You are on page 1of 14

MAKALAH

“PENGEMBANGAN KARAKTER”
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :

Pengembangan Karakter

Dosen Pengampuh :

Hanina, M.Psi

Disusun oleh:

Nurul Afridayani (22053108)

Kelas:

1D Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS ASAHAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
nikmat, rahmat,dan taufik hidayah-Nya kepada kita, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa juga kita hadiahkan kepada junjungan kita
Baginda Rasulullah SAW, semoga kita, orang tua kita, nenek dan kakek kita, guru-guru,
Dosen dan orang terdekat kita mendapat syafaat di Yaumil Mahsyar kelak nantinya. Amin ya
Rabbal ‘Alamin.

Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengembangan Karakter yang bertemakan tentang “Pengembangan Karakter”
selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan Karakter dan saya ucapkan juga
terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu dan mendukung saya.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang guna
membangun sempurnanya makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada bapak/ibu
dosen Hanina, M.Psi.

Akhir kata, semoga makalah yang saya susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
teman-teman dan bagi saya penyusun terkhususnya.

Kisaran, 13 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1


B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB II: PEMBAHASAN..................................................................................................4

A. Pengertian Pendidikan dan Pengembangan Karakter..............................................4


B. Hubungan Pendidikan dengan Pengembangan Karakter.........................................7
C. Implementasi Pendidikan dengan Pengembangan Karakter....................................9

BAB III: PENUTUP..........................................................................................................10

A. Kesimpulan..............................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi yang di tandai dengan kemajuan dunia ilmu


informasi dan teknologi, memberikan banyak perubahan dan tekanan dalam
segala bidang. Dunia pendidikan yang secara filosofis di pandang sebagai alat
atau wadah untuk mencerdaskan dan membentuk watak manusia agar lebih
baik (humanisasi), sekarang sudah mulai bergeser atau disorientasi. Demikian
terjadi salah satunya dikarenakan kurang siapnya pendidikan untuk mengikuti
perkembangan zaman yang begitu cepat. Sehingga pendidikan mendapat krisis
dalam hal kepercayaan dari masyarakat, dan lebih ironisnya lagi bahwa
pendidikan sekarang sudah masuk dalam krisis pembentukan karakter
(kepribadian) secara baik.
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan primer atau
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali
mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang dengan cita-cita
untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan hidupnya.
[1] Dalam pengertian sederhana dan umum makna pendidikan adalah usaha
sadar manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi
pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di
dalam masyarakat dan agama.
Pendidikan bertujuan tidak sekedar proses alih budaya atau alih ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge), tetapi juga sekaligus sebagai proses alih
nilai (transfer of value). Artinya bahwa Pendidikan, di samping proses
pertalian dan transmisi pengetahuan, juga berkenaan dengan proses
perkembangan dan pembentukan kepribadian atau karakter masyarakat.
Dalam rangka internalisasi nilai-nilai budi pekerti kepada peserta didik, maka
perlu adanya optimalisasi pendidikan. Perlu kita sadari bahwa fungsi
pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

1
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlakul karimah, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan juga
dipandang sebagai sebuah sistem sosial, artinya dikatakan sistem sosial
disebabkan  di dalamnya berkumpul manusia yang saling berinteraksi dengan
lingkungannya. Untuk menuju pada pendidikan yang dapat beradaptasi
dengan lingkungannya, yaitu dengan cara melakuakan perubahan-perubahan
susunan dan proses dari bagian-bagian yang ada dalam pendidikan itu
sendiri. Sehingga pendidikan sebagai agen perubahan sosial diharapkan
peranannya mampu mewujudkan perubahan nilai-nilai sikap, moral, pola
pikir, perilaku intelektual, ketrampilan, dan wawasan para peserta didik sesuai
dengan tujuan pendidikan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat didalam makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan dan pembentukan karakter?
2. Bagaimana hubungan pendidikan dengan pembentukan karakter?
3. Bagaimana implementasi pembentukan karakter?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan dan pembentukan karakter.
2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan pembentukan karakter.
3. Untuk mengetahui implementasi pembentukan karakter.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan dan Pembentukan Karakter


a. Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Para Ahli

Agar lebih memahami apa arti character education, maka kita dapat


merujuk pada pendapat beberapa ahli berikut ini:

 T. Ramli
Menurut T. Ramli, pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan yang
mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal
tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik.
 Thomas Lickona
Menurut Thomas Lickona, pengertian pendidikan karakter adalah suatu
usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat
memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
 John W. Santrock
Menurut John W. Santrock, character education adalah pendidikan yang
dilakukan dengan pendekatan langsung kepada peserta didik untuk
menanamkan nilai moral dan memberi kan pelajaran kepada murid
mengenai pengetahuan moral dalam upaya mencegah perilaku yang yang
dilarang.

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Dalam pengertian yang sederhana dan umum
makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.

3
Berbicara pendidikan sangat erat kaitannya dengan kemajuan peradaban
manusia. Karena pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia
yang tidak pernah bisa ditinggalkan. Sebagai sebuah proses, ada dua asumsi yang
berbeda mengenai pendidikan dalam kehidupan manusia. Pertama, ia bisa
dianggap sebagai proses yang terjadi secara tidak disengaja atau berjalan secara
alamiah. Dalam hal ini, pendidikan bukanlah proses yang diorganisasikan dan
direncanakan secara sistematis, melainkan merupakan bagian kehidupan yang
memang telah berjalan sejak manusia itu ada. Kedua, pendidikan bisa dianggap
sebagai proses yang terjadi secara di segaja, direncanakan, dan didesain dengan
sistematis berdasarkan aturan-aturan yang berlaku terutama perundang-undangan
yang dibuat atas dasar kesepakatan masyarakat.

b. Tujuan Pendidikan
Tujuan-tujuan pendidikan misalnya secara umum orang memahami bahwa
tujuan pendidikan adalah mengarahkan manusia agar berdaya, berpengetahuan,
cerdas, serta memiliki wawasan ketrampilan agar siap menghadapi tantangan
kehidupan dengan potensi-potensinya yang telah diasah dalam proses pendidikan.
Misalnya, kita sering memahami bersama secara universal bahwa pendidikan itu
berkaitan dengan kegiatan yang terdiri dari proses dan tujuan berikut.
1. Proses pemberdayaan (empowerment), yaitu ketika pendidikan adalah proses
kegiatan yang membuat manusia menjadi lebih berdaya menghadapi keadaan
yang lemah menjadi kuat.
2. Proses pencerahan (enlightment) dan penyadaran (conscientization), yaitu
ketika pendidikan merupakan proses mencerahkan manusia melalui
dibukanya wawasan dengan pengetahuan, dari yang tidak tahu menjadi tahu.
3. Proses memberikan motivasi dan inspirasi, yaitu suatu upaya agar para peserta
didik tergerak untuk bangkit da berperan bukan hanya sekedar karena arahan
dan paksaan, melainkan karena diinspirasi oleh apa yang dilihatnya yang
memicu semangat dan bakatnya.

4
4. Proses mengubah perilaku, yaitu bahwa pendidikan memberikan nilai-nilai
yang luhur dan ideal yang diharapkan mengatur perilaku peserta didik kearah
yang lebih baik.
Akan tetapi, proses realitas yang terjadi dan sering kita jumpai adalah
proses dan out put pendidikan tidak sesuai dengan cita-cita yang indah semacam
itu. Mislanya, kita justru melihat realitas pendidikan yang terkesan menghasilkan
manusia-manusia yang kehilangan potensi dirinya, manusia yang serakah,
merusak dan penindas baru bagi kaum yang lemah, serta manusia-manusia yang
justru mengisi sistem yang mengarahkan menuju tatanan yang malah tidak
memanusiakan manusia.

Hakekat karakater ialah Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan


tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan
perilaku yang ditampilkan. Sedangkan Doni Koesoema, memahami bahwa
karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau
karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari
bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Sementara Winnie, memahami
bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian. Pertama, ia menunjukkan
bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur,
kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk.
Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang
tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya
dengan “personality”. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a
person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.

Dalam hal ini akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan
kejahatan, terletak pada hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah sandangan
fundamental yang memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup
bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan
kebaikan dan kebajikan, yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan tidak
bermoral.

5
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara
berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi
pikiran, tindakan demi tindakan. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan
berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Untuk memahami makna pembangunan karakter dan mengapa hal itu


penting, ada suatu kisah yang menarik yang akan penulis sampaikan. Suatu
ketika, ada seorang pendidik yang mengusulkan kepada seorang kepala sekolah
agar dalam penerimaan peserta didik baru tidak menggunakan tes ujian masuk
dalam model apapun. Reaksi sang kepala sekolah menjadi tekaget-kaget luar
biasa. “Kalau penerimaan peserta didik baru tidak melalui tes terdahulu, pasti
sekolah ini nanti akan banyak diisi oleh peserta didik yang bodoh-bodoh dan
nakal-nakal. Terus bagaimana kualitas lulusan kita nanti”. Demikian alasan sang
kepala sekolah.

Kemudian, ia menjelaskan alasannya kepada kepala sekolah tersebut.


Alasannya begini: para peserta didik baru itu pada dasarnya tidak ada yang bodoh,
tidak ada yang nakal, tidak ada yang kekurangan sifatnya. Dengan demikian,
setelah para peserta didik baru yang masuk tanpa tes itu diterima, mereka
kemudian akan menjalani penelitian kecerdasan yang dimiliki masing-masing.
Hal ini dalam istilah ilmi psikologi pendidikan disebut Multi Intelegences
Research (MIR). Tindakan tersebut digunakan untuk mengetahui gaya belajar
peserta didik, sebuah data yang sangat penting yang harus diketahui oleh para
guru yang akan mengajar mereka.

Menurut penulis, cerita pendidik tersebut memang ada benarnya juga.


Pendidikan adalah proses pembangunan karakter. Jadi, sudah seharusnya tak
menjadi sebuah masalah bagi siapa pun yang akan masuk di dalamnya (sekolah).
Pembangunan karakter adalah prose membentuk karakter, dari yang kurang baik
menjadi yang lebih baik.[10] Senada dengan kata-kata filosof kaliber Plato (428-
347 SM), beliau mengatakan “Jika Anda bertanya apa manfaat pendidikan, maka

6
jawabannya sederhana: Pendidikan membuat orang menjadi lebih baik dan orang
baik tentu berperilaku baik”.

B. Hubungan Pendidikan dengan Pembentukan Karakter


“Manusia hanya dapat menjadi sungguh-sungguh manusia melalui
pendidikan dan pembentukan diri (character) yang berkelanjutan. Manusia
hanya dapat dididik oleh manusia lain yang juga dididik oleh manusia yang
lain”,begitu kata Immanuel Kant. Artinya bahwa, pendidikan dan pembentukan
karakter sejak awal munculnya pendidikan oleh para ahli dianggap sebagai hal
yang niscaya dan saling berhubungan.
John Dewey, misalnya, pada tahun 1961, pernah berkata juga. “Sudah
merupakan hal lumrah dalam teori pendidikan bahwa pembentukan watak atau
karakter merupakan tujuan umum pengajaran dan pendidikan budi pekerti di
sekolah. Pendidikan karakter pada hakikatnya ingin membentuk individu menjadi
seorang pribadi bermoral yang dapat menghayati kebebasan dan tanggung
jawabnya, dalam relasinya dengan orang lain dan dunianya di dalam komunitas
pendidikan. Komunitas pendidikan ini bisa memiliki cakupan lokal, nasional,
maupun internasional (antar negara).
Sejalan dengan implementasi pendidikan karakter, UNESCO dalam empat
pilar pendidikan secara implisit sebenarnya juga menyinggung perlunya
pendidikan karakter. Seperti kita ketahui ada empat pilar pendidikan yang
diharapkan ditegakkan dalam implementasi pendidikan diseluruh dunia, yang
meliputi; learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live
together. Dua pilar terakhir learning to be, dan learning to live together pada
hakekatnya adalah implementasi dari pendidikan karakter.
Dengan demikian, pendidikan karakter mempunyai visi senantiasa
mengarahkan diri pada pembentukan individu bermoral, cakap mengambil
keputusan yang tampil dalam perilakunya, sekaligus mampu berperan aktif dalam
membangun kehidupan bersama. Pendidikan karakter dimulai dari lingkungan
keluarga karena lingkungan inilah yang pertama kali dikenal oleh seseorang sejak

7
ia lahir. Lingkungan keluarga sangat berpengaruh karena merupakan dasar dari
pembentukan karakter seseorang. Selanjutnya lingkungan tempat tinggal,
lingkungan pergaulan dan sampai pada lingkungan pendidikan (sekolah).

Posisi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Nasional


Dalam kebijakan nasional ditegaskan, antara lain bahwa pembangunan
karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan
bernegara. Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah bertekad untuk
menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai bahan penting dan tidak
dipisahkan dari pembangunan nasional.
Secara ekplisit pendidikan karakter (watak) adalah amanat Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada pasal 3
menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Potensi peserta didik yang akan dikembangkan seperti beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab pada hakikatnya dekat dengan makna karakter. Senada dengan sembilan
pilar pendidikan karakter yang telah dilansir oleh Kementrian Pendidikan
Nasional antara lain. (1). Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, (2).
Kemandirian dan Tanggung jawab, (3). Kejujuran dan Diplomatis, (4). Hormat
dan Santun, (5). Dermawan, Suka tolong menolong, dan Gotong royong, (6).
Percaya diri dan Kerja keras, (7). Kepemimpinan dan Keadilan, (8). Baik dan
Rendah hati, dan (9). Toleransi, Perdamaian, dan Kesatuan.
Disamping itu pelaksanaanya juga harus tetap memperhatikan K4
(kesehatan, kebersihan, kerapian, dan keamanan). Dengan demikian

8
pengembangan potensi tersebut juga harus menjadi landasan implementasi
pendidikan karakter di Indonesia.

C. Implementasi Pendidikan dengan Pengembangan Karakter

Sebelum pada implementasi di Indonesia, sebaiknya kita mengetahui hasil


Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Hal ini yang
selanjutnya menghasilkan sebuah Kesepakatan Nasional Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang dinyatakan sebgai berikut:

1. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral


yang tidak terpisahkan dari pendidikan nasional secara utuh.
2. Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara
komperhensif sebagai proses pembudayaan. Oleh karena itu,
pendidikan dan kebudayaan secara kelembagaan perlu diwadahi secara
utuh.
3. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah, masyarakat, sekolah, dan orang tua. Oleh
karena itu, pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa harus
melibatkan keempat unsur tersebut.
4. Dalam upaya merevitalisasi pendidikan budaya dan karakter bangsa
diperlukan gerakan nasional guna menggugah semangat kebersamaan
dalam pelaksanaan di lapangan.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi


dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab yang pada hakikatnya sangat dekat dengan perannya untuk membentuk
manusia yang berkarakter baik.

Dengan demikian, pendidikan karakter mempunyai visi senantiasa


mengarahkan diri pada pembentukan individu bermoral, cakap mengambil
keputusan yang tampil dalam perilakunya, sekaligus mampu berperan aktif dalam
membangun kehidupan bersama dalam tantangan global.

B. Saran

Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini masih bersifat sangat


sederhana dan simpel. Serta dalam Penyusunan makalah inipun masih
memerlukan kritikan dan saran bagi pembahasan materi tersebut.

10
Bibliography
Goble. Frank G., 1991, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham
Maslow, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Samani. Muchlas dan Hariyanto, 2011, “Konsep dan Model” Pendidikan
Karakter, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Koesoema. Doni A, 2010, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di
Zaman Global, Jakarta: Grasindo.
Mu’in. Fatchul, 2011, Pendidikan Karakter (Konstruksi Teoretik dan Praktek),
Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

11

You might also like