You are on page 1of 18

MAKALAH

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN REMAJA DAN PENERAPANNYA DALAM


MENGEMBANGKAN POTENSI KEAGAMAAN PESERTA DIDIK, MASALAH PADA
REMAJA SERTA PENANGANANNYA

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata kuliah psikologi pendidikan


Dosen pengampu : Ibu. Nia Karnia S.Pd.I, M.Pd

Disusun oleh :

Aditya Ramadhan 2210631110073


Adiyas 2210631110074
Aftha Ifat Aini 2210631110075
Amalia Setya hanifah 2210631110087
Arum Anastasya 2210631110092
Deliana Putri 2210631110099

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah dengan
judul Karakteristik perkembangan remaja dan penerapannya dalam mengembangkan potensi
keagamaan peserta didik, masalah pada remaja serta penanganannya dapat tersusun sampai dengan
selesai.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan yang membahas
tentang Karakteristik perkembangan remaja dan penerapannya dalam mengembangkan potensi
keagamaan peserta didik, masalah pada remaja serta penanganannya. Kami sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca dan juga para
penulis.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu saran, kritik,
dan masukan yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Karawang, 21 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar belakang ......................................................................................................... 1


B. Rumusan masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan peulisan ....................................................................................................... 2
D. Manfaat penulisan ................................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

A. Pengertian Karakteristik dan Perkembangan .......................................................... 3


B. Karakteristik perkembangan Remaja ...................................................................... 4
C. Upaya Penerapan Karakteristik Perkembangan Remaja Dalam Mengembangkan
Potensi Keagamaan Peserta Didik ......................................................................... 5
D. Masalah-Masalah Pada Remaja dan Penanganannya ............................................. 7

BAB III : PENUTUP ........................................................................................................ 14

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan remaja merupakan fase penting dalam kehidupan individu yang ditandai
dengan perubahan fisik, emosional, sosial, dan kognitif yang signifikan. Fase ini umumnya terjadi
antara usia 12 hingga 18 tahun. Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa,
yang sering kali penuh tantangan dan peluang. Dalam konteks ini, pemahaman karakteristik
perkembangan remaja sangatlah penting. Selama masa remaja, individu mengalami berbagai
perubahan yang dapat mempengaruhi pemahaman dan pengembangan aspek keagamaan mereka.
Dalam pendidikan agama, pengenalan dan penguatan nilai-nilai keagamaan menjadi penting dalam
mendukung perkembangan spiritual remaja. Dalam konteks ini, pemahaman karakteristik
perkembangan remaja sangatlah penting

Dalam konteks pendidikan, penting untuk menerapkan pemahaman tentang karakteristik


perkembangan remaja dalam mengembangkan potensi keagamaan peserta didik. Ini dapat
dilakukan dengan cara mendidik tentang nilai-nilai dan praktik keagamaan, mendorong refleksi
diri dan pertanyaan spiritual, memberikan model peran yang baik.

Sementara itu, tidak dapat diabaikan bahwa masalah juga dapat muncul selama
perkembangan remaja. Beberapa masalah yang sering dihadapi remaja termasuk depresi, tekanan
akademik, konflik dengan orangtua, pergaulan bebas, dan penyalahgunaan zat. Penanganan
masalah remaja memerlukan pendekatan yang holistik yang melibatkan orangtua, sekolah,
lembaga sosial, dan profesional kesehatan mental. Pemahaman mendalam tentang karakteristik
perkembangan remaja juga penting dalam merancang program intervensi yang efektif.

Dalam kesimpulan, karakteristik perkembangan remaja memiliki dampak signifikan atau


penting pada pengembangan potensi keagamaan mereka. Dengan pemahaman yang tepat tentang
perkembangan ini, kita dapat membantu remaja mengatasi masalah yang mereka hadapi dan
mengembangkan kedewasaan spiritual yang kuat. Oleh karena itu, pendekatan yang holistik dan
berorientasi pada perkembangan sangat penting dalam menghadapi tantangan dan peluang yang
muncul selama masa remaja.

1
Penting bagi pendidik agama dan keluarga untuk bekerja sama dalam mendukung
perkembangan keagamaan remaja. Ini dapat mencakup diskusi terbuka, bimbingan, dan
pengembangan lingkungan yang mendukung pertumbuhan spiritual yang sehat. Selain itu,
pendidikan agama harus mengakomodasi perkembangan individu dan memberikan wadah untuk
eksplorasi nilai-nilai keagamaan yang mendalam.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan karakteristik dan perkembangan?
2. Apa saja yang termasuk dalam karakteristik perkembangan remaja?
3. Bagaimana upaya penerapan karakteristik perkembangan remaja dalam
mengembangkan potensi keagamaan peserta didik?
4. Apa saja yang termasuk dalam konteks permasalahan pada remaja serta bagaimana
cara penanganannya?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu karakteristik dan juga perkembangan
2. Untuk mengetahui apa saja karakteristik perkembangan remaja.
3. Untuk memahami penerapan karakteristik perkembangan remaja dalam
mengembangankan potensi keagamaan.
4. Untuk mengetahui masalah-masalah pada remaja dan juga cara penanganannya

D. Manfaat penulisan
1. Bagi penulis, sebagai wujud pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi pendidikan
dan pengabdian kepada masyarakat.
2. Bagi pembaca dan penulis, untuk meningkatkan pengetahuan mengenai hakikat
perkembangan, pertumbuhan dan mengetahui prinsip-prinsip perkembangan dan
pertumbuhan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakteristik dan Perkembangan

Setiap individu masyarakat pasti memiliki karakter yang berbeda-beda yang dibawa dan
terbentuk sejak lahir. Karakter seseorang juga dapat terbentuk dari lingkungan keluarga maupun
lingkungan masyarakat dimana individu tersebut tinggal. Karakter yang baik akan menampilkan
perilaku yang baik dan karakter yang buruk akan menghasilkan perilaku yang buruk pula.

Lalu apa yang dimaksud dengan karakteristik? Karakteristik berasal dari kata karakter atau
bahasa latin yakni character yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti,
kepribadian yang dimiliki seseorang yang sifatnya relatif tetap. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain. Sedangkan menurut Kementerian Pendidikan Nasional, karakter adalah
cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik
adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat
dari keputusan yang ia buat. Karakter juga sering disamakan dengan akhlak. Adapun karakteristik
peserta didik yang dapat diartikan bahwa keseluruhan pola kelakuan atau kemampuan yang
dimiliki peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan, sehingga menentukan
aktivitasnya dalam mencapai cita-cita atau tujuannya.

Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi akibat dari proses
kematangan dan pengalaman, proses perubahan yang terjadi dalam kehidupan individu sepanjang
waktu, yang mencakup perubahan fisik, emosional, sosial, dan kognitif. Proses perkembangan ini
dimulai sejak individu lahir dan berlanjut sepanjang hidup mereka. Dalam konteks psikologi
perkembangan, perkembangan merujuk pada perubahan-perubahan yang terjadi dalam berbagai
aspek kehidupan individu seiring dengan pertumbuhan dan pengalaman mereka. Seperti dikatakan
oleh Van den Dalk perkembangan yaitu perubahan secara kualitatif. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perkembangan bukan hanya sekedar perubahan pada tinggi badan seseorang atau
peningkatan kemampuan seseorang saja, melainkan suatu proses integrasi atau penggabungan dari
banyak struktur dan fungsi yang kompleks.

3
B. Karakteristik Perkembangan Remaja

Kata Remaja berasal dari bahasa latin adolescene berarti to grow atau to grow maturity
yang artinya untuk tumbuh atau untuk menumbuhkan kedewasaan. Yang merujuk pada masa anak
anak menuju dewasa. Istilah remaja juga sering kali disebut masa pubertas, yaitu masa dimana
terjadi perubahan fisik dan psikologis. Remaja adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada
periode perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Secara umum, remaja adalah
individu yang berada dalam rentang usia antara 10 hingga awal 20-an. Rentang usia ini dapat
sedikit bervariasi tergantung pada konteks budaya, sosial, dan hukum suatu negara.

Masa remaja ditandai oleh perubahan fisik, emosional, sosial, dan kognitif yang signifikan.
Fase ini sering dihubungkan dengan masa pubertas, yang merupakan periode ketika terjadi
perkembangan organ seksual sekunder dan pertumbuhan tubuh yang pesat. Selama masa remaja,
remaja mulai mencari identitas mereka sendiri, mengembangkan hubungan sosial dengan teman
sebaya, menghadapi tantangan dan risiko baru, serta mempersiapkan diri untuk masa depan
mereka melalui pendidikan dan pertimbangan karier. Remaja juga mengalami perubahan
emosional yang kuat, seperti fluktuasi mood dan perubahan dalam cara mereka mengelola emosi.
Pada tahap ini, mereka mulai mengembangkan pemikiran abstrak, keterampilan problem-solving
yang lebih kompleks, dan kemampuan merencanakan masa depan.

Meskipun remaja adalah periode yang penuh dengan perubahan dan tantangan, ini juga
merupakan waktu yang penting dalam kehidupan seseorang. Masa remaja memberikan
kesempatan untuk eksplorasi identitas, pengembangan keterampilan sosial dan kognitif, serta
persiapan untuk masa dewasa yang akan datang.

Perkembangan remaja adalah fase yang penuh perubahan dan kompleksitas dalam
kehidupan seseorang. Karakteristik perkembangan remaja melibatkan berbagai aspek, termasuk
fisik, kognitif, emosional, sosial, dan moral. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang
karakteristik perkembangan remaja:

1) Perubahan Fisik : Salah satu ciri paling mencolok dari remaja adalah pertumbuhan fisik
yang sangat pesat dibandingkan masa kanak-kanak. Pada masa ini, tubuh mengalami
perubahan yang sangat jelas, seperti pertumbuhan tinggi badan, perkembangan organ
reproduksi, dan perkembangan karakteristik seksual sekunder. Pada fase ini remaja

4
memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Dan
Faktor-faktor ini dapat memengaruhi pemahaman diri dan identitas gender remaja.
2) Perkembangan Kognitif : Segala aktivitas mental seorang remaja yang semakin kompleks
atau rumit, hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja mulai berpikir lebih
abstrak, memecahkan masalah yang lebih rumit, dan mulai mengembangkan kemampuan
berpikir kritis. Ini memungkinkan mereka untuk memahami aspek-aspek yang lebih dalam
tentang konsep-konsep seperti moralitas dan etika serta penilaian atas tindakan-tindakan
yang benar dan salah.
3) Perkembangan Emosional : Emosi remaja sering kali labil atau tidak tentu, karena erat
hubungannya dengan keadaan hormon. Mereka dapat mengalami gejolak emosional yang
kuat jadi seringkali mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik, dalam satu waktu
mereka akan kelihatan sangat senang sesekali dan tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih
atau marah. Termasuk perasaan cinta, kebingungan, atau ketidakpastian tentang masa
depan.
4) Perkembangan Sosial : Amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan
keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Remaja mulai
membentuk identitas sosial mereka, hal ini disebabkan karena pada masa remaja sudah
memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan
sosial akan sangat menentukan. Dan mereka juga merasa tertarik pada teman sebaya, dan
berusaha untuk menyatukan diri dalam masyarakat dan lingkungan sosial.

Karakteristik-karakteristik ini seringkali saling terkait dan berdampak satu sama lain.
Penting bagi orang dewasa yang terlibat dalam pendidikan dan pembimbingan remaja untuk
memahami dan mengakui kompleksitas perkembangan remaja agar dapat memberikan dukungan
yang sesuai selama masa ini.

C. Upaya Penerapan Karakteristik Perkembangan Remaja Dalam Mengembangkan


Potensi Keagamaan Peserta Didik

Pembinaan jiwa pada remaja merupakan tanggung jawab dari semua pihak dalam hal
kematangan agama remaja dikemudian hari, Pembinaan jiwa pada remaja terkait kematangan

5
beragama ini upaya untuk membantu remaja memahami, menginternalisasi, dan
mengaktualisasikan nilai-nilai, keyakinan, dan praktik keagamaan dalam kehidupan sehari-hari
mereka. Tujuan dari pembinaan jiwa ini adalah agar remaja dapat mencapai kematangan
beragama, yang mencakup pemahaman yang lebih dalam tentang keyakinan keagamaan,
pengembangan moral yang kuat, dan penerapan nilai-nilai keagamaan dalam tindakan mereka.

Upaya penerapan karakteristik perkembangan remaja dalam mengembangkan potensi


keagamaan peserta didik adalah suatu pendekatan yang berfokus pada pemahaman mendalam
tentang tahap perkembangan remaja dan bagaimana karakteristik ini dapat memengaruhi
pengalaman keagamaan mereka, Berikut adalah upaya penerapan karakteristik perkembangan
remaja dalam konteks pengembangan potensi keagamaan peserta didik:

• Pengembangan Materi yang Relevan : Materi pendidikan agama harus


disesuaikan dengan tahap perkembangan remaja. Ini termasuk penekanan pada
aspek-aspek agama yang dapat dipahami oleh remaja, seperti pemahaman tentang
nilai-nilai moral, ibadah, dan praktik keagamaan yang sesuai.
• Diskusi Terbuka dan Kritis : Mendorong remaja untuk bertanya, merenungkan,
dan berdiskusi tentang ajaran agama. Ini memungkinkan mereka untuk mendalami
nilai-nilai keagamaan dengan lebih baik dan memahami dasar-dasar keyakinan
mereka.
• Pengalaman Berbasis Aksi : Memberikan kesempatan kepada remaja untuk
menerapkan ajaran agama dalam tindakan nyata. Ini dapat melibatkan proyek
sosial, pelayanan masyarakat, atau kegiatan lain yang mendukung nilai-nilai agama
mereka.
• Mentoring dan Pembimbingan Personal : Menyediakan mentor atau
pendamping yang dapat membantu remaja dalam pengembangan potensi
keagamaan mereka. Hal ini memungkinkan mereka untuk berdiskusi secara pribadi
tentang pertanyaan keagamaan dan mendapatkan dukungan dalam perjalanan
spiritual mereka.
• Kegiatan Kelompok dan Komunitas : Mendorong partisipasi dalam kegiatan
keagamaan yang melibatkan kelompok sebaya atau komunitas agama. Ini

6
membantu remaja merasa terhubung dengan komunitas yang memiliki nilai-nilai
serupa.
• Penggunaan Teknologi dan Media : Memanfaatkan teknologi dan media yang
sesuai dengan perkembangan remaja untuk menyampaikan pesan-pesan
keagamaan. Ini dapat mencakup penggunaan aplikasi, situs web, atau konten digital
yang edukatif.
• Pembelajaran Aktif dan Terlibat : Menerapkan metode pembelajaran yang aktif,
seperti studi kasus, permainan peran, atau simulasi, yang memungkinkan remaja
untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran agama mereka.
• Pendekatan Multibudaya : Mengenalkan remaja pada berbagai tradisi keagamaan
dan budaya, memungkinkan mereka untuk lebih memahami keragaman dalam
keyakinan dan nilai-nilai agama.

D. Masalah-Masalah Pada Remaja dan Penanganannya

A. Kenakalan Masa Remaja

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum
pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-
orang di sekitarnya. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia
13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih
belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. la berada pada masa transisi. Masalah
kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya
peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat.

Kenakalan remaja menjadi hal yang perlu di waspadai dan lebih diperhatikan karena seiring
berkembangnya seorang anak. sudah sewajamya seorang remaja melakukan sebuah kenakalan.
Selama kenakalan itu masih pada tingkat yang wajar. Oleh karena itu peran orang tua dalam
mendidik seorang anak apalagi remaja sangat diperlukan penanaman nilai, dan norma yang
diberikan sejak dini dapat mempengaruhi sikap. perbuatan mental seorang anak untuk dapat

7
memilah mana hal yang perlu ditiru, dan mana hal yang tidak patut ditiru, pada intinya seorang
anak dapat melihat mana yang baik dan mana yang tidak baik. Apabila peran orang tua tidak
maksimal sejak anak masih kecil, pada saat tumbuh menjadi seorang remajapun tidak menutup
kemungkinan seorang remaja berbuat hal yang melanggar aturan.

• Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja

Perilaku "nakal' remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor
dari luar (eksternal).

Faktor internal:

1. Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam
kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena
remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah
laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku
"nakal". Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku
tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai
dengan pengetahuannya.

Faktor eksternal:

1. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga,
atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja.
Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak
memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi
penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik

B. Penyalahgunaan NAPZA

Ada banyak kepanjangan dari narkoba yang kini beredar di masyarakat, di antaranya:

1. Narkotika dan Obat-obatan Terlarang

8
2. Narkotika dan Obat-obatan berbahaya
3. Narkotika, Psikotropika, dan Obat-obat berbahaya dasar terjemahan narkoba sebenarnya
memang sangat tidak jelas. Secara umum narkoba adalah terjemahan dari kata Narkotika, dan
Bahan-bahan berbahaya. Bahan- bahan berbahaya ini termasuk di dalamnya obat-obatan yang
tidak mempunyai kandungan Narkotika (sekarang disebut Psikotropika), alkohol, dan zat-zat
cair atau padat lainnya seperti pestisida, limbah-limbah beracun. Selanjutnya muncul istilah
NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat-zat Adiktif lainnya). Zat-zat tersebut dapat
membuat berbagai efek samping seperti Halusinasi, ketagihan, dan efek psikologi lainnya.
Cara penggunaan bisa melalui suntikan, dimakan, dihisap, atau dihirup. Contoh zat-zat
berbahaya yang dikonsumsi dengan cara dihisap adalah Opium yang menggunakan pipa
hisapan.

Ratna Yunita(2010) menjelaskan Penyalahgunaan narkoba adalah suatu pemakaian non


medical atau ilegal barang haram yang dinamakan narkotik dan obat-obatan adiktif yang dapat
merusak kesehatan dan kehidupan produktif manusia pemakainya. Berbagai jenis narkoba yang
mungkin disalahgunakan adalah tembakau, alkohol, obat-obat terlarang dan zat yang dapat
memberikan keracunan, misalnya yang diisap dari asapnya. Penyalahgunaan narkoba dapat
menyebabkan ketergantungan zat narkoba. Jika dihentikan maka si pemakai akan sakaw.

C. Pergaulan Bebas

Pada era globalisasi ini permasalahan remaja menjadi sangat serius, karna adanya
globalisasi tak dapat dipungkiri lagi budaya asing yang terus menerus masuk sedikitnya
mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku remaja kebanyakan ini, yang pada akhirnya remaja
yang memang sedang berada dalam masa transisi ini kerap kali mengambil nilai yang salah
terhadap budaya asing ini. Sejauh ini, kebebasan bergaul antara laki-laki dan perempuan tidak
dapat lagi dibedung batasannya, dan akibat terburuknya adalah munculnya penyimpangan yang
dilakukan para remaja dalam pergaulannya. Seperti contoh seks bebas yang pada dasarnya
sangatlah tidak cocok dengan kebudayaan kita. Seks bebas sendin adalah hubungan suami istri
yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan tanpa adanya ikatan perkawinan. Seperti yang kita
tahu pergaulan bebas. adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana "bebas" yang
dimaksud adalah melewati batasan norma yang ada. Masalah seks bebas ini merupakan masalah
yang sering kali kita dengar sebagai akibat dari adanya pergaulan bebas dikalangan remaja.

9
Masa remaja adalah masa dimana individu menjadi labil yang emosinya rentan tidak
terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Kurangnya keimanan, perhatian orangtua,
kekecewaan, pengetahuan yang minim, ajakan teman-teman dan keadaan lingkungan sekitar
merupakan beberapa alasan terjadinya penyimpangan ini. Kebanyakan kasus pada umumnya
remaja melakukan seks bebas ini dengan pacarnya, hal ini dikarenakan kebanyakan dan mereka
beranggapan bahwa pacar mereka adalah orang yang akan menjadi suami/istri mereka dimasa yang
akan datang, sehingga mereka rela memberikan apapun à demi i pasangannya. Budaya pacaran
sendiri merupakan salah satu kebiasaan yang dibawakan dari budaya asing, budaya asing yang
memang menganut paham sekuler dimana membebaskan siapa saja untuk melakukan hubungan
seks walaupun mereka belum memiliki status perkawinan. Banyak kasus yang disebabkan oleh
kebiasaan pacaran ini, Contoh kecilnya adalah banyak remaja yang putus sekolah karena hamil
atau bahkan mungkin sampai kasus bunuh diri yang beralasan masalah percintaan pelaku yang
kandas.

➢ Penyebab Pergaulan Bebas


a. Faktor Orang Tua

Berubahnya sistem komunikasi dan besarnya pengaruh media masa saat ini sangat
berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya anak, jika para orang tua tidak dapat mengimbanginya
maka tidak heran jika mereka tidak dapat mengawasi bagaimana anaknya bergaul. Apabila
ditambah lagi kesibukan kedua orang tua yang tidak memiliki waktu untuk anak-anak mereka.

b. Faktor agama dan iman.

Agama dan keimanan merupakan landasan hidup seorang individu. Agama dan keimanan
juga dapat membentuk kepribadian individu. Dengan agama individu dapat membedakan mana
yang baik dan mana yang tidak. Tetapi pada remaja yang ikut kedalam pergaulan bebas ini
biasanya tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak.

c. Perubahan Zaman

Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut berkembang atau yang lebih
sering dikenal dengan globalisasi. Remaja biasanya lebih tertarik untuk meniru kebudayaan barat

10
yang berbeda dengan kebudayaan kita, sehingga memicu mereka untuk bergaul seperti orang harat
yang lebih bebas. Seksualitas Masa Remaja

Pada masa ini seorang remaja juga akan mengalami perkembangan seksualitasnya secara
alami, ditandai dengan menstruasi pada remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki.
Satu hal yang paling menonjol pada masa perkembangan seorang remaja adalah pada
perkembangan perilaku seksualitasnya. Perilaku seksualitas pada remaja secara alami dipengaruhi
oleh perkembangan hormon dalam dirinya. Pada masa ini, jika seorang remaja tidak mendapatkan
pendidikan tentang perilaku seksualitas yang baik dari orangtua, guru, atau lingkungannya. Maka
bukan tidak mungkin seorang remaja akan melakukan hal-hal yang menyimpang sebagai tujuan
pemenuhan hasrat seksualnya yang terus meningkat.

Menurut Sigmund Freud, seks adalah naluri dasar yang sudah ada sejak manusia lahir.
Sejak lahir manusia sudah menjadi makhluk yang seksual atau sudah memiliki libido(energy
seksual) yang mengalami perkembangan melalui fase oral, anal, falik, da genital. Masa remaja
sendiri merupakan masa individu dalam kondisi pubertas aktif dimana rasa ingin tahunya yang
begitu besar akan sesuatu yang menurutnya asing, ditambah lagi remaja merupakan kelompok
yang mudah sekali terpengaruh. Oleh karena itu pada masa ini anak-anak perlu sekali bimbingan
moral maupun spiritual.

➢ Perilaku seksual yang sering dialami para remaja :


1. Berdandan untuk menunjukan kelebihan fisiknya
2. Berpacaran dan mulai melakukan sentuhan fisik
3. Mempelajari hubungan seksual dengan lawan jenisnya
4. Masturbasi dan onani

D. Depresi dan Bunuh Diri

1. Depresi

Tingkat remaja yang mengalami stres berkisar dari 15 hingga 20 persen (Graber & Sontag,
2009). Pada sekitar usia 15 tahun, tingkat depresi remaja perempuan dua kali lebih besar
dibandingkan remaja laki-laki. Hal ini disebabkan karene perempuan cenderung lebih memikirkan
suasana hati depresi yang dialami dan membesar-besarkannya.

11
Ada beberapa faktor yang menyebabkan depresi (Graber & Sontag, 2009; Liem, Cavell, &
Lustig. 2010; Waller & Rose, 2010). Faktor ini meliputi: Orang tua yang mengalami depresi, orang
tua yang tidak terikat secara emosi, orang tua yang memiliki konflik dalam pernikahan, orang tua
yang mengalami masalah finansial, relasi yang buruk dengan teman sebaya dan masalah relasi
romantic juga dapat memicu depresi pada remaja, khususnya remaja perempuan (Starr & Davila,
2009).

2. Bunuh Diri

Tindakan bunuh diri ketika remaja meningkat sampai dewasa, remaja perempuan
cenderung lebih banyak melalukan usaha bunuh diri dibandingkan dengan remaja laki-laki, tetapi
lebih banyak remaja laki-laki yang benar-benar melakukannya. Dalam usaha bunuh diri remaja
laki-laki menggunakan senjata tajam yang mematikan seperti senjata api, sedangkan remaja
perempuan cenderung mengiris pergelangan tangan atau meminum banyak obat tidur, cara-cara
seperti ini tidak berujung kematian. Oleh sebab itu, remaja laki-laki lebih benar-benar melakukan
aksi bunuh diri.

Beberapa faktor yang menyebabkan usaha bunuh diri yaitu kurangnya afeksi dan dukungan
sosial, kontrol yang tinggi dan tekanan untuk berprestasi yang diterapkan orangtua di masa kanak-
kanak, selain itu relasi dengan teman sebaya pendapat menjadi faktor bunuh diri. Penelitian terbaru
bahwa stress yang berlangsung secara terus-menerus dan meningkat, terutama dirumah, terkait
dengan percobaan bunuh diri pada remaja perempuan latin (Zayas dkk, 2010). Selain itu, di
Indonesia sendiri percobaan bunuh diri semakin marak terjadi. Hal ini disebabkan oleh semakin
mahalnya kebutuhan pokok sampai permasalahan putus cinta yang dialami oleh remaja. Lebih
jauhnya, sebuah penelitian yang mengindikasi bahwa remaja yang mengkonsumsi alcohol ketika
mereka sedih atau depresi terkait dengan risiko melakukan bunuh diri (Schilling dkk. 2009).
Analisis terbaru menggunakan data kesehatan dari Studi Longitudinal Remaja menemukan
indicator risiko bunuh diri, yaitu: gejala depresi, perasaan tidak ada harapan, memikirkan ide
bunuh diri, memiliki latar belakang keluarga yang pernah mencoba bunuh diri, dan memiliki
sahabat yang pernah mencoba bunuh diri (Thompson, Kuruwita & Foster, 2009).

• Solusi Permasalahan Pada Remaja

12
Masa remaja sebagai periode merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan
rentan munculnya masalah remaja. Untuk itu perlu adanya perhatian khusus serta pemahaman
yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja merupakan faktor penting bagi
keberhasilan remaja dikehidupan selanjutnya, mengingat masa ini merupakan masa yang paling
menentukan kehidupan seseorang kedepannya ketika ia beranjak ke masa dewasa dan masa tua
nanti.

1. Orang tua harus selalu memberikan dan menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya kepada
anaknya. Jadilah tempat curhat yang nyaman sehingga masalah anak-anaknya segera dapat
terselesaikan.

2. Perlunya ditanamkan dasar agama yang kuat pada anak-anak sejak dini.

3. Pengawasan orang tua yang intensif terhadap anak. Termasuk di sini media komunikasi seperti
televisi, radio, akses internet, handphone, dll.

4. Perlunya materi pelajaran bimbingan konseling di sekolah. Sebagai orang tua sebisa mungkin
dukunglah hobi/bakat anak-anaknya yang bernilai positif. Jika ada dana, jangan ragu-ragu untuk
memfasilitasi hobi mereka, agar anak remaja kita dapat terhindar dari kegiatan-kegiatan negatif

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Karakteristik perkembangan remaja mencakup perubahan fisik, emosi, sosial, dan


kognitif yang signifikan. Penerapannya dalam mengembangkan potensi keagamaan peserta didik
dapat melibatkan pendekatan yang sensitif terhadap nilai-nilai keagamaan mereka, memberikan
ruang untuk eksplorasi spiritual, memfasilitasi dialog agama, dan memberikan dukungan moral,
dan mendorong refleksi tentang prinsip-prinsip agama dalam kehidupan sehari-hari.

Masalah pada remaja seperti konflik identitas, tekanan sosial dan akademik, dan
eksperimen yang berisiko dapat mempengaruhi perkembangan keagamaan. Penanganannya
melibatkan komunikasi terbuka dengan remaja, memberikan dukungan emosional, dan
mengarahkan mereka pada sumber-sumber keagamaan yang positif. Dalam hal ini, kolaborasi
antara keluarga, sekolah, dan komunitas juga penting untuk membantu remaja menghadapi
masalah ini dengan baik. Pentingnya komunikasi terbuka antara orang tua dan remaja dalam
menghadapi masalah ini juga tidak boleh diabaikan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, N.(2013). Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam. Universitas Negeri
Semarang Jawa Tengah. Jurnal Al-Ulum. Vol 13, No 1. 25-38

Meriyati. (2015). Memahami Karakteristik Anak Didik. Fakta Press IAIN Pendidikan: Lampung.

Kuchah, K. (2012). Fostering Religious and Spiritual Development in Schools Overcoming


Barriers and Pitfalls. Journal of Research on Christian Education. vol 21, no(1). 60-82

Gunarsa, D. 1986. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT, BK Gunung Mulia

Monk, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Hurlek. Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga

Santrock, John W. (2012). Life - Span Development Perkembangan Masa Hidup Jilid 1Jakarta:
Penerbit Erlangga

Sukarno, Dhana, (2006). Modul Seminar GRANAT (Gerakan Nasional Anti Narkoba)
"Mendeteksi Dini Penyalahgunaan Narkoba".

Fadilah, dkk. Januari (2021). Pendidikan Karakter. Bojonegoro-Jawa Timur: CV.AGRAPANA


MEDIA. hal 12

15

You might also like