You are on page 1of 6

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 10, Nomor 1, Januari 2022


ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI GUDANG FARMASI PUSKESMAS


KARANGMALANG KOTA SEMARANG

Novisa Hamdani1*, Fitri Indrawati1


1
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang
*Corresponding author : novisahamdani7499@gmail.com

ABSTRACT
The highest increase of damaged or expired drugs at Karangmalang Healthcare Center in 2020 was 48,060 drugs,
caused a stock accumulation. As of January to March 2021, it was reported that 2,739 drugs were damaged or
expired and out of stock during the pandemic. Stock outs and stagnant drug could result in drug logistics
management not going well. The purpose of this study was to determine the logistics management of drugs in the
pharmacy warehouse of Karangmalang Pimary Healthcare Center Semarang City. Qualitative study was applied
in this research. The informant is an employee of the Karangmalang Primary Healthcare Center Semarang City,
with purposive sampling. Data is processed and presented in narrartive form. From the input aspect, it was found
that in terms of funds, it was quite good, but for drug management staff there had never been any training,
inadequate facilities and infrastructure and incomplete prosecures. Aspects of the process for planning and
procurement often occur vacancies, inadequate drug storage because it had a small building size, as well as
recording and report in there were still missed drugs or even excess stock which result in a lot of damaged/expired
drugs. The output aspect of drug availability is currently in accordance with the needs, but its implementation
had not been effective and efficient because there were still vacancies, expired/damaged, and missed
drugs.Suggenstions for the Karangmalang Primary Healthcare is to carry out routine evaluations of drug
management and renovate inadequate drug storage warehouse.

Keywords : Drug Logistsics Management, Pharmacy Warehouse, Primary Healthcare

PENDAHULUAN Unit Pelaksana Teknis Daerah Kota Semarang. Oleh


Manajemen obat merupakan rangkaian karena itu diketahui bahwa manajemen logistik di
kegiatan terpenting yang mendapatkan alokasi dana gudang farmasi Pukesmas Karangmalang Kota
pemerintah sebesar 40-50% dari dana alokasi Semarang setiap tahun terdapat obat rusak atau
pembangunan kesehatan yang menyangkut aspek kadaluwarsa. Dalam tiga tahun terakhir pelaporan
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan obat rusak atau kadaluwarsa tetap ditemukan, pada
pendistribusian obat yang dikelola secara optimal tahun 2018 terdapat 33.959 obat rusak atau
untuk menjamin tercapainya jumlah dan jenis kadaluwarsa, di tahun 2019 terdapat 18.038 obat
perbekalan farmasi dan alat kesehatan (1). rusak atau kadaluwarsa, dan di tahun 2020 terdapat
Berdasarkan laporan kinerja Direktorat 48.060 obat rusak atau kadaluwarsa. Pada Tahun
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan tingkat 2021 sudah terdapat juga obat rusak atau
ketersediaan obat essensial di kabupaten/kota tahun kadaluwarsa per bulan Januari sampai dengan Maret
2020 sebesar 83,75%. Namun di Provinsi Jawa sebanyak 2.739 obat rusak atau kadaluwarsa.
Tengah capaian persentase kabupaten/kota dengan Kenaikan Jumlah obat rusak atau kadaluwarsa setiap
ketersediaan obat essensial masih di bawah target tahunnya belum dapat diminimalisir sehingga terjadi
nasional sebesar 71,43% yang dimana hanya penumpukan stok obat. Kekosongan obat juga
71,43% kabupaten/kotanya yang tersedia dari target terjadi akibat meningkatnya kasus Covid-19 di
85% obat essensial (40 item obat indikator). Dengan wilayah Puskesmas Karangmalang dan waktu
adanya permasalahan COVID-19 di Indonesia dapat tunggu yang lama untuk mendapatkan kiriman obat
memberi dampak bagi Dinas Kesehatan Provinsi dari pusat ataupun distributor. Selain itu gudang
dan Kabupaten/Kota sehingga tidak semua provinsi tempat penyimpanan obat di Farmasi Puskesmas
dan kabupaten/kota melakukan pemantauan, Karangmalang Kota Semarang tidak memadai
pencatatan dan pelaporan indikator terkait sehingga terlihat banyak tumpukan-tumpakan dus
ketersediaan obat. Serta beberapa item obat obat di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa
indikator masih terdapat di Dinas Kesehatan manajemen logistik obat belum berjalan dengan
Provinsi belum terdistribusi merata ke semua baik.
kabupaten/kota (2). Penelitian manajemen obat di Puskesmas
Puskesmas Karangmalang merupakan unit sebelumnya pernah dilakukan di Puskesmas Lubuk
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Semarang Buaya Kota Padang Tahun 2017 menunjukkan
yang bertanggung jawab meneyelenggarakan bahwa belum berjalan dengan baik terkait
pembangunan kesehatan di wilayah kerja sebagai perencanaan dan pengadaan obat masih terdapat

130
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 1, Januari 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

permasalahan pada sistem E-katalog sehingga Jenis penelitian ini menggunakan metode
terjadinya kekosongan obat dan pada penyimpanan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif
obat ukuran gudang tidak memenuhi standar dan melalui teknik indepth interview (wawancara
obat belum disusun sesuai abjad (3). Penelitian yang mendalam). Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni
lain juga pernah dilakukan di Puskesmas Bulu Lor 2021 di Puskesmas Karangmalang Kota Semarang.
Kota Semarang menunjukkan bahwa mengalami Pengambilan sampel menggunakan purposive
Out Off Stock (kehabisan stok) serta megalami sampling dengan jumlah sampel sebanyak 8
kekurangan SDM (Sumber Daya Manausia) informan yang terdiri dari 3 informan utama dan 5
khususnya pada apoteker sehingga dapat informan triangulasi. Instrumen yang digunakaan
mengganggu kinerja dalam membuat LPLPO adalah pedoman wawancara, observasi, dan
(Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) dokumentasi. Data dianalisis dan disajkan dalam
dan dalam melayani pasien (4). bentuk narasi.
Berdasarkan penjelasan diatas maka
penelitian ini diperlukan untuk mengetahui HASIL DAN PEMBAHASAN
bagaimana analisis manajemen logistik obat di 1. Karakteristik Subyek Penelitian
gudang farmasi Puskesmas Karangmalang Kota Subyek penelitian dalam penelitian ini sebanyak 8
Semarang. informan dengan usia berkisar antara 26-55 tahun.
Pendididkan terakhir yang ditempuh yaitu diploma
METODE PENELITIAN III dan sarjana. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Informan


Subyek penelitian Umur Pendidikan Jabatan
Informan Utama 1 27 S1 Profesi Apoteker Apoteker
Informan Utama 2 29 D3 Farmasi Tenaga Teknis Apoteker
Informan Utama 3 47 D3 Farmasi Tenaga Teknis Apoteker
Informan Triangulasi 1 50 S1 Kedokteran Kepala Puskesmas
Informan Triangulasi 2 30 S1 Kedokteran Dokter Umum
Informan Triangulasi 3 53 S1 Kedokteran Gigi Dokter Gigi
Informan Triangulasi 4 34 S1 Kesehatan Masyarakat Bendahara
Informan Triangulasi 5 34 D3 Farmasi Asisten Apoteker Penyelia

2. Input pembayaran listrik, pembayaran telepon, dan lain-


a. SDM lain.
SDM dalam pengelolaan obat di Farmasi Hal ini sesuai dengan penelitian yang
Puskesmas Karangmalang Kota Semarang pernah dilakukan oleh Misi, dkk tahun 2020 bahwa
berjumlah 3 orang yang terdiri dari 1 orang apoteker dana yang dialokasikan tidak semua digunakan
dan 2 orang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). untuk pembelian obat-obatan tetapi untuk pembelian
Menurut Permenkes RI No 74 Tahun 2016 sudah kebutuhan non medis seperti laboratorium, bahan
memenuhi beban kerja dengan rasio kunjungan rontgen, dan bahan medis habis pakai (5).
pasien sebanyak 50 (lima puluh) pasien perhari baik c. Sarana dan Prasarana
rawat inap maupun rawat jalan. Namun berdasarkan Kegiatan manajemen logistik obat dapat
wawancara dengan informan dapat disimpulkan dipengaruhi oleh lengkap atau tidaknya sarana dan
bahwa pelatihan SDM mengenai manajemen prasarana yang dimiliki. Berdasarkan kesimpulan
pengelolaan obat belum pernah dilakukan. Hal ini dari semua subyek penelitian bahwa di Gudang
dapat mempengaruhi pengetahuan, keterampilan, Farmasi Puskesmas Karangmalang kegiatan belum
dan perilaku tenaga farmasi. terlaksana dengan lancar karena sarana dan
b. Anggaran prasarana yang dilihat belum cukup atau kurang
Dari hasil penelitian, semua subyek memadai. Terlihat dari kondisi AC yang rusak dapat
penelitian menyatakan bahawa anggaran di menyebabkan suhu di gudang tempat penyimpanan
Puskesmas Karangmalang berasal dari Anggaran obat tidak terkontrol. Selain itu, kondisi gudang
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) serta dari yang dirasa kurang luas sehingga terlihat tumpukan
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) merupakan barang-barang yang menyebabkan tidak
dana murni dari pendapatan puskesmas itu sendiri maksimalnya kerja petugas dalam melakukan
yang didaptkan dari retribusi pasien, kapitasi BPJS, penyimpanan obat di gudang farmasi.
dan klaim rawat inap ataupun klaim persalinan. Diketahui bahwa luas gudang penyimpanan
Anggaran dapat digunakan untuk belanja obat dan 2,7 x 4 m² sedangkan menurut Depkes RI 2010
bahan medis habis pakai, alat-alat kesehatan, dalam Pelatihan Manajemen Kefarmasian di

131
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 1, Januari 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Puskesmas menyebutkan bahwa luas gudang Namun dalam proses perencanaan obat di
penyimpanan obat minimal 3 x 4 m². Hal tersebut Puskesmas Karangmalang permintaan obat tidak
tidak sesuai dengan persyaratan minimal luas terealisasikan 100%. Hal ini dapat menyebabkan
gudang. Oleh karenanya kurangnya sarana dan obat mengalami jumlah yang berlebihan atau
prasarana yang ada mengakibatkan kegiatan stagnant. Selain itu, kekosongan obat dari Pedagang
pengelolaan obat tidak terlaksana dengan baik (3). Besar Farmasi (PBF) yang menyebabkan beberapa
d. Prosedur SOP obat mengalami stock out. Dengan demikian
Dari hasil penelitian, semua subyek kejadian obat stagnant dan stock out mengakibatkan
penelitian menyatakan bahwa pelaksanaan prosedur kerugian sehingga berepengaruh terhadap
yang dibuat dan berlaku di Farmasi Puskesmas pelaksanaan sistem manajemen logistik yang kurang
Karangmalang sudah dijalankan oleh petugas yang baik (8).
melalukan pengelolaan obat, meskipun dalam b. Pengadaan
pelaksanaan terkadang tidak menerapkan dengan Pengadaan merupakan kegiatan untuk
sempurna karena beberapa faktor seperti padatnya merealisasikan kebutuhan obat yang sudah
kegiatan saat ini sebab melonjaknya kasus COVID- direncanakan. Tujuan pengadaan yaitu untuk
19 sehingga pekerjaan harus ditunda pada akhirnya memenuhi kebutuhan obat dan bahan medis habis
menumpuk. Namun hal tersebut tidak berpengaruh pakai (9).
signifikan terhadap manajemen logistik obat. SOP Dari semua pertanyaan mengenai
manajemen logistik obat di Farmasi Puskesmas pengadaan obat di Farmasi Puskesmas
Karangmalang belum sesuai. Karangmalang Kota Semarang dapat diambil
Hal ini didapatkan dari hasil observasi yang kesimpulan bahwa proses pengadaan obat dilakukan
dilakukan bahwa tidak lengkapnya SOP yang 1 kali dalam sebulan atau lebih sesuai kebutuhan di
dimiliki dalam proses manajemen logistik obat yang Farmasi. Pembelian obat dapat dilakukan dengan 2
meliputi tahap perencanaan, penerimaan, cara yaitu pengadaan mandiri dan pengadaan
pengadaan, pencatatan dan pelaporan obat. Dengan dropping dari Instalasi Farmasi. Namun waktu
begitu adanya ketidaklengkapan prosedur dapat tunggu obat datang yang lama dapat mengakibatkan
menghambat proses pengelolaan obat terlebih lagi terjadinya kekosongan obat dari Instalasi Farmasi
kegiatan yang dilakukan sudah menjadi rutinitas Dinas Kesehatan maupun dari PBF (Pedagang Besar
harian (6). Farmasi).
Adanya obat kosong ataupun kadaluwarsa
3. Proses mengakibatkan proses pengelolaan obat tidak
a. Perencanaan berjalan efektif dan efisien sehingga perlu dilakukan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI evaluasi terhadap manajemen obat (10).
No 74 Tahun 2016 perencanaan kebutuhan obat Oleh karena itu untuk meminimalisir
merupakan kegiatan menentukan jumlah dan jenis kejadian kekosongan obat atau stock out perlu
obat yang bertujuan untuk meningkatkan dilakukan evaluasi mengenai perencanaan
keefektifan dan keefesienan dalam pemenuhan pengadaan kebutuhan obat pemantauan obat secara
kebutuhan obat. berkala serta bekerjasama secara baik dengan
Dari semua pertanyaan mengenai distributor sehingga dapat memenuhi kebutuhan
perencanaan obat di Farmasi Puskesmas obat dengan tepat sesuai kebutuhan.
Karangmalang Kota Semarang dapat diambil c. Penerimaan
kesimpulan bahwa pemilihan jenis obat berdasarkan Penerimaan obat merupakan proses
Formularium Nasional (Fornas) dan disesuaikan diterimanya obat setelah dilakukan proses
dengan jumlah kunjungan pasien. Perhitungan pembelian ke distributor maupun Instalasi Farmasi
perkiraan jenis obat dengan melihat stok persediaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan
obat satu bulan ditambah buffer stok. Dalam proses jumlah permintaan (11).
perencanaan penentuan kebutuhan obat Dari semua pertanyaan mengenai
menggunakan metode konsumsi dengan penerimaan obat di Farmasi Puskesmas
memperhatikan pola pemakaian obat paling banyak Karangmalang Kota Semarang dapat diambil
pada periode sebelumnya. Hal tersebut sesuai kesimpulan bahwa proses penerimaan obat dimulai
dengan pernyataan informan triangulasi bahwa dari memeriksa kondisi obat sudah sesuai dengan
metode konsumsi yang dipakai dalam proses jumlah, jenis, masa kadaluwarsa, kemudian setelah
perencanaan. obat diterima, menginput obat di dalam Sistem
Penelitian ini sejalan dengan Hiborang, dkk Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus). Hal ini
tahun 2016 yang menyebutkan bahwa metode yang sesuai dengan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
digunakan dalam merencanakan kebutuhan obat di Kefarmasian tahun 2019.
puskesmas mengacu pada kebutuhan obat Namun dalam proses penerimaan terdapat
sebelumnya ditambah 10% pola konsumsi (7). obat yang expired masa kadaluwarsanya pendek.

132
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 1, Januari 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hal ini mengakibatkan obat cepat kadaluwarsa. farmasi harus mengecek sisa stok obat kemudian
Penyebab obat kadaluwarsa dipengaruhi oleh mencatat obat yang akan dikeluarkan dan disertai
adanya perubahan pola peresepan dan kurangnya tanda tangan oleh pengelola obat. Hal ini sesuai
skrinning saat penerimaan obat sehigga didapatkan dengan Petunjuk Tenis Standar Pelayanan
obat yang diterima memiliki Expired Date (ED) Kefarmasian tahun 2019.
pendek (12). Namun, dalam pelaksanaannya masih
Oleh karena itu untuk meminimalisir kurang baik karena obat yang diminta terkadang
kejadian obat kadaluwarsa dilakukan dengan cara datang telambat karena masih dalam pemesanan
penghabisan ataupun mendahulukan pengeluaran atau bahkan kosong. Banyak sedikitnya jumlah
obat yang akan mendekati ED. permintaan obat dapat mempengaruhi proses
d. Penyimpanan pendistribusian obat di Farmasi Puskesmas
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan Karangmalang. Sebab pendistribusian dapat
menyimpan dengan cara menempatkan obat yang dilakukan apabila ketersediaan obat memenuhi di
diterima pada tempat yang aman, terhindar dari gudang farmasi namun, pendistribusian tidak dapat
kerusakan fisik atau kehilangan supaya mutu obat dilakukan apabila ketersediaan obat di gudang
tetap terjamin (11). farmasi tidak memenuhi.
Dari semua pertanyaan mengenai Sehingga untuk menghindari kejadian
penyimpanan obat di Gudang Farmasi Puskesmas tersebut sebaiknya pihak farmasi lebih
Karangmalang Kota Semarang dapat diambil meningkatkan pemantauan obat secara berkala
kesimpulan bahwa proses penyimpanan sudah supaya dapat meminimalisir adanya obat kosong.
dilaksanakan sesuai Standar Operasional Prosedur f. Pengendalian
(SOP) dengan menerapkan metode First In First Out Pengendalian persediaan merupakan suatu
(FIFO) atau First Expired Firs Out (FEFO) yang kegiatan untuk memastikan agar tidak terjadi
disusun berdasarkan alfabetis. kekosongan ataupun kelebihan obat di unit
Namun, dalam pelaksanaannya belum pelayanan kesehatan (11).
berjalan maksimal karena gudang yang belum Dari semua pertanyaan mengenai
memadai untuk melakukan penyimpanan dengan pengendalian obat di Gudang Farmasi Puskesmas
luas 2,7 x 4 m² sehingga masih telihat banyak Karangmalang Kota Semarang dapat diambil
tumpukan-tumpukan kardus di dalam gudang. Hal kesimpulan bahwa pengendalian obat dilakukan
ini tidak sesuai Materi Pelatihan Manajemen dengan cara memisahkan obat yang
Kefarmasian di Puskesmas yang menyebutkan kadaluwarsa/rusak, melaporkan ke Instalasi Farmasi
bahwa persyaratan luas gudang minimal 3 x 4 m² Dinas Kesehatan Kota Semarang, setelah
atau disesuaikan dengan jumlah obat yang disimpan mendapatkan jadwal pemusnahan membuat laporan
(13)
. berita acara dan menyerahkan obat jenis tablet ke
Menurut penelitian yang pernah dilakukan Instalasi Farmasi sebab puskesmas tidak
oleh Nurniati, dkk tahun 2016 standar penyimpanan mempunyai alat untuk memusnahkan obat jenis
obat harus memiliki pendingin ruangan, tablet.
penyimpanan obat biasa dan vaksin harus terpisah, Namun selain jenis tablet dapat
memiliki lemari penyimpanan yang cukup serta luas dimusnahkan oleh pihak Puskesmas sendiri.
ruangan yang memadai (14). Pemusnahan obat kadaluwarsa/rusak di Farmasi
e. Pendistribusian Puskesmas Karangmalang sudah dilakukan dengan
Distribusi adalah kegiatan penyaluran obat rutin setiap 3 bulan sekali.
ke sub-sub unit pelayanan kesehatan secara merata Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
dan teratur supaya tersedianya kebutuhan obat informan triangulasi bahwa pemusnahan obat
sesuai dengan tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat dilakukan 4 kali dalam setahun dengan ketentuan
jenisnya yang ada di sub unit pelayanan kesehatan obat jenis tablet tidak dimusnahkan sendiri
(11)
. melainkan dimusnahkan oleh pihak ketiga karena,
Dari semua pertanyaan mengenai Puskesmas tidak memiliki alat yang digunakan
pendistribusian obat di Gudang Farmasi Puskesmas untuk memusnahkan jenis tablet tersebut.
Karangmalang Kota Semarang dapat diambil g. Pencatatan dan Pelaporan
kesimpulan bahwa proses pendistribusian obat Pencatatan dan Pelaporan merupakan
dilakukan dengan 2 cara yaitu pertama, distribusi di kegiatan keseluruhan dalam pengelolaan obat yang
dalam gedung Puskesmas yang meliputi rawat inap diterima, disimpan, didistribusikan, dan digunakan
dan rawat jalan dilakukan dengan cara floor stock dalam Puskesmas atau unit pelayanan lainnya (11).
atau pemberian obat sesuai resep yang diterima. Dari semua pertanyaan mengenai
Kedua, distribusi di luar gedung Puskesmas yang pencatatan dan pelaporan obat di Gudang Farmasi
meliputi posyandu lansia dan posyandu remaja. Puskesmas Karangmalang Kota Semarang dapat
Sebelum dilakukan penyerahan obat, petugas diambil kesimpulan bahwa petugas farmasi

133
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 1, Januari 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

melakukan pencatatan berupa LPLPO (Laporan dan prasarana di gudang farmasi Puskesmas
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) Karangmalang kurang memadai. Selain itu,
berdasarkan jumlah obat yang diterima, jumlah adanya ketidaklengkapan SOP dalam
pengeluaran obat, dan sisa stok obat. Kemudian manajemen logistik obat di farmasi Puskesmas
dilaporkan ke Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Karangmalang.
Kota Semarang setiap sebulan sekali. 2) Dalam aspek proses, pada proses perencanaan
Dalam pelaksanaan pencatatan dan dan pengadaan obat belum berjalan baik karena
pelaporan obat ditemukannya beberapa jenis item masih sering terjadi kekosongan dari Pedagang
obat berlebih karena jarang digunakan atau Besar Farmasi (PBF). Penyimpanan obat belum
diresepkan sehingga kemungkinan obat tersebut berjalan dengan baik karena kondisi gudang
mengalami kerusakan atau kadaluwarsa. yang berukuran kecil sehingga menyebbkan
Selain itu masalah lain yang ditemukan banyak tumpukan-tumpukan kardus yang berisi
yaitu sering terjadinya obat hilang di Instalasi Gawat obat. Sedangkan pencatatan dan pelaporan obat
Darurat (IGD) Puskesmas Karangmalang karena dalam pencatatannya sering terjadi obat hilang
tidak ada petugas farmasi yang berjaga pada jam di IGD karena jarang dilakukan peresepan.
malam. Hal tersebut belum sesuai dengan 3) Dalam aspek output, ketersediaan kebutuhan
Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 yang obat di Farmasi Puskesmas Karangmalang
menyebutkan bahwa pengelolaan obat yang baik sudah sesuai kebutuhan, akan tetapi
dapat mengurangi terjadinya obat rusak, hilang, dan pelaksanaan manajemen logistik obat di farmasi
kadaluwarsa sehingga dana alokasi yang tersedia Puskesmas Karangmalang masih belum efektif
untuk pelayanan kesehatan dapat digunakan lebih dan efisien karena masih terdapat obat yang
efektif dan efisien. mengalami kekosongan, kadaluwarsa/rusak,
bahkan obat hilang.
4. Output
Menurut Permenkes No 74 Tahun 2016 salah SARAN
stau tujuan dari pengelolaan persediaan obat adalah 1) Bagi Dinas Kesehatan, diharapkan dapat
menjamin ketersediaan dan keterjangkauan sediaan meningkatkan monitoring dan evaluasi
farmasi dan bahan medis habis pakai yang efesien, terhadap pelaksanaan manajemen logistik obat
efektif, rasional, dan bermutu. di seluruh puskesmas. Serta dapat memberikan
berdasarkan hasil dari subyek penelitian pelatihan kepada para apoteker untuk
menyatakan bahwa secara garis besar ketersediaan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan di
obat di Farmasi Puskesmas Karangmalang sudah bidang farmasi
sesuai kebutuhan, akan tetapi terdapat beberapa obat 2) Bagi Puskesmas Karangmalang, diharapkan
terkadang tidak tersedia yang disebabkan stok juga dapat meningkatkan monitoring dan
terbatas dan kekosongan dari distributor. evaluasi sendiri terhadap kegiatan pengelolaan
Subyek penelitian lainnya juga menyatakan obat di farmasi dan memberikan pelatihan
bahwa di Farmasi Puskesmas Karangmalang Kota kepada para apoteker. Serta lebih
Semarang masih ada obat yang mengalami memperhatikan sarana dan prasarana di gudang
kekosongan, kadaluwarsa bahkan obat hilang. farmasi yang kurang memadai khusunya untuk
Adapun upaya yang dilakukan pihak Farmasi gudang farmasi segera direnovasi sesuai
Puskesmas Karangmalang Kota Semarang dalam minimal standar luas gudang dan memperbaiki
mengatasi terjadinya kekosongan obat yaitu dengan kondisi AC yang sering rusak agar kegiatan
mencarikan obat ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) pengelolaan obat dapat terlaksana secara efektif
lain. dan efisein.
Namun apabila terjadinya kekosongan semua di 3) Bagi peneliti lain, diharapkan dapat
distributor manapun dapat digantikan dengan obat mengembangkan penelitian lebih lanjut
yang kandungannya sama sesuai dengan perintah mengenai manajemen logistik obat di gudang
dokter. Dengan masih adanya obat yang mengalami farmasi Puskesmas Karangmalang Kota
kekosongan, kadaluwarsa, dan hilang maka dapat Semarang.
dikatakan bahwa input terhadap pelaksanaan
prosedur kerja yang kurang maksimal, sarana DAFTAR PUSTAKA
prasarana yang kurang memadai seperti di gudang 1. Sarlin Djuna dkk. Studi Manajemen
penyimpanan obat. Pengelolaan Obat di Puskesmas Labakkang
Kabupaten Pangkep. 2014;1–13.
KESIMPULAN 2. Kemenkes RI. Laporan Kinerja Direktorat
1) Dalam aspek input, SDM di Farmasi Puskesmas Jenderal kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Karangmalang semua belum pernah dilakukan Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2020.
pelatihan mengenai pengelolaan obat. Sarana 3. Sulrieni IN, Rozalina S. Analisis

134
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 10, Nomor 1, Januari 2022
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Manajemen Logistik Obat di Puskesmas tentang Pedoman Manajemen Puskesmas.


Lubuk Buaya Kota Padang. J Kesehat Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Saintika Meditory. 2019;1(2):125–35. Indonesia; 2016.
4. Khairuzzaman MQ. Gambaran Faktor yang 10. Handayany GN, Fathurrahmi. Management
Melatarbelakangi Perencanaan Obat di of Drug Logistics at Pharmacy Installation
Puskesmas Bulu Lor Kota Semarang Tahun Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
2015. 2016;4(1):64–75. Hospital. Int J Pharm Res. 2020;13(1):491–
5. Misi MA, Arifin MA, Palutturi S, Indrar, 5.
Thaha RM, Naiem F, et al. Evaluation of 11. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan
Drug Planning and Procurement at the Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016
Pharmacy Installation of Regional General tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Hospital Dr. M. Haulussy Ambon. Medico- Puskesmas. Jakarta: Kementerian
Legal Updat. 2020;20(4):1150–6. Kesehatan Republik Indonesia; 2016.
6. Giyana F. Analisis Sistem Pengelolaan 12. Khairani RN, Latifah E, Nila Septianingrum
Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit NMA. Evaluasi Obat Kadaluwarsa, Obat
Umum Daerah Kota Semarang. J Kebijak Rusak dan Stok Mati di Puskesmas Wilayah
Kesehat Indones. 2012;1(2):48–61. Magelang. J Farm Dan Ilmu Kefarmasian
7. Hiborang SS, Maramis FRR, Kandou GD. Indones. 2021;8(1):91.
Gambaran Pelaksanaan Pengelolaan Obat di 13. JICA & Kemenkes RI. Materi Pelatihan
Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado Manajemen Kefarmasian di Puskesmas.
Tahun 2016. Jakarta: Kemeterian Kesehatan. Direktorat
8. Hadidah IS, Rochmah TN. Faktor Penyebab Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kejadian Stagnant Dan Stockout Di Kesehatan; 2010.
Instalasi Farmasi Upt Rumah Sakit Mata 14. Nurniati L, Lestari H, Lisnawaty. Studi
Masyarakat Jawa Timur. J Manaj Kesehat Pengelolaan Obat di Puskesmas Buranga
Yayasan RSDr Soetomo. 2016;2(2):110–7. Kabupaten Wakatobi Tahun 2016. 2016;1–
9. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan 9.
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016

135

You might also like