You are on page 1of 15

MAKALAH PSIKOLOGI BELAJAR

KONSEP DASAR BELAJAR

Dosen Pengampu:
Muhammad Bisri, M.Pd.

Oleh:

1. Ridho Maulana Hasbulloh (20220102363)


2. Zahrotul Lindah (20220102369)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-AZHAR MENGANTI
2023
KATA PENGANTAR

Pertama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat dan nikmat yang dapat kita rasakan hingga saat
ini. Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada rasul kita Nabi
Muhammad SAW, yang membawa kita ke jalan yang terang-benderang
yakni islam wal iman.
Kami sebagai pemakalah yang berjudul “Konsep Dasar Belajar” ini
mengucapkan terima kasih banyak terutama kepada dosen pengampu mata
kuliah “Psikologi Belajar” yang telah membimbing rekan-rekan kami dalam
mata kuliah tersebut. Tidak lupa kepada sahabat-sahabat yang kami cintai
seperjuangan yang saling mendukung dan memotivasi. Semoga makalah
yang kami susun dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah
wawasan bagi kita semua.

Gresik, 29 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR I ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. LATAR BELAKANG .............................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH .........................................................................1

C. TUJUAN ...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. Arti Penting Belajar .................................................................................. 3

B. Definisi Belajar ......................................................................................... 4

C. Teori-teori Pokok Belajar ......................................................................... 5

D. Proses dan Tahapan Belajar...................................................................... 9

BAB III PENUTUP ..............................................................................................11

KESIMPULAN.....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Psikologi belajar terdiri dari dua kata, yaitu psikologi dan belajar.
Jika ditelusuri dari keilmuan bahasa, psikologi merupakan bahasa Yunani
“psyche” bermakna “jiwa” dan “logos” yang artinya “ilmu” (Mangal,
1998). Psikologi seringkali diterjemahkan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang kejiwaan. Sedangkan belajar adalah kegiatan mencari ilmu
pengetahuan agar dapat mengembangkan diri dengan berbagai ilmu dan
keterampilan diri. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad Mudzalir (1997)
bahwa hanya dengan belajar, manusia dapat memperbaiki diri dengan
berbagai pengetahuan dan keterampilan.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa psikologi belajar
merupakan segala keilmuan tentang jiwa terkait dengan seluk beluk
kegiatan pengajaran dan pembelajaran di kelas. Adanya dinamika yang akan
tumbuh dan berkembang dalam kegiatan seiring dalam proses pendidikan.
Dinamika tersebut dapat meliputi tingkah laku, interaksi, komunikasi, cara
berpikir, dan bertindak.1
Manusia belajar untuk mengetahui sesuatu yang dapat bermanfaat
bagi kehidupannya. Untuk menjaga keseimbangan jiwa dan pikiran maka
penting seorang pendidik harus mempersiapkan bekal keilmuan tentang
kejiwaan yang beriringan dengan kemajuan zaman. Pendidik juga harus
mampu memberi arahan dan semangat kepada peserta didik untuk membuka
pikiran mereka tentang perkembangan zaman dan segala tuntutannya yang
harus mereka capai demi cita-cita dan mimpi-mimpi mereka di masa depan.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada makalah ini antara lain:
1. Apa arti penting belajar?
2. Jelaskan definisi belajar?

1
Imtihan Hanin, dkk. Psikologi Belajar, (WADE Group: 2022, ISBN: 978-623-6243-26-8). 2-3.

1
3. Apa teori-teori pokok belajar?
4. Bagaimana proses dan tahapan belajar?

C. TUJUAN
Adapun tujuan pada makalah ini antara lain:
1. Mengetahui arti penting belajar.
2. Dapat mengetahui definisi belajar.
3. Mengetahui teori-teori pokok belajar.
4. Mengetahui proses dan tahapan belajar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Penting Belajar


1. Arti Penting Belajar bagi Perkembangan Manusia
Perubahan dalam kemampuan disebabkan karena belajar,
dengan belajar manusia dapat mengeksplorasi, memilih, dan
menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya.
Perkembangan berpikir kompleks dan baik dapat dipastikan tidak
terjadi dengan sendirinya, tetapi tergantung pada proses belajar.
Proses belajar berpikir secara baik itu sendiri pada umumnya
berlangsung sebagai hasil proses mengajar dengan pendekatan-
pendekatan tertentu, antara lain seperti pendekatan penjelasan
langsung (direct explanation) dan keikutsertaan terpimpin (guided
participation) (Pressley & McCormick, 1995).
Dengan pendekatan direct explanation, para siswa diajari
secara langsung, misalnya cara mengarang esai pendek dengan
menggunakan strategi merancang, melaksanakan, merevisi.
Sementara itu, dengan pendekatan guided participation, para siswa
diajari merampungkan tugas dengan menggunakan strategi step by
step (selangkah demi selangkah) umpamanya dalam hal menulis
surat-surat formal dan memecahkan masalah-masalah matematis.

2. Arti Penting Belajar bagi Kehidupan Manusia


Belajar juga berperan penting dalam mempertahankan
kehidupan sekelompok manusia ditengah-tengah persaingan
semakin ketat antara bangsa yang lebih dulu maju karena belajar.
Akibat persaingan tersebut, kenyataan tragis yang lebih parah juga
muncul karena hasil belajar. Belajar tidak hanyak berdampak positif,
melainkan juga berdampak negatif. Namun, kegiatan belajar tetap
memiliki arti penting. Belajar berfungsi sebagai alat
mempertahankan kehidupan manusia. Ilmu dan teknologi hasil

3
belajar juga dapat digunakan untuk membangun benteng
pertahanan. Iptek dipakai untuk membuat senjata penangkis
sekelompok manusia yang mungkin dikendalikan oleh segelintir
oknum, yakni manusia-manusia yang mungkin bernafsu serakah
atau mengalami gangguan psychopathy yang berwatak merusak dan
antisosial (Reber, 1988).

B. Definisi Belajar
Pemahaman tentang pembelajaran bermacam-macam. Konsepsi
belajar yang berbeda-beda dipengaruhi oleh teori-teori yang melandasi
rumusan belajar itu sendiri. Banyak orang yang beranggapan bahwa belajar
hanyalah sekadar mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta berupa
informasi atau topik. Anggapan tersebut mungkin tidak sepenuhnya salah,
karena pada kenyataannya banyak orang belajar hanya dengan menghafal.
Padahal, menghafal hanyalah sebagian dari beberapa metode pembelajaran.
Faktanya, konsep belajar tidaklah sesederhana itu.
Dari sudut pandang psikologi, belajar merupakan suatu proses
perubahan, yaitu perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Belajar juga berarti suatu
proses usaha yang dilakukan oleh individu yang bertujuan untuk mencapai
perubahan baru dalam tingkah laku secara umum, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Slameto,
1991:2).
Menurut Hamalik (1992), pembelajaran melibatkan perubahan
kognisi dan perilaku, termasuk perbaikan perilaku, misalnya dengan
memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat secara lebih utuh. Hilgard
dan Brower dalam Hamalik (1992:45) berpendapat bahwa belajar adalah
perubahan dalam tindakan melalui aktivitas, latihan dan pengalaman.
Sementara itu, Sardiman (1990:22) berpendapat bahwa belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain-lain.

4
Barlow (1996:61-63) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
proses adaptasi perilaku secara bertahap (suatu proses adaptasi atau
penyesuaian perilaku yang terjadi secara bertahap). Kamus Psikologi
menyatakan bahwa belajar adalah proses mencapai perubahan tingkah laku
yang relatif permanen sebagai hasil latihan dan pengalaman.2
Timbulnya perbedaan pendapat di antara para ahli merupakan
fenomena perselisihan pendapat yang wajar akibat adanya perbedaan
pendapat. Selain itu, perbedaan situasi pembelajaran yang satu dengan
situasi pembelajaran yang lain yang diamati oleh para ahli juga dapat
menimbulkan perbedaan cara pandang. Misalnya situasi belajar menulis
tentu tidak sama dengan belajar matematika. Namun, mereka sepakat pada
beberapa poin dasar, seperti penggunaan istilah “perubahan” dan
“perilaku.”
Berdasarkan berbagai definisi yang diuraikan di atas, secara umum
belajar dapat dipahami sebagai suatu periode perubahan yang relatif
permanen pada keseluruhan perilaku individu yang dihasilkan dari
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan terkait dengan proses kognitif.
Sebagai bagian dari pemahaman tersebut, perlu dijelaskan kembali bahwa
perubahan tingkah laku merupakan akibat dari kematangan jasmani,
mabuk-mabukan, kelelahan dan kebosanan tidak dapat dianggap sebagai
suatu proses program pembelajaran.3

C. Teori-teori Pokok Belajar


1. Connectionism
Teori koneksionisme adalah teori yang ditemukan dan
dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949) berdasarkan
eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890 an. Eksperimen
Thorndike ini menggunakan hewan-hewan untuk mengetahui
fenomena belajar. Thorndike mengemukakan dua macam hukum
lainnya yaitu law readiness dan law of exercise. Kedua macam

2
Syarifan Nurjan, Psikologi Belajar, (Jakarta: WADE Group, 2015). 14-15.
3
Syarifan Nurjan, Psikologi Belajar, (Jakarta: WADE Group, 2015). 17.

5
hukum ini tidak begitu populer, namun dapat digunakan sebagai
perbandingan.
Law of readiness (hukum kesiap siagaan) merupakan
kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan conduction
units (satuan perantaraan). Unit-unit ini menimbulkan
kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu. Law of exercise (hukum latihan) menurut Hilgard
& Bower (1975), jika perilaku (perubahan hasil belajar) sering
dilatih atau digunakan maka eksistensi perilaku tersebut akan
semakin kuat. Begitu juga sebaliknya, jika perilaku tadi tidak sering
dilatih atau tidak digunakan maka akan terlupakan atau akan
menurun.
2. Classical Conditioning
Teori pembiasaan klasik (classical conditioning)
berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan
Pavlov (1849-1936), seorang ilmuwan besar Rusia yang berhasil
meraih hadiah Nobel pada tahun 1909. Pada dasarnya classical
conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan
cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut
(Terrace, 1973).
Kata classical yang mengawali nama teori ini semata-mata
dipakai untuk menghargai karya Pavlov yang dianggap paling
dahulu di bidang conditioning (upaya pembiasaan) dan untuk
membedakannya dari teori conditioning lainnya (Gleitman, 1986).
Selanjutnya, mungkin karena fungsinya, teori Pavlov ini juga dapat
disebut respondent conditioning (pembiasaan yang dituntut).
3. Operant Conditioning
Teori pembiasan perilaku respons (operant conditioning)
merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat
berpengaruh di kalangan para ahli psikologi belajar masa kini.
Penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner (lahir tahun 1904),
seorang penganut behaviorisme yang dianggap kontroversial. Karya

6
tulisnya yang terakhir berjudul About Behaviorism diterbitkan pada
tahun 1974. Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya adalah
bahwa tingkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi
yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri (Bruno, 1987).
Operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang
membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat (Reber,
1988). Tidak seperti dalam respondent conditioning (yang respons
nya didatangkan oleh stimulus tertentu), respons dalam operant
conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh
efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer adalah stimulus
yang meningkatkan timbulnya sejumlah respons tertentu.4
4. Contiguous Conditioning
Teori belajar pembiasaan asosiasi dekat (contiguous
conditioning) adalah sebuah teori belajar yang mengasumsikan
terjadinya peristiwa belajar berdasarkan kedekatan hubungan antara
stimulus dengan respons yang relevan. Teori ini sering disebut
sebagai teori belajar istimewa karena paling sederhana dan efisien.
Didalamnya terdapat satu prinsip, yaitu kontiguitas, yang berarti
kedekatan asosiasi antar stimulus dengan respons.
5. Cognitive Theory
Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari sains
kognitif yang telah memberi kontribui yang sangat berarti dalam
perkembangan psikologi belajar. Sains kognitif merupakan
himpunan disiplin yang terdiri atas: psikologi kognitif, ilmu-ilmu
komputer, linguistik, inteligensi buatan, matematika, epistemologi,
dan neuropsychology (psikologi syaraf).
Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting
proses internal, mental manusia. Dalam pandangan para ahli
kognitif, tingkah laku manusia yang tampak tak dapat diukur dan
diterangkan tanpa melibatkan proses mental, yakni motivasi,
kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.

4
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA, 2012). 92-101.

7
Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya
adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat
jasmaniah) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih
nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. Secara lahiriah,
seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis, misalnya,
tentu menggunakan perangkat jasmaniah (dalam hal ini mulut dan
tangan) untuk mengucapkan kata dan menggoreskan pena. Akan
tetapi, perilaku mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena
yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respons atau
stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan
mental yang diatur oleh otaknya.
Sehubungan dengan ini, Piaget, seorang pakar psikologi
kognitif terkemuka, menyimpulkan: children have desire to learn.
Ungkapan ini bermakna bahwa semenjak kelahirannya, setiap anak
manusia memiliki kebutuhan yang melekat dalam dirinya sendiri
untuk belajar.5
6. Social Learning Theory
Menurut Pressly dan McCormick (1995) teori ini adalah
sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan
teori-teori belajar lainnya. Tokoh utama teori ini adalah Albert
Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford Amerika
Serikat. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-
mata refleks otomatis atas stimulus (S-R bond), melainkan juga
akibat reaksi yang timbul dari interaksi antara lingkungan manusia
itu sendiri.
Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses
perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya
conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).
Conditioning, yakni belajar dalam mengembangkan perilaku sosial
dan moral dengan reward (ganjaran/memberi hadiah) dan

5
Yahdinil Firda Nadirah, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Dinas Pendidikan Provinsi Banten,
Banten: 2014). 86-87.

8
punishment (hukuman). Teori ini akan membuat siswa mempelajari
perbedaan antara perilaku yang menghasilkan reward dengan
perilaku mangakibatkan adanya punishment, ia senantiasa berpikir
dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu ia perbuat.6

D. Proses dan Tahapan Belajar


1. Definisi Proses Belajar
Proses berasal dari Bahasa latin “processus” yang artinya
“berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai langkah atau kemajuan
yang mengarah suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin (1972),
proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut
perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan.
Dalam psikologi belajar, proses berarti langkah-langkah
khusus dengan beberapa perubahan sehingga tercapainya hasil-hasil
tertentu (Reber, 1988). Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai
tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang
terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam
arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada
keadaan sebelumnya.
2. Tahap-tahap dalam Proses Belajar
Menurut Jerome S. Bruner, belajar itu merupakan aktivitas
yang berproses, didalamnya terdapat perubahan-perubahan yang
bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui beberapa
tahap antara satu dengan lainnya. Menurut Bruner, dalam belajar
siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
a. Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini seorang siswa yang belajar
memperoleh keterangan mengenai materi yang sedang
dipelajari. Informasi yang diperoleh itu berfungsi untuk

6
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA, 2012). 106.

9
menambah dan memperdalam pengetahuan yang
sebelumnya telah dimiliki.
b. Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam tahap transformasi, informasi yang telah
diperoleh dianalisis, atau ditransformasikan menjadi bentuk
yang konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat
dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa
pemula tahap ini akan berlangsung sulit apabila tidak disertai
dengan bimbingan guru yang diharapkan dapat mentransfer
strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran
materi pelajaran tertentu.
c. Tahap evaluasi (tahap penilaian materi)
Pada tahap evaluasi, seorang siswa menilai sampai
sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi
dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau
memecahkan masalah yang dihadapi.7

7
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA, 2012). 109-110.

10
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Proses belajar berpikir secara baik itu sendiri pada umumnya berlangsung
sebagai hasil proses mengajar dengan pendekatan-pendekatan tertentu, antara lain
seperti pendekatan penjelasan langsung (direct explanation) dan keikutsertaan
terpimpin (guided participation) (Pressley & McCormick, 1995). Belajar juga
berperan penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok manusia
ditengah-tengah persaingan semakin ketat antara bangsa yang lebih dulu maju
karena belajar.
Belajar juga berarti suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu yang
bertujuan untuk mencapai perubahan baru dalam tingkah laku secara umum,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya
(Slameto, 1991:2). Dalam konsep dasar belajar terdapat enam teori-teori pokok,
diantaranya Connectionism (koneksionisme), classical conditioning (pembiasaan
klasik), operant conditioning (pembiasan perilaku respons), contiguous
conditioning (pembiasaan asosiasi dekat), Cognitive Theory (teori kognitif), Social
Learning TheoryI (teori belajar sosial).
Proses belajar ialah sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif,
dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif
dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.
dalam belajar siswa menempuh tiga tahap. Pertama, tahap informasi (tahap
penerimaan materi). Kedua, tahap transformasi (tahap pengubahan materi). Ketiga,
tahap evaluasi (tahap penilaian materi).

11
DAFTAR PUSTAKA

Hanin, Imtihan. dkk. Psikologi Belajar, (WADE Group: 2022).


Nadirah, Yahdinil Firda. Psikologi Belajar dan Mengajar, (Dinas Pendidikan
Provinsi Banten, Banten: 2014).
Nurjan, Syarifan. Psikologi Belajar, (Jakarta: WADE Group, 2015).

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA,


2012).

12

You might also like