You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam


sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. (Wasdinar, 2007).
Anaemia pada kehamilan yaitu kondisi wanita hamil bila kadar hemoglobin
(Hb) kurang dari 10gr% yang normalnya 12-15 gr%. (Fatmawati,2011).
Sedangkan menurut Atikah (2011), anemia pada ibu hamil adalah
kekurangan zat besi dalam tubuh.

Anemia secara umum merupakan salah satu masalah yang terjadi di


Indonesia, penyebab anemia yang paling banyak terjadi karena kekurangan
zat besi. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data, namun
cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03 (tahun
2007) menjadi 48,14% (tahun 2008) (Depkes RI, 2008).

1.2 Rumusan Makalah


Makalah ini hanya membahas mengenai pengertian Anemia, anatomi
dan fisiologi, klasifikasi, Etiologi, Patofisiologi, tanda dan gejala,
Penatalaksanaan, dan komplikasi

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Anemia
2. Menjelaskan anatomi dan fisiologi Anemia
3. Menjelaskan klasifikasi Anemia
4. Menjelaskan etiologi Anemia
5. Menjelaskan patofisiologi Anemia
6. Menjelaskan tanda dan gejala Anemia
7. Menjelaskan penatalaksanaan Anemia.
8. Menjelaskan komplikasi Anemia

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Dengan
demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan
melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium.

2.2 Anatomi dan Fisiologi


Gambar komponen darah
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai
fungsi sangat penting dalam tubuh yaitu transportasi. Darah mempunyai dua
komponen yaitu komponen padat dan komponen cair. Fungsi transportasi
darah adalah membawa dan mengantarkan nutrisi dan oksigen dari usus dan
paru-paru kepada sel diseluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme
ke ogan-organ pembuangan. Darah juga membawa dan menghantar
hormon-hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasarannya. Ia mengangkut
enzim, zat buffer, elektrolit, dan berbagai zat kimia untuk didistribusikan ke
seluruh tubuh.
Peran penting dilakukan juga oleh sel darah, yaitu pengaturan suhu
tubuh karena dengan cara konduksi ia membawa panas tubuh dari pusat-
pusat produksi panas untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan ke
permukaan tubuh yang pada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya
homeostatis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusia bervariasi
tergantung berat badan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah
70cc/kgBB. Bagian padat darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit.

2
Bagian padat darah merupakan 45% dari seluruh volume darah, 55% adalah
plasma yang merupakan komponen cair darah.
a. Sel darah merah atau eritrosit
Bentuknya bulat pipih dengan cekungan di tengahnya. Sel darah
merah normal tidak mempunyai inti sel, diameternya 7 mikron yang
bersifat kenyal sehingga bisa berubah bentuk menyesuaikan pembuluh
darah yabg dilaluinya.
Sel darah merah dibuat di dalam sumsum tulang. Rata-rata umur
hidup sel darah merah sekitar 105-120 hari. Kemudian sel menjadi
usang dan dihancurkan dalam system retikuloendoteal. Terutama di
limfa dan hati. Globin dan globulin diubah menjadi asam amino untuk
digunakan sebagai protein dalam jaringan dan zat besi dalam hem dari
hemoglobin diubah menjadi glirubin dan bili verdin yang berwarna
kehijau-hijauan. Jumlah hemoglobin pada laki-laki 14-16% dan pada
wanita 12-14%.

b. Sel darah putih atau leukosit


Fungsi utama sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh
dengan cara menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang
masuk. Ada 5 jenis leukosit :
1) Neutrofil (65%-75%)
2) Eosinofil (2%-5%)
3) Basofil (0,5%-1%)
4) Limfosit (20%-25%)
5) Monosit (3%-8%)

Leukosit berwarna kuning dan bentuknya lebih besar dari sel


darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Leukosit sebagai bala
tentara pertahanan dikerahkan ke tempat-tempat terjadi infeksi dan
jumlahnya pu dapat dilipatgandakan dalam keadaan infeksi. Leukosit
bersama-sama dengan system makrofag jaringan yaitu hepar,limfa,

3
sumsum tulang, alveoli paru serta kelenjar getah melakukan
fagositosis terhadap kuman atau virus yang masuk. Jumlah leukosit
adalah 5000-9000/mm3 darah. Bila jumlah leukosit berkurang disebut
leukopenia. Sedangkan bila tubuh tidak membuat leukosit sama sekali
disebut Agranulositosis.

c. Trombosit atau keping-keping darah


Trombosit berbentuk keeping-keping yang merupakan bagian-
bagian kecil dari sel yang besar yang membuatnya yaitu megakaryosit.
Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru dan limfa. Ukurannya
kecil sekitar 2-4 mikron. Umur peredarannya hanya berkisar 10 hari
Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan :
1) Daya aglutinasi (membeku atau menggumpal)
2) Daya adesi (saling melekat)
3) Daya agregasi (berkelompok)
4) Jumlah trombosit di dalam tubuh antara 150.000-350.000
keping/mm3 darah.

 Fungsi trombosit yaitu :


a. Hemostasis (penghentian aliran darah/ perdarahan)
b. Pembekuan darah
Bila ada kerusakan pembuluh darah, trombosit akan berkumpul di
daerah tersebut dan menutup lubang bocoran dengan cara saling
melekat, berkelompok dan menggumpalyang kemudian dilanjutkan
dengan proses pembekuan darah.
Trombosit mempunyai dua zat, prostaglandin dan tromboxan yang
akan keluar bila ada kerusakan pembuluh darah. Zat ini juga dapat
menimbulkan efek vasokontriksi sehingga aliran darah berkuang
dan membantu proses pembekuan darah.

c. Plasma

4
Plasma terdiri dari 91-92% air yang berperan sebagai medium
transfor dan 7-9% terdiri dari zat padat (protein seperti albumin,
globulin, fibrinogen, juga ada unsure natrium, kalium, kalsium,
fosfor, bese, asam amino, kolesterol, glukosa, dan enzim). Albumin
yang dibentuk di hati merupakan 53% dari seluruh protein serum,
berperan dalam mempertahankan volume darah dengan menjaga
tekanan osmotic koloid,pH dan keseimbangan elektrolit.

2.3 Klasifikasi
Anemia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Pendekatan
fisiologis akan menuntun apakah defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh efek produksi sel darah merah atau (anemia
hipoproliferatifa) atau oleh dekstruksi sel darah merah (anemia hemolitika).
Anemia hipoproliferatif

1. Anemia aplastic
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan precursor dalam
sumsum tulang dan penggantian sumsu tulang dengan lemak. Dapat
terjadi secara congenital maupun didapat. Dapat juga idiopatik ( dalam
hal ini, tanpa penyebab yang jelas ), dan merupakan penyebab utama.
Berbagai macam infeksi dan kehamilan dapat mencetuskannya, atau
dapat pula disebabkan oleh obat. Bahan kimia, atau kerusakan radiasi.
Bahan yang sering menyebabkan aplasia sumsum tulang meliputi
benzene dan turunan benzene ( misalnya perekat pesawat terbang ),
obat anti tumor seperti nitrogen mustard, anti metabolic termasuk
meotrexate dan 6-merkaptopurin, dan berbagai bahan toksit seperti
arsen anorganik.
Dalam berbagai keadaan, anemia aplastik terjadi saat obat atau
bahan kimia masuk dalam jumlah toksit. Namun, pada beberapa orang
dapat timbul pada dosis yang dianjurkan untuk pengobatan. Kasus
terakhir dapat dianggap sebagai reaksi obat idiosinkrasia pada orang

5
yang sangat peka dengan alasan yang tidak jelas. Apabila pejanannya
segera dihentikan dapat diharapkan penyembuhan yang segera dan
sempurna.

2. Anemia pada penyakit ginjal


Derajat anemia yang terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal
tahap akhir sangat berfariasi, tetapi secara umum terjadi pada pasien
dengan nitrogen urea darah yang lebih dari 10mg/dl. Hematokrit
biasanya menurun sampai antara 20 % dan 30%, meskipun pada
beberapa kasus jarang mencapai dibawah 15%.
Anemia ini disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel
darah merah maupun defisiensi eritropoetin. Beberapa eritropoetin
terbukti diproduksi diluar ginjal, karena terdapat eritropoesis yang
masih terus berlangsung, bahkan pada pasien yang ginjalnya telah
diangkat

3. Anemia pada penyakit kronis


Berbagai penyait inflamasi kronis berhubungan dengan anemia
jenis normositik normokromik ( sel darah merah dengan ukuran dan
warna yang abnormal ). Kelainan ini meliputi arthritis rematoid, abses
paru, osteomielitis, tuberculosis, dan berbagai keganasan.
Anemia biasanya ringan, berkembang secara bertahap selama 6- 8
minggu dan normal kembali pada kadar hematokrit kurang dari 25%.
Hemoglobin jarang turun sampai dibawah 9 g/dl dan sumsum tulang
mempunyai peningkatan selularitas normal dengan peningkatan
cadangan besi. Pasien tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemia nya. Dengan keberhasilan penanganan
kelainan yang mendasarinya besi sumsum tulang digunakan untuk
membuat darah, sehingga hemoglobin meningkat

4. Anemia defisiensi besi

6
Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana keadaan
kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat normal. Penyebab
tersering defisiensi besi pada pria dan wanita pasca menopouese adalah
perdarahan atau malabsorpsi, terutama setelah reseksi gaster. Pada
wanita premenopouse adalah menoragia atau pendarahan menstruasi
berlebih. Pasien dengan alkoholisme kronis sering mengalami ketidak
cukupan asupan besi dan kehilangan besi akibat kehilangan darah dari
traktus gastrointestinal dan menimbulkan anemia.

5. Anemia megaloblastic
Disebabkan oleh defisiensi B12 dan asam folat menunjukan
perubahan yang sama antara sumsum tulang dan darah tetapi kedua
vitamin tersebut esensial bagi sintesis DNA normal. Pada setiap kasus,
terjadi hyperplasia sumsum tulang, dan precursor eritroid dan myeloid
besar dan aneh; beberapa mengalami multi nukleasi. Tetapi, beberapa
sel ini mati dalam sumsum tulang, sehingga jumlah sel matang yang
menimbulkan sumsum tulang menjadi sedikit, terjadilah pansitopenia.
Pada keadaan lanjut, hb dapat turun 4-5g/dl, hitung se darah putih 2000-
3000 per mm3, dan hitungan trombosit kurang dari 50000 mm3 .sel
darah merah besar dan PMN hipersegmen.
a. Defisiensi vitamin B12
Dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Gangguan ini jarang sebagai
akibat asupan diet yang tidak addekuat, namun dapat terjadi pada
vegetarian yang tidak makan daging sama sekali. Gangguan
absorpsi traktus GI lebih sering terjadi.
b. Defisiensi asam folat
Merupakan vitamin lain yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah yang normal. Simpanan folat dalam tubuh jauh leih
kecil dibandingkan vitamin B12.sehinga lebih sering di jumpai
defisiensi folat dalam diet.

7
6. Anemia hemolitika
Pada anemia ini eritrosit memiliki rentang usia yang memendek.
Sumsum tulang biasanya mampu mengkompensasi sebagian dengan
memproduksi sel darah merah baru tiga kali atau lebih dibanding
kecepatan normal. Konsekuensinya semua anemia jenis ini mempunyai
gambaran laboratories yang sama : 1. Jumlah retikulosit meningkat, 2.
Fraksi bilirubin indirek meningkat dan 3. Haptoglobin biasanya rendah .
sumsum tulang menjadi hiperseluler akibat proliferasi eritrosit.

2.4 Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan
asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti
perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan
sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
a. Perdarahan hebat
b. Kecelakaan
c. Pembedahan
d. Persalinan
e. Pecah pembuluh darah
f. Penyakit Kronik (menahun)
g. Perdarahan hidung
h. Wasir (hemoroid)
i. Tumor ginjal atau kandung kemih
j. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
k. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
l. Kekurangan zat besi
m. Kekurangan vitamin B12
n. Kekurangan asam folat
o. Kekurangan vitamin C

8
p. Penyakit kronik
q. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
r. Pembesaran limpa
s. Kerusakan mekanik pada sel darah merah
t. Penyakit sel sabit

2.5 Patofisologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum
tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat
akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system
fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang
terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan
dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai
rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit).
Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ
tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang.
Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah
satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang

9
memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak
bisa diperbaiki.

2.6 Tanda dan Gejala


Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik,
gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan
perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi
abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya
keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni
lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa
dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya
sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga
dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung.

2.7 Penatalaksanaan
a) Tindakan umum :Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk
mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

10
b) Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :Mengatur makanan yang mengandung zat
besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging,
telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok
dengan pemberian cairan dan transfusi darah.

2.8 Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang.
Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang
batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas,
jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah
lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani
dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi
janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam


sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. (Wasdinar, 2007).
Anaemia pada kehamilan yaitu kondisi wanita hamil bila kadar hemoglobin
(Hb) kurang dari 10gr% yang normalnya 12-15 gr%. (Fatmawati,2011).
Sedangkan menurut Atikah (2011), anemia pada ibu hamil adalah
kekurangan zat besi dalam tubuh.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan WHO 40% kematian ibu
dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan
kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
pendarahan akut yang saling berinteraksi. Hasil persalinan pada wanita
hamil yang menderita anemia defisiensi besi adalah 12-28% angka kematian
janin, 30% kematian perinatal, dan 7-10% angka kematian neonatal.

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini
sangat dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat
lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

13

You might also like