You are on page 1of 11

REKAYASA IDE

“Meningkatkan Motivasi siswa dalam pembelajaran penjas”


PAEDAGOGI OLAHRAGA

OLEH

ANGGA YOSUA ARIZONA GAJAH


NIM. 6163321005
KHAIRUL FAHMI
NIM. 6163321022

PKO-C 2016

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya. Dalam pembahasan rekayasa ide dalam mata kuliah
paedagogi olahraga.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Dan mampu menjadi panduan bagi kita
sebagai calon pendidik yang kelak akan mendidik dan memberi pengetahuan melalui
motivasi dan ilmu yang kita miliki.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah pelaporan Rekayasa Ide ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembentukan sumber daya
manusia yang berperan sangat penting bagi pembangunan nasional. Tujuan utama pendidikan
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri serta punya rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (USPN: 1989). Berbagai upaya telah
dilakukan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut. Sekolah yang seharusnya
menjadi tempat paling strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan, tapi pada
kenyataannya masih ada kendala yang dihadapi sehingga upaya peningkatan kualitas
pendidikan menjadi tidak optimal.

Untuk mencapai tujuan pendidikan di atas salah satunya dengan mengajarkan


pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah yang mencakup berbagai macam cabang
olahraga seperti atletik, permainan, olahraga air dan olahraga beladiri serta kesehatan. guru
Penjaskes harus memiliki kemampuan dan keterampilan berbagai cabang olah raga. Tanpa
penguasaan yang baik dari guru tentang berbagai cabang olahraga maka materi pembelajaran
yang diberikan tidak akan berhasil secara optimal membekali siswa memiliki keterampilan
dan kemampuan terhadap berbagai cabang olahraga. Mata pelajaran Pendidikan jasmani,
Olahraga dan Kesehatan (Penjaskes) merupakan mata pelajaran yang diperkenalkan mulai
dari tingkat dasar. Mata pelajaran ini merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari
kurikulum karena pada hakekatnya manusia tidak hanya membutuhkan pengetahuan yang
bersifat teoritis saja melainkan juga keterampilan. Mata pelajaran Penjaskes juga
dilaksanakan karena dianggap dapat mendukung tubuh atau otak yang sehat untuk menerima
ilmu pengetahuan dari mata pelajaran lainnya di sekolah.

Untuk mencapai pembinaan kegiatan pendidikan jasmani yang lebih maksimal, selain
faktor lengkapnya fasilitas yang mendukung dalam pelaksanaan latihan, peranan guru untuk
dapat lebih memotivasi, minat dan bakat siswa, dukungan masyarakat, serta memotivasi
siswa itu sendiri sangatlah mendukung. Keprofesionalan guru pendidikan jasmani sangat
dibutuhkan dalam memberikan pembelajaran, guru tersebut juga dapat melakukan
pendekatan secara pribadi terhadap siswanya dengan baik. Dengan begitu tujuan untuk
mengingkatkan motivasi siswa dalam pendidikan jasmani akan dapat tercapai. Peningkatan
motivasi ini sangat diperlukan bagi siswa dalam melakukan proses pembelajran pendidikan
jasmani. Motivasi yang tinggi mendorong siswa untuk gigih dalam berlatih, tekun dan
bersemangat melakukan latihan. Sehingga dengan motivasi yang tinggi yang dimiliki para
siswa, dapat mendukung prestasi belajar yang lebih baik pula. Begitu pula sebaliknya bila
motivasi siswa rendah maka semangat belajar akan berkurang dan hasil pembelajaran tentu
dipertanyakan. Hal ini dapat dilakukan oleh para guru terutama dalam bagaimana
memberikan sorongan semangat secara kejiwaan yang berkenan dengan motivasi.

3
Sebagaimana diketahui dalam pembelajaran pendidikan jasmani bahwa motivasi
siswa adalah faktor yang sangat mendukung dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran
pendidikan jasmani. Melihat fakta di lapangan motivasi siswa masih terlihat rendah. Dugaan
ini berdasarkan masih terlihatnya siswa kurang bergairah dalam belajar, sering terlihat sakit
dan tidak bersemangat. Hal ini baru dilihat secara kasat mata, tentu perlu dilakukan lebih
bersifat ilmiah atau diteliti lebih mendalam untuk dapat disimpulkan dan dipertanggung
jawabkan.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana motivasi siswa dalam pembelajaran penjas


2. Cara meningkatkan motivasi agar mau belajar mata pelajaran penjas
3. Cara pembelajaran lebih menarik dan tidak monoton
4. Kurangnya fasilitas sekolah dalam melaksanakan materi pembelajaran
5. Permasalahan siswa tidak suka praktek dan teori dalam pembelajaran penjas
6. Bagaimana guru memotivasi siswa yang cuek dalam materi pembelajaran penjas

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

Definisi yang relatif sama, juga dikemukakan oleh Pangrazi dan Dauer (1992) sebagai
berikut, Pendidikan Jasmani merupakan bagian dari program pendidikan umum yang
memberi kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh. Pendidikan Jasmani didefinisikan sebagai
pendidikan gerak dan pendidikan melalui gerak, dan harus dilakukan dengan cara-cara yang
sesuai dengan definisi tersebut. Definisi Pendidikan Jasmani dari pandangan holistik ini
cukup banyak mendapat dukungan dari para ahli Pendidikan Jasmani lainnya. Misalnya,
Siedentop (1990), mengemukakan, Pendidikan Jasmani modern yang lebih menekankan pada
pendidikan melalui aktivitas jasmani didasarkan pada anggapan bahwa jiwa dan raga
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Pandangan ini memandang
kehidupan sebagai totalitas.

Wall dan Murray (1994), mengemukakan hal serupa dari sudut pandang yang lebih
spesifik, masa anak-anak adalah masa yang sangat kompleks, dimana ikiran, perasaan, dan
tindakannya selalu berubah-ubah. Oleh karena sifat anak-anak yang selalu dinamis pada saat
mereka tumbuh dan berkembang, maka perubahan satu element sering kali mempengaruhi
perubahan pada eleman lainnya. Oleh karena itulah, adalah anak secara keseluruhan yang
harus kita didik, tidak hanya mendidik jasmani atau tubuhnya saja. Oleh karena itu dapatlah
dikatakan bahwa Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas
jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Namun demikian,
perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus
sebagai tujuan

Pendidikan jasmani adalah suatu pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan


kebugaran jasmani, mengembangkan kemampuan motorik, pengetahuan dan prilaku aktif,
dan sikap sportif melalui pendidikan jasmani. Lingkungan belajar diatur secara seksama
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah kognitif, afektif dan
psikomotor siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami
mengapa manusia itu bergerak dan bagaimana melakukan gerakan secara aman, efisien dan
efektif. Selain itu pengalaman itu dilakukan secara terencana dan berkelanjutan agar dapat
meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri sebagai pelaku dan menghargai manfaat aktifitas
jasmani bagi peningkatan kualiatas hidup seseorang sehingga akan terbentuk jiwa positif dan
gaya hidup aktif.

5
2.2 Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Penjas

a. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “menggerakkan”
berdasarkan pengertian itu maksud motivasi menjadi suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu, dan memberikan arah dan ketahanan pada tingkah laku
tersebut. Menurut pandangan ini motivasi didefenisikan sebagai perspektif yang dimiliki
orang mengenai dirinya dan lingkungan. Sebagai contoh, seorang siswa yang percaya bahwa
dirinya memiliki kemampuan yang diperlukan untuk melakukan suatu rangkaian gerakan,
akan termotivasi untuk melakukan latihan-latihan dari gerakan tersebut konsep diri yang
positif menjadi motor penggerak bagi kemauannya.
Motivasi dapat dijelaskan sebagai tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu.
Coopley dari buku Prasetya Inawan, Suciati dan I.G.A.K Wardani (1985: 42). Dalam
pengertian ini, siswa akan berusaha menguasai suatu tugas gerakan karena dirangsang oleh
keuntungan serta prestasi yang akan diperolehnya. Dalam proses belajar motivasi siswa
tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah dalam menguasai tugas-tugas gerakan,
meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas dalam
mengulangi setiap gerakan-gerakan yang telah ditugaskan.
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar siswa menunjukkan motivasi sebagai
faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Tokoh-tokoh
pendidikan seperti Mc Cletiand (1985), Bandura (1977), Bloon (1980), wainer (1986), Fyans
and Maehr (1987) melakukan berbagai penelitian tentang peranan motivasi dalam belajar,
dan menemukan hasil yang menarik. Sebagai contoh, dalam studi yang dilakukan Fyans, dan
Maehr dalam buku Prasetya Irawan Suciati dan I.G.A.K Wardani (1987: 42).
Tiga faktor diantaranya yaitu : latar belakang keluarga, kondisi sekolah dan motivasi,
faktor yang terakhir merupakan predicator yang paling baik untuk prestasi belajar. Jadi dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah sebagai alat pendorong dan penuntun arah bagi seorang
dalam menguasai suatu tugas gerakan dalam olahraga. Berdasarkan penemuan di atas dapat
disimpulkan bahwa motivasi merupakan kekuatan yang kuat dan keras terhadap pencarian
dan pencapaian tujuan. Untuk dapat menggerakkan atau meningkatkan motivasi belajar siswa
perlu adanya penyesuaian metoda mengajar, memodifikasi alat lapangan dan peraturan.

b. Motivasi Belajar Dalam Pendidikan Jasmani

Dari pengamatan di lapangan terhadap proses belajar mengajar pendidikan jasmani


dan kesehatan di sekolah dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar muridnya masih kurang.
Hal ini terlihat dalam kegiatan belajar mengajar, dimana masih banyaknya ditemui murid
yang malas dalam kegiatan belajar pendidikan jasmani. Apalagi pada kegiatan
ekstrakurikuler olahraga maupun kegiatan senam kesegaran jasmani di sekolah.

6
Faktor yang menyebabkan masih banyak murid yang malas dalam pendidikan jasmani
salah satu adalah kurangnya motivasi murid. Pada hal dalam usaha meraih cita-cita dalam
bidang pendidikan, seorang murid haruslah giat dan rajin dan memiliki motivasi yang tinggi
dalam belajar. Karena belajar merupakan suatu proses untuk mendapatkan berbagai macam
ilmu pengetahuan dan keterampilan serta nilai akhir untuk menentukan tingkat penguasaan
ilmu murid.
Pada hakikatnya pekerjaan mengajar bagi guru bukanlah hanya sekedar melakukan
sesuatu bagi murid tetapi lebih berupa menggerakkan murid untuk melakukan hal-hal yang
dimaksudkan menjadi tujuan pendidikan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Wither Longhton menjelaskan tentang tugas utama
seorang guru sebagai berikut : “Tugas utama seorang guru bukanlah menerangkan hal yang
terdapat dalam buku, tetapi mendorong memberikan informasi, memberikan motivasi dalam
usaha mereka mencapai tujuan yang diinginkan” (1983: 85).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa memberikan motivasi kepada murid
merupakan salah satu tugas utama dan tanggung jawab guru sebagai seorang pendidik. Hal
ini dimaksudkan agar semua murid dapat mengikuti belajar secara optimal.
Dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan guru yang bersangkutan juga
harus mampu memotivasi siswanya. Upaya ini sangat tepat sekali dengan pendapat Kristono
yang menyatakan bahwa : “motivasi mengenai jasmani sangat diperlukan melalui anak
sekolah yang kemudian meluas sampai ke masyarakat. Jadi jelaslah dengan memotivasi siswa
di sekolah berarti secara tidak langsung guru telah ikut membangkitkan motivasi di
masyarakat” (1968: 37).
Peningkatan pembelajaran penjas pada siswa agar siswa mau melakukan materi
penjas tersebut dengan melakukan materi yang menarik dan tidak monoton. Pengembangan
bahwa penjas tidak hanya lari-lari tetapi bisa membentuk kepribadian siswa tersebut.
Menambah wawasan guru untuk mengembangkan materi pembelajaran sangat penting
untuk dilakukan. Memberikan keterampilan dengan alat-alat sederhana agar siswa mampu
melakukannya dan materi pembelajaran lebih menarik dan siswa menjadi senang dengan
pelajaran penjas.
Dalam pembelajaran penjas terbagi menjadi 2 yaitu pembelajaran teori dan praktek.
Siswa tidak menyukai teori lebih cenderung malas untuk melakukan gerakan-gerakan seperti
bermain dll. Kebanyakan yang tidak menyukainya adalah siswi atau cewe. Disitulah guru
lebih memberikan pendekatan lebih. Terutama kepada siswa yang tidak menyukai praktek.
Dengan memberikan contoh materi, lalu kepada siswa yang tidak menyukai praktek untuk
diberikan contoh kembali dan berikan pujian. Disitulah siswa memulai meyukai praktek
dalam pelajaran penjas.

7
c. Penyebab rendahnya motivasi belajar

1. Guru Tidak Memberikan Motivasi Kepada Siswa

Peran guru dalam memotivasi siswa sangatlah penting, khususnya bagi siswa yang
memiliki motivasi lemah dan siswa yang bermasalah. Sedikit banyaknya, motivasi yang telah
guru berikan pasti akan mengena di dalam hati para siswa. Bahkan, fakta menyebutkan
bahwa guru yang lebih sering memberikan motivasi, lebih disukai oleh siswanya.

2. Siswa Tidak Menyukai Cara Pengajaran Guru

Kurangnya motivasi siswa dalam belajar di dalam kelas juga bisa disebabkan karena gaya
dan cara penyampaian materi oleh guru. Siswa pastinya akan merasa bosan dengan metode
pengajaran yang monoton, penyampaian materi yang sulit dipahami, kurangnya melibatkan
media belajar, dan lain-lain. Jika sudah demikian, motivasi siswa untuk tetap memperhatikan
materi akan semakin melemah.

3. Lemahnya Motivasi Dalam Diri Siswa Sendiri

Ini adalah faktor umum utama yang dialami oleh kebanyakan siswa sekolah saat ini, yaitu
lemahnya motivasi diri untuk belajar. Sehingga hal ini menyebabkan siswa sekolah kurang
berminat untuk belajar dan menghabiskan 3 tahun di sekolah dengan sia-sia.

 Siswa tidak memiliki impian dan cita-cita jelas


 Siswa tidak percaya diri dan merasa dirinya tidak pintar
 Idealisme bodoh yang menganggap tujuan akhir pendidikan adalah untuk
mendapatkan pekerjaan, dan lain-lain.
4. Siswa Bermasalah

Masalah dalam kehidupan siswa juga menjadikan lemahnya motivasi diri untuk belajar,
bahkan sebagain siswa sampai terlibat kenakalan di sekolah. Adapun masalah pada
kehidupan siswa yang dapat melemahkan motivasi belajar misalnya seperti pertengkaran
orang tua, perceraian orang tua, pacaran, putus cinta, dan lain-lain.
5. Faktor Kemajuan Teknologi

Tidak bisa terbantahkan bahwa kemajuan hebat teknologi memang membawa kemudahan
pada setiap aktivitas manusia. Kendati pun demikian, kemajuan teknologi juga membawa

8
dampak-dampak tidak baik, terutama bagi pendidikan dalam hal ini.Budaya-budaya luar yang
terselip dalam fasilitas internet, progam-progam kurang mendidik di TV, game dan media
dalam handphone, dan lainnya, semua itu menyibukkan aktivitas siswa sekolah sehari-hari
sampai melupakan belajar. Dan secara pelahan, kemajuan hebat peradaban manusia inilah
yang melemahkan motivasi belajar dalam diri siswa sekolah. Anda pun bisa mengasumsi
bahwa siswa sekolah lebih mampu bertahan 5 jam bermain game daripada 1 jam belajar di
kelas.

d. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar

Pembelajaran tidak akan bermakna jika para siswa tidak termotivasi untuk belajar.
Dengan demikian, guru wajib berupaya sekeras mungkin untuk meningkatkan motivasi
belajar siswanya. Beberapa strategi yang dapat dikembangkan oleh guru dalam upaya untuk
menumbuhkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran
berikut:

1. Menjelaskan tujuan belajar ke siswa. Pada permulaan pembelajaran seharusnya


terlebih dahulu guru menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran khusus yang akan
dicapai oleh siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat
mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di asmping itu, siswa yang belum
berprestasi akan termotivasi untuk mengejar siswa yang berprestasi. Ada bermacam-
macam hadiah, yaitu ada yang berbentuk simbul, penghargaan, kegiatan, dan
benda. Salah satu contoh penghargaan adalah memberikan applause kepada siswa
setiap selesai beraktivitas, misalnya setelah siswa melaksanakan kegiatan bermain
peran, simulasi, komunikasi interaktif ataupun ketika menjawab pertanyaan-
pertanyaan dari guru ataupun pertanyaan teman dalam diskusi, dan lain-lain.
3. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah di
capai sebelumnya.
4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berpresatsi untuk di berikan penghargaan atau
pujian. Tentunya pujian yang sifatnya membangun.
5. Hukuman. Hukuman bukan alat untuk menakut-nakuti anak, tetapi untuk merubah
cara berfikir anak. Bahwa setiap pekerjaan (baik atau buruk) memiliki konsekwensi
yang tidak menyenangkan menyertai prilaku tertentu. Misalnya, bila ada seseorang
siswa yang tidak mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru, maka guru dapat
memberikan hukuman kepadanya, namun hukuman itu sebagai konsekwensi tidak di
selesaikannya tugas tersebut. Hukuman ini di berikan dengan harapan agar siswa
tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar. Strateginya adalah dengan
memberikan perhatian maksimal kepada siswa.

9
7. Pemberian angka. Angka merupakan simbol prestasi yang di peroleh siswa. Beri
penjelasan kepada anak bahwa prestasi belajar anak dapat terprestasikan dalam simbol
angka.
8. Pada saat menyampaikan materi pelajaran, upayakan untuk menyelipi dengan humor
dan atau cerita-cerita lucu.
9. Membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok.
10. Menggunakan metode yang bervariasi.
11. Menggunakan media yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Setiap
siswa memiliki kemampuan indera yang tidak sama, baik pendengaran maupun
penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih senang
membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indera yang
dimiliki oleh setiap siswa dapat dikurangi. Untuk menrik perhatian anak misalnya,
guru dapat memulai terlebih dahulu, kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan
dengan melihat contoh konkrit. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulus
terhadap indera siswa.

PENUTUP

3.1 Kesimpulannya

Dari pengamatan di lapangan proses belajar mengajar pendidikan jasmani dan


kesehatan di sekolah motivasi belajar muridnya masih kurang. Hal ini terlihat dalam kegiatan
belajar mengajar, dimana masih banyaknya ditemui murid yang malas dalam kegiatan belajar
pendidikan jasmani.banyak penyebab yang membuat motivasi belajar siswa itu rendah
diantaranya yaitu siswa bermasalah, kemajuan teknologi, siswa tidak menyukai cara
mengajar guru dan lainnya. Adapun cara mengatasinya motivasi belajar siswa yang rendah
yaitu dengan cara guru memberikan motivasi kepada siswanya, proses belajar mengajar yang
tidak monoton, memberikan hadiah. Hal – hal tersebut dapat memotivasi siswa dalam belajar.
dan masih banyak hal – hal yang dapat membuat motivasi belajar siswanya menjadi tinggi.

3.2 Saran

Saran saya yaitu sebaiknya guru – guru penjaskes di indonesia memiliki kemampuan
motivasi yang baik sehingga membuat para siswanya mempunyai motivasi belajar yang
tinggi. Dan guru penjaskes harus mempunyai kemampuan untuk mengatasi motivasi belajar
siswa yang rendah.

10
Daftar Pustaka

Ar-Razi.2012.” Strategi Untuk Meningkatkan Motivasi Peserta Didik,


http://pendidikanjasmani001.blogspot.co.id/2012/11/strategi-untuk-meningkatkan-
motivasi.html,(19 November 2017 pukul 11.45.)

Asmawati.” Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Materi Teknik Bermain
Sepak Bola Melalui Metode Gabungan Antara Metode Ceramah Dan Tanya Jawab Kelas Iv
Sd Negeri 163091 Tebing Tinggi”.(18 November 2017 Pukul 23.17).

Fattahilah,M.Thariq. “Motivasi Siswa Terhadap Pembelajaran Penjas Orkes Di Sekolah Dasar


Negeri 08 Koto Gadang Padang Gantiang Kabupaten Tanah Datar”. (18 November 2017
pukul 23.30).

Karo – Karo, Arbin.2014.Penerapan Model Pembelajaran Langsung Untuk Meningkatkan


Aktifitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Penjaskes di Kelas X-1 SMA Negeri 12 Medan
T.A 2012/2013.Vol 06,No.02, Juni 2014.Di ambil dari
file:///C:/Users/user/Downloads/5_084143_01_Penerapan_model_pembelajaran_langsung.pd
f. (19 November 2017 pukul 10.30).

Nurhaini. “Peningkatan Aktivitas Siswa Pada Mata Pelajaran Penjas Dengan Menerapkan
Model Pembelajaran Langsung Di Kelas V-B Sd Negeri 106146 Muliorejo”.Di ambil dari
http://download.portalgaruda.org/article.php. ( 19 November 2017 pukul 10.30).

11

You might also like