Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh:
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya
kepada kita bersama sehingga Makalah ini dapat tersusun dan diselesaikan dengan baik. Tak
lupa kita kirimkan shalawat berserta salam kepada Nabi junjungan umat yakni Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahilliyah ke zaman berilmu
pengetahuan seperti saat ini.
Maka dari itu kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini juga tidak luput
dari kesalahan dan masih jauh dari kata sempurna. Namun demikian, kami telah berusaha
dengan semua kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, kami menerima dengan rendah hati terhadap
masukan,saran dan kritik dari pembaca guna dalam penyempurnaan makalah ini. Akhir kata
kami semua berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembacanya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 2
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................................ 8
Kesimpulan ........................................................................................................................... 8
BAB IV
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pendidikan harus ada hubungan interaksi antara proses pembelajaran yang
dijalani siswa dengan proses mengajar oleh guru. Disini siswa sebagai manusia
pembelajar, di mana dari tujuan belajar itu siswa bisa merubah kehidupannya menjadi
lebih bermutu baik dari segi fisik, mental, emosi dan spiritual yang nantinya bisa
disebut sukses dalam proses pendidikan yaitu tercapainya perubahan tingkah laku
pada siswa. Sebagai manusia pembelajar siswa yang bisa disebut berhasil dalam
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu pendidikan manusia seutuhnya,
siswa dituntut untuk merealisasikan semua tiga kecerdasan sekaligus yakni
intelektual, emosional dan spiritual. Namun nyatanya yang telah terlaksana seperti
kita ketahui bersama adalah aktualisasi intelektual yang selalu menjadi tolak ukur
utama dalam sebuah pendidikan, tentu saja hal ini belum bisa memenuhi tujuan dari
pendidikan yang telah tercantum dalam GBHN dan siswa belum dapat dikatakan
sebagai manusia atau siswa yang bermutu. Sebagai seorang manusia pembelajar dan
generasi penerus bangsa yang akan kembali pada masyarakat haruslah berkualitas dan
dalam meningkatkan kualitas diri, siswa harus mengaktualisasikan semua kecerdasan
termasuk emosi dan spiritual yang selanjutnya disebut sebagai karakter. Intelektual
saja tidak cukup jika tidak memiliki karakter yang berbudi.Oleh karena itu, siswa
harus meningkatkan kualitas diri sebagai seorang pembelajar supaya memiliki nilai di
dalam kehidupan dan berhasil di dalam pendidikan dengan mengaktualisasikan
kecerdasan berkarakter sebagai penunjang utamanya.
Maka dapat disimpulkan dalam melakukan tugas sebagai seorang siswa haruslah tidak
hanya untuk menggali intelektual saja supaya berhasil dalam pendidikan, tetapi juga
harus mengeksplorasi sikap dengan nilai-nilai berbudi dan pembentukan karakter.
Setiap orang dapat mengaktualisasikannya supaya menjadi orang yang berkualitas,
karena pada dasarnya setiap orang mempunyai kecerdasan emosi dan spiritual
termasuk siswa yang menjadi poin utama dalam pendidikan berkarakter.
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dan ruang lingkup pendidikan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Secara etimologi, pendidikan berasal dari kata “paedagogie” dari bahasa
Yunani, terdiri dari kata “paes” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Jadi
paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa Romawi
pendidikan berasal dari kata “educate” yang berarti mengeluarkan sesuatu yang
berada dari dalam. Sedangkan dalam bahasa Inggris pendidikan diistilahkan dengan
kata “to educate” yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual. Bangsa
Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni:
membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak.
Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan), mengolah,
mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah
kepribadian sang anak. Menurut Depdiknas (2013) dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) menyatakan bahwa pendidikan berasal dari kata dasar didik
(mendidik), yaitu: memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian: proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara
mendidik (Hidayat et al., n.d.)
2
langsung. Dikutip dari (Hidayat et al., n.d.), diantara ruang lingkup ilmu pendidikan
mencakup hal-hal berikut:
2. Peserta didik
Yaitu landasan yang menjadi fundament serta sumber dari segala kegiatan
pendidikan ini dilakukan. Maksudnya pelaksanaan pendidikan harus
berlandaskan atau bersumber dari dasar tersebut.
4. Pendidik
5. Materi Pendidikan
6. Metode Pendidikan
Metode adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan dengan jalan yang
sudah ditentukan. Sedangkan metode pendidikan adalah seperangkat cara,
jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran
agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai
kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata pelajaran.
7. Evaluasi pendidikan
8. Alat-alat Pendidikan
3
Alat pendidikan adalah hal yang tidak saja membuat kondisi-kondisi yang
memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi alat pendidikan
itu telah mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi, dengan perbuatan
dan situasi mana, dicita-citakan dengan tegas, untuk mencapai tujuan
pendidikan.
9. Lingkungan Pendidikan
4
D. Belajar dan Pembelajaran
Belajar
Pembelajaran
5
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 20,
“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.” Oleh karena itu, ada lima jenis interaksi yang
dapat berlangsung dalam proses belajar dan pembelajaran, yaitu: 1) interaksi antara
pendidik dan peserta didik; 2) interaksi antara sesama peserta didik atau antarsejawat;
3) interaksi peserta didik dengan narasumber; 4) interaksi peserta didik bersama
pendidik dengan sumber belajar yang sengaja dikembangkan; dan 5) interaksi peserta
didik bersama pendidik dengan lingkungan sosial dan alam (Miarso, 2008: 3).
1. Duffy dan Roehler (1989), pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja
melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk
mencapai tujuan kurikulum.
2. Gagne dan Briggs (1979), mengartikan instruction atau pembelajaran adalah suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
memengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat
internal.
Jadi belajar dan pembelajaran adalah kegiatan yang tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Kebutuhan belajar dan pembelajaran dapat terjadi di mana-mana,
misalnya sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Hal itu disebabkan karena dunia dan
isinya, termasuk manusia selalu berubah.
E. Saluran Pendidikan
Implementasi pendidikan karakter harus sesuai dengan saluran-saluran
pendidikan karakter itu sendiri, maksudnya penerapan atau implikasinya harus
mempunyai metodelogi-metodelogi yang tepat yang berbeda antara satu dan lainnya
dissuaikan dimana tempat penerapan pendidikan karakter itu.Implikasi pendidikan
6
karakter mempunyai berbagai penyaluran yaitu di lingkungan Keluarga, di Sekolah, di
Perguruan Tinggi, dan di lingkungan luar.Orientasi-orientasi pembelajaran ini lebih
ditekankan pada keteladanan dalam nilai pada kehidupan nyata, baik di sekolah
maupun di wilayah publik. Nilai-nilai pendidikan karakter perlu dikembangkan dalam
penyalurannya terhadap saluran-saluran pendidikan karakter.Nilai ini berlaku
universal, karena dapat digunakan oleh seluruh semua orang khususnya siswa di
Indonesia tanpa adanya diskriminasi terhadap pihak-pihak tertentu.
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Lembaga pendidikan selain berfungsi untuk memberikan ilmu pengetahuan
kepada peserta didik juga berusaha untuk membentuk karakter siswa yang memiliki
nilai-nilai adab sesuai perintah agama. Mental anak didik dibina agar mereka tidak
hanya cerdas intelektual tapi juga cerdas emosional. Salah satu bentuk emosional
yang cerdas adalah bagaimana peserta didik memiliki akhlak sesuai ajaran agama.
Tujuan pendidikan di Indonesia salah satunya adalah menanamkan nilai-nilai agama,
nilai moral dan berlandaskan kepada azas-azas yang termuat dalam sila-sila pancasila
sehingga dapat mencerdaskan siswa dan membetuk siswa yang berilmu berkarakter.
Fenomena yang sedang dihadapi masyarakat khusus nya generasi muda saat ini
adalah mulai pudar nya budaya ketimuran yang sangat menjunjung tinggi nilai agama
dan pancasila. Fenomena inilah yang mengharuskan lembaga pendidikan agar
berusaha keras untuk membentuk karakter siswa yang berkepribadian agamais dan
berlandaskan pada nilai-nilai pancasila serta nilai budaya bangsa yang sudah
diwariskan oleh nenek moyang, budaya ini sarat akan nilai-nilai religius dan sangat
diharapkan dapat menjadi senjata untuk menolak nilai-nilai dari luar yang dapat
menghilangkan jati diri kita sebagai bangsa yang beradab dan beragama. Untuk itu
saat ini sangat diperlukan pendidikan berbasis lokal agar dapat membentuk manusia
yang cerdas intelektual dan karakternya.
8
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Bunyamin, & Rosyid, M. Z. (2021). Belajar dan Pembelajaran. In UPT UHAMKA Press.
www.uhamkapress.com
Endraswara, Suwardi, dkk. (2010). Kearifan Lokal di Yogyakarta. Yogyakarta: Penelitian
Pemda DIY.
Hidayat, R., Ag, S., & Pd, M. (n.d.). Buku Ilmu Pendidikan Rahmat Hidayat & Abdillah.
Riyanto, H. Y. (2014). Paradigma Baru pembelajaran: Sebagai referensi bagi pendidik
dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan berkualitas. Prenada Media.
Rusman. (2018). Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Surasmi, Wuwuh Asrinining. (2012). Menggugah Kesadaran Guru dalam Kearifan Lokal
pada Era Globalisasi. UPBJJ Surabaya.
Yuhety, H., Miarso, Y., & Baslemah, A. (2008). Indikator mutu program pendidikan
sepanjang hayat. JIV-Jurnal Ilmiah Visi, 3(2), 150-170.