You are on page 1of 11

COVER SHEET :

1. Project Title : Survei Sikap dan Prilaku Seksual Remaja Pekerja Pabrik
Flywood di propinsi Jambi
2. Project Duration: 3 months
3. Total of budget : Rp. 25.225.000
4. Organization Responsible :
Mitra Aksi Foundation
Dara Jingga Street No. 49 Rajawali – Jambi – Indonesia
Telp. ( 0741 ) 24528
Fax. ( 0741 ) 54579
e-mail : mitra_aksi@yahoo.com
5. Project Responsible :
Name : Syafri Hasibuan
Job Position : Coordinator Program
6. Bank Correspondent : Bank Mandiri Cabang Wahid Hasyim Jambi
Bank account number : 110.00000.92400

PROFILE YAYASAN MITRA AKSI

Full Legal Name : Mitra Aksi Foundation


Date Established : February, 7 2000
Nationality : Indonesia
Legal Status : Number 1
Official Address : Jl. Dara Jingga No 49 Jambi
Person Responsible : Asmawati Achmad
Telephone : 62-741-24528
Fax : 62-741-54579
E-Mail : Mitra_Aksi@Yahoo.Com

Type Of Organization : Support And Grassroots Organization

Main Areas Activity:


1. ARH/ASH. Including HIV/AIDS with gender perspective and pluralism
approach.
2. Women Empowering, especially RH Rights with gender perspective and
pluralism approach
Jambi Province, Indonesia

Total Annual Budget:


1. 2001 Year : Us $ 13.700
2. 2002 Year : Us $ 3.840

Main Donors :
1. 2001-2004 Year : Wpf Total Us$ 40.000
2. 2001-2002 Year : Pkm Total Us$ 10.100

Staff :
 Administration & Finance Staff : 1 Person
 Field Staff: 4 Person
Membership Of Networks :
 Kespromatra Networks.
 Koalisi Ngo’s Peduli Perempuan Jambi (Koppj)

History Of Cooperation With The Aplicant :


The cooperation based on commitment on empowering community, especially
for children and adolescents as well as female who all this time having blocking
access in a family and society/public cause of gender discrimination.

Role And Involvement In Preparing The Project Presented :


Preparing of the project uses principle : participative, transparency,
accountable, sustainable and multi stakeholders approach.

Role And Involvement In Implementing The Project Presented Implementation


of the project uses principle : participative, transparency, accountable,
sustainable, pluralism and gender perspective approach.

BAB. I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perubahan struktural dari masyarakat agraris ke masyarakat industri membawa
perubahan pula dalam pola-pola hubungan sosial dalam berbagai manifestasinya
seperti hubungan produksi, hubungan politik, hubungan sosiokultural dan sebagainya.
Perubahan pola hubungan ini, seringkali merubah struktur akses dari struktur kontrol
dalam masyarakat, menimbulkan konentrasi di satu pihak dan marginalisasi di pihak
lain. Namun, analisis pembangunan yang konvensional seringkali melihat pergeseran
dari segi pelapisan sosial dan pengelompokan sosial, mengabaikan dimensi hubungan
jender. Dalam kaitan ini, mengabaikan dimensi hubungan jender berarti secara
sistematis menempatkan perempuan pada posisi inferior dan sekunder, utamanya
dalam konteks industrialisasi.
Melalui analisis jender dalam era industrialisasi akan dicapai beberapa hal; 1)
terwujudnya kebijaksanaan pembangunan yang lebih realistis karena mengungkap
realita partisipasi, akses dan kontrol terhadap sumber dan manfaat, 2) mewujudkan
kebijaksanaan pembangunan yang efektif karena dapat mengidentifikasikan kelompok
sasaran secara lebih tetap sehingga pemanfaatan sumber pembangunan akan lebih
efisien dan 3) menimbulkan kebijaksanaan pembangunan secara lebih equitable
karena memperhitungkan distribusi cost dan benefit serta dapat mengungkap policy
gaps dan kelemahan-kelemahan perspektif kelompok sosial tertentu (Tjokrowinoto,
1996)
Perubahan struktur masyarakat yang lebih dikenal dengan masa transisi adalah
suatu kondisi dimana suatu masyarakat sedang mencoba untuk membebaskan diri dari
nilai-nilai masa lalu dan menggapai masa depan dengan terus menerus membuat nilai-
nilai baru dan hal-hal baru. Nilai-nilai terhadap teknologi, budaya dan hubungan
sosial teradaptasi dengan cepat dan menimbulkan kerentanan pada adat istiadat yang
telah ada, sehingga mulai ditinggalkan dan digantikan dengan tata cara yang lebih
bebas, sesuai dengan kondisi yang berlaku sekarang dan masa depan. Kondisi
masyarakat seperti ini menimbulkan suatu sistem sosial dimana tidak ada petunjuk
atau pedoman untuk tingkah laku (anomie), yang tidak hanya berlaku untuk anggota
masyarakat dewasa saja, tetapi juga terhadap para remaja. Salah satu bukti adanya
kondisi anomie di kalangan remaja adalah dalam segi kehidupan seksual. Pada tahun
1980 di Thailand, 11 persen dari penduduknya berusia 15 – 19 tahun. Dari survei
yang dilakukan terhadap mereka ternyata 45 persen tidak tahu menahu tentang
terjadinya haid, dan 68 persen tidak dapat menyebutkan bagaimana caranya untuk
mengetahui adanya kehamilan (Sarwono, 2000).
Dinamika sosial pemuda (termasuk di dalamnya remaja) memang merupakan
isu menarik dan penting untuk diamati. Menurut Tjiptoherjanto (1998) paling tidak
ada tiga alasan mengapa hal itu penting; 1) dari dimensi sosio-politik pemuda yang
dipandang sebagai generasi penerus bangsa dan agen pembaharuan, 2) dimensisosio-
demografis yang menyangkut aspek kuantitas dan kualitas pemuda sebagai potensi
bagi pembangunan dan 3) dimensi sosio-psikologis, yang melihat bahwa pertumbuhan
biologis (usia) selalu diikuti oleh pertumbuhan sosio-psikologis. Dari pertumbuhan ini
maka kelompok pemuda (15-29 tahun) terutama pada usia 14-24 tahun akan banyak
mengalaminya sebagai benturan pada saat mencari jati diri. Hal ini dapat dicerminkan
dengan keanekaragaman perilaku yang dilakukan untuk tujuan dan maksud tertentu.
Salah satu perilaku yang cukup mencemaskan adalah perilaku seksual remaja.
Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari merasa tertarik sampai tingkah laku
berkencan, bercumbu dan bersanggama. Akibat dari hal ini adalah dapat mengganggu
segi kesehatan dan munculnya resiko kehamilan serta berkembangnya penyakit
kelamin di kalangan remaja.
Usia remaja (14 – 24 tahun) merupakan usia rawan atau masa
transisi dimana pada satu sisi berpotensi dalam meningkatkan
produktifitas nasional, tetapi sebaliknya juga potensial untuk
menggagalkan pembangunan bangsa saat kualitas mereka diabaikan.
Arus globalisasi yang banyak menyerap budaya-budaya barat
menyebabkan tingkah laku di kalngan remaja semakin jauh dari nilai
dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari
perilaku seksual mereka sehari-hari. Globalisasi menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan sosial yang sangat mendasar dan berjalan sangat cepat, secara
langsung telah ikut mempengaruhi sikap dan perilaku seksual dikalangan remaja,
yang dampaknya menjadi problem nasional karena terjadi disemua daerah di
Indonesia. Oleh karena itu studi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja
perlu ditingkatkan, tidak saja dari segi medis, tetapi juga dari tinjauan sosial budaya
(population council, Jakarta, 1995). Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dan di
kaji lebih mendalam adalah aspek yang berkaitan dengan seksualitas khususnya
Infeksi Penyakit Menular (PMS) dan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) di kalangan
remaja perempuan.
Seks merupakan persoalan penting dalam kehidupan remaja, oleh karena itu
perlu diperhatikan bagaimana perilaku seksual mereka. Penelitian terhadap Penyakit
Menular Seksual selama ini lebih banyak mengambil sample di kelompok perempuan
pekerja seks/pekerja seks komersial (PSK), sopir-sopir truk yang sering mangkal di
lokalisasi, sementara untuk remaja khususnya remaja perempuan yang bekerja di
perusahaan kayu lapis (plywood) yang lokasinya berada di pedalaman belum banyak
dilakukan penelitian maupun kajian tentang hal tersebut.
Gambaran remaja perempuan yang bekerja sebagai buruh pabrik, berdasarkan
investigasi di 4 perusahaan besar pengelolaan kayu lapis (plywood) di sepanjang
sungai Batanghari (Sarang Burung, Tanjung Johor, Muaro Jambi dan Kunangan)
jumlah remaja perempuan usia 14 – 18 tahun yang bekerja sebagai buruh sebanyak
6.500 orang. Mereka dibagi menjadi 2 shief dengan lama jam kerja setiap shief 12
jam, yaitu mulai dari jam 07.00 – 19.00 Wib, Jam 19.00 – 07.00 Wib dengan upah Rp.
350.000,-/bulan.
Di Jambi dengan kondisi wilayah yang masih banyak memiliki hutan
memungkinkan banyaknya tumbuh pabrik atau perusahaan plywood yang
memperkerjakan buruh perempuan khususnya remaja. Hingga saat ini remaja
perempuan yang bekerja di perusahaan-perusahaan plywood yang tersebar di Propinsi
Jambi diperkirakan berjumlah 6.500 orang itu sebagai tempat tinggal sementara
karena jauh dari orangtua, maka mereka ditempatkan di camp-camp yang disediakan
oleh perusahaan dan lokasinya di campur “per-bedeng/ barak” dengan pekerja laki-
laki yang sebagian besar juga berusia muda antara 18 – 28 tahun.
Pekerja remaja perempuan yang ditempatkan pada camp-camp tersebut sangat
rawan akan terjadinya praktek seksual yang tidak diinginkan dan tidak aman diantara
mereka, seperti pelecehan seksual, pemerkosaan atau seks bebas. Seperti satu hal yang
menjadi pemandangan menarik adalah setiap hari minggu secara berpasangan mereka
melakukan kencan di sepanjang pinggiran sungai Batanghari dan tempat-tempat
hiburan lainnya seperti dicamp/barak mereka sendiri. Perilaku seksual dan kebiasaan
yang semakin permisive dapat meningkatkan resiko terjadinya seks pra nikah,
kehamilan yang tidak diinginkan juga ancaman lainnya yaitu tertular Pemyakit
menular seksual dan HIV/AIDS yang tentu saja sangat merugikan remaja perempuan.
Kondisi tersebut di dukung pula rendahnya pengetahuan remaja khususnya remaja
perempuan tentang proses dan kesehatan reproduksi termasuk resiko-resiko yang
bakal mereka hadapi jika mereka melakukan hal-hal diatas. Begitu rumitnya masalah
seksualitas remaja mendorong WHO untuk menempatkan kesehatan reproduksi
remaja menjadi masalah global dan harus mendapat perhatian khusus dari berbagai
negara dan organisasi internasional (WHO. 1989, 6)

1. Permasalahan
Perilaku seksual remaja yang bebas sangat rawan untuk tertularnya penyalit
menular seksual termasuk didalamnya HIV/AIDS serta peluang untuk terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga pada dasarnya penelitian ini ingin
mengetahui beberapa hal sebagai berikut :
1. Bagaimanakah perilaku seksual remaja yang bekerja di pabrik pengolahan
kayu lapis (plywood) dikaitkan dengan resiko PMS, HIV/AIDS serta peluang
terjadinya KTD.
2. Apakah kondisi tempat ikut mendukung terjadi perilaku permissive dikalangan
remaja yang bekerja di pabrik.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh gambaran tentang perilaku seksual remaja perempuan
yang bekerja di pabrik.
2. Untuk mengetahui apakah mereka tahu resiko yang akan terjadi jika
melakukan seks pra nikah.
3. Untuk mendapatkan gambaran apakah mereka mengetahui jenis-jenis
penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS.
4. Untuk mengentahui sejauhmana pengetahuan mereka tentang resiko
kehamilan yang tidak diinginkan sebagai salah satu akibat hubungan pra
nikah.
5. Untuk mengetahui sejauhmana kondisi tempat juga ikut mendukung
terjadinya perilaku permissive dikalangan remaja yang bekerja di pabrik.

3. Manfaat Penelitian
Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu bahwa penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh gambaran secara umum tentang perilaku seksual remaja
perempuan yang bekerja di pabrik, gambaran tersebut dikaitkan dengan sikapnya
terhadap PMS dan KTD.
Output yang diharapkan dari penelitian ini adalah deskripsi tentang sikap
dan perilaku seksual remaja perempuan yang bekerja di pabrik di Propinsi Jambi.
Melalui penelitian ini akan diperoleh deskripsi tentang pendekatan dan bentuk-
bentuk pertanyaan yang relevan dan mampu mengngkapkan berbagai variabel
dengan perilaku seksual yang beresiko seperti KTD dan terinfeksi PMS.
Tujuan ini penting mengingat masalah perilaku seksual, PMS dan KTD
merupakan suatu masalah yang sangat sensitif. Oleh karena itu diharapkan
penelitian ini dapat menemukan pendekatan yang efektif yang diharapkan
membawa manfaat sebagai berikut :
1. Implikasi program, yaitu dengan diperolehnya gambaran tentang perilaku
seksual kelompok sasaran / responden yang selanjutnya akan dipergunakan
sebagai bahan masukan dalam menyusun program intervensi.
2. Eksplorasi data perilaku seksual sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian
atau studi selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku seksual.
4. Kerangka Pemikiran
Perilaku seksual adalah tingkah laku yang di dorong oleh seksual, baik
dengan lawan jenis maupun sejenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa
bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai berkencan, bercumbu dan
bersenggama (Widjanarki, 1999 ; 24). Perubahan perilaku seksual remaja yang
semakin permissive disebabkan beberapa faktor yang saling berkaitan antara satu
sama lainnya sebagai dampak perubahan sosial dalam masyarakat. Faktor-faktor
tersebut antara lain usia pubertas rata-rata remaja yang lebih dini, munculnya
dorongan seks dari dalam remaja yang terkadang di luar keinginan dan kesadaran
mereka, kurangnya pengetahuan remaja tentang proses dan kesehatan reproduksi,
menajamnya jumlah remaja yang berperilaku seks aktif, miskinnya pelayanan dan
bimbingan tentang kesehatan reproduksi untuk remaja dan pengaruh negatif yang
menyebabkan nilai casual sex atau easy sex melalui berbagai media cetak dan
audiovisual. (Yayah Khisbiyah, dkk, PPK-UGM, 1996).
Masalah krusial kesehatan reproduksi remaja terutama yang menyangkut
seksualitas sehingga menjadi perhatian banyak pihak adalah masalah penyakit
menular seksual (PMS), termasuk HIV/AIDS dan kehamilan pra nikah atau KTD.
Oleh sebab itu penanganan masalah ini menjadi bersifat lintas budaya. Penelitian
cross cultural tentang penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak
diinginkan dikalangan remaja dilakukan diseluruh negara, baik negara maju
seperti Amerika Utara, Eropa maupun negara berkembang di Amerika Latin, Asia
termasuk Indonesia menghadapi masalah serupa. (Kulin, 1988 ; 727).
Penyakit Menular Seksual (PMS) dalam penelitian ini adalah penyakit
yang penularannya terjadi melaui kontak seksual atau hubungan kelamin dengan
seseorang yang mengidap PMS. Hubungan kelamin yang dimaksud dalam
penelitian ini tidak hanya terbatas secara genito-genital tetapi juga dapat terjadi
secara otogenitas sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak
terbatas pada daerah ekstra genital (Payamun, 1992 ; 53-67). Jadi penelitian ini
tidak hanya melihat penularan PMS hanya melalui hubungan kelamin tetapi lebih
dari itu yang banyak dilakukan remaja adalah perilaku seksual dalam mereka
berpacaran. Adapun jenis-jenis PMS yang dimaksud dalam penel;itian ini juga
bermacam-macam, baik disebabkan oleh jamur, bakteri, protozoa maupun virus.
Jenis-jenis penyakit yang dimaksud adalah sypilis (raja singa), gonorrhoea (GO),
herpes genital, kutil (genital wars), kandidiasi, trikomona, AIDS serta kutu di alat
kelamin.
Sedangkan untuk mengetahui tanda-tanda dari setiap PMS digunakan
pedoman dari Ditjen PPM dan PLP Depkes RI yang bekerjasama dengan Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) tentang panduan manajemen penyakit menular seksual
dengan pendekatan sindrom. Selain buku panduan di atas digunakan pula buku
panduan lain yang diterbitkan oleh Population Council Indonesia tentang PMS
dan Penyakit Infeksi Saluran Reproduksi (ISR).
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) dalam penelitian ini adalah suatu
keadaan di mana remaja perempuan karena perilaku seksual dengan pasangannya
tanpa diikat dengan tali perkawinan yang sah menyebabkan dirinya mengalami
kahamilan. Kebanyakan kasus kehamilan akibat hubungan seks pra nikah adalah
kehamilan yang tidak dikehendaki. Remaja yang tidak dapat menahan diri
cenderung melanggar larangan hubungan seks pra nikah tersebut. Kecenderungan
ini semakin meningkat dengan mudahnya karena penyebaran informasi yang
bersifat rangsangan seksual melalui video, TV, majalah, dll (Wijanarko, 1999 ; 5).
Studi Tjirsa (1992) di sebuah klinik lain melaporkan bahwa 70% pasien yang
membutuhkan aborsi adalah remaja yang belum menikah, baik dari daerah
pedesaan maupun daerah perkotaan (Bemmelan, 2000 ; 325). Dari gambaran
aborsi yang dilakukan oleh remaja ternyata banyak sekali kasus-kasus hubungan
seksual yang menyebabkan terjadinya KTD dikalangan remaja. Sedangkan dalam
hal reproduksi, remaja yang terinfeksi PMS dan mengalami KTD yang dilanjutkan
dengan aborsi akan menghadapi masalah yang cukup serius terhadap organ
reproduksinya.
Infeksi penyakit menular seksual dan KTD juga memberikan konsekuensi
psikologis yang cukup berat. Remaja yang terinfeksi PMS dan mengalami KTD
akan mengalami rendah diri, malu dan merasa bersalah serta depresi, karena
merasa telah bersalah melakukan tindakan yang dipandang dosa oleh norma
agama dan masyarakat (Doesampurno, 1982 ; 12) akibatnya dalam beberapa kasus
banyak remaja yang mengambil keputusan bunuh diri, tidak berdaya, bingung,
frustasi. Sedangkan dari kasus remaja yang bekerja kebanyakan berhenti untuk
bekerja.

5. Metodologi Penelitian
 Sasaran penelitian / responden
Populasi penelitian ini adalah seluruh remaja yang bekerja di Pabrik
Pengolahan Kayu (plywood) yang ada di Propinsi Jambi. Sampel penelitian
sebanyak 1000 orang atau lebih kurang 10% dari jumlah pekerja perempuan yang
berstatus remaja / belum menikah. Dengan kriteria remaja yang berusia 15 – 25
tahun, pekerja pendatang dan pekerja lokal. Pendekatan yang akan dilakukan
dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis sikap dan perilaku dengan
menekankan pada apa yang dipikirkan, disampaikan dan di persepsikan oleh
responden. Adapun tehnik pengumpulan datanya sebagai berikut :
1. Kuesioner
Instrumen ini akan dipergunakan untuk memperoleh data yang berkaitan
dengan pengetahuan responden tentang variabel-variabel yang akan diteliti,
kepada responden akan diajukan sejumlah pertanyaan dan pernyataan yang
telah disusun secara terstruktur.
2. Focus Group Discussion (FGD)
Intrumen ini digunakan oleh peneliti untuk mengeksplorasi data-data yang
sulit dijabarkan dalam kuesioner. Ada sejumlah informasi untuk
memperolehnya perlu probing. FGD ini dibatasi informannya 5 sampai 6
orang responden.
3. Wawancara Mendalam
Peneliti mengadakan wawancara mendalam pada beberapa informan yang
telah terpilih dalam FGD untuk mendapatkan data yang lebih spesifik dan
mendalam yang tidak memungkinkan untuk didapat dalam diskusi FGD.

4. Pengamatan (Observasi)
Mengingat penelitian ini juga akan melihat perilaku, menjadi sangat
penting untuk melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan responden atau
informan. Khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan waktu luang
ataupun saat mereka berada di tempat kerja. Observasi ini dilakukan juga
untuk menyesuaikan antara data yang diperoleh melalui wawancara dengan
perilaku sehari-hari informan.
 Analisis Data
Analisa data dalam penelitian ini bersifat deskriftif terhadap data lapangan
yang diperoleh. Data diperoleh dengan menggunakan pertama, pendekatan
kuantitatif yaitu menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh akan dianalisa
dalam bentuk data statistik dengan menggunakan program SPSS. Kedua,
pendekatan kualitatif diperoleh dari FGD dan wawancara mendalam. Data ini
sangat penting dalam analisa, terutama dalam menggambarkan secara rinci
tentang variabel-variabel yang relevan. Dengan demikian uraian interpretasi
terhadap data akan lebih kaya dan akan menggambarkan kondisi yang nyata.
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama 3 bulan, sedangkan jumlah
peneliti yang terlibat sebanyak lima orang.

5. Anggaran dana
Anggaran dana yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Perdiem
a. 1 orang koordinator : 75 hari efektif x Rp. 75.000 Rp. 5.625.000
b. 1 orang Analis Data : 10 hari efektif x Rp. 50.000 Rp. 500.000
c. 4 orang Surveyor : 60 hari efektif x Rp. 60.000 Rp. 3.600.000
Rp. 9.725.000
2. Akomodasi : 75 hari x 4 orang x Rp. 25.000 Rp. 7.500.000
3. Souvenir : 1000 orang x Rp. 5.000 Rp. 5.000.000
4. Report and Printing cost Rp. 1.000.000
5. Operations and Maintenance Rp. 2.000.000
Total Rp.25.225.000

Demikianlah proposal penelitian ini dibuat dengan sebenar-benarnya sebagai


bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang menyetujuinya.

Yayasan Mitra Aksi


Koordinator Program

Syafri Hasibuan, SE
REPORT
LOKAKARYA MASYARAKAT

DESA BETARA KIRI KECAMATAN BETARA


DESA PULAU PAUH KECAMATAN MERLUNG
DESA TANJUNG TAYAS KECAMATAN TUNGKAL ULU

COMMUNITY WATER SERVICES AND HEALTH


PROJECT

OCTOBER-DECEMBER 2003

Yayasan SIKOK
Jl. Dara Jingga No. 49 Kelurahan Rajawali Jambi
Telp. 0741-24528
Jambi-Indonesia

You might also like