You are on page 1of 10

Vol.1 No.

3 Agustus 2020 337


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
DISEMINASI TEKNOLOGI ASAM HUMAT PADA BUDIDAYA PADI SAWAH DI
KECAMATAN PALIMANAN KABUPATEN CIREBON

Oleh
Diana Apriliya1),
Oeng Anwarudin2) & Nazaruddin3)
1,3Jurusan Pertanian, Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor, Jawa Barat.
2Jurusan Pertanian, Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari, Papua Barat.
1dianaapriliya.da@gmail.com, 2oenganwarudin@gmail.com & 3nazarsya@yahoo.com

Abstract
Strategic steps to increase rice production in the government continue to be increased to meet
domestic needs through the dissemination of technological innovation. One solution is the
introduction of humic acid technology to streamline and improve the soil considering that the
Palimanan District has the potential for lowland rice that can be developed. This study aims to
analyze the description of technology dissemination and behavior of farmers, analyze the factors
that influence the technology dissemination and behavior of farmers in use of humic acid in rice
cultivation, and develop strategies to improve the process of technology dissemination to improve
the behavior of farmers in the use of humic acid. This research was conducted in the village of
Cilukrak, Palimanan sub-district, Cirebon regency, from April to June 2020. The research sample
was 48 farmers determined through the Random Sampling Cluster technique. The variables of this
study consisted of internal factors, external factors, the dissemination process, and farmer's
behavior. Data collection is done through primary and secondary data. Data were processed using
descriptive statistical analysis techniques and multiple regression and Kendall's W. The results
showed that the process of dissemination of humic acid technology 72.9% included in the high
category and the behavior of farmers 70.2% included in the medium category. Factors that
significantly affect farmer's behavior are farmer education, land area, and dissemination process.
Strategies to increase dissemination of humic acid and farmer's behavior can be done through
increasing the intensity of farmer groups' meetings and functions.
Keywords: Dissemination Process, Technology Dissemination, Humic Acid & Farmer’s
Behavior.

PENDAHULUAN petani sulit merubah kebiasaan menggunakan


Padi merupakan salah satu tanaman pupuk kimia berpengaruh terhadap penurunan
pangan yang paling banyak dibudidayakan di kesuburan tanah dan penurunan produksi akibat
Indonesia. tetapi petani di Indonesia belum residu pupuk kimia. Oleh karena itu perlu
mampu menyukupi permintaan dalam negeri adanya upaya peningkatan pengetahuan, sikap,
dan kemudian impor dari negara lain (Fadhilah dan keterampilan petani tentang pemupukan
et al. 2019). Data Badan Statistika Kabupaten dan bahan pupuk kimia yang berlebihan dan
Cirebon (2018) menunjukan bahwa Kabupaten ramah lingkungan melalui penggunaan asam
Cirebon memiliki rata-rata produksi 6,4 ton/ha. humat untuk mengefisiensika penggunaan
Kacamatan Palimanan memiliki potensi pupuk dan membenahi tanah. Efisiensi
pertanian padi sawah dengan produksi rata – pemupukan tidak hanya berperan penting
rata 7,1 ton/ha. dalam meningkatkan produksi dan pendapatan
Kondisi tanah Desa Cilukrak yang petani, tetapi juga terkait dengan keberlanjutan
berjenis alluvial dan pH yang masam serta sistem produksi (Putri et al. 2019).
penerapan teknologi budidaya Padi Sawah Penelitian ini bertujuan untuk 1)
masih rendah terutama dalam hal pemupukan Mendeskripsikan diseminasi teknologi dan
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
338 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
perilaku petani dalam penggunaan asam humat informasi, dan dukungan pemerintah. Proses
pada budidaya Padi Sawah, 2) Menganalisis diseminasi teknologi merupakan variabel
faktor – faktor yang berpengaruh terhadap perantara memiliki indikator yaitu metode
diseminasi teknologi dan perilaku petani dalam penyuluhan, materi penyuluhan, komunikasi
penggunaan asam humat pada budidaya Padi penyuluhan, dan intensitas penyuluhan.
Sawah, 3) Menyusun strategi penyuluhan yang Perilaku petani memiliki indikator
efektif dan efisien dalam diseminasi teknologi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
untuk meningkatkan perilaku petani dalam Analisis data yang digunakan dalam
penggunaan asam humat pada budidaya Padi penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif,
Sawah di Kecamatan Palimanan Kabupaten regresi linier berganda dan Kendall’s W.
Cirebon. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk
menggambarkan setiap variabel yang diteliti.
METODE PENELITIAN Analisis regresi berganda untuk menganalisis
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
sampai Juli 2020 di Desa Cilukrak Kecamatan petani. Analisis Kendall’s W untuk menetapkan
Palimanan Kabupaten Cirebon. Penentuan strategi peningkatan proses diseminasi
populasi pada penelitian ini dilakukan dengan teknologi dan perilaku petani dalam
pertimbangan sebagai berikut: 1). Desa penggunaan asam humat pada budidaya padi
penghasil komoditas Padi di Kecamatan sawah.
Palimanan, 2) Desa yang memiliki kelompok
tani aktif di Kecamatan Palimanan, 3) Petani HASIL DAN PEMBAHASAN
yang aktif dalam kegiatan usahatani. Penarikan Faktor Internal
sampel dilakukan menggunakan teknik Cluster Faktor internal dalam penilitian ini
Random Sampling. Penentuan jumlah sampel merupakan karakteristik responden yang
dilakukan secara proposional dengan mencakup umur, tingkat pendidikan, lama
menggunakan rumus Rubin and Luck dan usahatani dan luas lahan. Berdasarkan hasil
diperoleh 48 petani. Data terdiri dari data wawancara dan penyebaran kuesioner
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh sebaran faktor internal di Desa
diperoleh dari hasil wawancara, pengisian Cilukrak Kecamatan Palimanan Kabupaten
kuesioner serta observasi di lapangan. Data Cirebon pada Diagram berikut 1.
sekunder bersumber dari kantor dan instansi Gambar 1. Faktor Internal
terkait yang berhubungan dengan penelitian.
Instrumen dilakukan pengujian validitas dan
reliabilitas terhadap 20 responden diluar
populasi dengan hasil valid dan reliabel.
Variabel-variabel yang diamati dalam
penelitian ini adalah faktor internal atau
karakteristi petani (X1) dan faktor eksternal
(X2) sebagai variable independen, proses
diseminasi (X3) sebagai variable mediator.
Perilaku petani (Y1) merupakan variabel
dependen. Faktor Internal dalam penelitian ini
memiliki beberapa indikator diantaranya umur,
tingkat pendidikan, lama usahtani, luas lahan, Diagram 1 menunjukan presentase
dan kepemilikan lahan. Faktor eksternal terbesar yaitu 41,7 % responden masuk dalam
memiliki indikator yaitu sarana prasarana, kategori umur 55-64 tahun atau sebanyak 20
peran penyuluh, fungsi kelompoktani, akses orang. 27,1 % atau 13 orang responden masuk
dalam ketegori umur 45-55 tahun, kemudian
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.3 Agustus 2020 339
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
25% masuk dalam kategori  65 Tahun. Palimanan. Lamanya responden berusaha tani
Sedangkan kategori umur 35-44 tahun memiliki juga menentukan pengalamannya dalam
persentase paling sedikit hanya sebesar 6,3 % menjalankan dan mengembangkan usaha tani
atau 3 orang dari total responden. Hal ini yang dimilikinya (Yuliarmi 2006). Berdasarkan
menunjukan bahwa mayoritas petani di Desa Tabel 1 sebanyak 77,1 % atau 37 responden
Cilukrak Kecamatan Palimanan berumur tua. berada dalam kategori sedang masuk dalam
Hasil penelitian ini sejalan dengan Anwarudin kategori 7-32 tahun berpengalaman dalam
(2017), Liani et al. (2018), Saputra et al. (2018), berusahatani padi sawah. Terdapat 14,6 % atau
Hulyatussyamsiah et al. (2019), dan Ardelia et 4 orang petani lebih berpengalaman dalam
al (2020) bahwa mayoritas petani saat ini berusahatani padi sawah. Menurut hasil
berumur tua. Berdasarkan hasil wawancara wawancara petani yang memiliki pengalaman
responden dan stakeholder terdapat beberapa kurang dari 7 tahun sebelumnya bekerja sebagai
alasan yang menyebabkan rata – rata petani pedagang dan merantau kemudian menetap di
berumur tua karena pekerjaan sebagai petani kampung halaman lalu memulai usahatani.
yang dipandang kurang menjamin untuk Menurut Hasbi et al. (2016) bahwa yang lebih
memenuhi kebutuhan sehari-hari, kondisi cuaca lama berusahatani tetap melanjutkan
di Kecamatan Palimanan yang cukup panas, penanaman seperti yang selama ini mereka
serta pertanian yang dianggap kotor lakukan yaitu penanaman padi secara
mengakibatkan rendahnya minat penduduk konvensional. Hal ini merupakan tantangan
yang berumur muda terhadap pertanian dalam mengintroduksi teknologi asam humat
sehingga memilih pekerjaan pada bidang non padi sawah di Kecamatan Palimanan.
pertanian. Dampak yang ditimbulkan adalah Berdasarkan hasil deskriptif sebesar
semakin menurunnya jumlah petani dan makin 79,2% atau 38 orang memiliki lahan sedang
berkurangnya tenaga kerja bidang pertanian yaitu 0,5 – 1 Ha, 16,7 atau 8 orang memiliki
(Wardani dan Anwarudin 2018; Dayat dan lahan luas lebih dari 1 Ha dan hanya 4,2 % atau
Anwarudin 2020; Dayat et al 2020). 2 orang dari total responden yang memiliki
Tingkat pendidikan formal petani lahan sempit. Semakin luas lahan petani maka
sebagian besar adalah Sekolah Dasar (SD) penghasilan petani pun lebih menjanjikan.
dengan presentase 81,3 % atau 39 orang. Hal ini Keadaan tersebut berkaitan dengan persepsi
menunjukan bahwa mayoritas petani di masyarakat pentingnya pemenuhan kebutuhan
Kecamatan Palimanan tergolong rendah. hasil pokok secara mandiri menyebabkan masih
penelitian sejalan dengan Putri et al. (2019) dan banyaknya penduduk Kecamatan Palimanan
Hulyatussyamsiah et al. (2019) bahwa yang berusahatani untuk konsumsi pribadi
mayoritas petani hanya mengenyam ataupun untuk dijual. Hal ini sejalan dengan
pendidikan sekolah dasar (SD). Menurut hasil penelitian Sudaryanto et al. (2009) yang
Pranomo dan Yuliawati (2019), tingkat menyimpulkan bahwa ukuran usahatani tidak
pendidikan seseorang mempengaruhi menjadi masalah pada tataran implementasi
kemampuan seseorang untuk menerima inovasi usahatani. Permasalahan sempitnya
baru, serta berpengaruh dalam melakukan penguasaan lahan usahatani lebih pada aspek
kegiatan usahatani. Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan rumah tangga dari hasil
pendidikan petani di Kecamatan Palimanan usahatani. Usahatani lahan sempit, meskipun
berkaitan dengan rata-rata petani berumur tua dilakukan secara intensif tetap tidak dapat
kurang memiliki kesadaran pendidikan, memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga
keterbatasan ekonomi, dan belum adanya wajib perlu upaya tambahan pendapatan dari sumber
belajar pendidikan formal. lain. Petani yang tidak memiliki lahan luas
Pengalaman usahatani merupakan mayoritas memiliki pekerjaan lain untuk
pengalaman bertani responden dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti
berusahatani padi sawah di Kecamatan peternak, pedagang, atau menjadi pekerja lepas.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
340 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Faktor Eksternal Hasil penelitian ini sejalan dengan
Faktor eksternal merupakan faktor Nuryanti dan Swastika (2011) bahwa berbagai
lingkungan tempat seseorang bekerja yang teknologi pertanian efektif diterapkan jika
dapat mempengaruhi dalam mengambil dilakukan bersama-sama oleh anggota
keputusan (Waldi et al. 2019). Hasil yang kelompok tani. Sebab jika hanya dilakukan oleh
variatif dari setiap indikator faktor eksternal petani secara individu, tidak memberikan hasil
dapat dilihat pada grafik 2. yang diharapkan. Namun hasil penelitian
Gambar 2. Indikator Fakor Eksternal berbeda dengan Anwarudin (2017), Nazaruddin
INDIKATOR FAKTOR EKTERNAL
dan Anwarudin (2019) bahwa Kelompoktani
seharusnya memiliki fungsi sebagai kelas
Rendah Sedang Tinggi belajar dan wahana kerjasama. Hendaknya

38
kelompok tani memiliki kemampuan terkait
31
30

30

usahatani dan melalui kerjasama ini diharapkan


23
18

usaha taninya lebih efisien serta lebih mampu


16
14

14

menghadapi ancaman, tantangan, hambatan


9
7
4

dan gangguan Penyuluh pertanian memiliki


1

beberapa peranan dalam penelitian ini yaitu


sebagai pendamping teknis, pelatih, dan
transfer teknologi dan informasi (Wardani dan
Anwarudin 2018).
Sarana Prasarana dalam penelitian ini Sebesar 64,6% atau 31 orang masuk
yang mendukung kegiatan usahatani padi dalam ketegori rendah karena mayoritas petani
sawah mancakup toko saranatani, pasar, akses mendapatkan sumber informasi dari petani dan
jalan, dan penggunaan alat mesin pertanian. penyuluh. Hal ini sejalan dengan hasil
Sebesar 29,2% menyatakan penilaian yang penelitian Andriaty dan Setyorini (2012) bahwa
rendah terhadap sarana prasarana yang ada sumber informasi petani teknologi pertanian
sedangkan 70,8% menyatakan penilaian yang tersedia dalam bentuk cetak dan
berbeda yaitu sedang dan tinggi. Penilaian rata kemampuan petani dalam mengakses informasi
– rata petani terhadap sarana prasarana adalah online sangat terbatas sehingga penyuluh
sedang. menjadi sumber utama petani dalam
Penyuluh pertanian memiliki beberapa memperoleh informasi pertanian.
peranan dalam penelitian ini yaitu sebagai Dukungan pemerintah di kecamatan
pendamping teknis, pelatih, dan transfer palimanan mendapat nilai sebesar 79,2% atau
teknologi dan informasi (Wardani dan 38 orang tergolong tinggi. Fasilitas dan bantuan
Anwarudin 2018). Penyuluh pertanian dapat kebutuhan utama petani sangat mempengaruhi
juga berperan sebagai fasilitator, motivatir, dan perilaku petani dalam melakukan usahatani
komunikator dalam penyampaian informasi padi sawah termasuk penggunaan benih dan
teknologi asam humat. Namun, dari hasil jenis pupuk pada usahatani padi sawah sangat
sebaran responden menyatakan nilai rendah bergantung pada dukungan pemerintah. Namun
sebesar 62,4%. Hal ini berkaitan dengan demikian rendahnya dukungan berupa fasilitas
kelompoktani yang kurang berfungsi pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan,
sebagaimana mestinya karena kurangnya sikap, dan ketampilan petani dalam
kesadaran petani mengenai pentingnya mengintroduksi teknologi. Hal ini sejalan
kelompoktani sebagai kelas belajar, wahana dengan penelitian Puspitasari et al. (2018)
kerjasama, dan unit produksi. Sebesar 47,9% bahwa untuk meningkatkan perilaku
atau 23 orang menyatakan nilai rendah, dan kewirausahaan petani, pemerintah perlu
52,1% menyatakan hal yang berbeda. memberikan dukungan fasilitas yang sesuai

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.3 Agustus 2020 341
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
dengan apa yang dibutuhkan oleh petani seperti ataupun kebijakan diharapkan cepat dapat
pelatihan. diterima atau diadopsi oleh penerima atau
Diseminasi Teknologi Asam Humat Pada kelompok sasaran. Oleh karena itu perlu
Budidaya Padi Sawah Di Kecamatan diketahui faktor yang dapat mempengaruhi
Palimanan percepatan adopsi inovasi atau teknologi
Diseminasi dapat diartikan sebagai cara tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi
dan proses penyampaian hasil pengkajian percepatan adopsi inovasi oleh pengguna
teknologi kepada masyarakat atau pengguna adalah sifat dari inovasi itu sendiri. Inovasi
untuk diketahui dan dimanfaatkan (Permentan yang diintroduksikan harus mempunyai banyak
No. 20/2008). Proses diseminasi dalam kajian kesesuaian (daya adaptif) terhadap kondisi
ini merupakan proses penyebaran informasi biofisik, sosial, ekonomi, dan budaya yang ada
untuk mengintroduksi teknologi asam humat pada calon penerima inovasi atau teknologi
melalui kegiatan penyuluhan kepada petani tersebut. Proses diseminasi melalui kegiatan
padi sawah di Kecamatan Palimanan. Menurut penyuluhan terdapat beberapa faktor yang
Konyep dan Sutisna (2016), diseminasi sebagai membatasi yaitu materi, metode, media, dan
proses penyebarluasan teknologi (hasil intensitas pertemuan.
penelitian dan pengkajian) memerlukan peran Gambar 3. Indikator Proses Diseminasi
sesorang sebagai penyampai (delivery). Peran Asam Humat
tersebut dapat disandang oleh seorang INDIKATOR PROSES
penyuluh, sedangkan kegiatannya adalah DISEMINASI ASAM HUMAT
penyuluhan. Dengan demikian proses
Rendah Sedang Tinggi
diseminasi disamakan dengan proses
penyuluhan.

43

34
31

28
Tabel 2. Proses Diseminasi Asam Humat

19
14

11
5

5
3

3
Jumlah Persentase
0
Kategori
(orang) (%)
Rendah 3 6,3
Sedang 10 20,8
Tinggi 35 72,9 Berdasarkan hasil sebaran indikator
Jumlah 50 100 proses diseminasi 64,6% materi asam humat
Tabel 2 menunjukan bahwa 72,9% mendapatkan penilaian yang tinggi yang
proses diseminasi dalam penyebaran asam mencerminkan materi asam humat dapat
humat dinilai tinggi, sedangkan 27,1% diterima oleh petani melalui kegiatan
memberikan penilaian yang berbeda. penyuluhan, proses komunikasi secara masal
Penyebaran informasi asam humat dilakukan dan individu (anjangsana). Hasil penelitian ini
melalui beberapa cara meliputi kegiatan sejalan dengan penelitian Hulyatussyamsiah et
penyampaian materi asam humat, metode al. (2019) bahwa materi penyuluhan yang
massal hingga individu, serta media cetak. disampaikan berupa teknologi pertanian untuk
Pemilihan dan penyebaran teknologi asam menambah wawasan anggota serta penguatan
humat di Desa Cilukrak Kecamatan Palimanan kelompok tani untuk menjalin kekompakan
disesuaikan dengan kondisi lingkungan, sosial, antar anggota untuk bekerjasama. Sunartomo
dan ekonomi petani. Guna mempercepat (2016) menyebutkan dalam proses komunikasi
introduksi dan adopsi teknologi oleh sasaran antara penyuluh dengan sasaran, penyuluh
maka dilakukan petak percontohan, ceramah, pertanian disampaikan segala sesuatu yang
diskusi, dan demonstrasi cara penggunaan asam menyangkut ilmu (teori) dan teknologi (praktis)
humat. Hal ini sejalan dengan Yuliati et al. pertanian, semua itu disebut materi penyuluhan.
(2011) bahwa dalam proses diseminasi suatu Metode penyuluhan merupakan metode
inovasi baik berupa suatu teknologi dan diseminasi dalam bentuk kunjungan,

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
342 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
demonstrasi, dan pertemuan. Metode Perilaku Petani dalam Introduksi Teknologi
diseminasi asam humat memiliki presentase Asam Pada Budidaya Padi Sawah di
89,6% termasuk kategori sedang. Metode yang Kecamatan Palimanan
digunakan dalam diseminasi asam humat tidak Tingkat perilaku responden dalam
mendapat penilaian yang tinggi hal tersebut penelitian ini meliputi pengetahuan, sikap dan
menandakan bahwa masih belum optimalnya keterampilan. Menurut Notoatmodjo (2007),
metode yang digunakan dalam penyebaran teori bloom dibedakan tiga perilaku yaitu
teknologi asam humat. Menurut hasil kognitif (Cognitive), afektif (Affective) dan
wawancara belum optimalnya metode yang psikomotor (Psychomotor). Untuk kepentingan
digunakan karena tidak semua petani terlibat pendidikan praktis, teori ini kemudian
dalam proses penyuluhan dengan demonstrasi dikembangkan menjadi tiga ranah perilaku
cara atau demonstrasi plot. Hal ini sejalan yaitu pengetahuan (knowledge), sikap
dengan penelitian Hulyatussyamsiah et al. (attitude), dan keteampilan (skill). Secara
(2019) bahwa alangkah lebih baik jika proses Keseluruhan perilaku petani dalam penggunaan
penyuluhan dilakukan dengan metode asam humat pada budidaya padi sawah terlihat
demonstrasi, baik cara maupun demonstrasi terdapat pada Tabel 3
plot agar petani dapat meilihat dan terlibat Tabel 3. Indikator Perilaku Petani
langsung dalam praktik penerapan teknologi. Indikator Perilaku Petani
No Jumlah
Peningkatan metode penyuluhan seperti Indikator Kategori
(orang)
Persentase (%)

demplot ini dapat memberikan ruang kepada 1 Pengetahuan Rendah 6 12,5


Sedang 42 87,5
petani untuk turut andil dalam proses Tinggi 0 0
penyuluhan yang berlangsung sehingga 2 Sikap Rendah 9 18,8
Sedang 18 37,5
menimbulkan komunikasi dua arah. Tinggi 21 43,8
Berdasarkan hasil penelitan sebagian 3 Keterampilan Rendah 39 81,3
besar petani responden memberikan penilaian Sedang 4 8,3
Tinggi 5 10,4
yang sangat baik terhadap media penyuluhan Menurut Notoatmodjo (2007),
yaitu berupa media cetak. Sebesar 70,8% atau pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
34 orang dari total responden termasuk kategori terjadi setelah orang melakukan penginderaan
tinggi. Media folder yang disebarkan oleh terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuan
petani dapat disimpan oleh petani untuk terjadi melalui panca indra manusia.
mengingat meteri yang disampaikan. Pengetahuan petani di Kecamatan Palimanan
Hulyatussyamsiah et al. (2019) menyatakan tergolong sedang dengan presentase 87,5%.
agar materi penyuluhan tersampaikan pada Sedangkan untuk sikap petani terhadap
petani sasaran dalam proses penyuluhan maka teknologi asam humat 43,8% termasuk kategori
media yang digunakan harus tampil menarik. tinggi, dan untuk keterampilan petani dalam
Petani responden mengatakan bahwa media penggunaan asam humat sebagian besar rendah
penyuluhan yang digunakan masih kurang dengan persentase 81,3 persen. Hasil penelitian
optimal karena penyuluh jarang memakai ini sejalan dengan Anggini et al. (2019) yang
media baik itu cetak maupun elektronik. Petani menyatakan bahwa tingkat pengetahuan petani
responden menyarankan untuk menyampaikan sebagian besar tergolong sedang. Petani
sebuah informasi dalam tayangan atau mampu mengetahui tentang asam humat, ciri
lembaran yang dapat disimpan oleh petani fisik, manfaat asam humat, cara pengaplikasian
supaya dikemudian hari dapat dibuka kembali asam humat. Namun masih banyak petani yang
seperti folder, brosur atau leaflet. belum tahu tentang dosis asam humat pada
budidaya padi sawah. Sedangkan Menurut
Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi
atau respon seseorang yang masih tertutup dari
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.3 Agustus 2020 343
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek, Persamaan digunakan untuk
sikap secara nyata menunjukkan konotasi memprediksi besarnya nilai variabel perilaku
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus petani dengan mengetahui nilai untuk variabel
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari pendidikan, luas lahan dan proses diseminasi.
merupakan reaksi yang bersifat emosional Pendidikan petani berpengaruh positif terhadap
terhadap stimulus sosial. Hal tersebut perilaku petani dilihat dari nilai signifikansi
menandakan bahwa adanya kesesuaian reaksi pada Tabel 8 menunjukan 0,029 < 0,05 (α 5%).
terhadap intoduksi teknologi asam humat. Hasil Kenaikan satu poin pendidikan petani dapat
penelitian ini sejalan dengan Anggini et al. meningkatkan perilaku petani sebesar 1,864
(2019) bahwa rendahnya keterampilan petani poin. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
disebabkan oleh belum banyaknya petani yang Hulyatussyamsiah et al. (2019) bahwa
menerapkan teknologi asam humat. pendidikan petani memiliki pengaruh yang
Kemampuan petani dalam penggunaan asam positif terhadap adopsi teknologi. Menurut
humat juga belum dapat terlihat karena menurut hasil observasi dilapangan bahwa petani yang
hasil wawancara kebanyakan petani ingin memiliki pendidikan lebih tinggi umumnya
melihat hasil petak percontohan terlebih lebih dapat menerima teknologi baru, karena
dahulu. Jika hasil dari petak percontohan sifatnya yang terbuka dan mencoba hal baru
tersebut memuaskan maka petani akan masih tinggi. Tingkat Pendidikan petani selaras
mengaplikasikannya di lahannya musim depan. dengan umur petani, mayoritas petani yang
Faktor yang Menentukan Perilaku Petani memiliki pendidikan tinggi yaitu sekolah
Berdasarkan hasil analisis regresi, menengah pertama (SMP), dan sekolah
pendidikan, luas lahan, dan proses diseminasi menengah atas (SMA) memiliki umur yang
memiliki pegaruh signifikan terhadap perilaku lebih muda dibandingkan petani yang
petani. Adanya pengaruh secara bersama-sama berpendidikan sekolah dasar (SD). Hal ini
antara pendidikan, luas lahan, dan proses menunjukan bahwa petani yang berumur tua
diseminasi dapat dilihat dari nilai rata – rata memiliki tingkat pendidikan yang
signifikansinya (Tabel 4). rendah. Rendahnya tingkat pendidikan petani
Tabel 4. Faktor yang Menentukan Perilaku berumur tua disebabkan karena rendahnya
Petani kesadaran tentang pentingnya pendidikan,
Variabel Nilai Sig. Keterangan keterbatasan ekonomi, belum adanya fasilitas
R2 0,258
Konstanta - 0,158 Tidak Signifikan
pendidikan yang baik seperti sekarang ini yang
29,96 dapat dinikmati siswa secara gratis, dan karena
5 belum adanya wajib belajar sehingga
Umur (X1.1) 0,342 0,060 Tidak Signifikan
Pendidikan (X1.2) 1,864 0,029 Signifikan kebanyakan petani yang berumur tua lebih
Pengalaman Usahatani - 0,285 Tidak Signifikan memilih bekerja atau membantu orang tua.
(X1.3) 0,127
Luas Lahan (X1.4) - 0,026 Signifikan Pengalaman usahatani memiliki nilai
4,681 signifikansi 0,258 yang artinya tidak
Faktor Eksternal (X2) 0,384 0,184 Tidak Signifikan
Proses Diseminasi (X3) 0,458 0,031 Signifikan berpengaruh secara nyata terhadap perilaku
Nilai keofisien determinasi R square (R ) 2 petani karena lebih dari 0,05. Berdasarkan hasil
mendapat nilai sebesar 0,258 artinya variabel observasi dilapangan petani yang lebih lama
pendidikan, luas lahan, dan proses diseminasi melakukan usahatani cenderung tidak mudah
secara bersama – sama mempengaruhi perilaku menerima teknologi baru jika belum dibuktikan
petani sebesar 25,8% dan 74,2 % dipengaruhi dengan hasil baik yang dapat dilihat secara
oleh faktor lain diluar penelitian ini. Dilihat dari nyata. Hal ini sesuai dengan pernyataan
hasil analisis regresi linear berganda pada Tabel Menurut Hasbi et al. (2016) bahwa yang lebih
8 maka persamaannya adalah: lama berusahatani tetap melanjutkan
Y = 1,864X1.2 + (-4,681) X1.4 + 0,458 X3. penanaman seperti yang selama ini mereka
lakukan.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
344 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Berdasarkan Tabel 8. luas lahan memiliki terkandung dalam tanah menandakan kondisi
pengaruh yang positif terhadap perilaku petani, tanah kurang baik untuk kegiatan usahatani
dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,026<0,05. maka diperlukan adanya pemberian asam
Petani yang memiliki lahan yang luas di Desa humat sebagai pembenah tanah dan
Cilukrak cenderung lebih menginginkan cara penggunaan pupuk organik atau pupuk
berusahatani yang mudah karena keterbatasan kandang.
waktu dan tenaga. Petani yang memili luas
lahan garapan sempit dan sedang cenderung PENUTUP
lebih responsive terhadap teknologi baru. Dapat Kesimpulan
disimpulkan bahwa petani yang memiliki lahan Petani di Kecamatan Palimanan
sempit dan sedang lebih terbuka, mau mayoritas berumur tua dan berpendidikan
menerima, dan mau mencoba teknologi asam rendah. Proses diseminasi teknologi asam
humat pada budidaya padi sawah. Semakin luas humat di Kecamatan Palimanan mendapat
lahan yang dimiliki petani cenderung lebih sulit penilaian tinggi dengan persentase 72,9%.
juga penerimaan petani terhadap teknologi Sebagian besar perilaku petani dalam
baru. penggunaan asam humat terdapat pada ketegori
Faktor eksternal berpengaruh tidak nyata sedang 70,8%. Faktor yang berpengaruh nyata
terhadap perilaku petani dilihat dari nilai dengan perilaku petani dalam penggunaan asam
signifikansi 0,184 > 0,05. Faktor eksternal humat adalah pendidikan, luas lahan, dan
dalam penelitian ini meliputi sarana prasarana, proses diseminasi. Strategi untuk meningkatkan
peran penyuluh pertanian, fungsi perilaku petani adalah dengan merencanakan
kelompoktani, akses informasi dan dukungan kegiatan penyuluhan atau memperbaiki proses
pemerintah. Perilaku petani lebih berpengaruh diseminasi melalui peningkatan intensitas
positif terhadap proses diseminasi dengan nilai pertemuan, memilih materi, media dan metode
signifikansi 0,031<0,05. Peningkatan satu poin yang sesuai kebutuhan, serta meningkatkan
proses dideminasi asam humat dapat menaikan fungsi kelompoktani.
nilai perilaku petani sebesar 0,458. Semakin
baik materi, metode, media, dan intesitas DAFTAR PUSTAKA
pertemuan yang digunakan dalam penyampaian [1] Adrianti, E dan Setyorini, E. 2012.
informasi maka semakin baik pula perilaku Ketersediaan sumber informasi teknologi
petani terhadap teknologi asam humat. Menurut pertanian di beberapa Kabupaten di Jawa.
hasil wawancara dengan responden bahwa Jurnal Perpustakaan Pertanian. 21(1):30-
adanya penyampaian teknologi baru melalui 35.
metode dan media penyuluhan dapat [2] Anggini D, Hartono R, Anwarudin O.
membangkitkan semangat petani dalam 2019. Perilaku petani dalam pemanfaatan
berusahatani dan mencoba teknologi baru untuk limbah sayuran sebagai pupuk bokashi
memperbaiki kebiasaan usahatani yang positif pada tanaman sawi putih. Jurnal Triton:
sehingga dapat meningkatkan hasil panen. Hal Pertanian. 10(1): 99-115.
ini sejalan dengan hasil penelitian [3] Anwarudin O. 2017. Faktor penentu
Hulyatussyamsiah et al. (2019) dan Wati et al. partisipasi petani pada Program Upaya
(2020) penyuluhan sangat mempengaruhi Khusus Padi di Kabupaten Manokwari,
perilaku sosial ekonomi dan teknologi petani Papua Barat. Jurnal Penyuluhan Pertanian.
padi. Proses diseminasi dilakukan melalui 12(1): 67-79.
pemberitahuan keadaan tanahnya dengan [4] Anwarudin O, Sumardjo, Satria A,
memeriksa pH, memberikan informasi keadaan Fatchiya A. 2019. Factors influencing the
pH dan kandungan hara tanah bahwa jika pH entrepreneurial capacity of young farmers
kurang dari 5. Kurangnya unsur hara yang for farmer Succession. International

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.1 No.3 Agustus 2020 345
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Journal of Innovative Technology and [14] Helmi Z, Haryanto Y, Anwarudin O,
Exploring Engineering (IJITEE). 9(1): Trisnasari W. 2019. Paradigma
1008-1014. Penyuluhan di Era Teknologi Informasi.
[5] Anwarudin O, Sumardjo S, Satria A, CV Tohar Media. Makassar.
Fatchiya A. 2020a. Support of agriculture [15] Hulyatussyamsiah SN, Hartono R,
extension on improving entrepreneurship Anwarudin O. 2019. Adopsi pemupukan
capacity of young farmers. Journal of the berimbang padi sawah melalui penggunaan
Social Sciences. 48(2): 1855-1867. urea berlapis arang aktif di Majalengka.
[6] Anwarudin O, Sumardjo S, Satria A, Jurnal Penyuluhan Pertanian. 14(2): 1-17.
Fatchiya A. 2020b. Peranan penyuluh [16] Konyep S, Sutisna E. 2016. Strategi dan
pertanian dalam mendukung keberlanjutan Implementasi Diseminasi Teknologi
agribisnis petani muda di Kabupaten Pertanian Di Papua Barat. Buletin Agro-
Majalengka. Jurnal Agribisnis Terpadu. infotek. 2(1) 96-102.
12(1): 17-37. [17] Liani F, Sulistyowati D, Anwarudin O.
[7] Ardelia R, Anwarudin O, Nazaruddin. 2018. Perspektif gender dalam partisipasi
2020. Akses teknologi informasi melalui petani pada Kawasan Rumah Pangan
media elektronik pada petani KRPL. Jurnal Lestari (KRPL) Tanaman Sayuran di
Triton: Pertanian. 11(1): 24-36. Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut
[8] Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan
Palimanan Dalam Angka. Badan Pusat Pertanian. 13(1): 21-32.
Statistik Kabupaten Cirebon. [18] Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan
[9] Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan di Indonesia. Surakarta: Sebelas Maret
Palimanan. 2020. Programa Kecamatan University Press.
Palimanan. Dinas Pertanian Kabupaten [19] Nazaruddin N, Anwarudin O. 2019.
Cirebon. Pengaruh penguatan kelompok tani
[10] Dayat D, Anwarudin O. 2020. The effect of terhadap partisipasi dan motivasi pemuda
entrepreneurship capacity on sustainability tani pada usaha pertanian di Leuwiliang,
of young farmers agribusiness. Journal of Bogor. Jurnal Agribisnis Terpadu. 12 (1):
the Social Sciences. 23(1): 123-134. 1-14.
[11] Dayat D, Anwarudin O. Makhmudi M. [20] Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan
2020. Regeneration of farmers through dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
rural youth participation in chili [21] Nuryanti S, Dewa KS Swastika. 2011.
agribusiness. International Journal of Peran Kelompok Tani dalam Penerapan
Scientific and Technology Research Teknologi Pertanian. Forum Penelitian
(IJSTR). 9(3): 1201-1206. Agro Ekonomi. 29(20): 115 – 128.
[12] Fadhilah LE, Satmoko S, Dalmiyatun T. [22] Permentan No.20. (6 maret 2008).
2019. Pengaruh Perilaku Petani Padi Pedoman Umum Penyusunan dan Evaluasi
Terhadap Penggunaan Benih Padi proposal Penelitian dan pengembangan
Bersubsidi di Desa Toloweru Kecamatan Teknologi. Kementerian Pertanian RI.
Guntur Kabupaten Demak. Jurnal Jakarta.
Ekonomi Pertanian dan [23] Pranomo LG, Yulianti. 2019. Peran
Agribisnis(JEPA).3(2)408-418. Kelompoktani Terhadap Pendapatan
[13] Hasbi H, Fajri, Indra. 2016. Perilaku Petani Petani Padi Sawah Di Kelurahan Kauman
Pasca Penerapan System Rice Kidul Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.
Intensification (SRI) di Kabupetan Aceh Agritech. 12(2): 130-139.
Barat. Jurnal Ilmu Kebencanaan(JIKA). [24] Putri CA. Anwarudin O. Sulistyowati D.
3(2): 54-65. 2019. Partisipasi petani dalam kegiatan
penyuluhan dan adopsi pemupukan padi

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
346 Vol.1 No.3 Agustus 2020
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
sawah di Kecamatan Kersamanah tani dan regenerasi petani di Kabupaten
Kabupaten Garut. Jurnal Agribisnis Bogor, Jawa Barat. Jurnal Tabaro
Terpadu. 12(1): 103-119. Agriculture Science. 2(1): 191-200.
[25] Puspitasari, Nurmalina R, Fariyanti A, [34] Wati ANR, Supriyono, Daroini A. 2020.
Kiloes AM. 2018. Pengaruh Faktor Pengaruh Penyuluhan Pertanian Terhadap
Internal dan Eksternal Terhadap Perilaku Perilaku Sosial Ekonomi dan Teknologi
Kewirausahaan da Dampaknya Terhadap Petani Padi Di Kecamatan Sutojayan
Kinerja Usaha Petani Anggrek. Jurnal Kabupaten Blitar. Jurnal Ekonomi
Hortikultura. 28(2):299-310. Pertanian dan Agribisnis. 4(2): 353-360.
[26] Ranzez MC, Anwarudin O, Makhmudi M. [35] Yuliarmi. 2006. Analisis Produksi Dan
2020. Peranan orangtua dalam mendukung Faktor-Faktor Penentu Adopsi Teknologi
regenerasi petani padi (Oryza sativa L) di Pemupukan Berimbang Pada Usahatani
Desa Srikaton Kecamatan Buay Madang Padi. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian
Timur. Jurnal Inovasi Penelitian. 1(2): 117- Bogor. Hal 43-50.
127. [36] Yuliati C, Arthatiani FY, Nasution Z. 2011.
[27] Saleh A. 2010. Perilaku Petani dalam Diseminasi dan Adopsi Inovasi Teknologi
Menerapkan Teknologi Produksi Kakao: Pengolahan Hasil Perikanan. Buletin Sosek
Kasus Kecamatan Sirenja Sulawesi Kelautan dan Perikanan. 6(1): 18-22.
Tengah. Pelita Perkebunan. 26(1):42-56.
[28] Saputra C. Anwarudin O. Sulistyowati D.
2018. Persepsi dan adopsi pengendalian
hama terpadu lalat buah pada tanaman
mangga di Kecamatan Greged Kabupaten
Cirebon Provinsi Jawa Barat. Jurnal
Penyuluhan Pertanian. 46-60.
[29] Sudaryanto T, Susilowati SH, Sumaryanto.
2009. Increasing Trend of Small Farms in
Indonesia: Causes and Consequences.
Paper presented at the 111th EAAE - IAAE
Seminar "Small Farms: Persistence or
Declined?". University of Kent,
Canterbury, UK, 25 - 26 June, 2009.
[30] Sunartomo AF. 2016. Kapasitas Penyuluh
Pertanian Dalam Upaya Meningkatkan
Produktivitas Pertanian Di Jawa Timur.
Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian Trunojoyo. 5(2): 128.
[31] Ulfa M. 2014. Pengaruh Penyuluhan
Terhadap Tingkat Adopsi Inovasi. [Tesis].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
[32] Waldi RD, Saharjo BH, Albar I. 2019.
Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Petani Terhadap Pencegahan Kebakaran
Lahan Gabut. Jurnal Silvikultur Tropika.
10(02): 83-93.
[33] Wardani, Anwarudin O. 2018. Peran
penyuluh terhadap penguatan kelompok

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

You might also like