You are on page 1of 40

RISIKO DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PISANG CAVENDISH


Di PT VINDA ABADI SEJAHTERA KABUPATEN BOJONEGORO

PROPOSAL TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister


Program Studi Agribisnis

Oleh
ZAINUR ROFIAH
NIM S642302026

PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023

1
RISIKO DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PISANG CAVENDISH
Di PT VINDA ABADI SEJAHTERA KABUPATEN BOJONEGORO

PROPOSAL TESIS

Oleh
ZAINUR ROFIAH
NIM S642302026

Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal


Pembimbing

Dr. Ir. Mohammad Harisudin, M.Si.


Pembimbing I ………………… 25 Agustus 2023
NIP 196710121993021001

Dr Erlyna Wida Riptanti,S.P.,M.P


Pembimbing II ………………… 25 Agustus 2023
NIP 197807082003122002

Telah dinyatakan memenuhi syarat


Pada tanggal …………………

Kepala Program Magister Agribisnis


Pascasarjana UNS

Dr. Ir. Heru Irianto, MM.


NIP 196305141992021001

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hortikultura merupakan subsektor pertanian yang peranannya diharapkan
mampu menunjang pembangunan ekonomi nasional (Wiwaha, 2017).
Komoditas hortikultura terdiri dari komoditas sayuran, buah-buahan, tanaman
obat-obatan serta tanaman hias. Usaha hortikultura khususnya buah-buahan
tropis didukung oleh potensi iklim dan alam Indonesia sehingga menjadi
komoditas unggulan yang digemari konsumen pasar lokal dan internasional
(Suswono, 2015). Pisang merupakan buah yang jamak ditemukan di Asia
Tenggara, termasuk Indonesia. Buah ini kerap tumbuh di daerah tropis, baik
dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian tidak lebih dari 1.600
meter di atas permukaan laut (mdpl). Pisang juga menjadi buah yang cukup
digemari di dalam negeri. Tahun 2022, konsumsi per kapita Indonesia untuk
jenis pisang ambon (Cavendish) sebesar 2,15 kg dan pisang lainnya 7,15 kg.

Gambar 1.
Produksi pisang cavendish di Indonesia (2012 – 2022)
10000000
9000000
8000000
7000000
6000000
9,596,972
8,741,147
8,182,756

5000000
7,299,275

7,280,658
7,264,383
7,162,680
7,007,125
6,862,568
6,279,290

4000000
3000000
2000000
1000000
0 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Sumber: Data Badan Pusat Statistik (2022)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi pisang di Indonesia mencapai


9,60 juta ton pada 2022. Jumlah tersebut lebih banyak 9,79% dibandingkan
pada tahun sebelumnya yang sebanyak 8,74 juta ton. Produksi pisang Indonesia

3
menunjukkan tren meningkat. Produksi pisang pada tahun lalu merupakan
rekor terbesar dalam satu dekade terakhir. Dengan penyediaan sebesar 9,60 juta
ton, maka terdapat surplus pasokan pisang 6,57−6,89 juta ton, yang menurut
Kementan RI diasumsikan dapat diserap oleh hotel, restoran, katering, dan
industri.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022, Jawa
Timur menjadi produsen pisang terbesar di Indonesia dengan menghasilkan
2,63 juta ton pada 2022. Lampung menyusul di urutan kedua dengan produksi
pisang sebanyak 1,39 juta ton, kemudian Jawa Barat mencatatkan produksi
pisang sebanyak 1,32 juta ton dan disusul Jawa Tengah yang menghasilkan
pisang sebanyak 1,08 juta ton.

Gambar 2.
10 Besar Provinsi Penghasil Pisang Terbesar Nasional (2022)
0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000

Jawa Timur

Jawa Barat

Lampung

Jawa Tengah

Sumsel

Banten

NTT

Bali

Sulsel

Sumut

Sumber: Data Badan Pusat Statistik (2022)

Penelitian ini dilakukan di PT.Vinda Abadi Sejahtera yang berada di Desa


Butoh Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. PT. Vinda Abadi
Sejahtera didirikan pada tahun 2019. Berfokus pada distribusi dan pemasaran
pisang cavendish yang bekerjasama dengan petani di Kabupaten Bojonegoro
dan sekitarnya. Konsep Creating Shared Value (CSV) perusahaan dengan
menjadi mitra usaha tani berhasil meningkatkan pendapatan petani di

4
Kabupaten Bojonegoro. Petani menyediakan tenaga pekerja dan lahan untuk
ditanami pisang, sedangkan perusahaan menyediakan bibit, pupuk, dan tenaga
ahli untuk mendampingi proses pemeliharaan agar hasil yang di inginkan
sesuai dengan standart perusahaan. Biaya pengadaan bibit merupakan talangan
yang dibayar petani setelah panen pertama, sedangkan untuk biaya pupuk dapat
dibayarkan setiap akhir masa panen. Melalui kemitraan dengan perusahaan,
petani memperoleh manfaat seperti dapat mengatasi masalah pembiayaan,
memperbaiki kualitas produk, dan meningkatkan akses pasar bagi produknya.
Sementara, perusahaan juga akan memperoleh persediaan bahan baku yang
berkualitas.
Sebagai perusahaan baru, PT.Vinda Abadi Sejahtera memiliki 23 petani
mitra yang rata-rata menyediakan 1/2 bahu (0,35 ha) lahan mereka untuk
ditanami pisang. Lahan seluruh petani yang bermitra sekarang totalnya sekitar
7,5 ha. Masa panen pertama setelah memasuki bulan ke 8 tanam, 1 petani rata-
rata bisa menghasilkan 325 kg/minggu atau 1,3 ton/bulan. Pada table 2 berikut
merupakan Produksi pisang cavendish grade A1 di PT.Vinda Abadi Sejahtera
dalam kurun waktu Juli 2022 - Juni 2023

Tabel 1.
Produksi pisang cavendish di PT.Vinda Abadi Sejahtera
dalam kurun waktu Juli 2022 - Juni 2023
Total Hasil Grade Jumlah Busuk /
Bulan Panen diluar A1 Grade A1 Tidak laku
(kg) (kg) (kg) (kg)
Juli 2022 13.146 3.786 9.100 260
Agustus 2022 15.737 5.038 10.400 299
September 2022 17.414 4.918 11.700 796
Oktober 2022 24.788 11.275 13.005 508
November 2022 30.822 10.087 19.508 1.227
Desember 2022 29.302 10.260 18.200 842
Januari 2023 27.168 11.199 15.265 704
Februari 2023 27.219 10.073 16.573 573
Maret 2023 30.456 11.796 17.830 830
April 2023 30.088 10.008 19.105 975
Mei 2023 29.620 9.180 19.400 1.040
Juni 2023 31.107 11.275 18.753 1.079

5
TOTAL 306.867 108.895 188.839 9.133
Sumber: Diolah dari data PT.Vinda Abadi Sejahtera. (2022-2023)

Dalam melakukan pemasaran pisang cavendish tentunya perusahaan akan


berhadapan dengan risiko. Harwood (1999) mendefinisikan bahwa risiko
adalah ketidakpastian yang dapat menimbulkan terjadinya peluang
kerugian terhadap pengambilan suatu keputusan, karena risiko adalah
konsekuensi dari apa yang kita lakukan. Secara umum, dalam sebuah bisnis
pertanian terdapat lima sumber utama yang menyebabkan risiko yaitu risiko
Produksi, Pemasaran, Keuangan, Legal / hukum dan Manusia (Laurence, Gene,
Steve, Doug, & Rod, 2013).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti sebelum dilakukannya
penelitian risiko-risiko yang dihadapi pada PT.Vinda Abadi Sejahtera adalah
pada produksi, manusia dan pemasaran. Risiko produksi yang terjadi adalah
kematangan buah yang tidak sesuai dengan permintaan dikarenakan kesalahan
dalam penanganan seperti waktu penyimpanan yang terlalu lama.

Gambar 3.
Presentase Hasil Panen Pisang Cavendish PT. Vinda Sejahtera
dalam kurun waktu Juli 2022 - Juni 2023

3%
35% Grade diluar A1

62% JumlahGrade A1

Busuk / Tidak laku

Sumber: Diolah dari data PT.Vinda Abadi Sejahtera. (2022-2023)

PT.Vinda Abadi Sejahtera harus memastikan produk yang diambil dari petani
dalam keadaan baik sebelum dilakukan penyimpanan ke gudang penyimpanan.
Produk yang diambil dari petani akan dilakukan pengambilan sampel untuk
melihat kondisi buah dan diangkut untuk dimasukan dalam gudang
penyimpanan. Buah diangkut dalam kondisi masih bertandan, biasanya

6
beberapa buah bergesekan dengan buah lainnya sehingga permukaan kulitnya
sebagian lecet. Buah yang lecet tidak dapat dimasukan ke dalam grade A1
sehingga mengurangi nilai buah tersebut. Buah kemudian dimasukan ke dalam
ruang rapening selama 3-5 hari. Perusahaan belum memiliki ruang rapening
terbatas dan terpaksa harus menyewa/menitipkan di tempat rapening lainnya.
Banyaknya perusahaan pendistribusian pisang Cavendish menjadikan proses
rapening kadang antri menunggu giliran, sehingga mengakibatkan beberapa
buah rusak.
Selain permasalahan kematangan risiko pada produksi lainnya adalah
kerusakan yang terjadi akibat cara peletakan dengan cara yang tidak baik.
Selanjutnya pada risiko pemasaran yang terjadi diantaranya yaitu tidak adanya
alat pendingin pada kendaraan yang digunakan, armada distribusi tidak sesuai
standart sehingga pisang yang dibawa kualitasnya berkurang. Risiko manusia
yang terjadi pada lokasi adalah seperti kesalahan dalam pengangkutan pisang
dari kendaraan (truk) ke tempat penyimpanan sehingga menyebabkan
kerusakan pada pisang, selain itu juga keterlambatan dalam pengantaran pisang
ke konsumen yang menyebabkan penurunan kualitas pada pisang.

B. Kebaruan Penelitian
Penelitian ini melakukan pengukuran terhadap lima dimensi resiko untuk
menentukan analisis resiko dan strategi pengembangan agribisnis pisang
Cavendish di PT. Vinda Abadi Sejahtera Kabupaten Bojonegoro. Penelitian ini
mengidentifikasi sumber dan kategori resiko, melakukan pengukuran resiko,
memanajemen dan memberi saran penanganan resiko agar dapat merencanakan
strategi pengembangan agribisnis pisang Cavendish di PT. Vinda Abadi
Sejahtera dengan tepat.
Penelitian ini memaparkan strategi di masing-masing faktor pengungkit
agar dapat meningkatkan dan menjaga kualitas produksi pisang Cavendish
hingga sampai ke tangan subdistributor dengan melihat nilai expected return,
variance, standard deviation, coefficient variation dan batas bawah pendapatan
berdasarkan hasil analisis besaran resiko. Hal ini berbeda dengan penelitian

7
yang dilakukan Wahyuni (2019) dan Ramdhani et al (2023) belum terdapat
pembahasan mengenai strategi pengembangan agribisnis sebagai variabel yang
dapat meningkatkan dan menjaga kualitas produksi pisang cavendish dalam
sebuah perusahaan produksi yang bermitra langsung dengan petani. Selain itu,
penelitian mereka menggunakan alat analisis Z-score dan VaR dengan
melibatkan petani saja untuk menganalisis resiko petani pisang kapok dan
pisang uli. Berbeda dengan penelitian Fauziyah (2021) yang menggunakan
analisis fishbone dalam pengelolaan resiko dan perumusan strategi industri
pengolahan kopi UD Princess di Kabupaten Pamekasan. Penelitian Fauziyah
menggunakan fishbone karena dapat memberikan gambaran secara lebih jelas
tentang akar penyebab dari suatu permasalahan..

C. Rumusan Masalah
Dengan adanya risiko-risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan, maka
perusahaan perlu mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin terjadi dan
menerapkan strategi penanganan risiko yang tepat agar setiap sumber risiko
yang ada dapat dicegah dan diatasi dengan baik, dengan demikian perusahaan
dapat meminimalisir kerugian yang mungkin terjadi. Dengan beberapa
permasalahan diatas maka pada penelitian ini akan meneliti dan mencari solusi
sebagai berikut:
1. Apa saja sumber-sumber risiko pada PT.Vinda Abadi Sejahtera?
2. Berapa besar besaran risiko bisnis di PT.Vinda Abadi Sejahtera?
3. Apa saja strategi pengembangan yang harus dilakukan di PT.Vinda
Abadi Sejahtera?

D. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis sumber-sumber risiko pada PT.Vinda Abadi Sejahtera
2. Menganalisis besaran risiko bisnis di PT.Vinda Abadi Sejahtera
3. Menganalisis strategi pengembangan yang sudah dilakukan maupun
yang akan dilakukan pada bisnis pisang Cavendish di PT.Vinda Abadi
Sejahtera

8
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak, yaitu:
1. Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan, pengetahuan
terkait analisis resiko, strategi pengembangan agribisnis yang tepat dalam
mengembangkan pisang khususnya jenis cavendish, dan tambahan
pengelaman mengenai peluang usaha pisang di provinsi penghasil pisang
terbanyak (Jawa Timur). Selain itu, penelitian ini juga menjadi salah satu
syarat bagi peneliti untuk bisa meraih gelar Magister di bidang Agribisnis
dari Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret.
2. Pengusaha
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan
pengetahuan mengenai bagaimana cara menganalisa resiko dan strategi
pengembangan produksi maupun distribusi pisang Cavendish di
Kabupaten Bojonegoro. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi
alternatif dalam menentukan strategi apa yang bisa dipertimbangkan oleh
pengusaha untuk mendukung langkah strategi yang diambil.
3. Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
informasi bagi pemerintah untuk bisa menerapkan kebijakan yang
bermanfaat bagi petani maupun pengusaha pisang cavendish kedepannya,
tidak hanya bagi hasil pertaniannya saja tapi juga bagi petani. Selain itu
juga dengan adanya informasi ini, pemerintah bisa mengoptimalkan
produktivitas pisang di Indonesia agar dapat menjadi penyumbang devisa
terbesar bagi Negara di sektor pertanian.
4. Akademisi

9
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi
untuk penelitian selanjutnya yang serupa, baik dari segi objek penelitian
ataupun metode yang digunakan.

10
BAB 1I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
Menurut Wahyuni (2019), sistem agribisnis terdiri dari tiga subsistem
utama, yaitu: subsistem hulu (upstream agribusiness), subsistem usahatani (on
farm agribusiness) dan subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness).
Subsistem agribisnis terdiri dari subsektor agribisnis pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Komoditas hortikultura dari
kelompok buah-buahan yang saat ini cukup diperhitungkan salah satunya
adalah tanaman pisang. Pisang kepok merupakan komoditi yang cukup
menarik untuk dikembangkan dan ditingkatkan produksinya, jika ditinjau dari
aspek perdagangan internasional. Kecamatan Sebatik merupakan salah satu
Kecamatan yang ada di Kabupaten Nunukan dengan penghasil pisang kepok
yang besar. Usahatani pisang kepok di Kecamatan Sebatik Tengah dalam
budidayanya masih terhambat beberapa permasalahan salah satunya yaitu mutu
buah pisang kepok yang masih rendah berdampak pada harga jual yang
diterima petani juga rendah. Mutu buah pisang kepok yang rendah disebabkan
oleh beberapa risiko produksi yaitu hama, penyakit dan waktu panen. Oleh
karena itu, analisis risiko sebuah usahatani penting untuk dilakukan agar petani
mengetahui berapa persen risiko yang mungkin terjadi dan seberapa besar
dampak atau kerugian yang disebabkan oleh masing-masing risiko produksi
pisang kepok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem agribisnis pada
usahatani pisang kepok, mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang terdapat
pada produksi pisang kepok, menganalisis probabilitas dan dampak dari
sumber-sumber risiko produksi pisang kepok dan merumuskan strategi yang
dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi pisang kepok (Musa
paradisiaca L.) di Kecamatan Sebatik Tengah. Metode yang digunakan untuk
menganalisis peluang dan dampak risiko adalah metode z-score dan Value at
Risk (VaR). Sampel pada penelitian ini adalah petani pisang kepok yang ada di
Kecamatan Sebatik Tengah dengan jumlah responden sebanyak 70 petani.

11
Penentuan sampel menggunakan purposive sampling dengan pertimbangan
bahwa petani pisang kepok di kecamatan Sebatik Tengah telah berusahatani
selama lebih dari 5 tahun dan memiliki luas lahan lebih dari 1 Ha. Hasil
penelitian menjelaskan bahwa sistem agribisnis di Kecamatan Sebatik Tengah
yang mencakup kegiatan subsistem agribisnis mulai dari hulu sampai hilir
meliputi persiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan/pendangiran,
pegendalian hama dan penyakit, panen, pasca panen dan pemasaran. Sumber-
sumber risiko usahatani pisang kepok yang teridentifikasi adalah serangan
hama, penyakit dan waktu panen. Sumber risiko dengan probabilitas terbesar
adalah serangan hama yaitu 51% dengan dampak terbesar pula yaitu Rp.
131.888,65/kg. Sedangkan probabilitas sumber risiko terbesar kedua adalah
penyakit yaitu 28% dengan dampak Rp. 121.162,25/kg dan probabilitas risiko
terkecil terdapat pada waktu panen yaitu 22% dengan dampak Rp.
74.228,59/kg. Alternatif strategi yang diusulkan untuk sumber risiko hama
adalah strategi preventif dan mitigasi sedangkan penyakit menggunakan
strategi mitigasi dan waktu panen menggunakan strategi preventif. Adapun
saran dari penelitian ini adalah perlunya koordinasi dari seluruh petani agar
usulan strategi yang telah diberikan dapat memberikan hasil yang diinginkan,
sebaiknya petani saling memberikan informasi kepada petani yang lain
mengenai cara penanggulangan risiko. Berdasarkan informasi tersebut, maka
produksi di daerah tersebut khususnya di Kecamatan Sebatik diharapkan akan
semakin meningkat dan berdampak pula pada pendapatan yang diterima oleh
petani, dan penanganan risiko sebaiknya dilakukan dari sumber risiko yang
mempunyai status risiko paling tinggi sampai paling rendah.
Penelitian Ramdhani et al (2023) bertujuan untuk mengetahui faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha petani pisang
Uli (Musa paradisiaca sapientum) di Desa Ruguk dan merumuskan strategi
yang optimal untuk mengembangkan usaha petani pisang uli di Desa Ruguk
Kabupaten Lampung Selatan. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif,
analisis Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks Internal –External (IE), Diagram
SWOT dan analisis SWOT. Pemilihan responden dilakukan secara purposive.

12
Responden strategi pengembangan berasal dari delapan orang yang dinilai
pakar (expert) di bidangnya. Hasil analisis matriks Internal –External (IE)
dengan strategi pertumbuhan dan analisis diagram SWOT yaitu berada pada
kuadran I yaitu strategi agresif. Analisis SWOT menghasilkan 10 strategi
pilihan yaitu strategi SO : 1). Memperluas skala produksi pisang 2) Melakukan
pemasaran ke supermarket 3) Membuat diversifikasi produk olahan keripik.
Strategi WO : 1) Meningkatkan pengelolaan dan fungsi Gapoktan, 2)
Memberikan fasilitasi dan edukasi diversifikasi olahan produk 3)
Memanfaatkan teknologi informasi untuk sarana pemasaran, komunikasi dan
transaksi. Strategi ST : 1) Meningkatkan manajemen budidaya dan
pemeliharaan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Strategi
WT : 1) Edukasi penanganan pisang yang terserang penyakit 2) Melakukan
perawatan tanaman secara berkala 3) Pengiriman tepat waktu.
Menurut penelitian Fauziyah (2021), UD Princess merupakan salah satu
industri pengolahan kopi di Kabupaten Pamekasan yang memiliki daya saing
cukup baik dalam menawarkan produknya. Meski demikian usaha ini memiliki
data produksi yang cenderung mengalami fluktuasi sehingga menjadi indikator
terjadinya risiko dan ketidakpastian. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi sumber-sumber risiko, menganalisis tingkat risiko dan
merumuskan desain pengendalian risiko dalam pengolahan kopi di UD
Princess. Metode analisis data yang digunakan yaitu fishbone dan Aproksimasi
Expert Opinion. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sumber risiko pada
UD Princess dapat berasal dari kegiatan produksi, pemasaran, sumberdaya
manusia, keuangan, dan kelembagaan. Diantara beberapa sumber risiko,
kegiatan pemasaran dan sumberdaya manusia merupakan sumber risiko
yang memiliki tingkat risiko yang paling besar. Desain strategi yang dapat
dipergunakan untuk mengendalikan risiko pada UD Princess ada dua yaitu
strategi mitigasi dan preventif.

13
B. Landasan Teori
1. Karakteristik Tanaman Pisang
Tanaman pisang merupakan salah satu tanaman hortikultura yang
berasal dari Kawasan Asia Tenggara yang kemudian terjadi penyebaran
ke daerah Afrika, Amerika Selatan, dan Tengah. Pengelompok pisang
berdasarkan fungsinya terdiri dari empat jenis yaitu pisang yang dimakan
buahnya tanpa dimasak, pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak,
pisang berbiji, serta pisang yang diambil seratnya. Tanaman pisang dapat
dimanfaatkan dalam berbagai hal karena hampir seluruh bagian dalam
tanaman ini bisa diolah oleh manusia (Suhartanto, 2013). Selanjutnya juga
akan diberikan klasifikasi botani pada tanaman pisang menurut (Ibrahim,
2013) yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Plafntae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa spp.

Menurut Trubus (2014) tempat ideal tumbuhnya tanaman pisang


berada di dataran rendah hangat bersuhu 21–32̊ C dan beriklim lembab.
Topografi yang dikehendaki tanaman pisang berupa lahan datar dengan
kemiringan 80. Pertumbuhan optimal pisang dicapai di daerah bercurah
hujan lebih dari 2.000 mm yang merata sepanjang tahun. Keasaman tanah
(pH) yang dikehendaki pisang adalah 5,5 – 7,5. Banyak masyarakat
Indonesia yang melakukan budidaya pada tanaman pisang untuk
memenuhi keperluan hidupnya, baik itu untuk dikonsumsi sendiri hingga
dilakukan penjualan guna untuk mendapatkan nilai ekonomis. Cara dalam
melakukan budidaya pada suatu usaha sangat menentukan dalam
keberhasilan dari suatu usaha. Unsur-unsur dalam melakukan budidaya

14
harus diperhatikan secara baik mulai dari pembibitan, pengolahan
tanah, penanaman, pemberian pupuk, pengairan, penyiangan,
pengendalian hama penyakit, dan lainnya. Adapun penjelasan terhadap
unsur-unsur dalam melakukan budidaya ini akan diberikan sebagai
berikut:
a) Pembibitan tanaman pisang
Pada umumnya pembibitan pada tanaman pisang diperbanyak secara
vegetatif yaitu dengan menggunakan anakan yang tumbuh dari
bonggol indukannya. Dengan pembibitan menggunakan bonggol
dapat memperoleh bibit yang seragam dengan jumlah yang banyak
dalam waktu yang tidak lama. Selain itu, bibit yang berasal dari
bonggol memiliki daya tahan produksi lebih tinggi dengan masa
berbuah yang lebih pendek dibandingkan dengan bibit yang lain.
b) Pengolahan tanah
Sebelum melakukan penanaman tanaman pada tanah, tanah yang
akan digunakan terlebih dahulu dilakukan pengolahan agar tanah
yang digunakan dapat diperbaiki dari sifat fisik tanah dari struktur
pada menjadi struktur yang lebih gembur sehingga akan
mendapatkan rongga bagi udara dan air yang diperlukan oleh akar
tanaman pisang. Selain itu, pengolahan tanah menjadi gembur juga
berguna bagi akar tanaman untuk tumbuh dan berkembang menjadi
lebih baik. Adapun cara untuk pengolahan tanah menjadi gembur
yaitu dengan melakukan pembajakan atau pencangkulan dan
dibiarkan selama satu minggu. Setelah itu dilakukan pembajakan lagi
dan dibiarkan lagi selama satu minggu agar bongkahan-bongkahan
tanah dapat terkena sinar matahari sehingga bibit penyakit yang
terdapat dalam tanah akan mati. Kemudian dibuat bedengan serta
lubang tanam dan parit untuk persiapan tanaman.
c) Penanaman
Waktu penanaman yang baik bagi tanaman pisang dapat dilakukan
pada saat 2 - 3 bulan setelah pengolahan tanah dilakukan. Jarak

15
tanam harus diatur dengan baik agar setiap tanaman dapat menerima
unsur-unsur dalam proses pertumbuhan terserap dengan baik dan
merata. Selesai melakukan penanaman, selanjutnya dilakukan
pemberian mulsa disekeliling tanaman agar dapat mengurangi
penguapan air tanah, mengatur suhu serta kelembaban tanah,
mencegah pemadatan tanah akibat air hujan, dan lainnya.
d) Pemberian pupuk
Pemberian pupuk sangat dibutuhkan oleh tanaman pisang dalam
proses perkembangannya. Pemberian pupuk ini dapat memberikan
banyak macam manfaat diantaranya yaitu meningkatkan kesuburan
tanah, menambah kandungan zat-zat mineral dalam tanah,
mengembalikan keseimbangan unsur hara dalam tanah terutama
unsur N, P, K, mengganti dan menambah unsur- unsur hara tanah
yang telah hilang, dan lainnya. Pemberian pupuk juga disesuaikan
dengan kondisi lahan yang digunakan serta dosis yang tepat agar
unsur hara yang diharapkan dapat terpenuhi dengan baik.
e) Penyiangan
Penyiangan perlu dilakukan agar dapat membersihkan rumput liar,
gulma ataupun tanaman lainnya yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman pisang. Dalam proses penyiangan pada
tanaman pisang dapat disesuaikan dengan kondisi lahan yang
digunakan untuk budidaya tanaman pisang.
f) Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit terhadap tanaman pisang harus
terus dilakukan agar tanaman yang dibudidayakan mendapatkan hasil
yang memuaskan. Pemberantasan hama dan penyakit dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu preventif dan kuratif. Pemberantasan secara
prefentif merupakan usaha yang dilakukan dalam pencegahan
tumbuhnya hama dan penyakit sebelum tanaman terinfeksi.
Sedangkan pemberantasan secara kuratif merupakan pemberantasan
atau pengobatan hama dan penyakit yang paling efektif dilakukan.

16
g) Panen dan pasca panen
Pada umumnya tanaman pisang sudah mulai berproduksi dan dapat
dilakukan pemanenan pada umur 12 hingga 15 bulan setelah
ditanam. Waktu panen dan cara melakukan pamenan harus
diperhatikan dengan baik karena ini merupakan hal yang terpenting
yang dapat menentukan hasil dari kualitas pisang yang akan
diperoleh. Setelah pisang dipanen, kemudian dapat dilakukan
penangan pasca panen sebagai tahap pisang untuk dipasarkan jika
dilakukan penjualan. Pada tahap ini dilakukan grading dan sortasi,
pemeraman, pengepakan dan pengangkutan agar kualitas pisang yang
akan diperoleh dapat lebih baik.
2. Definisi Risiko
Menurut Harwood et al (2014) risiko merupakan sesuatu
kemungkinan tidak pasti yang dapat menyebabkan timbulnya peluang
kerugian terhadap suatu keputusan yang dilakukan.
Menurut Kountur (2015) ketidakpastian yang dihadapi oleh suatu
perusahaan dapat memberikan dampak yang baik dan buruk.
Ketidakpastian yang berdampak baik dapat disebut dengan istilah
kesempatan, namun apabila ketidakpastian tersebut berdampak buruk
maka disebut dengan risiko.
Menurut Ligeon et al. (2015) setiap pelaku bisnis yang melakukan
pengembangan usaha dengan melakukan peningkatan pendapatan, pelaku
tersebut juga akan menghadapi peningkatan risiko dalam prosesnya.
Dengan demikian terlihat bahwa jika terjadi peningkatan pendapatan,
maka sebenarnya peningkatan risiko juga terjadi seiring dengan
peningkatan pendapatan tersebut.
3. Sumber dan Kategori Risiko
Menentukan sumber-sumber risiko merupakan hal yang penting,
karena dengan mengetahui sumber-sumber risiko yang akan terjadi, maka
para produsen akan dapat menggunakan berbagai cara untuk

17
menanggulangi risiko tersebut. Menurut Harwood, et al (2014) terdapat
beberapa risiko yang terjadi pada proses kegiatan pertanian yang akan
dihadapi oleh PT. Vinda Abadi Sejahtera. Adapun penjelasan tentang
risiko tersebut yaitu sebagai berikut.
a) Risiko produksi
Risiko yang berasal dari kegiatan produksi pada umumnya yaitu
terjadi gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan produk
akibat hama dan penyakit, perbedaan iklim dan cuaca, maupun
kesalahan dari manusia. Beberapa hal ini terjadi secara berubah-ubah
karena kejadian yang tidak terkontrol, biasanya disebabkan oleh
kondisi alam yang ekstrim. Untuk memaksimumkan hasil, para petani
dapat menggunakan teknologi tepat guna yang sesuai dengan produk
pertanian yang dihasilkan.
b) Risiko pasar dan harga
Risiko yang berasal dari pasar dan harga diantaranya yaitu barang
yang tidak dapat dijual akibat dari ketidakpastian mutu, permintaan
rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat
rendah, dan terjadinya persaingan. Kemudian, risiko pada harga salah
satunya yaitu terjadinya kenaikan harga input untuk produksi yang
disebabkan karena terjadi inflasi.
c) Risiko institusi
Risiko yang berasal dari institusi antara lain yaitu adanya kebijakan-
kebijakan pemerintah yang dapat menghambat keberlangsungan dari
suatu usaha.
d) Risiko manusia
Risiko yang berasal dari manusia diantaranya yaitu terjadinya
kerugian produksi akibat dari kelalaian yang terjadi dalam proses
kegiatan pertanian. Kelalaian ini dapat menyebabkan beberapa hal,
bahkan yang serius hingga dapat menimbulkan kebakaran, pencurian
dan rusaknya fasilitas produksi pertanian.
e) Risiko keuangan

18
Risiko yang berasal dari keuangan diantaranya yaitu adanya piutang
yang tidak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha
terhambat, perputaran produk yang rendah dan bahkan terjadinya
penurunan laba akibat dari krisis ekonomi.

Menurut Sofyan (2014) faktor-faktor penyebab terjadinya risiko


pada umumnya berasal dari dua sumber yaitu sumber internal dan
eksternal. Sumber internal yang terjadi disebabkan oleh masalah internal
yang terjadi didalam perusahaan itu sendiri yang biasanya lebih mudah
untuk dikendalikan, sedangkan sumber eksternal pada umumnya jauh dari
luar kendali pembuat keputusan seperti adanya masalah yang muncul dari
pasar, keadaan ekonomi domestik maupun internasional, keadaan politik,
perkembangan teknologi, perubahan sosial dan budaya dan kondisi dari
pemasok.
Menurut Kountur (2013) risiko dapat dikategorikan berdasarkan
sudut pandang yaitu berasal dari sudut pandang penyebab, dari sudut
pandang akibat, dari sudut pandang aktivitas dan dari sudut pandang
kejadian. Adapun penjelasan dari kategori ini akan dijelaskan sebagai
berikut:
a) Risiko dari sudut pandang penyebab
Risiko pada sudut pandang terdiri dari risiko keuangan dan risiko
produksi atau operasional. Risiko keuangan merupakan risiko yang
dapat disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat
bunga dan nilai tukar mata uang asing. Sedangkan risiko operasional
merupakan risiko yang dapat disebabkan oleh faktor-faktor non-
keuangan seperti akibat dari manusia, alam dan teknologi.
b) Risiko dari sudut pandang akibat
Risiko pada sudut pandang akibat terdiri dari risiko murni dan risiko
spekulatif. Risiko murni merupakan suatu kejadian yang dapat
mengakibatkan kerugian saja tanpa menyebabkan keuntungan.
Sedangkan risiko spekulatif merupakan risiko yang dihadapi oleh

19
pembuat keputusan yang dapat memberikan keuntungan maupun
kerugian.
c) Risiko dari sudut pandang aktivitas
Risiko pada sudut pandang aktivitas terjadi karena adanya berbagai
macam dari aktivitas yang dilakukan sehingga menimbulkan
beberapa risiko.
d) Risiko dari sudut pandang kejadian
Risiko pada sudut pandang kejadian merupakan risiko yang dapat
terjadi dari suatu kejadian yang tidak terduga seperti kebakaran,
kebanjiran maupun pencurian.
4. Pengukuran Risiko
Menurut Fahmi (2016) pengukuran risiko dibutuhkan sebagai dasar
dalam memahami signifikasnsi dari suatu akibat yang dapat ditimbulkan
dari terjadinya suatu risiko terhadap kelangsungan usaha. Signifikansi dari
suatu risiko dapat diketahui dengan melakukan pengukuran terhadap
dimensi risiko yang kemudian diambil kesimpulan. Dimensi risiko yang
dimaksud yaitu kuantitas risiko dari jumlah kemungkinan kerugian yang
akan terjadi pada suatu risiko dan kualitas risiko dengan kemungkinan
dari terjadinya risiko.
Menurut Kountur (2013) pengukuran kemungkinan terjadinya risiko
dilakukan untuk dapat mengetahui risiko-risiko yang ada mulai dari yang
terbesar hingga terkecil sehingga dalam penangan yang dilakukan dapat
memprioritaskan risiko- risiko yang seharusnya dapat didahulukan dalam
penyelesaiannya. Pada umumnya dampak dari kerugian dari suatu risiko
dapat dihitung dalam satuan mata uang tertentu sehingga dapat diketahui
jumlah besaran nominal kerugiannya dari setiap terjadinya risiko.
5. Manajemen Risiko
Menurut Fahmi (2015) manajemen risiko merupakan suatu bidang
ilmu pengetahuan yang membahas tentang cara yang dapat dilakukan oleh
suatu organisasi atau perusahaan dalam menerapkan ukuran untuk
menangani permasalahan yang ada dengan menggunakan berbagai

20
pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis. Dalam
melakukan manajemen risiko perlu melalui beberapa tahapan. Tahapan-
tahapan tersebut yaitu sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi risiko
Suatu organisasi maupun perusahaan dapat melakukan suatu tindakan
awal dalam upaya manajemen risiko dengan cara mengidentifikasi
setiap risiko yang dialami pada saat yang berlangsung dan risiko-
risiko yang akan dialami kedepannya.
b) Mengidentifikasi bentuk-bentuk risiko
Suatu organisasi maupun perusahaan telah dapat mengidentifikasi
dan menemukan bentuk-bentuk dan format risiko yang dihadapi.
c) Menempatkan ukuran-ukuran risiko
Suatu organisasi maupun perusahaan telah menetapkan ukuran atau
skala yang digunakan untuk menangani risiko yang dihadapi dengan
menggunakan rancangan model metodologi yang akan digunakan.
d) Menempatkan alternatif-alternatif
Suatu organisasi maupun perusahaan telah melakukan pengolahan
data. Hasil dari pengolahan ini kemudian dilakukan penjabaran dalam
bentuk kualitatif maupun kuantitatif beserta akibat atau pengaruh
yang dapat ditimbulkan jika keputusan tersebut yang diambil.
e) Menganalisis setiap alternatif
Suatu organisasi maupun perusahaan telah memiliki beberapa
alternatif untuk dianalisis terhadap setiap alternatif dengan berbagai
sudut pandang serta efek- efek yang dapat ditimbulkan secara jangka
pendek maupun jangka panjang.
f) Memutuskan alternatif yang dipilih
Setelah dilakukan analisis dan pemaparan secara jelas terhadap
alternatif yang akan digunakan secara detail, kemudian organisasi
maupun perusahaan melakukan pemilihan salah satu alternatif yang
paling terbaik.

21
g) Melaksanakan alternatif
Suatu organisasi maupun perusahaan melaksanakan alternatif yang
telah dipilih untuk dijalankan dengan baik.
h) Mengontrol alternatif
Suatu organisasi maupun perusahaan melakukan pengawasan yang
maksimal terhadap alternatif yang dipilih agar terhindar dari risiko
yang tidak diharapkan.
i) Mengevaluasi alternative
Suatu organisasi maupun perusahaan melakukan evaluasi dari setiap
hasil yang dicapai dari dijalankannya alternatif untuk menanggulangi
risiko.

Menurut Fahmi (2015) penerapan yang dilakukan dalam


manajemen risiko dapat memperoleh beberapa manfaat bagi suatu
perusahaan. Manfaat-manfaat tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a) Perusahaan memiliki ukuran yang kuat sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan sehingga para manajer dapat menjadi lebih
berhati-hati dalam setiap pengambilan keputusan.
b) Dapat menjadi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-
pengaruh yang dapat ditimbulkan dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
c) Dapat mendorong para manajer untuk menghindari segala jenis
risiko yang akan terjadi yang dapat menyebabkan kerugian.
d) Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang
minimum.
e) Dengan adanya konsep manajemen risiko yang dirancang secara
detail, maka perusahaan telah membangun arah dan mekanisme
secara berkelanjutan yang dapat digunakan juga pada masa yang akan
datang.

22
6. Penanganan Risiko
Menurut Kountur (2013) cara menangani risiko terdapat empat
cara yaitu dengan cara menghindari risiko dengan tidak mengambil
risiko, mencegah timbulnya risiko untuk meminimalkan kemungkinan
terjadinya risiko, mengurangi kerugian akibat risiko untuk meminimalkan
akibatnya, mengalihkan ke pihak lain, dan menandai risiko-risiko yang
akan terjadi.
Menurut Fahmi (2015) risiko dapat dikelola dengan empat cara
yaitu dengan memperkecil risiko, mengalihkan risiko, mengontrol risiko
dan pendanaan risiko. Harwood et al (2014) juga menjelaskan cara
penanganan risiko diantaranya yaitu dengan cara diversifikasi usaha,
integrasi vertikal, membuat kontrak produksi, membuat kontrak
pemasaran, melakukan perlindungan nilai, asuransi, melakukan
manajemen keuangan yang baik likuiditas dan melakukan penyewaan
tempat usaha.

C. Hipotesis
Diduga PT. Vinda Abadi Sejahtera di Kabupaten Bojonegoro memiliki
Resiko secara multidimensi (produksi, pasar, manusia, keuangan,
kelembagaan) dalam bisnis produksi dan distribusi pisang cavendis diwilayah
Jawa Timur dan sekitarnya.

D. Asumsi
1. Seluruh responden yang terlibat dalam penelitian ini memahami dan atau
terlibat langsung dalam pengelolaan bisnis pisang Cavendish PT. Vinda
Abadi Sejahtera di Kabupaten Bojonegoro.
2. Seluruh atribut yang digunakan dalam analisis resiko di tiap dimensi
merupakan faktor yang mampu memberikan representatif penilaian dalam
menentukan strategi pengembangan agribisnis pisang Cavendish di PT
Vinda Abadi Sejahtera.

23
E. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember 2023.
2. Responden dalam penelitian ini adalah owner, karyawan, subdistributor
dan anggota rekanan kelompok Tani yang bermitra dengan PT. Vinda
Abadi Sejahtera di Kabupaten Bojonegoro.
3. Analisis resiko secara multidimensi dan pengembangan agribisnis pisang
cavendish meliputi kategori produksi, pasar, manusia, keuangan dan
kelembagaan.

24
BAB 1II
METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian


Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan
kuantitatif. Metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk
memberikan gejala, fakta, ataupun kejadian tentang suatu fenomena secara
sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
Penelitian ini menggunakan teknik survey, yaitu penelitian dengan
mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakannya melalui
angket/kuesioner atau mewawancarai langsung pihak terkait. Tujuan dari
penelitian survey adalah mencari informasi aktual dan detail, mengidentifikasi
masalah, mengetahui hal-hal yang dilakukan oleh objek penelitian dalam
pemecahan masalah serta pengambilan keputusan.
Metode kuantitatif adalah suatu metode dalam penelitian yang
banyak menggunakan angka, mulai dari proses pengumpulan data, analisis
data, dan penampilan data. Penelitian dengan metode ini menekankan analisis
pada data numerik (angka) yang kemudian dianalisis dengan metode statistik
yang sesuai. Metode ini disebut juga sebagai metode ilmiah karena memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, objektif, terukur, rasional, dan
sistematis. Tujuan dari penelitian yang menggunakan metode kuantitatif ini
adalah untuk mengembangkan dan menggunakan model matematis, teori
dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Karena
menggunakan proses pengukuran secara matematis, jawaban atau hasil analisis
akan memberikan hasil yang lebih objektif (Siyoto dan Sodik, 2015).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di PT.Vinda Abadi Sejahtera yang berada di
kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. PT.Vinda Abadi Sejahtera
merupakan perusahaan pendistribusi dan pemasaran buah, yang menjalin
kemitraan dengan beberapa anggota kelompok tani di kecamatan Sumberrejo
dan sekitarnya. PT.Vinda Abadi Sejahtera memasarkan beberapa varian buah

25
pisang cavendish, namun fokus didalam penelitian ini hanya pada produk
pisang cavedish A1. Sedangkan untuk wilayah pemasaran dalam penelitian ini
hanya pada wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.

C. Jenis dan Sumber Data Penelitian


1. Data Primer
Data primer digunakan dalam sebuah penelitian dengan cara
memeroleh data secara langsung dari sumber yang dituju. Data primer
didapatkan dengan melakukan pengukuran, perhitungan sendiri dalam
bentuk angket, observasi, wawancara, dan lain-lain. Penelitian ini
menggunakan data primer untuk mengukur berapa resiko yang ditemukan
sebagai acuan dalam menentukan strategi pengembangan agribisnis
pisang Cavendish di PT. Vinda Abadi Sejahtera.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan sebuah data atau informasi berupa profil,
laporan tahunan, buku pedoman, ataupun pustaka. Sumber data sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data penerimaan
perusahaan, literatur instansi-instansi terkait seperti data permintaan pisang
dari Pusat Data dan Sistem Informasi Kementrian Pertanian dan data-data
pelengkap lain dari penelusuran melalui internet, buku dan literatur-
literatur yang berkaitan dengan penelitian.

D. Teknik Pengambilan Data


1. Observasi
Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan langsung di lapangan oleh peneliti untuk
mendapatkan informasi. Teknik observasi dikenal dengan teknik
pengumpulan data yang lebih alami, nyata, dan lebih akurat karena
peneliti melakukan pengamatan secara langsung kepada responden.
2. Wawancara dengan Responden
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara
langsung oleh peneliti kepada responden. Teknik wawancara digunakan

26
untuk mendapatkan informasi berupa data primer dengan menanyakan
atau mengajukan pertanyaan yang terdapat pada kuesioner secara
langsung kepada responden. Ketepatan data yang diperoleh dalam
wawancara tergantung pada kemampuan responden dalam mengingat dan
kesediaannya untuk menjawab dengan jujur.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mencatat
data- data yang sudah ada melalui dokumen-dokumen dari sebuah
lembaga, instansi, ataupun badan resmi lainnya. Data-data yang
dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data
sekunder. Menurut Sugiyono (2012) dalam Siyoto dan Sodik (2015),
dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dapat berupa
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen
berbentuk gambar dapat berupa foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain.
Dokumen berbentuk karya dapat berupa karya seni gambar, patung, film,
dan lain-lain.

E. Metode Analisis Data


Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Adapun analisis kualitatif dilakukan dengan pendekatan deskriptif untuk
mengetahui gambaran umum perusahaan dan manajemen risiko yang telah
ditetapkan. Sedangkan untuk analisis kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan hasil yang diharapkan (expected return), ragam (variance),
simpangan baku (standard deviation), koefisien varian (coefficient variation)
dan batas bawah pendapatan (L). Return yang diperoleh dapat berupa
pendapatan, produksi atau harga. Semua data yang telah diperoleh diolah dan
dianalisis menggunakan perangkat lunak pada komputer yatu Microsoft Office
Excel untuk mengetahui besarnya risiko yang dihadapi dan manajemen risiko
yang diterapkan (Bujang, 2015).
1. Analisis Deskriptif

27
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis manajemen risiko
yang diterapkan perusahaan. Analisis deskriptif juga dilakukan untuk
mengetahui sumber-sumber yang menjadi penyebab terjadinya risiko
yang muncul pada aspek teknis maupun aspek ekonomis perusahaan.
Metode analisis deskriptif dilakukan dengan cara observasi, wawancara
langsung dengan perwakilan PT.Vinda Abadi Sejahtera.
1.1 Risiko Produksi
Dalam PT. Vinda Abadi Sejahtera proses produksi adalah
proses bimbingan serta pengawasan mulai penanaman, pemeliharaan
hingga panen dengan petani mitra hingga mematangkan buah untuk
dipasarkan pada konsumen. Berikut risiko-risiko yang terjadi dalam
proses produksi pada PT.Vinda Abadi Sejahtera :
1) Kesalahan dalam Peramalan Produksi
Pada PT VAS, konsumen yang melakukan pemesanan pisang,
maka pisang akan disiapkan pada keesokan harinya, sedangkan
untuk memproduksi pisang cavendish PT VAS memerlukan
waktu 5 hari. Situasi seperti ini membuat PT VAS harus
melakukan peramalan produksi dengan tepat. Keadaan seperti
ini juga akan menimbulkan risiko sendiri bagi PT VAS, karena
berpeluang untuk mengalami kelebihan atau kekurangan
produksi. Jika terjadi kelebihan produksi pisang akan
berpeluang untuk terbuang karena mengalami pembusukan jika
tidak ada permintaan dari konsumen sedangkan jika terjadi
kekurangan, PT VAS akan gagal untuk memenuhi permintaan
dari konsumen sehingga akan berdampak pada penurunan
kepuasan konsumen. Peramalan inilah yang selalu menjadi isu
di bagian produksi, karena jika peramalan tidak dilakukan
secara tepat akan berdampak buruk bagi perusahaan.
2) Penurunan mutu
Penurunan mutu pisang pada PT. VAS terjadi pada dua tahap
produksi. Pertama saat produksi pra panen dari petani, ini

28
disebabkan karna beberapa mitra tani merupakan pelaku baru
dalam pertanian pisang sehingga masih kurang pengetahuannya
dalam perawatan dan pemeliharaan. Tenaga ahli yang
dipersiapkan untuk mendampingi jumlahnya terbatas sehingga
masih kurang dalam pengawasan dan pendampingan produksi,
hal ini membuat masih banyaknya hasil produksi pisang tidak
sesuai dengan grade yang diharapkan. Kedua, penurunan mutu
juga terjadi pada saat pasca panen. Proses pengambilan pisang
dari petani langsung diangkut menggunakan pick up menuju
tempat rapening dalam keadaan masih bertandan, hal ini
mengakibatkan kerusakan pada beberapa kulit pisang.
Kerusakan terjadi akibat gesekan antar buah dan juga tetesan
getah pisang.
3) Pembusukan Pisang
Produk-produk pertanian merupakan produk yang harus
diperlakukan secara khusus karena sifatnya yang mudah rusak
dan tidak memiliki umur panjang begitu juga pada pisang yang
termasuk pada komoditas pertanian. Pisang juga perlu dilakukan
perlakuan khusus agar umur simpan pisang lebih panjang.
Pisang memiliki hormon etilen yang berperan dalam
pematangan buah. Pematangan buah pisang yang berkelanjutan
akan berisiko mengalami pembusukan yang berdampak pada
kerugian perusahaan karena pisang yang telah mengalami
pembusukan tidak bisa dijual. Selain dari hormon etilen yang
terdapat pada pisang, suhu pisang yang tiba di PT VAS juga
memiliki risiko pembusukan pisang dimana pada umumnya
berada pada suhu yang panas yaitu sekitar 28 - 33C°. Suhu yang
tinggi ini akan menyebabkan laju respirasi pisang meningkat
serta mempercepat waktu kematangan.
1.2 Risiko Pasar

29
Risiko pasar yang dihadapi oleh PT Vinda Abadi Sejahtera
terdapat dua risiko, penjelasannya yaitu sebagai berikut:

1) Proses Pengiriman Pisang


Proses pengiriman pisang dari PT Vinda Abadi Sejahtera ke
subdistributor yang berada di beberapa kawasan seperti di
Semarang, Surabaya hingga Jember menggunakan mobil tanpa
box pendingin. Hal-hal yang terjadi pada saat proses pengiriman
barang yang dapat merugikan perusahaan diantara lain yaitu
keterlambatan dan kerusakan kualitas pisang. Keterlambatan ini
disebabkan oleh kemacetan dalam proses pengiriman, proses
bongkar muat yang lama dan terjadi kerusakan pada mobil
pengirim. Kerusakan kualitas pisang disebabkan oleh tidak
adanya box pendingin pada mobil sehingga suhu pisang tidak
terjaga dengan baik.
2) Permintaan Kematangan Pisang oleh Subdistributor
Permintaan pisang dari subdistributor ke PT Vinda Abadi
Sejahtera sering terjadi kesalahpahaman dalam pemilihan
pisang pada tingkat kematangannya. Permintaan dari
subdistributor tersebut yaitu menginginkan pisang memiliki
tingkat kematangan yang merata pada setiap pisang yang
dikirimkan pada subdistributor. Namun, perusahaan sendiri
tidak dapat memastikan untuk setiap pisang yang dikirim
tersebut memiliki tingkat kematangan yang sama karena hal
tersebut sulit untuk dilakukan.
1.3 Risiko Keuangan
Risiko keuangan yang dihadapi oleh PT Vinda Abadi Sejahtera
terdapat dua risiko, penjelasannya yaitu sebagai berikut:
1) Pembayaran Cash Tempo

30
PT Vinda Abadi Sejahtera menggunakan strategi marketing
pembayaran cash tempo untuk subdistributor yang telah
melakukan reorder. Pembayaran cash tempo membutuhkan
modal ganda karna sebagian modal mengendap di pasar dan
memiliki resiko jika menemui subdistributor yang nakal.
2) Pembiayaan
PT Vinda Abadi Sejahtera menjalin kemitraan dengan beberapa
anggota kelompok tani untuk menjaga ketersediaan stok pisang.
PT. VAS menyediakan bibit, pupuk dan pendampingan
perawatan yang semua pembiayaan akan di potong pada saat
panen pertama. Masa panen pertama yang cukup lama (8 bulan)
ditambah beberapa potongan biayaan penanaman membuat
beberapa petani kurang bersabar, sehingga sebagian dari mereka
melakukan perawatan tanaman kurang sepenuh hati dan bahkan
ada yang berhenti di tengah jalan.
1.4 Risiko Manusia
Risiko manusia yang dihadapi oleh PT Vinda Abadi Sejahtera
terdapat dua risiko, penjelasannya yaitu sebagai berikut:
1) Kemampuan dan Profesionalisme Kerja
PT Vinda Abadi Sejahtera hanya memiliki 5 tenaga ahli yang
benar-benar Memahami tahapan-tahapan mulai penanaman
hingga pengemasan pisang Cavendish. Petani yang bermitra
dengan perusahaan biasanya merekrut buruh tani harian lepas
yang berganti-ganti orang sehingga membutuhkan waktu untuk
kembali mentraining. Minimnya tenaga ahli membuat training
dan pengawasan terbatas.
2) Kecelakaan Kerja
Terkadang terjadi kecelakaan kerja pada saat pengangkutan
barang menggunakan kendaraan pengangkut barang yang
mengakibatkan kualitas produk menurun. Kecelakaan kerja saat

31
pendistribusian seperti mobil mogok juga membuat daya tahan
pisang berkurang
1.5 Risiko Teknologi
Risiko Teknologi yang dihadapi oleh PT Vinda Abadi
Sejahtera terdapat dua risiko, penjelasannya yaitu sebagai berikut:

1) Media Pemasaran
Sebagai perusahaan baru di bidang distribusi pisang Cavendish,
PT. VAS masih tertinggal dalam bidang pemasaran. Beberapa
competitor sudah memiliki blog, dan aktif menggunakan media
sosial sedangkan PT. VAS hanya menggunakan wa dan masih
menjadikan promo pembayaran cash tempo dalam marketing.
2) Kamar Rapening Terbatas
Kepemilikan 1 kamar rapening saja berukuran 6x6 oleh PT
Vinda Abadi Sejahtera membuat berkurangnya produktifitas saat
pemeraman pisang. Pembuata kamar rapening baru
membutuhkan biaya yang tinggi sehingga perusahaan memilih
untuk menyewa tempat rapening. Banyaknya usaha yang serupa
di Kabupaten Bojonegoro membuat persewaan tempat rapening
harus mengantri sehingga proses pemeraman kurang efektif dan
efisien.
1.6 Risiko Hukum
Risiko Hukum yang dihadapi oleh PT Vinda Abadi Sejahtera
terdapat tiga risiko, penjelasannya yaitu sebagai berikut:
1) Denda atau Sanksi Jika Tidak Mengikuti Aturan Pemerintah
Risiko yang mungkin terjadi pada PT. VAS adalah denda atau
sangsi akibat tidak mengikuti peraturan yang ditetapkan
pemerintah. Izin-izin yang perlu dimiliki perusahaan antara
lain adalah Akte Pendirian, SIUP (Surat Izin Usaha
Perdagangan), NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), IMB (Izin
Mendirikan Bangunan), AMDAL (Analisis Mengenai Dampak

32
Lingkungan), TDP (Tanda Daftar Perusahaan), SIPA (Surat
Izin Pengambilan Air Tanah), Izin gagguan, Izin reklame, Izin,
Turun Barang dan Izin Bongkar Barang.
2) Permasalahan Kontrak Kerja dengan Karyawan
Dalam kontrak kerja karyawan akan berisi tentang
pengangkatan, imbalan atas jasa, jadwal kerja, tata tertib dan
pemutusan hubungan kerja. Perusahaan mungkin akan
menghadapi permasalahan jika tidak mengetahui secara detail
dalam kontrak tersebut dan kontrak tersebut juga harus mengacu
kepada UU ketenagakerjaan. Kemungkinan masalah yang
dihadapi adalah perusahaan akan dituntut secara hukum oleh
karyawan jika hak-haknya dalam kontrak tersebut dilanggar
atau tidak diberikan oleh perusahaan.
3) Permasalahan Kontrak dengan Subdistributor
Dalam melakukan pemasaran PT. VAS juga melakukan sistem
kontrak kepada para subdistributornya. PT. VAS pernah
melakukan kesalahan dalam kontraknya seperti tidak
mengirimkan kualitas yang sesuai dengan subdistributornya dan
sebagai akibat nya perusahaan harus mengganti rugi pisang
tersebut sesuai permintaan subdistributor.

2. Analisis Fishbone Diagram

Fishbone Diagram berfungsi untuk mengidentifikasi faktor-


faktor yang menjadi penyebab suatu permasalahan yang terjadi dalam
suatu usaha. Dengan menggunakan diagram ini, maka dapat
mempermudah untuk melihat semua kemungkinan penyebab dan mencari
akar permasalahan yang sebenarnya. Berikut ini langkah-langkah
membuat Fishbone Diagram (Mungnay, 2016):
a) Menyiapkan sesi sebab akibat
b) Mengidentifikasi akibat
c) Mengidentifikasi berbagai kategori

33
d) Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran
e) Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
f) Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

3. Analisis Besaran Risiko

Menurut Elton, dkk (2013), beberapa ukuran yang dapat digunakan


untuk mengukur penyimpangan diataranya adalah hasil yang diharapkan
(expected return), ragam (variance), simpangan baku (standard
deviation), koefisien varian (coefficient variation) dan batas bawah
pendapatan (L).
Pendapatan usaha selama satu tahun terakhir (Juli 2022 - Juni 2023)
dapat dijadikan dasar informasi untuk mengetahui besaran risiko dari PT
Vinda Abadi Sejahtera pada produk pisang Cavendish geade A1.
Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan, maka didapatkan data
berupa daftar panen dari bulan Juli 2022 hingga bulan Juni 2023. Besaran
risiko pada PT Vinda Abadi Sejahtera dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Besaran Resiko PT.Vinda Abadi Sejahtera (Juli 2022 - Juni 2023)

34
Return Expected
Periode Return(Ri (Rij-Ri) (Rij-Ri)2
(Rij)
)
Juli 2022 13.146 25.572 -12.426 154411689
Agustus 2022 15.737 25.572 -9.835 96.732.143
September 2022 17.414 25.572 -8.158 66.557.043
Oktober 2022 24.788 25.572 -784 615.048
November 2022 30.822 25.572 5.250 27.559.875
Desember 2022 29.302 25.572 3.730 13.911.035
Januari 2023 27.168 25.572 1.596 2.546.418
Februari 2023 27.219 25.572 1.647 2.711.786
Maret 2023 30.456 25.572 4.884 23.851.014
April 2023 30.088 25.572 4.516 20.391.998
Mei 2023 29.620 25.572 4.048 16.384.280
Juni 2023 31.107 25.572 5.535 30.633.458
Jumlah ( ∑ ) 306.867 456.305.786
Variance ( σ 2 ) = ( ∑ / (12 − 1)) 41.482.344

3.1 Hasil yang Diharapkan (expected return)


Expected return dapat diukur dari rata-rata return berupa
pendapatan bersih dari seluruh periode pengamatan. Nilai
expected return dapat dirumuskan sebagai berikut:
n

∑ Rij
Ri= j=1
n
Dimana :
Ri = Expected return (Rp)
Rij= Return (Rp)
N = Jumlah periode pengamatan

Hasil yang diharapkan diperoleh dari rata-rata produksi dari


seluruh periode pengamatan yaitu data dari bulan Juli 2022 hingga
bulan Juni 2023. Pada Tabel 2 diketahui bahwa nilai expected return
yang diterima oleh PT. Vinda Abadi Sejahtera adalah 25.572 Kg.

35
306.867
Ri= =25.572 Kg
12

Nilai ini menunjukan bahwa produksi yang diharapkan dapat


diperoleh pada periode selanjutnya oleh PT Vinda Abadi Sejahtera
adalah sebesar 25.572 Kg
3.2 Ragam (variance)
Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan
selisih kuadrat dari return dengan expected return dibagi jumlah
periode pengamatan. Nilai variance dapat dirumuskan sebagai
berikut:
n

∑ Rij
σ = j=1
2
n
Dimana :
𝜎i2 = Variance dari return
Rij = Return (Rp)
Ri = Expected return (Rp)
N = Jumlah periode pengamatan
Semakin kecil nilai yang didapatkan maka akan semakin kecil
penyimpangan sehingga risiko juga semakin kecil dan begitu juga
sebaliknya.
Nilai ragam didapatkan dari return merupakan penjumlahan
selisih kuadrat dari return dengan expected return dibagi jumlah
periode pengamatan. Nilai variance menunjukan bahwa semakin
kecil nilai variance, maka semakin kecil penyimpangan sehingga
semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan
operasional usahanya, begitu juga sebaliknya jika nilai variance
semakin besar maka semakin besar juga risiko yang dihadapi
perusahan. Pada Tabel 2 diketahui bahwa nilai variance yang
diperoleh PT Vinda Abadi Sejahtera adalah sebesar 41.482.344 Kg.
Nilai variance yang diperoleh PT. Vinda Abadi Sejahtera sangat

36
besar, sehingga penyimpangannya juga semakin besar. Dari hasil
perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa tingkat risiko yang
dihadapi oleh PT Vinda Abadi Sejahtera sangat besar.

3.3 Simpangan baku (Standard Deviation)


Simpangan baku dapat diukur dengan akar kuadrat dari nilai
Variance. Dari nilai standar deviasi dapat menunjukkan bahwa
semakin kecil nilai standar deviasinya maka semakin rendah risiko
yang dihadapi, sehingga standar deviasi digunakan untuk melihat
seberapa besar risiko yang dihadapi oleh Perusahaan. Hasil
perhitungan bisa dilihat dari perhitungan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
σ i=√ σ 2
σ i=√ 41. 4 82.344
σ i=6.440,67885
Dimana :
𝜎i = Standar Deviasi
𝜎2 = Varian
Dari perhitungan diatas dapat diketahui nilai dari standar deviation
atau simpangan baku bernilai 6.440,67885 Kg yang mengartikan
bahwa risiko yang dihadapi PT Vinda Abadi Sejahtera pada periode
selanjutnya sangat tinggi.

3.4 Koefisien Varian (Coefficient Variation)


Koefisien varian diukur dari rasio standar deviasi dengan return
yang diharapkan atau ekspektasi return. Semakin kecil koefisien
varian maka semakin kecil risiko yang dihadapi, begitu sebaliknya.
Koefisien varian adalah angka yang menunjukkan perbandingan
antara risiko yang harus ditanggung dengan pendapatan tunai yang
akan diperoleh. Dengan kata lain, koefisien varian digunakan untuk
membandingkan risiko yang dihadapi terhadap return atau

37
pendapatan yang diterima. Secara matematis perhitungan nilai
koefisien variasi adalah sebagai berikut:
σ i 6.440,67885
cv = = =0,25188
R 25.572
Dimana :
cv = Coefficient Variation
𝜎i = Standar Deviasi
R = Expected return (Rp)
Nilai koefisien varian pada PT. Vinda Abadi Sejahtera adalah
0,2518. Hal ini menunjukkan bahwa risiko yang ditanggung oleh PT.
Vinda Abadi Sejahtera sebesar 25,18% dari nilai pendapatan yang
diperoleh. Artinya setiap hasil panen 1 Kg yang didapatkan akan
menghasilkan risiko sebesar 0,2518 Kg. Nilai koefisien varian yang
tidak lebih besar dari 0,5 menunjukan risiko yang dihadapi
perusahaan pada periode selanjutnya tidak terlalu besar.

3.5 Batas Bawah Pendapatan (L)


Nilai L merupakan nilai nominal pendapatan bersih terendah
yang mungkin diterima. Nilai L dapat dilihat dari perhitungan
sebagai berikut:
𝐿 = 𝑅i − 2𝜎
𝐿 = 25.572 – 2 x 6.441
𝐿 = 12.690

Dimana:
L = Batas bawah pendapatan (Rp)
Ri = Expected return (Rp)
𝜎 = Standard deviation (Rp)
Berdasarkan perhitungan diatas nilai batas bawah hasil panen grade
A1 yang diterima PT. Vinda Abadi Sejahtera adalah 12.690 kg. Dari
nilai tersebut dapat diketahui hasil panen grade A1 terendah yang

38
akan diterima oleh PT. Vinda Abadi Sejahtera pada periode
selanjutnya adalah sebesar 12.690 kg.

39
40

You might also like