You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, baik pergaulan dalam wilayah daerah, wilayah
negara, bahkan antarnegara diperlukan system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia
bergaul. Sistem pergaulan tersebut diperlukan untuk menjaga kepentingan masing-masing agar
kehidupan manusia menjadi aman, tentram, terlindungi, terjamin sesuai dengan norma yang
berlaku, dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi manusia. Sistem pergaulan yang dibuat
dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial tertentu itulah yang disebut dengan
etika.
Ada suatu anggapan yang mengatakan bahwa orang yang akan mengajar cukup hanya
menguasai bahan atau ilmu yang diajarkan mengajar dengan baik. Anggapan ini kurang tepat,
karena mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan ilmu (proses informatif), tetapi juga
mengandung unsur-unsur educatif (mendidik). Seorang pendidik dalam proses pembelajaran
harus mampu mentransfer ilmu pengetahuan, punya keahlian dan memiliki nilai-nilai (transfer
of knowledge, skill, and value).

Idealnya, dalam proses transformasi edikatif perlu ada komunikasi antara pendidik
dan peserta didik yang mengandung unsure-unsur peadagogis, didaktis, dan psikologis.
Untuk mewujudkan hal tersebut paling tidak harus memiliki lima komponen dasar, antara
lain;Pertama, tujuan mengajar, artinya apa standar ketuntasan belajar minimal yang harus
dicapai oleh peserta didik. Kedua, bahan (isi) pembelajaran, artinya perlu dipahami tentang
materi apa yang diberikan agar proses transformasi edukatif tersebut dapat mencapai tujuan.
Ketiga, metode dan teknik, artinya, bagaimana cara menyampaikan materi tadi agar sampai
pada tujuan. Keempat, perlengkapan dan fasilitas, artinya untuk membantu tercapainya tujuan
tadi, agar alat atau fasilitas apa yang dapat dipergunakan sehingga betul-betul mendukung
tercapainya tujuan interaksi edukatif. Kelima, evaluasi (penilaian) artinya untuk mengukur
tercapai tidaknya tujuan interaksi edukatif tersebut diperlukan proses penilaian.
Kelima, komponen tersebut merupakan persyaratan mutlak untuk tercapainya interaksi
edukatif dalam proses pendidikan pembelajaran melalui komunikasi antara pengajar dan yang
belajar. Versi lain dikatakan bahwa proses pembelajaran lebih banyak ditentukan oleh tiga
komponen antara lain tujuan, metode, dan alat pembelajaran.
Dengan demikian, etika profesi merupakan cabang dari etika khusus yang merupakan produk
dari etika sosial.Suatu profesi yang merupakan kelompok masyarakat tertentu memang harus
memiliki tata nilai yang mengatur kehidupan bersama. Tata nilai
Tersebut merupakan landasan dalam pergaulan sesama anggota profesi, antarkelompok, dan
masyarakat.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana etika profesi keguruan?


2. Bagaimana sasaran sikap professional keguruan?
3. Bagaimana peranan guru dalam profesi keguruan?
4. Bagiamana pengembangan profesi keguruan?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Etika profesi keguruan.


2. Untuk Mengetahui Sikap professional keguruan.
3. Untuk Mengetahui Peranan guru dalam profesi keguruan.
4. Untuk Mengetahui Pengembangan profesi keguruan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etika Profesi Keguruan

Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa yunani, ethos, yang artinya adat
kebiasaan atau watak kesusilaan (costum). Etika berkaitan erat dengan moral, istilah bahasa
Latin yaitu mos, atau dalam bentuk jamaknya mores, yang artinya adat kebiasaan atau cara
hidup seseorang dengan hal-hal yang baik dan menghindari perbuatan yang buruk. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia terbitan departemen pendidikan dan kebudayaan (1988)
merumuskan pengertian etika dalam tiga arti yaitu sebagai berikut :

1. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral baik itu dalam
kehidupan sehari-hari dalam keluarga maupun dalam lingkup bermasyarakat bahkan dalam
berprofesi sekalipun.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak atau pribadi seseorang.
3. Nilai yang mengenal benar dan salah yang di anut masyarakat.

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian atau jabatan yang memiliki fungsi dan
signifikan social, yang menentukan keterampilan dengan keahlian tertentu, memerlukan
pendidikan tingkat tinggi dengan waktu yang lama.
Guru adalah orang yang mempunyai banyak ilmu, mau mengamalkan dengan
sungguh-sungguh, toleran dan menjadikan peserta didiknya lebih baik dalam segala hal.
Dalam islam makna guru atau pendidik pada prinsipnya tidak hanya mereka yang mempunyai
kualifikasi keguruan secara formal diperoleh dari bangku sekolah perguruan tinggi,
melainkan yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan tertentu
dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Sementara itu, sistem nilai moral yang hidup di tengah-tengah masyarakat disebut
dengan moralitas.Moralitas merupakan sistem nilai yang terkandung dalam ajaran dan
diwariskan secara turun temurun.Ia menjadi petunjuk konkret manusia dalam menjalankan
hidupnya. Moral dan etika memiliki kesamaan, tetapi dalam kehidupan sehari-hari memiliki
perbedaan, yaitu moral untuk penilaian suatu perbuatan (baik dan buruk) dan etika untuk
pengkajian sistem-sistem nilai yang berlaku.Moralitas merupakan suatu ajaran, sedangkan
etika adalah suatu ilmu (ilmu tentang moralitas).
Sebagai ilmu, etika diartikan sebagai refleksi kritis, metodis, dan sistematis tentang
tingkah laku manusia. Etika memuat tentang apa yang harus dilakukan, apa yang tidak boleh
dilakukan, apa yang baik, dan apa yang buruk. Dengan adanya etika, perilaku-perilaku yang
baik diatur berdasarkan nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat.Nilai moral yang

3
berlaku dalam masyarakat dapat bersumber dari agama, budaya, filsafat hidup, dan disiplin
keilmuan.Dengan demikian, etika (ethic) dapat dikatakan sebagai sekumpulan asas atau nilai-
nilai moral yang dianut oleh golongan masyarakat tertentu setelah melalui pengkajian secara
kritis.
Adanya etika difungsikan untuk memberikan orientasi kritis dan rasional dalam
menghadapi pluralism moral yang ditimbulkan oleh aneka pandangan moral dan datangnya
gelombang modernisasi serta munculnya berbagai macam ideology sehingga tugas pokoknya
ialah mempelajari norma-norma yang berlaku.Ia mengarahkan orang untuk berpikir kritis dan
rasional, percaya pada diri sendiri dan bertindak sesuai dengan apa yang dapat
dipertanggungjawabkan secara moral.
Guru sebagai pendidik professional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila
dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan
masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan
guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru
meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, member arahan dan dorongan
kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul
baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian
masyarakat luas.

Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat tetapi yang akan
dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus perilaku guru yang berhubungan dengan
profesinya. Dengan demikian, etika guru dalam proses pembelajaran, guru yang baik itu cara
pandangnya tidak terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya saja, namun harus meliputi
seluruh kelas, tidak parsial, bersikap tenang, tidak gugup, tidak kaku, ambil posisi yang baik
sehingga dapat dilihat dan didengar oleh peserta didik, senyuman dapat mengusahakan dan
menciptakan situasi belajar yang sehat, suara yang terang dan adakan variasi sehingga suara
yang simpatik akan selalu menarik perhatian anak-anak. Bangkitkan kreatifitas peserta didik
selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung.

Usahakan untuk menguasai bahasa pengantar yang baik dan betul, tulisan yang jelas
dan rapi. Tujuan pelajaran harus tercapai, namun tidak perlu semua yang akan calon jelaskan
dan perbuat dalam menyampaikan pelajaran ditulis dalam buku persiapan, cukup yang pokok-
pokok saja.

Jika mengalami kesulitan dalam latihan, maka sebaiknya para calon meminta petunjuk-
petunjuk, nasihat atau pertolongan kepada pembimbing yang bersangkutan. Pergunakanlah
kesempatan dalam latihan praktik mengajar sebaik-baik, berlatih, belajar dengan tekun dan
kesungguhan hati, tentulah para calon akan sukses dan berhasil. Calon tidak dapat bersikap
acuh tak acuh dalam menunaikan semua latihan praktik mengajar.Dengan demikian, calon akan
menjadi seorang guru yang bermutu dan berwibawa dalam mengemban tugas pembangunan
bangsa dan negara.

Pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan peserta didik harus
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru

4
atau dengan perkataan lain, guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku peserta
didik.

Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri teladan) bagi peserta didik karena
pada dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau
masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan yang dapat digugu dan ditiru.

B. Sasaran Sikap Professional Keguruan

1. Sikap terhadap peraturan perundang – undangan

Pada butir Sembilan kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa “guru melaksanakan
segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan”.Kebijakan pendidikan di Negara
kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini oleh departemen pendidikan kebudayaan. Dalam
rangka pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia, departemen pendidikan dan
kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakan
kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi antara lain pembangunan
gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara lain dengan melalui
kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan generasi muda dengan
menggiatkan kegiatan taruna dan lain-lain.

2. Sikap terhadap organisasi profesi

Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI


sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini menunjukkan kepada kita betapa
pentingnya peranan organisasi sebagai wadah dan sarana pengabdian.PGRI sebagai organisasi
profesi memerlukan pembinaan, agar lebih berdaya guna sebagai wadah usaha untuk
1membawakan misi dan memantapkan profesi guru.Keberhasilan usaha tersebut sangat
bergantung kepada kesadaran para anggotanya, rasa tanggung jawab dan keawajiban para
anggotanya.

3. Sikap terhadap teman sejawat

Dalam ayat 7 kode etik guru disebutkan bahwa “guru memelihara hubungan
seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiawanan social”. Ini berarti bahwa

1) Barawi dan Muhammad Ariffin,Etika dan Profesi Kependidikan


Ar – Ruzz Media,Jogjakarta,2012

5
A. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan
kerjanya.
B. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiawanan
social didalam dan diluar lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini, kode etik guru Indonesia menunjukkan kepada kita betapa pentingnya hubungan
yang harmonis perlu diciptakan dengan mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam
antara sesama anggota profesi.

4. Sikap terhadap anak didik

Dalam kode etik guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa “guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa
pancasila”. Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru
dalam menjalankan tugasnya sehari-hari yakni tujuan pendidikan nasional, prinsip
membimbing,dan prinsip pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

5. Sikap terhadap tempat kerja

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik ditempat kerja akan
meningkatan produktivitas.hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh setiap guru, dan guru
berkewajiban menciptaka suasana yang demikian dalam lingkungannya. Untuk menciptakan
suasana kerja yang baik ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu: guru sendiri,hubungan
guru dengan orang tua dan masyarakat sekelilingTerhadap guru sendiri dengan jelas juga
dituliskan dalam salah satu butir dari kode etik yang berbunyi “guru menciptakan suasana
sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. Oleh sebab itu,
guru harus aktif mengusahakan suasana yang baik itu dengan berbagai cara,baik dengan
penggunaan metode mengajar yang sesuai,maupun dengan penyediaan alat belajar yang
cukup,serta pengaturan organisasi kelas yang mantap ataupun pendekatan lainnya yang
diperlukan.

6. Sikap terhadap pemimpin

Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit atau organisasi akan mempunyai
kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin organisasinya, dimana tiap anggota organisasi itu
dituntut berusaha untuk bekerja sama dalam melaksanakan tujuan organisasi tersebut.dapat
saja kera sama yang dituntut pemimpin tersebut diberkan berupa tuntutan akan kepatuhan
da;am melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan mereka.kerja sama juga dapat
diberikan dalam bentuk usulan dan malahan kritik yang membangun demi pencapaian tujuan

6
yang telah digariskan bersama dan kemajuan organisasi. Oleh sebab itu,dapat kita simpulkan
bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpi harus positif,dalam pengertian harus bekerja sama
dalam menyukseskan program yang sudah disepakati,baik disekolah maupun diluar sekolah.

7. Sikap terhadap pekerjaan

Profesi guru berhubugan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai
persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan kesabaran
dan ketelatenan yang tinggi,terutama bila berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil.
Barang kali tidak semua orang dikarunia sifat seperti itu,namun bila seseorang telah memilih
untuk memasuki profesi guru,ia dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu. Keharusan
meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir yang keenam dalam kode etik
guru Indonesia yang berbunyi “guru secara pribadi dan bersama-sama,mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya”. Dalam butir keenam ini dituntut kepada guru
baik secara pribadi maupun secara kelompok,untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat
profesinya. Guru sebagai mana juga dengan profesi lainnya tidak mungkin dapat meningkatkan
mutu dan martabat profesinya bila guru itu tidak meningkatkan atau menambah pengetahuan
dan ketrampilannya, karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu
berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.

C. Peranan Guru dalam profesi keguruan

Uzair Usman yang mengutip dari Adam dan Decey dalam Basic Principles ofStudent
Teaching mengemukakan, bahwa peran dan tugas guru adalah mengajar, pemimpin kelas,
pembimbing, pengatur lingkungan, partisipasi, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator,
dan konselor.Seiring dengan peran dan tugas di atas Mulyana (2005) juga menambahkan
bahwa guru harus kreatif, professional, dan menyenangkan dengan memosisikan diri sebagai:

1. Orang tua yang memiliki rasa kasih sayang pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu mencurahkan perasaan isi hati peserta didik.
3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, melayani peserta didik, sesuai dengan
minat, kemampuan, dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk memahamipermasalahan yang
sedang dihadapi anak dan mencarikan solusinya.
5. Membiasakan peserta didik bersilaturahmi dengan orang lain secara wajar.
Mengembangkan proses sosialisasi secara wajar antar peserta didik dalam lingkungannya.
6. Mengembangkan proses sosialisasi secara wajar antar peserta didik dalam lingkungannya

7
7. Mengembangkan kreativitas.2
8. Menjadi Pembantu jika diperlukan.
D. Pengembangan Profesi Keguruan

Seperti telah diungkapkan, bahwa dalam rangka meningkatkan mutu, baik mutu
professional, maupun mutu layanan, guru harus pula meningkatkan sikap profesionalnya.Ini
berarti bahwa ketujuh sasaran penyikapan yang telah dibicarakan harus selalu dipupuk dan
dikembangkan.Pengembangan sikap professional ini dapat dilakukan, baik selagi dalam
pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).

1. Pengembangan sikap selama pendidikan prajabatan.

Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti.Karena tugasnya yang bersifat
unik, guru selalu menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat
sekelilingnya.Oleh sebab itu, bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya
selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat.

2. Pengembangan sikap selama dalam jabatan

Pengembangan sikap professional tidak berhenti apabila calon guru selesai mendapatkan
pendidikan prajabatan.Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan sikap
professional keguruan dalam masa pengabdiannya sebagai guru. Seperti telah disebut,
peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran,
lokakarya, seminar, atau kegiatanSeperti telah disebut, peningkatan ini dapat dilakukan dengan
cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah
lainnya, ataupun secara informal melalui media massa televisi, radio, Koran, dan majalah
maupun publikasi lain nya. Kegiatan ini selain dapat juga meningkatkan sikap professional
keguruan.

1. 2) Hamzah B. Uno,Profesi kependidikan,Bumi Aksara,Jakarta 2008

8
BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Barawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, Ar-Ruzz Media,
Jogjakarta.2012
Hamzah B. Uno, Profesi Kepedidikan, Bumi Aksara, Jakarta.2008
Nanang Priatna dan Tito Sukamto, Pengembangan Profesi Guru, Remaja
Rosdakarya, Bandung.2013
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta.2001
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Rineka Cipta, Jakarta.1998
Zainal Asril, Micro Teaching : Disertai dengan Pedoman Pengalaman
Lapangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.2012

9
10

You might also like