Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Anemia
2. Menjelaskan anatomi dan fisiologi Anemia
3. Menjelaskan klasifikasi Anemia
4. Menjelaskan etiologi Anemia
5. Menjelaskan patofisiologi Anemia
6. Menjelaskan tanda dan gejala Anemia
7. Menjelaskan penatalaksanaan Anemia.
8. Menjelaskan komplikasi Anemia
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Dengan
demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan
melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium.
2
Bagian padat darah merupakan 45% dari seluruh volume darah, 55% adalah
plasma yang merupakan komponen cair darah.
a. Sel darah merah atau eritrosit
Bentuknya bulat pipih dengan cekungan di tengahnya. Sel darah
merah normal tidak mempunyai inti sel, diameternya 7 mikron yang
bersifat kenyal sehingga bisa berubah bentuk menyesuaikan pembuluh
darah yabg dilaluinya.
Sel darah merah dibuat di dalam sumsum tulang. Rata-rata umur
hidup sel darah merah sekitar 105-120 hari. Kemudian sel menjadi
usang dan dihancurkan dalam system retikuloendoteal. Terutama di
limfa dan hati. Globin dan globulin diubah menjadi asam amino untuk
digunakan sebagai protein dalam jaringan dan zat besi dalam hem dari
hemoglobin diubah menjadi glirubin dan bili verdin yang berwarna
kehijau-hijauan. Jumlah hemoglobin pada laki-laki 14-16% dan pada
wanita 12-14%.
3
sumsum tulang, alveoli paru serta kelenjar getah melakukan
fagositosis terhadap kuman atau virus yang masuk. Jumlah leukosit
adalah 5000-9000/mm3 darah. Bila jumlah leukosit berkurang disebut
leukopenia. Sedangkan bila tubuh tidak membuat leukosit sama sekali
disebut Agranulositosis.
c. Plasma
4
Plasma terdiri dari 91-92% air yang berperan sebagai medium
transfor dan 7-9% terdiri dari zat padat (protein seperti albumin,
globulin, fibrinogen, juga ada unsure natrium, kalium, kalsium,
fosfor, bese, asam amino, kolesterol, glukosa, dan enzim). Albumin
yang dibentuk di hati merupakan 53% dari seluruh protein serum,
berperan dalam mempertahankan volume darah dengan menjaga
tekanan osmotic koloid,pH dan keseimbangan elektrolit.
2.3 Klasifikasi
Anemia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Pendekatan
fisiologis akan menuntun apakah defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh efek produksi sel darah merah atau (anemia
hipoproliferatifa) atau oleh dekstruksi sel darah merah (anemia hemolitika).
Anemia hipoproliferatif
1. Anemia aplastic
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan precursor dalam
sumsum tulang dan penggantian sumsu tulang dengan lemak. Dapat
terjadi secara congenital maupun didapat. Dapat juga idiopatik ( dalam
hal ini, tanpa penyebab yang jelas ), dan merupakan penyebab utama.
Berbagai macam infeksi dan kehamilan dapat mencetuskannya, atau
dapat pula disebabkan oleh obat. Bahan kimia, atau kerusakan radiasi.
Bahan yang sering menyebabkan aplasia sumsum tulang meliputi
benzene dan turunan benzene ( misalnya perekat pesawat terbang ),
obat anti tumor seperti nitrogen mustard, anti metabolic termasuk
meotrexate dan 6-merkaptopurin, dan berbagai bahan toksit seperti
arsen anorganik.
Dalam berbagai keadaan, anemia aplastik terjadi saat obat atau
bahan kimia masuk dalam jumlah toksit. Namun, pada beberapa orang
dapat timbul pada dosis yang dianjurkan untuk pengobatan. Kasus
terakhir dapat dianggap sebagai reaksi obat idiosinkrasia pada orang
5
yang sangat peka dengan alasan yang tidak jelas. Apabila pejanannya
segera dihentikan dapat diharapkan penyembuhan yang segera dan
sempurna.
6
Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana keadaan
kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat normal. Penyebab
tersering defisiensi besi pada pria dan wanita pasca menopouese adalah
perdarahan atau malabsorpsi, terutama setelah reseksi gaster. Pada
wanita premenopouse adalah menoragia atau pendarahan menstruasi
berlebih. Pasien dengan alkoholisme kronis sering mengalami ketidak
cukupan asupan besi dan kehilangan besi akibat kehilangan darah dari
traktus gastrointestinal dan menimbulkan anemia.
5. Anemia megaloblastic
Disebabkan oleh defisiensi B12 dan asam folat menunjukan
perubahan yang sama antara sumsum tulang dan darah tetapi kedua
vitamin tersebut esensial bagi sintesis DNA normal. Pada setiap kasus,
terjadi hyperplasia sumsum tulang, dan precursor eritroid dan myeloid
besar dan aneh; beberapa mengalami multi nukleasi. Tetapi, beberapa
sel ini mati dalam sumsum tulang, sehingga jumlah sel matang yang
menimbulkan sumsum tulang menjadi sedikit, terjadilah pansitopenia.
Pada keadaan lanjut, hb dapat turun 4-5g/dl, hitung se darah putih 2000-
3000 per mm3, dan hitungan trombosit kurang dari 50000 mm3 .sel
darah merah besar dan PMN hipersegmen.
a. Defisiensi vitamin B12
Dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Gangguan ini jarang sebagai
akibat asupan diet yang tidak addekuat, namun dapat terjadi pada
vegetarian yang tidak makan daging sama sekali. Gangguan
absorpsi traktus GI lebih sering terjadi.
b. Defisiensi asam folat
Merupakan vitamin lain yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah yang normal. Simpanan folat dalam tubuh jauh leih
kecil dibandingkan vitamin B12.sehinga lebih sering di jumpai
defisiensi folat dalam diet.
7
6. Anemia hemolitika
Pada anemia ini eritrosit memiliki rentang usia yang memendek.
Sumsum tulang biasanya mampu mengkompensasi sebagian dengan
memproduksi sel darah merah baru tiga kali atau lebih dibanding
kecepatan normal. Konsekuensinya semua anemia jenis ini mempunyai
gambaran laboratories yang sama : 1. Jumlah retikulosit meningkat, 2.
Fraksi bilirubin indirek meningkat dan 3. Haptoglobin biasanya rendah .
sumsum tulang menjadi hiperseluler akibat proliferasi eritrosit.
2.4 Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan
asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti
perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan
sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
a. Perdarahan hebat
b. Kecelakaan
c. Pembedahan
d. Persalinan
e. Pecah pembuluh darah
f. Penyakit Kronik (menahun)
g. Perdarahan hidung
h. Wasir (hemoroid)
i. Tumor ginjal atau kandung kemih
j. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
k. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
l. Kekurangan zat besi
m. Kekurangan vitamin B12
n. Kekurangan asam folat
o. Kekurangan vitamin C
8
p. Penyakit kronik
q. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
r. Pembesaran limpa
s. Kerusakan mekanik pada sel darah merah
t. Penyakit sel sabit
2.5 Patofisologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum
tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat
akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system
fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang
terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan
dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai
rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit).
Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ
tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang.
Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah
satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang
9
memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak
bisa diperbaiki.
2.7 Penatalaksanaan
a) Tindakan umum :Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk
mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
10
b) Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :Mengatur makanan yang mengandung zat
besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging,
telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok
dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
2.8 Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang.
Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang
batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas,
jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah
lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani
dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi
janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini
sangat dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat
lebih baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
13