Professional Documents
Culture Documents
Mengulas UU
No.6 Tahun 2023 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun
II.PERSPEKTIF
Undang-Undang
2022 tentangCipta
CiptaKerja
Kerja menjadi
KETENAGAKERJAAN
Undang-Undang
(Cluster Ketenagakerjaan)
Dr. Drs. Yuni Pratikno, S.E., M.M., M.H.
Wakil Ketua I STIMA IMMI
STAFF AHLI ADPI/ASSESOR LSPDP
Legal Consultant at Victor Christian & Partners
Personal Data
15 Aug
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), UP, UPMK, dan UPH)
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Sanksi-sanksi
UU No. 6 Tahun 2023
tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2022
tentang Cipta Kerja menjadi
Undang-Undang
UU No 6
Dalam UU No 6
UU No 6
Oleh UU No 6
UU No 6/2023
UU No 6/2023
UU No 6/2023
UU No 6/2023
UU No 6/2023
UU No 6/2023
UU No 6/2023
Pasal 78
Kewajiban Pengusaha
(1) Pengusaha wajib memberi:
a- waktu istirahat; dan
b. cuti.
(2) Waktu istirahat wajib diberikan kepada Pekerja/Buruh paling sedikit meliputi:
a. istirahat antara jam kerja, paling sedikit setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat)
jam terus-menerus, dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;
b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam I (satu) minggu.
(3) Cuti yang wajib diberikan kepada Pekerja/Buruh, yaitu cuti tahunan, paling sedikit 12 (dua
belas) hari kerja setelah Pekerja/Buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas)
bulan secara terus menerus.
(4) Pelaksanaan cuti tahunan diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama.
(5) Selain waktu istirahat dan cuti, Perusahaan tertentu dapat memberikan istirahat panjang
yang diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian KerjaBersama.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perusahaan tertentu diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Kewajiban Pengusaha
Setiap Pekerja/Buruh yang menggunakan hak
waktu istirahat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 ayat(21 huruf b, ayat (3), ayat (5), Pasal
80, dan Pasal 82
UU Cipta Kerja
UU Cipta Kerja
UU Cipta
Pasal 92
Perusahaan dan Pailit
Ketentuan Pasal 95 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
(1) Dalam hal Perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,
Upah dan hak lainnya yang belum diterima oleh
Pekerja/Buruh merupakan utang yang didahulukan
pembayarannya.
(21 Upah Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) didahulukan pembayarannya sebelum pembayaran
kepada semua kreditur.
(3) Hak lainnya dari Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) didahulukan pembayarannya atas semua
kreditur kecuali para kreditur pemegang hak jaminan
kebendaan.
Pasal 95
UU No. 6/2023 Cipta Kerja
Pasal 46C
(1) Peserta jaminan kehilangan pekerjaan adalah setiap
orang yang telah membayar Iuran.
(2) Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar
oleh Pemerintah Pusat.
Jaminan Kehilangan Pekerjaan
(1) Manfaat jaminan kehilangan pekerjaan berupa uang tunai,
akses informasi pasar kerja, dan pelatihan kerja.
(2) Jaminan kehilangan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan paling banyak 6 (enam) bulan upah.
(3) Manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima oleh
Peserta setelah mempunyai masa kepesertaan tertentu.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Manfaat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan masa kepesertaan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 46D
Jaminan Kehilangan Pekerjaan
(1) Sumber pendanaan jaminan kehilangan pekerjaan berasal
dari:
a. modal awal pemerintah;
b. rekomposisi Iuran program jaminan sosial; dan/atau
c. dana operasional BPJS Ketenagakerjaan.
(1) Modal awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal4l ayat (1) huruf a
untuk BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan ditetapkan
masing-masing paling banyak Rp2.000.000.000.000,00 (dua triliun
rupiah) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
(2) Modal awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) huruf a
untuk program jaminan kehilangan pekerjaan ditetapkan paling
sedikit Rp6.000.000.000.OO0,00 (enam triliun rupiah) yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pasal 42
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2Ol7 tentang
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia
(1) Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49 huruf b wajib memiliki izin yang memenuhi
Perizinan Berusaha dan diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dialihkan dan
dipindahtangankan kepada pihak lain.
(3) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
Pasal 51
Perusahaan Penempatan Pekerja Migran
Indonesia
(1) Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia dapat membentuk
kantor cabang di luar wilayahdomisili kantor pusatnya.
(2) Kegiatan yang dilakukan oleh kantor cabang Perusahaan Penempatan
Pekerja Migran Indonesia menjadi tanggung jawab kantor pusat
Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia.
(3) Kantor cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi
Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah provinsi.
(4) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
Pasal 53
Perusahaan Penempatan Pekerja Migran
Indonesia
(1) Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia harus
menyerahkan pembaruan data paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja.
(2) Dalam hal Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia tidak
menyerahkan pembaruan data sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia diizinkan
untuk memperbarui izin paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
dengan membayar denda keterlambatan.
(3) Ketentuan mengenai denda keterlambatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (21 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Pasal 57
Perubahan Pengertian
Pasal 89A
Dr. Yuni Pratikno, SE., MM. (0818-835-720) 64
6 TAHUN 2023
UU
UU No 6/2023
UU No 6/2023
UU No 6 / 2023
UU
UU No
No 6/2023
6/2023
UU No 6 / 2023
UU No 6/2023
UUNo
UU No 6/2023
UU
UU No
No 6/2023
(1) Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja, Pengusaha wajib membayar uang pesangon
dan/atau uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.
(2) Uang pesangon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan Upah;
b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan Upah;
c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan Upah;
d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan Upah;
e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan Upah;
f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan Upah;
g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan Upah;
h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan) bulan
Upah;
i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan Upah.
UANG PESANGON
UANG PENGHARGAAN MASA KERJA
WAKTU
Bagian
KERJA
Kelima
Bagian
DANIstirahat
Kedua
WAKTUPanjang
ISTIRAHAT
Hak Akibat Pemutusan
Pasal
Pasal 26
35Hubungan Kerja
Pasal 40
(4) Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
UPH : 1. Cuti Tahunan yang belum gugur, 2. Uang Transport tempat asal, 3. Kompensasi Lain2 yang diatur pada PP/PKB
UP : Diatur dalam Peraturan Perusahaan (PP)/ Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
Outline Pembahasan
1. Penerapan waktu kerja kurang atau lebih dari waktu kerja standar pada
sektor usaha atau pekerjaan tertentu harus memenuhi kriteria yang
memperhatikan perlindungan pekerja baik dari sisi upah dan
kesejahteraannya maupun dari sisi perlindungan K3.
2. Perusahaan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang menerapkan
waktu kerja kurang dari waktu kerja standar, harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Penyelesaian pekerjaannya kurang dari 7 jam 1 hari;
b. Waktu kerja fleksibel;
c. Pekerjaan dapat dilakukan di luar lokasi kerja.
3. Penerapan waktu kerja lembur pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu
tidak dapat diterapkan bagi perusahaan yang memberlakukan waktu kerja
kurang dari waktu kerja standar.
MUATAN (MATERI WKWI)
2 periode kerja dan waktu kerja. Pengaturan periode kerja dan waktu kerja
tersebut masih menggunakan ketentuan yang terdapat dalam 5
Permenaker sebelumnya.
5. Dalam hal terdapat kebutuhan waktu kerja dan waktu istirahat yang belum
diatur dalam PP, Pemerintah dapat menetapkan WKWI bagi sektor
tertentu atau pekerjaan tertentu tersebut.
6. Pemberian upah kerja lembur dikecualikan bagi pekerja/buruh yang
termasuk golongan jabatan tertentu, yaitu yang memiliki tanggung jawab
sebagai pemikir, perencana, pelaksana, pegendali jalannya perusahan
dengan waktu kerja tidak dapat dibatasi dan mendapatkan upah lebih
tinggi. Pengaturan golongan jabatan tertentu tersebut diatur dalam PK, PP,
atau PKB.
ALIH DAYA
11
MATERI PKWT DAN ALIH DAYA
1. Terdapat pemisahan yang jelas antara pekerjaan-pekerjaan yang dikategorikan sebagai PKWT
berdasarkan jangka waktu dan PKWT yang berdasarkan selesainya pekerjaan tertentu.
5) Selain jenis dan sifat pekerjaan pada nomor 1) dan 3) di atas, PKWT dapat dilaksanakan pada
pekerjaan tertentu lainnya yang jenis dan sifat atau kegiatannya bersifat tidak tetap.
MATERI PKWT DAN ALIH DAYA
2. Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara Pekerja/Buruh dengan Pengusaha atau pemberi
kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
Catatan:
- Dibuat rangkap 2
- 5 & 6 tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perusahaan, Perjanjian
Kerja Bersama dan UU
PEMBAGIAN PERJANJIAN KERJA
(PP No 35 Tahun 2021)
Pasal 2
1. Hubungan Kerja terjadi karena adanya Perjanjian Kerja antara Pengusaha dan
Pekerja/Buruh.
2. Perjanjian Kerja dibuat secara tertulis atau lisan.
3. Perjanjian Kerja yang dibuat secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Perjanjian Kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu.
Perjanian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT)
Unsur2 PKWTT:
• Jenis pekerjaan tidak memiliki batasan waktu.
• Perusahaan bisa melakukan masa percobaan.
• Perusahaan harus membayar uang pesangon jika karyawan diberhentikan.
• Perjanjian kerja bisa tertulis dan lisan
Kategori Pekerjaan PKWT
(PP 35 tahun 2021)
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang ILUSTRASI GAMBAR / SKEMA
selanjutnya disingkat PKWT adalah Perjanjian
Kerja antara Pekerja/ Buruh dengan
Pengusaha untuk mengadakan Hubungan
Kerja dalam waktu tertentu atau untuk
pekerjaan tertentu.
Unsur2 PKWT:
• Pekerjaan yang sekali selesai atau
sementara sifatnya
• Pekerjaan yg diperkirakan selesainya tidak
lebih dari 5 tahun
• Pekerjaan yg bersifat musiman
• Pekerjaan yg berhubungan dgn produk
baru, kegiatan baru, atau produk tambahan
yg masih dlm percobaan atau penjajagan
Pelaksanaan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(Pasal 4)
UUD 1945
UU Cipta Kerja No. 6/2023
UU No. 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan
PP No 35 Tahun 2021
PERMENAKER NO. 11 TAHUN 2019 TENTANG PERUBAHAN
KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI NOMOR 19 TAHUN 2012
TENTANG SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN
PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN
YUNI PRATIKNO 173
Outsourcing dalam UU Cipta Kerja
• UU Omnibus Law Cipta Kerja, ketentuan outsourcing diatur di
dalam Pasal 66 di mana dalam ayat (1) berbunyi :
• Perusahaan Alih Daya adalah badan usaha berbentuk badan hukum yang
memenuhi syarat untuk melaksanakan pekerjaan tertentu berdasarkan
perjanjian yang disepakati dengan Perusahaan pemberi pekerjaan. (PP
35/2021 Pasal 1Butir 14)
UU Omnibus Law yang mengatur buruh outsourcing berbeda dengan
UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (1)
(1) Pelaksanaan waktu kerja dan jam kerja bagi Pekerja/Buruh yang
dipekerjakan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang
menerapkan waktu kerja kurang dari ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (2), diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
(2) Pelaksanaan waktu kerja dan jam kerja bagi Pekerja/Buruh yang
dipekerjakan pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang
menerapkan waktu kerja lebih dari ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2I ayat (2), diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
WAKTU KERJA
Bagian
DAN Ketiga
WAKTU ISTIRAHAT
Waktu Pasal
Kerja26Lembur
Pasal 27
(1) Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja/Buruh melebihi waktu kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2l ayat (2), wajib membayar Upah Kerja Lembur.
(2) Kewajiban membayar Upah Kerja Lembur dikecualikan bagi Pekerja/Buruh dalam
golongan jabatan tertentu.
(3) Pekerja/Buruh dalam golongan jabatan tertentu mempunyai tanggung jawab sebagai
pemikir, perencana, pelaksana, dan latau pengendali jalannya Perusahaan dengan
waktu kerja tidak dapat dibatasi dan mendapat Upah lebih tinggi.
(4) Pengaturan golongan jabatan tertentu diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
(5) Apabila golongan jabatan tertentu tidak diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama maka Pengusaha wajib membayar Upah
Kerja Lembur.
WAKTU KERJA
Bagian
DAN Ketiga
WAKTU ISTIRAHAT
WaktuPasal
Kerja26
Lembur
Pasal 28
(2) ...
b. jika hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek, perhitungan Upah
Kerja Lembur dilaksanakan sebagai berikut:
1. jam pertama sampai dengan jam kelima, dibayar 2 (dua) kali Upah
sejam;
2. jam keenam, dibayar 3 (tiga) kali Upah sejam; dan
3. jam ketujuh, jam kedelapan, dan jam kesembilan, dibayar 4 (empat)
kali Upah sejam.
ILUSTRASI TABEL
(best Practice)
WAKTU KERJA
Bagian
DANKeempat
WAKTU ISTIRAHAT
Upah Pasal
Kerja 26
Lembur
Pasal 33
(1) Dalam hal Upah Pekerja/Buruh dibayar secara harian maka penghitungan besarnya
Upah sebulan dilaksanakan dengan ketentuan :
a. Upah sehari dikalikan 25 (dua puluh lima), bagi Pekerja/Buruh yang bekerja 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. Upah sehari dikalikan 21 (dua puluh satu), bagi Pekerja/Buruh yang bekerja 5 (lima)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
(2) Dalam hal Upah Pekerja/Buruh dibayarkan atas dasar perhitungan satuan hasil, Upah
sebulan sama dengan penghasilan rata-rata dalam 12 (dua belas) bulan terakhir.
(3) Dalam hal Upah sebulan sebagaimana dimaksud pada ayat (21 lebih rendah dari Upah
minimum maka Upah sebulan yang digunakan untuk dasar penghitungan Upah Kerja
Lembur yaitu Upah minimum yang berlaku di wilayah tempat Pekerja/Buruh bekerja.
BAGIAN III
PERATURAN PEMERINTAH NO 37
TAHUN 2021 TENTANG
II.PERSPEKTIF
Undang-Undang
PENYELENGGARAAN JKP
(Permenaker NoCipta Kerja2021)
15 Tahun
KETENAGAKERJAAN
Dr. Drs. Yuni Pratikno, S.E., M.M., M.H.
Wakil Ketua I STIMA IMMI
STAFF AHLI ADPI/ASSESOR LSPDP
SANKSI-SANKSI
Pasal 188
SANKSI-SANKSI