You are on page 1of 104

KEPEMIMPINAN KEPALA DINAS DALAM USAHA MENINGKATKAN

KEMAMPUAN APARATUR
(Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Sumenep)

SKRIPSI

Oleh :
ADITIO CAHYADIEN RIFTA
NIM. 19.1.1.434 - AN

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
(STISOSPOL) WASKITA DHARMA MALANG
TAHUN 2024
KEPEMIMPINAN KEPALA DINAS DALAM USAHA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN APARATUR
(Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Sumenep)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana


Ilmu Administrasi Negara
STISOSPOL “Wsakita Dharma” Malang

Oleh :
ADITIO CAHYADIEN RIFTA
NIM. 19.11.434 - AN

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
(STISOSPOL) WASKITA DHARMA MALANG
2024

i
LEMBAR PERSETUJUAN

KEPEMIMPINAN KEPALA DINAS DALAM USAHA MENINGKATKAN


KEMAMPUAN APARATUR
(Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Sumenep)

Oleh :

FRANCISCO DE JESUS ALVES


NIM. 1711635 - AN

Telah Disetujui Oleh Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

M. Agus Syukron, M.Si Suljatmiko, AMd,Kom., S.Sos., M.A.P


NIDN. 0025087301 NIDN0701029104
Tanggal ........................... Tanggal ...............................

Mengetahui

Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara

Suljatmiko, AMd,Kom., S.Sos., M.A.P


NDN. 0724077504

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Aditio Cahyadien Rifta


NIM : 19.11.434-AN
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Judul Karya Tulisan : Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Usaha
Meningkatkan Kemampuan Aparatur (Studi Pada Dinas
Sosial Kabupaten Sumenep)

Menyatakan dengan sesunguhnya bahwa skripsi yang sayat tulis ini benar-benar

tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi baik sebagian atau seluruhnya.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil plagiasi,

baik sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, Februari 2024

Aditio Cahyadien Rifta


Nim. 19.1.1.434 - AN

iii
MOTTO

“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata


buta. Masa yang lampau sangat berguna sebagai
kaca benggala daripada masa yang akan datang."
(Soekarno)

"Orang yang hebat adalah orang yang


memiliki kemampuan menyembunyikan
kesusahan, sehingga orang lain mengira
bahwa ia selalu senang."
(Imam Syafi'i)

“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam


kecerdasan, memperkukuh kemauan serta
memperhalus perasaan”.
(Tan Malaka)

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillahirobbil’alamin penulis panjatkan ke Hadirat Allah

SWT, yang telah memberikan ridlo serta rahmat dan hidayah Nya, sehingga

penulis masih diberi kesempatan untuk dapat merampungkan penulisan Skrispi

ini, yang mana sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan perkuliahan di

STISOSPOL “Waskita Dharma” Malang serta untuk mendapatkan hak

menyandang gelar Sarjana Ilmu Administrasi Publik.

Dalam kesmpatan ini pula, dengan rasa tulus ikhlas dari hati yang paling

dalam Tesis ini penulis persembahkan kepada :

1. Ke dua orang tua saya, atas doa dan kasih sayang sepanjang hayatnya

mendidik dan membimbing saya sampai dewasa dan mandiri sehingga

mengenal arti hidup dan kehidupan.

2. Rekan seangkatan dalam Ilmu Administrasi Publik Stisospol “Waskita

Dharma” Malang.

v
UCAPAN TERIMAKASI

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-nya sehingga Skrispi dengan judul: “Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam
Usaha Meningkatkan Kemampuan Aparatur (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten
Sumenep)”. Sehubungan dengan selesainya penulisan Skrispi ini, penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan, baik moril maupun materiil, yaitu ;
1. Dr. H. Sigit Wahyudi, Drs., SE., MM, selaku Pembina Yayasan Tunas
Waskita Dharma Malang
2. Dra, Pudji Astuti, M.Si, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Waskita Dharma Malang;
3. Suljatmiko, Amd.Kom., M.A.P, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Waskita
Dharma Malang Sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan arahan
dan bimbingan untuk perbaikan skripsi ini;
4. M. Agus Syukron, M.Si. Selaku Pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan untuk perbaikan skripsi ini;
5. Para dosen pada Program Studi Ilmu Administrasi Publik Waskita Dharma
Malang;
6. Para Pegawai dan Staff Administrasi pada Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Waskita Dharma Malang;
7. Rekan-rekan mahasiswa Program studi Ilmu Administrasi Publik Waskita
Dharma Malang;
8. Seluruh teman - teman dan semua sahabat yang telah membantu
terlaksananya karya ilmiah ini.
Saya menyadari betapa ilmu pengetahuan yang saya miliki masih dangkal,
sehingga penulisan laporan hasil penelitian Skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh sebab itu saya sangat terbuka untuk menerima kritik, saran dan masukan
yang sifatnya membangun untuk perbaikan kedepan. Selanjutnya saya berharap
bagi para pihak yang berkenan membaca semoga bermanfaat. Amin

vi
Selanjutnya saya ucapkan Jazzakumullohi Khoiron, akhirulkata wabillahi
taufiq wal hidayah, wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokaatuh.

Malang, Februari 2024

Aditio Cahyadien Rifta

vii
ABSTRAK
Rifta Aditio Cahyadien. 2024. Penelitian Ini Bertujuan Untuk Mendeskripsikan
“Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Usaha Meningkatkan
Kemampuan Aparatur (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten
Sumenep). Skripsi, Program Studi Ilmu Administrasi Publik
STISOSPOL “Waskita Dharma” Malang. Pembimbing I M. Agus
Syukron, M.Si, Pembimbing II Suljatmiko, M.A.P

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepemimpinan kepala dinas


dalam usaha meningkatkan kemampuan aparatur (Studi Pada Dinas Sosial
Kabupaten Sumenep). Fokus pada penelitian ini yaitu Kepemimpinan kepala
dinas dan Usaha kepemimpinan kepala dinas dalam meningkatkan kemampuan
aparatur. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. penelitian
ini menggunakan teknis analisis data yang terdiri dari: reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Adapun sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sumber data primer dan sekunder. Metode dalam pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi.
Teknik analisa yang peneliti gunakan metode analisis deskriptif. Metode analisis
data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan cara berfikir
induktif yaitu mengemukakan teori - teori yang ada dengan fakta - fakta nyata di
lapangan. Hasil dalam penelitian ini yaitu upaya kepala dinas dalam
meningkatkan kemampuan aparatur sudah terlaksana dan ada perubahan jika kita
lihat dari indikator dan program kegiatan yang dilakukan oleh Kepala dinas,
Kemampuan Apartur yang ada kantor dinas mempunyai kemampuan dan
pengalaman cukup, sehingga aparatur pemerintah di dinas sosial kabupaten
Sumenep secara umum tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas
sebagai aparatur pemerintahan. Pendidikan dan pelatihan merupakan kegiatan
pengembangan sumber daya manusia untuk meningkatkan kemampuan pegawai
atau aparatur di luar kemempuan di bidang pekerjaan atau jabatan yang dipegang,
sebab pendidikan pegawai dirancang atau disesuaikan dengan posisi baru, dimana
tugas-tugas dilakukan memerlukan kemampuan-kemampuan khusus yang lain
dari yang dimiliki sebelumnya, dengan demikian tujuan pendidikan pegawai yakni
untuk meningkatkan kemampuan aparatur sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan. Pendidikan dan pelatihan tersebut menjadi salah
satu faktor dalam keberhasilan penyelenggaraan berbagai bentuk pelaksanaan
tugas para aparatur pemerintah.
Kata Kunci : Kepemimpinan, Meningkatkan, Kemampuan Aaparatur

viii
ABSTRACT
Aditio Cahyadian Rift. 2024. This research aims to describe "Leadership of
Service Heads in Efforts to Improve Apparatus Capabilities (Study
at the Sumenep Regency Social Service).Thesis, STISOSPOL
"Waskita Dharma" Malang Public Administration Study Program.
Supervisor I M. Agus Syukron, M.Si, Supervisor II Suljatmiko,
M.A.P
This research aims to determine the leadership of service heads in efforts
to improve the capabilities of the apparatus (Study at the Sumenep Regency Social
Service). The focus of this research is the leadership of service heads and the
leadership efforts of service heads in improving the capabilities of the apparatus.
The research method used is descriptive qualitative. This research uses data
analysis techniques consisting of: data reduction, data presentation, and drawing
conclusions. The data sources used in this research are primary and secondary
data sources. The data collection methods used in this research were interviews
and documentation. The analysis technique that the researcher uses is the
descriptive analysis method. The data analysis method used by researchers in this
research is inductive thinking, namely presenting existing theories with real facts
in the field. The results of this research are that the efforts of the head of the
department to improve the capabilities of the apparatus have been implemented
and there are changes if we look at the indicators and activity programs carried
out by the Head of the department. The capability of the officers in the office has
sufficient ability and experience, so that the government apparatus in the district
social service Sumenep generally does not experience difficulties in carrying out
their duties as government officials. Education and training are human resource
development activities to improve the abilities of employees or apparatus beyond
their capabilities in the field of work or position held, because employee
education is designed or adapted to new positions, where the tasks carried out
require special abilities other than those previously owned, thus the aim of
employee education is to improve the capabilities of the apparatus so that they
can increase their knowledge and abilities. Education and training is one of the
factors in the successful implementation of various forms of carrying out the
duties of government officials.
Keywords: Leadership, Improving, Apparatus Capabilities

ix
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Allah yang maha kuasa


atas rahmat, nikmat, inayah dan hidayah serta ridlonya, sehingga saya dapat
menulis Skrispi ini dengan saya beri judul “Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam
Usaha Meningkatkan Kemampuan Aparatur (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten
Sumenep)”. ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar sampai dengan selesai.
Penulisan skripsi ini saya maksudkan untuk melengkapi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan Program Studi Ilmu Administrasi Publik Stisospol “Waskita
Dharma” Malang.
Dalam kurun waktu masa studi serta pada proses penulisan dan
penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan suport, bantuan,
pengarahan dan bimbingan baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai
pihak, oleh sebab itu dengan ketulusan hati yang paling dalam serta kerendahan
hati, penulis menghaturkan hormat dan mengucapkan terima kasih yang setinggi-
tingginya, penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh
sebab itu penulis terbuka untuk menerima kritik maupun saran yang sifatnya
membangun untuk perbaikan kedepan. Harapan penulis semoga dapat bermanfaat
untuk Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Waskita Dharma Malang dan
khususnya bagi penulis serta untuk pihak-pihak yang melakukan penelitian
dengan tema yang sama dikemudian hari.
Akhirul kata apabila ada yang kurang berkenan penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. WassalamualikumWarohmatullohi Wabarrokatuh

Malang, Februari 2024

Aditio Cahyadien Rifta

x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................... iii
MOTTO ................................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................v
UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................. vi
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTARCT .......................................................................................................... ix
KATA PENGNTAR ..............................................................................................x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................7
1.3 Tujuan ................................................................................................................7
1.4 Manfaat ..............................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ..........................................................................................9
2.2 Teori Administrasi Publik ................................................................................13
2.2.1 Defenisi Administrasi Publik .................................................................13
2.2.2 Unsur-Unsur Administrasi Publik..........................................................15
2.2.3 Paradigma Administrasi Publik .............................................................17
2.2.4 Isu Isu Penting Administrasi Publik ......................................................24
2.3 Teori Kepemimpinan .............................................................................................. 26
2.3.1 Pengertian Kepemimpinan .....................................................................26
2.3.2 Teknik-Teknik Kepemimpinan ..............................................................27
2.3.3 Etika Etika Pimpinan .............................................................................29
2.3.4 Fungsi Kepemimpinan ...........................................................................31
2.4 Konsep Pemerintah .........................................................................................32

xi
2.4.1 Pengertian Pemerintah ...........................................................................32
2.4.2 Tugas Dan Fungsi Pemerintah ...............................................................34
2.5 Konsep Kinerja Aparatur .................................................................................37
2.5.1 Pengertian Kinerja Aparatur ..................................................................37
2.5.2 Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Aparatur ...........................38
2.6 Kerangka Konseptual .......................................................................................40
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian..............................................................................................42
3.2 Subjek Penelitian .............................................................................................33
3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian...........................................................................44
3.4 Fokus Penelitian ...............................................................................................44
3.5 Sumber Data .....................................................................................................45
3.6 Instrumen Pengumpulan Data ..........................................................................46
3.7 Teknik Analisis Data .......................................................................................47
3.8 Teknik Keabsahan Data ..................................................................................55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................................62
4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Sumenep....................................................62
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Sosial Kabupaten Sumenep............................64
4.1.3 Visi dan Misi Dinas Sosial Kabupaten Sumenep...................................65
4.1.4 Kelembagaan atau Struktur Organisasi Dinsos Sumenep ......................66
4.2 Pembahasan Penelitian .....................................................................................67
4.2.1 Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Usaha Meningkatkan Kemampuan
Aparatur (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Sumenep) .....................67
4.2.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Kepemimpinan Kepala Dinas
Dalam Usaha Meningkatkan Kemampuan Aparatur (Studi Pada Dinas
Sosial Kabupaten Sumenep). .................................................................78
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................83
5.2 Saran. ...............................................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA

xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. PenelitianTerdahulu ...................................................................... 10
2. Pembagian Wilayah Kabupaten Sumenep .................................... 63

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Konseptual....................................................................... 41
2. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif .................. 40
3. Peta Kabupaten Sumenep ................................................................ 64
4. Struktur Organisasi Dinas Sosial Kabupaten Sumenep ................... 66

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan di suatu negara dapat

dilakukan melalui sistem sentralisasi maupun desentralisasi. Dalam sistem

sentralisasi segala urusan dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar

ke seluruh wilayah negara. Dalam sistem desentralisasi wilayah negara dibagi

menjadi daerah-daerah otonom yang diberi wewenang tertentu untuk mengurus

rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang undangan yang

berlaku. Menurut Mardiasmo (2010:39) menyebutkan : Undang-undang otonomi

daerah yang mengatur desentralisasi merupakan kewenangan yang diberikan oleh

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan dan mengurus

daerahnya dan sebagai jawaban atas tuntutan masyarakat. Tugas pokok

pemerintah dapat diperinci menjadi fungsi yang hakiki yaitu pelayanan (service),

pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan (development). Selanjutnya

dikatakan bahwa pelayanan akan membuahkan keadilan dalam masyarakat,

pemberdayaan akan mendorong kemandirian masyarakat, dan pembangunan akan

menciptakan kemakmuran dalam masyarakat.

Pemerintah daerah dapat dikatakan mempunyai posisi yang begitu sentral

di dalam kehidupan masyarakat, yaitu sebagai unit pemerintahan yang paling

dekat dengan masyarakat, dan perannya yang hampir menyentuh segala bentuk

aktivitas masyarakat, sehingga pemerintah daerah akan sangat menentukan citra

1
2

dari pemerintah daerah. Sebagai suatu organisasi pemerintahan yang ada dalam

posisi yang paling dekat dengan masyarakat, maka diperlukan sumber daya

aparatur yang mampu melaksanakan fungsi pemerintahan, pembangunan dan

memberikan pelayanan sesuai dengan kondisi.

Jika melihat fenomena pembangunan masyarakat pada masa lalu, terutama

di era orde baru, pembangunan merupakan cara dan pendekatan pembangunan

yang diprogramkan negara secara sentralistik. Dimana pembangunan dilakukan

oleh pemerintah baik dengan kemampuan sendiri (dalam negeri) maupun dengan

dukungan negara-negara maju dan organisasi-organisasi internasional.

Pembangunan desa pada era orde baru dikenal dengan sebutan Pembangunan

Masyarakat. Kemudian di era reformasi peristilahan terkait pembangunan desa

lebih menonjol “Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD)”. Dibalik semua itu,

persoalan peristilahan tidaklah penting, yang terpenting adalah substansinya

terkait pembangunan. Rozaki, (2014:57) menyebutkan Pada masa orde baru

secara substansial pembangunan cenderung dilakukan secara seragam

(penyeragaman) oleh pemerintah pusat. Program pembangunan lebih bersifat top-

down. Pada era reformasi secara substansial pembangunan desa lebih cenderung

diserahkan kepada desa itu sendiri. Sedangkan pemerintah dan pemerintah daerah

cenderung mengambil posisi dan peran sebagai fasilitator, memberi bantuan dana,

pembinaan dan pengawasan. Program pembangunan desa lebih bersifat bottom-up

atau kombinasi buttom-up dan top-down. Perencanaan pembangunan yang lebih

merupakan inisiatif pemerintah (pusat atau daerah). Pelaksanaannya dapat

dilakukan oleh pemerintah atau dapat melibatkan masyarakat desa di dalamnya.


3

Namun demikian, orientasi pembangunan tersebut tetap untuk masyarakat.

Bottom-up Planning. Perencanaan pembangunan dengan menggali potensi riil

keinginan atau kebutuhan masyarakat. Dimana masyarakat diberi kesempatan dan

keleluasaan untuk membuat perencanaan pembangunan atau merencanakan

sendiri apa yang mereka butuhkan. Masyarakat dianggap lebih tahu apa yang

mereka butuhkan. Pemerintah memfasilitasi dan mendorong agar masyarakat

dapat memberikan partisipasi aktifnya dalam pembangunan.

Kombinasi Bottom-up dan Top-dowm Planning. Pemerintah (pusat atau

daerah) bersama-sama dengan masyarakat membuat perencanaan pembangunan.

Ini dilakukan karena masyarakat masih memiliki berbagai keterbatasan dalam

menyusun suatu perencanaan dan melaksanakan pembangunan yang baik dan

komprehensif. Pelaksanaan pembangunan dengan melibatkan dan menuntut peran

serta aktif masyarakat dan pemerintah. Dalam menyusun perencanaan

pembangunan yang harus diperhatikan adalah harus bertolak dari kondisi existing

desa tersebut. Esensi dari pembangunan adalah “bagaimana dapat membangun/

memanfaatkan/ mengeksploitasi dengan tepat (optimal, efektif dan efisien) segala

potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk memberikan rasa aman, nyaman,

tertib serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah yang dipimpin oleh seorang kepala dinas sehingga

keberhasilan atau kegagalan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik di

juga dapat ditentukan oleh kinerja Kepala Dinas, yang sejauh mana kepala dinas

dalam merencanakan, menggerakkan, memotivasi, mengarahkan, komunikasi,

pengorganisasian, pelaksanaan, dalam kaitannya dalam menjalankan tugasnya


4

sebagai pemimpin dalam menjalankan fungsi pemerintahan, pembangunan dan

pelayanan publik.

Selain itu, di lingkungan pemerintah peranan aparatur baik secara individu

maupun kelompok adalah sangat penting dan menentukan. Aparatur sebagai aset

dan unsur utama dalam organisasi pemerintah memegang peranan yang sangat

menentukan dalam pencapaian tujuan organisasi pemerintah. Semua unsur sumber

daya organisasi tidak akan berfungsi tanpa ditangani oleh manusia yang

merupakan penggerak utama jalannya organisasi. Dalam setiap aktivitasnya

haruslah tepat waktu dan dapat diterima sesuai rencana kerja yang ditetapkan atau

dengan kata lain mempunyai efektivitas dan kinerja yang tinggi. Tanpa kinerja

yang baik atau tinggi dari aparatur sulit bagi suatu organisasi dalam proses

pencapaian tujuannya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Steers (2005:31)

bahwa tanpa kinerja yang baik disemua tingkat organisasi, pencapaian tujuan dan

keberhasilan organisasi menjadi sesuatu yang sangat sulit dan bahkan mustahil.

Agar aparatur pemerintah desa mampu memberikan dan menunjukkan

kinerja optimal sekaligus menepis kesan negatif tentang aparatur pemerintah

selama ini, maka kemampuan aparatur perlu senantiasa ditingkatkan terutama

dalam menyelenggarakan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan

pelayanan publik. Adapun prasyarat untuk menciptakan sumber daya aparatur

yang ideal.

Keberadaan aparat yang juga diserahi tugas di bidang administrasi,

menduduki posisi yang sangat penting karena sebagai organ pemerintahan yang

paling bawah mengetahui sacara pasti segala kondisi dan permasalahan yang ada
5

di wilayahnya, maka input pada pemerintah kecamatan yang menyangkut

berbagai keterangan dan informasi sangatlah dibutuhkan dalam pengambilan

kebijaksanaan daerah maupun nasional untuk kebutuhan pembangunan secara

menyeluruh.

Dengan demikian aparat dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari, terutama

yang berbuhungan dengan penyajian data dan informasi yang dibutuhkan,

semakin dituntut adanya kerja keras dan kemampuan yang optimal guna

memperlancar pelaksanaan tugas pemerintahan. Setelah kemampuan sumber daya

aparatur tersebut dapat ditingkatkan maka dalam mencapai kinerja yang lebih baik

tidak terlapas dari kondisi kepemimpinan.

Kepemimpinan merupakan sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan

sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan

sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan

dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh

semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa. Kemampuan

seseorang dalam memimpin juga sangat berpengaruh dalam proses pembangunan,

yang mana dalam kepempimpinan kepala amat sangat berpengaruh terhadap

berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan

publik disuatu.

Menyimak pendapat di atas maka seorang pemimpin mempunyai tugas

dan kewajiban yang berat karena sangat menentukan pencapaian tujuan. Bahkan

seorang pemimpin sebelum mampu memimpin orang lain harus mampu

memimpin diri sendiri, memberikan contoh dan harus dapat melaksanakan sesuatu
6

dengan lebih baik dari bawahannya. Dari sumber daya manusia yang ada dalam

suatu organisasi pemimpin memegang peranan yang sangat penting, karena

merupakan motor penggerak yang dapat mempengaruhi orang lain agar dapat

mencapai tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Secara umum bahwa berhasil

atau gagalnya suatu organisasi tergantung pada peranan pemimpinnya, dimana

kemampuan atau kecakapan pimpinan merupakan tulang punggung organisasi,

untuk membuat perubahan, memajukan dan mendorong organisasi dalam

mencapai hasil semaksimal mungkin.

Kepala Dinas merupakan pemimpin di organisasi pemerintah yang

menjadi penanggung jawab pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik.

Untuk mencapai tujuan dari pemerintah, maka kepala dinas sebagai seorang

pemimpin harus dapat meningkatkan kemampun aparatur, sehingga segala tugas

dan pekerjaan sebagaimana yang ada di dalam tupoksi dapat berjalan dengan baik.

Dari sumber daya manusia yang ada dalam suatu organisasi pemimpin memegang

peranan yang sangat penting, karena merupakan motor penggerak yang dapat

mempengaruhi orang lain agar dapat mencapai tujuan organisasi yang efektif dan

efisien. Secara umum bahwa berhasil atau gagalnya suatu organisasi tergantung

pada peranan pemimpinnya, dimana kemampuan atau kecakapan pimpinan

merupakan tulang punggung organisasi, untuk membuat perubahan, memajukan

dan mendorong organisasi dalam mencapai hasil semaksimal mungkin termasuk

dalam meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah desa.

Berangkat dari pemikiran ini muncul keinginan peneliti untuk mengetahui

dan mengkaji dampak kepemimpinan kepala desa bagi bawahannya sehingga


7

peneliti memilih judul, “Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Usaha

Meningkatkan Kemampuan Aparatur (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten

Sumenep)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Usaha Meningkatkan

Kemampuan Aparatur (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Sumenep).?

2. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat Kepemimpinan Kepala Dinas

Dalam Usaha Meningkatkan Kemampuan Aparatur (Studi Pada Dinas

Sosial Kabupaten Sumenep).?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini dilaksanakan

bertujuan untuk :

1. Untuk Mengetahui, Mendeskripsikan dan Menganalisis Kepemimpinan

Kepala Dinas Dalam Usaha Meningkatkan Kemampuan Aparatur

(Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Sumenep).

2. Untuk Mengetahui, Mendeskripsikan dan Menganalisis Faktor

Pendukung dan Penghambat Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam

Usaha Meningkatkan Kemampuan Aparatur (Studi Pada Dinas Sosial

Kabupaten Sumenep).
8

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain

adalah meliputi beberapa hal sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada Program

Studi Ilmu Administrasi Negara serta dapat dijadikan refrensi atau

acuan bagi peneliti selamjutnya.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan dan refrensi untuk

mengetahui bagaimana upaya kepemimpinan kepala desa dalam

meningkatkan kemampuan aparatur Dinas Sosial Kabupaten Sumenep.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan

dan selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya di

samping itu kajian terdahulu membantu penelitian dalam memposisikan penelitian

serta menunjukkan orsinalitas dari penelitian.

Penelitian terdahulu merupakan suatu kajian yang menguraikan hubungan

antar variabel penelitian berdasarkan pendapat dan hasil penelitian terdahulu.

Penelitian terdahulu mengenai “Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Usaha

Meningkatkan Kemampuan Aparatur (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten

Sumenep)”. Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian

terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian

membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah terpublikasikan atau belum

terpublikasikan (skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya).

Oleh karena itu sebagai bahan pertimbangan dan rujukan, peneliti

mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu karena dalam hali ini dianggap

cukup penting bagi peneliti sebagai acuan dan rujukan untuk dapat melihat

bagaimana penelitian akan dilaksanakan, selain itu juga menelusuri penelitian

sebelumnya sehingga dapat diketahui pebedaan dan bagaimana hasil penelitian

yang dilaksanakan terlebih dahulu dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut :

9
10

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

Penelitian Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan

Afdullah “Kepemimpinan Hasil penelitian Penelitian Terdahulu


Sineke, Kepala Desa menunjukkan Menggunakan Variabel
(2017) Dalam kepemimpinan kepala desa Indeveden
Meningkatkan sebagai katalisator sudah “Kepemimpinan
Pelayanan Publik baik, dilihat dari cara Kepala Desa Dalam
Di Desa Atoga memberikan arahan serta Meningkatkan
Timur Kecamatan motivasi serta memacu Pelayanan Publik Di
Motongkad” semangat kerja para Desa Atoga Timur
pegawai untuk lebih Kecamatan
maksimal dalam Motongkad”.
memberikan pelayanan Sedangkan pada
pada penelitian ini
menggunakan variabel
indevenden
“Kepemimpinan
Kepala Dinas Dalam
Usaha Meningkatkan
Kemampuan Aparatur
(Studi Pada Dinas
Sosial Kabupaten
Sumenep)”.
Geby “Efektivitas Hasil penelitian ini Penelitian Terdahulu
Manua, Kepemimpinan menunjukkan bahwa Menggunakan Variabel
(2017) Kepala Desa Efektivitas Kepemimpinan Indeveden “Efektivitas
Dalam Pembinaan Kepala Desa Dalam Kepemimpinan Kepala
Kemasyarakatan Di Pembinaan Desa Dalam
11

Desa Klabat Kemasyarakatan yang Pembinaan


Kecamatan dilakukan oleh Geby Kemasyarakatan Di
Dimembe Manua telah membawa Desa Klabat
Kabupaten pimpinan kepala desa Kecamatan Dimembe
Minahasa Utara” dalam cara membina dan Kabupaten Minahasa
beda lokasi penelitian. Utara”. Sedangkan
pada penelitian ini
menggunakan variabel
indevenden
“Kepemimpinan
Kepala Dinas Dalam
Usaha Meningkatkan
Kemampuan Aparatur
(Studi Pada Dinas
Sosial Kabupaten
Sumenep)”.
Muhammad “Analisis Hasil penelitian Indeveden “Analisis
Kamal, Kepemimpinan menunjukkan bahwa Kepemimpinan Kepala
(2020) Kepala Desa Keuchik Gampong Desa Dalam
Dalam Lamgugob menerapkan Meningkatkan
Meningkatkan pendekatan demokratis, Produktivitas Kinerja
Produktivitas kepemimpinan laisses faire Aparatur Pemerintah
Kinerja Aparatur (free reign) dan karismatik. Desa (Di Gampong
Pemerintah Desa Kemudian diperkuat Lamgugob Kecamatan
(Di Gampong personal factor, team factor Syiah Kuala Kota
Lamgugob dan leadership factor, dan Banda Aceh)”.
Kecamatan Syiah yang paling dominan dari Sedangkan pada
Kuala Kota Banda ketiga faktor tersebut penelitian ini
Aceh)” adalah leadership factor menggunakan variabel
12

karena dengan adanya indevenden


pemimpin maka ada yang “Kepemimpinan
memberi dorongan, Kepala Dinas Dalam
masukan dan bimbingan Usaha Meningkatkan
kepada bawahan atau Kemampuan Aparatur
pegawai dalam bekerja. (Studi Pada Dinas
Sosial Kabupaten
Sumenep)”.
Erwin “Pengaruh Hasil dari penelitian Indeveden “Pengaruh
Hidayat, Kepemimpinan menunjukkan bahwa Kepemimpinan Kepala
(2022) Kepala Dinas kepemimpinan kepala dinas Dinas Terhadap
Terhadap Kinerja berpengaruh signifikan Kinerja Pegawai Pada
Pegawai Pada terhadap kinerja pegawai Dinas Sosial Dan
Dinas Sosial Dan dengan nilai koefisien beta Pemberdayaan
Pemberdayaan unstandardized sebesar Masyarakat Kota
Masyarakat Kota 0.271 dan bernilai positif, Bontang”. Sedangkan
Bontang”. hasil uji koefisien korelasi pada penelitian ini
menunjukkan hubungan menggunakan variabel
yang sedang antara indevenden
kepemimpinan dan kinerja “Kepemimpinan
pegawai, uji koefisien Kepala Dinas Dalam
determinasi sebesar 0,223 Usaha Meningkatkan
atau sama dengan 22,3% Kemampuan Aparatur
dan hasil uji simultan (Studi Pada Dinas
menunjukkan nilai yang Sosial Kabupaten
signifikan. Sumenep)”.
Sumber : Skripsi Penelitian Terdahulu, 2024
13

2.2 Teori Administrasi Publik

Administrasi publik sebenarnya sudah ada semenjak dahulu kala, ia akan

timbul dalam suatu masyarakat yang terorganisasi. Dalam catatan sejarah

peradaban manusia, maka di asia selatan termasuk Indonesia, Cina, dan Mesir

kuno dahulu sudah didapatkan suatu sistem penataan pemerintahan. Sistem

penataan tersebut pada saat sekarang dikenal dengan sebutan administrasi

publik/Negara (Toha, 2008:88).

Administrasi publik kadang-kadang dipakai pula istilah administrasi

pemerintahan, dan kadang-kadang juga diterjemahkan dengan birokrasi

pemerintah yang dikenal sekarang ini merupakan produk dari masyarakat yang

tumbuh dinegara-negara Eropa.

Kebijakan pemerintahan dari segi pelayanan yang berorientasi pada

pelayanan konvensional harus dibalik seperti yang disarankan oleh Garrat yaitu

yang menjadi orientasi dan ujung pelayanan adalah masyarakat, sedangkan para

pejabat memfasilitasi proses dan kegiatan pelayanan secara bertahap mengalir

kebawah dari pimpinan puncuk hingga pada pegawai secara langsung

berhubungan dengan pelanggan atau masyarakat.

2.2.1 Defenisi Administrasi Publik

Istilah Administrasi Publik berasal dari dua suku kata yaitu administrasi

dan publik. Administrasi dalam bahasa Belanda disebut administratie yang

berarti tata usaha atau urusan pencatatan. Dalam bahasa Inggris administrasi

berasal dari kata ad yang berarti intensif dan ministrate yang berarti to
14

serve atau melayani. Jadi administrasi adalah pemberian pelayanan secara

intensif. Sedangkan publik berasal dari bahasa yunani yaitu pubes yang

berarti matang atau dewasa dan koinon yang berarti bersama.

Publik juga diartikan sebagai praja atau rakyat, pamong praja berarti

pelayan rakyat. Publik diartikan juga sebagai polis atau politic yang berarti

politik, negara, dan pemerintah. Publik dalam hal ini diartikan sebagai

sekelompok individu dalam jumlah besar yang memiliki kebersamaan

berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik

berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki. Dari penjelasan diatas kita

sudah bisa mendapatkan gambaran tentang apa itu teori Administrasi Publik.

Administrasi publik, menurut Chandler dan Plano dalam Keban (2014:

3) adalah proses dimanan sumberdaya dan personel pubik diorganisir dan

dikoordinasikan untuk memformulasikan, mengimplementasikan dan

mengelola (memanage) keputusan-keputusan dalam kebijakan publik. kedua

pengarang tersebut juga menjelaskan bahwa administrasi publik merupakan

seni dan ilmu (art and science) yang ditujukan untuk mengatur public affairs

dan melaksanakan berbagai tugas yangtelah ditetapkan. Dan sebagai suatu

disiplin ilmu, administrasi publik bertujuan untuk memecahkan masalah-

masalah publik melalui perbaikan atau penyempurnaan terutama di bidang

organisasi, sumberdaya manusia dan keuangan.

McCurdy dalam Keban (2014: 3) mengemukakan bahwa administrasi

publik dapat dilihat sebagai suatu poses politik, yaitu sebagai salah satu cara
15

metode memerintah suatu negara dan dapat juga dianggap sebagai cara yang

prinsipil untuk melakukan berbagai fungsi negara. dengan kata lain

administrasi publik bukan hanya sekedar persoalan manajerial tetapi juga

persoalan politik. Anggapan ini mungkin membingungkan pendefinisian

administrasi publik, termasuk ruang lingkupnya. Akan tetapi hal ini justru

menunjukkan bahwa dunia administrasi publik itu terus mengalami

perkembangan dan justru sulit untuk dipisahkan dari dunia politik.

2.2.2 Unsur-Unsur Administrasi Publik

Mifta Toha (1990: 24) menyebutkan bahwa unsur adalah bagian dari

sesuatu kebulatan-kebulatan. Tidak adanya unsur bukan berarti suatu kejadian

atau suatu akibat itu tidak ada. Akibat atau kejadian itu tetap ada tetapi

kurang sempurna.

Penjelasan mengenai berbagai unsur yang ada dalam adminitrasi

tersebut, antara lainnya adalah sebagai berikut:

1. Organisasi

Organisasi dalam unsur administrasi publik dapat diartikan sebagai

rangkaian kegiatan yang menjadi kerangka bagi segenap masyarakat atau

pemerintah untuk melakukan kegiatan dengan cara mengelompokkan

pekerjaan. Sehingga dapat diartikan bahwasanya organisasi ini menjadi

sistem kerjasama sekelompok secara formal untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan atau direncanakan sebelumnya.


16

2. Manajemen

Manajemen dalam unsur administrasi publik dapat diartikan sebagai upaya

penataan dengan menggerakan orang atas dasar organisasi, sehingga

dengan begitu seseorang akan tergerak dan dapat membagi tugasanya

antara satu dengan yang lainnya.

3. Komunikasi

Komunikasi dalam unsur administrasi publik dapat diartikan sebagai

kegiatan penataan yang berupa penyampaian warta dari komunikator ke

komunikan dalam kerjasama sehingga mencapai tujuan tertentu yang

dihasilkan dalam bentuk kerjasamanya tersebut.

4. Kepegawaian

Kepegawaian dalam unsur administrasi publik dapat diartikan sebagai

bentuk kegiatan penataan berupa penghimpunan, pencatatan, pengolahan,

penggandaan, pengiriman, penyimpanan, pemeliharaan, penyusutan, dan

pemusnahaan informasi antara satu dengan yang lainnya.

5. Perbekalan

Perbekalan dalam unsur administrasi publik dapat diartikan sebagai

aktifitas untuk menyangkut pautkan terhdap peralatan, sehingga

pembekalan akan menjadi suatu usaha karja sama antara organisasi yang

berupa proses pengadaan, penyimpanan, sampai kepada penyingkiran

barang-barang yang sudah tidak dipergunakan lagi.


17

6. Keuangan

Keungan dalam unsur administrasi publik dapat diartikan sebagai upaya

mengatasi masalah pembiayaan yang berkenaan dengan bentuk penataan

dan pengelolaan dari segi-segi pembiayaan baik dalam perkantoran

ataupun di dalam perusahaan.

7. Ketatausahaan

Ketatusahaan dalam unsur administrasi publik dapat diartikan sebagai

kegiatan pelayanan terhadap penyelenggaraan usaha kerjasama, yang

meliputi kegiatan pencatatan keluar masuknya barang, pengiriman dan

penyimpanan bahan keterangan.

8. Hubungan Masyarakat

Hubungan masyrakat dalam dalam unsur administrasi publik dapat

diartikan sebagai “public relation“. Dimana public relation menjadi

kegiatan usaha kerja sama untuk menciptakan hubungan baik dengan

masyarakat secara suka rela menerima segala keputusan yang ada.

2.2.3 Paradigma Administrasi Publik

Administrasi publik sebagai disiplin telah melewati perkembangan yang

kompleks. Literatur menjelaskan rangkaian perkembangan administrasi

publik ini dari pergeseran paradigma. Nicholas Henry (2004)

mengidentifikasi lima paradigma dalam administrasi publik, sebagai berikut:


18

Paradigma 1

Dikotomi politik-administrasi (1900-1926). Periode ini ditandai oleh

terbitnya buku Frank J. Goodnow (1900) dan Leonard D. White (1926).

Dalam bukunya Politics and Administration, Goodnow menegaskan bahwa

ada dua fungsi negara beserta organ-organnya, yaitu politik dan administrasi.

Politik bertalian dengan kebijakan- kebijakan atau ekspresi dari kehendak

negara, sedangkan administrasi bertalian dengan pelaksanaan dari kebijakan-

kebijakan tersebut. Sebelum terbit buku Goodnow, telah ada karya tulis dari

Woodrow Wilson mengenai hal yang serupa.

Karya tulis Wilson berjudul The Study of Administration,

dipublikasikan tahun 1887. Menurut Wilson, kesetiaan yang mendalam

terhadap kebijakan yang dijalankan hanya dapat dijamin apabila 6

administrasi dikeluarkan dari politik. Menurut Wilson, bidang administrasi

adalah suatu bidang bisnis. Administrasi terletak di luar bidang politik,

masalah-masalah administrasi bukanlah masalah-masalah politik. Dengan

pemisahan ini, administrasi publik dapat bertindak bebas nilai (value-free).

Penekanan Paradigma 1 adalah pada lokus, yaitu di mana administrasi publik

harus berada. Dalam pandangan Goodnow dan pengikutnya, administrasi

publik harus berlokus di birokrasi pemerintah, tetapi tidak dipersoalkan apa

fokusnya. Paradigma 2: Prinsip-prinsip Administrasi (1927-1937).


19

Paradigma 2

Ditandai dengan terbitnya buku teks kedua dalam administrasi publik,

karya Willoughby berjudul Principles of Public Administration, pada 1927.

Buku ini menegaskan bahwa ada prinsip-prinsip ilmiah tertentu mengenai

administrasi, bahwa prinsip-prinsip tersebut dapat ditemukan, dan bahwa para

administrator akan menjadi ahli dalam pekerjaannya jika mereka mempelajari

bagaimana menerapkan prinsip- prinsip tersebut.

Pada paradigma 2 ini penelitian administrasi publik berkembang sangat

dramatis, universitas dan akademi membuka program administrasi publik,

asosiasi profesional dibentuk di beberapa tempat (terutama atas dukungan

The Rockefeller Phillantropies).

Periode ini merupakan titik puncak administrasi publik. Teoritisi

administrasi publik mendapat pengakuan bukan 7 hanya dalam pemerintahan

tetapi juga dalam industri selama periode 1930 sampai awal 1940. Paradigma

2 ini terutama berkenaan dengan “fokus” administrasi publik, yakni keahlian

esensial dalam bentuk prinsip-prinsip administrasi. Lokus administrasi publik

tidak menjadi persoalan karena dianggap bahwa prinsip administrasi berlaku

di semua setting administrasi, yakni organisasi publik maupun privat, tanpa

ada batasan kultural. Prinsip-prinsip administrasi diajukan oleh Gulick &

Urwick, orang-orang kepercayaan Presiden Franklin Delano Roosevelt. Tujuh

prinsip dikenal dengan akronim POSDCORB (Planning, Organizing,

Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, Budgeting). Menurut Gulick &


20

Urwick, prinsip-prinsip inilah yang menyebabkan organisasi bisa berjalan

dengan baik, bukan dikotomi politik-administrasi. Selain dari Gulick &

Urwick, ada prinsip birokrasi dari Max Weber yang mencakup: standardisasi

dan formalisasi; pembagian kerja dan spesialisasi; hirarki otoritas;

kompetensi dan profesionalisasi; dan dokumentasi tertulis. Pada 1947 terbit

buku Herbert Simon berjudul Administrative Behavior.

Buku ini merupakan disertasi Waldo pada Yale University di tahun

1942, dengan judul Theoretical Aspect of American Literature of Public

Administration. Buku Waldo ini dengan tegas membantah literatur ortodoksi.

Menurut Waldo, doktrin administrasi publik adalah teori politik. Waldo juga

menyatakan bahwa administrasi publik adalah produk dari kondisi material

dan ideologis. Kalau hukum konstitusi berubah, maka administrasi publik

juga berubah. Pada periode 1938-1950 tersebut terjadi pertentangan antara

anggapan mengenai value-free dan value-laden politics dari administrasi

publik, dan dalam praktek yang dominan adalah value-laden politics. John M.

Gaus menyatakan bahwa teori administrasi publik sebenarnya juga teori

politik.

Paradigma 3

Administrasi publik sebagai ilmu politik (1950-sampai 1970). Akibat

dari kritikan-kritikan, antara lain seperti yang disebutkan di atas, administrasi

publik kembali ke disiplin induknya yaitu ilmu politik. Pengaruh dari gerakan

mundur ini adalah adanya pembaruan definisi mengenai lokus yakni di


21

birokrasi pemerintah, tetapi melepaskan hal yang berkaitan dengan fokus.

Periode ini dianggap sebagai upaya untuk meninjau kembali segala jalinan

konseptual antara administrasi publik dan politik. Studi administrasi publik

ditandai oleh ketiadaan kerangka kerja intelektual, bahkan administrasi publik

dianggap sebagai bidang studi yang mengalami kemerosotan spiral. Antara

tahun 1960-1970, hanya 4% dari seluruh artikel pada lima jurnal ilmu politik

terkemuka yang menyangkut administrasi publik.

Paradigma 4

Administrasi publik sebagai ilmu administrasi (1956-1970). Paradigma

4 ini terjadi hampir bersamaan waktunya dengan berlakunya paradigma

ketiga. Melihat posisinya sebagai “warga kelas dua” dalam ilmu politik, maka

tokoh administrasi publik mulai mencari alternatif lain untuk menjadikan

administrasi sebagai ilmu. Opsi manajemen (kadangkala disebut ilmu

administrasi atau manajemen umum) merupakan alternatif yang sehat bagi

sejumlah besar sarjana administrasi publik. Sebagai suatu paradigma,

manajemen menyediakan suatu fokus, bukan lokus.

Manajemen menyediakan teknik-teknik yang membutuhkan keahlian

dan spesialisasi, tetapi dalam setting kelembagaan apa keahlian itu harus

diterapkan, tidak diidentifikasi. Seperti dalam Paradigma 2, administrasi

adalah administrasi di manapun ia ditemukan. Pada paradigma 4 ini

administrasi publik kehilangan identitas dan keunikannya dalam konteks

manajemen yang luas. Pada 1956 dibentuk sebuah jurnal penting:


22

Administrative Science Quarterly, berdasarkan premis bahwa pembedaan

antara administrasi publik, privat dan nonprofit adalah sesuatu yang keliru.

Administrasi adalah administrasi. 11 Figur dominan dalam periode ini adalah

Edward Litchfied dan John D Millet.

Paradigma 5

Administrasi publik sebagai administrasi publik (1970 – ) Komunitas

akademik maupun praktisi administrasi publik terus meningkatkan

kepercayaan diri pada administrasi publik di penghujung tahun 1960an. Pada

1970, berlangsung pemisahan administrasi publik dari manajemen maupun

ilmu politik. Luther Gulick menulis artikel berjudul: Public Administration as

Neither Management Nor Political Science. Pada 1970 dibentuk The National

Association of Schools of Public Affairs and Administration (NASPAA).

Keanggotaan NASPAA terdiri dari sekolah tinggi dan universitas yang

mempunyai program mayor administrasi publik. Pembentukan NASPAA

tidak hanya menandai perkembangan administrasi publik, melainkan pula

menunjukkan kepercayaan diri administrasi publik. Dengan terbentuknya

NASPAA, administrasi publik diakui sebagai suatu bidang ilmu tersendiri.

NASPAA memberikan akreditasi kepada ratusan universitas dan sekolah

tinggi. Sejak 1970, administrasi publik diakui sebagai suatu bidang ilmu.

Lokusnya adalah pada masalah-masalah publik dan kepentingan publik,

sedangkan fokusnya adalah teori organisasi, ilmu manajemen, kebijakan

publik dan political-economy.


23

Paradigma 6

Dimana Penyelenggaran Negara dan pemerintah dewasa ini tidak dapat

dilepaskan dari perubahan yang sangat cepat dan dramatis yang terjadi dalam

skala gobal. Munculnya konsep “governance” merupakan salah satu

jawaban perubahan tersebut. Dalam konsep “governance” ini terdapat

pergeseran paradigma penyelenggaraan negara dan pemerintah dari

“government” ke “governance”, sebagai konsekwensi dari perubahan ini

adalah pemerintah tidak lagi memegang monopoli dalam penyelenggaraan

Negara, tetapi harus berbagi peran baik dengan sektor swasta maupun dengan

civil society (masyarakat). Perubahan ini juga berakibat pada pola hubungan

antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat menjadi lebih sejajar dan

demokratis.

Paradigma 7

Eera revolusi industri generasi keempat (4IR). Dalam 4IR, telah

ditemukan berbagai teknologi baru yang bersifat disruptif atau disruptive

technology. Teknologi hadir begitu cepat dan mengancam keberadaan

perusahaanperusahaan incumbent. Sama seperti perusahaan swasta,

pemerintah berada juga didorong untuk meningkatkan efisiensi prosesnya.

Hal ini merupakan dampak dari 4IR , di mana telah hadir inovasi teknologi

yang sangat efisien dan cepat di tengah-tengah masyarakat. Peluang efisiensi

sangatlah besar untuk diterapkan oleh Pemerintah, salah satunya melalui


24

digitalisasi administrasi publik dan otomasi proses bisnis atau yang dikenal

dengan Government 4.0.

Inovasi teknologi lain juga sudah mulai diterapkan dalam penyusunan

kebijakan dan regulasi pemerintah dan demokrasi. Di tengah perkembangan

teknologi yang masif seperti cloud computing, social media, mobile

technology, memberikan peluang bagi pemerintah dalam melayani publik

serta meningkatkan partisipasi dan kolaborasi publik dalam menghasilkan

layanan publik. Hal ini mutlak harus dilakukan pemerintah sebagai upaya

modernisasi pelayanan publik melalui adopsi teknologi digital dan

mengintegrasikannya di dalam sektor publik atau yang disebut dengan Digital

Government.

2.2.4 Isu Isu Penting Administrasi Publik

Beberapa isu yang sering dibahas dalam ilmu administrasi

negara/publik antara lain :

1. Pelayanan publik. Administrasi publik pada hakekatnya adalah memberi

pelayanan publik. Hal ini sesuai dengan sistem demokrasi yang

menginginkan masyarakat mempunyai hak yang sama untuk menerima

pelayanan dari pemerintah. Dalam masalah ini yang terpenting adalah

bagaimana pemerintah/negara memberikan pelayanan yang baik, cepat dan

berkualitas kepada seluruh warga masyarakat.


25

2. Motivasi Pelayanan Publik. Dalam hal ini isu terpenting adalah bagaimana

memberi motivasi kepada administrator dalam memberikan pelayanan

publik. Ada yang berdasarkan norma, rasional dan perasaan.

3. Mal administrasi. Mal administrasi merupakan kesalahan dalam praktekt

administrasi. Administrasi publik juga membahas masalah kesalahan-

kesalahan publik sebagai kajian utama, seperti lambannya birokrasi,

rutinitas dan formalitas pelayanan.

4. Etika Administrasi Publik. Masalah lainnya dalam administrasi publik

adalah etika administrasi. Etika administrasi publik berkaitan dengan nilai

baik dan buruk. Dalam hal ini termasuk korupsi menjadi bahasan utama.

5. Kinerja dan Efektivitas. Kinerja dan efektivitas menjadi salah satu isu

sentral bagi administrasi publik. Hal ini dapat dipahami karena

administrasi publik merupakan sebuah proses mencapai tujuan, maka

persoalan pencapaian dan dan cara mencapai tersebut menjadi penting.

Oleh karena itu bagaimana cara kerja (kinerja) yang dijalankan apakah

sudah baik sehingga tujuan dapat tercapai (efektif).

6. Akuntabilitas Publik. Ada kewajiban pemerintah/administrator untuk

melakukan pekerjaan yang dapat dikontrol, diawasi dan

dipertanggungjawabkan kepada warga/ publik. Hal tersebut merupakan

masalah pokoknya.
26

2.3 Teori Kepemimpinan

2.3.1 Pengertian Kepemimpinan

Menurut George R. Terry, leadership is activity of influencing people to

strive willing for mutual objective, Kepemimpinan adalah suatu proses

mempengruhi aktivitas kelompok dalam upaya perumusan dan pencapaian

tujuan. Menurut Stoner, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu

proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari

sekelompok anggota yang saling berhubungan.

Robert Tannembaum, Irving R, Weschler, dan Fred Massarik

mendefinisikan kepemimpinan sebagai pengaruh perseorangan dalam situasi

tertentu secara langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan-

tujuan umum dan khusus. Hal yang sama dikemukakan oleh Stogdill bahwa

kepemimpinan atau leadership adalah proses mempengaruhi kegiatan-

kegiatan kelompok yang terorganisir dalam usaha-usaha menentukan tujuan

dan mencapainya.

Kepemimpinan tidak harus diikat dalam suatu organisasi tertentu,

melainkan kepemimpinan terjadi dimana saja, asalkan seseorang

menunjukkan kemampuannya memengaruhi perilaku orang lain ke arah

tujuan tertentu. Berdasarkan pendapat para ahli di atas bahwa kepemimpinan

adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni

memengaruhi perilaku manusia, baik perorangan maupun kelompok. Di sini


27

kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata krama

birokrasi.

2.3.2 Teknik-Teknik Kepemimpinan

Pemimpin ketika mengambil keputusan dan memecahkan suatu

masalah dalam perusahaan memiliki teknik-teknik khusus yang berguna bagi

kemajuan perusahaan. Menurut Gray Yuki seperti yang dikutip oleh Sujak

Abi adalah teknik pemimpin yang harus dimiliki dan harus dikembangkan

diantaranya:

1. Perhatian terhadap prestasi, pemimpin memberikan perhatian kepada

bawahan atau pegawai yang berprestasi dan mempunyai kinerja yang

tinggi.

2. Tenggang rasa, pemimpin membina sikap yang ramah serta

mengembangkan sikap objektif dan terbuka kepada bawahan dalam

perusahaan.

3. Inspirasi, pemimpin merangsang membangun rasa antusias

bawahannya dalam mengerjakan pekerjaan sehingga memunculkan

rasa percaya diri anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas

yang diberikan.

4. Penghargaan berupa pengakuan, kepemimpinan menekankan

perhatian pada penghargaan dam pengakuan terhadap prestasi bahwa

secara efektif dan terhadap kontribusi yang telah diberikan untuk

perusahaan.
28

5. Merancang kemungkinan-kemungkinan penghargaan, pemimpin

menghargai prestasi bawahan dengan memberikan kenaikan upah,

promosi, karena telah menyelesaikan tugas-tugas yang sangat

banyak dari pemimpin. Partisipasi keputusan, pemimpin

berkonsultasi dengan bawahan dan memberikan kesempatan kepada

bawahannya untuk mempengaruhi keputusan.

6. Pendelegasian otonomi, pemimpin mendelegasikan otoritas dan

tanggung jawab terhadap bawahan serta mengizinkan untuk

menetapkan bagaimana mengerjakan pekerjaannya.

7. Penjelasan peran, pemimpin menginformasikan kepada bawahan

tentang tugas-tugas dan tanggung jawabnya, menetapkan

peraturanperaturan dan kebijakan-kebijakan yang harus ditaati serta

memahami keluhan yang dirasakan oleh mereka.

8. Penetapan tujuan, pemimpin menekankan pentingnya penetapan

tujuan dan setiap perbuatan tertentu bagi setiap aspek pekerjaan.

9. Pelatihan, pemimpin menetapkan kebutuhan pelatihan yang di

butuhkan oleh bawahan dan memberikan kesempatan untuk

mengikuti pelatihan sesuai keperluan.

10. Penyebaran informasi, pemimpin memberikan informasi kepada

bawahan tentang pengembangan yang mempengaruhi segala

kegiatan yang ada di perusahaan.


29

11. Pemecahan masalah, pemimpin memberikan kesempatan kepada

bawahan pada saat masalah tersebut harus diselesaikan dengan cepat.

Dari uraian kalimat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang

pemimpin harus dapat mempunyai teknik kepemimpinan yang digunakan

untuk mengambil keputusan dalam memutuskan dan memecahkan masalah.

Karena dalam suatu organisasi antara pemimpin mempunyai hak serta

kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua nya, tenggang rasa, teknik

memecahkan dan memutuskan masalah, menyelesaikan konflik, memberikan

fasilitas yang dibutuhkan anggota, memberikan kenaikan upah apabila

karyawan berprestasi dalam bekerja dan lain sebagainya dengan memberikan

hak dan kewajiba pemimpin dengan anggota maupun hak dan kewajiaban

yang diberikan anggota karyawan untuk pemimpin dengan memaksimalkan

kinerja maupun kualitas kerjanya untuk kemajuan perusahaan.

2.3.3 Etika-Etika Pemimpin

Etika-etika pemimpin sangat diperlukan oleh pemimpin untuk

membatasi perilaku atau sikap yang dapat menyebabkan hubungan antara

pemimpin dengan bawahan menjadi renggang atau keharmonisan menjadi

tercipta. Karena itu pemimpin diharapkan dapat memiliki etika-etika luhur

antara lain:

1. Dedikasi, merupakan etika yang ditunjukan pemimpin kepada

karyawannya agar dapat merasakan kenyamanan dalam bekerja.

Pemimpin yang mempunyai dedikasi yang cukup tinggi akan


30

membela, melayani, mendorong baik karyawannya maupun rekan

kerjanya untuk mencapai cita-cita bersama sebagai wujud kecintaan

dan pengabdiannya untuk perkembangan serta kemajuan perusahaan.

2. Emphaty, merupakan etika yang ditunjukkan pemimpin kepada

bawahannya dengan merasakan apa yang dirasakan oleh

bawahannya. Karena pemimpin mempunyai kemampuan dapat

mengetahui lewat kenyataan dan perasaan sehingga dapat

mengetahui kelemahan dan kekuatan kelompok kerja, baik karyawan

maupun lingkingan. Efek yang ditimbulkan adalah kegairahan untuk

memperkuat kredibilitas dan kompetensi orang yang dipimpinnya

tanpa henti-henti. Memaafkan dan melupakan kesalahan, merupakan

etika yang ditunjukkan pemimpin kepada bawahannya, karena

pemimpin yang baik adalah orang yang mempunyai jiwa besar

dengan memaafkan bawahan/ karyawannya yang telah mekakukan

kesalahan betapa pun besar kesalahan yang diperbuat begitu juga

sebaliknya.

3. Cinta, merupakan etika yang ditujukan pemimpin, karena hidup nya

yang penuh dengan cinta dan dia mampu menumbuhkan sikap saling

mencintai di lingkungan pekerjaannya.

4. Melayani, merupakan etika yang ditujukan pemimpin, karena dia

adalah orang yang selalu haus untuk melayani sesamanya bukan

hanya di tempat kerja akan tetapi di manapun dia berada.


31

Menurut Blanchard dan Peale, pemimpin yang beretika yaitu:

pemimpin harus berperilaku sewajarnya dan mempunyai kepercayaan diri

yang tinggi. Oleh karena pemimpin merupakan contoh bagi karyawan, maka

pemimpin dilarang untuk berperilaku yang melanggar moral kemanusiaan.

Lalu, pemimpin tidak cukup hanya dengan memiliki kepercayaan diri saja,

akan tetapi harus pula memiliki kesabaran agar terhindar dari keputusan yang

salah dan spekulatif. Pemimpin juga harus memiliki keteguhan perndirian

terhadap apa yang diputuskan. Keteguhan dapat memberikan semangat

tersendiri bagi karyawan.

2.3.4 Fungsi Kepemimpinan

Menurut Rifai seperti yang dikutip oleh Syamsir Torang dalam buku

Organisasi & Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya & Perubahan

Organisasi), menjelaskan bahwa fungsi kepemimpinan terkait dengan kondisi

sosial. Oleh sebab itu, fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena

harus diwujudkan dalam interaksi antar individu di dalam suatu organisasi.

Selanjutnya masih dalam buku yang sama, secara operasional

membedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:

1. Fungsi Instruktif Fungsi instruktif mengindikasikan seorang

pemimpin hanya melakukan komunikasi satu arah yang berarti

bahwa pemimpin adalah pihak yang menentukan apa, bagaimana,

kapan, dan di mana perintah itu dilaksanakan.


32

2. Fungsi Konsultatif Fungsi ini mengindikasikan seorang pemimpin

melakukan komunikasi dua arah.

3. Fungsi Partisipasi Fungsi ini bertujuan untuk lebih mengaktifkan

bawahan dengan jalan melibatkan mereka dalam pengambilan

keputusan.

4. Fungsi Delegasi Pelimpahan wewenang kepada bawahan untuk

membuat dan mengambil keputusan merupakan tujuan dari fungsi

delegasi. Namun bawahan yang menerima delegasi itu adalah orang

yang dapat dipercaya serta memiliki kesamaan prinsip, persepsi, dan

aspirasi.

5. Fungsi Pengendali Fungsi pengendalian dapat diimplementasikan

dalam bentuk bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

Fungsi ini dimaksudkan agar seorang pemimpin dapat mengarahkan,

mengatur, dan mengkoordinasikan aktivitas bawahannya.

2.4 Konsep Pemerintah

2.4.1 Pengertian Pemerintah

Secara etimologi kata pemerintahan berasal dari kata “pemerintah”

yang kemudian mendapat imbuhan sebagai berikut :

1. Mendapat awalan “pe-“ menjadi “Pemerintah” yang berarti badan atau

organisasi yang mengurus suatu negara.


33

2. Setelah ditambah akhiran “-an” menjadi kata “pemerintahan” yang

berarti perbuatan cara atau perihal atau urusan dan badan yang

berkuasa dan memiliki legitimasi.

Menurut Inu Kencana Syafi’ie (2003:3) Pemerintahan dalam arti luas

adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan

kesejahteraan memelihara keamanan dan memelihara derajat kehidupan

rakyat serta menjamin kepentingan negara itu sendiri. Dan mempunyai fungsi

Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif. Sedangkan pemerintahan dalam arti

sempit adalah segala kegiatan, fungsi, tugas dan kewajiban yang dijalankan

oleh lembaga eksekutif untuk mencapai tujuan negara. Menurut Usiono

(2016:124) Dilihat dari aspek kegiatan (dinamika), struktural fungsional, dan

aspek tugas dan kewenangan. Kata pemerintahan setidak-tidaknya

mengandung tiga pengertian, yaitu :

1. Ditinjau dari segi dinamika, pemerintahan berarti segala kegiatan atau

usaha yang terorganisasikan, bersumber pada kedaulatan dan itu demi

tercapainya tujuan negara, segala kegiatan yang terorganisasikan

mengandung arti bahwa segala kegiatan yang memenuhi syarat

organisasi. pengertian bersumber pada pemegang kedaulatan dalam

negara, contohnya rakyat. Berikutnya berlandaskan pada dasar negara

berarti segala kegiatan pemerintahan dilandasi ideologi dan falsafah

negara, contohnya Pancasila dan UUD 1945 di negara Indonesia.


34

2. Ditinjau dari segi struktural fungsional, pemerintahan berarti

seperangkat fungsi negara, yang satu sama lain saling berhubungan

secara fungsional, dan melaksanakan fungsinya atas dasar-dasar

tertentu demi tercapainya tujuan negara.

3. Ditinjau dari segi tugas dan kewenangan negara, pemerintahan berarti

seluruh tugas dan kewenangan negara.

Ermaya Suradinata (dalam Zaidan Nawawi 2013:18) mengemukakan

pengertian Pemerintahan adalah semua kegiatan lembaga atau badan-badan

publik tersebut dalam menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan negara.

2.4.2 Tugas dan Fungsi Pemerintah

1. Tugas dan fungsi Pemerintahan

Tujuan utama dibentuknya pemerintahan adalah untuk menjaga

suatu sistem ketertiban didalam masyarakat, sehingga masyarakat bisa

menjalani kehidupan secara wajar. Pemerintahan tidaklah diadakan untuk

melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat, menciptakan

kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat

menggembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai

kemajuan bersama, oleh karena itu, secara umum tugas dan fungsi

pemerintahan mencakup tujuh bidang pelayanan, sebagai berikut :

1) Menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan serangan

dari luar dan menjaga agar tidak terjadi pemberontakan dari


35

dalam yang dapat menggulingkan pemerintahan yang sah melalui

cara-cara kekerasan.

2) Memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya

gontokgontokan diantara warga masyarakat.

3) Menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada setiap warga

masyarakat tanpa membedakan status apapun yang

melatarbelakangi keberadaan mereka.

4) Melakukan pekerjaan umum dan memberi pelayanan dalam

bidang-bidang yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga non-

pemerintahan, atau yang lebih baik jika dikerjakan oleh

pemerintahan.

5) Melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial

6) Menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan

masyarakat luas,

7) Menerapkan kebijakan untuk pemeliharaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup.

2. Tugas

1) Perumusan kebijakan dan penyusunan rencana pembinaan

masyarakat.

2) Perumusan rencana kerja dan kegiatan pembinaan kebersihan dan

lingkungan, pengawasan dan pengendalian pembinaan

masyarakat dibidang kebersihan dan lingkungan.


36

3) Perumusan penyajian data informasi pembinaan masyarakat

dibidang kebersihan dan lingkungan.

4) Perumusan koordinasi dengan unit kerja lain dan instansi terkait

tentang program pengawasan dan pengendalian pembinaan

masyarakat dibidang kebersihan dan lingkungan.

5) Merumuskan penyusunan laporan hasil yang dicapai dalam

pelaksanaan program pembinaan, pengembangan, pengawasan

dan pengendalian dibidang kebersihan dan lingkungan.

6) Merumuskan pemberian petunjuk teknis pelaksaan tugas kepada

bawahan.

7) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan pimpinan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

3. Fungsi

1) Perumusan kebijakan dan penyusunan rencana pembinaan

masyarakat.

2) Perumusan rencana kerja dan kegiatan pembinaan kebersihan dan

lingkungan.

3) Perumusan penyajian data informasi pembinaan masyarakat

dibidang kebersihan dan lingkungan.

4) Perumusan program pengawasan dan pengendalian pembinaan

masyarakat.

5) Pelaksanan tugas-tugas lain.


37

2.5 Konsep Kinerja Aparatur

2.5.1 Pengertian Kinerja Aparatur

Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya

sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.

Sementara itu kinerja sebagai kata benda mengandung arti “Thing done”

(suatu hasil yang telah dikerjakan). Menurut Simamora (2002:423) kinerja

merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, performance atau job

performance tetapi dalam bahasa Inggrisnya sering disingkat menjadi

performance saja. Kinerja dalam Bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja.

Kinerja atau prestasi kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan

kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan

motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Prestasi kerja (performance) diartikan

sebagai suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara

langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik kuantitas maupun

mutunya.

Pengertian di atas menyoroti kinerja berdasarkan hasil yang dicapai

seseorang setelah melakukan pekerjaan. Sejalan dengan Sedarmayanti dalam

bukunya yang berjudul Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja

mendefinisikan Kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti

prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, unjuk kerja atau

penampilan kerja. (Sedarmayanti, 2001:50).


38

Aparatur adalah orang-orang yang menjalankan roda pemerintahan.

Aparatur memiliki peranan strategis dalam menyelenggarakan tugas-tugas

umum pemerintahan dan pembangunan. Peranan aparatur tersebut sesuai

dengan tuntutan zaman terutama untuk menjawab tantangan masa depan.

Aparatur yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam rangka menghadapi

tantangan masa depan. Pengertian mengenai aparatur pemerintahan

disebutkan oleh Dharma Setyawan Salam dalam buku yang berjudul

Manajemen Pemerintahan Indonesia yang menjelaskan bahwa ”Aparat

Pemerintah adalah pekerja yang digaji pemerintah melaksanakan tugas-tugas

teknis pemerintahan melakukan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan

ketentuan yang berlaku” (Setyawan, 2004:169).

Berdasarkan pengertian di atas, maka aparatur pemerintahan merupakan

seseorang yang digaji oleh pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugas

pemerintah secara teknis dengan berdasarkan ketentuan yang ada.

2.5.2 Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Aparatur

Berhasil tidaknya tujuan dan cita-cita dalam organisasi pemerinthan

tergantung bagaimana proses kinerja itu dilaksanakan. kinerja tidak lepas dari

faktor-faktor yang mempengaruhi. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja sebagaimana yang dikemukakan Menurut Baban Sobandi dan

kawankawan “Kinerja merupakan sesuatu yang telah dicapai oleh organisasi

dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output, outcome,

benefit, maupun impact.” (Sobandi dkk, 2006:176).


39

Hasil kerja yang dicapai oleh aparatur suatu instansi dalam menjalankan

tugasnya dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output,

outcome, benefit, maupun impact dengan tanggung jawab dapat

mempermudah arah penataan organisasi pemerintahan. Adanya hasil kerja

yang dicapai oleh aparatur dengan penuh tanggung jawab akan tercapai

peningkatan kinerja yang efektif dan efisien. Organisasi pemerintahan

menggunakan alat untuk mengukur suatu kinerja birokrasi publik, indikator

yang digunakan menurut Baban Sobandi dan para ahli lainnya dalam bukunya

yang berjudul Desentralisasi dan Tuntutan Penataan Kelembagaan Daerah

sebagai berikut: 1. Keluaran (Output) 2. Hasil 3. Kaitan Usaha dengan

Pencapaian 4. Informasi Penjelas (Sobandi dkk, 2006 : 179-181).

Menurut pendapat diatas bahwa kinerja adalah sesuatu terkait dengan

keluaran, hasil, keterkaitan pencapaian tujuan serta informasi penjelas dari

setiap program pemerintahan, setiap kinerja aparatur diperlukan juga hasil

dari kerja suatu tugas yang dibebankan oleh aparatur. Kinerja juga

dipengaruhi oleh disiplin dan inisiatif para pesertanya, prilaku yang berkaitan

dengan disiplin,inisiatif,wewenang,tanggung jawab akan mencerminkan

apakah organisasi berjalan secara efisein dan efektif atau tidak. Efektivitas

dan efisiensi tersebut pada akhirnya akan menentukan performance (kinerja)

organisasi tersebut, dengan perkata lain, secara umum efektivitas dan efisiensi

merupakan instrumen untuk mengukur kinerja.


40

2.6 Kerangka Konseptual

Agara penelitian ini terarah dan sesuai dengan permasalahan dan tujuan

yang diterapkan serta berdasarkan kiblat teoritis, maka perlu terlebih dahulu

disusun kerangka pemikiran dalam melaksanakan penelitian. Penelitian ini

meneliti bagaimana “Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Usaha Meningkatkan

Kemampuan Aparatur (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Sumenep)”.

Dalam kerangka pemikiran ini peneliti akan mejelaskan rangkaian berfikir

dari penelitian yang dilakukan, sehingga nantinya peneliti berharap akan

menemukan data dan hasil dari penelitian yang dilakukan mengenai peran

pemimpin dalam meningkatkan kemampuan aparatur desa.

Untuk melihat alur pikiran dalam penelitian ini maka penulis membuat

sekema penelitian seperti pada gambar dibawah ini:


41

Gambar 1. Penelitian Terdahulu

Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Usaha


Meningkatkan Kemampuan Aparatur

Rumusan Masalah :
1. Bagaimana Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Usaha
Meningkatkan Kemampuan Aparatur (Studi Pada Dinas
Sosial Kabupaten Sumenep).?
2. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat Kepemimpinan
Kepala Dinas Dalam Usaha Meningkatkan Kemampuan
Aparatur (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Sumenep).?

Teori Utama : Teori


-Teori Fokus Penelitian : Pendukung :
Administrasi -Konsep
Publik 1. Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Usaha
Pemerintah
-Teori Meningkatkan Kemampuan Aparatur -Konsep Kinerja
Kepemimpinan 2. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat Aparatur
Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Usaha
Meningkatkan Kemampuan Aparatur

Hasil Penelitian

Sumber : Telaah Peneliti, 2024

Pada gambar diatas dapat dilihat kerangaka konseptual dalam penelitian

yang dibuat oleh penulis sebagai acuan untuk melakukan penelitian, sehingga

harapan penulis penelitian yang dilakukan terarah sesuai dengan kerangka

konseptual yang dibuat.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian bertujuan untuk

memberi pegangan yang jelas dan terstruktur kepada peneliti dalam melakukan

penelitiannya.

Menurut Fachruddin (2009, hlm. 213) desain penelitian adalah: kerangka

atau perincian prosedur kerja yang akan dilakukan pada waktu meneliti, sehingga

diharapkan dapat memberikan gambaran dan arah mana yang akan dilakukan

dalam melaksanakan penetian tersebut, serta memberikan gambaran jika

peneletian itu telah jadi atau selesai penelitian tersebut diberlakukan.

Adapun proses desain penelitian yang dikemukakan oleh Nasution (2009,

hlm.56) desain penelitian mencakup proses-proses sebagai berikut:

1. Identifikasi dan pemilihan masalah

2. Memformulasikan masalah penelitian dan membuat hipotesis

3. Membangun penyelidikan dan percobaan

4. Memilih dan mendefinisikan pengukuran variabel

5. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan

6. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data

7. Membuat coding, serta mengadakan editing dan processing data

8. Menganalisa data dan pemilihan prosedur statistik

42
43

9. Penelitian laporan hasil penelitian

Desain pada penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif.

Dimana penelitian kualitaiatif adalah penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata, tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang

dapat diamati. Metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah

(lawannya adalah eksperimen) dimanaa peneliti sebagai instrument kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat

kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada

generalisasi. (Sugiono, 2014:13-14).

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah batasan penelitian dimana peneliti bisa

menentukannya dengan benda, hal atau orang untuk melekatnya variabel

penelitian. Yang dimaksud subyek penelitian, adalah orang, tempat, atau benda

yang diamati dalam rangka pembumbutan sebagai sasaran (Kamus Bahasa

Indonesia, 1989: 862).

Pada penelitian ini subjek penelitian yaitu Kepala Dinas, Staff/Pegawai

dan Masyarakat yang terlibat.

Subjek penelitian dapat terdiri dari tiga level yaitu :

1. Mikro merupakan level terkecil dari subjek penelitian dan hanya

berupa individu.

2. Meso merupakan level subjek penelitian dengan jumlah anggota lebih

banyak, misal keluarga dan kelompok.


44

3. Makro merupakan level subjek penelitian dengan anggota yang sangat

banyak, seperti masyarakat atau komunitas luas.

Peran subjek penelitian memberiklan tanggapan dan informasi terkait data

yang dibutuhkan peneliti, serta memberikan masukan kepada peneliti, baik secara

langsung dan tidak langsung.

3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Tempat atau lokasi merupakan sumber data yang dapat digunakan dalam

penelitian. Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dapat

digali melalui tempat maupun lingkungannya. Dari lokasi atau tempat terjadinya

suatu peristiwa, secara kritis dapat ditarik simpulan yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian. (Nugrahani, 2014:112)

Tempat atau lokasi penelitian juga dimanfaatkan sebagai sumber data

dalam penelitian ini. Dari pemahaman terhadap lokasi atau tempat dan lingkungan

terjadinya peristiwa atau aktivitas, secara kritis dapat ditarik simpulan yang

berkaitan dengan permasalahan penelitian. (Sutopo, 2002:52) Adapun yang

dimaksudkan tempat atau lokasi dalam penelitian ini adalah Dinas Sosial

Kabupaten Sumenep. Waktu pelaksanaan penelitian akan dilakukan peneliti dalam

waktu bulan terhitung dari bulan Desember-Januari 2024.

3.4 Fokus Penelitian

Dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menetapkan fokus.

Spradley menyatakan bahwa “A focused refer to a single cultural domain or a few

related domains” maksudnya adalah bahwa, fokus itu merupakan domain tunggal

atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial.


45

Dalam bukunya Sugiyono (2010) Spradley dalam Sanapiah Faisal

mengemukakan bahwa ada empat alternative pilihan yang digunakan untuk

menetapkan fokus yaitu:

1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informan.

2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing

domain.

3. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan

iptek.

4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan

teori-teori yang telah ada.

Menurut Creswell (2015: 182) dalam mengantarkan dan menfokuskan

studi diperlukan pernyataan permasalahan yang baik, tujuan yang jelas dan

pertanyaan jelas tentang penelitiannya. Penetapan fokus penelitian sangat penting

dilakukan untuk membatasi suatu studi dalam penelitian kualitatif.

Adapun fokus yang digunakan yaitu:

1. Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Usaha Meningkatkan Kemampuan

Aparatur.

2. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat Kepemimpinan Kepala Dinas

Dalam Usaha Meningkatkan Kemampuan Aparatur.

3.5 Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari

mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber

data yaitu :
46

1. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

(atau petugasnya) dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber

data primer dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas, Staff/Pegawai dan

Masyarakat yang terlibat.

2. Sumber data skunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang

tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini,

dokumentasi dan wawancara merupakan sumber data sekunder.

3.6 Instrumen Pengumpulan Data

Kualitas hasil penelitian salah satunya dipengaruhi oleh kualitas instrumen

penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen atau alat

penelitian. Dengan kata lain, dalam penelitian ini peneliti menjadi instrumen

penelitian.

Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata adalah alat yang

digunkan untuk merekam pada umumnya secara kualitatif keadaan dan aktivitas

atribut-atribut psikolog. Atribut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya

digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif (Suryabrata, 2008).

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan

untuk mengumpulkan data. Ini berarti, dengan menggunakan alat-alat tersebut

data dikumpulkan. Dalam penelitian kualitatif, atau instrumen utama dalam

pengumpulan data adalah manusia yaitu, peneliti sendiri atau orang lain yang

membantu peneliti. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri yang

mengumpulkan data dengan cara bertanya, meminta, mendengar, dan mengambil.


47

Untuk mengumpulkan data dari sumber informasi (informan), peneliti

sebagai instrument utama penelitian memerlukan instrumen bantuan.

1. panduan atau pedoman wawancara mendalam. Ini adalah suatu tulisan

singkat yang berisikan daftar informasi yang perlu dikumpulkan.

Pertanyaan-pertanyaan lazimnya bersifat umum yang memerlukan

jawaban panjang, bukan jawaban ya atau tidak.

2. Alat rekaman. Peneliti dapat menggunakan alat rekaman seperti, tape

recorder, telphon seluler, kamera foto, dan kamera video untuk

merekam hasil wawancara.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahap pertengahan dari serangkaian tahap dalam

sebuah penelitian yang mempunyai fungsi yang sangat penting. Hasil penelitian

yang dihasilkan harus melalui proses analisis data terlebih dahulu agar dapat

dipertanggung-jawabkan keabsahannya. (Herdiansyah,2012:158)

Dengan demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara

melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut

menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dipahami

dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan

kegiatan penelitian, baik berkaitan dengan deskripsi data maupun untuk membuat

induksi, atau menarik kesimpulan tentang karakteristik populasi (parameter)

berdasarkan data yang diperoleh dari sampel (statistik).

Setelah data dikumpul peneliti akan mengelola semua data sesuai dengan

masalah penelitian. Oleh karena jumlah data yang dikumpul sangat banyak jadi
48

seharusnya dikelola dengan baik mengikut kesesuaian data. Data-data tersebut

akan diklasifikasikan mengikut kepentingan. Hal ini akan dapat memberi

gambaran yang lebih jelas dan memudahkan penulis melakukan pengumpulan

data selanjutnya.

Hasil dari pengelolaan itu, penulis akan menyusun semua data-data untuk

dibentuk menjadi satu pembahasan dan akan diteliti semula untuk mencari

kesimpulan dari hasil tersebut. Akhirnya penulis akan dapat jawaban dari rumusan

masalah tersebut.

Kesimpulan dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut model

interaktif yang dikemukakan oleh Miles, Huberman dan Saldana (2014) yang

secara esensial berisi tentang uraian dari seluruh sub-kategori tema, langkah

terakhir yang harus dilakukan adalah membuat kesimpulan dari temuan hasil

penelitian dengan memberikan penjelasan simpulan dari jawaban pertanyaan

penelitian yang diajukan sebelumnya. ( Herdiansyah,2012:179)

Secara keseluruhan, proses analisis dalam penelitian kualitatif meliputi

empat macam sifat, sebagai berikut. ( Nugrahani,2014: 296-297)

1. Analisis induktif. Data yang terkumpul dalam penelitian, dianalisis

secara induktif, yaitu analisis yang tidak bertujuan untuk membuktikan

kebenaran suatu hipotesis. Analisis dilakukan berdasarkan informasi

yang diperoleh di lapangan, untuk sampai pada temuan dapat ditarik

simpulannya berupa sebuah teori berdasarkan pada pola di dalam dunia

kenyataannya. Menurut Sutopo teori yang di kembangkan dalam

analisis induktif dimulai dari lapangan studi, dari data yang terpisah-
49

pisah, atas bukti-bukti yang terkumpul dan saling berkaitan (bottom-up

grounded theory).

2. Analisis dilakukan di lapangan bersama dengan proses pengumpulan

data. Pada waktu data dikumpulkan, proses analisis dimulai dengan

penyusunan refleksi peneliti, yang merupakan kerangka berpikir, dan

gagasan, terhadap data yang ditemukan Bodgan & Biklen Melalui

refleksi in dilakukan proses pemantapan data.

3. Proses interaktif. Setiap data yang diperoleh, dikomparasikan dengan

data lain secara berkelanjutan. Proses dilakukan antarkomponen, dalam

bentuk siklus. Peneliti bergerak di antara tiga komponen yaitu sajian

data, reduksi, dan verifikasi.

4. Proses siklus. Setiap simpulan yang ditarik dimantapkan dengan proses

pengumpulan data berkelanjutan. Pada tahap verifikasi, mungkin

dilakukan penelusuran kembali pada semua bukti penelitian, apabila

data dirasa kurang mantap untuk dasar penarikan simpulan. Dengan

demikian, sekaligus dilakukan trianggulasi sebelum sampai tahap

simpulan akhir.

Data dianalisis dengan menggunakan beberapa langkah sesuai teori Miles,

Huberman dan Saldana (2014) yaitu menganalisis data dengan tiga langkah:

kondensasi data (data condensation), menyajikan data (data display), dan menarik

simpulan atau verifikasi (conclusion drawing and verification). Kondensasi data

merujuk pada proses pemilihan (selecting), pengerucutan (focusing),


50

penyederhanaan (simplifiying), peringkasan (abstracting), dan transformasi data

(transforming). Secara lebih terperinci.

Sesuai dengan jenis penelitian di atas, maka peneliti menggunakan model

interaktif dari Miles dan Huberman untuk menganalisis data hasil penelitian.

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Adapun model interaktif yang dimaksud sebagai berikut:

Gambar 2. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif

Pengumpulan Penyajian Data


Data

Kesimpulan-
Kondensi
Kesimpulan
Data
Penarikan/Verifikasi

Sumber : Miles, Huberman dan Saldana (2014 : 14)

Komponen-komponen analisis data model interaktif dijelaskan sebagai

berikut:

1. Pengumpulan Data

Pada analisis model pertama dilakukan pengumpulan data hasil

wawancara, hasil observasi, dan berbagai dokumen berdasarkan


51

kategorisasi yang sesuai dengan masalah penelitian yang kemudian

dikembangkan penajaman data melalui pencarian data selanjutnya.

2. Kondensasi Data

Kondensasi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan,

menyederhanakan, mengabstraksi, dan mengubah catatan lapangan,

transkrip wawancara, dokumen, dan materi (temuan) empirik lainnya.

Seperti kita ketahui, kondensasi data, berlangsung terus menerus selama

proyek kualitatif berorientasi berkelanjutan. Sebenarnya, bahkan

sebelum data sebenarnya terkumpul, mengantisipasi kondensasi data

telah terlihat ketika para peneliti memutuskan (sering tanpa disadari

sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah studi, masalah penelitian dan

pengumpulan data pendekatan yang memilih. Selama pengumpulan

data berlangsung, ada langkah lebih lanjut kondensasi (ringkasan,

rencoding, mencari tema, rnembuat cluster, membuat partisi, menulis

memo).

Pengurangan data/proses-ini transformasi terus setelah penelitian

lapangan, guna menyelesaikan laporan akhir terdiri. Data yang

diperoleh di daerah penelitian (field data) yang dikumpulkan sebanyak

mungkin dan dituangkan dalam bidang catatan. Data yang diperoleh di

lokasi penelitian (data lapangan) dikumpulkan sebanyak-banyaknya dan

dituangkan dalam catatan lapangan. Melalui catatan lapangan tersebut,

peneliti memilah-milah atau mengkategorikan mana data yang cocok

(sesuai) dan tidak cocok atau kurang sesuai direduksi atau di buang dan
52

diganti dengan data baru yang cocok dengan masalah dan fokus

pemelitian.

3. Penyajian Data

Penyajian Data, yang penting alur kerja dan analisis aktivitas

kedua adalah penyajian data. Miles dan Huberman membatasi

"presentasi" sebagai satu set informasi yang terstruktur yang

memberikan kemungkinan menarik kesimpulan dan mengambil

tindakan. Berbagai presentasi dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-

hari mulai dati pengukur bensin, surat kabar, hingga layar komputer.

Dengan melihat presentasi kita akan dapat memahami apa yang terjadi

dan apa yang harus dilakukan mengailalisis lebih lanjut atau mengambil

tindakan berdasarkan wawasan yang diperoleh dan presentasi.

Penyajian data atau menampilkan data dimaksudkan guna

memudahkan bagi para peneliti guna melihat gambaran secara

keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk penyajian

data, tabel, gambar dan deskripsi narasi. Dalam melakukan Miles dan

Huberman percaya bahwa representasi yang lebih baik adalah cara

utama guna analisis kualitatif yang valid. presentasi dimaksud yang

meliputi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan grafik. Semuanya

dirancang guna menggabungkan informasi yang dihimpun dalam

bentuk yang koheren dan mudah dijangkau, sebagai analisa tersebut

guna melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik
53

kesimpulan yang benar atau melanjutkan melangkah melakukan analisis

sesuai dengan saran yang pikir dengan menghadirkan sebagai sesuatu

yang mungkin berguna.

4. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Menarik Kesimpulan/Verifikasi, Aktivitas analisis penting yang

ketiga adalah guna menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari awal

pengumpulan data, sebuah analis kualitatif mulai mencari arti dari

benda-benda, mencatat keteraturan. Penjelasan, konfigurasi koritigurasi

yang mungkin, aliran kausalitas, dan proposisi. Para peneliti yang

kompeten akan menangani kesimpulan dengan kesimpulan longgar,

terbuka dan skeptis, tetapi sudah disediakan, awalnya tidak jelas, tapi

dengan meminjam kiasik jangka dan Glaser dan Strauss (1967) dan

kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar kuat.

Kesimpulan "final" mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data

berakhir, tergantung pada ukuran dari set catatan lapangan, encoding,

storage, dan metode pencarian ulang digunakan, keterampilan

penelitian, dan tuntutan penyandang dana, tetapi sering kesimpulan itu

dirumuskan sebelumnya sejak awal, meskipun peneliti mengklaim telah

melanjutkan "induktif". Kesimpulan atau verifikasi data dalam

penelitian ini dilakukan terus-menerus sepanjang proses penelitian.

Sejak awal memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data,

peneliti mencoba menganalisis bahwa mencari pola, tema, hubungan

kesetaraan, proposisi dan mencari makna dari data yang dikumpulkan


54

dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan masih tentatif,

tetapi dengan peningkatan data melalui proses verifikasi terus menerus,

kemudian ditarik kesimpulan yang "membumi". Dengan kata lain,

setiap kesimpulan selalu terus diverifikasi selama penelitian.

Kesimpulan, dalam pandangan Miles dan Huberman, hanya

sebagian dan satu aktivitas dan konfigurasi utuh. Kesimpulan juga

diverifikasi selama penelitian. Verifikasi mungkin adalah pemikiran

ulang terpendek yang datang ke pikiran analyzer karena ia menulis

review dari catatan lapangan, atau mungkin sangat berhati-hati dan

melelahkan guna judicial review dan pertukaran ide antara rekan-rekan

guna mengembangkan "berurusan intersubjektif," atau juga upaya yang

luas guna menempatkan salinan temuan di set data lainnya. Singkatnya,

makna yang muncul dan data harus diverifikasi, soliditas dan

kompatibilitas, yaitu yang validitasnya. Jika tidakdemikian, yang

dimiliki adalah cita-citá yang menarik mengenai sesuatu yang terjadi

dan yang tidak jelas kebenaran dan kegunaannya.

Penelitian menyimpulkan data sesuai dengan rumusan masalah yang telah

dikemukakan. Data-data yang sudah dideskripsikan disimpulkan secara umum.

Simpulan tersebut meliputi pengaruh partisipasi publik dan komitmen organisasi

terhadap kinerja. Setelah disimpulkan, analisis data kembali pada tahap awal

sampai semua data kompleks.

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif model interaktif adalah

penarikan kesimpulan dari verifikasi. Berdasarkan data yang telah direduksi dan
55

disajikan, peneliti membuat kesimpulan yang didukung dengan bukti yang kuat

pada tahap pengumpulan data. Kesimpulan adalah jawaban dari rumusan

masalahdan pertanyaan yang telah diungkapkan oleh peneliti sejak awal

(Sugiyono, 2007, hlm. 247).

Dalam penelitian kualitatif, kesimpulan yang didapat kemungkinan dapat

menjawab fokus penelitian yang sudah dirancang sejak awal penelitian. Ada

kalanya kesimpulan yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk menjawab

permasalahan. Hal ini sesuai dengan jenis penelitian kualitatif itu sendiri bahwa

masalah yang timbul dalam penelitian kualitatif sifatnya masih sementara dan

dapat berkembang setelah peneliti terjun ke lapangan. Harapan dalam penelitian

kualitatif adalah menemukan teori baru. Temuan itu dapat berupa gambaran suatu

objek yang dianggap belum jelas, setelah ada penelitian gambaran yang belum

jelas itu bisa dijelaskan dengan teori-teori yang telah ditemukan. Selanjutnya teori

yang didapatkan diharapkan bisa menjadi pijakan pada penelitian-penelitian

selanjutnya.

3.8 Teknik Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan atau validitas data-data pada dasarnya

merupakan teknik yang harus ditempuh untuk menunjukkan bahwa data yang

terkumpul benar-benar terdapat secara alami dan umum.

1. Uji Credibility (Uji Derajat Kepastian Data)

Metode kualitatif lebih tepat menggunakan istilah "autentisitas" dari

pada validitas. Karena autentisitas lebih berarti memberikan deskripsi,

keterangan, informasi (account) yang adil (fair) dan jujur. Harus dijamin
56

bahwa hasil yang diperoleh dan interpretasinya adalah tepat. lnterpretasi

harus berdasarkan informasi yang disampaikan oleh partisipan dan bukan

karangan peneliti sendiri.

Memvalidasi hasil penelitian berarti peneliti menentukan akurasi dan

kredibilitas hasil melalui strategi yang tepat, seperti lewat member checking

atau triangulasi. Metode kualitatif sebenarnya tidak menggunakan kata bias

dalam penelitian. Ada beberapa teknik yang digunakan oleh metode kualitatif

untuk menjamin akurasi dan kredibilitas hasil penelitian yaitu: triangulasi,

member checking dan auditing. Triangulasi data berarti menggunakan

bermacam-macam data, menggunakan lebih dari satu teori, beberapa teknik

analisa, dan melibatkan lebih banyak peneliti. ( Raco,2010: 132-133).

2. Uji Reliability (Uji Derajat Keandalan Data)

Reliabilitas menunjuk kepada tingkat konsistensi bila penelitian ini

dilaksanakan oleh peneliti yang lain atau oleh peneliti yang sarna tapi ternpat

yang berbeda.Ada tiga rnacarn jenis reliabilitas, yaitu Quixotic reliability

dimana lingkungan penelitian dari observasi menghasilkan hasil penelitian

yang tidak berubah. Diachronic reliability dirnana stabilitas observasi seluruh

waktu. Synchronic reliability yaitu kesamaan observasi dalam rnasa waktu

yang sama.

Hal penting yang harus diperhatikan yaitu pertama tentang interview:

partisipan harus mengerti pertanyaan atas cara yang sama, sehingga

jawabannya dapat di-coding tanpa kemungkinan ketidak pastian. Ini dicapai

dengan cara menguji bahan yang akan diwawancarai, melatih pewawancara.


57

Kedua adalah nilai kebenaran. Maksudnya bahwa deskripsi dari pengalaman

partisipan adalah benar seperti yang mereka alami dan hidupi. Ketiga, bahan

hasil wawancara adalah benar-benar sesuai dengan apa yang dikatakan. Hasil

wawancara ini dapat dicek kebenarannya dengan mendengar kembali

wawancara tersebut, sehingga netralitas peneliti tetap dijaga. (Raco,2010:

138).

Reliabilitas dalam kualitatif juga berkaitan dengan observasi. Peneliti

harus benar-benar menguasai lapangan, mengetahui persis apa yang terjadi di

lapangan, serta mengetahui budaya yang diteliti.

Reliabilitas atau keandalan ialah indek yang menunjukan sejauh mana

suatu alat ukura dapat dipercaya atau dianjdalkan (Juliansyah Noor, 2012 :

130). Reliabilitas adalah kehandalan/ketepatan sebuah alat ukur/instrument

dalam mengukur sebuah objek. Jika alat ukur dipergunakan dua (2) kali atau

lebih untuk mengukur fenomena yang sama dan memperoleh hasil yang

konsisten, maka alat yang dipakai dikatakan reliabel. Dengan bahasa yang

mudah dipahami reliabilitas adalah konsistensi sebuah alat ukur dalam

mengukur fenomena yang sama.

Maksudnya adalah reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi

dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistic (kuantitatif),

suatu data dikatakan reliable apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek

yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu

berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah

menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda. (Sugiyono, 2010:362).


58

Data pada penelitian kualitatif dianggap reliabel apabila peneliti berada

di lapangan kondisi sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Penelitian

kualitatif berkarakter subyektif dan reflektif sebab peneliti bertindak sebagai

instrument. Tingkat reliablitas pada pendekatan kualitatif bersifat individu

atau tidak sama antara peneliti satu dengan peneliti lainnya, karena setiap

penelitian mengandalkan peneliti itu sendiri. Reliabilitas ditempuh dengan

prosedur semacam melibatkan peneliti lain. (Laksono, 2013:173). Selain itu

reliabilitas dapat ditempuh dengan memperpanjang proses pengamatan,

proses wawancara sedemikian rupa sampai pada titik jenuh, maksudnya data

atau informasi yang diperoleh akan tetap sama, tidak lagi berubah.

Reliabilitas tidak sama dengan validitas, karena pengukuran yang dapat

diandalkan akan mengukur secara konsisten, tetapi belum tentu mengukur apa

yang seharusnya diukur. Dalam penelitian kualitatif, reliabilitas adalah sejauh

mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-

ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap

dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran

yang sama.

Validitas dan reliabilitas lebih menekankan pada masalah kualitas data

dan ketepatan metode yang digunakan untuk melaksanakan proyek penelitian

(Emzir,2014:78). Validitas dan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif

merujuk ke kemampuan prediksi terhadap fenomena sejenis, sedangkan

validitas dan reliabilitas pada penelitian kualitatif merujuk ke kualitas itu

sendiri (sarosa.2013:11). Karena suatu fenomena dipengaruhi dan


59

mempengaruhi banyak hal sehingga sulit mendapatkan dua fenomena yang

sama persis.

Realitas pada penelitian kualitatif bersifat majemuk atau ganda dan

dinamis/berubah, sehingga menghasilkan data yang tidak konsisten yang bisa

berulang seperti awal. Jadi penulisan laporan pada penelitian kualitatif

bersifat individualistis dan selalu berbeda antar orang. Peneliti satu dengan

yang lain pasti berbeda dalam menuliskan laporannya sesuai dengan bahasa

dan jalan fikiran masing-masing.

Untuk mencapai tingkat reabilitas dalam penelitian ini, maka dilakukan

dengan teknik ulang atau check-recheck. Usaha yang dilakukan ke arah

dependabilitas adalah sebagai berikut.

1) Audit Trail

Catatan terperinci menyangkut keputusan-keputusan yang dibuat

sebelum atau selama penelitian berlanjut berikut dengan deskripsi pada

proses penelitian. Dalam penelitian ini, audit trail didapatkan melalui

pengumpulan data-data. Data wawancara dibuat dalam bentuk

transkrip.

2) Checking Data

Kegiatan checking data dilakukan dengan cara mencari dan

mengumpulkan informasi dari orang terkait yang mengetahui tentang

apa yang sedang diteliti, dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran

data yang sedang dikumpulkan.


60

3. Bertanya

Peneliti menanyakan kepada teman mengenai masalah atau kegiatan

yang diamati. Hal ini bertujuan untuk meyakinkan informasi dari suatu

kegiatan atau masalah yang sedang diteliti.

3. Uji Defendability

Dalam penelitian kuantitatif, Dependabilitiy disebut sebagai

reliabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat

mengulangi atau mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian

kualitatif, uji dependebility dilakukan dengan melakukan audit terhadap

keseluruhan proses penelitian.

Dalam penelitian ini dependebility dilakukan oleh auditor yang

independen atau dosen pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas

peneliti dalam melakukan penelitian.

4. Uji Transferability (Uji Derajat Keteralihan Hasil Kesimpulan Data)

Sugiyono (2015:376) menjelaskan bahwa uji transferabilitas

(transferability) adalah teknik untuk menguji validitas eksternal didalam

penelitian kualitatif. Uji ini dapat menunjukkan derajat ketepatan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel itu diambil.

Kemudian Moleong (2016: 324) menjelaskan bahwa tranferabilitas

merupakan persoalan empiris yang bergantung pada kesamaan konteks

pengirim dan penerima.

Untuk menerapkan uji transferabilitas didalam penelitian ini nantinya

peneliti akan memberikan uraian yang rinci, jelas, dan juga secara sistematis
61

terhadap hasil penelitian. Diuraikannya hasil penelitian secara rinci, jelas dan

sistematis bertujuan supaya penelitian ini dapat mudah dipahami oleh orang

lain dan hasil penelitiannya dapat diterapkan ke dalam populasi dimana

sampel pada penelitian ini diambil.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada Bab bagian ini, peneliti akan memberikan gambaran secara

mendalam tentang kondisi geografis obyek penelitian yang bertempat di Dinas

Sosial Kabupaten Sumenep. Adapun gambaran obyek yang akan peneliti

sampaikan adalah sebagai berikut :

4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Sumenep

Kabupaten Sumenep berada di ujung timur pulau Madura yang terletak

diantara 113032’54” - 116016’48” Bujur Timur dan 4055’7024’ Lintang

Selatan, dengan batas-batas sebelah selatan berbatasan dengan selat Madura,

sebelah utaraberbatasan dengan laut jawa, sebelah barat berbatasan dengan

kabupaten Pamekasan, sebelah timur berbatasan dengan laut jawa dan laut

Flores. Berdasarkan Peraturan Bupati Sumenep Nomor 11 Tahun 2006

tentang luas wilayah kabupaten sumenep seluas 2.093,47 km 2 (209.347 Ha)

terbagi menjadi 27 wilayah kecamatan, 330 Desa, 4 Kelurahan, 1.547 Dusun,

1.774 Rukun Warga (RW), 5.569 Rukun Tetangga (RT) dengan komposisi

penyebarannya terdiri dari 260 Desa dan 4 Kelurahan di wilayah daratan dan

70 Desa di wilayah kepulauan, dengan pembagian wilayah.

62
63

Tabel 2. Pembagian Wilayah Kabupaten Sumenep

No. Desa/Kel. Kecamatan Jumlah Luas


Dusun (Km²)
1. Kota Sumenep 16 40 27,84
2. Batuan 7 23 27,10
3. Kalianget 7 26 30,19
4. Manding 11 49 68,88
5. Talango 8 62 50,27
6. Bluto 20 60 51,25
7. Saronggi 14 54 67,71
8. Lenteng 20 79 71,41
9. Giligenting 8 40 30,32
10. Guluk-Guluk 12 70 59,57

11. Ganding 14 73 53,97


12. Pragaan 14 72 57,84
13. Pasongsongan 10 68 119,03
14. Ambunten 15 53 50,54
15. Dasuk 15 56 64,50
16. Rubaru 11 37 84,46
17. Batang-Batang 16 98 80,36
18. Batuputih 14 78 112,31
19. Dungkek 15 66 63,35
20. Gapura 17 57 65,78
21. Gayam 10 58 88,40
22. Nonggunong 8 29 40,08
23. Ra’as 9 38 38,90
24. Masalembu 4 11 40,85
25. Arjasa 19 156 241,99
26. Kangayan 9 46 204,68
27. Sapeken 11 48 201,89
JUMLAH 334 1.547 2.093,47
Sumber : Dokumen Hasil Penelitian, 2024

Jumlah penduduk di kabupaten Sumenep hingga tahun 2017 mencapai

1.117.803 jiwa. Dengan jumlah penduduk tertinggi berada pada kecamatan

kota sumenep dengan jumlah 71.514 jiwa. Hal ini tidak terlepas dari peran

kecamatan kota Sumenep sebagai pusat kegiatan di kabupaten Sumenep.

Adapun apabila dilihat dari jenis kelamin, penduduk di sumenep didominasi


64

oleh perempuan, yaitu sejumlah 346,416 jiwa atau sebesar 52,42% dari total

jumlah penduduk. Tingkat kepadatan penduduk di kabupaten Sumenep

tergolong rendah. Adapun kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan

penduduk paling tinggi adalah kecamatan kota Sumenep.

Gambar 3. Peta Kabupaten Sumenep

Sumber : Dokumen Hasil Penelitian, 2024

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Sosial Kabupaten Sumenep

Dinas sosial adalah bidang pemerintahan yang mengurusi masalah-

masalah sosial yang ada dilingkungan masyarakat. Pada tahun 2008

Pemerintah kabupaten Sumenep mengeluarkan Perda Nomor 8 Tahun 2008

tentang Struktur dan Tata Kerja yang baru untuk Dinas Sosial Kabupaten

Malang. Kedudukan Dinas Sosial Kabupaten Sumenep adalah unsur

pelaksana pemerintah daerah dibidang Kesejahteraan Sosial Kabupaten

Sumenep yang pada saat ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan terdiri

dari 1 sekretaris dan 4 Kepala Bidang (Kabid), 15 Kepala Seksi (Kasi) dan

tenaga jabatan fungsional dengan jumlah personil 59 orang yang dilatar

belakangi dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda, dalam pelaksanaan


65

sehari-hari berada di bawah tanggung jawab Bupati melalui Sekretaris Daerah

Kabupaten Sumenep.

Kedudukan Dinas Sosial sesuai dengan tuntutan Undang-undang

Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 33

Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dimana

kabupaten/kota diberikan wewenang yang luas baik dalam urusan

pemerintahan maupun dalam pengelolaan pembangunan. Kedudukan,

susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja Dinas Sosial Kabupaten

Sumenep sekarang diatur dalam peraturan bupati Sumenep.

4.1.3 Visi dan Misi Dinas Sosial Kabupaten Sumenep

1. Visi

Visi Dinas Sosial Kabupaten Sumenep Adalah” Sumenep Unggul,

Mandiri dan Sejahtera”.

2. Misi

Misi adalah salah satu yang dipilih dan disepakati bersama untuk

mewujudkan visi pada rentang waktu di masa depan yang diwujudkan dalam

sikap dan prilaku, kegiatan atau progam sehingga dapat mengikuti irama

perubahan jaman bagi pihak yang berkepentingan. Misi Pemerintah Dinas Sosial

Kabupaten Sumenep adalah sebagai berikut:

1) Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia (Sdm) Berdaya Saing

Dibidang Pendidikan, Kesehatan Dan Ketenagakerjaan

2) Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Penguatan

Ekonomi Berbasis Kawasan Dari Hulu Ke Hilir

3) Mewujudkan Tata Kelola


66

4) Melaksanakan Pembangunan

5) Memperkuat Pembangunan

4.1.4 Kelembagaan atau Struktur Organisasi Dinsos Sumenep

Struktur organisasi didefinisikan sebagai sistem yang digunakan untuk

mendefinisikan hierarki dalam suatu organisasi. Ini mengidentifikasi setiap

pekerjaan, fungsinya dan ke mana ia melapor ke dalam organisasi. Suatu

struktur kemudian dikembangkan untuk menetapkan bagaimana organisasi

beroperasi untuk melaksanakan tujuannya.

Berikut di sajikan struktur organisasi Dinas Sosial Kabupaten Sumenep,

sebagai acuan untuk mengetahui Struktur Organisasi dapat dilihat pada skema

gambar dibawah ini:

Gambar 4. Struktur Organisasi Dinas Sosial Kabupaten Sumenep

Sumber : Dokumen Hasil Penelitian, 2024


67

4.2 Pembahasan Penelitian

4.2.1 Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Usaha Meningkatkan

Kemampuan Aparatur (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Sumenep)

1. Efektivitas Dalam Penyusunan Program Kerja

Dalam suatu organisasi, pembuatan program kerja sangat diperlukan

karena program kerja merupakan suatu rencana kegiatan yang akan

dilaksanakan dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektifitas serta

pendayagunaan seluruh potensi yang ada untuk mencapai tujuan organisasi

yang telah ditetapkan. Untuk itu semua bawahan diwajibkan memiliki

program kerja dalam menjalankan tugasnya. Hal ini berkaitan dengan

kemampuan bawahan dalam mengelola semua aktifitasnya, agar bawahan

bisa mengetahui dan memahami skala prioritas pekerjaan yang diberikan oleh

pimpinan. Sehingga dengan diberikan pembuatan program kerja, tujuan yang

telah ditetapkan dan direncanakan dapat dicapai pada waktu yang telah

ditentukan.

Dalam penyusunan program kerja ini kepala dinas senantiasa

melibatkan aparatur, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Sekekertaris,

ketika peneliti wawancarai yaitu sebagai berikut :

“Menurut saya sebagai Sekekertaris di dinas ini, selama ini kepala dinas
di dalam menyusun program kerja sering melibatkan bawahannya,
setiap program kerja yang ada dapat dikatakan merupakan hasil dari
kesepakatan yang telah direncanakan dan disusun bersama sehingga
bukan semata-mata kehendak kepala desa. Hal ini menurut pendapata
saya memberikan manfaat yang besar baik bagi program tersebut
maupun bagi hal yang lain seperti kemampuan aparatur. Dengan
dilibatkannya aparatur desa didalam penyusunan program ini maka
dapat memberikan manfaat terhadap pengembangan kemampuan
aparatur.” (Hasil Wawancara, 24 Januari 2024).
68

Dari petikan wawancara yang dilakukan dengan Sekekertaris diatas

dapat diketahui bahwa kepala dinas didalam menyusun program kerja sering

melibatkan bawahannya, hal memberikan manfaat yang besar baik bagi

program tersebut maupun bagi hal yang lain seperti kemampuan aparatur

desa. Dengan dilibatkannya aparatur desa didalam penyusunan program ini

maka dapat memberikan manfaat terhadap pengembangan kemampuan

aparatur desa. Jadi dalam penyusunan program Kepala Dinas telah

melibatkan bawahannya dan kebijaksanaan ini dapat memberikan manfaat

yaitu mampu meningkatkan kemampuan aparatur desa khususnya didalam

penyusunan program.

Lebih lanjut Kaur Umum ketika peneliti wawancarai memberikan

pendapata sebagai berikut :

“Menurut pendapat saya selama ini kepala dinas melibatkan seluruh


aparatur yang ada dinas untuk menyusun program kerja. Dengan
dilibatkannya aparatur didalam penyusunan program ini maka dapat
memberikan manfaat terhadap pengembangan kemampuan aparatur
desa khususnya didalam penyusunan program. Manfaat yang dirasakan
adalah semakin bertambahkan pengalaman dan pemahaman terhadap
program-program kerja desa antara lain program pembangunan,
pelayanan kepada masyarakat dan sebagainya. Kepemimpinan kepala
dinas saya nilai sudah efektif sehingga tujuan dari penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan dapat terlaksana dengan
sebagaimana mestinya.” (Hasil Wawancara, 24 Januari 2024).

Menyimak informasi ini dapat diketahui bahwa kepala dinas melibatkan

seluruh aparatur yang ada untuk menyusun program kerja. Dengan

dilibatkannya aparatur didalam penyusunan program ini maka dapat

memberikan manfaat terhadap pengembangan kemampuan aparatur

khususnya didalam penyusunan program. Manfaat yang dirasakan adalah


69

semakin bertambahkan pengalaman dan pemahaman terhadap program-

program kerja antara lain program pembangunan, pelayanan kepada

masyarakat dan sebagainya. Jelaslah bahwa dengan dilibatkannya bawahan

yaitu aparatur didalam penyusunan program maka dapat memberikan

pemahaman dan pengalaman bagi aparatur, sehingga kepemimpinan kepala

dinas dipandang mempunyai efektifitas yang cukup dalam meningkatkan

kemampuan aparatur desa, terbukti aparatur dapat menyusun program kerja

yang sesuai bidangnya.

Jika dilihat dari aspek penyusunan program maka jelaslah bahwa kepala

dinas melibtkan aparatur (bawahan) untuk menyusun program kerja dibidang

pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik. Dengan dilibatkannya

bawahan yaitu aparatur desa didalam penyusunan program kerja tersebut

maka dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi aparatur terhadap

tugas-tugasnya.

2. Efektifitas Dalam Pemberian Pengarahan

Untuk mencapai keberhasilan dalam suatu tugas tidak terlepas dari

peran pimpinan dalam mengarahkan bawahan agar kesalahan dalam

pelaksanaan penyelesaiaan tugas dapat dihindarkan. Tujuan dari pemberian

dukungan dan pemberian pengarahan kepada bawahan agar tercipta hubungan

akrab antara pimpinan dan bawahan dalam suasana kerja yang menyenangkan

karena dengan terciptanya hal tersebut diatas, bawahan merasa pimpinan

memberikan perhatian pada penyelesaian tugas mereka dan prestasi mereka

sehingga bawahan akan termotivasi untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik.


70

Hal ini dipertegas dengan yang dikatakan oleh Kepala Dinas, ketika

peneliti wawancarai menyebutkan bahwa :

“Menurut pendapat saya, pengarahan merupakan suatu hal yang sangat


penting dalam mencapai suatu tujuan termasuk dalam hal ini tujuan
yang hendak dicapai oleh pemerintah. Saya menilai bahwa selama ini
kami senantiasa memberikan pengarahan kepada bawahan didalam
berbagai hal. Pengarahan yang paling sering diberikan adalah didalam
bidang pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Menurut saya
hal ini dapat memberikan manfaat terhadap pemahaman dan
meningkatkan kemampuan aparatur didalam penyelenggaraan
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.” (Hasil Wawancara,
24 Januari 2024).
Menyimak pengakuan ini maka dapat diketahui bahwa kepala dinas

senantiasa memberikan pengarahan kepada bawahannya didalam berbagai

hal. Pengarahan yang paling sering diberikan adalah didalam bidang

pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini dapat memberikan

manfaat terhadap pemahaman dan meningkatkan kemampuan aparatur

didalam penyelenggaraan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

Pengarahan yang diberikan oleh kepala dinas dapat memberikan manfaat

didalam penyelenggaraan pemerintahan yaitu menambah pengetahuan dan

pemahaman didalam penyelenggaraan pembangunan serta pelayanan kepada

masyarakat.

Dalam wawancara yang peneliti lakukan dengan Kaur Pembangunan

menyebutkan bahwa :

“Menurut pendapat saya, bahwa kepala dinas senantiasa memberikan


pengarahan kepada bawahannya didalam berbagai hal. Pengarahan yang
paling sering diberikan adalah didalam bidang pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat. Menurut saya hal ini dapat memberikan
manfaat terhadap pemahaman dan meningkatkan kemampuan aparatur
didalam penyelenggaraan pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat.” (Hasil Wawancara, 24 Januari 2024).
71

Menyimak pengakuan ini maka dapat diketahui bahwa pengarahan

yang diberikan oleh kepala dinas dapat memberikan manfaat didalam

penyelenggaraan pemerintahan desa yaitu menambah pengetahuan dan

pemahaman didalam penyelenggaraan pembangunan serta pelayanan kepada

masyarakat.

Menyimak hasil wawancara tersebut maka dapat diketahui bahwa

kepala dinas senantiasa memberikan pengarahan kepada bawahannya didalam

berbagai hal. Pengarahan yang paling sering diberikan oleh kepada dinas

adalah didalam bidang pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

Disebutkan pula pemberian pengarahan tersebut memang penting dan

hal ini dapat memberikan manfaat terhadap pemahaman dan meningkatkan

kemampuan aparatur desa didalam melaksanakan tugasnya dalam

penyelenggaraan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

Pengarahan yang diberikan oleh kepala dinas dapat memberikan manfaat

didalam penyelenggaraan pemerintahan desa yaitu menambah pengetahuan

dan pemahaman didalam penyelenggaraan pembangunan serta dalam bidang

pelayanan kepada masyarakat.

3. Efektifitas Dalam Pelaksanaan Pengawasan

Proses manajeman dapat dikatakan lengkap, jika pengawasan telah

dilaksanakan seperti diketahui bahwa ada bermacam-macam fungsi

manajemen dan diantaranya pengawasan (controling) menduduki posisi yang

paling penting. Tujuan dari pengawasan untuk menilai apakah sasaran yang

ditetapkan telah tercapai secara memuaskan atau tidak. Maka pengawasan


72

dapat dikatakan sebagai proses, dimana pihak pimpinan melihat apakah yang

telah terjadi sesuai dengan apa yang semestinya terjadi. Bilamana tidak sesuai

perlu diadakan penyelesaian yang lebih lanjut.

Menurut Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sumenep ketika peneliti

wawancarai berhubungan dengan kegiatan pengawasan ini menyatakan

bahwa :

“Kegiatan pengasawan memang diperlukan sebab jika suatu organisasi


apalagi instansi pemerintah desa jika tidak ada pengawasan maka tujuan
yang hendak dicapai sulit untuk terwujudkan. Dalam pengawasan tidak
hanya mencakup tindakan mengawasi namun juga mengoreksi setiap
adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Pengawasan tidak
hanya bersifat preventif yaitu pengawasan yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyimpangan dan pengawasan bersifat represif
yaitu pengawasan yang dilakukan setelah terjadi adanya penyimpangan-
penyimpangan.” (Hasil Wawancara, 24 Januari 2024).

Hasil wawancara ini menyebutkan bahawa dalam pengawasan tidak

hanya mencakup tindakan mengawasi namun juga mengoreksi atas

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Pengawasan tidak hanya bersifat

preventif yaitu pengawasan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya

penyimpangan dan pengawasan bersifat represif yaitu pengawasan yang

dilakukan setelah terjadi adanya penyimpangan-penyimpangan.

Menurut staff bagian pelayanan aparatur pemerintah ketika peneliti

wawancarai berhubungan dengan kegiatan pengawasan ini memberikan

komentar sebagai berikut :

“Menurut pendapat saya, selama ini kepala desa didalam pengawasan


tidak terlalu ketat, hanya saja jika terjadi penyimpangan biasanya untuk
beberapa waktu dilakukan pengawasan secara intensif, dan kepala dinas
memberikan pengarahan apabila terjadi penyimpangan. Jadi dengan
adanya pengawasan ini bagi kami dapat berguna yaitu dalam hal
meningkatkan disiplin dan prestasi kerja. Namun bagi individu tertentu
73

mungkin dengan adanya pengawasan ini akan merasakan risih atau


merasa kurang dipercaya karena diawasi oleh pimpinan yaitu kepala
dinas. Dengan demikian pengawasan ini dapat memberikan manfaat
yaitu kami dapat langsung bertanya apabila tidak bisa atau sanggup
didalam melaksanakan tugas atau pekerjaan. Saya juga menilai bahwa
pengasawan yang dilakukan oleh kepala dinas ini sudah cukup bagus,
yang mana pengawasan yang dilakukan tidak terlalu ketat dan juga
tidak longgar.” (Hasil Wawancara, 24 Januari 2024).

Hasil wawancara di atas menyebutkan bahwa kepala dinas sosial

kabupaten Sumenep didalam pengawasan tidak terlalu ketat, hanya saja jika

terjadi penyimpangan biasanya untuk beberapa waktu dilakukan pengawasan

secara intensif, dan kepala dinas sosial kabupaten Sumenep memberikan

pengarahan apabila terjadi penyimpangan. Jadi dengan adanya pengawasan

ini bagi kami dapat berguna yaitu dalam hal meningkatkan disiplin dan

prestasi kerja. Namun bagi individu tertentu mungkin dengan adanya

pengawasan ini akan merasakan risih atau merasa kurang dipercaya karena

diawasi oleh pimpinan yaitu kepala dinas sosial kabupaten Sumenep. Dengan

demikian pengawasan ini dapat memberikan manfaat yaitu kami dapat

langsung bertanya apabila tidak sanggup didalam melaksanakan tugas atau

pekerjaan. Disebutkan bahwa pengawasan yang dilakukan dapat memberikan

manfaat yaitu kami dapat langsung bertanya apabila tidak bisa atau sanggup

didalam melaksanakan tugas atau pekerjaan. Saya juga menilai bahwa

pengasawan yang dilakukan oleh kepala desa ini sudah cukup bagus, yang

mana pengawasan yang dilakukan tidak terlalu ketat dan juga tidak longgar.

Hal senada juga di sampaikan oleh staff pelayanan aparatur pemerintah

dinas sosial kabupaten Sumenep ketika peneliti wawancarai berhubungan

dengan kegiatan pengawasan ini memberikan komentar sebagai berikut :


74

“Menurut saya, kepala dinas sosial kabupaten Sumenep didalam


pengawasan tidak terlalu ketat, hanya saja jika terjadi penyimpangan
biasanya untuk beberapa waktu dilakukan pengawasan secara intensif,
dan kepala dinas memberikan pengarahan apabila terjadi
penyimpangan. Jadi dengan adanya pengawasan ini bagi kami dapat
berguna yaitu dalam hal meningkatkan disiplin dan prestasi kerja.
Namun bagi individu tertentu mungkin dengan adanya pengawasan ini
akan merasakan risih atau merasa kurang dipercaya karena diawasi oleh
pimpinan yaitu kepala dinas. Dengan demikian pengawasan ini dapat
memberikan manfaat yaitu kami dapat langsung bertanya apabila tidak
sanggup didalam melaksanakan tugas atau pekerjaan. Dengan adanya
pengawasan tersebut saya rasa dapat memberikan manfaat dalam
meningkatkan kemampuan aparatur dinas, sebab jika tidak ada
pengawasan maka pekerjaan yang dilakukan dapat saja asal-asalan atau
tidak bisa memperbaiki kesalahan. (Hasil wawancara, 24 Januari 2024).

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa kepala dinas sosial

kabupaten Sumenep didalam pengawasan tidak terlalu ketat, hanya saja jika

terjadi penyimpangan biasanya untuk beberapa waktu dilakukan pengawasan

secara intensif, dan kepala dinas memberikan pengarahan apabila terjadi

penyimpangan. Jadi dengan adanya pengawasan ini bagi kami dapat berguna

yaitu dalam hal meningkatkan disiplin dan prestasi kerja. Namun bagi

individu tertentu mungkin dengan adanya pengawasan ini akan merasakan

risih atau merasa kurang dipercaya karena diawasi oleh pimpinan yaitu kepala

dinas. Dengan demikian pengawasan ini dapat memberikan manfaat yaitu

kami dapat langsung bertanya apabila tidak sanggup didalam melaksanakan

tugas atau pekerjaan. Dengan adanya pengawasan tersebut saya rasa dapat

memberikan manfaat dalam meningkatkan kemampuan aparatur, sebab jika

tidak ada pengawasan maka pekerjaan yang dilakukan dapat saja asal-asalan

atau tidak bisa memperbaiki kesalahan.


75

4. Upaya Peningkatan Aparatur

Dalam rangka meningkatkan kemampuan aparatur, pada kepemimpinan

kepala dinas sosial kabupaten Sumenep ini, menurut kepala dinas sosial

kabupaten Sumenep ketika peneliti wawancarai mengatakan bahwa :

“Dalam kepemimpinan, saya memberikan kesempatan kepada bawahan


untuk melakukan segala yang berhubungan dengan peningkatan
kemampuan mereka selama hal itu tidak menyimpang. Saya menyadari
bahwa untuk meningkatkan kemampuan aparatur desa merupakan tugas
yang sangat berat. Hal ini dikarenakan masih banyak bawahan yang
berpendidikan rendah, selain itu dana untuk pengambangan sumber
daya sangat terbatas. Jadi dalam hal ini saya lebih cenderung
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada bawahan yang memang
benar-benar belum mampu bekerja dengan baik. Sedangkan secara
moril saya senantiasa memberikan motivasi kepada bawahan untuk
dapat meningkatkan kemampuan mereka baik dengan meneruskan
pendidikan maupun dengan mengikuti kegiatan pelatihan.” (Hasil
Wawancara, 24 Januari 2024).

Kutipan wawancara ini menyebutkan bahwa kepala dinas sosial

kabupaten Sumenep memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

melakukan segala yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan

mereka selama hal itu tidak menyimpang. Saya menyadari bahwa untuk

meningkatkan kemampuan aparatur desa merupakan tugas yang sangat berat.

Hal ini dikarenakan masih banyak bawahan yang berpendidikan rendah,

selain itu dana untuk pengambangan sumber daya sangat terbatas. Jadi dalam

hal ini saya lebih cenderung memberikan pengarahan dan bimbingan kepada

bawahan yang memang benar-benar belum mampu bekerja dengan baik.

Sedangkan secara moril saya senantiasa memberikan motivasi kepada

bawahan untuk dapat meningkatkan kemampuan mereka baik dengan

meneruskan pendidikan maupun dengan mengikuti kegiatan pelatihan.


76

Menurut Sekretaris dinas sosial kabupaten Sumenep ketika peneliti

wawancarai memberikan informasi dan menyebutkan bahwa :

“Kemampuan aparatur terhadap pelaksanaan administrasi adalah


mengikut sertakan aparatur desa pada berbagai kegiatan Diklat.
Penyelenggaraan pengembangan untuk aparatur desa di dilaksanakan
oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan. setiap tugas
dan pekerjaan yang bersifat administratif dapat dilaksanakan dengan
sebaik mungkin. (Hasil Wawancara, 24 Januari 2024).

Hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa untuk meningkatan

kemampuan aparatur desa terhadap pelaksanaan administrasi dinas sosial

kabupaten Sumenep adalah mengikut sertakan aparatur pada berbagai

kegiatan Diklat. Penyelenggaraan pengembangan untuk aparatur di

dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat.

Lebih lanjut Kaur pemerintahan ketika peneliti wawancarai

berhubungan dengan upaya meningkatkan kemampuan aparatur memberikan

informasi kepada peneliti bahwa :

“Menurut saya terdapat beberapa upaya yang dilakukan oleh kepada


dinas dalam meningkatkan kemampuan administrasi aparatur
pemerintah dinas terutama untuk aparatur dinas sosial. Selama ini
kegiatan yang dilakukan adalah dengan pelatiha, saya menilai bahwa
kegiatan pelatihan bagi aparatur desa memang diperlukan, hal ini sangat
memberikan manfaat untuk meningkatkan kemampuan aparatur dalam
mengembangkan dirinya. Dengan memberikan pelatihan maka aparatur
desa dapat memahami segala tugas dan kewajiban dengan sebaik
mungkin, mampu melakukan setiap pekerjaan sesuai tugas pokok dan
fungsinya. (Hasil Wawancara, 24 Januari 2024).

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa

upaya kepala dinas dalam upaya meningkatkan kemampuan administrasi

aparatur desa juga dilakukan dengan mengikuti kegiatan diklat yang

diselenggarakan oleh pemerintah.


77

Dengan mengikut sertakan aparatur dinas sosial dalam kegiatan diklat

tersebut tentunya dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan

pengetahuan, ketrampilan dan profesional aparatur dalam melaksanakan

tugas-tugasnya.

Menurut penuturan Warga pengguna jasa layanan ketika peneliti

wawancarai menjelaskan, bahwa :

“Menurut saya bahwa aparatur mempunyai kemampuan yang cukup


baik dalam pelaksanaan tugas administrasi pemerintahan. Saya menilai
bahwa setiap aparatur sudah dapat memahami apa yang menjadi tugas
pokoknya dengan baik, pengalaman selama menjalankan tugas itulah
yang menjadikan sumber pemahaman tentang tugas dan pekerjaan bagi
aparatur, sehingga pada akhirnya mempunyai kemampuan untuk
melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Faktor yang membentuk
kemampuan dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan adalah
pengalaman, selain itu dapat di peroleh dari tingkat pendidikan, atau
pelatihan. Dengan keadaan sumber daya manusia yang ada sekarang ini
secara umum kemampuan sumber daya aparatur sudah mampu
melaksanaan tugas administrasi pemerintahan.” (Hasil Wawancara, 24
Januari 2024).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam

pelaksanaan administrasi pemerintahan di dinas sosial kabupaten Sumenep

dapat terlaksanakan dengan baik, disebutkan bahwa setiap aparatur

mempunyai tingkat kemampuan dalam memahami tugas dan pekerjaan dalam

penyelenggaraan administrasi pemerintah. Kemampuan aparatur tersebut

didukung oleh pengalaman, selain itu dapat di peroleh dari tingkat

pendidikan, kursus atau pelatihan. Dengan keadaan sumber daya manusia

yang ada sekarang ini secara umum kemampuan sumber daya aparatur sudah

mampu melaksanaan tugas administrasi pemerintahan desa. Dalam informasi

tersebut juga dikatakan bahwa masih terdapat persoalan dalam pelaksanaan

administrasi pemerintahan, yaitu masih terdapat beberapa aparatur yang


78

mempunyai kemampuan kurang memadai sehingga dalam penyelenggaraan

administrasi pemerintahan masih mengalami persoalan, antara lain

Penyusunan Pertanggungjawaban yang belum tepat waktu dan Manajemen

Pelayanan Publik yang masih kurang optimal.

Dengan melihat hasil wawancara dan temuan diatas maka dapat

diketahui bahwa kemampuan kepemimpinan kepala dinas dalam

meningkatkan kemampuan aparatur desa sudah terlaksana dan ada perubahan

jika kita lihat dari indikator dan program kegiatan yang dilakukan oleh

Kepala dinas sosial kabupaten Sumenep, Kemampuan Apartur yang ada

kantor dinas mempunyai kemampuan dan pengalaman cukup, sehingga

aparatur pemerintah secara umum tidak mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tugas sebagai aparatur pemerintahan.

4.2.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Kepemimpinan Kepala Dinas

Dalam Usaha Meningkatkan Kemampuan Aparatur (Studi Pada Dinas

Sosial Kabupaten Sumenep)

Ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi peran kepemimpinan kepala dinas

dalam usaha meningkatkan kemampuan aparatur diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam

masyarakat itu yang menyebabkan timbulnya perubahan pada masyarakat itu

sendiri baik secara individu, kelompok ataupun organisasi. Seperti halnya

kepala dinas sosial kabupaten Sumenep dalam kepemimpinan kepala dinas


79

dalam usaha meningkatkan kemampuan aparatur terdapat berbagai macam

faktor pendukung, adalah sebagai berikut:

1) Kekuasaan

Hal ini menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi

peranan kepala desa dalam usaha meningkatkan kemampuan aparatur

desa, karena tanpa kekuasaan maka kepala dinas tidak memiliki

kekuatan, legalitas dan otoritas yang memberikannya wewenang guna

mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan

kepala dinas.

Informasi yang diperoleh peneliti saat melakukan wawancara

kepada kepala dinas sosial kabupaten Sumenep, menyatakan bahwa:

“Sebagian kepala dinas sosial kabupaten Malang yang dipilih


melalui demokrasi saya juga harus memberikan pelayanan yang
baik terhadap masyarakat dan bisa mensejahterakan desa menjadi
lebih baik. ”, (Wawancara, 24 Januari 2024).

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendukung dari

peran kepala dinas dalam usaha meningkatkan kemampuan aparatur

adalah kekuasaan karena dengan kekuasaan tersebut kepala dinas

memiliki tugas yang harus dijalankan untuk kepentingan masyarakat.

2) Solidaritas aparatur

Adanya solidaritas dari aparatur dalam membantu meningkatkan

pemberdayaan masyarakat khususnya di bidang ekonomi membuat

kepala desa semakin semangat untuk mengawal keberhasilan dalam

mensejahterakan ekonomi masyarakat, salah satu inilah faktor


80

pendukung yang memberikan kelancaran terhadap kepala dinas dalam

melaksanakan tugasnya.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada kepala dinas

sosial kabupaten Sumenep, menyatakan sebagai berikut:

“Hal yang menjadi pendorong buat saya dalam keberhasilan


program terlaksana dengan baik itu karena perangkat yang ikut
membantu dalam menyukseskan program kepala dinas, walaupun
perangkat dinas disini kebanyakan hanya lulusan SMA tapi
solidaritas kerjanya sangat tinggi”, (Wawancara, 22 Agustus 2023).

Senada dengan pernyataan di atas, pernyataan lain juga dilontarkan

oleh KAUR Ekonomi dan Pembangunan:

“Kami selalu semangat untuk membatu Bapak Kepala dinas sosial


kabupaten Sumenep dalam menjalankan programnya, karena selain
ini memang menjadi tugas saya hal lain juga karena selama ini
kepala desa dalam meningkatkan kualitas pekerjaan saya dan
perangkat yang lainnya sangat didampingi dengan baik.”,
(Wawancara, 24 Januari 2024).

Pernyataan dari KAUR Ekonomi dan Pembangunan di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa semangat kerja untuk mendukung kepala

dinas di dorong karena adanya tanggungjawab sendiri dan dampingan

yang inten dari kepala desa terkait dengan tugasnya.

3) Komitmen masyarakat

Kepala dinas dalam rangka memaksimalkan peningkatan

kemampuan aparatur dinas tidak bisa dilakukan dengan sendiri

melainkan atas bantuan dari masyarakat, masyarakat miliki keinginan

untuk merubah taraf hidupnya menjadi lebih baik khususnya di sektor

ekonomi, maka dari itu segala upaya yang dilakukan masyarakat disana

tergolong aktif, salah satu contoh ketika mengadakan penyuluhan yang


81

berkaitan dengan ekonomi, disanalah masyarakat berbondong-bondong

mengikuti acara tersebut. Dari komitmen masyarakat ini dapat

membantu meringankan peran kepala desa sekaligus menjadi faktor

pendukung kepala desa dalam melakukan perannya.

2. Faktor Penghambat

Secara umum tidak semua hal yang dilakukan masnusia berjalan

dengan mulus atau dikatakan dengan sempurna karena manusia pada

umumnya memiliki keterbatasan, begitu pula yang dilakukan oleh Kepala

dinas sosial kabupaten Sumenep dalam melaksanakan perannya dalam

meningkatkan kemampuan aparatur ada berbagai hal yang menjadi

penghambat, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Sumber Daya Manusia (SDM) Masyarakat

Kondisi yang dimaksud ialah mengenai SDM masyarakat yang

masih minim, ketika adanya program yang dilakukan oleh pemerintah

desa masyarakat sulit untuk memahami atau mencerna sehingga apa

yang sudah diperoleh dari kegiatan tersebut tidak dapat diterapkan

secara optimal, seperti yang di ungkap oleh KAUR Kesra, bahwa:

“Iya mas orang tua disini sebagian tidak nyaman ketika ada acara
kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan karena kami khususnya yang
sudah tua-tua kebingungan dengan apa yang dibicarakan makanya
kami lebih suka bekerja langsung dari pada seperti itu”, (Hasil
Wawancara, 24 Januari 2024).

Pernyataan dari salah satu warga di atas dapat ditarik kesimpul

bahwa kebanyakan bagi masyarakat tidak begitu suka dengan adanya

kegiatan dikarenakan minimnya sumber daya manusia dari masyarakat.


82

2) Sumber Dana

Dalam perencanaan program untuk kepentingan bersama dan

kesejahteraan bersama memerlukan anggaran yang tidak sedikit meski

itu tergantung keperluan yang dibutuhkan, begitupun yang dialami

kepala dinas beberapa program yang sudah direncanakan masih belum

terlaksana karena permasalahan tersebut berakar dari anggaran yang

masih belum cukup. Seperti pernyataan Kepala dinas saat peneliti

melakukan wawancara, mengungkapkan bahwa:

“Penghambat dalam pelaksanaan saya itu adalah anggaran, karena


kebutuhan pembangunan yang semakin tinggi maka anggaranpun
juga semakin besar, itu yang masih menjadi penyumbat lajunya
kelancaran pembangunan”. (Hasil Wawancara, 24 Januari 2024).

Dari pernyataan Kepala Dinas dapat ditarik kesimpulan bahwa

program-program yang belum terlaksana dikarenakan anggaran yang

masih belum siap sehingga hal ini juga dapat berdampak pada kinerja

dari aparatur desa setempat, maka dari itu dapat menjadi kendali bagi

pembangunan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui

bagaimana “Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Usaha Meningkatkan

Kemampuan Aparatur (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Sumenep)”, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Efektivitas Dalam Penyusunan Program Kerja

Dalam suatu organisasi, pembuatan program kerja sangat diperlukan

karena program kerja merupakan suatu rencana kegiatan yang akan

dilaksanakan dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektifitas serta

pendayagunaan seluruh potensi yang ada untuk mencapai tujuan organisasi

yang telah ditetapkan. Jika dilihat dari aspek penyusunan program maka

jelaslah bahwa kepala dinas kabupaten Sumenep melibtkan aparatur

(bawahan) untuk menyusun program kerja dibidang pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan publik. Dengan dilibatkannya bawahan yaitu

aparatur desa didalam penyusunan program kerja tersebut maka dapat

memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi aparatur desa terhadap

tugas-tugasnya.

2. Efektifitas Dalam Pemberian Pengarahan

Untuk mencapai keberhasilan dalam suatu tugas tidak terlepas dari

peran pimpinan dalam mengarahkan bawahan agar kesalahan dalam

pelaksanaan penyelesaiaan tugas dapat dihindarkan. Tujuan dari

83
84

pemberian dukungan dan pemberian pengarahan kepada bawahan agar

tercipta hubungan akrab antara pimpinan dan bawahan dalam suasana

kerja yang menyenangkan karena dengan terciptanya hal tersebut diatas,

bawahan merasa pimpinan memberikan perhatian pada penyelesaian tugas

mereka dan prestasi mereka sehingga bawahan akan termotivasi untuk

menghasilkan sesuatu yang terbaik.

3. Efektivitas Dalam Pelaksanaan

Proses manajeman dapat dikatakan lengkap, jika pengawasan telah

dilaksanakan seperti diketahui bahwa ada bermacam-macam fungsi

manajemen dan diantaranya pengawasan (controling) menduduki posisi

yang paling penting. Tujuan dari pengawasan untuk menilai apakah

sasaran yang ditetapkan telah tercapai secara memuaskan atau tidak. Maka

pengawasan dapat dikatakan sebagai proses, dimana pihak pimpinan

melihat apakah yang telah terjadi sesuai dengan apa yang semestinya

terjadi.

Ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi peran Kepemimpinan Kepala

Dinas Sosial Dalam Usaha Meningkatkan Kemampuan Aparatur diantaranya

faktor pendukung dan faktor penghambat, ialah sebagai berikut:

1. Faktor pendukung kepala dinas dalam menjalankan perannya meliputi

adanya kekuasaan yang berarti menjalankan tugas dan wewenangnya

sebagai kepala dinas, kerjasama yang baik aparatur, adanya kemitraan

dengan lembaga lain, serta keinginan masyarakat dalam meningkatkan

ekonominya.
85

2. Faktor penghambat kepala dinas dalam menjalankan perannya yaitu

Sumber Daya Masyarakat yang masih minim sehingga tidak dapat

memberikan wawasan yang luas dalam konteks instruksi, dan sumber dana

yang masih belum tercukupi sehingga program-program yang

direncanakan belum terwujud.

5.2 Saran

Dalam melakukan Pengamatan penulis menemukan beberapa kelemahan

dan kendala “Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Usaha Meningkatkan

Kemampuan Aparatur (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Sumenep)”. Setelah

menemukan hal tersebut penulis mencoba memberikan sedikit saran untuk

mengatasi kelemahan dan kendala tersebut.

1. Pimpinan Dinas Sosial Kabupaten Sumenep diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan para pegawai/aparatur supaya nyaman dan

semangat dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh pimpinan yakni

kepala dinas.

2. Kepala dinas harus dapat meningkatkan dan mengembangkan model

keterlibatan bawahan dalam penyusunan program kerja melalui model

partisipatif yang lebih terbuka.

3. Perlu meningkatkan kemampuan aparatur dengan jalan memberikan

kesempatan bagi aparatur untuk meneruskan jenjang pendidikan formal

yang lebih tinggi, memberikan dukungan untuk mengikuti kegiatan

pelatihan dan pendidikan (Diklat) yang dilaksanakan oleh pemda, dan

Diklat yang lain sehubungan dengan pelaksanaan tugas aparatur


91

pemerintahan sehingga aparatur pemerintah dapat meningkatkan

kemampuan dalam penyelenggaraan administrasi atau pelayanan

kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Atmosudirdjo. 2013. Teori-Teori Dasar Dalam Kepemimpinan. Penerbit, Media


Sarana Press, Jakarta.
Choirul, Saleh. 2013. Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Aparatur. UB
Press, Malang.
Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Organisasidan Manajemen Sumber Daya
Manusia. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Handoko. 1992, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE-
Yogyakarta
Hasibuan, Malayu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi
Aksara.
Henry Simamora. 2004 Manajemen Sumber Daya Manusia edisi III. Yogyakarta:
STIE YKPN.
Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif :Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta :
Salemba Empat, 2010
Indradi, Sjamsiar Sjamsuddin. 2016, Dasar-Dasar dan Teori Administrasi Publik
Malang : Intrans Publishing
Hermanto, Dwi. 2015. Effektifitas dan Effisiensi Dalam Pengawasan. Jurnal Ilmu
Administrasi. Edisi IX. Bulan Juli Tahun 2015.
Istijanto, M. M. M.com. 2005. Riset Sumber Daya Manusia, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Keban, YT.2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik : Konsep , Teori
dan isu. Yogyakarta : Gava Media.
Kartini, Kartono. 2006. Pemimpin dan kepemimpinan, PT. Rajagrafindo Persada.
Jakarta
Karjadi, Kartasasmita. 2010. Pemimpinan Formal dan Informal. PT. Pustaka
Pembangunan. Jakarta.
Muhadjir, N. 1992. Metode Penelitian Kualitatif. Rake Sarasin. Yogyakarta.
Mardiyono, 2009, Mengungkap Kebijakan Otonomi Pemerintahan Lokal : Sebuah
Kajian Autopoiesis Tentang Kebijakan Penataan Kelembagaan Daerah,
Penerbit Averoes, Malang.
Miftah Thoha. 2020. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Miles, B.B., dan A.M. Huberman. (1992). Analisa Data Kualitatif. UI: Press
Jakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Moeleong, Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nawawi dan Martini. 2003. Fungsi Kepemimpinan Dalam Organisasi. Penerbit
Bumi Aksara, Jakarta
Notoadmodjo. 2013. Efektifitas dan efisiensi Kerja Aparatur Pemerintah. Bumi
Aksara. Jakarta.
Pasolong , Harbani. 2007. Teori administrasi publik. Bandung : Alfabeta
Raharjo Adisasmita. (2006). Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Riva’i Veithzal. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Soedarmayanti. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Rafika
Aditama.
Sinambela, L.P, 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Jakarta : PT. Bumi Aksara
Safroni,Ladzi . 2012. Manajemen dan Reformasi Pelayanan Publik.
Malang: Aditya media Publishing

Siagian, Sondang. P. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi


Aksara, Jakarta.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S

Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Siagian Sondang. P. 2005. Administrasi Pembangunan. Edisi Recisi. Balai
Pustaka. Jakarta
Supriyanto Didik dan Wahyudi Sigit. Formulasi Kebijakan Publik.
Panduan Khusus Untuk Mengenal Kebijakan Publik. Sumbar :
Insan Cendikia Mandiri. 2020
Wahjosumidjo. 2004. Kepemimpinan. Penerbit, Ghalia Indonesia. Jakarta.
Wijaya, A. 2001. Pengembangan Kapasitas Aparatur Pemerintah Daerah. Andi
Offset Yogyakarta.

Undang-Undang :
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Tentang Pemerintahan Daerah.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587.
Undang-undang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang
Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah
Peraturan Bupati Sumenep Nomor 11 Tahun 2006 tentang luas wilayah kabupaten
sumenep.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741.

Jurnal :
Indiati, “Perkembangan Diacronis Terhadap Perkembangan Administrasi Publik,
Dari New Public Management ke Good Governance” Jurnal Ilmu
Pengetahuan Sosial, 2021 UM-Tapsel Press
Mardiyono, “Kemandirian Keuangan Daerah ; Kebijakan Desentralisasi Fisikal
dan Otonomi Daerah di Indonesia,” Jurnal Ilmu Pemerintahan, 1410-1777,
210, MIPI.
Mardiyono,”Antologi Administrasi Publik dan Pembangunan”, 978-602-203-957-
0, Maret 206, UB Press

You might also like