You are on page 1of 14

PELAKSANAAN AUDIT

TUGAS AUDIT MANAJEMEN

DISUSUN OLEH :

HARINI VITA PUTERI

203010019

AUDITING

STIE EKA PRASETYA

PRODI AKUNTANSI

MEDAN

2023
1. Perbedaan Audit Berdasarkan Pemeriksanya

Dalam praktik di dunia bisnis, auditing terbagi menjadi dua jenis pemeriksa yaitu :
a. Audit Internal
Proses ini merupakan proses penilaian yang sistematis dan objektif yang auditor
lakukan dari dalam perusahaan (internal). Biasanya, yang menjadi auditor
merupakan karyawan atau orang yang memang sudah ada dan bekerja di bisnis
atau perusahaan tersebut. Karena idealnya auditor ini objektif dan bebas dari
pengaruh orang lain dalam perusahaan, tetapi mereka pada akhirnya juga akan
melapor kepada atasannya.

Audit internal juga biasanya memiliki fokus terhadap kejadian yang akan datang
dengan memperbaiki hasil evaluasi dan merancang strategi dengan lebih baik.
Tujuan pemeriksaan audit internal adalah untuk membantu manajemen bisnis atau
perusahaan dalam melaksanaka tanggung jawabnya dengan memberikan analisis,
penilaian, saran dan juga komentar mengenai kegiatan yang manajemen periksa.
Hal ini bertujuan untuk meminimalisir adanya resiko dan penyalagunaan dana
seperti penggelapan.

b. Audit Eksternal
Audit eksternal merupakan kebalikan dari audit internal, dimana proses eksternal
ini merupakan proses penilaian ulang yang dilakukan oleh orang atau lembaga
independent dari luar manajemen bisnis ataupun perusahaan. Proses ini bertujuan
untuk membantu menghilangkan bias atau pilih kasih dalam meninjau keadaan
keuangan perusahaan.

Selain itu, kegiatan ini juga dapat membantu para stakeholder (pemangku
kepentingan) untuk membuat analisa dan pengambilan keputusan yang tepat
terkait dengan perusahaan yang diaudit tersebut. Umumnya, laporan auditor
eksternal ini berisi opini mengenai kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan
yang diaudit tersebut. Selain itu, terdapat juga management letter yaitu suatu
laporan kepada manajemen yang berisi rekomendasi yang dapat perusahaan
lakukan untuk melakukan perbaikan kelemahan-kelemaha yang didapati auditor
setelah mempelajari dan mengevaluasi perusahaan yang diaudit tersebut.
2. Tujuan Audit Bagi Perusahaan
Adanya kegiatan audit dalam perusahaan memiliki beberapa tujuan yang dapat
bermanfaat bagi perusahaan. Berikut tujuh tujuan kegiatan audit yang bermanfaat
untuk perusahaan yaitu :
a. Kelengkapan
Tujuan audit yang pertama adalah kelengkapan. Dengan adanya audit, segala
informasi kelengkapan bisa menjadi sumber untuk memastikan semua transaksi
yang terjadi. Seluruh transaksi yang terekam akan masuk ke jurnal secara aktual.

b. Ketepatan
Adanya audit juga memiliki tujuan sebagai alat untuk memeriksa ketepatan.
Tujuan ketepatan pada audit adalah untuk memeriksa dan memastikan
pengeluaran dan pemasukan keuangan perusahaan. Tidak hanya itu, saldo
perkiraan perusahaan yang sudah tercatat juga akan diperiksa auditor sesuai
dengan perhitungan jumlah dan klasifikasi yang tepat.

c. Eksistensi
Selanjutnya tujuan dilakukannya audit adalah eksistensi untuk memeriksa seluruh
harta perusahaan yang sudah tercatat. Adanya eksistensi ini adalah untuk
mengecek apakah aset dan kewajiban perusahaan memiliki waktu dan tanggal
yang terbatas atau tidak sehingga bersifat fiktif.

d. Penilaian
Audit juga bertujuan untuk memberikan penilaian kepada perusahaan. Hal ini
untuk memastikan apakah prinsip yang sebuah perusahaan gunakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku secara umum.

e. Pengelompokkan
Klasifikasi pada pemeriksaan bertujuan untuk memeriksa seluruh pencatatan
keuangan baik yang masuk maupun keluar sudah tertulis dalam jurnal atau tidak.
Jurnal dalam pencatatan keuangan memiliki klasifikasi khusus yang sesuai dengan
golongan akun yang tersedia.
f. Pisah Batas
Tujuan audit yang keenam adalah pisah batas, hal ini bertujuan untuk memeriksa
apakah transaksi yang terbaru sudah tercatat pada neraca sesuai dengan periode
yang sedang berjalan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan
pencatatan terutama ketika mendekati akhir periode.

g. Pengungkapan
Tujuan dari pemeriksaan yang terakhir adalah pengungkapan. Adanya audit untuk
mengungkapkan saldo akun perusahaan beserta persyaratan lainnya. Kedua hal
tersebut harus memiliki hubungan secara wajar sesuai dengan laporan keuangan.

3. Pentingnya Melakukan Audit Laporan Keuangan


Dalam suatu perusahaan tentunya perlu melakukan audit laporan keuangan. Audit ini
dapat memberikan informasi tentang perusahaan. Melakukan audit dalam laporan
keuangan adalah melakukan pengujian kesesuaian antara praktek akuntansi dengan
prinsip atau standar akuntansi yang berlaku. Sehingga perusahaan memerlukan
pemeriksaan laporan keuangan sebagai perbandingan antara kondisi dan kriteria
kegiatan yang sedan diaudit dan kegiatan yang seharusnya terjadi.

4. Tahapan Pelaksanaan Audit


Untuk mencapai tujuan pemeriksaan yang sesuai dengan perencanaan perusahaan,
terdapat tahapan-tahapan yang perlu dilakukan antara lain:

a. Penerimaan Bahan
Sebelum berjalannya kegiatan ini, biasanya terdapat kesepakatan yang disetujui
bersama. Sehingga dalam tahapan ini akan ada penjelasan mengenai peran auditor
serta persyaratan kontrak untuk klien tandatangani. Setelah itu, klien akan
menyerahkan laporan keuangannya untuk auditor melakukan proses pemeriksaan
laporan keuangan sesuai tugasnya, persiapan tersebut melibatkan pelatihan
personel serta memastikan kelengkapan catatan dan dokumen.

Membuat laporan keuangan tentu harus teliti agar terhindar dari kesalahan.
Dengan menggunakan software akuntansi untuk membuat laporan keuangan,
kesalahan akan terhindarkan karena sistem yang akurat. Selain itu, waktu yang
digunakan juga lebih efisien karena sistem ini melakukannya secara otomatis.

b. Persiapan dan Perencanaan


Proses persiapan dan perencanaan merupakan tahap selanjutnya yang wajib
auditor ketahui. Umumnya, proses ini dapat berlangsung satu hari saja atau
bahkan seminggu tergantung sifat auditnya. Ada beberapa hal yang perlu auditor
pahami sebelum melakukan proses ini, yaitu :
 Memahami industri / background bisnis klien
 Melakukan prosedur analitik
 Menentukan materialitas dan menerapkan resiko
 Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan resiko
pengendalian
 Mengembangkan rencana dan program audit

c. Eksekusi Pelaksanaan
Hal selanjutnya setelah melakukan perencanaan yaitu eksekusi pelaksanaan. Hal
ini biasanya auditor jalankan dengan mengumpulkan dan menganalisis data serta
informasi. Terutama, untuk menilai keperluan kontrol internal orgaisasi. Dalam
proses ini, biasanya auditor melakukan wawancara, pemeriksaan dokumen, dan
hal lainnya untuk mengembangkan temuan auditing.

d. Pelaporan
Pelaporan merupakan tahap hasil dari pekerjaan pemeriksaan yang telah
terselesaikan. Laporan ini adalah bentuk komunikasi auditor dengan pihak lainnya
sehingga tidak boleh auditor buat secara sembarangan. Dalam laporan ini, ada hal
yang wajib auditor cantumkan. Seperti jenis opini, jasa yang perusahaan tawarkan,
objek, lingkup, serta tujuan pemeriksaan. Laporan ini juga berisikan opini auditor
dan rekomendasi cara memperbaiki kesalahan.

e. Korektif Pemeriksaan
Tahap terakhir dalam proses ini adalah tahap korektif. Laporan yang telah
terselesaikan pastinya memerlukan tindakan korektif dan preventif. Tindakan ini
mencakup perbaikan atas kegagalan atau kekurangan dari temuan hasil
pemeriksaan tersebut. Selain itu, pada tahap ini juga kita melakukan beberapa
tindakan pencegahan yaitu untuk mencegah terjadinya faktor yang dapat
mengakibatkan kegagalan suatu perusahaan pada masa mendatang.

5. Standar Pelaksanaan Audit


Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa standar atau acuan yang perlu diperhatikan
dalam pemeriksaan keuangan. Berikut dua standar pelaksanaan pemeriksaan yang
perlu diketahui antara lain:
a. Standar Umum
Hal ini merupakan standar yang mengatur mengenai keahlian, pelatihan
berkelanjutan, independensi dan kemahiran professional auditor. Beberapa standar
umum yang harus auditor perhatikan yaitu:
 Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang bisa memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor dan bukan hanya akuntan.
 Dalam semua hal yang berhubungan dengan ikatan, seorang auditor harus
bisa bersikap professional dan juga harus bersikap objektif tanpa memihak
dan juga tanpa ada kecurigaan kerja sama.
 Auditor harus mempertahankan mental dari segala hal yang berkaitan
dengan perikatan dan independensi.
 Auditor wajib memanfaatkan keahlian profesionalnya dalam proses
pelaksanaan, pemeriksaan, hingga kegiatan pelaporan dengan cermat dan
seksama.
 Pemeriksaan harus dilakukan oleh pihak yang memiliki keahlian yang
memadai sebagai auditor, bukan hanya akuntan.

b. Standar Lapangan
Standar lapangan merupakan standar yang mengatur proses pekerjaan lapangan
pada saat auditing. Proses ini sifatnya lebih khusus yang mencakup hal-hal
mengenai kinerja pada lapangan. Ada beberapa prosedur yang harus auditor
perhatikan dalam pelaksanaan standar ini, yaitu:
 Kinerja lapangan pada dasarnya dapat tergantung dari perencanaan yang
dilakukan. Oleh sebab itu, sebagai tenaga professional, seluruh pekerjaan
harus direncanakan dengan baik dan matang.
 Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
 Jika penyusunan laporan keuangan perusahaan tidak konsisten, laporan
auditor harus menjelaskan dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan.
 Harus terdapat pernyataan atau pendapat tentang laporan keuangan yang
sedang diperiksa pada laporan tersebut.

6. Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit Manajemen Menurut Para Ahli


a. Menurut Hamilton (1986:5)
Definisi ruang lingkup pekerjaan manajemen audit bisa dilakukan dalam lingkup
yang umum dan audit akan meliputi suatu penilaian terinci atas tiap-tiap aspek
operasional organisasi. manajemen audit juga bisa dilakukan atas suatu masalah
tertentu untuk mencari bukti-bukti yang menjadi penyebabnya serta
merekomendasikan tindakan koreksi tertentu. Perencanaan, persiapan dan
organisasi ketika suatu lingkup pekerjaan sudah ditentukan, tim audit akan
membuat suatu tindakan perencanaan atas pelaksaanaan pekerjaan. Perencanaan
meliputi langkah-langkah yang harus dilakukan dan estimasi waktu yang
diperlukan untuk mencapai setiap tahap pekerjaan. Tiap sumber bukti yang
berkaitan dengan area yang diperiksa harus dianalisa secara mendalam dan terus
diperbaharui. Tahap-tahap audit menurut Hamilton terdiri dari:

1) Pengumpulan fakta dan dokumentasi informasi terbaru


Pada tahap ini dilakukan pengumpulan informasi data yang berkaita
dengan area lingkup pekerjaan yang ditentukan. Data bisa diperoleh dari
surat menyurat, kebijakan dan prosedur, serta semua informasi informal
lainnya yang bisa diperoleh secara langsung dari karyawan lewat
wawancara.
2) Riset dan Analisa
Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam proses management
audit. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan bukti dan fakta-fakta yang
dianggap penting dalam mendukung laporan akhir yang akan diserahkan
kepada top manajemen.

3) Laporan
Tahap ini meliputi ringkasan atas pekerjaan yang dilakukan, gambaran mengenai
ruang lingkup pekerjaan, rincian mengenai temuan-temuan utama dan
diskusi mengenai alternatif-alternatif yang dapat digunakan top
manajemen untuk mengurangi permasalahan yang ada.

b. Menurut Leo herbert yang dikutip oleh Agoes (1996:176)


Tujuan dari survey pendahuluan adalah untuk mendapatkan informasi umum dan
latar belakang, dalam waktu yang relatif singkat, mengenai semua aspek
organisasi, kegiatan, program, atau sistem yang dipertimbangkan untuk diperiksa,
agar dapat diperoleh pengetahuan atau gambaran yang memadai mengenai objek
pemeriksaan. Tahap-tahap audit menurut Leo herbert terdiri dari:

1) Review and Testing of Management Control System (Penelaahan dan


Pengujian atas Sistem Pengendalian Manajemen).
Tahap ini dimaksudkan untuk mendapatkan bukti-bukti mengenai ketiga
elemen dari tentative audit objective (tujuan pemeriksaan sementara),
yaitu criteria, causes dan effects, dengan melakukan pengetesan terhadap
transaksi-transaksi perusahaan yang berkaitan dengan sistem pengendalian
manajemen dan untuk memastikan bahwa bukti-bukti yang diperoleh dari
perusahaan adalah kompeten jika audit diperluas dalam detailed
examination (pengujian terinci). Criteria merupakan standar yang harus
dipatuhi oleh setiap bagian dalam perusahaan, causes adalah tindakan-
tindakan yang menyimpang dari standar yang berlaku, dan effects adalah
akibat dari tindakan-tindakan menyimpang dari standar yang berlaku.

2) Detailed Examination (Pengujian Terinci)


Pada tahap ini auditor harus mengumpulkan bukti-bukti yang cukup,
kompeten, material dan relevan untuk dapat menentukan tindakan-
tindakan apa saja yang dilakukan manajemen dan pegawai perusahaan
yang merupakan penyimpangan-penyimpangan terhadap criteria dalam
firm audit objective (tujuan pemeriksaan yang pasti), dan bagaimana
effects dari penyimpangan-penyimpangan tersebut dan besar kecilnya
effects tersebut yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

3) Report Development (Pengembangan Laporan)


Temuan audit harus dilengkapi dengan kesimpulan dan saran dan harus
direview oleh audit manager sebelum didiskusikan dengan auditee.
(sebaiknya secara tertulis)

7. Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit Manajemen


Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam audit manajemen. Secara garis
besar dapat dikelompokan manjadi lima menurut IBK Bayangkara dalam bukunya
yang berjudul “Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi” (2008:9) yang
menyebutkan lima tahapan audit manajemen, yaitu:
a. Audit Pendahuluan
Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang
terhadap objek audit yang dilakukan. Di samping itu, pada audit ini juga dilakukan
penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan dan kebijakan berkaitan
dengan aktivitas yang diaudit, serta menganalisis berbagai informasi yang telah
diperoleh untuk mengindentifikasi hal-hal yang potensial mengandung kelemahan
pada perusahaan yang diaudit. Auditor mungkin menggunakan daftar pertanyaan,
flow chart, tanya jawab, laporan manajemen, dan observasi dalam pelaksanaan
audit pendahuluan.

Daftar pertanyaan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan


masalah yang mempengaruhi efektivitas, efisiensi dan performa operasi. Auditor
kemudian akan menilai jawaban yang diperoleh, kemudian auditor
mengumpulkan bukti-bukti untuk memperkuat jawaban yang diterima. Beberapa
hal penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan audit manajemen adalah:
1) Pemahaman auditor terhadap objek audit
2) Penentuan tujuan audit
3) Penentuan ruang lingkup dan tujuan audit
4) Review terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan
dengan objek audit
5) Pengembangan kriteria awal dalam audit

b. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen


Pada tahap ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian
manajemen objek audit, dengan tujuan untuk menilai efektivitas pengendalian
manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dari hasil
pengujian ini, auditor dapat lebih memahami pengendalian yang berlaku pada
objek audit sehingga dengan lebih mudah dapat diketahui potensi-potensi
terjadinya kelemahan pada berbagai aktivitas yang dilakukan.

Jika dihubungkan dengan tujuan audit sementara yang telah dibuat pada audit
pendahuluan, hasil pengujian pengendalian manajemen ini dapat mendukung
tujuan audit sementara tersebut menjadi tujuan audit sesungguhnya, atau mungkin
ada beberapa tujuan audit sementara yang gugur, karena tidak cukup (sulit
memperoleh) bukti-bukti yang mendukung tujuan audit tersebut. Karakteristik
sistem pengendalian manajemen yang baik mencakup :
1) Pernyataan tujuan
Tujuan perusahaan dapat menunjukkan untuk apa perusahaan didirikan
dan apa yang ingin dicapai. Oleh sebab itu memahami tujuan perusahaan
berarti memahami pula mengapa suatu program/aktivitas dilaksanakan
dan bagaimana seharusnya program tersebut dilaksanakan untuk mencapai
tujuannya.
2) Rencana perusahaan
Rencana yang merupakan penjabaran dari tujuan perusahaan harus
disusun untuk mencapai sasaran perusahaan baik jangka pendek maupun
jangka panjang, yang biasanya juga diikuti dengan penentuan strategi
untuk mengimplementasikannya. Rencana biasanya disusun berdasarkan
pencapaian terbaik perusahaan pada periode sebelumnya. Oleh sebab itu
perencanaan harus diawali dengan mengidentifikasi ketersediaan sumber
daya alam, berbagai hambatan internal, peluang yang mungkin dicapai,
dan berbagai hambatan eksternal yg dihadapi.
3) Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia yang Memadai
Keberadaan SDM menjadi sangat penting karena semua wewenang dan
tanggung jawab berhubungan dengan keberadaan sumber daya manusia
tersebut. Kapasitas SDM yang harus tersedia dipengaruhi oleh dua hal
penting yaitu kualitas dan kuantitas. Karyawan yang banyak tanpa
kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan program/aktivitas yang
dilaksanakan akan menimbulkan pemborosan karena keberadaannya tidak
mampu memberikan kontribusi kepada perusahaan.
4) Kebijakan Praktek yang Sehat
Berbagai kebijakan dibuat untuk mendukung kelangsungan praktik yang
sehat di dalam perusahaan. Untuk mendukung praktik yang sehat,
berbagai kebijakan yang dibuat perusahaan harus dikomunikasikan kepada
seluruh pihak yang berkepentingan agar terjadi komunikasi timbal balik
antarkedua kelompok kepentingan utama yaitu pihak perusahaan yang
diwakili oleh manajemen (direksi) dan karyawan.
5) Sistem Review yang Efektif
Sistem review menyangkut bagaimana pihak-pihak yang berwenang
melakukan review terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan. Hal ini
merupakan suatu bentuk pengendalian terhadap proses yang berlangsung.
Manajemen harus menetapkan sasaran yang ingin dicapai dan tolak ukur
pengukuran ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan aktivitas.
Sementara auditor harus melakukan audit terhadap semua rencana yang
dibuat berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan termasuk ketersediaan
sumber daya untuk melakukan aktivitas tersebut

c. Audit Lanjutan
Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten
untuk mendukung tujuan audit yang telah dilakukan. Pada tahap ini juga
dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan
dengan temuan yang lain dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan
tujuan audit. Temuan yang cukup, relevan, dan kompeten dalam tahap ini
disajikan dalam suatu kertas kerja audit (KKA) untuk mendukung kesimpulan
audit yang dibuat dan rekomendasi yang diberikan.Kertas kerja dapat diorganisir
berdasarkan sub unit dari usaha yang diaudit (seperti berdasarkan cabang, bagian),
urutan prosedur audit dilaksanakan (seperti audit pendahuluan, bukti) atau setiap
sistem logis yang mempertinggi pemahaman auditor terhadap pekerjaan yang
dilakukan. Tujuan mengumpulkan bukti-bukti adalah untuk mendapatkan dasar
faktual dalam menilai kriteria performa yang sebelumnya diidentifikasi.
1) Mengumpulkan Tambahan Informasi Latar Belakang
Langkah ini menekankan pada usaha untuk mendapatkan data yang lebih
lengkap dalam menganalisis aktivitas yang diaudit sebagai dasar
pembuatan kesimpulan audit. Data yang diperoleh pada tahap ini
memungkinkan juga untuk diperoleh dari luar perusahaan yang memiliki
relevansi dengan kegiatan yang sedang diaudit.
2) Memperoleh Bukti
Dari sudut pandang auditor bukti adalah fakta dan informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar pembuatan kesimpulan audit. Dalam proses
audit, auditor harus dapat menganalisis dan menentukan fakta dan
informasi yang relevan, andal, dan berkaitan dengan tujuan audit. Tujuan
dari diperolehnya bukti ini adalah untuk menentukan bahwa:
 Kriteria atas kegiatan yang diaudit sudah sesuai dan dapat diterima
 Terdapat pelaksanaan yang menyimpang, merupakan penyebab
dari timbulnya akibat yang kurang menguntungkan bagi kegiatan
yang diudit
 Terdapat akibat yang cukup penting dan material dari terjadinya
perbedaan antara kondisi dengan criteria yang telah ditetapkan.
3) Membuat Ringkasan dan Mengelompokkan Bukti
Bukti-bukti yang ditemukan dalam audit kemudian diringkas dan
dikelompokkan sesuai dengan elemen tujuan audit yang meliputi: criteria,
penyebab dan akibat. Bukti-bukti yang termasuk dalam criteria adalah
keseluruhan temuan audit yang berkaitan dengan norma standar yang
ditetapkan perusahaan. Sedangkan bukti-bukti yang termasuk dalam
kelompok penyebab biasanya berupa berbagai tindakan menyimpang atau
tindakan positif yang tidak dilakukan yang merupakan sumber terjadinya
ketidakekonomisan, ketidakefisienan operasi, dan ketidakefektifan
pencapaian tujuan. Bukti-bukti yang merupakan kelompok akibat
biasanya ditemukan terlebih daahulu. Bukti-bukti ini adalah hasil
pengukuran antara penyebab yang terjadi dengan criteria yang
berhubungan dengan penyebab tersebut.
4) Pengembangan Temuan dalam Audit Lanjutan
Pengembangan temuan merupakan pengumpulan dan sintesa informasi
khusus yang bersangkutan dengan aktivitas yang diaudit, dievaluasi, dan
yang dianalisis karena diperkirakan akan menjadi perhatian dan berguna
bagi pengguna laporan. Dengan pengembangan temuan ini akan diketahui
secara lebih jelas tentang adanya penyimpangan yang terjadi, penyebab
terjadinya penyimpangan, dan akibat yang ditimbulkan dari
penyimpangan tersebut serta rekomendasi yang akan diberikan untuk
memperbaiki penyimpangan tersebut.
5) Perubahan Luas dan Arah Pengembangan Temuan
Informasi yang diperoleh selama pengembangan temuan mungkin
mengarahkan perlunya untuk melakukan perubahan arah atau tekanan
terhadap audit yang telah direncanakan atau perlu dilakukannya perluasan
atau pengurangan terhadap ruang lingkup audit. Dengan mengawasi
secara seksama terhadap perkembangan hal-hal yang mungkin merupakan
temuan, auditor akan segera bias mengambil keputusan tentang wujud
kegiatan selanjutnya.

d. Pelaporan
Tahapan ini bertujuan untuk mengomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi
yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal ini penting untuk
meyakinkan pihak manajemen tentang keabsahan hasil audit dan mendorong
pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai
kelemahan yang ditemukan.

Laporan disajikan dalam bentuk komprehensif (menyajikan temuan-temuan


penting hasil audit untuk mendukung kesimpulan audit dan rekomendasi).
Rekomendasi harus disajikan dalam bahasa operasional dan mudah dimengerti
serta menarik untuk ditindaklanjuti. Walaupun laporan formal dapat dianggap
sebagai langkah terakhir dalam manajemen audit. Laporan informal ini harus
dibuat selama audit. Sebagai contoh, apabila auditor menemukan suatu ineffisiensi
yang serius selama survei pendahuluan. Ia harus menyelidiki, menilai dan
melaporkan segera daripada menunggu audit selesai.

Bagian akhir dari proses audit manajemen adalah pelaporan hasil audit. Ada dua
cara pelaporan audit manajemen yaitu :
1) cara penyajian yang mengikuti arus informasi yang diperoleh selama
tahapan-tahapan audit
2) cara penyajian yang mengikuti arus informasi yang menitikberatkan
penyajian kepaada kepentingan para pengguna laporan hasil audit.

e. Tindak Lanjut
Sebagai tahap akhir dari audit manajemen, tindak lanjut bertujuan untuk
mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut sesuai
dengan rekomendasi yang diberikan. Auditor tidak memiliki wewenang untuk
mengharuskan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Oleh
karena itu, rekomendasi yang disajikan dalam laporan audit seharusnya sudah
merupakan hasil diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan
tindakan perbaikan tersebut.

Suatu rekomendasi yang tidak disepakati oleh objek audit akan sangat
berpengaruh pada pelaksanaan tindak lanjutnya. Hasil audit menjadi kurang
bermakna apabila rekomendasi yang diberikan tidak ditindaklanjuti oleh pihak
yang diaudit.

You might also like