dari suatu mata Pelajaran. Capaian Pembelajaran (learning outcomes) ialah suatu
ungkapan daripada tujuan Pendidikan. Yang merupakan pernyataan terkait apa yang
diharapkan; diketahui, dipahami, dan dapat dikerjakan oleh seorang peserta didik setelah
meyelesaikan periode belajarnya.
10) Assessmen Diagnostik
Assessmen Diagnotik ialah pengukuran kemampuan peserta didik sebelum peserta didik
mengikuti pembelajaran pada Kurikulum Merdeka. Assesmen Diagnostik ialah penilaian yang
digunakan untuk mengetahui kelemahan peserta didik didalam menguasai suatu materi
ataupun kompetensi tertentu serta penyebabnya.
11) Pembelajaran Projek
Pembelajaran Projek yakni suatu model pembelajaran menggunakan basis project based
learning sebagai salahsatu model pembelajaran untuk dapat menguatkan Profil
Pelajar Pancasila. Prosek penguatan Profil Pelajar Pancasila yakni suatu pendekatan
pembelajaran melalui projek dengan sasaran utamanya untuk mencapai dimensi Profil
Pelajar Pancasila. Peserta didik akan belajar untuk menelaah tema-tema tertentu yang
menjadi prioritas daripada setiap tahunnya.
12) Materi Essensial
Materi Essensial yakni materi utama didalam sebuah mata Pelajaran yang diberikan oleh guru,
bisa pula dikembangkan oleh peserta didik itu sendiri melalui berbagai sumber ajar lainnya.

d. Persamaan dan Perbedaan dengan Kurikulum Sebelumnya


Persamaan dan perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat
(Mubarak Zaki A. 2022) yakni sebagai berikut:
1) Kerangka Dasar
Ketiga daripada kurikulum tersebut yakni Kurikulum Merdeka, Kurikulum 2013 dan
Kurikulum Darurat mempunyai kerangka dasar yang mengacu kepada tujuan daripada System
Pendidikan Nasional dan Standar Nasional Pendidikan. Adapun perbedaan yang
paling mencolok pada Kurikulum Merdeka ialah pada Mengembangkan Profil Pelajar
Pancasila pada Peserta didi.
2) Dimensi Kompetensi
a) Kompetensi yang dituju oleh K-13 ialah kompetensi dasar (KD) berupa lingkup dan
urutan (scope and sequence) yang dikelompokkan pada empat kompetensi inti (KI) yakni:
sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. KD ini dinyatakan dalam
bentuk poin-poin kemudian diurutkan untuk mencapai KI yang diorganisasikan pertahun.
KD pada KI 1 dan KI 2 hanya terdapat pada mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
b) Kompetensi yang dituju oleh Kurikulum Darurat yakni kompetensi dasar (KD) yang
kemudian disederhanakan oleh pemerintah supaya berfokus kepada kompetensi esessial,
juga kompetensi prasyarat bagi kelanjutan pembelajaran pada Tingkat selanjutnya.
c) Kompetensi yang dituju oleh Kurikulum Merdeka yakni capaian dari pembelajaran yang
disusun perpase capaian pembelajran yang diyatakan dalam pharagraf yang merangkaikan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk dapat mencapai, menguatkan, dan
meningkatkan kompetensi. Terdapat 7 Fase yaitu Fase A (umumnya setara dengan kelas I
dan II SD), Fase B (umumnya setara dengan kelas III dan IV SD), Fase C (umumnya
setara dengan kelas V dan VI SD), Fase D (umumnya setara dengan kelas VII, kelas
VIII, dan kelas IX SMP), Fase E (umumnya setara dengan kelas X SMA dan SMK), Fase F
(umumnya setara dengan kelas XI dan XII SMA dan kelas XI dan XII SMK).
3) Dimensi Struktur Kurikulum
a) Struktur Kurikulum 2013
Jam pelajarannya/JP diatur perminggu. Satuan mengatur alokasi waktu
pembelajaran dengan rutin pada setiap minggunya didalam setiap semester, sehingga
setiap semester peserta didik mendapatkan nilai daripada hasil belajaranya setiap
pada mata pelajaran satuan Pendidikan dengan diarahkan menggunakan
pendekatan pengorganisasian pembelajaran berbasis daripada mata pelajaran.
b) Struktur Kurikulum Darurat
Menggunakan Struktur Kurikulum pada Kurikulum 2013.
c) Struktur Kurikulum Merdeka
Struktur daripada kurikulum ini dibagi menjadi 2 (dua) dari kegiatan pembelajaran utama,
yakni: (1). Pembelajaran regular/rutin ialah kegiatan intrakulikuler; (2). Projek penguatan
profil belajar Pancasila. Jam Pelajaran (JP) ini diatur dalam pertahun. Satuan
daripada Pendidikan dapat mengatur alokasi waktu pembelajaran secara pleksibel
untuk dapat mencapai JP yang sudah ditetapkan. Satuan Pendidikan dapat pula
menggnakan pendekatan pengorganisasian pembelajaran berbasis mata pelajran, tematik,
ataupun terintegrasi.
4) Dimensi Pembelajaran
a) Pembelajaran K-13
Pendekatan daripada pembelajarannya menggunakan satu pendekatan yakni pendekatan
saintifik bagi semua matapelajaran. Umumnya, pembelajarannya berfokus hanya pada
intrakulikuler (tatap muka), untuk ko-kurikuler beban belajarnya dialokasikan maksimum
50% diluar daripada jam tatap muka. Akan tetapi tidak diwajibkan pada bentuk kegiatan
yang direncanakan secara khusus. Umumnya diserahkan pada kreativitas daripada Guru
Pengampu.
b) Pembelajaran Kurikulum Darurat
Pembelajran ini berfokus kepada Pendidikan dan pembelajaran essensial dan kontekstual
sehingga guru dan peserta didiktidak terlalu terbebani dengan tuntutan daripada
menuntaskan seluruh capaian daripada kurikulum. Begitupun para orangtua dipermudah
didalam pendampingan pembelajaran anak di rumah.
c) Pembelajaran Kurikulum
Pembelajaran Kurikulum ini menguatkan pembelajran terdiferensiasi sesuai pada tahapan
capaian daripada para peserta didik itu sendiri. Dimana Paduan antara
pembelajaran intrakulikuler sekitar 70 s/d 80% dari jam Pelajaran, dan ko
kulikuler melalui projek penguatan profil belajar Pancasila sekitar 20 s/d 30% jam
Pelajaran.
5) Dimensi Penilaian
a) Penilaian Kurikulum 2013
Penilaian Kurikulum 2013 dengan penilaian formatif dan sumatif oleh pendidik. Berfungsi
untuk memantau daripada kemajuan belajarnya, hasil belajarnya, mendeteksi daripada
kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Selanjutnya
juga menguatkan daripada pelaksanaan penilaian uatentik dalam setiap mata Pelajaran.
Adapun penilaian ini dibagi menjadi penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
b) Penilaian Kurikulum Darurat
Penilaiannya sama dengan K-13
c) Penilaian Kurikulum Merdeka
Pelaksanaan penilaiannya dengan penguatan pada Asesmen formatif, dan penggunaan
hasil Assesmen dalam merancang suatu pembelajaran sesuai pada tahapan capaian
daripada peserta didik itu sendiri. Melakukan penguatan pelaksanaan penilaian autentik
terutama didalam projek penguatan profil pelajar Pancasila. Tidak ada suatu
pemisahan antara penilaian sikap, pengetahuan, dam keterampilan.

6) Dimensi Fasilitas Pemerintah


a) Fasilitas pemerintah untuk Kurikulum
2013 Yakni; buku teks dan juga buku-buku
non tes.
b) Fasilitas pemerintah untuk Kurikulum
Darurat Fasilitasnya sama dengan
kurikulum 2013
c) Fasilitas pemerintah untuk Kurikulum Merdeka
Fasilitasnya buku-buku teks, dan buku-buku non teks, contoh modul ajar, alur
tujuan pembelajaran, contoh projek daripada penguatan profil pelajar Pancasila, contoh
kurikulum operasional daripada satuan Pendidikan.
7). Dimensi Perangkat Kurikulum
a) Perangkat Kurikulum 2013
Yakni; pedoman implementasi kurikulum, panduan daripada penilaian dan
panduan daripada pembelajaran setiap jenjangnya.
b) Perangkat Kurikulum Darurat
Yakni; sama dengan kurikulum 2013.
c) Perangkat Kurikulum Merdeka
Yakni; panduan pembelajaran dan assesmen, panduan daripada pengembangan kurikulum
operasional sekolah, panduan daripada pengembangan projek, penguatan profil
belajar Pancasila, panduan daripada pelaksanaan Pendidikan inklusif, panduan
daripada penyusunan program pembelajaran individual, modul layanan bimbingan
konseling.

e. Substansi Kurikulum Merdeka


Daripada persamaan dan perbedaan tersebut diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwasannya
substansi daripada Kurikulum Merdeka (Mubarak Zaki A. 2022) yakni:
a) Profil Pelajar Pancasila
“Pancasila” dijadikan terminology pokok ciri daripada Kurikulum Merdeka, tentu ini sangat
nasionalistik. Tujuan utama daripada pelajar Pancasila yakninasionalisme. Para
pelajar Indonesia harus membangun identitas daripada dirinya secara matang, memiliki
nilai-nilai nasionalisme. Tentu ini harus tertanam kuat seiring terbangunnya rasa
kemanusiaan. Dengan demikian, kecintaan terhadap tanah air, dan tekadnya untuk
membela keutuhan bangsa Negara Indonesia berkembang sejalan dengan tumbuhnya
kesadaran bahwasannya ia ialah bagian darppada warga dunia yang menghargai nilai
kemanusiaan universal.
Keseimbangan identitas diri warga negara yang nasionalis, warga dunia yang humanis, akan
mendorong pelajar Indonesia mempunyai suatu jatidiri yang kuat didalam
mempresentasikan suatu budaya bangsanya yang luhur, terbuka, inklusif, dan tentu
siap untuk ikut berkontribusi memajukan bangsanya dan dunia. Nasionalisme dapat
terbangun didalam diri pelajar Indonesia daripada buah perkembangan emen sekurang-
kurangya terdiri daripada tiga dimensi: elemen akhlak bernegara dalam dimensi (1).
Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, kepedulian pada sesama
yang merupakan bagian daripada dimensi, (2). Bergotongroyong, (3). Berkebinekaan
global.

f. Tujuh Tema Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Adapun yang menjadi tema pokok didalam Kurikulum Merdeka diantaranya ada tujuh
tema. Dimana ketujuh tema ini, berdasarkan isu prioritas didalam peta jalan Pendidikan
Nasional 2020-2035 Sustainable Development Goals, dan dokumen-dokumen lainnya
yang relevan (Mubarak Zaki A. 2022) yakni:
a) Gaya Hidup Berkelanjutan; didalam memakami akibat daripada aktivitas yang dilakukan
oleh manusia baik itu jangka pendek maupun jangka Panjang terhadap
kelangsungan kehidupan di dunia ataupun pada lingkungan sekitarnya. Adapun
penerapan daripada tema ini dimulai pada Tingkat SD/MI sampai dengan SMA/MA dan
SMK/MAK. Dimana tema tersebut dapat membantu peserta didik dalam:
(1) Dalam mengembangkan kemampuan berfikir system untuk dapat memahami
keterkaitan aktivitas-aktivitas manusia, dengan dampak-dampak global yang
ditimbulkan yang menjadi suatu akibat termasuk daripada perubahan iklim itusendiri.
(2) Dalam membangun kesadaran didalam bersikap dan berperilaku yang ramah
lingkungan serta pula mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah lingkungan
serta pula mempromosikan gaya hidup, perilaku yang lebih berkelanjutan
dalam kehidupan sehari-hari.
(3) Didalam mempelajari potensi kritis berkelanjutan yang terjadi dilingkungan skitarnya
(contoh seperti terjadinya bencana alah akibat perubahan iklim, krisis pangan, krisis
air bersih, dan lain-lain), serta pula mengembangkan kesiapan untuk dapat menghadapi dan
memitimigasinya.
Contoh muatan local:
Jakarta: situasi banjir.
b) Kearifan local; didalam membangun rasa ingin tahu, kemampuan inkuiri melalui
eksplorasi terkait budaya dan kearipan local Masyarakat sekitar ataupun daerah
tersebut serta pula perkembangannya. Adapun tema tersebut bisa diterapkan mulai
daripada SD/MI sampai dengan SMA/MA, SMK/MAK. Tujuan daripada tema tersebut
yakni:
(1) Siswa bisa mempelajari bagaimana dan mengapa Masyarakat local ataupun darerah-
daerah berkembang, bagaimana perkembangannya, dipengaruhi oleh apa saja
situasi/konsteks yang lebih besar (nasional/internasional) serta untuk dapat memahami
pula apa yang berubah dari waktu ke waktu, dan apa yang konsisten/tetap sama tidak
terjadi suatu perubahan.
(2) Siswa juga mempelajari konsep-konsep dan nilai-nilai dibalik kesenian dan tradisi
local, serta pula merefleksikan nilai-nilai apa saja yang dapat diambil dan
dapat diterapkan didalam kehidupan mereka.
(3) Siswa belajar untuk dapat mempromosikan salahsatu hal yang menarik terkait budaya
dan nilai-nilai luhur yang dipelajarinya.

Contoh muatan local;


Jawa Barat: system Masyarakat di Kampung Naga.

c) Bhineka Tunggal Ika; yakni mengenal belajar membangun interaksi/dialog penuh hormat
terkait keberagaman kelompok agama dan kepercayaan yang dianut kelompok Masyarakat
sekitar dan Indonesia serta nilai-nilai daripada ajaran yang dianut olehnya. Tema tersebut
dapat diaplikasikan mulai daripada Tingkat SD/MI, sampai dengan SMA/MA,
SMK/MAK. Adapun yang menjadi tujuannya yakni:
(1) Siswa dapat mempelajari perspektif berbagai agama kepercayaan terkait
fenomena global, misalkan masalah lingkungan, kemiskinan, dan lain-lain.
(2) Siswa dapat secara kritis dan reflektif menelaah berbagai stereotif negative
yang biasanya dilekatkan kepada suatu kelompok agama, serta dampaknya terhadap
dapat terjadinya suatu konflik dan kekerasan.
(3) Adapun melalui projek ini, siswa dapat mengenal juga mempromosikan
budaya perdamaian dan anti kekerasan.

Contoh muatan local; menangkap isu-isu keberagaman di lingkungan sekitarnya dan


mengeksplorasikannya.

d) Bangunlah Jiwa dan Raganya; dapat membangun suatu kesadaran juga keterampilanuntuk
dapat memelihara Kesehatan daripada fisik dan mental, baik itu untuk dirinya
sendiri, maupun orang-orang yang ada disekitarnya.Tema tersebut dapat
diimplementasikan di
SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK. Adapun yang menjadi tujuannya:
(1) Siswa dapat melaksanakan penelitian dan dapat mendiskusikan suatu permasalahan-
permasalahan tentang kesejahteraan diri, serta pula mengkaji fenomena
perundungan/bullying yang terjadi disekitar mereka, baik didalam lingkungan fisik,
maupun di dunia maya serta pula berupaya untuk mencari jalan keluar pemecahan
permasalahannya.
(2) Siswa menelaah permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan Kesehatan dan
kesejahteraan fisik dan mental, termasuk isu narkoba, pornografi, dan juga Kesehatan
refroduksi. Siswa dapat merancang kegiatan-kegiatan dan berkomitmen untuk dapat
senantiasa menjaga kesejahteraan dirinya juga orang lain, serta selalu berusaha untuk
mengkampanyekan isu terkait.

Contoh muatan local; mencari Solusi bagi masalah cyber bullying yang marak terjadi
dikalangan remaja local.

e) Suara Demokrasi; system demokrasi dan pemerintahan yang diterapkan di


Negara Indonesia docobauntuk dapat dipraktekkan. Akan tetapi tidak terbatas pola
pada proses pemilihan umum, juga daripada perumusan kebijakan. Adapun tema
terssebut dapat di terapkan pada SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK. Adapun yang
menjadi tujuannya yakni:
(1) Siswa dapat merepleksikan makna daripada demokrasi, dapat memahami
implementasi demokrasi, serta pula tantangan-tantangannya didalam konteks yang
berbeda. Termasuk pula didalam organisasi satuan Pendidikan dalam dunia kerja.
(2) Siswa dapat menggunakan kemampuan berfikir system, dapat menjelaskan
keterkaitan diantara peran individu terhadap kelangsungan demokrasi Pancasila.

Contoh muatan local: system musyawarah yang dilaksanakan oleh Masyarakat tertentu
didalam pemilihan Kapala Desa.

f) Berekayasa dan Berteknologi untuk membangun NKRI; yakni berkolaborasi


didalam melatih suatu daya fikir kritis, kreatif, inovatif, sekaligus pula didalam
kemampuan berempati untuk berekayasa membangun produk berteknologi yang
memudahkan kegiatan- kegiatan dirinya dan sekitarnya. Adapun tema tersebut dapat
diterapkan mulai daripada SD/MI, SMA/MA, SMK/MAK. Tujuannya yakni:
(1) Siswa dapat mengasah berbagai keterampilan didalam berfikir (yakni; berfikir system,
berfikir komputasional, atau design thinking) didalam mewujudkan suatu
produk berteknologi.
(2) Siswa mempelajari dan mempraktekkan proses rekayasa (engineering process) secara
sederhana, dimulai daripada menentukan spesifikasi, sapai pada uji coba,
untuk membangun suatu model ataupun prototipe produk bidang rekayasa
(engineering).
(3) Siswa dapat mengasah keterampilan coding, untuk dapat menciptakan suatu karya
digital berkreasi di bidang robotika, Dimana harapannya, siswa bisa membangun
budaya smart society dengan menyelesaikan suatu persoalan-persoalan pada
Masyarakat sekitarnya melalui suatu inovasi dan penerapan daripada
teknologi, mensinergikan asfek-asfek sosial, dan asfek teknologi.

Contoh muatan local; Membuat desain inovatif sederhana, menerapkan teknologi


yang dapat menjawab masalah-masalah yang ada di satuan Pendidikan.

g) Kewirausahaan; yakni mengidentifikasi potensi-potensi ekonomi Tingkat local


dan permasalahan yang terdapat dalam pengembangan potensi tersebut, serta pula
kaitannya dengan asfek-asfek lingkungan, sosial dan pula kesejahteraan Masyarakat
sekitarnya. Adapun tema tersebut dapat diteraopan pada SD/MI, SMA/MA, SMK/MAK.
Tujuannya yakni:
(1) Siswa kemudian dapat merancang strategi dalam meningkatkan potensi ekonomi local
didalam rangka Pembangunan berkelanjutan.
(2) Melalui suatu kegiatan didalam projek tersebut seperti terlibat didalam rangka
kegiatan ekonomi rumah tangga, berkreasi untuk dapat menghasilkan karya bernilai
jual, dan kegiatan lain sebagainya yang kemudian diikuti pula dengan proses analisis
dan refleksi hasil daripada kegiatannya.
(3) Melalui pelaksanaan daripada kegiatan tersebut, kreativitas budaya kewirausahaan akan
ditumbuh kembangkan. Siswa dapat membuka wawasan terkait peluang masa depan,
peka akan kebutuhan-kebutuhan Masyarakat, dapat menjadi problem solver
yang terampil, serta pula siap untuk dapat menjadi tenaga kerja professional penuh
integritas.

Contoh muatan local; membuat suatu produk dengan konten local yang memiliki daya
jual.

g. Beberapa Perubahan Istilah antara kurikulum merdeka dengan kurikulum sebelumnya


Terdapat beberapa perubahan istilah dalam Kurikulum Merdeka yang
sesunngguhnya mempunyai substansi yang sama, akantetapi ada persoalan teknis yang
berbeda. Perubahan- perubahan tersebut (Mubarak Zaki A. 2022) yakni:
a) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI-KD); terjadi perubahan diganti
istilahnya menjadi Capaian Pembelajaran (CP)/Learning Outcome (LO) istilah tersebut
sama dengan istilah yang dipergunakan di perguruan tinggi.
b) KTSP dan K-13 menjadi Kurikulum Merdeka; walaupun sejatiya isi daripada Kurikulum
Merdeka ialah menegaskan konsep KTSP yang diambil dari konsep School
Based Curriculum Development yang mana sudah lama diimplementasikann di
Australia. Merdeka disini akan menjadikan sekolah memiliki kemerdekaan
menentukan arah kurikulumnya seperti halnya konsep KTSP tahun 2006 yang berganti
menjadi K-13.
c) Pembelajaran Tematik; Dimana dahulu hanya digunakan pada jenjang SD saja, sekarang
diperbolehkan digunakan pada jenjang SMP, SMA, dan SMK, Dimana pembelajaran non
tematikpun diperbolehkan diajarkan di SD.
d) Jam Pembelajaran (JP); permingggu diganti berubah menjadi pertahun dan tidak kaku
pada pola mingguan.
e) Pembelajaran Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK); diubah menjadi informatika.
Pembelajaran informatika ini wajib untuk dapat disajikan secara integral di jenjang SMP
walaupun tidak diwajibkan oleh Guru yang berlatarbelakang TIK.
f) IPA dan IPS di SD; berubah jadi pembelajran IPAS yakni Ilmu Pengetahuan Alam
dan Sosial, dan untuk jenjang selanjutnya tidak dirubah.
g) Jurusan dan Peminatan di SMA dikhilangkan; dahulu untuk jurusan diganti
dengan peminatan, akan tetapi sekarang istilah peminatan diganti Kembali dengan mata
pelajaran sesuai daripada minat peserta didik. Adapun sejatinya, istilah daripada minat dan
peminatan ialah sama, yang membedakan hanyalah memilih mata Pelajaran sesuai dengan
minat.
h) Konten disederhanakan menjadi literasi dan nemerasi; literasi ialah mengacu kepada
Bahasa, sedangkan untuk numerasi mengacu kepada angka. Pembelajaran literasi
dan numerasi ini ialah untuk meningkatkan kemampuan pelajar didalam
menerima dan memahami informasi yang ditulis secara literal maupun numeral ataupun
didalam bentuk keduanya seperti infografik, chart ataupun bentuk-bentuk lainnya.

h. Perubahan Karakteristik kurikulum


Adapun secara mendasar Kurikulum Merdeka ini mempunyai perubahan karakteristik (Mubarak
Zaki A. 2022), yaitu:
a) Orientasi Holistik yakni; mencakup akademik dan non-akademik, kognitif-emosional-
sosial-spiritual.
b) Kurikulum berbasis kompetensibukan berbasis konten seperti hal nya pada kurikulum
yang lama. Kurikulum ini pada sejatinya sama dengan KBK, KTSP, dan K-13.
Akantetapi terdapat perubahan-perubahan komponen yang akan mengubah pandangan
terhadapnya. Memandirikan pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran merupakan
kunci daripada kompetensi yang digagas dalam Kurikulum Merdeka.
c) Terjadinya kontekstualisasi, persobalisasi, juga institusionalisasi, yakni; tentu
setiap pribadi, Lembaga, juga konteks sosial budaya sangat dihargai untuk dapat menjadi
pembeda daripada setiap pengembangan kurikulum pada setiap Lembaga Pendidikan.

i. Komponen Kurikulum Merdeka


Adapun komponen-komponen daripada Kurikulum Merdeka (Mubarak Zaki A. 2022) yakni
sebagai berikut:
a) Tujuan Kurikulum; didalam Kurikulum Merdeka, ada dua tujuan yakni tujuan Pendidikan
nasional yang dititipkan dalam konsep Profil Pelajar Pancasila (PPP) dan tujuan kokulikuler
yaitu suatu tujuan setiap mata pelajaran.
b) Isi Kurikulum; yakni materi yang akan disampaikan dalam Kurikulum Merdeka.
Dikarenakan isi daripada Kurikulum Merdeka ini didasarkan pada setiap fase bukan pada
Tingkat pertahun, maka dari itu, setiap pase memiliki isi masing-masing.
c) Prosedur dan Metodelogi Pembelajaran; implementasi daripada Kurikulum Merdeka ini
yang sering disebut dengan prosedur pembelajaran ataupun metodelogi
pembelajaran terbagi kedalam struktur kurikulum sesuai pada jenjang Pendidikannya.
Akan tetapi setiap jenjang mempunyai dua kegiatan utama yakni; (1). Pembelajaran intra
kulikuler, dan (2). Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
d) Evaluasi; komponen daripada Kurikulum Merdeka yang terakhir yakni evaluasi. Dimana
evaluasi ialah pengukuran keberhasilan antara sesuatu yang telah direncanakan
dengan hasil/keberhasisilan atau yang disebut dengan assesmen pembelajaran.
Pembelajaran dan asessmen sejatinya tidak terpisahdikarenakan keduanya ialah suatu
proses integrasi yang pelaksanaannya dilaksanakan didalam satu kali nafas. Proses
tersebut diharapkan dapat mengukur asfek yang seharusnya dapat diukur dan bersifat
holistik. Bentuk daripada asssesmen ini bisa berupa formatif maupun sumatif.

j. Masalah-Masah yang Ditemui dalam Kurikulum Merdeka


Sebagai suatu kurikulum baru, tentu saja harus diuji terlebihdahulu kemampuan
daripada implementasinya. Adapun sebagai bahan renungan awal sebelum terlaksananya kurikulum
Merdeka, beberapa permasalahan bisa saja muncul dalam tataran teknis Kurikulum Merdeka
(Mubarak Zaki A. 2022) diataranya:
a) Secara konseptual Kurikulum Merdeka ini ialah Solusi yang dipasangkan pada Revolusi
Industri 4.0 dan Society 5.0. kurikulum yang memposisikan dinya sebagai penyempurna
daripada KTSP dan K-13, tentu menghindari perasaan gelisah para pendidik
sebagai implementator daripada kurikulum dilapangan. Akan tetapi, paradigma
baru yang digaungkan tersebut didalam Kurikulum Merdeka dengan berbagai perubahan
mendasar akan menjadi permasalahan yang rumit dan pelik bagi guru.
b) Sumber daya guru yang tidak merata akan menjadi suatu masalah yang serius didalam
pengimplementasian Kurikulum Merdeka di seluruh Indonesia.
c) Implementasi daripada Kurikulum Merdeka ini memang telai mempunyai wesite
yang membutuhkan jaringan internet sebagai sumber kurikulumnya dan pengajarannya.
Berbagai pilihan telah disajikan untuk pola kebebasan Guru didalam memilih
implementasi kurikulum di tataran praktis. Akantetapi, Indonesia ini sangatlah luas,
Dimana setiap sekolah dan daerah mempunyai kemampuan yang tidak sama
didalam infrastruktur teknologi informatika dan jaringan internetnya. Walaupun telah
disiapkan Solusi melalui Flashdisc yang dapat memudahkan penyampaian konten-
konten kurikulum akantetapi kempuan daripada para guru dalam hal ini sangat variative.
Tentu akan membutuhkan watu didalam pengimplementasian total daripada Kurikulum
Merdeka tersebut.
d) Struktur Kurikulum menjadi bias dikarenakan guru Merdeka didalam memilih
akan membuat para guru kebingungan menghadapi paradigma baru.
e) Diantaranya ada banyak guru yang berfikir pragmatis. Terkait jam Pelajaran perminggu
diganti menjadi pertahun. Ada suatu ketakutan daripada para guru yang berpikir pragmatis
tadi takut jam Pelajaran minimum sebagai syarat mendapat tunjangan menjadi terganggu.
Tentu saja terkait permasalahan tersebut bisa dikendalikan melalui penyesuaian kebijakan
terhadap jam Pelajaran Guru.
f) Dapodik harus dikembangkan mengingat semakin banyaknya osi-opsi pilihan dalam
Kurikulum Merdeka ini. Tetentu tatakelola pengembangan Dapodik baru diperlukan, dan
harus menjadi prioritas utama pemerintah, apabila Kurikulum Merdeka ini ingin
segera sukses di implementasikan.
g) Tentu membutuhkan kerja keras, dan kerja cerdas didalam urusan desain Kurikulum baru
ini. Harus memperhatikan secara detail komponen-komponen kurikulum serta
permasalahan yang dapat ditimbulkannya.

C. Metode Pembelajara Pendidikan Agama Islam


Kitab suci Al-Qur’an yang merupakan kitab suci yang lengkap dengan segala
petuntuknya yang meliputi seluruh asfek kehidupan yang bersifat universal. Tentunya dasar
Pendidikan kita sebagai abdi daripada Allah SWTbersumberkan kepada filsafat hidup
berdasarkan tuntunan Al-Quran.
Nabi Muhammad SWT menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar Pendidikan Islam
disamping sunnah beliau sendiri. Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok Pendidikan
Islam dapat dipahami daripada ayat A-Qur’an itu sendiri. Dalam Firmannya surah QS. An-
Nahl:64, QS Shad:29.
Artinya:
“Dan kami tidak menurunkan kepada Al-Kitab (Al-Qur’an) ini melainkan agar kamu
dapat menjelaskan kepada mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan Rahmat bagi
kaum yang beriman” (QS. An-Nahl:64).
Artinya:
“ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah sepaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat Pelajaran orang-orang yang
mempunyai fikiran” (QS. Shad:29).
Menurut Muhammad Fadil Jamali (Ramayulis 2018) pada hakekatnya Al-Qur’an ialah
perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia. Utamanya bidang kerohanian. Ia
pada umumnya ialah merupakan kitab Pendidikan kemasyarakatan, moril (akhlak) dan
spiritual (kerohanian).
Selanjutnya A-Nadwi (Ramayulis 2018) menyatakan dengan mempertegas
bahwasannya Pendidikan dan pengajaran ummat Islam haruslah bersumberkan kepada akidah
Islamiah. Menurutnya, sekiranya Pendidikan umat Islam itu tidak didasarkan kepada akidah
Al-Qur’an dan Al-Hadist, maka Pendidikan tersebut bukanlah Pendidikan Islam, melainkan
Pendidikan Asing.
Kemudian Abd Al-Rahwan (Ramayulis 2018) beliau mencoba menggali prinsip-prinsip
metode mengajar dalam Al-Qur’an dari hasil penggaliannya tersebut ia menemukan berbagai
metode dalam Al-Qur’an yang dapat menggugah perasaan dalam rangka menanamkan rasa
Iman dan Cinta kepada Allah SWT., rasa nikmatnya beribadah, rasa hormat kepada orang tua
dan lain-lain.

1. Metode Mengajar Qur’ani dan Bahasa Qur’ani


Adapun metode-metode mengajar menurut al-Nahlawi yang bisa menggugah perasaan
(Ramayulis 2018) yakni sebagai berikut:
1). Metode Hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi
2). Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi
3). Metode Amtsal (Perumpamaan)
4). Metode Keteladanan
5). Metode Pembiasaan
6). Metode ‘Ibadah dan Man’izah
7). Metode Targhib dan Tarhib

1.1. Metode Qur’ani


Adapun bentuk-bentuk metode Qur’ani (Ramayulis 2018) tersebut diantaranya yakni:
a). Metode Hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi
Hiwar (dialog) merupakan suatu percakapan silih berganti antara dua pihak
ataupun lebih, melalui tanya jawabmengenai suatu topik yang mengarah kepada
suatu tujuan. Dimana kedua belah pihak saling bertukar pendapat tentang suatu
perkara tertentu. Kadang, keduanya sampai pada satu kesimpulan, atau mungkin bisa
saja terjadi salahsatu pihak merasa tidak puas dengan pembicaraan yang lainnya.
Akan tetapi, ia masih dapat mengambil suatu Pelajaran dan menentukan sikap.
Hiwar memiliki dampak yang sangat dalam terhadap jiwa pendengar ataupun
pembaca yang mengikuti topik percakapan secara seksama dan penuh perhatian.
Adapun hal tersebut disebabkan karena beberapa hal yakni:
Pertama suatu permasalahannya disajikan secara dinamis, karena kedua pihak
secara langsung terlibat didalam suatu pembicaraan secara timbal balik. Sehingga
tidak membosankan tentunya. Bahkan dialog demikian akan dapat mendorong kedua
belah pihak untuk saling memperhatikan satu sama lain, dan terus mengikuti pola
fikirannya. Sehingga dapat menyingkap sesuatu hal yang baru. Mungkin juga
salahsatu pihak berhasil untuk dapat meyakinkan rekannya dengan pandangan yang
dikemukakannya tersebut.
Kedua, dengan menggunakan metode tersebut, pendengar lebih tertarik untuk
terus mengikuti jalannya percakapan tersebut dengan maksud dapat mengikuti
berjalannya suatu percakapan untuk dapat mengetahui kesimpulannya. Hal itu juga
dapat menghindarkan kebosanan dan juga dapat memperbaharui semangat.
Ketiga, penggunaan metode ini dapat membangkitkan perasaan juga dapat
menimbulkan kesan dalam jiwa, yang membantu mengarahkan seseorang untuk
dapat menemukan sendiri daripada kesimpulannya,
Keempat apabila hiwar dilaksanakan dengan baik, memenuhi akhlak daripada
tuntutan ajaran Islam, maka cara daripada berdialog, sikap daripada orang yang
terlibat, itu tentu akan mempengaruhi peserta sehingga meninggalkan pengaruh
yakni berupa Pendidikan akhlak, sikap dalam berbicara, menghargai pendapat orang
lain dan sebagainya.
Adapun menurut Al-Nahlawi didalam Al-Qur’an dan As-sunnah terdapat
berbagai jenis Hiwar diantaranya yakni:
(1). Hiwar Kitabi/Ta’abudi
Hiwar Kitabi/Ta’abudi ialah suatu dialog antara Tuhan dan Hamba-Nya.
Tuhan memanggil hamba-Nya dengan sebutan “Wahai, orang-orang yang
beriman”, dan hambanya menjawab didalam Qalbunya dengan mengatakan
“Kusambut panggilan Engkau Ya Rabbi”. Dialog antara Tuhan dan hambanya
menjadi suatu petunjuk bahwasannya pengajaran demikian bis akita gunakan;
dengan kata lainnya, metode dialog ialah metode pengajaran yang pernah
digunakan Tuhan dalam mengajari hambanya. Logikanya, berarti kitapun bisa
menggunakan metode dialog didalam suatu pengajaran.
Melalui Hiwar Kitabi/Ta’abudi Al-Qur’an menanamkan hal-hal yang
penting yakni sebagai berikut dibawah ini:
(a). Supaya tanggap terhadap suatu persoalan yang diajukan Al-Qur’an,
merenungkannya, danmenghadirkan jawannya sekurang-kurangnya
didalam Qalbu.
(b). Menghayati kandungan makna yang ada didalam Al-Qur’an.
(c). Mengarahkan tingkah laku supaya sesuai debagaimana petunjuk yang
ada didalam Al-Qur’an
(d). Menambahkan suatu rasa bangga dikarenakan dipanggil oleh Tuhan “Hai
orang-orang yang beriman….”.
Dalam hiwar kitabi tersebut, dialog akan dimulai dari atu pihak yakni
sipembicara, sedangkan pihak kedua yakni yang menyambutnya memperhatikan
dengan emosinya. Kemudian terundang untuk menyambutnya dengan fikiran
dan perasanya.

(2). Hiwar Washfi


Hiwar Washfi yakni dialog antara Tuhan dengan Malaikat atau dengan
makhluk Ghaib lainnya. Didalam surah Al-Shaffat ayat 20-23 terdapat dialog
antara Tuhan dengan penghuni neraka:
Dan mereka berkata, “Aduhai, celaka kita”. Inilah hari pembalasan, inilah
hari yang kalian dustakan. Kami perintahkan kepada malaikat …. “kumpulkan
mereka itu beserta teman-teman mereka … dan tunjukanlah kepada mereka
jalan ke neraka”.
Disini Allah SWT berdialog dengan malaikat. Topik daripada
pembicaraannya terkait orang-orang zalim. Didalam surah Al-Shaffat ayat 27-
28:Sebagian dari mereka saling menghadap dan saling berbantahan. Pengikut-
pengikut mereka berkata kepada pemimpin mereka, “sesungguhnya kalian yang
akan datang kepada kami dari kanan”.
Hiwar Washfi ini menurut Al-Nahlawi menyajikan gambaran yang hidup
tentang kondisi psikis ahli neraka dan ahli surga. Melalui imajinasi dan
deskripsi yang rinci Hiwar Washfi memperlancar berlangsungnya Pendidikan
perasaan ketuhanan. Gambaran mengenai penyelesaian ahli neraka tersebut
seolah-olah dirasakan oleh pembaca/pendengar dialog tersebut. Pendengar
seolah-olah terlibat dalam dialog tersebut, lantas pemikahan. Kemudian muncul
pertanyaan, “berada di pihak mana aku?” Hiwar Washfi juga seolah-olah
mengingatkan pendengar akan diaolog tersebut “jangan kalian terjerumus
seperti mereka itu”. Begitupun dialog juga terjadi antara ahli surga, seperti
dialog yang terdapat didalam surah Al-Shaaffat ayat 50-57.
(3). Hiwar Qiashashi (percakapan tentang sesuai melalui suatu kisah)
Hiwar Qiashashi baik bentuk maupun rangkaian ceritanya sangat jelas,
ialah bagian darpada uslub kisah didalam Al-Qur’an. Kalaupun disana terdapat
kisah yang keseluruhannya ialah dialog langsung yang sekarang disebut
sandiwara. Sebagai contoh misalkan kisah Nabi Syu’aib dan kaumnya didalam
surah Hud. Sepuluh ayat pertama dari surah tersebut ialah hiwar ini (dialog)
kemudian Allah SWT mengakhiri kisah tersebut dengan dua ayat yang mana
menerangkan akibat yang diterima oleh kaum daripada Nabi Syu’aib. Sebagian
dari surah Hud ayat 84- 95.
Kepada penduduk Madyan Kami utus Syu’aib, ia berkata, “Hai, kaumku,
beribadahlah kepada Allah, jangan bertuhan selain-Nya… jangan mengurangi
timbangan, saya khawatir nanti kalian mendapat azab dari Tuhan, ….”. Mereka
berkata, “Hai Syu’aib, apakah kamu menyuruh kami meninggalkan apa yang
disembah oleh ketua kami atau melarang kami apa yang kami kehendaki tentang
harta kami?” Syu’aib, berkata-kata, Hai kaumku, ….” (dan seterusnya). Dan
tatkala dating azam kami, kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang
bersamanya…, dan orang-orang yang zalim ersebut dibinasakan oleh suara yang
mengguntur… ingatlah kebinasaan yang ditimpakan kepada penduduk Madyan
seperti binasanya kaum Tsamud (Hud:84-95).
Hiwar demikian terdapat banyak dalam Al-Qur’an. Hiwar tersebut dapat
mempunyai pengaruh kejiwaan pada pendengarnya. Hal tersebut disebabkan oleh
hal-hal berikut dibawah ini:
(a). Kekuatan Hiwar tersebut teletak pada pengisyaratan, yakni supaya tidak
memihak kepada orang yang zalim, alasan orang zalim itu lemah.
(b). Hiwar tersebut membawakan alasan yang kuat, yakni alasan yang akan
datang dari nabi dan Tuhan, alasan tersebut mengalahkan alasan-alasan orang
yang zalim.
(c). Hiwar tersebut mengisahkan dialog secara berseling. Ini akan menajamkan
persoalan yang didialogkan sehingga terjalin suatu kisah Panjang yang kuat
alur ceritanya.
Jadi dengan adanya Hiwar tersebut para peserta didik yang diajak berdialog
diharapkan dapat memihak kepada pihak yang benar dan membenci pihak yang
salah.

(4). Hiwar jadali


Hiwar jadali ini bertujuan untuk lebih memantapkan hujjah (alasan)
Contoh diantaranya didalam surah Al-Najm ayat 1-5.
Demi Binatang Ketika terbenam, kawan kalian ( Muhammad) tidak sesat
dan tidak pula keliru, dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut kemauan
hawa nafsunya. Ucapan itu adalah wahyu yang diberikan kepadanya yang
diajarkanoleh Jibril yang perkasa.
Dan lanjutan ayat 10-18 surat Al- Najm. Didalam ayat tersebut Allah
menetapkan Hujjah (alasan) yang ditujukan kepada orang musrik bahwasannya
Rasul-Nya menyampaikan berita yang benar melalui suatu penglihatan yang
nyata. Muhammad tidak berdusta dengan dikuatkan oleh allah SWT dengan
memperlihatkannya sebuah tanda-tanda yang nyata kepada Muhammad.
Adapun pada pengalaman-pengalaman lainnya, rangkaian daripada ayat-ayat
tersebut, yakni ayat 19-20, dibandingkanoleh Allah SWT kekuatan yag dibawa
oleh Nabi Muhammad dengan kekuatan alasanorang musyrik. Orang musyrik
tersebut beralasan dengan mengajukan tuhan-tuhan (berhala-berhala) mereka.
Apakah patut kalian (orang musyrik) menganggap Al-Lata, Al-‘Uzza dan
Manat (sebagai sesembahan yang benar?) memang terasa bahwasannya alasan
Nabi Muhammad lebih kuat daripada alasan orang yang mengingkarinya.
Ekmudian apabila diteruskan kepada ayat 21-23 surat Al-Najm akan lebih jelas
terlihat kekacauan fikiran orang-orang musyrik. Kemudian Allah SWT
menunjukkan Tingkat pemikiran mereka, fikiran mereka itu tidak menghasilkan
apa-apa.mereka tidak lain kecuali mengikutisangkaan-sangkaan saja dan
mengikuti kehendak hawa nafsu mereka, padahal petunjuk dari Tuhan telah
datang.
Hiwar jadali ini memiliki implikasi pedagogis yang sama dengan hiwar-
hiwar sebelumnya, yakni:
(a). Hiwar Jadali mendidik orang-orang yang menegakkan kebenaran dengan
menggunakan hujjah yang kuat.
(b). Hiwar Jadali, dengan suatu alasan yang kuat, mendidik orang menolak
suatu kebatilan dikarenakan fikiran tersebut rendah.
(c). Hiwar Jadali mendidik orang-orang menggunakan fikiran yang sehat.

(5). Hiwar Nabawi


Hiwar Nabawi merupakan hiwar yang digunakan oleh Nabi didalam
mendidik sahabat-sahabatnya. Beliau menghendaki supaya sahabat-sahabatnya
mengajukan pertanyaan. Didalam suatu hadist yang disebutkan Bukhari dan
Muslim, Pada suatu hari Rasullullah SAW, menampakkan dirinya dihadapan
orang-orang banyak. Dalam sebuah Riwayat dikatakan bahwasannya Baginda
Rasullullah bersabda, “bertanyalah kepadaku”, orang-orang takut untuk
bertanya kepadanya. Maka datanglah seseorang laki-laki, lalu kemudian duduk
dihadapannya seraya berkata”Wahai, Rasullullah, apakah Islam itu?” Rasul
menjawab “Engkau tidak menyekutukan Allah” (dan seterusnya).
Darisini kita tentu dapat mengetahui: dianjurkan kepada Guru agar
mendorong peserta didiknya agar mau bertanya.
Metode tersebut menarik perhatian para sahabat, dikarenakan seringkali
Jibril datang, kepada Nabi Muhammad bertanya. Setelah Jibril pergi, Rasul
menyatakan bahwasannya itu ialah Jibril, datang untuk mengajari mereka.
Memang, ayat 101 surat Al-Maidah melarang orang untuk bertanya, yakni
terkait hal-hal yang apabila ditanyakan akan menyusahkan. Karenanya,
datanglah Jibril untuk menjelaskan bolehnya bertanya apabila dimaksudkan
untuk mengambil faedah seperti untuk mengajar.
Tentu dari uraian-uraian tersebut kita pula dapat mengetahui bahwasannya
metode hiwar ialah metode Pendidikan Islami, terutama efektif (teoritis) untuk
dapat menanamkan iman, yakni Pendidikan rasa (efektif).

b). Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi


Metode kisah ini dalam Pendidikan Islam memiliki fungsi edukatif, yang
mana tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lainnya selain daripada
Bahasa. Hal tersebut dikarenakan kisah Qur’ani dan Nabawi ini mempunyai
beberapa keistimewaan yang membuatnya dapat mempunyai dampak psikologi dan
edukatif yang sempurna, rapih dan jauh jangkauannya seiring dengan perjalanan
zaman. Disamping itu pula kisah edukatif ini melahirkan kehangatan perasaan dan
vitalitas serta aktivitas di dalam jiwa, yang selanjutnya ini dapat memotivasi
manusia untuk dapat merubah perilakunya dan memperbaharui tekadnya sesuai
dengan tungtutan, pengarahan, dan daripada akhir kisah tersebut, dapat diambil
suatu pembelajaran.
Adapun berbagai keistimewaan-keistimewaan daripada kisah Qur’ani dan
Nabawi yakni berikut dibawah ini:
(1). Kisah Qur’ani dan Nabawi ini merupakan kisah yang menarik perhatian para
pembaca, tanpa memakan waktu yang lama. Kisah seperti demikian
mengundang pembaca untuk dapat mengikuti peristiwanya, merenungkan
daripada maknanya, serta pula terkesan daripada watak kepribadian pelaku
dalam kisah tersebut. Misalkan pada permulaan kisah Nabi Yusuf, kepada
pembaca disajikan mimpi Yusuf As. Disertai pula dengan keterangan janji Allah
melalui lisan Ayahnya Nabi Yakub As., akan masadepannya yang cerah, dengan
nikmat-nikmat Allah yang disempurnakannya pada keluarga yang miskin akan
tetapi tetap mengajak ke jalan Allah tersebut.
Berbagai musibah-musibah dan kesusahan yang bertubi-tubi menimpa daripada
tokoh Nabi Yusup As ini, maka pembaca tentu terpikat dan mencurahkan
perhatiannya untuk menanti dapat terwujudnya janji Allah SWT dan
berakhirnyasegala musibah-musiah yang penuh penderitaan dengan penuh
animo.
Di bagian kisah selanjutnya ditampilkan, saudara-saudara Yusuf sebagai suatu
gambaran orang-orang yang didorong oleh bisikan-bisikan baik itu
kecemburuan, hasud, dengki, dan merekapun bersekongkol untuk berbuat jahat,
didorong oleh suatu Hasrat untuk mengikuti jejak-jejak dosa, dikarenakan
mereka lemah tidak berdaya, tidak mampu mengatasi gejolak rasa cemburu
yang ada di qalbunya.
Kemudian disana tampil pula Nabi Yakub As., sebagai figure orang tua yang
mencintai putranya, beliau dirundung kesedihan karena kehilangan putranya
yang sebenarnya ialah seorang Nabi yang sabar dan tabah.

(2). Kisah Qur’ani mendidik suatu perasaan keimanan melalui cara:


(a). Membangkitkan berbagai perasaan-perasaan seperti; khauf, Ridha dan cinta.
(b). Mengarahkan seluruh perasaannya sehingga bertumpuk pada suatu puncak,
yakni kesimpulan kisah.
(c). Melibatkan pembaca ataupun pendengar kedalam kisah tersebut sehingga ia
terlibat secara emosiaonal.
Kisah Qur’ani ini bukan semata kisah ataupun semata-mata suatu seni yang
indah, melainkan juga suatu cara Tuhan didalam mendidik ummat supaya
beriman kepada-Nya. Adapun jika kita rangkum tujuan daripada kisah Qur’ani
ini yakni:
(a). Mengungkapkan suatu kemantapan wahyu dan risalah. Mewujudkan suatu
rasa mantap didalam menerima Qur’an dan keutusan Rasul-Nya. Kisah-kisah
tersebut menjadi suatu buktikebenaran Wahyu dan kebenaran Rasul SAW.
(b). Menjelaskan bahwasannya secara keseluruhan, Al-Din datangnya dari Allah
SWT.
(c). Menjelaskan bahwasannya Allah menolong dan mencintai Rasul-Nya.
Menjelaskan bahwasannya kaum mukmin ialah ummat yang satudan Allah
SWT merupakan Rabb mereka.
(d). Kisah-kisah tersebut bertujuan untuk dapat menguatkan keimanan kaum
muslimin, menghibur mereka dari suatu kesedihan atas musibah yang
menimpanya.
(e). Mengingatkan bahwasannya musuh orang mukmin ialah syetan,
menunjukkan bahwasannya permusuhan abadi tersebut apabila disampaikan
lewat suatu kisah akan tampak lebih hidup dan jelas.
Adapun jikalau kita tinjau dari dampak pedagogis, kisah Nabawi ini tidak
berbeda dari pada kisah Qur’ani diatas, namun, apabila kita tinjau secara lebih
mendalam, kisah Nabawi ini berisikan rincian yang lebih khusus seperti misalkan
menjelaskan pentingnya keikhlasan didalam beramal, menganjurkan untuk
bersedekah juga mensyukurinikmat Allah. Intinya kisah Nabawi ini kebanyakan
merupakan rincian yang lebih khusus daripada ajaran agama Islam.

c). Metode Amtsal (Perumpamaan)


Metode Amtsal (Perumpamaan) didalam Al-Qur’an banyak sekali terdapat
ayat- ayat dalam bentuk Amtsal tersebut dalam rangka mendidik umat. Misalkan
dalam surat Al-Baqarah ayat 17. Perumpamaan orang-orang kafir itu ialah seperti
orang yang menyalakan api. Selanjutnya didalam surat Al-Ankabut ayat 41 Allah
mengumpamakan sesembahan/Tuhannya orang-orang kafir dengan sarang laba-laba.
Dimana perumpamaan orang-orang yang berlindung kepada selain Allah SWT ialah
seperti laba-laba yang membuat rumah, padahal merupakan rumah yang paling
lemah.
Adapun tujuan kisah Qurani yakni sebagai berikut:
(1). Mengungkapkan daripada kemantapan wahyu dan risalah.mewujudkan suatu
rasa mantap didalam menerima Qur’an dan keutusan daripada Rasul-Nya.
Kisah-kisah tersebut dapat menjadi bukti suatu kebenaran wahyu dan kebenaran
Rasul.
(2). Menjelaskan bahwasannya secara keseluruhan, Al-Din datangnya dari Allah SWT.
(3). Menjelaskan bahwasannya Allah SWT menolong dan mencintai Rasul-Nya.
Menjelaskan bahwasannya kaum mukmin ialah umat yang satu dan Allah
merupakan Rabb mereka.
(4). Kisah-kisah tersebut bertujuan untuk menguatkan keimanan kaum muslimin,
menghibur mereka dari suatu kesedihan atas musibah yang menimpanya.
(5). Mengingatkan bahwasannya musuh daripada orang mukmin ialah syetan,
memperlihatkan permusuhan abadi tersebut lewat suatu kisah tentu akan lebih
nampa hidup dan jelas.

Jikalau kita tinjau dampak pedagogisnya, kisah Nabawi tidak berbeda daripada
kisah Qur’ani tersebut. Namun, apabila ditinjau secara mendalam, kisah Nabawi
berisikan rincian yang lebih khusus seperti menjelaskan akan pentingnya keikhlasan
dalam beramal, menganjurkan untuk bersedekah, dan mensyukuri nikmat dan
karunia dari Allah SWT. Intinya kisah Nabawi ini berisikan suatu rincian yang lebih
khusus daripada ajaran Islam.

d). Metode Keteladanan


Metode Keteladanan, terkait dengan metode keteladanan tersebut sudah jelas
tergambar daripada sikap perilaku Baginda Rasullullah SAW. Allah SWT mengutus
Nabi Muhammad SAW tidak lain diantaranya agar menjadi teladan bagi seluruh
ummat manusia dalam merealisasikan system Pendidikan Islam.
Dengan kepribadiannya, sifat tingkahlaku, dan pergaulannya bersama sesama
manusia, Rasullullah SAW beliau benar-benar merupakan interpretasi praktis yang
manusiawi didalam menghidupkan hakikat, ajaran, adab, dan tasyri’ Al-Qur’an,
yang melandasi perbuatan Pendidikan Islam serta penerapan metoda pendidikan
Qur’ani yang terdapat didalam ajaran tersebut.
Peserta didik itu cenderung meneladani gurunya dan menjadikannya sebagai
tokoh identifikasi dalam segala hal, disebabkan secara psikologis anak ialah seorang
peniru yang ulung. Misalkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, Nabi
bersabda, “Shalatlah kamu sebagaimana shalat yang aku kerjakan”.

e). Metode ‘Ibadah dan Man’izah


Kata Al-Ibrah berada pada Wazn (timbangan, kata jadian) fi’lah. Kata tersebut
merupakan salahsatu Mashdar (pokok kata) dari ‘abara. ‘Abara ar-Ru’ya
menafsirkan mimpi dan mengetahui apa yang akan terjadi pada orang yang
bermimpi dan mengetahui apa yang akan terjadi pada orang yang bermimpi dalam
hidupnya ataupun sesudah matinya. Sedangkan ‘abarah al-Wadiah atau ‘abara an-
Nahra berarti menyeberangi suatu Lembah ataupun Sungai dari suatu tepi ke tepi
lainnya yang berlawanan.
Pendidikan Islam ialah perhatian khusus kepada metode ‘ibarah supaya peserta
didik bisa mengambil dari kisah-kisah dalam Al-Qur’an, dikarenakan kisah-kisah
tersebut bukan sekedar Sejarah, akan tetapi sengaja diceritakan Tuhan dikarenakan
ada Pelajaran (‘ibrah) yang penting didalamnya. Pendidik didalam Pendidikan Islam
harus dapat memanfaatkan metode tersebut.
Selanjutnya Mau’izah berartikan tadzkir (peringatan). Dimana memberikan
suatu nasehat hendaknya berulangkali mengingatkan supaya nasehat tersebut
meninggalkan kesan sehingga orang yang diberi nasihat hatinya bisa tergerak untuk
dapat mengikuti nasehat tersebut. Sekarang, kedua nasehat tersebut harus
digabungkan; nasehat harus Ikhlas dan disampaikan berulang-ulang. Apabila
dilaksanakan demikian, akan timbul kesan dari pendengar bahsawannya orang yang
menasehati tersebut memang memiliki keprihatinan yang dalam terhadap Nasib
pendengarnya. Didalam sebuah hadist diceritakan pula bahwasannya: Rasullullah
SAW menasehati kami dengan suatu nasehat yang begitu menyentuh, yang membuat
hati kami begitu bergetar, karnanyalah hati kami mengeluarkan air mata. Maka
kamipun berkata, “Wahai Rasullullah, seakan-akan ia merupakan nasehat orang
yang menitipkan. Maka wasiatkanlah kepada kami”.

f). Metode Targhib dan Tarhib


Tarhib ialah janji terhadap suatu kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai
bujukan-bujukan. Selanjutnya Tarhib merupakan ancaman dikarenakan dosa yang
telah dilakukan. Targhib bertujuan supaya orang mematuhi aturan-aturan Allah.
Tarhib demikian adanya, akantetapi tekanan-tekanannya yakni Targhib supaya
melaksanakan kebaikan. Sedangkan Tarhib supaya menjauhi suatu kejahatan.
Metode tersebut didasarkan atas suatu fitrah (sifat kejiwaan) seorang manusia,
yakni sifat-sifat keinginan terhadap kesenangan keselamatan, dan tidak
menginginkan kepedihan dan kesengsaraan. Adapun yang menjadi keistimewaan
daripada metode tersebut ialah Targhib dan tarhib lebih teguh dikarenakan akarnya
berada di langit (transenden), sedangkan teori dari hukuman dan ganjaran hanyalah
bersandarkan sesuatu yang duniawi. Targhib dan Tarhib mengandung suatu asfek
iman. Karenanya, Targhib dan Tarhib pengaruhnya lebih kuat. Adapun secara
operasional Targhib dan Tarhib ini lebih mudah pelaksanaannya darpada suatu
metode hukuman dan ganjaran, dikarenakan materi Targhib dan Tarhib ini sudah ada
di dalam Al-Qur’an dan Al- Hadist. Sedangkan suatu hukuman dan ganjaran
didalam metode barat harus ditemukan sendiri oleh guru. Targhib dan Tarhib ini
lebih universal, dapat digunakan bagi siapapun dan dimanapun. Sedangkan jenis
daripada hukuman dan ganjaran harus disesuaian daripada orang tertentu dan waktu
tertentu pula. Adapun dipihak lain, Targhib dan Tarhib lebih lemah daripada
hukuman dan ganjaran dikarenakan hukuman dan ganjaran ini lebih nyata dan secara
langsung diwaktu itu juga. Sedangkan pembuktian daripada Targhib dan Tarhib
kabanyakan ghaib dan diterimanya nanti (di akhirat kelak).
Sebetulnya, metode-metode tersebut sudah terkandung di dalam metode Al-
Qur’an yang ditempuhnya melalui tahapan-tahapan: (1). Al-hikmat, (2). Al-mau’izat
hasanat dan (3). Mujadalat bi allati hiya ahsan.

Firman Allah SWT:


“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan Pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang paling mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang dapat petunjuk” (QS. Al-Nahl:125).
Jadi, dengan mempergunakan berbagai metode-metode Qur’ani seperti yang
dikemukakan oleh al-Nahlawi, kitab suci Al-Qur’an juga mengemukakan prinsip-
prinsif terkait Bahasa yang dipergunakan didalam proses suatu pembelajaran.

1.2. Bahasa Qur’ani


Al-Qur’an menuntun manusia supaya dapat mempergunakan Bahasa yang indah, lemah
lembut, jelas, tegas, dan menyentuh jiwa. Allah SWT menyuruh manusia untuk dapat
memberikan bimbingan kepada para peserta didik dengan mempergunakan Bahasa yang
tepat. Bahasa yang dipakai didalam proses pembelajaran (Ramayulis 2018) yakni berikut
dibawah ini:
1). Qaulan Ma’rufan
Qaulan Ma’rufan berartikan suatu ucapan yang indah, baik lagi pantas dalam tujuan
kebaikan, tidak mengandung kemungkaran, kekejian, dan juga tidak bertentangan daripada
ketentuan Allah SWT.

Firman Allah SWT:


“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka
berilah mereka dari hart aitu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik”. (QS.
Al-Nisa: 8).

Didalam proses pembelajaran pemilihan kata yang baik, tentu sangat dibutuhkan. Dalam
memberikan suatu pengetahuan, mencurahkan pemikiran, memecahkan suatu masalah dari
dalam transformasi ilmu pengetahuan alam.

2). Qaulan Kariman


Qaulan Kariman berartikan suatu ucapan yang mulia, lembut, bermanfaat, dan baik
dengan menjaga adab sopan santun, ketenangan, dan kemuliaan.

Firman Allah SWT:


“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salahseorang
diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamumengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia” (QS. Al- Isra:23).
Didalam proses suatu pembelajaran kata-kata yang mulia sebagai salahsatu cara yang
menarik dan menghormati peserta didik, guru harus memberikan penghargaan yang tinggi
kepada peserta didik mengucapkan kata-kata yang mulia dan menunjukkan sikap yang
baik.

3). Qaulan Maisuran


Qaulan Maisuran ialah tutur kata yang ringan, mudah dipahami, bermuatan suatu
penghargaan sebagai Penawar hatipeserta didik. Musthafa al-Maraghi didalam tafsirnya
beliau memberikan qaulan maisuran sebagai ucapan yang mudah lagi lembut.
Firman Allah SWT:
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh Rahmat dari Tuhanmu yang
kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas” (QS. Al-Isra:28).

Penekanan daripada pengertian dan ayat diatas ialah bahwasannya materi disampaikan
kepada peserta didik dilaksanakan dengan Bahasa yang ringan, jelas, dan mudah dipahami
serta melegakan perasaan peserta didik.

4). Qaulan Laiyinan


Qaulan Laiyinan berartikan suatu perkataan dan kalimat yang simpatik, halus, mudah
dicerna dan ramah, supaya berbekas pada jiwa, berkesan serta bermanfaat.

Firman Allah SWT:


“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah- mudahan ia ingat atau takut” (QS. Taha: 44).

Pada pengertian ayat diatas terdapat unsur-unsur persuatif didalam memberikan bimbingan
kepada para peserta didiknya. Berbicara lemah lembut tanpa emosi, tidak ada caci maki
dan melecehkannya. Kesannya mengarah pada komunikasi yang efektif didalam berdialog.

5). Qaulan Balighan


Qaulan Balighan ialah suatu perkataan yang membekas di dalam, yang sebelumnya
tertutup hingga menimbulkan suatu kesadaran yang mendalam.

Firman Allah SWT:


“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang dalam hati mereka,
berilah mereka Pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada
jiwa mereka” (QS. Al-Nisa: 63).

Dapat kita lihat pemahaman ayat diatas, bimbingan terhadap peserta didik melalui qaulan
balighah diperlukan didalam komunikasi yang dengan menembus dan menggugah jiwa
daripada daripada peserta didik, serta menyentuh perasaan dengan tepat. Bahasa yang
digunakan ialah Bahasa yang mengesankan membekas pada hati sehingga para peserta
didik dapat menerima suatu kebenaran merubah tingkah lakunya pada jalan yang diridhai
oleh Allah SWT.

6). Qaulan Sadidan


Qaulan Sadidan berartikan suatu ucapan yang benar dan segala sesuai yang hak.

Firman Allah SWT:


“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar” (QS. Al-Ahzab: 70).
Didalam proses suatu pembelajaran perkataan yang jujur dengan orientasi mencapai
kebenaran tentu dibutuhkan untuk menanamkan (internalisasi) nilai-nilai kepada peserta
didik.

Metode-metode Qur’ani tersebut diatas, menuntut kepada Pendidikan untuk


berorientasi kepada “educational needs” dari anak didik Dimana factor-faktor (human
nature) yang potensial tiap pribadi anak dijadikan sentrum proses kependidikan sampai
kepada batas maksimal perkembangnnya.

D. Peran Pendidikan Agama Islam dalam Kurikulum Merdeka Belajar

Kebijakan “Merdeka Belajar” merupakan gagasan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Nadiem Makarim untuk memperbaiki sistem pendidikan Tanah Air. Konsep
“kebebasan belajar” merupakan upaya mewujudkan kebebasan berpikir. Pendidikan Agama
Islam sebagai seperangkat mata pelajaran Islam yang diajarkan secara formal di sekolah dan
secara informal dan nonformal di rumah dan di masyarakat dengan menggunakan bahan ajar
dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi sangat sesuai dengan kebijakan Merdeka Belajar.
Pendidikan agama Islam versi “Merdeka Belajar” membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, mengembangkan keterampilan dan keterampilan
komunikasi, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat bekerja sama
dan berkolaborasi agar kelak siswa dapat menjadi pemikir yang lebih dewasa, bijaksana dan
cermat, serta agar siswa dapat memahami, mengembangkan dan menerapkan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini, mengingat prioritas mata pelajaran pendidikan agama Islam dalam
program “Merdeka Belajar”, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni:
(1) Semua satuan pendidikan wajib mempunyai guru agama yang menganut agama
yang sama dengan peserta didiknya, meskipun mereka minoritas. Guru agama
inilah yang nantinya mempunyai kewenangan untuk menguatkan keberagaman
agama para santrinya.
(2) Lembaga pendidikan mempersiapkan peserta didik untuk mengemban tugas yang
mengharuskannya menguasai ajaran agama, atau menjadi ahli ilmu agama dan
mengajarkan agamanya sendiri.
(3) Lembaga keagamaan melatih guru-guru yang dibekali kompetensi keagamaan dan
juga dapat mengintegrasikannya ke dalam kurikulum yang ada.
(4) Dalam hal ini pemerintah bekerja sama dengan sekolah/lembaga pendidikan untuk
merancang kurikulum dan memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang
dapat mendorong kemandirian belajar (Gina 2021).
E. Daftar Pustaka

Arifin Muzayyin. 2020. Filsafat Pendidikan Islam. Edisi Revisi Cet. 8. Jakarta: Sinar Grafika
Offset.
Basri Hasan. 2020. Filsafat Pendidikan Islam. Cetakan ke-4. edited by Maman Abdul Djaliel.
Tasikmalaya: Bandung.
Gina, Darise Nurvina. 2021. “Pendidikan Agama Islam Dalam Konteks ‘Merdeka Belajar.’”
Jurnal Pendidikan Agama Islam : The Teacher of Civilization 2:2.
Hakiim Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Edisi I. Bandung: CV. Wacana Prima.
Hasbullah. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Revisi Cetakan ke-12. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Hidayat, Abdillah dan Rahmat. 2019. Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori, Dan Aflikasinya.”
Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).
Mubarak Zaki A. 2022. Desain Kurikulum Merdeka "Untuk Era Revolusi Industri 4.0 Dan
Society 5.0. Edisi 1 Cetakan 1. Tasikmalaya: CV. Pustaka Turats Press (Anggota
IKAPI).
Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Cetakan V. Jakarta: Kalam Mulia.
Ramayulis. 2015a. Dasar-Dasar Kependidikan ; Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan. Cetakan
ke. Jakarta: Radar Jaya Offset.
Ramayulis. 2015b. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Ramayulis. 2018. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Cetakan II. Jakarta: Kalam Mulia.
Ramayulis dan Mulyadi. 2017. Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Cetakan I.
Jakarta: Kalam Mulia.
Suyanto. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Syaodih Sukmadinata Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan VI. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Wijayanti Dewi Euis. 2022. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. edited by Nani Widiawati.
Tasikmalaya: Pustaka Ellios.

You might also like