You are on page 1of 177

Kajian Strategis

Mengulas UU
No.6 Tahun 2023 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun
II.PERSPEKTIF
Undang-Undang
2022 tentangCipta
CiptaKerja
Kerja menjadi
KETENAGAKERJAAN
Undang-Undang
(Cluster Ketenagakerjaan)
Dr. Drs. Yuni Pratikno, S.E., M.M., M.H.
Wakil Ketua I STIMA IMMI
STAFF AHLI ADPI/ASSESOR LSPDP
Legal Consultant at Victor Christian & Partners
Personal Data

Name : Dr. Drs. Yuni Pratikno, SE., MM., MH.


Place/DOB : Yogyakarta, 10 Oktober 1964
Address : Jl. Ciliwung Ujung No 51, RT. 09/016,
Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Marital stts : Married (4 Childrens)
Mobile No : 0818-835-720 / 0819-0610-0524
Email add : yuni.pratikno@stimaimmi.ac.id
yuni.pratikno@gmail.com
NPWP : 09.470.216.4-005.000
NIDN : 0310106405
Hobbies : GEMS Collection, Travelling, Sport
Dr. Drs. Yuni Pratikno,
SE., MM., MH.

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 2


Education Background
1. Doctorate Graduated (DR), in Human Resource
Management from Jakarta State of University (UNJ) 2013.
2. Magister of Business Law (MH), at Jayabaya University,
Jakarta, 2008.
3. Magister Management (MM), International Management,
ST Management PPM Jakarta 2001.
4. Magister Management (MM), Human Resource from ST
Management PPM, Jakarta 2000.
5. Bachelor Degree in Management (SE), IMMI School of
Management, 2015.
6. Bachelor Degree in Economics (Drs), University of Sanata
Dharma Yogyakarta, 1990.

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 3


Certificates of Expert
1. Certificate Asesor RPL, certifed KEMENDIKBUD, 2023
2. Certificate Master Trainer, certified BNSP, Jakarta 2023
3. Certificate Asesor BKD, Certified KEMENDIKBUD, 2019
4. Certificate Professional Lecturer, certified BAN PT, 2018
5. Certificate Risk Management Expert, certified by BNSP,
Jakarta 2015
6. Qualification “Assessor Competence” certified by BNSP,
Jakarta 2015
7. Chemical Safety Expert certified by Ministry of Man Power,
Bogor, 2008.
8. Certificate General Management of Pension Fund, certified
by LSPDP-, Jakarta 2004.
9. Certificate Safety & Health Expert certified by Ministry of
Man Power, Bogor, 2002.
Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 4
Professional and Business Experiences
(Working Experiences)
1. Wakil Rektor 1 dan Lecturer at STIMA IMMI Jakarta, (2012-Now)
Lecturer/Instructure at SESKOAL, UHAMKA, and DISDIKAL
Program S1 dan S2, ( Management and Business Law)
2. Managing Partner & Commissioner at PT. Prama Daksa (Consulting, Training &
Certifications, 2022-Now)
3. Associate Lawyer at Victor Christian Legal Consultant, 2015-now (Bns law)
4. President Director of Pension Fund Essence Indonesia (2004 – 2017)
Reported Directly to The PT. Essence Indonesia Board of Director
5. Management Representative (MR) at IFF- PT. Essence Indonesia Certification
Management of ISO9001,1SO14001, OHSAS18001 and SMK3 (April 2009- July 2015)
Multinational Company in Flavors & Fragrances from USA.
6. Administration, HR/Personnel & GA Manager of PT. Essence Indonesia (1994- July
2015)
Multinational Company in Flavors & Fragrances Industry USA,
reporting directly to The President Director.
7. Human Resource Manager at PT. Cilegon Fabricators-Jurong Limited Engeenering
(1990-1993), Multinasional Company from Singapore
Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 5
Professional Membership

1. LBH Association of Employer of Indonesia, DPP


APINDO DKI Jakarta.
2. Institute Certification Profession Pension Fund
(LSPDP)as Manager Skema Sertifikasi/Asesor.
3. Association of Pension Fund of Indonesia (ADPI)
as Official Expert( Staf Ahli)
4. Centre of Economic for Democracy Studies
(CEDES)

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 6


Professional Consulting and Training At PT. PRAMA DAKSA INFOTAMA CONSULTING
Sumber Daya Manusia
1. Struktur Upah dan Skala Upah (Payroll) Legal
2. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial 1. Hukum BIsnis ( Busnisess Law)
3. Kontrak Kerja (PKWT,PKWTT,Outsourching) 2. Hak Tanggungan Secara Elektronik
4. Penyusunan PP/PKB/LKS Bipartit 3. Sertifikat Fiducia
5. Analisa Kebutuhan Pelatihan 4. Anti Pencucian Uang-Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU-PPT)
6. Manajemen Kompensasi dan Benefit 5. Hukum Pertanahan (agraria)
7. Manajemen Kinerja (KPI) 6. Pengadilan Hubungan Industrial (Labor Court)
8. Evaluasi Jabatan/Analisa Jabatan/Diskripsi Jabatan
9. Leadership for Manager/Supervisor Pendidikan Tinggi
1. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan
General Affairs 2. Penyusunan Statuta Yayasan
1. Perizinan Berusaha OSS – RBA 3. Penyusunan Renstra dan Renop Perguruan Tinggi
2. Pengadaan, Tender dan Lelang 4. Penyusunan Borang AIPT (9 Kriteria)
3. Manajemen K3 & Lingkungan (ISO 45001/ISO 14001/PROPER) 5. Penyusunan Borang Prodi (9 kriteria)
4. Manajemen Mutu (ISO 9001:2015) 6. Penyusunan Pedoman RPL Perguruan Tinggi
5. Manajemen Dana Pensiun 7. Penyusunan Pedoman Akademik Perguruan Tinggi
6. Manajemen Risiko LKNB/SNI-ISO 31000 8. Penyusunan Sistem Informasi Akademik
7. Governance Risk and Compliance 9. Penyusunan Kurikulum dan RPS
8. General Affair Management 10. Penyusunan Studi Kelayakan
9. Corporate Social Responsibility/CSR
10. Social Accountability/ SA 8000

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 7


Outline Pembahasan

14 Aug UU No. 6 Tahun 2023 (revisi Undang-Undang No. 11/2020


tentang Cipta Kerja (Omnibus Law)
PP 35 Tahun 2021 Tentang PKWT, WKWI dan PHK

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Alih Daya


Waktu Kerja Waktu Istirahat (WKWI), kerja Lembur

15 Aug
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), UP, UPMK, dan UPH)
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Sanksi-sanksi
UU No. 6 Tahun 2023
tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2022
tentang Cipta Kerja menjadi
Undang-Undang

Dr. Drs. Yuni Pratikno, S.E., M.M., M.H.


Wakil Ketua I STIMA IMMI
STAFF AHLI ADPI/ASSESOR LSPDP
Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 9
Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 10
Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 11
UU No. 6 Tahun 2023
(Pasal 3)

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 12


Ruang Lingkup
(Pasal 4)
....Ruang lingkup Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini mengatur
kebijakan strategis Cipta Kerja yang meliputi:
a. Peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha;
b. Ketenagakerjaan;
c. Kemudahan, pelindungan, serta pemberdayaan Koperasi;
d. Kemudahan berusaha;
e. Dukungan riset dan inovasi;
f. Pengadaan tanah;
g. Kawasan ekonomi;
h. Investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional;
i. Pelaksanaan administrasi pemerintahan; dan
j. Pengenaan sanksi.

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 13


UU
UU No.
No. 66 Tahun
Tahun 2023
2023

UU No 6

Dalam UU No 6

UU No 6

Oleh UU No 6

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 14


UU No 6

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 15


Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 16
UU No 6/2023
Tentang

UU No 6/2023
UU No 6/2023

UU No 6/2023

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 17


Pelatihan Kerja
Beberapa ketentuan dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2OO3 diubah
sebagai berikut:
1. Pelatihan Kerja diselenggarakan oleh:
lembaga Pelatihan Kerja pemerintah;
2. lembaga Pelatihan Kerja swasta; atau
3. lembaga Pelatihan Kerja Perusahaan.
Pasal 81
Lembaga Pelatihan Kerja swasta
(1) Lembaga Pelatihan Kerja swasta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b wajib
memenuhi Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten/kota.
(2) Bagi lembaga Pelatihan Kerja swasta yang terdapat
penyertaan modal asing, Perizinan Berusaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh
Pemerintah Pusat.
(3) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) harus memenuhi norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
Pasal 14
Penempatan Tenaga Kerja
(1) Pelaksana penempatan Tenaga Kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) terdiri atas:
a instansi pemerintah yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan; dan
b lembaga penempatan Tenaga Kerja swasta.
(2) Lembaga penempatan Tenaga Kerja swasta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dalam
melaksanakan Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja
wajib memenuhi Perizinan Berusaha yang diterbitkan
oleh Pemerintah Pusat.
(3) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus memenuhi norma, standar, prosedur, dan
kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Pasal 14
Tenaga Kerja Asing
(1) Setiap Pemberi Kerja yang
mempekerjakan Tenaga Kerja Asing
wajib memiliki rencana penggunaan
Tenaga Kerja Asing (RPTKA) yang
disahkan oleh Pemerintah Pusat.

(2) Pemberi Kerja orang perseorangan


dilarang mempekerjakan Tenaga Kerja
Pasal 42
Asing.
Tenaga Kerja Asing
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
berlaku bagi (Pengesahan RPTKA):
a- direksi atau komisaris dengan kepemilikan saham
tertentu atau pemegang saham sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan;
b. pegawai diplomatik dan konsuler pada kantor
perwakilan negara asing; atau
c. Tenaga Kerja Asing yang dibutuhkan oleh Pemberi
Kerja pada jenis kegiatan produksi yang terhenti
karena keadaan darurat, vokasi, Perusahaan
rintisan (start-upl berbasis teknologi, kunjungan
bisnis, dan penelitian untuk jangka waktu tertentu. Pasal 42
Tenaga Kerja Asing
(4) Tenaga Kerja Asing dapat dipekerjakan
diIndonesia hanya dalam Hubungan Kerja
untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu
serta memiliki kompetensi sesuai dengan
jabatan yang akan diduduki.
(5) Tenaga Kerja Asing dilarang menduduki
jabatan yang mengurusi personalia
(Kepmenaker 349/2019).
(6) Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan
waktu tertentu sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 42
Kewajiban Pemberi Kerja TKA
1. Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing wajib:
a. menunjuk Tenaga Kerja warga Negara Indonesia
sebagai tenaga pendamping Tenaga Kerja Asing
yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih
keahlian dari Tenaga Kerja Asing;
b. melaksanakan pendidikan dan Pelatihan Kerja bagi
Tenaga Kerja warga negara Indonesia yang sesuai
dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh Tenaga
Kerja Asing; dan
c. memulangkan Tenaga Kerja Asing ke negara asalnya
setelah Hubungan Kerjanya berakhir.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dan huruf b tidak berlaku bagi Tenaga Kerja Asing yang
menduduki jabatan tertentu. Pasal 45
UU No 6/2023

UU No 6/2023

UU No 6/2023

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 25


Peranjian Kerja
(1) Perjanjian Kerja dibuat untuk waktu tertentu
atau untuk waktu tidak tertentu.
(2) Perjanjian kerja waktu tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas:
• a. jangka waktu; atau
• b. selesainya suatu pekerjaan tertentu.
(3) Jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditentukan berdasarkan Perjanjian Kerja.
4 Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian
kerja waktu tertentu berdasarkan jangka
waktu atau selesainya suatu pekerjaan
tertentu diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Perjanjian kerja waktu tertentu
(1) Perjanjian kerja waktu tertentu tidak
dapat mensyaratkan adanya masa
percobaan kerja.

(2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan


kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), masa percobaan kerja yang
disyaratkan tersebut batal demi hukum
dan masa kerja tetap dihitung. Pasal 59
Perjanjian kerja waktu tertentu
Perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat dibuat
untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan
sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam
waktu tertentu, yaitu sebagai berikut:
a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang
sementara sifatnya;
b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya
dalam waktu yang tidak terlalu lama;
c. pekerjaan yang bersifat musiman;
d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk
baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang
masih dalam percobaan atau penjajakan; atau
e. pekerjaan yang jenis dan sifat atau kegiatannya
bersifat tidak tetap. Pasal 59
Perjanjian kerja waktu tertentu
(2) Perjanjian kerja waktu tertentu tidak
dapat diadakan untuk pekerjaan yang
bersifat tetap.
(3) Perjanjian kerja waktu tertentu yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) demi
hukum menjadi perjanjian kerja waktu
tidak tertentu.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan
sifat atau kegiatan pekerjaan, jangka
waktu, dan batas waktu perpanjangan
perjanjian kerja waktu tertentu diatur Pasal 59
dalam Peraturan Pemerintah.
Perjanjian kerja waktu tertentu berakhir
(1) Dalam hal pedanjian kerja waktu tertentu berakhir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1)
huruf b dan huruf c, Pengusaha wajib
memberikan uang kompensasi kepada Pekerja/
Buruh.
(2) Uang kompensasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan kepada Pekerja/Buruh sesuai
dengan masa kerja Pekerja/Buruh di Perusahaan
yang bersangkutan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai uang kompensasi
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 61A
Perjanjian alih daya
Ketentuan Pasal 64 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
(1) Perusahaan dapat menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada Perusahaan lainnya
melalui perjanjian alih daya yang dibuat secara
tertulis.
(2) Pemerintah menetapkan sebagian pelaksanaan
pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan sebagian
pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (21 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 64
Perjanjian alih daya
(1) Hubungan Kerja antara Perusahaan alih daya
dengan Pekerja/Buruh yang dipekerjakannya
didasarkan pada Perjanjian Kerja yang dibuat
secara tertulis, baik perjanjian kerja waktu
tertentu maupun perjanjian kerja waktu tidak
tertentu.
(2) Pelindungan Pekerja/Buruh, Upah dan
kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta
perselisihan yang timbul dilaksanakan sekurang-
kurangnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan menjadi tanggung
jawab Perusahaan alih daya.
Perjanjian alih daya
(3) Dalam hal Perusahaan alih daya mempekerjakan
Pekerja/ Buruh berdasarkan perjanjian kerja waktu
tertentu, perjanjian kerja waktu tertentu tersebut harus
mensyaratkan pengalihan pelindungan hak-hak bagi
Pekerja/Buruh apabila terjadi pergantian Perusahaan
alih daya dan sepanjang objek pekerjaannya tetap ada.
(4) Perusahaan alih daya berbentuk badan hukum dan
wajib memenuhi Perizinan Berusaha yang diterbitkan
oleh Pemerintah Pusat.
(5) Perizinan Berusaha harus memenuhi norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelindungan
Pekerja/Buruh dan Perizinan Berusaha diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
UU No 6/2023

UU No 6/2023

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 34


Tenaga Kerja penyandang disabilitas
(1) Pengusaha yang mempekerjakan Tenaga
Kerja penyandang disabilitas wajib
memberikan perlindungan sesuai dengan
jenis dan derajat kedisabilitasan.

(2) Pemberian perlindungan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
UU No 6/2023

UU No 6/2023

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 36


Waktu kerja
(1) Setiap Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
(2) Waktu kerja meliputi:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh)jam 1
(satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu.
(3) Ketentuan waktu kerja tidak berlaku bagi sektor usaha atau
pekerjaan tertentu.
(4) Pelaksanaan jam kerja bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan diatur
dalam Perjanjian Kerja, peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja pada sektor usaha
atau pekerjaan tertentu diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 77
Kerja Lembur (Melebihi Jam Kerja Standar)
(1) Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja/Buruh melebihi
waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2)
harus memenuhi syarat:
a- ada persetujuan Pekerja/Buruh yang bersangkutan; dan
b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling lama 4 (empat)
jam dalam 1 (satu) hari dan 18 (delapan belas) jam dalam 1 (satu)
minggu.
(2) Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja/Buruh melebihi
waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
membayar Upah kerja lembur.
(3) Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hurrrf b tidak berlaku bagi sektor usaha atau
pekerjaan tertentu.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja lembur dan
Upah kerja lembur diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 78
Kewajiban Pengusaha
(1) Pengusaha wajib memberi:
a- waktu istirahat; dan
b. cuti.
(2) Waktu istirahat wajib diberikan kepada Pekerja/Buruh paling sedikit meliputi:
a. istirahat antara jam kerja, paling sedikit setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat)
jam terus-menerus, dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;
b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam I (satu) minggu.
(3) Cuti yang wajib diberikan kepada Pekerja/Buruh, yaitu cuti tahunan, paling sedikit 12 (dua
belas) hari kerja setelah Pekerja/Buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas)
bulan secara terus menerus.
(4) Pelaksanaan cuti tahunan diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama.
(5) Selain waktu istirahat dan cuti, Perusahaan tertentu dapat memberikan istirahat panjang
yang diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian KerjaBersama.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perusahaan tertentu diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Kewajiban Pengusaha
Setiap Pekerja/Buruh yang menggunakan hak
waktu istirahat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 ayat(21 huruf b, ayat (3), ayat (5), Pasal
80, dan Pasal 82

berhak mendapat Upah penuh.


UU No 6/2023 CIPTA KERJA

UU Cipta Kerja

UU Cipta Kerja

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 41


Pengupahan
(1) Setiap Pekerja/Buruh berhak atas penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
(2) Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan pengupahan sebagai salah
satu upaya mewujudkan hak Pekerja/Buruh atas penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
(3) Kebijakan pengupahan meliputi:
a Upah minimum;
b struktur dan skala Upah;
c Upah kerja lembur;
d Upah tidak masuk kerja dan/atau tidak melakukan pekerjaan karena
alasan tertentu;
e bentuk dan cara pembayaran Upah;
f hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Upah; dan
g Upah sebagai dasar perhitungan atau pembayaran hak dan kewajiban
lainnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan pengupahan diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 88
UU No 6/2023 CIPTA KERJA

UU Cipta

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 43


PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
(1) Hak Pekerja/Buruh atas Upah timbul pada saat terjadi Hubungan Kerja
antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha dan berakhir pada saat
putusnya Hubungan Kerja.
(2) Setiap Pekerja/Buruh berhak memperoleh Upah yang sama untuk
pekerjaan yang sama nilainya.
(3) Pengusaha wajib membayar Upah kepada Pekerja/ Buruh sesuai dengan
kesepakatan.
(4) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara
Pengusaha dan Pekerja/ Buruh atau Serikat Pekerja/Serikat Buruh tidak
boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan.
(5) Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (41 lebih rendah
atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesepakatan
tersebut batal demi hukum dan pengaturan pengupahan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 88A
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
(6) Pengusaha yang karena kesengajaan atau kelalaiannya
mengakibatkan keterlambatan pembayaran Upah,
dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari
Upah Pekerja/Buruh.
(7) Pekerja/Buruh yang melakukan pelanggaran karena
kesengajaan atau kelalaiannya dapat dikenakan denda.
(8) Pemerintah mengatur pengenaan denda kepada Pengusaha
dan/atau Pekerja/Buruh dalam pembayaran Upah.

(1) Upah ditetapkan berdasarkan:


a satuan waktu; dan/atau
b. satuan hasil.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Upah berdasarkan satuan
waktu dan/atau satuan hasil diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

Pasal 88A dan B


UPAH MINIMUM
(1) Gubernur wajib menetapkan Upah minimum provinsi.
(2) Gubernur dapat menetapkan Upah minimum kabupaten/kota.
(3) Penetapan Upah minimum kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan dalam hal hasil penghitungan Upah minimum
kabupaten/kota lebih tinggi dari Upah minimum provinsi.
(4) Upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan berdasarkan kondisi ekonomi dan Ketenagakerjaan.
(5) Kondisi ekonomi dan Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (41 menggunakan data yang bersumber dari lembaga yang
berwenang di bidang statistik.
(6) Dalam hal kabupaten/kota belum memiliki Upah minimum dan akan
menetapkan Upah minimum, penetapan Upah minimum harus
memenuhi syarat tertentu.
Pasal 88C
UPAH MINIMUM
(1) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 88C ayat (1) dan ayat (21 dihitung dengan
menggunakan formula penghitungan Upah
minimum.
(2) Formula penghitungan Upah minimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempertimbangkan variabel pertumbuhan
ekonomi, inflasi, dan indeks tertentu.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai formula
penghitungan Upah minimum diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
UPAH MINIMUM
Upah di atas Upah minimum ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antara Pengusaha dan Pekerja/Buruh di
Perusahaan.
(1) Ketentuan Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 88C ayat (1) dan ayat (2) dikecualikan bagi usaha
mikro dan kecil.
(2) Upah pada usaha mikro dan kecil ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antara Pengusaha dan Pekerja/ Buruh di
Perusahaan.
(3) Kesepakatan Upah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sekurang-kurangnya sebesar persentase tertentu dari
rata-rata konsumsi masyarakat berdasarkan data yang
bersumber dari lembaga yang berwenang di bidang
statistik.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Upah bagi usaha mikro
dan kecil diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 90B
Struktur dan Skala Upah
Ketentuan Pasal 92 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

(1) Pengusaha wajib menyusun struktur dan skala


Upah di Perusahaan dengan memperhatikan
kemampuan Perusahaan dan produktivitas.
(2) Struktur dan skala Upah digunakan sebagai
pedoman Pengusaha dalam menetapkan Upah
bagi Pekerja/Buruh yang memiliki masa kerja 1
(satu) tahun atau lebih.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur dan
skala Upah diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 92
Perusahaan dan Pailit
Ketentuan Pasal 95 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
(1) Dalam hal Perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,
Upah dan hak lainnya yang belum diterima oleh
Pekerja/Buruh merupakan utang yang didahulukan
pembayarannya.
(21 Upah Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) didahulukan pembayarannya sebelum pembayaran
kepada semua kreditur.
(3) Hak lainnya dari Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) didahulukan pembayarannya atas semua
kreditur kecuali para kreditur pemegang hak jaminan
kebendaan.
Pasal 95
UU No. 6/2023 Cipta Kerja

UU No 6/2023 CIPTA KERJA

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 51


Program Jaminan Sosial
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2OO4 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Jenis program jaminan sosial meliputi:
a. jaminan kesehatan; (PBJS Kesehatan)
b. jaminan kecelakaan kerja;
c. jaminan hari tua;
d. jaminan pensiun; BPJS KETENAGAKERJAAN
e. jaminan kematian; dan
f. jaminan kehilangan pekerjaan. Pasal 18
Jaminan Kehilangan Pekerjaan

(1) Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan


hubungan kerja berhak mendapatkan jaminan
kehilangan pekerjaan.
(2) Jaminan kehilangan pekerjaan diselenggarakan
oleh badan penyelenggara Jaminan Sosial
ketenagakerjaan dan Pemerintah Pusat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
penyelenggaraan jaminan kehilangan pekerjaan
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 46A
Jaminan Kehilangan Pekerjaan
Pasal 46E}
(1) Jaminan kehilangan pekerjaan diselenggarakan
secara nasional berdasarkan prinsip Asuransi Sosial.
(2) Jaminan kehilangan pekerjaan diselenggarakan
untuk mempertahankan derajat kehidupan yang
layak pada saat pekerja/buruh kehilangan pekerjaan.

Pasal 46C
(1) Peserta jaminan kehilangan pekerjaan adalah setiap
orang yang telah membayar Iuran.
(2) Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar
oleh Pemerintah Pusat.
Jaminan Kehilangan Pekerjaan
(1) Manfaat jaminan kehilangan pekerjaan berupa uang tunai,
akses informasi pasar kerja, dan pelatihan kerja.
(2) Jaminan kehilangan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan paling banyak 6 (enam) bulan upah.
(3) Manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima oleh
Peserta setelah mempunyai masa kepesertaan tertentu.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Manfaat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan masa kepesertaan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 46D
Jaminan Kehilangan Pekerjaan
(1) Sumber pendanaan jaminan kehilangan pekerjaan berasal
dari:
a. modal awal pemerintah;
b. rekomposisi Iuran program jaminan sosial; dan/atau
c. dana operasional BPJS Ketenagakerjaan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendanaan jaminan


kehilangan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 46E
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 20ll tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, diubah sebagai berikut:
(1) BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal5 ayat (2) huruf a
menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
(2) BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
huruf b menyelenggarakan program:
a- jaminan kecelakaan kerja;
b. jaminan hari tua;
c. jaminan pensiun;
d. jaminan kematian; dan
e. jaminan kehilangan pekerjaan. Pasal 6
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:


(1) BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(21 huruf a berfungsimenyelenggarakan program jaminan
kesehatan.
(2) BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (2) huruf b berfungsi menyelenggarakan program
jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian,
program jaminan pensiun, program jaminan hari tua, dan
program jaminan kehilangan pekerjaan.
Pasal 9
Modal Awal

(1) Modal awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal4l ayat (1) huruf a
untuk BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan ditetapkan
masing-masing paling banyak Rp2.000.000.000.000,00 (dua triliun
rupiah) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
(2) Modal awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) huruf a
untuk program jaminan kehilangan pekerjaan ditetapkan paling
sedikit Rp6.000.000.000.OO0,00 (enam triliun rupiah) yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pasal 42
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2Ol7 tentang
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia
(1) Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 huruf b wajib memiliki izin yang memenuhi
Perizinan Berusaha dan diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dialihkan dan
dipindahtangankan kepada pihak lain.
(3) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.

Pasal 51
Perusahaan Penempatan Pekerja Migran
Indonesia
(1) Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia dapat membentuk
kantor cabang di luar wilayahdomisili kantor pusatnya.
(2) Kegiatan yang dilakukan oleh kantor cabang Perusahaan Penempatan
Pekerja Migran Indonesia menjadi tanggung jawab kantor pusat
Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia.
(3) Kantor cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi
Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah provinsi.
(4) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
Pasal 53
Perusahaan Penempatan Pekerja Migran
Indonesia
(1) Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia harus
menyerahkan pembaruan data paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja.
(2) Dalam hal Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia tidak
menyerahkan pembaruan data sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia diizinkan
untuk memperbarui izin paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
dengan membayar denda keterlambatan.
(3) Ketentuan mengenai denda keterlambatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (21 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Pasal 57
Perubahan Pengertian

Di antara Pasal 89 dan Pasal 90 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal


89A sehingga berbunyi sebagai berikut:

• Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, pengertian atau makna


SIP3MI dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2Ol7 tentang
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia menyesuaikan dengan
ketentuan mengenai Perizinan Berusaha.

Pasal 89A
Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 64
6 TAHUN 2023

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 65


Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 66
DALAM UU NO. 6 TAHUN 2023 TERKAIT

UU

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 67


Klaster Ketenagakerjaan
dalamUU C
DALAM NoPerppu Cipta
6/2023 CIPTA Kerja:
KERJA DIATUR

✓ Pelatihan Tenaga Kerja ✓ Pemutusan Hubungan Kerja


✓ Penyandang Disabilitas dan Uang Pesangon
✓ Penempatan Tenaga Kerja ✓ Perjanjian Kerja
✓ Waktu Kerja ✓ Alih Daya
✓ Penggunaan Tenaga Kerja ✓ Jaminan Kehilangan
Asing Pekerjaan
✓ Pengupahan ✓ Pekerja Migran Indonesia
(PMI)

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 68


UU No 6/2023

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 69


UU No 6/2023

UU No 6/2023

UU No 6/2023

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 70


UU No 6/2023
UU No 6/2023

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 71


Pasca UU No 6/2023

UU No 6 / 2023

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 72


PEMBERLAKUAN UU No 6/2023

UU
UU No
No 6/2023
6/2023

UU No 6 / 2023
UU No 6/2023

UUNo
UU No 6/2023

UU
UU No
No 6/2023

Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 73


Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 74
BAGIAN II
PERATURAN PEMERINTAH NO 35
TAHUN 2021 Pasal 37 dst.
II.PERSPEKTIF
Undang-Undang
PEMUTUSAN HUBUNGAN
Cipta Kerja KERJA
KETENAGAKERJAAN
Dr. Drs. Yuni Pratikno, S.E., M.M., M.H.
Wakil Ketua I STIMA IMMI
STAFF AHLI ADPI/ASSESOR LSPDP
Outline Pembahasan

UU No. 6 Tahun 2023 revisi Undang-Undang No. 11/2020 tentang


I Cipta Kerja (Omnibus Law)
PP 35 Tahun 2021 Tentang PKWT, Alih Daya, WKWI dan PHK

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Alih Daya


Waktu Kerja Waktu Istirahat (WKWI)

II Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan UP, UPKM, UPH


Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Sanksi-sanksi
WAKTU
PEMUTUSAN
Bagian
KERJA
Kelima
DAN
HUBUNGAN
Istirahat
WAKTUPanjang
ISTIRAHAT
KERJA
Bagian Kesatu Tata Cara
Pasal
Pasal
Pemutusan
26
35 Hubungan Kerja
Pasal 39

(1) Pekerja/Buruh yang telah mendapatkan surat pemberitahuan Pemutusan Hubungan


Kerja dan menyatakan menolak, harus membuat surat penolakan disertai alasan
paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya surat pemberitahuan.
(2) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengenai Pemutusan Hubungan Kerja,
penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja harus dilakukan melalui perundingan
bipartit antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh dan/atau Serikat Pekerja/ Serikat
Buruh.
(3) Dalam hal perundingan bipartit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mencapai
kesepakatan, penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja tahap berikutnya dilakukan
melalui mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
WAKTU
Bagian Bagian
KERJA
Kelima Kedua
DANIstirahat
WAKTUPanjang
ISTIRAHAT
Hak Akibat Pemutusan Hubungan
Pasal
Pasal 26
35 Kerja (Pasal 40)

(1) Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja, Pengusaha wajib membayar uang pesangon
dan/atau uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.
(2) Uang pesangon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan Upah;
b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan Upah;
c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan Upah;
d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan Upah;
e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan Upah;
f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan Upah;
g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan Upah;
h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan) bulan
Upah;
i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan Upah.
UANG PESANGON
UANG PENGHARGAAN MASA KERJA
WAKTU
Bagian
KERJA
Kelima
Bagian
DANIstirahat
Kedua
WAKTUPanjang
ISTIRAHAT
Hak Akibat Pemutusan
Pasal
Pasal 26
35Hubungan Kerja
Pasal 40
(4) Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:

a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;


b. biaya atau ongkos pulang untuk Pekerja/Buruh dan keluarganya ke
tempat dimana Pekerja/ Buruh diterima bekerja; dan
c. hal-hal lain yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama
PENGELOMPOKAN PHK DAN KOMPENSASINYA
Upah Pokok Alasan PHK Kelompok UP UPMK UPH UP
Gaji Pokok + Tunjangan Tetap A 1,2,5,7,11,13 1 1 Ada 0

Gaji Pokok + Tunjangan Tetap B 3,4,6,8,10,12,17 0.5 1 Ada 0

Gaji Pokok + Tunjangan Tetap C 9 0.75 1 Ada 0

Gaji Pokok + Tunjangan Tetap D 14,15,16,18,19,21 0 0 Ada 1

Gaji Pokok + Tunjangan Tetap E 20,22 0 1 Ada 0

Gaji Pokok + Tunjangan Tetap F 23,25 2 1 Ada 0

Gaji Pokok + Tunjangan Tetap G 24 1.75 1 Ada 0


PENGELOMPOKAN PHK DAN KOMPENSASINYA
Upah Pokok Alasan PHK Kelompok UP UPMK UPH UP
Gaji Pokok + Tunjangan Tetap A 1,2,5,7,11,13 1 1 Ada 0

Gaji Pokok + Tunjangan Tetap B 3,4,6,8,10,12,17 0.5 1 Ada 0

Gaji Pokok + Tunjangan Tetap C 9 0.75 1 Ada 0

Gaji Pokok + Tunjangan Tetap D 14,15,16,18,19,21 0 0 Ada 1

Gaji Pokok + Tunjangan Tetap E 20,22 0 1 Ada 0

Gaji Pokok + Tunjangan Tetap F 23,25 2 1 Ada 0

Gaji Pokok + Tunjangan Tetap G 24 1.75 1 Ada 0

UPH : 1. Cuti Tahunan yang belum gugur, 2. Uang Transport tempat asal, 3. Kompensasi Lain2 yang diatur pada PP/PKB
UP : Diatur dalam Peraturan Perusahaan (PP)/ Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
Outline Pembahasan

I UU No. 6 Tahun 2023 (revisi Undang-Undang No. 11/2020


tentang Cipta Kerja (Omnibus Law)
PP 35 Tahun 2021 Tentang PKWT, WKWI dan PHK

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Alih Daya


Waktu Kerja Waktu Istirahat (WKWI), kerja Lembur

II Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)


Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Sanksi-sanksi
SUBSTANSI
PERATURAN PEMERINTAH NO 35
II.PERSPEKTIF
TAHUN Undang-Undang
2021 TENTANG PKWT,
Cipta Kerja
ALIH DAYA, dan WKWI
KETENAGAKERJAAN
Dr. Drs. Yuni Pratikno, S.E., M.M., M.H.
Wakil Ketua I STIMA IMMI
STAFF AHLI ADPI/ASSESOR LSPDP
PP 35/2021 tentang Hubungan Kerja, Alih Daya,
Waktu Istirahat, Dan PHK
PP tentang Hubungan Kerja dan Waktu Istirahat serta PHK sedikitnya memuat
6 hal sbb:
• Pertama, hubungan kerja berdasarkan PKWT dan PKWTT.
• Kedua, syarat-syarat PKWT.
• Ketiga, pengaturan pemberian kompensasi dalam PKWT.
• Keempat, perlindungan buruh yang bekerja dalam perusahaan alih daya.
• Kelima, waktu kerja dan waktu istirahat yang berlaku bagi jenis pekerjaan
tertentu dan sektor usaha tertentu.
• Keenam, syarat, mekanisme, kompensasi, dan PHK.
MUATAN (MATERI WKWI)

1. Penerapan waktu kerja kurang atau lebih dari waktu kerja standar pada
sektor usaha atau pekerjaan tertentu harus memenuhi kriteria yang
memperhatikan perlindungan pekerja baik dari sisi upah dan
kesejahteraannya maupun dari sisi perlindungan K3.
2. Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang menerapkan
waktu kerja kurang dari waktu kerja standar, harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Penyelesaian pekerjaannya kurang dari 7 jam 1 hari;
b. Waktu kerja fleksibel;
c. Pekerjaan dapat dilakukan di luar lokasi kerja.

3. Penerapan waktu kerja lembur pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu
tidak dapat diterapkan bagi perusahaan yang memberlakukan waktu kerja
kurang dari waktu kerja standar.
MUATAN (MATERI WKWI)

4. Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang menerapkan


waktu kerja lebih dari waktu kerja standar, dapat memilih dan menetapkan

2 periode kerja dan waktu kerja. Pengaturan periode kerja dan waktu kerja
tersebut masih menggunakan ketentuan yang terdapat dalam 5
Permenaker sebelumnya.
5. Dalam hal terdapat kebutuhan waktu kerja dan waktu istirahat yang belum
diatur dalam PP, Pemerintah dapat menetapkan WKWI bagi sektor
tertentu atau pekerjaan tertentu tersebut.
6. Pemberian upah kerja lembur dikecualikan bagi pekerja/buruh yang
termasuk golongan jabatan tertentu, yaitu yang memiliki tanggung jawab
sebagai pemikir, perencana, pelaksana, pegendali jalannya perusahan
dengan waktu kerja tidak dapat dibatasi dan mendapatkan upah lebih
tinggi. Pengaturan golongan jabatan tertentu tersebut diatur dalam PK, PP,
atau PKB.
ALIH DAYA

SUBSTANSI POKOK PKWT AMANAT UU CIPTA KERJA


DAN ALIH DAYA DALAM UU UNTUK DIATUR LEBIH LANJUT
CIPTA KERJA DENGAN PP

1. PKWT dilaksanakan berdasarkan 1. PKWT berdasarkan jangka waktu


jangka waktu atau selesainya atau selesainya pekerjaan tertentu.
pekerjaan tertentu.
2. Jenis dan sifat atau kegiatan
2. PKWT hanya dapat dibuat untuk pekerjaan, jangka waktu, dan batas
pekerjaan tertentu yang menurut jenis waktu perpanjangan PKWT.
dan sifat atau kegiatan pekerjaannya
akan selesai dalam waktu tertentu 3. Uang kompensasi PKWT.
(ada 5 kategori PKWT) dan bersifat 4. Pelindungan pekerja/buruh alih daya
tidak tetap. dan perizinan berusaha.
3. Pemberian uang kompensasi saat
berakhirnya PKWT.
4. Pelindungan pekerja/buruh alih daya
merupakan tanggung jawab
perusahaan alih daya

11
MATERI PKWT DAN ALIH DAYA

1. Terdapat pemisahan yang jelas antara pekerjaan-pekerjaan yang dikategorikan sebagai PKWT
berdasarkan jangka waktu dan PKWT yang berdasarkan selesainya pekerjaan tertentu.

1) PKWT berdasarkan jangka waktu 3) PKWT berdasarkan selesainya suatu


yaitu: pekerjaan tertentu yaitu:
a. Pekerjaan yang sementara sifatnya; a. Pekerjaan yang sekali selesai; atau
b. Pekerjaan yang bersifat musiman b. Pekerjaan yang diperkirakan
(tergantung musim/cuaca/kondisi penyelesaiannya dalam waktu yang tidak
tertentu sebagai pekerjaan terlalu lama.
tambahan); atau
c. Pekerjaan yangberhubungan dengan 4) PKWT berdasarkan selesainya suatu
produk baru, kegiatan baru, atau pekerjaan tertentu, dapat diperpanjang
produk tambahan yang masih dalam jangka waktunya apabila PKWT tersebut
percobaan atau penjajakan. menetapkan jangka waktu dan jangka waktu
tersebut telah berakhir namun pekerjaan yang
2) PKWT berdasarkan jangka waktu, diperjanjikan belum selesai. Perpanjangan
dilaksanakan paling lama 5 tahun. jangka waktu tersebut sampai dengan
selesainya pekerjaan yang diperjanjikan.

5) Selain jenis dan sifat pekerjaan pada nomor 1) dan 3) di atas, PKWT dapat dilaksanakan pada
pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan sifat atau kegiatannya bersifat tidak tetap.
MATERI PKWT DAN ALIH DAYA

SUBSTANSI POKOK WKWI DALAM AMANAT UU CIPTA KERJA


UU CIPTA KERJA UNTUK DIATUR LEBIH LANJUT
DENGAN PP
1. Waktu kerja standar adalah 7 jam 1
1. Waktu kerja pada sector usaha atau
hari dan 40 jam 1 minggu untuk 6
pekerjaan tertentu (baik yang
hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam
melaksanakan waktu kerja kurang
1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari
atau lebih dari waktu kerja 7 jam 1
kerja dalam 1 minggu
hari atau 8 jam 1 hari)
2. Untuk sector usaha atau pekerjaan tertentu
2. Waktu kerja lembur dan upah kerja
dapat diterapkan waktu kerja yang kurang
lembur.
atau lebih dari waktu kerja standar.
3. Perusahaan tertentu yang
Waktu kerja lembur berubah menjadi
menerapkan istirahat panjang.
3. maksimal 4 jam 1 hari dan 18 jam dalam 1
minggu.
Pemberian istirahat panjang dalam
4. perusahaan tertentu
Outline Pembahasan

UU No. 6 Tahun 2023 tentang Cipta Kerja (Omnibus Law) dan


PP 35 Tahun 2021 Tentang PKWT, WKWI dan PHK

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Alih Daya


Waktu Kerja Waktu Istirahat (WKWI)

II Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), UP, UPMK, dan UPH


Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Sanksi-sanksi
Latar Belakang

1 Pemberian uang kompensasi berakhirnya PKWT merupakan wujud kesamaan


hak atas perlindungan dalam hal hubungan kerja berakhir antara pekerja PKWT
dan pekerja PKWTT.

1) Uang kompensasi PKWT diberikan pada saat berakhirnya PKWT.

2) Uang kompensasi diberikan bagi pekerja/buruh yang telah mempunyai masa


kerja 1 bulan dengan ketentuan:
a. PKWT 12 bulan secara terus menerus, sebesar 1 bulan upah.
b. PKWT 1 bulan atau lebih tetapi kurang dari 12 bulan, dihitung secara
proporsional yaitu dengan perhitungan masa kerja dibagi 12 dan dikali 1
bulan upah.
c. PKWT lebih dari 12 bulan, dihitung secara proporsional yaitu dengan
perhitungan masa kerja dibagi 12 dan dikali 1 bulan upah.
3) Dalam hal PKWT berdasarkan selesainya suatu pekerjaan, maka
perhitungan pembayaran uang kompensasi PKWT dihitung sampai dengan
saat selesainya pekerjaan.
Latar Belakang

2. Pengaturan lebih lanjut mengenai alih daya dititikberatkan


pada perlindungan pekerja dalam konteks hubungan kerja
(bukan hubungan bisnis antara perusahaan pemberi
pekerjaan dengan perusahaan alih daya).
Jenis pekerjaan yang bisa dialihdayakan, tergantung pada
kebutuhan sektor.
Syarat Perjanjian Kerja = syarat perjanjian pada umumnya
(Pasal 52 (1) = Pasal 1320 KUHPer)
1. Kesepakatan kedua belah pihak
2. Kecakapan para pihak
3. Pekerjaan yang diperjanjikan
4. Pekerjaan tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan
peraturan perundang-undangan.

1 & 2 dilanggar dapat dibatalkan


3 & 4 dilanggar batal demi hukum
HUBUNGAN KERJA
PP No.35 Tahun 2021

1. Hubungan Kerja adalah hubungan antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh berdasarkan


Perjanjian Kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, Upah, dan perintah.

2. Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha atau pemberi
kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.

3. Perjanjian kerja: (Pasal 51 (1) UU 13/2003)


- Tertulis
- Lisan

Semua biaya yg timbul menjadi kewajiban majikan/pengusaha.


ISI PERJANJIAN KERJA MEMUAT MINIMAL
1. Nama, alamat perusahaan dan jenis usaha
2. Nama, jenis kelamin, umur dan alamat buruh
3. Jabatan atau jenis pekerjaan
4. Tempat pekerjaan
5. Besarnya upah dan cara pembayaran
6. Syarat-syarat kerja yg memuat hak dan kewajiban buruh dan majikan.
7. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja
8. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat
9. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja

Catatan:
- Dibuat rangkap 2
- 5 & 6 tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perusahaan, Perjanjian
Kerja Bersama dan UU
PEMBAGIAN PERJANJIAN KERJA
(PP No 35 Tahun 2021)

Berdasarkan jangka waktu perjanjian kerja :


• Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
• Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)

Pasal 2
1. Hubungan Kerja terjadi karena adanya Perjanjian Kerja antara Pengusaha dan
Pekerja/Buruh.
2. Perjanjian Kerja dibuat secara tertulis atau lisan.
3. Perjanjian Kerja yang dibuat secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Perjanjian Kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu.
Perjanian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu yang selanjutnya disingkat PKWTT


adalah Perjanjian Kerja antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha untuk
mengadakan Hubungan Kerja yang bersifat tetap.

Unsur2 PKWTT:
• Jenis pekerjaan tidak memiliki batasan waktu.
• Perusahaan bisa melakukan masa percobaan.
• Perusahaan harus membayar uang pesangon jika karyawan diberhentikan.
• Perjanjian kerja bisa tertulis dan lisan
Kategori Pekerjaan PKWT
(PP 35 tahun 2021)
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang ILUSTRASI GAMBAR / SKEMA
selanjutnya disingkat PKWT adalah Perjanjian
Kerja antara Pekerja/ Buruh dengan
Pengusaha untuk mengadakan Hubungan
Kerja dalam waktu tertentu atau untuk
pekerjaan tertentu.
Unsur2 PKWT:
• Pekerjaan yang sekali selesai atau
sementara sifatnya
• Pekerjaan yg diperkirakan selesainya tidak
lebih dari 5 tahun
• Pekerjaan yg bersifat musiman
• Pekerjaan yg berhubungan dgn produk
baru, kegiatan baru, atau produk tambahan
yg masih dlm percobaan atau penjajagan
Pelaksanaan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(Pasal 4)

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu


Tertentu :
(1) PKWT didasarkan atas:
a. jangka waktu; atau
b. selesainya suatu pekerjaan
tertentu.
(2) PKWT tidak dapat diadakan untuk
pekerjaan yang bersifat tetap.
Perjanjian Kerja harian (Pasal 10)
(1) PKWT yang dapat dilaksanakan terhadap pekerjaan
tertentu lainnya yang jenis dan sifat atau kegiatannya
bersifat tidak tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (3) berupa pekerjaan tertentu yang berubah-ubah
dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta
pembayaran upah Pekerja/Buruh berdasarkan
kehadiran.
(2) PKWT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan dengan Perjanjian Kerja harian.
(3) Perjanjian Kerja harian sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan dengan ketentuan Pekerja/Buruh bekerja
kurang dari 21 (dua puluh satu) hari dalam 1 (satu)
bulan.
(4) Dalam hal Pekerja/Buruh bekerja 21 (dua puluh satu) hari
atau lebih selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau
lebih maka Perjanjian Kerja harian sebagaimana
dimaksud pada ayat (21 menjadi tidak berlaku dan
Hubungan Kerja antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh
demi hukum berubah berdasarkan PKWTT.
PKWT tidak dapat mensyaratkan adanya masa
percobaan kerja (Pasal 12)

(1) PKWT tidak dapat


mensyaratkan adanya masa
percobaan kerja.
(2) Dalam hal disyaratkan masa
percobaan kerja, masa
percobaan kerja yang
disyaratkan tersebut batal demi
hukum dan masa kerja tetap
dihitung.
Pencatatan PKWT
Pasal 14
(1) PKWT harus dicatatkan oleh Pengusaha pada
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ketenagakerjaan
secara daring paling lama 3 (tiga) hari kerja
sejak penandatanganan PKWT.
(2) Dalam hal pencatatan PKWT secara daring
belum tersedia maka pencatatan PKWT
dilakukan oleh Pengusaha secara tertulis di
dinas yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ketenagakerjaan
kabupaten/kota, paling lama 7 (tujuh) hari
kerja sejak penandatanganan PKWT.
Pemberian Uang Kompensasi
Pasal 15
Pemberian Uang Kompensasi :
1) Pengusaha wajib memberikan uang kompensasi kepada Pekerja/Buruh
yang hubungan kerjanya berdasarkan PKWT.
2) Pemberian uang kompensasi dilaksanakan pada saat berakhirnya PKWT.
3) Uang kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada
Pekerja/Buruh yang telah mempunyai masa kerja paling sedikit 1 (satu)
bulan secara terus menerus.
4) Apabila PKWT diperpanjang, uang kompensasi diberikan saat selesainya
jangka waktu PKWT sebelum perpanjangan dan terhadap jangka waktu
perpanjangan PKWT, uang kompensasi berikutnya diberikan setelah
perpanjangan jangka waktu PKWT berakhir atau selesai.
5) Pemberian uang kompensasi tidak berlaku bagi tenaga kerja asing yang
dipekerjakan oleh pemberi kerja dalam Hubungan Kerja berdasarkan
PKWT.
Besaran uang kompensasi
Pasal 16
(1) Besaran uang kompensasi diberikan sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. PKWT selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus, diberikan
sebesar 1 (satu) bulan Upah;
b. PKWT selama 1 (satu) bulan atau lebih tetapi kurang dari 12 (dwa belas)
bulan, dihitung secara proporsional dengan perhitungan : masa kerja x 1
(satu) bulan Upah: 12
c. PKWT selama lebih dari 12 (dua belas) bulan, dihitung secara proporsional
dengan perhitungan: masa keria x 1 (satu) bulan Upah:12
(2) Upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang digunakan sebagai dasar
perhitungan pembayaran uang kompensasi terdiri atas Upah pokok dan
tunjangan tetap.
Pengakhiran Hubungan Kerja sebelum
berakhirnya jangka waktu (Pasal 17)
• Dalam hal salah satu pihak
mengakhiri Hubungan Kerja sebelum
berakhirnya jangka waktu yang
ditetapkan dalam PKWT,
• Pengusaha wajib memberikan uang
kompensasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (1) yang
besarannya dihitung berdasarkan
jangka waktu PKWT yang telah
dilaksanakan oleh Pekerja/Buruh.
JANGKA WAKTU PKWT
• PKWT dapat diperpanjang atau diperbaharui (best practice di perusahaan)
• Diadakan paling lama 2 tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 kali untuk
jangka waktu paling lama 1 tahun( 3 tahun)
• Pembaharuan perjanjian bisa diadakan setelah tenggang waktu 30 hari sejak
berakhirnya perjanjian semula untuk jangka waktu paling lama 2 tahun (best
practice)
ILUSTRASI GAMBAR
PERJANJIAN KERJA BERAKHIR

1. Pekerja meninggal dunia


2. Berakhirnya jangka waktu
perjanjian kerja
3. Putusan pengadilan
4. Kejadian yg ditentukan
dlm perjanjian, peraturan
perusahaan atau
perjanjian kerja bersama
(alasan mendesak)
REVISI PKWT DI UU CIPTA KERJA
• Pemerintah dan DPR mengubah skema kontrak kerja dalam
UU Cipta Kerja.
• Dalam Omnibus Law Cipta Kerja, Pasal 59 UU Nomor 13
Tahun 2003 dihapus. Pasal tersebut mengatur batasan PKWT.
• Dalam aturan lama di UU Ketenagakerjaan, perusahaan
hanya bisa melakukan kontrak kerja perjanjian PKWT paling
lama 3 tahun menjadi maksimal 5 tahun berikut
perpanjangannya
• Dihapuskannya Pasal 59 yang mengatur batas waktu PKWT
karena UU Cipta Kerja menganut fleksibilitas
Outline Pembahasan

UU No. 6 Tahun 2023 revisi Undang-Undang No. 11/2020 tentang


I Cipta Kerja (Omnibus Law)
PP 35 Tahun 2021 Tentang PKWT, WKWI dan PHK

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Alih Daya


Waktu Kerja Waktu Istirahat (WKWI)

II Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), UP, UPMK, dan UPH


Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Sanksi-sanksi
ALIH DAYA
•Dr. Drs. Yuni Pratikno, S.E., M.M., M.H.
Wakil Ketua I STIMA IMMI
STAFF AHLI ADPI/ASSESOR LSPDP
UU No 6 2023 akan melakukan pembatasan dengan pengaturan pada PP
Hubungan Kerja antara Perusahaan Alih Daya
Pasal 19
(1) Dalam hal Perusahaan Alih Daya mempekerjakan Pekerja/Buruh
berdasarkan PKWT maka Perjanjian Kerja tersebut harus mensyaratkan
pengalihan pelindungan hak bagi Pekerja/Buruh apabila terjadi
pergantian Perusahaan Alih Daya dan sepanjang obyek pekerjaannya
tetap ada.
(2) Persyaratan pengalihan pelindungan hak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan jaminan atas kelangsungan bekerja bagi
Pekerja/Buruh yang hubungan kerjanya berdasarkan PKWT dalam
Perusahaan Alih Daya.
(3) Dalam hal Pekerja/Buruh tidak memperoleh jaminan atas kelangsungan
bekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Perusahaan Alih Daya
bertanggung jawab atas pemenuhan hak Pekerja/Buruh.
Berbentuk badan
Pasal 20
(1) Perusahaan Alih Daya harus
berbentuk badan hukum dan
wajib memenuhi perizinan
berusaha yang diterbitkan oleh
Pemerintah Pusat.
(2) Syarat dan tata cara memperoleh
perizinan berusaha dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai
norma, standar, prosedur, dan
kriteria perizinan berusaha yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
(Melalui OSS).
Dasar Hukum Outsorcing

UUD 1945
UU Cipta Kerja No. 6/2023
UU No. 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan

PP No 35 Tahun 2021
PERMENAKER NO. 11 TAHUN 2019 TENTANG PERUBAHAN
KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI NOMOR 19 TAHUN 2012
TENTANG SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN
PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN
YUNI PRATIKNO 173
Outsourcing dalam UU Cipta Kerja
• UU Omnibus Law Cipta Kerja, ketentuan outsourcing diatur di
dalam Pasal 66 di mana dalam ayat (1) berbunyi :

"Hubungan kerja antara perusahaan alih daya dengan pekerja/buruh yang


dipekerjakannya didasarkan pada perjanjian kerja waktu tertentu atau
perjanjian kerja waktu tidak tertentu“

• Perusahaan Alih Daya adalah badan usaha berbentuk badan hukum yang
memenuhi syarat untuk melaksanakan pekerjaan tertentu berdasarkan
perjanjian yang disepakati dengan Perusahaan pemberi pekerjaan. (PP
35/2021 Pasal 1Butir 14)
UU Omnibus Law yang mengatur buruh outsourcing berbeda dengan
UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (1)

Dalam UU No 13/2003, pekerja alih daya secara tegas


tidak boleh dipekerjakan untuk melaksanakan kegiatan
pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung
dengan proses produksi.

"Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa


pekerja/buruh tidak boleh digunakan oleh pemberi
kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau
kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses
produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau
kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan
proses produksi" bunyi pasal 66 UU Nomor 13 Tahun
2003.
Outline Pembahasan

UU No. 6 Tahun 2023 revisi Undang-Undang No. 11/2020 tentang


I Cipta Kerja (Omnibus Law)
PP 35 Tahun 2021 Tentang PKWT, Alih Daya, WKWI dan PHK

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Alih Daya


Waktu Kerja Waktu Istirahat (WKWI)

II Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), UP, UPMK dan UPH


Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Sanksi-sanksi
WAKTU KERJA DAN WAKTU
ISTIRAHAT
•Dr. Drs. Yuni Pratikno, S.E., M.M., M.H.
Wakil Ketua I STIMA IMMI
STAFF AHLI ADPI/ASSESOR LSPDP
Bagian Kedua
Waktu Kerja pada Sektor Usaha atau Pekerjaan Tertentu
(Pasal 23)
(1) Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan
tertentu dapat menerapkan waktu kerja yang
kurang atau lebih dari ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2).
(2) Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan
tertentu yang menerapkan waktu kerja kurang
dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mempunyai karakteristik:
a. penyelesaian pekerjaan kurang dari 7 (tujuh)
jam 1 (satu) hari dan kurang dari 35 (tiga
puluh lima) jam 1 (satu) minggu;
b. waktu kerja fleksibel; atau
c. pekerjaan dapat dilakukan di luar lokasi kerja.
WAKTU KERJA Bagian
DAN Kedua
WAKTU ISTIRAHAT
Waktu Kerja pada
Bagian
Sektor
Kesatu
Usaha
Umumatau
Pasal
Pekerjaan
22 Tertentu
Pasal 23

(3) Perusahaan pada sektor usaha


atau pekerjaan tertentu yang
menerapkan waktu kerja lebih
dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1),
pelaksanaannya sesuai dengan
ketentuan waktu kerja yang
telah ditetapkan oleh
Menteri.
WAKTU KERJA Bagian
DAN Kedua
WAKTU ISTIRAHAT
Waktu Kerja pada
Bagian
Sektor
Kesatu
Usaha
Umumatau
Pasal
Pekerjaan
22 Tertentu
Pasal 24
(1) Dalam hal terdapat kebutuhan waktu kerja
dan waktu istirahat selain yang telah
ditetapkan oleh Menteri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3), Menteri
dapat menetapkan waktu kerja dan waktu
istirahat pada sektor usaha atau pekerjaan
tertentu lainnya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja
dan waktu istirahat pada sektor usaha atau
pekerjaan tertentu lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
WAKTU KERJA Bagian
DAN Kedua
WAKTU ISTIRAHAT
Waktu Kerja pada
Bagian
Sektor
Kesatu
Usaha
Umumatau
Pasal
Pekerjaan
22 Tertentu
Pasal 25

(1) Pelaksanaan waktu kerja dan jam kerja bagi Pekerja/Buruh yang
dipekerjakan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang
menerapkan waktu kerja kurang dari ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (2), diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
(2) Pelaksanaan waktu kerja dan jam kerja bagi Pekerja/Buruh yang
dipekerjakan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang
menerapkan waktu kerja lebih dari ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2I ayat (2), diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
WAKTU KERJA
Bagian
DAN Ketiga
WAKTU ISTIRAHAT
Waktu Pasal
Kerja26Lembur
Pasal 27
(1) Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja/Buruh melebihi waktu kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2l ayat (2), wajib membayar Upah Kerja Lembur.
(2) Kewajiban membayar Upah Kerja Lembur dikecualikan bagi Pekerja/Buruh dalam
golongan jabatan tertentu.
(3) Pekerja/Buruh dalam golongan jabatan tertentu mempunyai tanggung jawab sebagai
pemikir, perencana, pelaksana, dan latau pengendali jalannya Perusahaan dengan
waktu kerja tidak dapat dibatasi dan mendapat Upah lebih tinggi.
(4) Pengaturan golongan jabatan tertentu diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
(5) Apabila golongan jabatan tertentu tidak diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama maka Pengusaha wajib membayar Upah
Kerja Lembur.
WAKTU KERJA
Bagian
DAN Ketiga
WAKTU ISTIRAHAT
WaktuPasal
Kerja26
Lembur
Pasal 28

(1) Untuk melaksanakan Waktu Kerja Lembur harus ada


perintah dari Pengusaha dan persetujuan dari
Pekerja/Buruh yang bersangkutan secara tertulis
dan/atau melalui media digital.
(2) Perintah dan persetujuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dibuat dalam bentuk daftar
Pekerja/Buruh yang bersedia bekerja lembur yang
ditandatangani oleh Pekerja/Buruh yang
bersangkutan dan Pengusaha.
(3) Pengusaha sebagaimana dimaksud pada ayat(2)
harus membuat daftar pelaksanaan kerja lembur
yang memuat nama Pekerja/Buruh yang bekerja
lembur dan lamanya Waktu Kerja Lembur.
WAKTU KERJA
Bagian
DAN Ketiga
WAKTU ISTIRAHAT
WaktuPasal
Kerja26
Lembur
Pasal 29

(1) Perusahaan yang mempekerjakan


Pekerja/Buruh selama Waktu Kerja Lembur
berkewajiban:
a. membayar Upah Kerja Lembur;
b. memberi kesempatan untuk istirahat
secukupnya; dan
c. memberikan makanan dan minuman paling
sedikit 1.400 (seribu empat ratus) kilo kalori,
apabila kerja lembur dilakukan selama 4
(empat) jam atau lebih.
(2) Pemberian makanan dan minuman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
tidak dapat digantikan dalam bentuk uang
WAKTU KERJA
Bagian
DAN Ketiga
WAKTU ISTIRAHAT
WaktuPasal
Kerja26
Lembur
Pasal 30

(1) Ketentuan Waktu Kerja Lembur berlaku


untuk semua Perusahaan,
(2) kecuali bagi Perusahaan pada sektor
usaha atau pekerjaan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (3) dan Pasal 24.
WAKTU KERJA
Bagian
DANKeempat
WAKTU ISTIRAHAT
Upah KerjaPasal
Lembur
26 (Pasal 31)
(1) Perusahaan yang mempekerjakan Pekerja/Buruh melebihi waktu kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2l ayat (2) wajib membayar Upah Kerja Lembur dengan
ketentuan:
a. untuk ja- kerja lembur pertama sebesar 1,5 (satu koma lima) kali Upah sejam; dan
b. untuk setiap ja- kerja lembur berikutnya, sebesar 2 (dua) kali Upah sejam.

ILUSTRASI TABEL (Best Practice)


WAKTU KERJA
Bagian
DANKeempat
WAKTU ISTIRAHAT
Upah Kerja Lembur Pada Hari
Pasal
Libur
26Mingguan /Resmi ( Pasal 31)
(3) Perusahaan yang mempekerjakan Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib membayar Upah Kerja Lembur, apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat
mingguan dan/atau hari libur resmi untuk waktu kerja 5 (lima) hari kerja dan 40 (empat
puluh) jam seminggu, dengan ketentuan perhitungan Upah Kerja Lembur dilaksanakan
sebagai berikut:
a. jam pertama sampai dengan jam kedelapan, dibayar 2 (dua) kali Upah sejam;
b. jam kesembilan, dibayar 3 (tiga) kali Upah sejam; dan
c. jam kesepuluh, jam kesebelas, dan jam kedua belas, dibayar 4 (empat) kali Upah sejam.

ILUSTRASI TABEL Best Practice


Bagian
WAKTU KERJA DANKeempat
WAKTU ISTIRAHAT
Upah KerjaPasal
Lembur
26 (Pasal 31)
(2) Perusahaan yang mempekerjakan Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib membayar Upah Kerja Lembur, apabila kerja lembur dilakukan pada hari
istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi untuk waktu kerja 6 (enam) hari kerja
dan 40 (empat puluh) jam seminggu, dengan ketentuan:
a. perhitungan Upah Kerja Lembur dilaksanakan sebagai berikut:
1. jam pertama sampai dengan jam ketujuh, dibayar 2 (dua) kali Upah sejam;
2. jam kedelapan, dibayar 3 (tiga) kali Upah sejam; dan
3. jam kesembilan, jam kesepuluh, dan jam kesebelas, dibayar 4 (empat) kali
Upah sejam;
ILUSTRASI TABEL (BP)
WAKTU KERJA
Bagian
DANKeempat
WAKTU ISTIRAHAT
Upah KerjaPasal
Lembur
26 (Pasal 31)

(2) ...
b. jika hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek, perhitungan Upah
Kerja Lembur dilaksanakan sebagai berikut:
1. jam pertama sampai dengan jam kelima, dibayar 2 (dua) kali Upah
sejam;
2. jam keenam, dibayar 3 (tiga) kali Upah sejam; dan
3. jam ketujuh, jam kedelapan, dan jam kesembilan, dibayar 4 (empat)
kali Upah sejam.

ILUSTRASI TABEL
(best Practice)
WAKTU KERJA
Bagian
DANKeempat
WAKTU ISTIRAHAT
Upah Pasal
Kerja 26
Lembur
Pasal 33

(1) Dalam hal Upah Pekerja/Buruh dibayar secara harian maka penghitungan besarnya
Upah sebulan dilaksanakan dengan ketentuan :
a. Upah sehari dikalikan 25 (dua puluh lima), bagi Pekerja/Buruh yang bekerja 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. Upah sehari dikalikan 21 (dua puluh satu), bagi Pekerja/Buruh yang bekerja 5 (lima)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
(2) Dalam hal Upah Pekerja/Buruh dibayarkan atas dasar perhitungan satuan hasil, Upah
sebulan sama dengan penghasilan rata-rata dalam 12 (dua belas) bulan terakhir.
(3) Dalam hal Upah sebulan sebagaimana dimaksud pada ayat (21 lebih rendah dari Upah
minimum maka Upah sebulan yang digunakan untuk dasar penghitungan Upah Kerja
Lembur yaitu Upah minimum yang berlaku di wilayah tempat Pekerja/Buruh bekerja.
BAGIAN III
PERATURAN PEMERINTAH NO 37
TAHUN 2021 TENTANG
II.PERSPEKTIF
Undang-Undang
PENYELENGGARAAN JKP
(Permenaker NoCipta Kerja2021)
15 Tahun
KETENAGAKERJAAN
Dr. Drs. Yuni Pratikno, S.E., M.M., M.H.
Wakil Ketua I STIMA IMMI
STAFF AHLI ADPI/ASSESOR LSPDP
SANKSI-SANKSI

(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 42 ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 ayat (2), Pasal 80,
Pasal 82, Pasal 88A ayat (3), Pasal 88E ayat (2), Pasal 143,
Pasal 156 ayat (1), atau Pasal 160 ayat (41 dikenai sanksi
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit
Rp1OO.OOO.0O0,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp400.0O0.0OO,00 (empat ratus juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan tindak pidana kejahatan.
SANKSI-SANKSI

Ketentuan Pasal 186 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:


(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (2) atau ayat (3), atau Pasal 93 ayat (2),
dikenai sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan
dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp400.00O.OOO,00 (empat ratus juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan


tindak pidana pelanggaran.
Pasal 186
SANKSI-SANKSI
Ketentuan Pasal 187 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (1), Pasal 67 ayat (1), Pasal 7l ayat (2),
Pasal 76, Pasal 78 ayat (21, Pasal 79 ayat (1), ayat (2), atau ayat
(3), Pasal 85 ayat (3), atau Pasal 144 dikenai sanksi pidana
kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan palinglama 12
(dua belas) bulan dan/atau pidana denda paling sedikit
Rp10.000.0O0,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan


tindak pidana pelanggaran.
Pasal 187
SANKSI-SANKSI

(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 38 ayat (2), Pasal 63 ayat (1), Pasal 78 ayat
(1), Pasal 108 ayat (1), Pasal 111 ayat (3), Pasal 114, atau
Pasal 148 dikenai sanksi pidana denda paling sedikit
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan tindak pidana pelanggaran.

Pasal 188
SANKSI-SANKSI

(1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan


kewenangannya mengenakan sanksi administratif atas
pelanggaran ketentuanketentuan sebagaimana diatur dalam
Pasal 5, Pasal 6, Pasal t4 ayat (1), Pasal 15, Pasal 25, Pasal 37
ayat (2), Pasal 38 ayat (2),, Pasal 42 ayat (ll, Pasal 47 ayat (1),
Pasal 61A, Pasal 66 ayat (4), Pasal 87, Pasal 92, Pasal 106,
Pasal 126 ayat (3), atau Pasal 160 ayat (1) atau ayat (2) Undang-
Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah. Pasal 190
PEMBERLAKUAN UU
Pada saat berlakunya Undang-Undang ini:

a. untuk pertama kali Upah minimum yang berlaku, yaitu Upah


minimum yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan
pelaksanaan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2OO3
tentang Ketenagakerjaan yang mengatur mengenai
pengupahan.

b. bagi Perusahaan yang telah memberikan Upah lebih tinggi


dari Upah minimum yang ditetapkan sebelum Undang-
Undang ini, Pengusaha dilarang mengurangi atau
menurunkan Upah. Pasal 191A
TERIMA KASIH
II.PERSPEKTIF
Undang-Undang
Cipta Kerja
KETENAGAKERJAAN
Dr. Drs. Yuni Pratikno, S.E., M.M., M.H.
Wakil Ketua I STIMA IMMI
STAFF AHLI ADPI/ASSESOR LSPDP

You might also like