You are on page 1of 16

Vol. 15 No.

4 / Oktober - Desember 2022

PERUBAHAN NILAI BUDAYA MASYARAKAT CAP TIKUS


DI DESA TALAITAD UTARA KECAMATAN SULUUN TARERAN
KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Oleh
Liandry Vanny Lintong1
Defry Deeng2 Welly E. Mamosey3

ABSTRACT

Indonesia is a country with ethnic diversity. in the world. Each ethnic group
has a different social, political, and cultural identity, such as different regional
languages customs and traditions, belief systems and so on. Not only rich in
culture, but also a country rich in natural resources both in the agricultural
sector, fields, and marine products.

In North Sulawesi, especially in Minahasa, it is famous for a liquor called "Cap


Tikus". This liquor is made from the fermentation and distalation of juice from
palm trees. Cap Tikus has become a drink that can be consumed supported
by technology, this drink has an important role for the alcoholic beverage
industry in Manado City, because it is a raw material for making liquor.

Talaitad Village located in Suluun Tareran District, North Sulawesi Province


is famous for (Cap Tikus to') or high alcohol content, even up to 80%. Cap
tikus, which used to be used for sacred occasions, and other positive things,
has now turned into an escape point. Uap tikus is a dangerous drink for health
and causes crime when consumed excessively. Although dangerous, cap tikus
has benefits when consumed according to the dose (not excessive). The results
of Cap Tikus production are also the main source of income for farmers.

Keywords: change of cultural values, alcohol, cap tikus

1
Mahasiswa Antropologi Fispol Unsrat
2
Pembimbing I KTIS
3
Pembimbing II KTIS

1
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

PENDAHULUAN Cap Tikus merupakan minuman


beralkohol hasil karya tangan
Indonesia merupakan negara
manusia yang berbahan baku nira
dengan keanekaragaman suku
pohon enau, dan dibuat dengan
bangsa. di dunia. Setiap suku
cara tradisional. Mereka yang
bangsa memiliki identitas sosial,
menjadi petani, biasanya sebelum
politik, dan budaya yang berbeda-
melakukan aktivitas akan
beda, seperti bahasa daerah yang
meminum satu seloki Cap Tikus.
berbeda adat istiadat serta tradisi,
Mereka percaya hal tersebut akan
sistem kepercayaan dan sebagai-
menambah semangat pada saat
nya. Corak yang berbeda-beda dan
bekerja, juga berperan penting
keanekaragaman kebudayaan ter-
pada upacara kenaikan rumah baru
cermin pada semboyan Negara
“rumamba”, Cap Tikus juga ber-
kesatuan Republik Indonesia yaitu,
fungsi untuk menambah keper-
“Bineka Tunggal Ika” yang artinya
cayaan diri (Pratiknjo, 2019).
berbeda-beda tetapi tetap satu.
Bukan hanya kaya akan kebu- Cap Tikus hanya ada di Sulawesi
dayaan, tetapi juga negara yang Utara, akan tetapi seiring per-
kaya akan sumber daya alamnya kembangan zaman dan penye-
baik di sektor pertanian, ladang, baran masyarakat Sulawesi Utara
maupun hasil lautnya. ke pelosok daerah yang ada di
Indonesia, Cap Tikus sudah
Di Sulawesi Utara, khususnya di
menjadi minuman yang dapat
Minahasa terkenal dengan minu-
dikonsumsi sampai ke tanah Papua.
man keras yang diberi nama “Cap
Dengan ditunjang teknologi,
Tikus”. Minuman keras ini terbuat
minuman ini mempunyai peran
dari hasil fermentasi dan distilasi
penting bagi para industri
air nira dari pohon aren. Minuman
minuman beralkohol yang ada di
ini sudah dikenal sejak lama oleh
Kota Manado, karena menjadi
masyarakat Minahasa, dan umum-
bahan baku pembuatan minuman
nya dikonsumsi oleh para bangsa-
keras. Walaupun bermunculan
wan atau masyarakat umum dalam
minuman beralkohol lain di
acara adat. (Pratiknjo, 2019).
Sulawesi Utara, akan tetapi tidak
menurunkan eksistensi minuman

2
Vol. 15 No. 4 / Oktober - Desember 2022

ini di kalangan masyarakat. Hal ini kejahatan apabila dikonsumsi


dapat dilihat dari pengonsumsian secara berlebihan. Meski ber-
Cap Tikus bagi masyarakat bahaya akan tetapi Cap Tikus
Sulawesi Utara di setiap ke- memiliki manfaat apabila dikon-
sempatan, baik acara pernikahan, sumsi sesuai takaran (tidak
ucapan syukur, kedukaan dan lain berlebihan). Hasil dari produksi
sebagainya. Cap Tikus juga menjadi sumber
penghasilan utama bagi petani.
Desa Talaitad yang terletak di
Petani Cap Tikus memiliki latar
Kecamatan Suluun Tareran,
belakang pendidikan yang
Provinsi Sulawesi Utara terkenal
berbeda, mayoritas dari mereka
dengan (Cap Tikus to’) atau kadar
pendidikannya rendah. Akan tetapi,
alkohol yang tinggi, bahkan hingga
pendidikan anak mereka tetap
mencapai 80%. Diakui bahwa
diperhatikan. Dari hasil pen-
kekuatan miras ini melebihi vodka
dapatan yang diperoleh, sebagian
atau wiskey yang biasa diminum
digunakan untuk membiayai pen-
oleh orang Amerika, hal ini diakui
didikan anak mereka, dan sisanya
oleh orang Amerika yang pernah
untuk mencukupi kebutuhan
mencoba miras cap Tikus
sehari-hari. Menurut mereka pen-
(Saifuddin & Premono 2014).
didikan yang baik, akan semakin
Musim dan Zaman berganti,
memperbaiki kesejahteraan
Cap Tikus yang dulunya digunakan
keluarga.
untuk acara-acara sakral, dan hal-
hal positif lainnya, kini Cap Tikus Nilai Budaya
telah berubah menjadi tempat Nilai budaya merupakan
pelarian. Cap Tikus beralih rupa konsep-konsep mengenai sesuatu
menjadi minuman tempat pelam- yang ada dalam alam pikiran
piasan nafsu, serta alat utama sebagian besar dari masyarakat
untuk mabuk-mabukan, yang yang mereka anggap bernilai,
kemudian menjadi sumber berharga dan penting dalam hidup
malapetaka. sehingga dapat berfungsi sebagai
Cap Tikus berbahaya bagi suatu pedoman yang memberi
kesehatan dan menimbulkan arah dan orientasi pada kehidupan

3
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

warga masyarakat (Koentjara- dudukan manusia dalam alam,


ningrat, 2015). Walaupun nilai hubungan orang dengan orang
budaya berfungsi sebagai pedo- dan tentang hal-hal yang diingini
man hidup manusia dalam dan tidak diingini yang mungkin
masyarakat, tetapi sebagai konsep, bertalian dengan hubungan orang
suatu nilai budaya itu bersifat dengan lingkungan dan sesama
sangat umum. Namun, justru manusia.
karena sifatnya yang umum, maka Bertitik dari pendapat di atas,
nilai-nilai budaya dalam suatu maka dapat dikatakan bahwa
kebudayaan berada dalam daerah setiap individu dalam melak-
emosional dari alam jiwa para sanakan aktivitas sosialnya selalu
individu yang menjadi warga dari berdasarkan serta berpedoman
kebudayaan bersangkutan. kepada nilai-nilai atau sistem nilai
Menurut Koentjaraningrat yang ada dan hidup dalam
dalam (Waristo 2012), Nilai budaya masyarakat itu sendiri. Artinya
merupakan nilai yang terdiri atas nilai-nilai itu sangat banyak
konsepsi-konsepsi yang hidup mempengaruhi tindakan dan
dalam alam pikiran sebagian besar perilaku manusia, baik secara
warga masyarakat dalam hal-hal individual, kelompok atau masya-
yang mereka anggap amat mulia. rakat secara keseluruhan tentang
Sistem nilai yang ada dalam suatu baik buruk, benar salah, patut atau
masyarakat menjadi orientasi dan tidak patut.
rujukan dalam bertindak bagi Suatu nilai apabila sudah
mereka. Oleh sebab itu, nilai membudaya dalam diri seseorang,
budaya yang dimiliki seseorang maka nilai itu akan dijadikan
mempengaruhi dalam mengambil sebagai pedoman atau petunjuk di
alternatif, cara-cara, alat-alat dan dalam bertingkah laku. Hal ini
tujuan pembuatan yang tersedia. dapat dilihat dalam kehidupan
Clyde Kluckhohn (1951) men- sehari-hari, misalnya budaya
definisikan nilai budaya sebagai gotong royong, budaya malas, dan
konsepsi umum yang terorganisasi, lain-lain. Jadi secara universal, nilai
yang mempengaruhi perilaku yang itu merupakan pendorong bagi
berhubungan dengan alam, ke- seseorang dalam mencapai tujuan

4
Vol. 15 No. 4 / Oktober - Desember 2022

tertentu. Manusia dianugerahi akal Dari beberapa pendapat di atas,


maka manusia dapat berpikir. maka dapat disimpulkan bahwa
Kemampuan berfikir manusia juga perubahan sosial budaya terjadi
digunakan untuk memecahkan karena adanya perubahan struktur
masalah-masalah hidup yang sehingga terjadilah perubahan
dihadapinya. fungsi sosial. Ketika perubahan
sosial mengalami perubahan,
Perubahan Budaya
secara otomatis akan mem-
Menurut Koentjaraningrat 2019, pengaruhi budaya di masyarakat
Perubahan budaya adalah proses itu sendiri.
pergeseran, pengurangan, penam-
Masyarakat
bahan dan perkembangan unsur-
unsur dalam suatu kebudayaan. Dalam bahasa Inggris dipakai
Perubahan kebudayaan biasanya istilah society yang berasal dari kata
terjadi karena adanya ketidak- latin socius, berarti “kawan”. Istilah
serasian terhadap fungsi yang ada masyarakat sendiri berasal dari
pada kehidupan. Seiring berkem- akar kata Arab syarakah yang
bangnya zaman, maka perubahan berarti “ikut serta, berpartisipasi”.
kebudayaan akan terus terjadi, hal Masyarakat adalah sekumpulan
ini dikarenakan perubahan kebu- manusia yang saling “bergaul”,
dayaan terjadi untuk memenuhi atau dengan istilah ilmiah, saling
kebutuhan masyarakat. “berinteraksi” (Koentjaraningrat,
2015). Menurut Linton (Syafrudin
Selo Soemardjan (1962)
2009), masyarakat adalah setiap
mengemukakan bahwa perubahan
kelompok manusia yang telah
kebudayaan adalah semua pe-
cukup lama hidup bekerjasama,
rubahan yang terjadi pada
sehingga dapat mengorganisasi
lembaga kemasyarakatan yang
dirinya dan berpikir tentang dirinya
dapat mempengaruhi suatu sistem
sebagai suatu kesatuan sosial
sosial, baik itu sikap, nilai-nilai,
dengan batas-batas tertentu.
maupun pola perilaku seseorang
Sedangkan menurut J.L Gillin dan
yang ada diantara kelompok dalam
J.P Gillin dalam buku mereka
masyarakat.
cultural Sociology 1945)

5
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

Masyarakat adalah kelompok penting bagi masyarakat Minahasa


manusia yang terbesar, mem- (Hatta Sunanto 1993).
punyai kebiasaan tradisi, sikap dan Cap Tikus sebagai minuman
perasaan persatuan yang sama. tradisional sudah berakar dalam
kebudayaan orang Minahasa dan
Cap Tikus
bahkan dianggap sebagai anu-
Minuman keras lokal tradisional
gerah dari dewa-dewa. Kedudukan
Minahasa yang terkenal adalah
Cap Tikus sangat penting dalam
minuman Cap Tikus. Minuman ini
upacara-upacara adat, misalnya
berasal dari tanaman aren yang
upacara kedukaan, upacara rumah
menghasilkan saguer, yang di-
baru, upacara perkawinan, pesta
masak menjadi Cap Tikus.
ulang tahun, serta pesta syukuran
Tanaman aren ini ditemukan di
lainnya. Ketika mengadakan
mana-mana, banyak penduduk
upacara rumah baru, para penari
yang menanamnya untuk
ma’engket menyanyikan lagu
memproduksi miras jenis ini yang
Marambak/Rumambak untuk
dikenal memiliki kandungan
menghormati dewa pencipta
alkohol sangat tinggi, bahkan
tempat tinggal (rumah), yaitu dewa
hingga mencapai 70%. Diakui
Tingkulendeng. Tuan rumah harus
bahwa kekuatan miras ini melebihi
menyediakan Cap Tikus untuk
vodka atau wiskey yang biasa
tona’as, yaitu pemimpin upacara
diminum oleh orang Amerika di
(Saifuddin dan Premono 2014).
sana. Hal ini diakui oleh orang
Istilah Cap Tikus muncul ketika
Amerika yang pernah mencoba
pasukan marinir Belanda mulai
miras Cap Tikus (Saifuddin dan
ditempatkan di Manado menjelang
Premono, 2014).
tahun 1900, karena mereka
Cap Tikus terbuat dari sari
kekurangan minuman keras Eropa,
pohon aren dan produksinya
maka pedagang Cina-Manado
tersebar luas di seluruh daerah
membeli minuman sopi dari
Minahasa sendiri. Pohon aren
penduduk lalu dijual dalam botol
hanya dapat tumbuh di dataran
dengan gambar merek seekor tikus,
tinggi. Pada abad ke 18 minuman
disebut Cap Tikus. Candu atau
Cap Tikus ini sangat berperan
opium (madat) pernah diper-

6
Vol. 15 No. 4 / Oktober - Desember 2022

kenalkan pada orang Minahasa fermentasi dan distilasi air nira dari
tapi tidak sempat membudaya, pohon enau. Di desa Talaitad Cap
karena orang Minahasa lebih Tikus sudah ada sejak tahun 1940-
mencintai saguer dan sopir atau an setelah penjajahan Jepang, akan
Cap Tikus (Wenas, 2007). Versi tetapi masih sebagian masyarakat
lainnya menyebutkan, nama Cap yang memproduksi Cap Tikus,
Tikus dikaitkan dengan alat kebanyakan dari masyarakat pada
penyulingan dari bambu yang waktu itu memproduksi gula
mirip dengan jalan tikus. merah.

Di Minahasa, minuman Cap Pembuatan Cap Tikus


Tikus digunakan dalam mem- Cap Tikus adalah hasil
bangun rumah. Ketika tukang fermentasi dari nira pohon Enau.
bangunan selesai mendirikan Masyarakat setempat menye-
tiang-tiang raja pada bagian atas, butnya dengan pohon “seho”.
biasanya pemilik rumah akan
Sebutan pohon seho berlaku juga
memberikan Cap Tikus kepada pada masyarakat etnis Minahasa.
kepala tukang bangunan atau Masyarakat setempat menye-
dalam bahasa Minahasa kepala bas. butnya dengan beberapa sebutan,
Cap Tikus yang diberikan akan yaitu “asam, cuka, manis, dan asam
disiram pada tiang-tiang raja, saguer”. Air nira adalah bahan
sisanya akan diminum oleh para pokok yang paling penting untuk
pekerja. Hal ini dimaknai sebagai membuat Cap Tikus, agar
simbol kebahagiaan dan ke- menghasilkan nira/saguer pohon
suksesan, karena mereka sudah enau harus melalui beberapa
bisa selesaikan bagian tersulit dari proses yang panjang bisa berhari-
aktivitas mereka dalam mem- hari, maupun berminggu-minggu.
bangun rumah (Pratiknjo dan Petani memanjat pohon enau
Mambo, 2019). menggunakan sebatang bambu
yang dilubangi sebagai tempat
Keberadaan Cap Tikus
pijakan, dan memanjatnya dengan
Captikus adalah minuman
cara memasukan jari jempol ke
beralkohol tradisional Minahasa
bambu yang dilubangi.
yang diproses dengan cara

7
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

Sebelum menyadap, mayang yang berwarna cokelat ini bisa


aren harus dibersihkan terlebih menghasilkan air nira akan tetapi
dahulu. Peralatan yang harus harus disadap dengan hati-hati.
disiapkan yaitu parang/peda Usia mayang yang siap sadap
digunakan untuk membersihkan, pada saat muncul dari batang
memotong pelepah/palapa’ yang pohon aren adalah 2 bulan.
menghalangi mayang, pisau
Mayang yang sudah berusia lebih
tajam/piso tifar, alat ini digunakan dari 3 bulan dianggap tidak baik.
untuk membersihkan selaput Setelah dilihatnya mayang di-
mayang yang masih menempel di anggap baik, disiapkan tangga dari
batang mayang, palu pemukul bambu untuk mencapai mayang
(terbuat dari kayu) beratnya kurang yang akan disadap. Tingginya
lebih lima kilo gram digunakan tangga bambu tergantung dari
untuk memukul mayang. tinggi pohon enau yang memiliki
mayang. Untuk pohon yang baru
Pengambilan Air Nira dari Pohon
pertama kali memilik mayang,
Enau
tingginya sekitar 6 meter.
Air nira diambil dari pelepah
Pohon aren akan mulai memiliki
mayang pohon enau. Untuk
mayang pada saat usianya 5 tahun.
mencari mayang yang akan
Mayang yang baik bila pohon aren
disadap, diperlukan pengetahuan
berusia 8 tahun. Pohon aren dapat
baik oleh petani. Pemilihan
memiliki mayang sampai berusia
mayang yang kurang baik atau
kurang lebih 10 tahun. Artinya
salah akan menghasilkan air nira
mayangnya dapat tumbuh/muncul
yang jumlahnya sedikit dan
sebanyak 20 kali bahkan lebih
kualitasnya kurang baik, oleh
(pohon tinggi), 10 kali (pohon
karena itu maka perlu mem-
pendek). Pohon aren yang sudah
perhatikan mayang. Tanda-tanda
tidak produktif, selanjutnya di-
mayang yang biak adalah ketika
biarkan sampai mati, yang berarti
mayang berwarna putih kehijauan,
petani Cap Tikus mencari pohon
sedangkan tanda-tanda mayang
aren yang baru.
yang kurang baik adalah mayang
yang berwarna cokelat. Mayang

8
Vol. 15 No. 4 / Oktober - Desember 2022

Sebelum melakukan ditampung ke dalam galon yang


penyadapan maka diperlukan sudah disediakan, jika air nira yang
peralatan seperti penyiapan dikumpulkan sudah cukup, se-
tangga untuk memanjat, pisau lanjutnya asam akan diproses
yang tajam, parang, tempat dengan cara distilasi. Asam akan
penampungan air nira, tali untuk dimasak sampai mendidih dan
menahan tempat penampungan uapnya akan naik melalui pipa-
air nira, palu yang terbuat dari kayu pipa yang terbuat dari bambu
beratnya sekitar 3 kg. Tangga yang kemudian mencair, cairan yang
telah dibuat biasanya berasal dari berasal dari uap asam disebut Cap
pohon bambu yang sudah tua, Tikus.
selanjutnya disandar ke pohon
Pemasaran Cap Tikus
enau menghadap mayang. Untuk
menghindari tangga tersebut Setelah diproses menjadi
roboh, maka maka diikat dengan minuman alkohol yang dinamakan
tali ijuk menyatu dengan pohon. Cap Tikus, selanjutnya dilakukan
pemasaran. Pada masyarakat
Proses penyadapan meng-
Talaitad Utara, karena Cap Tikus
gunakan peralatan seperti pisau
merupakan sumber mata pen-
yang di asah dengan sangat tajam,
caharian yang paling utama, maka
karena harus mengiris tipis mayang
pembuatan Cap Tikus pada
pohon enau yang sangat keras,
umumnya dalah untuk dijual. Cara
bambu untuk menampung air nira
penjualan : (1) Dijual sendiri yakni
dari pohon enau, namun seiring
petani menjual sendiri Cap Tikus
berkembangnya zaman kini
yang dibuatnya. Cap Tikus yang
masyarakat menggunakan galon,
dijual sendiri, dibawa dengan
plastik yang panjang berguna
dimasukkan ke dalam galon yang
untuk membantu mengalirkan air
berukuran 25 liter dan dijual
nira agar masuk ke dalam galon.
kepada siapa saja yang me-
Pengolahan Air Nira (Saguer) mesannya, sedangkan kadar yang
Menjadi Cap Tikus paling tinggi dimasukan ke dalam
botol air mineral, dan dijual per
Setelah terkumpul air nira akan
botol ke masyarakat. Untuk
dibawa ke tempat penyulingan dan

9
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

mencegah razia dari petugas maka dalam desa, mereka menjualnya


harus mengurus surat izin di kantor kembali ke desa-desa lain bahkan
Polisi. Harga Cap Tikus dengan sampai keluar daerah seperti
kadar alkohol yang tinggi dijual per Sanger, Irian, Talaud, sampai ke
botol sekitar Rp. 40.000 – Rp. Papua. Pembeli dari masyarakat
50.000, apabila botol berukuran desa sendiri bersifat musiman
besar yang bisa menampung 1 liter artinya hanya pada saat ada acara-
setengah harga Cap Tikus yang acara seperti perkawinan,
ditawarkan kepada pembeli adalah kedukaan, ulang tahun, dan acara-
Rp 125.000. acara besar seperti pengucapan
syukur, hari natal dan tahun baru.
Cap Tikus yang dijual sendiri
Rata-rata dalam sehari jumlah yang
dianggap memiliki keuntungan
dibeli sebanyak 10 sampai 15 botol.
yang lebih besar dibandingkan
(4) Pembeli dari luar desa yakni
dengan menjual kepada pedagang
orang-orang yang datang membeli
pengecer. Besarnya keuntungan
berasal dari luar desa seperti dari
bila dijual sendiri sebesar Rp.
kota Manado, Tomohon, dan
2.050.000,- (kadar Cap Tikus yang
Amurang. Para pembeli dari luar,
tinggi dalam galon 25 liter), kalau
biasa membeli dalam jumlah yang
Cap Tikus biasa Rp. 600.000,-
banyak yakni sekitar 2 sampai 3
(galon 25 liter). Pada umumnya
masyarakat menjual sendiri atau galon yang berukuran 25 liter.
Harga setiap galon tergantung
dijual ke pedagang ecaran. Alasan
negosiasi dengan pembeli sekitar
menjual ke pedagang eceran,
Rp. 500.000,- jadi hasil dari Cap
supaya lebih cepat mendapatkan
Tikus yang dijual sendiri Rp.
uang/ mempermudah untuk
2.050.000,- dibeli pedagang dari
diperuangkan. (2) Pembeli dari
desa sendiri tergantung kadar dari
desa yakni orang yang membeli
Cap Tikus kalau satu galon
berasal dari desa Talaitad Utara
berukuran 25 liter kadarnya 50%
sendiri. Selain menjual sendiri, ada
uang yang diterima sekitar Rp.
pula Cap Tikus yang dibeli oleh
500.000,- sampai Rp. 600.000,- dan
masyarakat setempat. Mereka
pembeli dari luar desa Rp.
menjualnya lagi dan untuk
700.000,-.
diminum sendiri. Pembeli dari

10
Vol. 15 No. 4 / Oktober - Desember 2022

Manfaat Cap Tikus Bagi Perubahan Nilai Budaya Pada


Kesehatan Masyarakat Cap Tikus

Minuman beralkohol seperti Masyarakat Desa Talaitad


Cap Tikus tidak baik untuk dulunya mengkonsumsi Cap Tikus
kesehatan apabila dikonsumsi bukan untuk dijadikan sebagai
secara berlebihan. Selain membuat sarana mabuk-mabukan, me-
mabuk, minuman ini juga memicu lainkan dikonsumsi sesuai dengan
berbagai penyakit berbahaya takaran karena masyarakat tau
seperti kerusakan hati, obesitas, akan kerugian dari alkohol Cap
dan stroke. Namun ternyata jika Tikus apabila dikonsumsi secara
dikonsumsi secukupnya, Cap Tikus berlebihan atau tidak sesuai
memiliki banyak manfaat salah dengan takaran. Masyarakat
satunya adalah bermanfaat bagi dulunya mengkonsumsi Cap Tikus
kesehatan tubuh yang jarang dengan tujuan untuk kesehatan
diketahui orang. yakni digunakan untuk meng-
hangatkan tubuh, mengembalikan
Manfaat Cap Tikus Untuk
stamina yang hilang, menyem-
Menyembuhkan Luka
buhkan penyakit seperti batuk dan
Selain bermanfaat bagi ke- masuk angin, menambah nafsu
sehatan tubuh seperti meng- makan, dan untuk menambah
hangatkan badan dan me- keberanian atau percaya diri.
nyembuhkan penyakit yang telah
Masyarakat Talaitad dulunya
dijelaskan di atas, Cap Tikus juga
memproduksi Cap Tikus hanya
memiliki fungsi lain yaitu untuk
untuk dikonsumsi sendiri, hanya
menyembuhkan luka luar seperti
sebagian dari masyarakat yang
luka akibat kecelakaan, luka
memproduksi lalu menjualnya di
potong, dan luka bakar, untuk bisa
pasar karena Cap Tikus pada waktu
menyembuhkan luka memerlukan
itu belum terkenal atau dengan
Cap Tikus yang kadar alkoholnya
kata lain belum diketahui banyak
tinggi.
orang, harganyapun berbeda
dengan sekarang, dulu Cap Tikus
dimasukan ke dalam botol “Plesko”
dengan harga Rp. 5,- pada tahun

11
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

1945. Ukuran botol plesko lebih berakibat negatif bagi diri sendiri
besar dari botol sekarang. Pada yang dapat menimbulkan berbagai
zaman sekarang ini Cap Tikus macam penyakit seperti stamina
sudah beralih fungsi, hanya menurun, asam lambung, jantung
sebagian orang yang mengon- berdebar, obesitas, dan yang
sumsi Cap Tikus untuk men- paling parah dari mengonsumsi
dapatkan manfaatnya, sebagian Cap Tikus secara berlebihan dalam
besar masyarakat mengonsumsi waktu yang lama adalah kematian.
Cap Tikus hanya untuk mabuk- Cap Tikus juga berakibat buruk
mabukan dan sudah tidak lagi bagi masyarakat, jika sudah mabuk
menghiraukan kesehatan mereka, mulai membuat keributan di
mereka sudah tidak peduli dengan masyarakat seperti berkelahi,
efek dari mengonsumsi Cap Tikus berteriak-teriak pada waktu malam
secara berlebihan. hari, ugal-ugalan di jalan dengan
sepeda motor dan menggunakan
Pandangan Masyarakat
knalpot yang tidak sesuai standar
Terhadap Cap Tikus
sehingga mengganggu keten-
Masyarakat Desa Talaitad Utara teraman dan merugikan
khususnya para petani me- masyarakat.
mandang Cap Tikus sebagai
Selain berakibat negatif bagi
sumber mata pencaharian yang
diri sendiri dan masyarakat,
paling utama, di sisi lain Cap Tikus
mengonsumsi Cap Tikus secara
juga dapat mengakibatkan keru-
berlebihan juga memiliki manfaat
gian dan akan berdampak buruk
atau sisi positif yang jarang
bagi masyarakat, sehingga tidak
diketahui oleh masyarakat. Sisi
sedikit juga masyarakat yang
positif yang dimaksud salah
menganggap bahwa Cap Tikus itu
satunya adalah pergaulan, kita bisa
berbahaya.
memiliki banyak teman di dalam

Akibat Bagi Diri Sendiri dan maupun di luar desa, kebersamaan,

Masyarakat saling tolong-menolong, dan


saling menghargai.
Mengonsumsi alkohol Cap
Tikus secara berlebihan dapat

12
Vol. 15 No. 4 / Oktober - Desember 2022

Pengawasan Pemerintah gunakan bambu yang pendek


untuk penyaringan dan meng-
Desa Talaitad Utara walaupun
gunakan kaleng merek khong guan
sumber mata pencaharian
kadar dari Cap Tikusnnya pun yang
masyarakat adalah Cap Tikus akan
paling keras hanya 45%. Ketika ada
tetapi pemerintah desa tetap
acara-acara seperti naik rumah
menetapkan aturan-aturan atau
baru/rumamba’, kedukaan, dan
larangan-larangan serta sanksi
hari ulang tahun tuan rumah akan
bagi masyarakat yang membuat
memberikan Cap Tikus yang
keributan atau mengganggu
dimasukkan ke dalam botol plesko
ketenteraman ketika mabuk,
dicampur dengan minuman manis
aturan-aturan tersebut harus
untuk para tamu undangan, akan
dipatuhi oleh masyarakat.
tetapi masyarakat tidak meminum-
Kesimpulan nya hingga mabuk melainkan

1. Cap Tikus mulai dikenal oleh hanya satu seloki saja, walaupun

kalangan masyarakat Desa Talaitad satu botol plesko 20 orang yang

pada tahun 1940-an setelah ber- minum tidak akan habis.

akhirnya penjajahan Jepang, akan 2. Sebelum menyadap


tetapi masih sebagian masyarakat peralatan yang harus disiapkan
yang memproduksi Cap Tikus, yaitu parang/peda digunakan
kebanyakan dari masyarakat pada untuk membersihkan, memotong
waktu itu memproduksi gula pelepah/palapa’ yang meng-
merah. Sebelum mengenal Cap halangi mayang, pisau tajam/piso
Tikus masyarakat memproduksi tifar, alat ini digunakan untuk
dan mengonsumsi tuak/saguer membersihkan selaput mayang
sebagai minuman keras. Cara yang masih menempel di batang
memproduksi Cap Tikus pertama mayang, palu pemukul (terbuat
kali tidak sama seperti sekarang, dari kayu) beratnya kurang lebih
kalau sekarang sudah memakai lima kilo gram digunakan untuk
bambu yang panjang untuk memukul mayang.
penyaringan dan menggunakan
3. Proses penyadapan meng-
drum yang besar, kalau dulu
gunakan peralatan seperti pisau
kebalikannya yaitu hanya meng-
yang diasah dengan sangat tajam,

13
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

karena harus mengiris tipis mayang juga dapat mengakibatkan ke-


pohon enau yang sangat keras, rugian dan akan berdampak buruk
bambu untuk menampung air nira bagi masyarakat, sehingga tidak
dari pohon enau, namun seiring sedikit juga masyarakat yang
berkembangnya zaman kini menganggap bahwa Cap Tikus itu
masyarakat menggunakan galon, berbahaya.
plastik yang panjang berguna
6. Masyarakat Desa Talaitad
untuk membantu mengalirkan air dulunya mengonsumsi Cap Tikus
nira agar masuk ke dalam galon. bukan untuk dijadikan sebagai
4. Selain bermanfaat bagi sarana mabuk-mabukan, melain-
kesehatan tubuh seperti meng- kan dikonsumsi sesuai dengan
hangatkan badan dan me- takaran karena masyarakat tahu
nyembuhkan penyakit, Cap Tikus akan kerugian dari alkohol Cap
juga memiliki fungsi lain yaitu Tikus apabila dikonsumsi secara
untuk menyembuhkan luka luar berlebihan atau tidak sesuai
seperti luka akibat kecelakaan, luka dengan takaran. Masyarakat
potong, dan luka bakar, untuk bisa dulunya mengonsumsi Cap Tikus
menyembuhkan luka memerlukan dengan tujuan untuk kesehatan
Cap Tikus yang kadar alkoholnya yakni digunakan untuk meng-
tinggi. hangatkan tubuh, mengembalikan
stamina yang hilang, menyem-
5. Masyarakat Desa Talaitad
buhkan penyakit seperti batuk dan
Utara khususnya para petani
masuk angin, menambah nafsu
memandang Cap Tikus sebagai
makan, dan untuk menambah
sumber mata pencaharian yang
keberanian atau percaya diri.
paling utama, di sisi lain Cap Tikus

14
Vol. 15 No. 4 / Oktober - Desember 2022

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin. 2010. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT Raja


Grafindo Perasada.

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara

Ayudhitiya dan Inggriani. 2012. Anda Dokter Keluarga Anda. Depok: Penebar
Plus

C. Kluckhohn. 1951. The Study of Culture. New York: Stan ford University
Press.

Creswell, J. W. 1998. Qualitative inquiry and research design: Choosing


among five tradisions. Thousand Oaks, CA:Sage

Dannerius Sinaga. 1988. Sosiologi dan antropologi. Klaten: PT. Intan Pariwara.

Hatta Sunanto. 1983. Aren. Budidaya dan Multigunanya. Yogyaka: Kanisius.

J.L. Gillin, J.P. Gillin.1945. Cultural Sociology. New York: Macmillan.

Junus Melalatoa. 1995. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: CV. Eka
Putra

Kaelan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta:


Paradigma.

Koentjaraningrat. 2015. “Pengantar Ilmu Antropologi” (Jakarta, PT RINEKA


CIPTA).

Lendo, Juita. 2014. “Industri Kecil Kelompok Tani Cap Tikus Masyarakat Desa
Tokin Baru Kecamatan Motoling Timur Kabupaten Minahasa
Selatan.” Jurnal Acta Diurna.

Melky Lungan. 2017. “Kehidupan Pengrajin Cap Tikus Di Desa Lobu Atas
Kecamatan Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara”.

Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:


Remaja Rosda Karya.

1
Jurnal Holistik ISSN: 1979-0481

Moleong, L.J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi, Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Moehar Daniel. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: Bumi


Aksara.

Nasution. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Tarsito.

P.J. Bouman. 1980. Ilmu Masyarakat Umum Pengantar Sosiologi. Jakarta: PT


Pembangunan.

Pratiknjo, M. H, & Mambo, R. 2019. The Cultural Value of the Minahasa


People about Liquor “Cap Tikus”. Journal Of Drug and Alcohol
Reasearch.

Purhantara, Wahyu. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk bisnis.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Saifuddin, Achmad Fedyani, dan Dwi Urip Premono. 2014. Minahasa


Wonderland: Negeri Mempesona di Bibir Pasifik. Jakarta: P3ISIP

Selo Soemardjan. 1962. Social Changes in Yokyakarta. Ithaca: Cornell


University Press.

Waristo. Antropologi Budaya. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012.

Wenas, Jessy. 2007. Sejarah dan Kebudayaan Minahasa. Jakarta: Maksimedia


Satyamitra.

You might also like