You are on page 1of 50

P RO G R A M

METODE “AMIN”

MODUL LEVEL

1
(LANGKAH 1-2)

Disusun oleh:
AZIZI FATHONI K., S.Pd
‫َّ‬ ‫َّ َّ‬
‫يم‬
‫ح ه‬‫ِمۡسِب ٱلله ٱلرِنَٰمۡح ٱلر ه‬
١ ‫ين‬ ‫ب‬‫م‬ُ ْ ‫ت الْكِتٰب ٱل‬ َ ْ ٓ
ُ ٰ ‫ك َءاي‬ ‫﴿الرۚ ت ِل‬
ِ ِ ِ
َ ُ ْ َ ْ ُ َ ََ ً َ َ ًٰ ُْ ُْٰ َ َ َٓ
﴾٢ ‫إِنا أنزلنه قرءنا عربِيا لعلكم تعقِلون‬

“Alif Lâm Râ`. Ini adalah ayat-ayat


kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah).
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa
Al Quran dengan berbahasa Arab,
agar kalian memahaminya.”
(QS. Yusuf [12]: 1-2)
PENGANTAR PENULIS

‫الرِحْي ِم‬
َّ ‫الر ْح ٰم ِن‬ ِ ‫بِس ِم‬
َّ ‫الله‬ ْ

َ ْ‫ وأ ْش َه ُد أَ ْن ََل إِلهَ َّإَل اللهُ َو ْح َدهُ ََل َش ِري‬،‫ب الْ َعالَ ِمْي َن‬
َّ ‫ َوأَ ْش َه ُد أ‬،ُ‫ك لَه‬
،ُ‫َن ُم َح َّمداً َعْب ُدهُ َوَر ُسولُه‬ ِ ‫الْحم ُد‬
ِّ ‫لله َر‬ َْ
ِ
.ً‫ص ْحبِ ِه َو َسلَّ َم تَ ْسلْيماً َكثيرا‬ ِ ِ
َ ‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َعلَى آله َو‬
Wa-Ba’d. Mahasuci Allah swt yang telah menetapkan Bahasa Arab sebagai bahasa Al-
Qur’an. Mukjizat bagi Nabi Termulia dengan risalah paripurna yang berlaku selamanya
hingga akhir masa. Al-Imam Abu Fida` Ibnu Katsir (w. 774 H) saat menafsirakan ayat 2 dari
surat Yusuf, ayat pembuka risalah ini, menjelaskan:

‫ فَلِ َه َذا‬،‫وس‬
ِ ‫وم بِالنُّ ُف‬ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫ص ُح اللُّغَات َوأَبْيَ نُ َها َوأ َْو َسعُ َها َوأَ ْكثَ ُرَها تَأْديَةً للْ َم َعاني الَّتي تَ ُق‬
ِ َّ ‫ك ِِل‬
َ ْ‫َن لُغَةَ الْ َعَرب أَف‬
ِ
َ ‫‹ َوذَل‬
ِ ‫ وَكا َن ذَلِك فِي أَ ْشر‬،‫ف الْم ََلئِ َك ِة‬ ِ ِ ِ ِ ُّ ‫ف‬ ِ ‫ علَى أَ ْشر‬،‫ات‬ ِ ‫ب بِأَ ْشر‬
ِ َ‫ف اللُّغ‬ ِ ُ‫ف الْ ُكت‬ ُ ‫أُنْ ِزَل أَ ْشَر‬
‫ف‬ َ َ َ َ ‫الر ُس ِل بس َف َارة أَ ْشَر‬ َ َ َ
›ِ‫ فَ َك ُم َل ِم ْن ُك ِّل الْ ُو ُجوه‬،‫ضا ُن‬ ِ َّ ‫ف ُشهوِر‬ ِ ِ َ ‫ َوابْتُ ِد‬،‫ض‬ ِ ‫بَِق ِاع ْاِل َْر‬
َ ‫ َوُه َو َرَم‬،‫السنَة‬ ُ ‫ئ إِنْ َزالُهُ في أَ ْشَر‬
“Itu dikarenakan Bahasa Arab merupakan bahasa yang paling fasih di antara semua
bahasa yang ada, paling jelas, paling luas, dan paling kaya dalam menyampaikan
berbagai makna yang ada di dalam jiwa. Karenanya kitab paling mulia ini diturunkan
dengan bahasa yang paling mulia, atas utusan yang paling mulia, dengan perantaraan
malaikat yang paling mulia, terjadi di bagian bumi yang paling mulia, dan turunnya
dimulai di bulan yang paling mulia, yaitu Ramadhan. Maka sempurnalah ia (Al-Qur’an)
dari segala aspeknya.”1

Sebagai petunjuk yang dapat mengantarkan pada keselamatan dan kebahagiaan abadi,
tentu Al-Qur’an dan juga penjelasnya, Al-Hadits, wajib untuk dipahami oleh setiap muslim.
Sementara itu keduanya berbahasa Arab! Maka menjadi suatu kebutuhan sekaligus
keharusan bagi seorang muslim untuk mempelajari Bahasa Arab, demi memahami dengan
baik isi petunjuk yang akan membimbingnya menuju kebahagiaan abadi di alam akhirat.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Al-Harrani (w. 728 H) mengatakan:

‫ض َوََل يُ ْف َه ُم إََِّل‬ ِ ُّ ‫اب و‬ِ ِ ِ ِ ِِ ِ َّ ِ


ٌ ‫السنَّة فَ ْر‬ َ َ‫ فَإ َّن فَ ْه َم الْكت‬، ‫ب‬
ٌ ‫ض َواج‬ ٌ ‫س اللُّغَة الْ َعَربِيَّة م َن الدِّيْ ِن َوَم ْع ِرفَتَ َها فَ ْر‬
َ ‫‹إن نَ ْف‬
ِ ِِ ِ ‫ وما ََل يتِ ُّم الْو ِاج‬، ‫بَِفه ِم اللُّغَ ِة الْعربِيَّ ِة‬
ٌ ‫ب إََّل به فَ ُه َو َواج‬
›‫ب‬ ُ َ َ َ َ ََ ْ
“Sesungguhnya Bahasa Arab adalah bagian dari Islam, dan sungguh mengetahuinya
merupakan suatu keharusan yang wajib. Karena sesungguhnya memahami al-Qur’an dan
al-Sunnah hukumnya wajib, sedangkan ia tidak dapat dipahami kecuali dengan
memahami bahasa Arab, dan suatu perkara yang kewajiban tidak dapat sempurna
tanpanya maka ia hukumnya wajib.”2

Terlebih lagi bagi orang-orang yang menyandang gelar keilmuan dalam agama atau
banyak berbicara tentangnya, seperti syaikh, mufti, ‘alim, kyai, ustadz, da’i, muballigh, dan

1
Ibnu Katsir, Tafsîr Al-Qur`ân Al-‘Azhîm, juz 4 hlm 313
2
Ibnu Taimiyyah, Iqtidhâ’ al-Shirâth al-Mustaqîm, juz 1 hlm 424

ii
sebagainya. Mengetahui bahasa Arab menjadi suatu kemutlakan bagi mereka. Al-Imam Ibnu
Hazm Al-Andalusi (w. 456 H) mengingatkan dengan sangat tegas:
ِ ‫اهل لِلنَّح ِو واللُّغَ ِة فَحرام علَي ِه أَ ْن ي ْفتِي فِي ِدي ِن‬ ِ ِِ ِ
‫الله‬ ْ َ ُ ْ َ ٌ ََ َ ْ ٌ ‫اس ِم الْع ْل ِم َوالْف ْقه َوُه َو َج‬ ْ ِ‫اس َمهُ ب‬
ْ ‫‹ َوأ ََّما َم ْن َو َس َم‬
›‫ان الَّ ِذي َخاطَبَ نَا اللهُ تَ َعالَى‬
ِ ‫ ِِلَنَّه ََل ِعلْم لَه بِاللِّس‬، ‫ وحرام علَى الْمسلِ ِمين أَن يستَ ْفتُوه‬، ‫بِ َكلِم ٍة‬
َ ُ َ ُ ُْ ْ َ َ ْ ْ ُ َ ٌ ََ َ َ
“Adapun siapa saja yang menandai namanya dengan gelar keilmuan dan kafaqihan
sementara ia tidak tahu Nahwu dan Bahasa Arab, maka haram baginya untuk berfatwa
dengan suatu katapun dalam agama Allah swt, dan Haram pula bagi kaum muslimin
untuk meminta fatwa kepadanya, karena ia tidak punya ilmu tentang bahasa yang
digunakan oleh Allah swt dalam menyeru kita.”3

Lebih daripada itu, selain tergolong syi’ar agama Islam, bahasa Arab juga merupakan
kekuatan tersendiri bagi umatnya. Dimana kemunduran dalam memahaminya akan semakin
menjadikan umat Islam dalam kemerosotan dan keterpurukan. Karena bahasa Arab ini
merupakan alat untuk memahami, menerapkan, dan menggali beragam solusi Islam atas
berbagai problematika umat yang kian bermunculan, dari sumbernya langsung (Al-Qur’an
dan Al-Hadits). Meninggalkan potensi satu ini sama saja dengan membiarkan umat semakin
terlantar dan larut dalam keterpurukan. Semakin jauh dari pemahaman, penerapan, dan
pemecahan atas problematikanya dengan jalan keluar Islam. wa-l-‘iyâdzu bi-llâh. Adalah Asy-
Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani, seorang qadhi di mahkamah syar’iyyah Al-Quds Palestina dan
pendiri Hizbut Tahrir, pernah menuturkan:

‫ان فِي فَ ْه ِم‬ ِ ‫َّدي ُد الَّ ِذي طَرأَ علَى اِلَ ْذه‬ ِ ٍِ ٍ ِ ِِ ِ
َ َ َ ْ ‫ف الش‬ ُ ‫َّع‬ْ ‫ ُه َو الض‬،‫ب انْحطَاطه فَيَ ْرج ُع إِلَى َش ْيء َواحد‬ ُ َ‫‹أ ََّما َسب‬
ِ‫اْلس ََل ِميَّ ِة ِحين أُه ِمل أَمر اللُّغَ ِة الْعربِيَّة‬ ِ ِ ِ ِ ‫َّع‬ ِ ِْ
ََ ُْ َ ْ َ ْ ْ ِْ ‫ص ُل الطَّاقَة الْ َعَربِيَّة َع ِن الطَّاقَة‬ ْ َ‫ف ُه َو ف‬ ْ ‫ب َه َذا الض‬ ُ َ‫ َو َسب‬.‫اْل ْس ََلم‬
‫اْل ْس ََل ِميَّ ِة‬
ِْ ‫ فَ َما لَ ْم تُ ْمَزِج الطَّاقَةُ الْ َعربِيَّةُ بِالطَّاقَِة‬. ‫ي‬ ِْ ‫فِي فَ ْه ِم‬
َّ ‫اْل ْس ََلِم َوأ ََدائِِه ُمْن ُذ أ ََوائِ ِل الْ َق ْرِن‬
ِّ ‫السابِ ِع الْ ِه ْج ِر‬
َ
‫ص ُل َعْنهُ فَ َسيَْب َقى ِاَلنْ ِحطَا ُط يَ ْه ِوي‬ ِ ‫ جزءا جوه ِريًّا ََل ي ْن َف‬-‫اْلس ََلِم‬ ِ ِ
َ َ ْ َ ً ُْ ْ ِْ ُ‫الَّتي ه َي لُغَة‬- ُ‫بِأَ ْن تُ ْج َع َل اللُّغَةُ الْ َعَربِيَّة‬
ِ ِ ِ ِِ
ُ‫ث ََل يُ ْمك ُن أ ََداء‬ ُ ‫ بِ َحْي‬،‫ت بِ َها‬ ْ ‫اْل ْس ََلِم فَ ْامتَ َز َج‬
ِْ َ‫ت طَاقَة‬ ْ َ‫ ِلَنَّ َها الطَّاقَةُ اللُّغَ ِويَّةُ الَّتي َح َمل‬،‫بِالْ ُم ْسلمْي َن‬
‫اد بِالش َّْرِع‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ‫ َوِِل‬،‫اْل ْس ََلِم أ ََداءً َك ِامَلً إَِلَّ بِ َها‬
ُ ‫ َوََل يُ ْمك ُن اَل ْجت َه‬،ً‫اد بِالش َّْرِع َم ْف ُق ْودا‬ ُ ‫َن بِِإ ْه َمال َها َسيَْب َقى اَل ْجت َه‬ ِْ
‫ُّم لِ ْْل َُّم ِة إَِلَّ بُِو ُج ْوِد‬ ِ ِ ِ ٌّ ‫ و ِاَلجتِهاد ضروِر‬.‫اسي فِي ِه‬
َ ‫ ِلَنَّهُ ََل تَ َقد‬،‫ي ل ْْل َُّمة‬ ْ ُ َ ُ َ ْ َ ْ ٌّ ‫َس‬
ِ ‫ ِِلَنَّها َشر ٌط أ‬،‫إَِلَّ بِاللُّغَ ِة الْعربِيَّ ِة‬
َ ْ َ ََ
›‫ِاَل ْجتِ َه ِاد‬
“Adapun penyebab keterpurukannya (Dunia Islam), maka berpulang pada satu perkara.
Yaitu kelemahan yang parah yang melanda pemikiran umat dalam memahami Islam. Dan
penyebab kelemahan ini adalah karena dipisahkannya potensi Arab dari potensi Islam
tatkala diremehkannya Bahasa Arab dalam memahami Islam dan dalam
melaksanakannya sejak sekitar awal abad ke-Tujuh Hijriyah. Maka selama potensi Arab
tidak disatukan dengan potensi Islam, yaitu dengan menjadikan Bahasa Arab –yang
merupakan bahasa Islam– sebagai bagian vital yang tidak terpisahkan dari Islam, maka
dekadensi akan terus terjadi atas kaum muslim. Karena Bahasa Arab merupakan Potensi
Bahasa yang mengantarkan Potensi Islam lalu keduanya menyatu, di mana Islam tidak
mungkin diterapkan secara sempurna kecuali dengannya; dan karena dengan

3
Ibnu Hazm Al-Andalusi, Rasâil Ibn Hazm al-Andalûsi, juz 3 hlm 162

iii
meremehkannya maka aktifitas ijtihad hukum syara’ akan tetap tiada. Sementara tidak
mungkin melakukan ijtihad hukum syara’ kecuali dengan Bahasa Arab, karena ia adalah
syarat pokok di dalamnya. Sedangkan Ijtihad merupakan perkara yang sangat urgen bagi
umat, karena tidak ada kemajuan pada umat kecuali dengan adanya Ijtihad.” 4

Maka dengan niatan tulus ikhlas dan semangat yang membaja, mari berlomba
memahami bahasa mulia ini demi meraih Ridha Allah swt. Untuk meningkatkan kualitas
keberagamaan kita; Menjunjung tinggi syi’ar Islam; Juga tak kalah penting, untuk
kebangkitan umat Islam dari keterpurukan menuju kejayaannya dengan penerapan Syari’at
secara sempurna (kaffah). Semoga dengan demikian kita dapat memperoleh pahala yang
agung dan kedudukan yang mulia di sisi Allah swt. Al-Imam Ibnu Hazm Al-Andalusi juga
sempat memberi motivasi:
ِ ‫ ولِي ْفهم بِ ِهما َك ََلم‬، ‫ك‬
‫الله تَ َعالَى َوَك ََل َم نَبِيِّ ِه‬ ِ ِ ِ َّ ‫‹فَمن طَلَب النَّحو واللُّغَةَ علَى نِيَّ ِة إِقَام ِة‬
َ َ َ َ َ َ َ ‫الش ِريْ َعة ب ٰذل‬ َ َ َ َْ َ ْ َ
›‫َح ٍد‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ب التَّ ْقصْي ُر َعْن َها ِل‬
ُ ‫َجٌر َعظْي ٌم َوَم ْرتَبَةٌ َعاليَةٌ ََل يَج‬
ْ ‫ فَ ٰه َذا لَهُ أ‬، ُ‫َوليَ ْف َه َمهُ َغْي ُره‬
“Maka barangsiapa yang mempelajari Nahwu dan Bahasa Arab dengan niat
menengakkan Syari’at Islam dengannya, dan bisa memahami firman Allah swt dan sabda
Nabi-Nya, serta agar orang lain juga dapat memahaminya, maka orang ini akan
mendapatkan pahala yang agung dan kedudukan yang tinggi yang tidak semestinya ada
seorangpun yang meninggalkannya.”5

Buku yang sedang berada di tangan anda ini adalah setitik saja dari sekian ratus atau
mungkin ribuan bahkan jutaan usaha para guru Bahasa Arab yang pernah ada, dalam
menyajikan materi Bahasa Arab dengan uslub yang semudah dan sesederhana mungkin,
dengan beban yang seringan dan segampang mungkin. Sesuai kebutuhan para pelajar di
setiap masanya. Tentu penyederhanaan ini (terlebih untuk kebutuhan era sekarang)
memaksa kami untuk meringkas dan memangkas sebagian materi yang ada dalam Bahasa
Arab, hingga tinggallah prinsip-prinsip pokoknya saja yang kasusnya berulang kali terjadi.
Harapannya cukup sebagai kunci pembuka bagi ilmu Bahasa Arab dalam bobot yang lebih
berat, dan penjebol bendungan Tsaqafah Islam lainnya yang demikian luas tak berbatas.
Terakhir, terbuka lebar pintu kami dalam menerima saran dan kritik membangun dari
para pembaca demi perbaikan di masa mendatang. Semoga Allah swt senantiasa
memberikan taufiq serta hidayah-Nya bagi kita semua. Sehingga dimudahkan dalam
berbagai urusan, dunia dan akhirat. Terkhusus bagi kemudahan kita dalam mempelajari
Bahasa Arab ini, serta kekuatan semangat dalam menjalani prosesnya. wa-llâhu- l-musta’ân
wa ‘alayhi- t-tuklân

Malang, 1438 H
Azizi Fathoni K

4
Taqiyuddin An-Nabhani, Mafâhîm Hizb At-Tahrîr, hlm 1
5
Ibnu Hazm Al-Andalusi, Opcit. juz 3 hlm 162

iv
‫الرج ِل الْم ِ‬
‫اهر‬ ‫الر ُج ِل الْ َو ِاسع‬
‫ت َّ ُ َ‬ ‫بَْي ُ‬ ‫ت َّ‬‫بَْي ُ‬

‫‪1‬‬

‫ب بِ ِح ْرَمانِِه‬ ِ ِِ
َ ‫استَ ْع َج َل َشْيئًا قَ ْب َل أ ََوانه عُ ْوق‬
ْ ‫َمن‬
1

ِ َ‫الس ِفْي نَةَ ََل تَ ْج ِري َعلَى الْيَب‬


‫س‬ َّ ‫ إِ َّن‬# ‫ك َم َسالِ َك َها‬
ْ ُ‫َّجاةَ َولَ ْم تَ ْسل‬
َ ‫تَ ْر ُجو الن‬
2



1
Lihat As-Suyuthi, Al-Asybâh wa An-Nazhâ`ir fî Al-Furû’, hlm 152
2
Lihat Ibn Al-Jauzi, Bustân Al-Wâ’izhîn, juz 1 hlm 282

2
Al-Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’i
–rahimahullâh–

ِ ِ ِ َّ
ِ ‫ان الْعر‬ ٍِ
› ُ‫ب َما بَلَغَهُ ُج ْه ُده‬ ََ ‫‹ فَ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلم أَ ْن يَتَ َعل َم م ْن ل َس‬
“Setiap muslim harus mempelajari dari
Bahasa Arab ini apapun yang ia mampu peroleh
melalui usaha kerasnya”1

1
Muhammad bin Idris Al-Syafi’i, Al-Risâlah, hlm. 48

1
LANGKAH 1

Mengenali Macam-Macam dan Karakter Kata


dalam Bahasa Arab

Target
 Mengenal kata Isim, Fi’il, dan Harf
 Memahami ciri-ciri fisik Isim dan Fi’il secara umum
 Menghafal Harf Jarr dan sejumlah lainnya
 Mengenal karakter umum Isim, Fi’il, dan Harf

Indikator
 Mampu mengidentifikasi Isim dan Fi’il secara umum serta Harf yang sudah
dihafal dalam teks berharokat dengan melihat bentuk fisiknya
 Mampu mengenali karakter masing-masing Isim dan Fi’il

2
A. Macam-Macam Kata
Kata dalam bahasa Arab ada tiga macam: Ism, Fi’l, dan Harf2.

 Isim : Setiap kata yang memiliki arti manusia, hewan, tumbuhan, benda padat, benda
abstrak, dan sebagainya. Atau sebut saja: Kata Benda.
 Fi’il : Setiap kata yang memiliki arti terjadinya suatu perbuatan di suatu waktu
tertentu. Atau sebut saja: Kata Kerja.
 Harf : Setiap kata yang artinya tidak muncul kecuali saat bersama dengan kata lain.
Atau sebut saja: Kata Bantu.
Hal mendasar sebelum menyelami Teks Arab Gundul bagi para pemula adalah mampu
membedakan kata-kata dalam bahasa Arab, apakah Isim, Fi’il, atau Harf. Karena masing-
masing memiliki karakter yang berbeda-beda, yang perbedaan karakter tersebut akan
mempengaruhi penentuan kedudukannya dalam kalimat, dan selanjutnya mempengaruhi
harokatnya.
Namun sangat sulit atau hampir-hampir mustahil bagi seseorang yang mulai belajar
Bahasa Arab dari nol untuk membedakannya langsung dari tulisan Arab Gundul (tanpa
harokat), terutama kata asing yang belum pernah dihafal atau didengar sebelumnya.
Sebagai bukti, silahkan identifikasi mana Isim, Fi’il, dan Harf pada sejumlah kata berikut:
‫ أسلمت‬.11 ‫ ماء السماء‬.6 ‫ مبتدأ‬.1
‫ لرسول الله‬.12 ‫تب‬
ْ .7 ‫ المستعمل‬.2
‫ نظام الحياة‬.13 ‫ شروط‬.8 ‫ تطهير قلوب‬.3
‫ آمنت‬.14 ‫ إلى األخير‬.9 ‫ أدخلت‬.4
‫ للمرء‬.15 ‫ اقرأ‬.11 ‫ في الوضوء‬.5
Jika anda mampu, maka berarti anda telah menguasai langkah ini, tinggal melanjutkan ke
langkah-langkah berikutnya. Namun apabila belum, maka sebagai pengenalan awal anda
harus memulai dari mengidentifikasinya dalam tulisan Arab berharokat terlebih dahulu.
Sebagaimana berlatih renang, pemula tidak mungkin langsung diceburkan ke tengah
samudra. Melainkan harus memulainya terlebih dahulu dari kolam yang dangkal atau
sungai yang beriak.
Terdapat sejumlah ciri-ciri kasar dari segi fisik untuk dapat membedakan jenis-jenis
kata tersebut secara global, kecuali Harf. Harf tidak memiliki ciri khusus sama sekali.
Sehingga jalan satu-satunya untuk dapat mengidentifikasinya adalah dengan
menghafalkannya. Perhatikan tabel berikut.

2
Demi kemudahan dan penyesuaian dengan lidah masyarakat Indonesia, untuk selanjutnya akan digunakan
istilah: Isim, Fi’il, dan Harf

3
Ciri-ciri Contoh
Berawalan Alif-Lâm Ta’rîf
ِ ِ ِ
) .. ‫ ْاإل ْح َسا ُن ( ال‬، ‫ ْاإل ْس ََل ُم‬، ‫اإليْ َما ُن‬
Berakhiran harakat Tanwîn
ٍ َ‫ كِت‬، ً‫ كِتَابا‬، ‫اب‬
‫اب‬ ِ
ٌ َ‫كت‬
)ٌ ٍ ً (
Isim Didahului Harf Jarr:
‫ ِم ْن‬، ِ‫ ل‬، ‫ َك‬، ِ‫ ب‬- ‫ فِ ْي‬، ‫ َعلى‬، ‫ َع ْن‬، ‫إِلَى‬ ‫ لِ َعلِي‬، ‫ َك َم ٍاء‬، ‫بِعِْل ٍم‬

‫ت َم ٍال‬ ُ ‫ بَْي‬، ‫الم ِال‬


َ ‫ت‬ ُ ‫بَْي‬
Disusul Isim yang berakhiran Kasrah/Kasratain
ِ ‫موظَّف ب ي‬
‫ت الْ َم ِال‬ َْ ُ َ ُ
Berakhiran harakat Sukun ‫ب‬
ْ ُ‫ ََل تَ ْكت‬، ‫ب‬
ْ ُ‫اُ ْكت‬
Berawalan huruf Mudhâra’ah
)‫ت‬ ‫ أ َْعلَ ُم‬، ‫ تَ ْعلَ ُم‬، ‫يَ ْعلَ ُم‬
Fi’il
َ ‫ ت ( أَنَْي‬، ‫ ي‬، ‫ ن‬، ‫أ‬
Berakhiran Tâ` Fâ’il
ِ ،‫ت‬،‫(ت‬ ِ ، ‫ كتبت‬، ‫َكتَبت‬
‫كتبت‬
)‫ت‬ ُ َ َ ُْ
Berakhiran Tâ` Ta`nîts (‫)ت‬
ْ ‫كتبت‬
ْ
Harf tidak memiliki ciri khusus. Cara mengenalinya ‫ لَ ْم‬، ‫ ََل‬، ‫ أ َْم‬، ‫ أ َْو‬، ‫ َو‬، َ‫ف‬
Harf
adalah dari hafalan. َّ ‫ أ‬، ‫ إِ َّن‬، ‫ إِ ْن‬، ‫إََِّل‬
‫ بَ ْل‬، ‫َن‬
Dengan catatan: apabila suatu kata memiliki dua ciri sekaligus (ciri isim dan fi’il), maka
yang dimenangkan adalah ciri isim. Sehingga ia berarti termasuk isim.
Sekarang silahkan perhatikan sejumlah kata yang sama dengan sebelumnya namun
sudah diharokati ini.
‫ت‬ُ ‫َسلَ ْم‬ ْ ‫ أ‬.11 ‫الس َم ِاء‬
َّ ُ‫ َماء‬.6 ٌ‫ ُمْبتَ َدأ‬.1
ِ ‫ لِرسوِل‬.12
‫الله‬ ‫ب‬
ُْ َ ْ ُ‫ ت‬.7 ُ‫الْ ُم ْستَ ْع َمل‬ .2
ِ‫ نِظَام الْحياة‬.13 ‫ط‬
ٌ ‫ ُش ُرْو‬.8 ٍ ‫تَطْ ِهْي ر قُلُو‬
‫ب‬ .3
ََ ُ ْ ُ
‫ت‬ ِ ‫ إِلَى األ‬.9
‫َخْي ِر‬
ْ َ‫ َآمن‬.14 ‫ت‬َ ْ‫أ َْد َخل‬ .4
‫ لِْل َم ْرِء‬.15 ْ‫ اِقْ َرأ‬.11 ‫ض ْوِء‬
ُ ‫الو‬
ُ ‫ف ْي‬
ِ .5
Berdasarkan ciri-ciri pada tabel di atas, anda sekarang akan dapat memilah mana yang
termasuk Isim, Fi’il, dan sebagian Harf (Harf Jarr) di situ. Yaitu (sesuai nomor):
1. Isim, karena berakhiran harakat Tanwin;
2. Isim, karena berawalan Alif-Lâm Ta’rîf;

4
3. Isim, karena disusul isim yang berakhiran kasrah (qulûb) sedangkan ia bukan Harf Jarr;
4. Fi’il, karena berakhiran Ta’ Fa’il;
5. Isim, karena didahului Harf Jarr (fî);
6. Isim, karena disusul isim yang berakhiran kasrah (al-samâ`) sementara ia bukan Harf
Jarr;
7. Fi’il, karena berakhiran harakat Sukun;
8. Isim, karena berakhiran harakat Tanwin;
9. Isim, karena didahului Harf Jarr (ilâ);
10. Fi’il, karena berakhiran harakat Sukun;
11. Fi’il, karena berakhiran Ta’ Fa’il;
12. Isim, karena didahului Harf Jarr (li); juga karena disusul isim yang berakhiran kasrah
(Allâh);
13. Isim, karena disusul isim yang berakhiran kasrah (al-hayâh) sementara ia bukan Harf
Jarr;
14. Fi’il, karena berakhiran Ta’ Ta`nits;
15. Isim, karena didahului Harf Jarr (li).
Namun demikian, menguasai ciri-ciri tersebut belum mencukupi untuk dapat
mengidentifikasi keseluruhan Isim dan Fi’il yang ada dalam suatu teks berharokat. Karena
sebagaimana Harf, sebagian Isim dan Fi’il ada juga yang tidak dapat diidentifikasi kecuali
hanya dengan cara menghafalkannya. Oleh karenanya ciri-ciri di atas disebut dengan ciri-
ciri kasar, karena laksana alat penyaring ia masih memiliki celah yang longgar sehingga
belum dapat menyaring secara keseluruhan apa yang diinginkan.
Namun itu tidak menjadi masalah, karena bagian yang tidak teridentifikasi tersebut in
syâallâh akan dijelaskan pada saatnya nanti. Untuk sementara, silahkan hafalkan ciri-ciri di
atas dan lanjutkan berlatih mengidentifikasi Isim, Fi’il, dan Harf, berdasarkan ciri-ciri kasar
di atas.

LATIHAN
Tentukan mana Isim, Fi’il, dan Harf pada sejumlah paragraf berikut ini! (abaikan kata yang
bergaris bawah)

‫ ذَ َكَر ُم ْسلِ ٌم َر ِض َي اللَّهُ َعْنهُ فِي‬. ‫ود‬ِ ‫الش َفاع ِة فِي الْح ُد‬
ُ َ َّ ‫يف َو َغْي ِرهِ َوالنَّ ْه ِي َع ْن‬ َّ ‫السا ِرِق‬
ِ ‫الش ِر‬ َّ ‫اب قَطْ ِع‬
ُ َ‫ ب‬.1
‫ َوقَ ْد‬. ‫ب َه ََل ِك بَنِي إِ ْسَرائِيل‬ ِ َّ ‫ وأ‬، ‫ود‬
ِ ِ ِ ‫الش َف‬ ِ ‫اب ْاألَح ِاد‬
ُ َ‫ك ُه َو َسب‬ َ ‫َن َذل‬ َ ‫اعة في الْ ُح ُد‬َ َّ ‫َّه ِي َع ِن‬ َ َ ِ َ‫الْب‬
ْ ‫يث في الن‬

5
‫اإلم ِام لِ ه ِذهِ ْاألَح ِاد ِ‬ ‫ِِ‬ ‫لش َف ِ ِ‬
‫يث ‪َ ،‬و َعلَى أَنَّهُ يَ ْح ُرُم‬ ‫َ‬ ‫اعة في الْ َح ِّد بَ ْع َد بُلُوغه إِلَى ِْ َ َ‬
‫َج َم َع الْعُلَ َماءُ َعلَى تَ ْح ِري ِم ا َّ َ‬
‫أْ‬
‫ِ‬ ‫الش َف ِ ِ‬ ‫التَّ ْش ِفيع فِي ِه ‪ .‬فَأ ََّما قَبل ب لُ ِ‬
‫وغ ِه إِلَى ِْ ِ‬
‫اعةَ فيه أَ ْكثَ ُر الْعُلَ َماء إِ َذا لَ ْم يَ ُك ْن الْ َم ْش ُفوعُ‬
‫َج َاز َّ َ‬
‫اإل َمام فَ َق ْد أ َ‬ ‫َْ ُ‬ ‫ُ‬
‫اصي الَّتِي ََل َح َّد فِي َها َوَو ِاجبُ َها‬
‫َّاس ‪ ،‬فَِإ ْن َكا َن لَم ي ْش َفع فِي ِه ‪ .‬وأ ََّما الْمع ِ‬
‫َ ََ‬ ‫ْ ُ ْ‬ ‫ب َشر َوأَ ًذى لِلن ِ‬ ‫فِي ِه ِ‬
‫صاح َ‬
‫َ‬
‫اعةُ فِي َها‬ ‫اإل َم َام أ َْم ََل ‪ِ ،‬ألَنَّ َها أ َْه َو ُن ‪ .‬ثُ َّم َّ‬
‫الش َف َ‬ ‫ت ِْ‬‫الش َفاعةُ والتَّ ْش ِفيع فِيها ‪ ،‬سواء ب لَغَ ِ‬
‫ُ َ ََ ٌ َ‬ ‫وز َّ َ َ‬ ‫َّع ِز ُير فَتَ ُج ُ‬
‫الت ْ‬

‫ص ِحْي ِح ُم ْسلِ ٍم لِلن ََّوِو ِّ‬


‫ي)‬ ‫ب أَذًى َونَ ْح ِوهِ ‪َ .‬‬
‫(ش ْر ُح َ‬
‫مستَحبَّةٌ إِذَا لَم ي ُكن الْم ْش ُفوع فِي ِه ِ‬
‫صاح َ‬
‫َ‬ ‫َْ ْ َ ُ‬ ‫ُْ َ‬

‫ِ ِِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫الر ِاج ُع َع ْن ِدي ِن ِْ‬


‫اإل ْس ََلِم إلَى الْ ُك ْف ِر ‪ ،‬قَ َ‬
‫ال اللَّهُ تَ َعالَى‪َ :‬وَم ْن يَ ْرتَد ْد مْن ُك ْم َع ْن دينه فَيَ ُم ْ‬
‫ت‬ ‫‪ .2‬الْ ُم ْرتَ ُّد ‪ُ :‬ه َو َّ‬

‫اب النَّا ِر ُه ْم فِي َها َخالِ ُدو َن ‪ .‬الْبَ َقَرةُ‬


‫َص َح ُ‬
‫كأ ْ‬
‫ك حبِطَت أ َْعمالُهم فِي الدُّنْيا و ِ‬
‫اآلخَرةِ َوأُولَئِ َ‬ ‫َ َ‬
‫ِ ِ‬
‫َوُه َو َكافٌر فَأُولَئ َ َ ْ َ ُ ْ‬
‫َج َم َع أ َْه ُل الْعِْل ِم َعلَى‬ ‫وسلَّم‪ : -‬من بد َ ِ‬ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬
‫َّل دينَهُ فَاقْ تُلُوهُ‪َ .‬وأ ْ‬ ‫َْ َ‬ ‫ََ َ‬ ‫ال النَّبِ ُّي ‪َ -‬‬
‫‪َ . 217 :‬وقَ َ‬
‫ٍ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫وب قَ ْت ِل الْمرتَ ِّد ‪ .‬ورِو ِ‬
‫وج ِ‬
‫ك َع ْن أَبي بَ ْك ٍر ‪َ ،‬وعُ َمَر ‪َ ،‬وعُثْ َما َن ‪َ ،‬و َعلي ‪َ ،‬وُم َعاذ ‪َ ،‬وأَبي ُم َ‬
‫وسى ‪،‬‬ ‫ي ذَل َ‬
‫ُْ َُ َ‬ ‫ُُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍِ‬
‫ال ‪َ :‬وَم ْن ْارتَ َّد َع ْن‬
‫اعا ‪َ .‬م ْسأَلَةٌ ‪ :‬قَ َ‬
‫إج َم ً‬ ‫اس ‪َ ،‬و َخالد ‪َ ،‬و َغْي ِره ْم ‪َ ،‬ولَ ْم يُْن َك ْر ذَل َ‬
‫ك ‪ ،‬فَ َكا َن ْ‬ ‫َوابْ ِن َعبَّ ٍ‬

‫ضيِّ َق َعلَْي ِه ‪ ،‬فَِإ ْن َر َج َع ‪َ ،‬وإََِّل‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫الرج ِال والن ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬


‫ِّساء ‪َ ،‬وَكا َن بَالغًا َعاق ًَل ‪ُ ،‬دع َي إلَْيه ثَََلثَةَ أَيَّ ٍام ‪َ ،‬و ُ‬
‫ْاإل ْس ََلم م ْن ِّ َ َ َ‬
‫قُتِ َل ‪( .‬الْ ُم ْغنِي َِلبْ ِن قُ َد َامةَ)‬

‫ي ‪َ ،‬وبَِقْي ِد ِاَل ْختِيَا ِر ِّ‬


‫ي فَ َار َق الْ َم ْد َح ‪،‬‬ ‫ان َعلَى الْ َج ِمْي ِل ِاَل ْختِيَا ِر ُّ‬ ‫‪ .3‬الْحم ُد ِ‬
‫لله ‪ .‬الْحم ُد ‪ :‬هو الثَّنَاء بِاللِّس ِ‬
‫َ ْ َُ ُ َ‬ ‫َْ‬
‫اعتِ ِه ‪.‬‬ ‫ِ ِ ِِ‬ ‫فَِإنَّهُ يَ ُك ْو ُن َعلَى الْ َج ِمْي ِل َوإِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن الْ َم ْم ُد ْو ُح ُم ْختَ ًارا ‪َ ،‬ك َم ْد ِح َّ‬
‫الر ُج ِل َعلَى َج َماله َوقُ َّوته َو َش َج َ‬
‫َع ُّم ِمْنهُ ُمتَ َعلِّ ًقا ‪ .‬فَ َم ْوِرُد‬ ‫ص ِم ْن ُّ‬ ‫احب الْ َكش ِ‬
‫َّاف ‪ :‬إِنَّهما أ ِ‬ ‫ال ِ‬
‫الش ْك ِر َم ْوِرًدا َوأ َ‬ ‫َخ ُّ‬
‫َخ َوان ‪َ .‬والْ َح ْم ُد أ َ‬
‫َُ َ‬ ‫ص ُ‬ ‫َوقَ َ َ‬
‫ِ‬ ‫الْ َح ْم ِد اللِّ َسا ُن فَ َق ْط ‪َ ،‬وُمتَ َعلِّ ُقهُ الْنِ ْع َمةُ َو َغْي ُرَها ‪َ .‬وَم ْوِرُد ُّ‬
‫الش ْك ِر اللِّ َسا ُن َوالْجنَا ُن َو ْاأل َْرَكا ُن ‪َ ،‬وُمتَ َعلِّ ُقهُ‬
‫ِّع َمةُ ‪( .‬فَ ْت ُح الْ َق ِديْ ِر لِلش َّْوَكانِ ِّي)‬
‫الن ْ‬

‫‪6‬‬
B. Karakter Masing-masing Kata
Masing-masing dari Isim, Fi’il dan Harf memiliki karakter khusus tertentu, yang itu
akan sangat mempengaruhi dalam penentuan harokat. Maka menghafal dan memahaminya
menjadi suatu yang mutlak bagi siapa saja yang ingin bisa membaca teks Arab.

1. Karakter Isim
Berikut ini adalah karakter Isim, dari segi: Jumlah, Gender, Kepastian/Kejelasan,
Hidup-mati huruf akhirnya, dan I’rab-nya.
a. Dari Segi Jumlah
Isim dari segi jumlahnya terbagi menjadi tiga: Mufrad, Mutsannâ, dan Jama’.
- Isim mufrad adalah isim yang berjumlah satu;
- Isim mutsannâ adalah isim yang berjumlah dua; dan
- Isim Jama’ adalah isim yang berjumlah lebih dari dua.
Jenis Ciri-ciri Contoh
Mufrad - ‫ قَلَ ٌم‬، ٌ‫ آيَة‬، ‫ُم ْسلِ ٌم‬
Berakhiran
Mutsannâ ِ َ‫ آي ت‬: ٌ‫آية‬
‫ آيَتَ ْي ِن‬/ ‫ان‬
ِ (
) ‫ َْي ِن‬/ ‫ان‬َ َ َ
Berakhiran
Mudzakkar Sâlim
) ‫ ِْي َن‬/ ‫( ُ ْو َن‬ ‫ ُم ْسلِ ِمْي َن‬/ ‫ ُم ْسلِ ُم ْو َن‬: ‫ُم ْسلِ ٌم‬
Berakhiran
Jama’
‫ات‬ ِ ِ
Mu`annats Sâlim
) ‫( َات‬ ٌ ‫ ُم ْسل َم‬: ٌ‫ُم ْسل َمة‬
Taksîr - ‫ أَقْ ََل ٌم‬: ‫قَلَ ٌم‬
Untuk mengubah isim mufrad menjadi isim mutsannâ, adalah dengan menambahkan alif
dan nûn kasrah ( ‫ ) ِان‬atau yâ` sukun dan nûn kasrah ( ‫ ) يْ ِن‬di bagian akhirnya. Misalnya kata
kitâb, artinya “sebuah buku”. Untuk mengubahnya menjadi isim mutsannâ atau dengan
arti “dua buku”, maka tinggal mengharokati fathah huruf terakhirnya lalu menambahkan
setelahnya alif dan nûn kasrah, atau yâ` sukûn dan nûn kasrah.

‫ كِتَابَ ْي ِن‬/ ‫ان‬


ِ ‫ كِتَاب‬: ‫كِتَاب‬
َ ٌ
Contoh lain:

‫ َخلِْي َفتَ ْي ِن‬/ ‫ان‬ ِ َ‫ خلِي َفت‬: ٌ‫خلِي َفة‬


َْ َْ
‫ َرْك َعتَ ْي ِن‬/ ‫ان‬ِ َ‫ رْكعت‬: ٌ‫رْكعة‬
ََ ََ
‫ َوالِ َد يْ ِن‬/ ‫ َوالِ َد ِان‬: ‫َوالِ ٌد‬
Adapun untuk mengubah dari isim mufrad ke bentuk isim jama’, maka dilihat dulu:

7
1) Apabila dia berakhiran tâ` marbûthah ( ‫ ة‬/ ‫) ة‬, maka bisa langsung menggunakan bentuk
jama’ mu`annats sâlim. Yaitu dengan mengganti huruf tâ` marbûthah dengan huruf alif
+ tâ` maftûhah ( ‫) ات‬. Misalnya kata muslimah, artinya “seorang muslim perempuan”.
Untuk mengubahnya menjadi isim jama’ “lebih dari dua muslim perempuan”, maka
tinggal mengganti tâ` marbûthah dengan alif + ta` maftûhah.

‫ات‬ ِ ِ
ٌ ‫ ُم ْسل َم‬: ٌ‫ُم ْسل َمة‬
Contoh lain:

‫ات‬
ٌ َ‫ َراي‬: ٌ‫َرايَة‬
‫ات‬ ِ ِ
ٌ ‫ ُم َجاه َد‬: ٌ‫ُم َجاه َدة‬
Catatan: isim yang berakhiran tâ` marbûthah ada pula yang bentuk jamak-nya
cenderung berupa jamak taksir, mengetahuinya dengan menghafal. Contoh:

‫ نَتَائِ ُج‬: ٌ‫نَتِْي َجة‬


‫ ِعبَ ٌر‬: ٌ‫ِعْب َرة‬
2) Apabila tidak berakhiran tâ` marbûthah, maka dilihat dulu apakah ia menunjukkan
makhluk berakal atau tidak berakal.
a) Apabila berakal, bisa langsung menggunakan bentuk jama’ mudzakkar sâlim. Yaitu
dengan menambahkan di akhirannya huruf wawu sukûn + nûn fathah ( ‫ ) ْو َن‬atau yâ`
sukun + nûn fathah ( ‫) يْ َن‬. Misalnya kata muslim, artinya “seorang muslim laki-laki”.
Untuk mengubahnya menjadi isim jama’ “lebih dari dua muslim laki-laki”, maka
tinggal mengharokati dhommah huruf terakhirnya lalu menambahkan setelahnya
wawu sukûn + nûn fathah, atau mengharokati kasrah huruf terakhirnya lalu
menambahkan setelahnya yâ` sukun + nûn fathah.

‫ ُم ْسلِ ِم ْي َن‬/ ‫ ُم ْسلِ ُم ْو َن‬: ‫ُم ْسلِ ٌم‬


Contoh lain:

‫ َحافِ ِط ْي َن‬/ ‫ َحافِظُ ْو َن‬: ‫ظ‬


ٌ ِ‫َحاف‬
‫اه ِد يْ َن‬
ِ ‫ مج‬/ ‫اه ُد و َن‬ ِ
َ ُ ْ ‫ ُم َج‬: ‫ُم َجاه ٌد‬
ِ
Catatan: Isim untuk makhluk berakal sebagian bisa juga dalam bentuk jamak
taksir, mengetahuinya adalah dengan menghafal. Contoh:

‫ظ‬
ٌ ‫ ُحفَّا‬: ‫ظ‬ ٌ ِ‫َحاف‬
ِ
ُ‫ عُلَ َماء‬: ‫َعال ٌم‬
b) Apabila ia tidak berakal, maka kemungkinan bentuk jama’-nya adalah jama’ taksir.
Yaitu bentuk jama’ yang tidak dengan memberi tambahan di akhir kata, melainkan

8
dengan mengubah konstruksi kata sesuai dengan apa yang lazim digunakan oleh
orang Arab yang sifatnya tidak beraturan. Misalnya kata qalam, artinya “sebuah
pena”. Karena dia tidak bearkhiran tâ` marbûthah dan juga tidak berakal, maka
bentuk jama’nya berupa jam’ taksîr. Ditemukan orang Arab menyebut bentuk
jama’nya adalah: aqlâm.

‫ أَقْ ََل ٌم‬: ‫قَلَ ٌم‬


Contoh lain:

ٌ‫َج ِهَزة‬ ِ
ْ ‫ أ‬: ‫ج َه ٌاز‬
‫اهْي ُم‬ِ ‫ م َف‬: ‫م ْفهوم‬
َ ٌُْ َ
Catatan: bentuk jamak isim yang tidak berakhiran tâ` marbûthah dan tidak pula
merarti makhluk berakal ada kalanya berbentuk jam’ mu`annats salim,
mengetahuinya adalah dari menghafal. Contoh:

‫ات‬ ِ ِ ٌ ‫اِختِ ََل‬


ٌ َ‫ ا ْخت ََلف‬: ‫ف‬ ْ
‫ات‬
ٌ ‫صنَّ َف‬
َ ‫ ُم‬: ‫َّف‬
ٌ ‫صن‬َ ‫ُم‬
Dari paparan ringkas di atas ditemukan bahwa untuk mengetahui Isim Mufrad dan
Jama’ Taksir, caranya adalah melalui hafalan.
b. Dari Segi Gender
Isim dari segi gendernya terbagi menjadi dua: Mudzakkar dan Mu`annats.
- Isim Mudzakkar adalah isim untuk benda laki-laki atau yang dianggap laki-laki,
- Isim Mu`annats adalah isim untuk benda wanita atau yang dianggap wanita.
Jenis Ciri-ciri Contoh
Tidak berakhiran Tâ` Marbûthah ‫ت‬ٌ ‫ بَْي‬، ‫قَلَ ٌم‬
Isim Mudzakkar Menunjukkan sosok Laki-laki (tanpa peduli
berakhiran Tâ` Marbûthah atau tidak) ُ‫ُس َامة‬
َ ‫ أ‬، ‫َزيْ ٌد‬
Berakhiran Tâ` Marbûthah ٌ‫ آيَة‬، ٌ‫ِر َسالَة‬
Isim Mu`annats
Menunjukkan sosok Wanita (tanpa peduli
‫ب‬ ِ
berakhiran Tâ` Marbûthah atau tidak) ُ َ‫ َزيْن‬، ُ‫َعائ َشة‬
Catatan:
- Terdapat sejumlah Isim yang secara lahiriah Mudzakkar namun dihukumi Mu`annats
oleh orang Arab. Di antaranya:

‫ب‬
ُ ‫ الْ َح ْر‬، ‫ الْ َخ ْم ُر‬، ‫َّار‬
ُ ‫ الن‬، ‫س‬
ُ ‫ النَّ ْف‬، ‫َّار‬
ُ ‫ الد‬، ‫س‬
ُ ‫َّم‬
ْ ‫ الش‬، ‫ض‬
ُ ‫ ْاأل َْر‬، ُ‫الس َماء‬
َّ

9
- Dikaitkan dengan isim Jamak, terdapat kaidah umum yang mengatakan: Setiap isim
jama’ adalah mu`annats kecuali isim jama’ mudzakkar salim, ia mudzakkar
sebagaimana tampak pada namanya.
c. Dari Segi Kejelasan
Isim dari segi kepastian/kejelasan-nya terbagi menjadi dua: Nakirah dan Ma’rifah.
- Isim Nakirah adalah isim yang belum pasti/jelas (indefinitif).
- Isim Ma’rifah adalah isim yang sudah pasti/jelas (definitif).
Jenis Ciri-ciri Contoh

Isim Nakirah Tidak ber alif-lâm ta’rîf


‫اِقْ َرأْ كِتَابًا‬
Bacalah sebuah buku
ِ ِ
Isim Ma’rifah Ber alif-lâm ta’rîf َ َ‫اقْ َرأْ الكت‬
‫اب‬
Bacalah buku itu/tersebut

Perbedaan dua contoh di atas adalah: apabila kita membaca sembarang buku (buku
apapun), maka itu sudah memenuhi perintah pada contoh pertama. Namun, belum
memenuhi perintah pada contoh ke-dua, kecuali yang dibaca adalah buku yang dimaksud
oleh pihak yang mengeluarkan perintah tersebut. Artinya pada contoh pertama buku
yang dimaksud belum pasti/jelas, sementara pada contoh ke-dua sudah pasti/jelas. Alif-
lâm ta’rîf ini tidak memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, tapi dalam bahasa Inggris
sepadan dengan ungkapan “The”.
Catatan: Ada sejumlah kata yang dihukumi Ma’rifah meskipun tidak ber alif-lâm ta’rîf.
Diantaranya adalah:
- Isim ‘Alam (nama). Contoh:
ُ‫ َغَّزة‬، ‫ فِلِ ْس ِطْي ُن‬، ُ‫ َعائِ َشة‬، ‫ ُسلَْي َما ُن‬، ‫يل‬
ُ ‫جبر‬
- Isim Dhamîr (kata ganti). Contoh:
ِ ْ‫ أَن‬، ‫ أَنْت‬، ‫ ِهي‬، ‫هو‬
‫ نَ ْح ُن‬، ‫ أَنَا‬، ‫ت‬ َ َ َُ
- Isim Isyârah (kata yang digunakan untuk menunjuk). Contoh:
ِ ِِ
‫اك‬ َ ‫ تِْل‬، ‫ك‬
َ َ‫ ُهن‬، ‫ ُهنَا‬، ‫ك‬ َ ‫ ٰذل‬، ‫ ٰهذه‬، ‫ٰه َذا‬
- Isim Maushûl (kata yang terhubung). Contoh:
‫الَلتِي‬/
َّ ‫الَلئِي‬
َّ ِ َّ ِ َّ َِّ ِ َّ
ْ ، ‫ الذيْ َن‬، ‫ الل َذان‬، ‫ التي‬، ‫الذي‬
- Isim yang mudhaf terhadap isim-isim ma’rifah di atas ini.
‫ك الَّ ِذ ْي َخلَ َق‬
ُ ‫ ُم ْل‬، ‫ك ٰه َذا النَّبِ ِّي‬ ُ ‫ ُم ْل‬، ‫الر ْح ٰم ِن‬
ُ ‫ ُم ْل‬، ُ‫ ُم ْل ُكه‬، ‫ك ُسلَْي َما َن‬ َّ ‫ك‬ُ ‫ُم ْل‬
Adapun Isim yang Mudhaf terhadap Isim Nakirah, misal:
‫اع ٍة‬
َ ‫إِ َم ُام َج َم‬
maka dihukumi sebagai Isim Nakirah.

10
d. Dari Segi I’rab-nya
Isim dari segi I’rab-nya terbagi menjadi dua: Mabnî dan Mu’rab.
- Isim mabnî adalah isim yang kondisi akhirannya tetap, dan
- Isim mu’rab adalah isim yang kondisi akhirannya berubah-ubah.
Jenis Ciri-ciri Contoh
Isim Mabnî Harakat akhirnya tetap ‫ الَّ ِذي‬، ‫ ٰه َذا‬، ‫ُه َو‬
ِ ‫اإلنْس‬
ِ ِ ِ ِ
Isim Mu’rab Harakat akhirnya berubah-ubah ‫ان‬ َ ْ ‫ َعلَى‬، ‫ إ َّن ْاإلنْ َسا َن‬، ‫ْاإلنْ َسا ُن‬
Cara untuk mengetahui apakah sebuah isim termasuk mabni atau mu’rab adalah dengan
menghafal terlebih dahulu macam-macam isim mabni, maka selain itu adalah isim mu’rab.
Di langkah berikutnya akan disajikan macam-macam isim mabni untuk dihafalkan.
e. Dari Segi Hidup-matinya Huruf Akhir
Isim dari segi hidup atau mati (berharokat atau tidak) huruf akhir nya terbagi
menjadi tiga: Shahîh, Maqshûr, dan Manqûsh.
- Isim Shahîh adalah isim yang berakhiran huruf hidup (berharokat)
- Isim Maqshûr adalah isim yang berakhiran huruf Alif. Baik itu Alif Mamdûdah ( ‫ ا‬، ‫) ا‬
maupun Alif Layyinah ( ‫ ى‬، ‫) ى‬.

- Isim Manqûsh adalah isim yang berakhiran huruf Yâ` sukûn.


Jenis Contoh
Isim Shahîh ‫ الْ َو ْح ُي‬، ُ‫ الْ َمْب َدأ‬، ‫الْ َع ْق ُل‬
Isim Maqshûr ‫صطََفى‬
ْ ‫ الْ ُم‬، ‫الربَى‬ ِّ / ‫الربَا‬ ِّ ، ‫الدُّنْيَا‬
Isim Manqûsh ِ ‫الْ َق‬
‫ الْ ُمَربِّ ْي‬، ‫اض ْي‬
Cara mengetahui apakah isim tergolong Shahîh, Maqshûr, dan Manqûsh cukup dengan
melihat huruf akhir nya. Jika ia berharokat maka ia isim Shahîh; jika ia berakhiran huruf
Alif maka ia isim Maqshûr; jika ia berakhiran huruf Yâ`-Sukûn (mati) maka ia isim
Manqûsh.
Catatan:
- Simbol sukûn bukan harakat, melainkan tanda mati. Dalam teks berharokat ada
kalanya tanda sukûn tidak ditulis.
- Huruf Alif selamanya mati (ber-sukûn/tidak berharokat). Apabila berharokat ( ُ‫ ا‬، ِ‫ ا‬، َ‫) ا‬
maka ia bukan merupakan huruf Alif, melainkan huruf Hamzah. Dan yang terhitung
huruf hamzah juga adalah huruf alif yang di atasnya terdapat tanda berbentuk huruf
shâd kecil: ( ‫) ٱ‬.

11
2. Karakter Fi’il
Berikut ini adalah karakter Fi’il, dari segi: Waktu terjadinya, Ada-tidaknya fâ’il
(subjek), Ada-tidaknya maf’ûl bihi (objek), Mengandung huruf ‘illat atau tidak, dan I’rab-nya.
a. Dari Segi Waktu Terjadinya
Fi’il dari segi waktu terjadinya terbagi menjadi tiga: Fi’il Mâdhin, Fi’il Mudhâri’, dan
Fi’il Amar.
- Fi’il Mâdhin adalah kata kerja yang telah terjadi di masa lampau;
- Fi’il Mudhâri’ adalah kata kerja yang terjadi di masa sekarang atau mendatang; dan
- Fi’il Amar adalah kata kerja perintah yang terjadi di masa mendatang.
Jenis Ciri-ciri Fisik Contoh
Fi’il Mâdhin - ‫ب‬
َ َ‫َكت‬
Berawalan Huruf Mudhara’ah
Fi’il Mudhâri’ ِ ‫ ي ْكتُب‬، ‫ نَ ْكتُب‬، ‫أَ ْكتُب‬
‫ تَ ْكتُبُ ْو َن‬، ‫ان‬
‫ت‬،‫ي‬،‫ن‬،‫أ‬ َ َ ُ ُ
Fi’il Amr - ْ‫ٱقْ َرأ‬
Untuk mengetahui fi’il mâdhin, fi’il mudhâri’, dan fi’il amar adalah dengan cara menghafal.
Baik menghafalkan per satuan fi’il maupun menghafalkan pola perubahan fi’il. Ini akan
dibahas pada saatnya nanti in syâ`allâh.
b. Dari Segi Ada-Tidaknya Fâ’il (Subjek)
Fi’il dari segi ada-tidaknya fâ’il (subjek) terbagi menjadi dua: fi’il mabni ma’lûm dan
fi’il mabni majhûl.
- Fi’il mabni ma’lûm adalah kata kerja yang memiliki subjek, alias kata kerja aktif.
- Fi’il mabni majhûl adalah kata kerja yang tidak memiliki subjek, alias kata kerja pasif.
Jenis Contoh
‫ب ِع ْل َم الْ ِف ْق ِه‬ ِ
ُ ‫س الطَّال‬
ُ ‫يَ ْد ُر‬
Fi’il Mabni Ma’lûm
Murid itu sedang mempelajari ilmu fikih

‫س ِع ْل ُم الْ ِف ْق ِه‬
ُ ‫يُ ْد َر‬
Fi’il Mabni Majhûl
Ilmu fikih itu sedang dipelajari

Untuk mengetahui fi’il mabnî ma’lûm dan fi’il mabnî majhûl adalah dengan menghafalkan
pola perubahan dari fi’il mabnî ma’lûm menjadi fi’il mabnî majhûl yang akan dibahas pada
saatnya nanti in syâ`allâh.
c. Dari Segi Ada-tidaknya Maf’ûl Bihi (Objek):
Fi’il dari segi ada dan tidak adanya maf’ûl bihi (objek) terbagi menjadi dua: Fi’il
Muta’addî dan Fi’il Lâzim.

12
- Fi’il Muta’addî adalah kata kerja yang memerlukan objek.
- Fi’il Lâzim adalah kata kerja yang tidak memerlukan objek.
Jenis Contoh
‫ب كِتَابًا‬ ِ
Fi’il Muta’addî ُ ‫قَ َرأَ الطَّال‬
Murid itu telah membaca sebuah buku

ِ َّ
Fi’il Lâzim ُ ‫َجاءَ الطال‬
‫ب‬
Murid itu telah datang

Untuk mengetahui mana Fi’il Muta’addî dan mana Fi’il Lâzim adalah dengan mengetahui
arti dari pada fi’il tersebut, dari situ diketahui apakah fi’il tersebut membutuhkan objek
ataukah tidak.
d. Dari Segi Mengandung Huruf ‘Illat atau Tidak
Huruf ‘illat ada tiga, yaitu: Alif, Wâwu, dan Yâ`. Fi’il dari segi mengandung huruf
‘illat atau tidak terbagi menjadi dua: Shahîh dan Mu’tall.
- Fi’il Shahîh adalah fi’il yang huruf aslinya tidak mengandung huruf ‘illat,
- Fi’il Mu’tall adalah fi’il yang huruf aslinya mengandung huruf ‘illat.
Jenis Ciri-ciri Fisik Contoh

‫صَر‬ ِ
Fi’il Shahîh Huruf aslinya tidak mengandung huruf ‘illat
َ َ‫ ن‬، ‫ َعل َم‬، ‫ص َح‬
َ َ‫ن‬
Fi’il Mu’tall Huruf aslinya mengandung huruf ‘illat ‫ َس َقى‬، ‫ نَ َما‬، ‫ال‬َ َ‫ ق‬، ‫َو َع َد‬
e. Dari Segi I’rab-nya
Sebagaimana telah disebutkan, i’rab adalah kondisi akhiran kata yang ditandai
dengan bentuk harokat akhirnya. Fi’il dari segi I’rab-nya terbagi menjadi dua: Mabnî dan
Mu’rab.
- Fi’il Mabnî adalah fi’il yang kondisi akhirnya tetap,
- Fi’il Mu’rab adalah fi’il yang kondisi akhirnya berubah-ubah.
Jenis Ciri-ciri Fisik Contoh

Fi’il Mabnî Kondisi akhirnya tidak berubah-ubah ‫ اِ ْعلَ ْم‬، ‫َعلِ َم‬
Fi’il Mu’rab Kondisi akhirnya berubah-ubah ‫ لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬، ‫يَ ْعلَ ُم‬
Yang terkategori sebagai Fi’il Mu’rab adalah Fi’il Mudhâri’ (kata kerja sekarang atau akan
datang) saja. Sedangkan selain Fi’il Mudhâri’, yaitu Fi’il Mâdhin (kata kerja lampau) dan
Fi’il Amar (kata kerja perintah), adalah tergolong sebagai Fi’il Mabnî.
3. Karakter Harf

13
Berikut ini adalah karakter Harf, dari segi: ada dan tidaknya makna, dan pengaruhnya
terhadap harakat akhir isim atau fi’il mu’rab.
1. Dari Segi Ada-Tidaknya Makna
Dari segi ada dan tidaknya makna, harf terbagi menjadi dua: Harf Mabânî (bukan
Mabnî) dan Harf Ma’ânî.
- Harf Mabânî adalah harf tidak memiliki makna yang darinya tersusun semua kata yang
ada.
- Harf Ma’ânî adalah harf yang memiliki makna. Hanya saja maknanya tidak muncul
kecuali saat ia bersandingan dengan kata lain dalam suatu ungkapan.
Jenis Contoh
Harf Mabânî .‫ الخ‬... ‫ خ‬، ‫ ح‬، ‫ ج‬، ‫ ث‬، ‫ ت‬، ‫ ب‬، ‫ا‬
Harf Ma’ânî َّ ‫ أ‬، ‫ أَ ْن‬، ‫ إِ َّن‬، ‫ إِ ْن‬، ‫ َه ْل‬، َ‫ أ‬، ‫ لَ ْم‬، ‫ََل‬
‫َن‬
Cara untuk mengetahui harf hanya dengan menghafal.
2. Dari Segi Pengaruhnya Terhadap I’rab
Dari segi pengaruhnya terhadap I’rab, harf terbagi menjadi dua: Harf ‘Âmil dan Harf
Ghayr ‘Âmil.
- Harf ‘Âmil adalah jenis harf yang mempengaruhi I’rab isim atau fi’il mu’rab yang
datang setelahnya.
- Harf Ghayr ‘Âmil adalah jenis harf yang tidak mempengaruhi I’rab kata setelahnya.
Jenis Contoh

ِْ ‫ فِي‬، ‫ إِ َّن ا ِإل ْس ََل َم‬: ‫ا ِإل ْس ََل ُم‬


‫اإل ْس ََلِم‬
Harf ‘Âmil
‫ لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬، ‫ أَ ْن يَ ْعلَ َم‬: ‫يَ ْعلَ ُم‬
Harf Ghayr ‘Âmil ‫ف أ َُزْوُرَك َغ ًدا‬َ ‫َس ْو‬
Pada langkah berikutnya akan ditunjukkan sejumlah harf yang kerap dijumpai dalam teks
Arab, disertai dengan keterangan apakah tergolong Harf ‘Âmil atau Harf Ghayr ‘Âmil. Dan jika
tergolong Harf ‘Âmil, apakah mempengaruhi I’rab isim saja, fi’il saja, atau keduanya, untuk
dihafalkan. in syâ`allâh

LATIHAN
1. Beri tanda silang pada kolom yang tepat sebagaimana contoh!
Man- Maq- Sha- Jama’ Jama’ Mutsan- Mufrad/ Mu`an Mudzak
Isim
qush shur hih Mn. S. Md. S. na Jamak T. -nats -kar

x x x ‫ا ِإل ْس ََل ُم‬ .1


‫ا ِإلنْ َسا ُن‬ .2

14
‫الْ َك ْو ُن‬ ‫‪.3‬‬
‫الْ َحيَاةُ‬ ‫‪.4‬‬
‫الْ َع ِقْي َدةُ‬ ‫‪.5‬‬
‫الْ ِفك ُْر‬ ‫‪.6‬‬
‫‪ .7‬التَّطْ ِهْي ُر‬
‫‪ .8‬الْعُلَ َماءُ‬
‫‪ .9‬الْ ُمَربِّي‬
‫ات‬
‫اس ٌ‬ ‫‪ .11‬نَ َج َ‬
‫‪ .11‬النَّبَأُ‬
‫‪ .12‬الْغَ ِري زتَ ِ‬
‫ان‬ ‫َْ‬
‫اسةٌ‬
‫‪ .13‬نَ َج َ‬
‫السي ِ‬
‫اس ُّي‬‫‪َ ِّ .14‬‬
‫‪ .15‬األُنْثَى‬
‫صَرةٌ‬ ‫‪ .16‬نُ ْ‬
‫‪ .17‬الْ َح ْل َوى‬
‫‪ .18‬الْ َحَرَمْي ِن‬
‫الْ َميِّتُ ْو َن‬ ‫‪.19‬‬
‫اللُّغَ ُ‬
‫ات‬ ‫‪.21‬‬
‫الْ َقرنَ ِ‬
‫ان‬ ‫‪.21‬‬
‫ْ‬
‫ُم ْجتَ ِه ُد ْو َن‬ ‫‪.22‬‬
‫الْ ُم ْؤِمنِْي َن‬ ‫‪.23‬‬
‫الْ َوالِ َديْ ِن‬ ‫‪.24‬‬
‫الْ ُقلَّتَ ِ‬
‫ان‬ ‫‪.25‬‬
‫ات‬ ‫ِ‬
‫الْ ُم َهاجَر ُ‬ ‫‪.26‬‬
‫الْ َمظْلُ ْوِمْي َن‬ ‫‪.27‬‬
‫ات‬
‫ُم َعالَ َج ٌ‬ ‫‪.28‬‬
‫‪ .29‬الْ َق ِ‬
‫اض ْي‬

‫‪15‬‬
‫‪ .31‬النَّبِ ُّي‬
‫‪ .31‬الْ ُم ْستَ ْش َفى‬
‫‪ِ .32‬ر َس َاَل ٌ‬
‫ت‬
‫‪ .33‬الْمد ِ‬
‫َّعي‬ ‫ُ‬
‫َّعى‬
‫‪ .34‬الْ ُمد َ‬
‫الْ ُمنَافِ ِقْي َن‬ ‫‪.35‬‬
‫الْ َج ََللَْي ِن‬ ‫‪.36‬‬
‫اض ُرْو َن‬‫الْح ِ‬ ‫‪.37‬‬
‫َ‬
‫ات‬ ‫ِ‬
‫َوالْ َحاضَر ُ‬ ‫‪.38‬‬
‫النَّعِْي ُم‬ ‫‪.39‬‬
‫اج ُرْو َن‬‫الْمه ِ‬ ‫‪.41‬‬
‫َُ‬
‫الذاكِر ِ‬
‫ات‬ ‫َّ‬
‫َو َ‬ ‫‪.41‬‬
‫النِّطَاقَ ْي ِن‬ ‫‪.42‬‬
‫الْ ُم ْفلِ ُح ْو َن‬ ‫‪.43‬‬
‫قَ ِري َق ِ‬
‫ان‬ ‫‪.44‬‬
‫ْ‬
‫ات‬‫الصافَّ ُ‬ ‫َّ‬ ‫‪.45‬‬
‫َخْي ٌر‬ ‫‪.46‬‬
‫الرا ِزقِْي َن‬
‫َّ‬ ‫‪.47‬‬
‫ُمْن ِف ُق ْو َن‬ ‫‪.48‬‬
‫َّات‬
‫َجن ٌ‬ ‫‪.49‬‬
‫ض ْوءُ‬
‫الْ ُو ُ‬ ‫‪.51‬‬
‫اسةُ‬
‫السيَ َ‬‫ِّ‬ ‫‪.51‬‬
‫الْ ِح َمى‬ ‫‪.52‬‬
‫الْ َق ِو ُّ‬
‫ي‬ ‫‪.53‬‬
‫‪ .54‬الش َّْرعُ‬
‫الش ِريْ َعةُ‬
‫‪َّ .55‬‬

‫‪16‬‬
‫‪2. Tentukan kata Isim pada teks berikut ini, lalu jelaskan apakah ia Isim Nakirah atau Isim‬‬
‫)‪Ma’rifah! (Abaikah kata yang bergaris bawah‬‬
‫َع َم ِال‬
‫اس ْاأل ْ‬ ‫ِ‬
‫م ْقيَ ُ‬
‫اس يَِقْي ُس ْو َن‬
‫َع َمالِ ِه ْم َعلَى َغْي ِر ِم ْقيَ ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ي ِسي ر َكثِي ر ِمن الن ِ ِ‬
‫َّاس في الْ َحيَاة َعلَى َغْي ِر ُه ًدى ‪ ،‬فَيَ ُق ْوُم ْو َن بِأ ْ‬ ‫َ ْ ُ ٌْ‬
‫َع َم ٍال َح َسنَ ٍة‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫َع َم ٍال قَبِْي َح ٍة يَظُن ُّْونَ َها َح َسنَةً ‪َ ،‬ويَ ْمتَنِعُ ْو َن َعن الْقيَ ِام بِأ ْ‬ ‫َعلَْي ِه ‪َ .‬ول ٰذل َ‬
‫ك تَ َر ُاه ْم يَ ُق ْوُم ْو َن بِأ ْ‬

‫وت َوِد َم ْش َق‬ ‫ُ‬


‫يظُنُّونَها قَبِيحةً ‪ .‬فَالْمرأَةُ الْمسلِمةُ الَّتِي تَم ِشي فِي َشوا ِرِع أ َُّمه ِ‬
‫ات الْم ُد ِن ِْ ِ ِ‬
‫اإل ْس ََلميَّة َكبَ ْي ُر َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َْ ُ ْ َ‬ ‫َ ْ َ َْ‬
‫اسنَ َها َوَم َفاتِنَ َها ‪َ ،‬وِه َي تَظُ ُّن أَنَّ َها تَ ُق ْوُم بِِف ْع ٍل َح َس ٍن ‪،‬‬ ‫ِ‬
‫اهرةِ وب ْغ َداد تَ ْك ِشف عن ساقَي ها ‪ ،‬وتُب ِرز مح ِ‬
‫ُ َْ َ َْ َ ْ ُ َ َ‬ ‫َوالْ َق َ َ َ َ‬
‫اس ِة ‪،‬‬ ‫اس َدةِ ِألَنَّ َها ِمن ِّ‬ ‫ض فِي تَصُّرفَ ِ‬
‫ات الْح َّك ِام الْ َف ِ‬ ‫اج ِد يَ ْمتَنِ ُع َع ْن الْ َخ ْو ِ‬
‫الرجل الْوِرع الْم ََل ِزم لِلْمس ِ‬
‫السيَ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َو َّ ُ ُ َ ُ ُ ُ َ َ‬
‫ت ِه َي‬ ‫اإلثْ ِم ‪ ،‬فَ َك َش َف ْ‬‫الر ُجل َوقَ َعا فِي ِْ‬ ‫ِِ‬ ‫السيَ َ ِ ِ ِ‬
‫اسة ف ْع ٌل قَبْي ٌح ‪َ .‬و ٰهذه الْ َم ْرأَةُ َو ٰه َذا َّ ُ‬ ‫ض فِي ِّ‬ ‫َوُه َو يَظُ ُّن أ َّ‬
‫َن الْ َخ ْو َ‬
‫َّخ َذا ِألَنْ ُف ِس ِهما ِم ْقياسا ي ِقيس ِ‬
‫ان أ َْع َمالَ ُه َما بِ َح َسبِ ِه‬ ‫عورتَها ‪ ،‬ولَم ي هتَ َّم هو بِأَم ِر الْمسلِ ِمين ‪ِ ،‬ألَنَّهما لَم ي ت ِ‬
‫َ َ ً ََْ‬ ‫َُ ْ َ‬ ‫ََْ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ ُ ْ ْ َ‬
‫اح ٍة أَنَّ ُه َما‬ ‫ِ ِ ِ ِ‬ ‫‪ .‬ولَو اتَّخ َذا ِم ْقياسا لَما تَنَاقَضا ٰه َذا التَّنَاقُض فِي تَ ِ‬
‫صُّرفَات ِه َما َم َع الْ َمْب َدأ الَّذي يُ ْعلنَان بِ َ‬
‫صَر َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ً َ‬ ‫َ َ‬
‫ف َح ِقْي َقةَ الْ َع َم ِل قَ ْب َل أَ ْن‬
‫س أ َْع َمالَهُ َعلَْي ِه َحتَّى يَ ْع ِر َ‬ ‫ِِ ِ ِ ِ ٍ ِ‬ ‫ِِ‬
‫يَ ْعتَنِ َقانِِه ‪َ .‬ول ٰذل َ‬
‫ك َكا َن ََل بُ َّد ل ْْلنْ َسان م ْن م ْقيَاس يَقْي ُ‬
‫يُ ْق ِد َم َعلَْي ِه ‪.‬‬

‫ف قَبِْي َح َها ِم ْن َح َسنِ َها ‪ ،‬فَيَ ْمتَنِ ُع‬


‫س َعلَْي ِه ْاألَ ْشيَاءَ ‪ ،‬فَيَ ْع ِر ُ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫َو ْاإل ْس ََل ُم قَ ْد َج َع َل ل ْْلنْ َسان م ْقيَاساً يَقْي ُ‬
‫اس ُه َو الش َّْرعُ َو ْح َدهُ ؛ فَ َما َح َّسنَهُ الش َّْرعُ ِمن‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َعن الْف ْع ِل الْ َقبْي ِح ‪َ ،‬ويُ ْقد ُم َعلَى الْف ْع ِل الْ َح َس ِن ‪َ .‬و ٰه َذا الْقيَ ُ‬
‫صبِ ُح الْ َح َس ُن قَبِْيحاً ‪،‬‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اس َدائم ٌّي ‪ ،‬فَ ََل يُ ْ‬
‫ْاألَفْ َعال ُه َو الْ َح َس ُن ‪َ ،‬وَما قَبَّ َحهُ الش َّْرعُ ُه َو الْ َقبْي ُح ‪َ .‬و ٰه َذا الْم ْقيَ ُ‬
‫ال الش َّْرعُ َعْنهُ قَبِْيحاً‬ ‫َوََل يَتَ َح َّو ُل الْ َقبِْي ُح إِلَى َح َس ٍن ؛ بَ ْل َما قَ َ‬
‫ال َعْنهُ الش َّْرعُ َح َسناً يَْب َقى َح َسناً ‪َ ،‬وَما قَ َ‬

‫يَْب َقى قَبِْيحاً ‪.‬‬

‫‪17‬‬
‫اإلنْ َسا ُن قَ ْد َس َار فِي طَ ِريْ ٍق ُم ْستَ ِقْي ٍم ‪َ ،‬و َعلَى ُه ًدى ِم ْن أ َْم ِرهِ ‪ ،‬فَيُ ْد ِرُك ْاأل ُُم ْوَر َعلَى‬ ‫ِ‬
‫َوبِ ٰذل َ‬
‫ك يَ ُك ْو ُن ِْ‬

‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ف ما لَو لَم يجعل الشَّر ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ح ْس ِن َوال ُقْب ِح ‪ ،‬بِأَ ْن َج َع َل الْ َع ْق َل م ْقيَاساً لَهُ ‪ ،‬فَِإنَّهُ‬ ‫َحقْي َقت َها ‪ ،‬بِخ ََل َ ْ ْ َ ْ َ ْ ْ َ‬
‫ع م ْقيَاساً ل ْل ُ‬
‫صبِح الشَّيء حسناً فِي ح ٍال وقَبِْيحاً فِي ح ٍال َ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َّيءَ‬
‫آخَر ‪ ،‬إذ الْ َع ْق ُل قَ ْد يََرى الش ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫يَسْي ُر ُمتَ َخبِّطاً ألَنَّهُ يُ ْ ُ ْ ُ َ َ‬
‫صبِ ُح الْ ُح ْك ُم‬ ‫ِ ٍ‬ ‫ِ ٍ‬ ‫ِ‬
‫الْ َواح َد َح َسناً الْيَ ْوَم ثُ َّم يََراهُ قَبِْيحاً َغداً ‪َ ،‬وقَ ْد يََراهُ َح َسناً في بَلَد قَبِْيحاً في بَلَد أ ْ‬
‫ُخَرى ‪ ،‬فَيُ ْ‬
‫الح ْس ُن َوال ُقْب ُح نِ ْسبِيّاً ََل َح ِقْي ِقيّاً‪َ .‬و ِحْي نَئِ ٍذ يَ َق ُع فِي َوْرطَِة الْ ِقيَ ِام‬
‫صبِ ُح ُ‬
‫الريْ ِح ‪َ ،‬ويُ ْ‬
‫ب ِّ‬‫َعلَى ْاألَ ْشيَ ِاء فِي َم َه ِّ‬

‫بِالْ ِف ْع ِل الْ َقبِْي ِح َوُه َو يَظُنُّهُ َح َسناً َويَ ْمتَنِ ُع َعن الْ ِف ْع ِل الْ َح َس ِن َوُه َو يَظُنُّهُ قَبِْيحاً ‪.‬‬

‫ِ ِ‬ ‫ِِ ِ‬ ‫َو َعلَْي ِه ‪َ ،‬كا َن ََل بُ َّد ِم ْن تَ ْح ِكْي ِم‬


‫الش َّْرِع َو َج ْعله م ْقيَاساً ل ْْلَفْ َعال ُكلِّ َها َو َج ْع ِل َ‬
‫الح َس ِن َما َح َّسنَهُ‬
‫الش َّْرعُ َوالْ َقبِْي ِح َما قَبَّ َحهُ الش َّْرعُ ‪( .‬الْ ِف ْكر ِْ‬
‫اإل ْس ََل ِم ُّي ص‪)11-11 :‬‬ ‫ُ‬
‫!‪3. Beri tanda silang pada kolom yang tepat sebagaimana contoh‬‬
‫‪Mu’tall‬‬ ‫‪Shahih‬‬ ‫‪Madhin/‬‬
‫‪Mu’rab‬‬ ‫‪Mabni‬‬ ‫’‪Mudhari‬‬ ‫‪Fi’il‬‬
‫‪Akhir‬‬ ‫‪Akhir‬‬ ‫‪Amar‬‬

‫اِقْ َرأْ‬ ‫‪.1‬‬


‫َخلَ َق‬ ‫‪.2‬‬
‫صلَّى‬ ‫َ‬ ‫‪.3‬‬
‫يَ ْج ِري‬ ‫‪.4‬‬
‫نَ ْعبُ ُد‬ ‫‪.5‬‬

‫َجاءَ‬ ‫‪.6‬‬
‫نَ ْستَعِْي ُن‬ ‫‪.7‬‬
‫يَلِ ْد‬ ‫‪.8‬‬
‫يَ ْس ُه ْو‬ ‫‪.9‬‬

‫‪َ .11‬رأَيْ َ‬
‫ت‬

‫‪18‬‬


19
Al-Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’i
–rahimahullâh–

ُّ ِّ‫ الْ َعَربِيَّةُ َوالط‬: ‫َّاس‬ ِ


›‫ب‬ ُ ‫‹ َشْيئَان أَ ْغ َفلَ ُه َما الن‬
“Dua perkara yang manusia (umumnya) melalaikannya:
Bahasa Arab dan Ilmu Pengobatan.”3

3
Ibnu Muflih Al-Maqdisi, Al-Âdâb Al-Syar’iyyah, 2/468

20
LANGKAH 2
Memahami Konsep I’rab

Target
 Mengenal apa itu Mabni dan Mu’rab
 Memahami Bina` serta empat bentuknya
 Memahami I’rab serta empat macam kemungkinannya dan tanda dasarnya
 Hafal macam-macam Isim Mabni
 Hafal bentuk-bentuk perubahan Fi’il Madhin, Fi’il Mudhari’, dan Fi’il Amar
berdasarkan pelakunya
 Hafal sebagian Harf ‘Amil dan Ghairu ‘Amil
 Memahami macam-macam bentuk I’rab

Indikator
 Mampu mengidentifikasi Isim Mabni dan Isim Mu’rab, Fi’il Mabni dan Fi’il
Mu’rab, serta Harf ‘Amil dan Ghairu ‘Amil, dalam kalimat berharokat
 Mampu membedakan bentuk I’rab Zhahir, Muqaddar, dan Mahalli

21
A. I’rab
Harakat pada kata (kalimah) dalam bahasa Arab ada dua bagian: harokat akhir dan
selain harokat akhir. Untuk harokat akhir suatu kata cara menentukannya adalah dengan
melihat kondisi akhiran kata itu sendiri. Dan fokus langkah ke-dua kali ini adalah terkait
pengenalan kondisi akhiran kata ini yang darinya harokat akhir nantinya ditentukan.
Sedangkan untuk selain harokat akhir, cara menentukannya adalah melalui hafalan
kosakata secara mandiri dan terus-menerus dengan memahami konsep wazan (pola
perubahan kata) yang in syâ`allâh akan disajika pada langkah terakhir.
Kenapa penentuan harokat akhir setiap kata, apakah dhammah, fathah, dan kasrah,
atau dihukumi mati atau sukun bergantung pada kondisi akhirannya? Jawabannya adalah:
karena sejatinya harakat akhir hanyalah tanda atau simbol bagi kondisi akhiran tersebut.
Dalam hal ini ada dua kondisi: 1) kondisi tetap (binâ`), lafazhnya disebut mabnî; dan 2)
kondisi berubah-ubah (i'râb), lafazhnya disebut mu’rab.
1. Mabni dan Mu’rab
Gampangnya, lafazh Mabni dan lafazh Mu’rab diartikan dengan:
- Lafazh Mabni: Setiap kata yang kondisi akhirannya tetap dengan harakat tertentu yang
tidak pernah berubah.
- Lafazh Mu’rab: Setiap kata yang kondisi akhirannya tidak tetap dengan harakat akhir
berubah-ubah menyesuaikan kondisinya.
Adapun kata yang bagaimana yang terkategori sebagai lafazh Mabni dan yang bagaimana
yang terkategori sebagai lafazh Mu’rab adalah sebagaimana terlihat dalam tabel berikut.
Jenis Meliputi
Mabnî 1) Isim Mabnî
2) Fi’il Madhin dan Fi’il Amr
3) Semua Harf
Mu’rab 1) Semua Isim selain Isim Mabnî
2) Fi’il Mudhâri’

Adapun rinciannya, ada di langkah berikutnya.


a. Macam-macam Binâ` pada Lafazh Mabni
Macam Contoh
Mabni Dhammah Kami, kita ‫نَ ْح ُن‬
Mabni Fathah Anda (L) ‫ت‬َ ْ‫أَن‬
Mabni Kasrah Dengan, demi ِ‫ب‬
Mabni Sukun Pada, dalam, karena ‫فِ ْي‬
Harokat akhir lafazh mabni hanya satu saja, alias tidak memiliki kemungkinan lain.
Misalnya lafazh ( ‫ ) نَ ْح ُن‬yang artinya: kita, kami. Ke-mabni-an dia hanya pada dhammah.

22
Artinya ia tidak pernah sama sekali dibaca dengan akhiran Fathah, Kasrah, atau Sukun.
Selamanya ia dibaca dengan harakat Dhammah.
Dikecualikan dari hal ini adalah perubahan untuk mempermudah pelafalan saja,
dan jumlahnya sangat terbatas. Yakni apa yang terjadi pada Dhamîr Muttashil ( ، ‫ ُه ْم‬، ‫ ُه َما‬، ‫ُه‬
ُ Yaitu apabila didahului Harakat Kasrah atau huruf Yâ’ Mati (berharokat sukun) maka
‫)ه َّن‬.
Huruf Hâ’ pada masing-masing dhamîr tersebut dibaca kasrah:

‫ بِِه‬: .. ِ ‫ فِْي ِه‬: .. ْ‫ي‬


b. Macam-macam I’râb dan Tanda Dasarnya
Macam Tanda Contoh
‫اح الْ َجن َِّة‬ ِ َّ
ُ َ‫الص ََلةُ م ْفت‬
Shalat itu kuncinya Surga
Rafa’ Dhammah
َ‫نَتَ َعلَّ ُم اللُّغَةَ الْ َعَربِيَّة‬
Kita sedang belajar Bahasa Arab

‫اح الْ َجن َِّة‬ ِ َّ ‫إِ َّن‬


ُ َ‫الص ََل َة م ْفت‬
Sesungguhnya Shalat itu kuncinya Surga
Nashab Fathah
ِ
َ ‫نُِريْ ُد أَ ْن نَتَ َعلَّ َم الْح َس‬
‫اب‬
Kita mau mempelajari pelajaran Berhitung
ِ‫لص ََلة‬
َّ ‫ك بِا‬
Jarr Kasrah َ ‫َعلَْي‬
Wajib atasmu untuk shalat
ِ َ‫لَم نَتَ علَّم ِع ْلم الْ َفل‬
‫ك‬
Jazm Sukun َ َْ ْ
Kita belum mempelajari Ilmu Falak

Berbeda dengan lafazh Mabni yang berharokat akhir tetap, lafazh Mu’rab memiliki tiga
kemungkinan harokat akhir sesuai dengan tiga kemungkinan i’rab-nya.
Apabila berupa Isim maka kemungkinannya antara: Dhammah saat ber-i'rab Rafa’,
Fathah saat ber-i'rab Nashab, dan Kasrah saat ber-i'rab Jarr (perhatikan lafazh ‫ الصَلة‬pada
contoh dalam tabel di atas).
Apabila berupa Fi’il maka kemungkinannya antara: Dhammah saat ber-i'rab Rafa’,
Fathah saat ber-i'rab Nashab, dan Sukun saat ber-i'rab Jazm (perhatikan lafazh ‫ نتعلم‬pada
contoh dalam tabel di atas).
Perkara yang sangat penting saat ini adalah menghafalkan lafazh-lafazh Mabni,
khususnya dari golongan Isim dan Harf. Dikatakan sangat penting karena dari situ nanti
kita akan mampu menentukan mana saja lafazh Mu’rab pada susunan kalimat, yakni setiap
lafazh selain lafazh Mabni yang telah dihafal. Sehingga kita tinggal mengharokati saja
lafazh-lafazh yang mabni sesuai dengan apa yang telah dihafal tanpa berfikir panjang
mengenai harokat akhirnya karena hanya itu saja alias tidak memiliki kemungkinan lain.
Kita baru berfikir keras tentang harokat akhir lafazh Mu’rab yang itu sangat bergantung

23
pada kondisi I’rab yang dialaminya. Yakni apabila yang dialaminya I’rab Rafa’ maka
harokatnya Dhammah, apabila yang dialaminya I’rab Nashab maka Fathah, apabila yang
dialaminya I’rab Jarr maka Kasrah, dan apabila yang dialaminya I’rab Jazm maka Sukun.
Adapun kapan suatu lafazh mu’rab mengalami i'rab Rafa’, Nashab, Jarr, dan Jazm,
maka itu tergantung pada ‘âmil (perkara-perkara yang mempengaruhi) nya. Bisa berupa
Fi’il, Harf, dan Posisi. Hal terakhir ini akan disinggung lebih lanjut pada langkah berikutnya,
in syâ`allâh[u] ta’â’â.
Berikut ini kumpulan lafazh-lafazh Mabni yang penting sekali untuk dihafalkan.
2. Kata yang tergolong Mabni
Pada Isim ada: Isim Dhamîr, Isim Isyârah, Isim Maushûl, Isim Istifhâm, Isim Fi’il, dan
Isim Syarth. Pada Fi’il ada: Fi’il Madhin, dan Fi’il Amr. Dan Harf semuanya tanpa terkecuali.
Berikut ini rincian masing-masing.
a. Pada Isim
1) Isim Dhamîr (kata ganti)
Muttashil
Arti Munfashil (Terpisah)
(Tersambung)
Dia (L)
ُ‫ه‬ ُ‫إِيَّاه‬ ‫ُه َو‬
Mereka (2L) ‫ُه َما‬ ُ َّ‫إِي‬
‫اه َما‬ ‫ُه َما‬
Mereka (3+L) ‫ُه ْم‬ ُ َّ‫إِي‬
‫اه ْم‬ ‫ُه ْم‬
Dia (W) ‫َها‬ َ َّ‫إِي‬
‫اها‬ ‫ِه َي‬
Mereka (2W) ‫ُه َما‬ ُ َّ‫إِي‬
‫اه َما‬ ‫ُه َما‬
Mereka (3+W) ‫ُه َّن‬ ُ َّ‫إِي‬
‫اه َّن‬ ‫ُه َّن‬
Kamu (L) ‫ك‬َ َ َّ‫إِي‬
‫اك‬ َ ْ‫أَن‬
‫ت‬
Kalian (2L) ‫ُك َما‬ ‫إِيَّا ُك َما‬ ‫أَنْتُ َما‬
Kalian (3+L) ‫ُك ْم‬ ‫إِيَّا ُك ْم‬ ‫أَنْتُ ْم‬
Kamu (W) ‫ك‬ِ ِ َّ‫إِي‬
‫اك‬ ‫ت‬ ِ ْ‫أَن‬
Kalian (2W) ‫ُك َما‬ ‫إِيَّا ُك َما‬ ‫أَنْتُ َما‬
Kalian (3+W) ‫ُك َّن‬ ‫إِيَّا ُك َّن‬ ‫أَنْتُ َّن‬
Saya (L/W) ‫ نِ ْي‬/ ‫ِ ْي‬ ‫اي‬
َ َّ‫إي‬
ِ ‫أَنَا‬
Kami, Kita (L/W) َ‫نا‬ َ‫إِيَّانا‬ ‫نَ ْح ُن‬
Catatan: Ditambahkan pada Dhamir Muttashil adalah Isim Dhamir yang melekat
pada Fi’il, yaitu;
‫ فَ َع ْلتُ َّن‬، ‫ فَ َع ْل تُ ْم‬، ‫ فَ َع ْل تُ َما‬، ‫ت‬ ِ
a. Ta’ al-Fâ’il : ُ ‫ فَ َع ْل‬، ‫ فَ َع ْل ت‬، ‫ت‬
َ ‫فَ َع ْل‬

24
b. Alif al-Itsnain :‫ا‬ َ‫ اِفْ َعل‬، ‫ تَ ْف َعلَ ِان‬، ‫ يَ ْف َعلَ ِان‬، ‫ فَ َعلَتَ ا‬، ‫فَ َعلَ ا‬
c. Wâwu al-Jamâ’ah : ‫ اِفْ َعلُ ْوا‬، ‫ تَ ْف َعلُ ْو َن‬، ‫ يَ ْف َعلُ ْو َن‬، ‫فَ َعلُ ْوا‬
d. Yâ’ al-Mukhâthabah : ‫ اِفْ َعلِ ي‬، ‫ن‬ ِ ‫تَ ْف َعلِ ْي‬
ْ
e. Nâ al-Fâ’ilîn : ‫نَا‬‫فَ َع ْل‬
f. Nûn al-Niswah : ‫ اِفْ َع ْل َن‬، ‫ تَ ْف َع ْل َن‬، ‫ يَ ْف َع ْل َن‬، ‫فَ َع ْل َن‬
2) Isim Isyârah (kata isim untuk menunjuk)
Ini (L) ‫ٰه َذا‬
Ini (W) ِ‫ٰه ِذه‬
Ini (2L) ‫ٰه َذ ِان‬
Ini (2W) ِ َ‫ٰهت‬
‫ان‬
ِ
Itu (L) ‫ك‬ َ ‫ٰذل‬
Itu (W) ‫ك‬َ ‫تِْل‬
Mereka ini (L/W) ‫ٰه ُؤََل ِء‬
Mereka itu (L/W) َ ِ‫أُولۤئ‬
‫ك‬
Di sini (L/W) ‫ُهنَا‬
‫ك‬ ِ
Di sana (L/W) َ ‫ ُهنَال‬، ‫اك‬
َ َ‫ُهن‬
3) Isim Maushûl (kata isim penghubung)
dia (L) yang.. ‫الَّ ِذي‬
dia (W) yang.. ‫الَّتِي‬
mereka (2L) yang.. ‫اللَّ َذ ِان‬
mereka (2W) yang.. ِ َ‫اللَّت‬
‫ان‬
mereka (3+L) yang.. ‫الَّ ِذيْ َن‬
mereka (3+W) yang.. ‫الَلئِي‬
َّ / ‫الَلتِي‬
َّ
siapa-siapa (L/W) yang.. ‫َم ْن‬
apa-apa (L/W) yang.. ‫َما‬

25
4) Isim Istifhâm (kata isim untuk bertanya)4
Apa ..? ‫ َماذَا‬، ‫َما‬
Siapa ..? ‫َم ْن‬
Kapan ..? ‫َمتَى‬
Bagaimana ..? ‫ف‬
َ ‫َكْي‬
Di mana ..? ‫أَيْ َن‬
Mana, apa ..? ‫َي‬
ُّ ‫أ‬
Berapa ..? ‫َك ْم‬
Di mana, bagaimana..? ‫أَنَّى‬
5) Isim Fi’il (kata isim yang ber-arti Fi’il)
Cepatlah ‫َهيَّا‬
Mari segera ‫َح َّي‬
‫ين‬ ِ
Kabulkanlah
ْ ‫آم‬
Jauh sekali ‫ت‬
َ ‫َهْي َها‬
Beda sekali ‫َشتَّا َن‬
Diamlah ‫ص ْه‬
َ
6) Isim Syarth (kata isim untuk kalimat bersyarat)5
Jika ... maka/niscaya ... ‫إِ َذا‬
Ketika ... maka/niscaya ... ‫لَ َّما‬
Barang siapa ... maka/niscaya ... ‫َم ْن‬
Bila mana ... maka/niscaya ... ‫َمتَى‬
Di mana ... maka/niscaya ... ‫أَيْنَ َما‬
Setiap kali ... maka/niscaya ... ‫ُكلَّ َما‬
Bagaimanapun ... maka/niscaya ... ‫َكْي َف َما‬

4
Untuk ( َ‫ ) أ‬dan ( َ‫ ) هل‬yang artinya: apakah. Tidak termasuk di sini karena keduanya tergolong Harf.
ُ ُ
5
Kalimat yang didahului oleh Isim Syarth ini harus disertai jawaban (jawâbu-sy-syarth). Misal: َ‫أينماَتكونوا‬
ُ ُ
َ‫( يُد ِركك ُمَالموت‬Di manapun kamu berada, niscaya kematian akan mendapatkan kamu) QS. An-Nisâ` [4]: 78

26
Di manapun ... maka/niscaya ... ‫َحْيثُ َما‬
b. Pada Fi’il
Khusus lafazh Mabni dari golongan Fi’il, yakni Fi’il Madhin dan Fi’il Amar, yang
penting dihafalkan adalah ciri-cirinya.
1) Fi’il Madhin (kata kerja lampau)
Ciri-ciri Contoh Pelaku

َ ‫فَ َع َل‬ ‫ُه َو‬


ْ‫ ا‬..َ ‫فَ َع ََل‬ ‫ُه َما‬
‫ ْوا‬..ُ ‫فَ َعلُ ْوا‬ ‫ُه ْم‬
‫ت‬
ْ ..َ ‫ت‬
ْ َ‫فَ َعل‬ ‫ِه َي‬
‫ تَا‬..َ ‫فَ َعلَتَا‬ ‫ُه َما‬
‫ َن‬..ْ ‫فَ َع ْل َن‬ ‫ُه َّن‬
‫ت‬َ ..ْ ‫ت‬َ ‫فَ َع ْل‬ ‫ت‬َ ْ‫أَن‬
‫ تُ َما‬..ْ ‫فَ َع ْلتُ َما‬ ‫أَنْتُ َما‬
‫ تُ ْم‬..ْ ‫فَ َع ْلتُ ْم‬ ‫أَنْتُ ْم‬
‫ت‬ِ ..ْ ‫ت‬ ِ ‫فَع ْل‬ ‫ت‬ ِ ْ‫أَن‬
َ
‫ تُ َما‬..ْ ‫فَ َع ْلتُ َما‬ ‫أَنْتُ َما‬
‫ تُ َّن‬..ْ ‫فَ َع ْلتُ َّن‬ ‫أَنْتُ َّن‬
‫ت‬ُ ..ْ ‫ت‬ ُ ْ‫فَ َعل‬ ‫أَنَا‬
‫ نَا‬..ْ ‫فَ َع ْلنَا‬ ‫نَ ْح ُن‬

2) Fi’il Amr (kata kerja perintah)


Ciri-ciri Contoh Pelaku

ْ ‫اِفْ َع ْل‬ ‫ت‬َ ْ‫أَن‬


‫َا‬.. ‫اِفْ َع ََل‬ ‫أَنْتُ َما‬
‫ ْوا‬..ُ ‫اِفْ َعلُ ْوا‬ ‫أَنْتُ ْم‬
‫ ي‬..ِ ‫اِفْ َعلِ ْي‬ ‫ت‬ ِ ْ‫أَن‬
‫َا‬.. ‫اِفْ َع ََل‬ ‫أَنْتُ َما‬
‫ْ َن‬.. ‫اِفْ َعلْ َن‬ ‫أَنْتُ َّن‬

27
c. Pada Harf
Semua Harf adalah Mabni. Berikut ini yang penting untuk segera diketahui.
1) Harf ‘Âmil (harf yang mempengaruhi i’rab)
a) Mempengaruhi I’rab Isim
i. ‘Amil Nashab6
Sesungguhnya ‫إِ َّن‬
… , bahwasannya َّ ‫أ‬
‫َن‬
Seperti, Seolah-olah َّ ‫َكأ‬
‫َن‬
Tetapi ‫ٰل ِك َّن‬
Barangkali, semoga ‫لَ َع َّل‬
Semoga, sekiranya ‫ت‬
َ ‫لَْي‬
Tiada.. )‫َلَ (النافية للجنس‬
Perhatian:
- Untuk harf inna, anna, ka`anna, lâkinna, la’alla, dan layta ketentuannya in syâ`allâh akan
dibahas di langkah berikutnya.
- Untuk harf lâ (al-nâfiyah li al-jins), yaitu saat bertemu dengan isim nakirah (tidak ber-alif
dan lam). Contoh:
ِ ِ‫ََل حوَل وََل قُ َّوةَ إََِّل ب‬
‫الله‬ َ َْ
ii. ‘Amil Jarr
Ke, Kepada ‫إِلَى‬
Dari, Tentang ‫َع ْن‬
Di atas, Pada ‫َعلى‬
Di, Dalam, Di dalam ‫فِ ْي‬
Dengan ِ‫ب‬
Seperti, Laksana ‫َك‬
Milik, Untuk, Karena ِ‫ل‬
Dari, Sejak ‫ِم ْن‬
Demi.. ..‫َو‬
(untuk bersumpah)
..َ‫ت‬

6
Syarat dan ketentuan berlaku. In syâ`Allâh akan dijelaskan di pembahasan Langkah ke-3

28
..ِ‫ب‬
b) Mempengaruhi I’rab Fi’il Mudhari’
i. ‘Amil Nashab
Hendak, akan ‫أَ ْن‬
Tidak akan ‫لَ ْن‬
…, jadi… ‫إِذَ ْن‬
Agar, supaya ‫َكي‬
ii. ‘Amil Jazm
Jangan, janganlah )‫ََل (الناهية‬
Tidak, Belum .. ‫لَ ْم‬
Hendaklah, Haruslah
(untuk perintah)
)‫لِ (َلم األمر‬
Belum ‫لَ َّما‬
c) Mempengaruhi I’rab Isim dan Fi’il sekaligus (Harf ‘Athaf)
Dan ... ‫ َو‬...
Kemudian, Lalu ... َ‫ ف‬...
Kemudian, Lalu ... ‫ ثُ َّم‬...
Atau ... ‫ أ َْم‬...
Atau ... ‫ أ َْو‬...
Tetapi ... ‫ ٰل ِك ْن‬...
Tapi, Bahkan ... ‫ بَ ْل‬...
Tidak, bukan ...‫ َوََل‬/ ‫ ََل‬...

2) Harf Ghair ‘Âmil (harf yang tidak mempengaruhi i’rab)


- )‫َو (اَلستئنافية‬
- )‫فَ (اَلستئنافية‬
Tidak )‫َلَ (النافية‬
Jika ‫لَ ْو‬

29
Karena, pada waktu ‫إِ ْذ‬
Ya ‫نَ َع ْم‬
Ya (untuk bentuk
‫بَلَى‬
pertanyaan negatif)
Jangan, sekali-kali tidak ‫َك ََّل‬
Yakni, Artinya ‫َي‬
ْ‫أ‬
(peringatan) ‫أ ََما‬
Kemudian, Lalu ... ‫ثُ َّم‬
Tetapi ... ‫ٰل ِك ْن‬
Tapi, Bahkan ... ‫بَ ْل‬
Selama … ... ‫َما‬
Adapun.. (demikian)
maka (demikian)
َ‫ ف‬..‫أ ََّما‬
Akan ‫ف‬
َ ‫ َس ْو‬، ‫َس‬
Benar-benar, kadang kala ‫قَ ْد‬
Sungguh ... َ‫ل‬
3. Kata yang tergolong Mu’rab
a. Pada Isim
Semua isim selain yang tergolong Isim Mabni adalah Isim Mu’rab. Untuk
memudahkan cukup menghafal macam-macam Isim Mabni di atas, maka Isim selain
itu dapat diduga dengan kuat sebagai Isim Mu’rab. Misalnya, sejumlah isim berikut
ini.

ِ ‫ الد‬، ‫ الْ َفتَى‬، ‫ الْع ُّم‬، ‫ ْاألَب‬، ‫ ال َّس ِقيم‬، ‫الص ِحيح‬
‫َّاعي‬ َ ُ ُْ ُ ْ َّ
atau,
‫ َد ٍاع‬، ‫ فَتًى‬، ‫ َع ٌّم‬، ‫َب‬ ِ ِ
ٌ ‫ أ‬، ‫ َسقْي ٌم‬، ‫صحْي ٌح‬َ
Semua itu dapat langsung digolongkan sebagai Isim Mu’rab karena tidak tercntum
dalam macam-macam Isim Mabni yang telah dihafal di atas.

b. Pada Fi’il
Fi’il yang tergolong Mu’rab adalah Fi’il Mudhâri’ saja. Pada tabel berikut ini cukup
dihafal ciri-cirinya.
Ciri-ciri Contoh Pelaku

30
... َ‫ي‬ ُ‫يَ ْف َعل‬ ‫ُه َو‬
ِ ...َ ‫ي‬
‫ان‬ ‫يَ ْف َع ََل ِن‬ ‫ُه َما‬
َ
‫و َن‬.
ْ ..ُ َ‫ي‬ ‫يَ ْف َعلُ ْو َن‬ ‫ُه ْم‬
... َ‫ت‬ ُ‫تَ ْف َعل‬ ‫ِه َي‬
ِ ...
‫ان‬ َ َ‫ت‬ ‫تَ ْف َع ََل ِن‬ ‫ُه َما‬
‫ َن‬...
ْ َ‫ي‬ ‫يَ ْف َع ْل َن‬ ‫ُه َّن‬
... َ‫ت‬ ُ‫تَ ْف َعل‬ َ ْ‫أَن‬
‫ت‬
ِ ...
‫ان‬ َ َ‫ت‬ ‫تَ ْف َع ََل ِن‬ ‫أَنْتُ َما‬
‫ ْو َن‬...
ُ َ‫ت‬ ‫تَ ْف َعلُ ْو َن‬ ‫أَنْتُ ْم‬
‫ِْي َن‬... َ‫ت‬ ‫تَ ْف َعلِْي َن‬ ‫ت‬ ِ ْ‫أَن‬
ِ ... َ‫ت‬
‫ان‬ ‫تَ ْف َع ََل ِن‬ ‫أَنْتُ َما‬
َ
‫ْ َن‬... َ‫ت‬ ‫تَ ْف َع ْل َن‬ ‫أَنْتُ َّن‬
...َ‫أ‬ ُ‫أَفْ َعل‬ ‫أَنَا‬
... َ‫ن‬ ُ‫نَ ْف َعل‬ ‫نَ ْح ُن‬
Pengecualian:
- Bagian tabel yang di-block hitam di atas adalah Fi’il Mudhâri’ yang bertemu Nûn
Niswah (nun untuk wanita jamak), baik untuk orang kedua (‫ )أَنْتُ َّن‬maupun untuk
orang ketiga (‫) ُه َّن‬. Khusus keduanya termasuk Mabni (Mabni Sukun) bukan Mu’rab.
Contoh:

‫ص ْر َن‬
ُ ‫يَْن‬
mereka (+3 wanita) menolong
‫ص ْر َن‬
ُ ‫تَْن‬
kalian (+3 wanita) menolong
- Fi’il Mudhâri’ manapun di atas yang bertemu Nûn Taukîd (nun untuk penegasan),
baik yang ringan (dengan sukun: ‫ )َ ْن‬maupun yang berat (dengan tasydid: ‫)َ َّن‬, maka
ia termasuk Mabni (Mabni Fathah). Contoh:

‫صَر ْن‬
ُ ‫يَْن‬
Sungguh ia (laki-laki) menolong
‫صَر َّن‬
ُ ‫يَْن‬

31
Sungguh ia (laki-laki) benar-benar menolong
4. Macam-macam Bentuk I’rab
Sebelumnya telah dikenalkan mengenai macam-macam I’rab, yakni ada empat:
Rafa’, Nashab, Jarr, dan Jazm. Berikutnya adalah pengenalan macam-macam bentuk
I’rab. Yaitu ada tiga bentuk: I’rab Zhahir, I’rab Muqaddar, dan I’rab Mahalli. Di bawah ini
rincian untuk masing-masingnya:
a. I’rab Zhahir
 I’rab Zhahir adalah bentuk I’rab yang ditandai dengan harokat akhir yang tampak
jelas di akhir kata.
 Ciri-ciri: Terjadi atas Isim Mu’rab atau Fi’il Mu’rab yang tidak berakhiran huruf ‘illat
yang dalam kondisi mati.

‫ش إِلَى الْ َم ْعَرَك ِة‬


ُ ‫ب الْ َجْي‬
ُ ‫يَ ْذ َه‬
Pasukan tersebut pergi ke medan pertempuran
Bentuk I’rab pada kata yadzhab[u], al-jaysy[u], dan al-ma’rakat[i] adalah I’rab Zhahir,
karena ditandai dengan harokat yang tampak jelas di akhir. Yaitu dhammah pada
kata pertama dan ke-dua, dan kasrah pada kata ke-tiga.
b. I’rab Muqaddar
 I’rab Muqaddar adalah bentuk I’rab yang ditandai dengan harakat akhir yang bersifat
imajiner. Yakni harakat yang hanya ada di angan-angan namun tidak tampak secara
lahiriah.
 Ciri-ciri: Terjadi atas Isim Mu’rab atau Fi’il Mu’rab yang berakhiran huruf ‘illat yang
dalam kondisi mati (kebalikan dari I’rab Zhahir)

‫يَْت لُ ْو الْ َفتَى الْ ُق ْرآ َن أ ََم َام الْ ُمَربِّ ْي‬
Pemuda itu membaca al-Qur`an di hadapan sang pengasuh
Bentuk I’rab pada kata yatlû[], al-fatâ[], dan al-murabbî[] adalah I’rab Muqaddar,
karena tidak ditandai dengan harakat yang tampak jelas di akhir. Ketiga kata
tersebut berharakat, akan tetapi tidak tampak secara lahiriah. Yaitu dhammah pada
kata pertama dan ke-dua, dan kasrah pada kata ke-tiga. Karena tidak tampak, maka
dhammah di situ disebut dengan Dhammah Muqaddarah, demikian pula
kasrahnya disebut Kasrah Muqaddarah. Perkara dari mana dapat diketahui harakat
yang tidak tampak itu, maka akan dibahas pada langkah berikutnya.
c. I’rab Mahalli
 I’rab Mahalli adalah bentuk I’rab yang tidak ditandai dengan tanda I’rab apapun,
karena yang menempati posisi I’rab-nya berupa lafazh mabni atau susunan kalimat
tertentu (bukan satuan kata).

32
 Ciri-ciri: Terjadi atas Isim Mabni atau Kalimat yang menempati suatu posisi I’rab
tertentu.

‫ُه َو يَْت لُو الْ ُق ْرآ َن‬


Dia sedang membaca al-Qur`an
Bentuk I’rab yang terjadi pada lafazh huwa di situ adalah bentuk I’rab Mahalli, yakni
karena posisi I’rab yang sedang ditempati oleh lafazh tersebut adalah posisi I’rab
rafa’ sedangkan yang menempatinya adalah lafazh Mabni, sehingga ia tidak
ditandai dengan tanda I’rab yang semestinya, yaitu dhammah. Melainkan tetap
dengan harakatnya, sebagai lafazh Mabni. Tepatnya Mabni Fathah.
Kalaulah yang menempatinya adalah lafazh Mu’rab, misalnya:
‫َعلِ ٌّي يَْت لُو الْ ُق ْرآ َن‬
‘Ali sedang membaca al-Qur`an

‫الْ َفتَى يَْت لُو الْ ُق ْرآ َن‬


Pemuda tersebut sedang membaca al-Qur`an

Maka ia akan ditandai dengan tanda I’rab dhammah. Bedanya, pada lafazh ‘Ali
berupa dhammah zhahirah (I’rab Zhahir) karena tidak berakhiran huruf ‘illat yang
mati, sedangkan pada lafazh al-fatâ berupa dhammah muqaddarah (I’rab
Muqaddar) karena berakhiran huruf ‘illat yang mati (huruf alif).
Begitulah perbandingan antara tiga bentuk I’rab di atas. Adapun terkait apa saja
macam-macam posisi I’rab dalam kalimat akan dibahas di langkah berikutnya. in
syâ`allâh

LATIHAN
1. Tentukan Isim, Fi’il, dan Harf pada paragraf berikut ini! Dengan disertai rincian:
- Apabila Isim, sebutkan Mudzakkar atau Mu`annats!
- Apabila Fi’il, sebutkan Madhin, Mudhari’, atau Amar!

ُ‫الْ َمْب َدأ‬


‫َّاس َج ِمْيعاً ُه َو الْ ِف ْك ُر‬
ِ ‫اص ِط ََل ِح الن‬ ِ ِ ِِ ِ ِ
ْ ‫الْ َمْب َدأُ في اللُّغَة َم‬
ْ ‫ َوفي‬. ً‫ص َدٌر مْيم ٌّي م ْن بَ َدأَ يَْب َدأُ بَ ْدءاً َوَمْب َدأ‬

ِّ ‫ َمْب َدئِ ْي ُه َو‬: ‫ص‬


ِ ‫ وي ْق‬، ‫الص ْد ُق‬
‫ إِ َّن‬: ‫ص ُد أَ ْن يَ ُق ْوَل‬ ِ ِ ِ ‫ْاأل‬
ََ ُ ‫َّخ‬ْ ‫ فَيَ ُق ْو ُل الش‬. ‫َساس ُّي الَّذي تُْب نَى َعلَْيه أَفْ َك ٌار‬
َ
ِ ‫ وي ْق‬، ‫الوفَاء‬ ِ ِ َ ‫ص‬ ِّ ‫صُّرفَاتِ ْي ُه َو‬ ِ ِ ِ
‫ص ُد‬ َ َ ُ َّ ‫ إ َّن َمْب َدئ ْي ُه َو‬: ‫آخ ُر‬ ٌ ‫الص ْد ُق ؛ َويَ ُق ْو ُل َش ْخ‬ َ َ‫اس الَّذي أُقْي ُم َعلَْيه ت‬
َ ‫َس‬
َ ‫ْاأل‬
‫َّاس أَطْلَ ُق ْوا َعلَى أَفْ َكا ٍر‬ َّ ‫ إَِلَّ أ‬. ‫ َوَه َك َذا‬، ‫اس الَّ ِذي يُِقْي ُم َعلَْي ِه ُم َع َام ََلتِِه‬
َ ‫َن الن‬ ُ ‫َس‬
َ ‫الوفَاءَ ُه َو ْاأل‬ َّ ‫ك أ‬
َّ ‫َن‬ ِ
َ ‫ِم ْن َذل‬

33
‫ئ ‪ ،‬علَى ْاعتِبا ٍر أنَّها أَفْ َكار أَس ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍِ ِ‬
‫اسيَّةٌ ‪،‬‬ ‫ٌ َ‬ ‫َ َ‬ ‫ُخَرى فَ ْرعيَّةً أيضاً بِأَنَّها َمبَاد ُ َ‬
‫فَ ْرعيَّة يُ ْمك ُن أَ ْن تُْب نَى َعلَْي َها أَفْ َك ٌار أ ْ‬
‫َّع ُاو ِن ‪ :‬إِنَّهُ َمْب َدأٌ ‪َ ،‬وَه َك َذا‪َ ..‬وِم ْن ُهنَا‬ ‫ِ‬
‫الص ْد ُق َمْب َدأٌ ‪َ ،‬وقَالُْوا ‪ُ :‬ح ْس ُن الْج َوا ِر َمْب َدأٌ ‪َ ،‬وقَالُْوا َعن الت َ‬
‫فَ َقالُْوا ‪ِّ :‬‬

‫ئ الْ َقانُ ْو ِن ‪َ ،‬وَمبَ ِاد ُ‬


‫ئ ِاَل ْجتِ َم ِاع‪َ ..‬وَه َك َذا ‪َ ،‬وأ ََر ُاد ْوا‬ ‫ص ِاد ‪َ ،‬وَمبَ ِاد ُ‬ ‫ئ ْاألَخ ََل ِق ‪ ،‬ومب ِاد ُ ِ ِ‬
‫ئ اَلقْت َ‬ ‫َ ََ‬
‫ِ‬
‫قَالُْوا ‪َ :‬مبَاد ُ ْ‬
‫ص ِاد تُْب نَى َعلَْي َها أَفْ َك ٌار ُمْنبَثِ َقةٌ َعْن َها ‪َ ،‬وأَفْ َكاراً ُم َعيَّ نَةً ِمن الْ َقانُ ْو ِن تُْب نَى َعلَْي َها أَفْ َك ٌار‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫أَفْ َكاراً ُم َعيَّ نَةً من اَلقْت َ‬

‫ص ِاديَّةٌ َوَمبَ ِاد ُ‬


‫ئ قَانُ ْونِيَّةٌ ‪َ ،‬وَه َك َذا ‪.‬‬ ‫مْنبثِ َقةٌ عْن ها ‪ ،‬قَالُوا عْن ها إِنَّها مب ِاد ُ ِ‬
‫ئ اقْت َ‬ ‫َ َ َ ََ‬ ‫َُ َ َ‬
‫اسي ‪ ،‬وه ِذهِ‬
‫َن الْمب َدأَ فِ ْكر أ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ت َمبَ ِاد َ‬ ‫والْح ِقي َقةُ أ َّ ِ ِ‬
‫َس ٌّ َ َ‬‫ٌ َ‬ ‫ئ ‪َ ،‬وإِنَّ َما ه َي قَ َواع ُد أ َْو أَفْ َك ٌار ‪ ،‬أل َّ َ ْ‬ ‫َن َهذه لَْي َس ْ‬ ‫َ َْ‬
‫اسيَّةً بل أَفْ َكاراً فَر ِعيَّةً ‪َ ،‬كونُها تُب نَى علَي ها أَفْ َكار َلَ يجعلُها أَفْ َكاراً أَس ِ‬
‫اسيَّةً ُمطْلَقاً ‪ ،‬بَ ْل‬ ‫لَيست أَفْ َكاراً أ ِ‬
‫َ‬ ‫ٌ َ َْ َ‬ ‫ْ َ ْ َ َْ‬ ‫ْ‬ ‫َس َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َْ ْ‬
‫تَب َقى أَفْ َكاراً فَر ِعيَّةً ولَو بنِيت علَي ها أَفْ َكار ‪ ،‬أَو انْبثَ َقت عْن ها أَفْ َكار ‪ ،‬ما دامت ِهي لَيست أَس ِ‬
‫اسيَّةً ‪،‬‬ ‫ٌ َ ََ ْ َ َْ ْ َ‬ ‫َ ْ ََ‬ ‫ٌ‬ ‫ْ َ ْ َُ ْ َ ْ َ‬ ‫ْ‬
‫اسي ‪( .‬الْ ِف ْكر ِْ‬
‫اإل ْس ََل ِم ُّي)‬ ‫وإِنَّما مْنبثِ َقةٌ عن أَفْ َكا ٍر أُخرى ‪ ،‬أَو مْنبثِ َقةٌ ج ِمي عها عن فِ ْك ٍر أَس ِ‬
‫ْ ُ َ َ ْ َُ َ ْ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬ ‫َ َ َُ َْ‬
‫‪2. Tentukan mana saja: Isim Mabni – Isim Mu’rab, Fi’il Mabni – Fi’il Mu’rab, dan Harf ‘Amil‬‬
‫!‪– Harf Ghair ‘Amil, dalam sejumlah paragraf di bawah ini‬‬

‫اسيَّةً ‪ِ ،‬ألَنَّ َها َمأْ ُخ ْوذَةٌ َع ْن فِ ْك ٍر‬


‫الص ْد ُق والْوفَاء والتَّعاو ُن و َغي رها ‪ ،‬أَفْ َكار فَر ِعيَّةٌ ولَيست أَس ِ‬
‫ٌ ْ ََْ ْ َ‬ ‫فَ ِّ َ َ ُ َ َ ُ َ ْ ُ َ‬
‫آن ِعْن َد‬
‫اس ‪ ،‬فَهو ح ْكم َشر ِعي مأْخوذٌ ِمن الْ ُقر ِ‬ ‫ِ‬ ‫اس ‪ِ ،‬أل َّ‬ ‫اسي ‪ ،‬ولَيس ِ‬
‫أَس ِ‬
‫ْ‬ ‫َس ٍ ُ َ ُ ٌ ْ ٌّ َ ُ ْ‬ ‫الص ْد َق فَ ْرعٌ أل َ‬
‫َن ِّ‬ ‫َس َ‬
‫ت ه َي ْاأل َ‬
‫ََْ ْ‬ ‫َ‬
‫ُس َمالِ ِّي ِعْن َد َغْي ِر الْ ُم ْسلِ ِمْي َن ‪.‬‬ ‫الْ ُم ْسلِ ِمْي َن ‪َ ،‬و ِص َفةٌ َج ِمْي لَةٌ نَافِ َعةٌ َمأْ ُخ ْوذَةٌ َعن الْ ِف ْك ِر َّ‬
‫الرأ ُ‬
‫اسياً تَْنبثِق عْنه أَفْ َكار ‪ .‬والْ ِف ْكر ْاألَس ِ‬
‫اس ُّي‬ ‫وعلَى ه َذا ََل يس َّمى الْ ِف ْكر مب َدأً إَِلَّ إِ َذا َكا َن فِ ْكرا أ ِ‬
‫َس ّ َ ُ َ ُ ٌ َ ُ َ‬ ‫ً َ‬ ‫ُ َْ‬ ‫َُ‬ ‫ََ َ‬
‫ص ْوٌر فِي الْ ِف ْكَرةِ الْ ُكلِّيَ ِة َعن الْ َك ْو ِن‬ ‫هو الَّ ِذي ََل ي وج ُد قب ْله فِ ْكر مطْلَقاً ‪ .‬وه َذا الْ ِف ْكر ْاأل ِ‬
‫َساس ُّي َم ْح ُ‬
‫ُ َ‬ ‫ََ‬ ‫ُْ َ َ َ ٌ ُ‬ ‫َُ‬
‫اس فِي الْ َحيَاةِ ‪ .‬فَ ِْ‬
‫اإلنْ َسا ُن‬ ‫َس ُ‬
‫ِ‬
‫َن َه َذا الْف ْكَر ُه َو ا ْأل َ‬
‫ان والْحياةِ ‪ ،‬وََل ي وج ُد َغي رها فِ ْكر أَس ِ‬
‫اس ٌّي ‪ِ ،‬أل َّ‬ ‫اإلنْ َس َ َ َ َ ُ ْ َ ْ ُ َ ٌ َ‬
‫و ِْ ِ‬
‫َ‬
‫إِذَا نَظََر لِنَ ْف ِس ِه َو َج َد أَنَّهُ إِنْ َسا ٌن يَ ْحيَا فِي الْ َك ْو ِن ‪ ،‬فَ َما لَ ْم يُ ْو َج ْد ِعْن َدهُ فِ ْكٌر َع ْن نَ ْف ِس ِه َو َعن الْ َحيَاةِ َو َعن‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َساساً ل َحيَاتِِه ‪َ .‬ول َذل َ‬
‫ك تَْب َقى‬ ‫ِ‬
‫اد ‪ََ ،‬ل يُ ْمك ُن أَ ْن يُ ْعطَى ف ْكراً يَ ْ‬
‫صلُ ُح أ َ‬ ‫اإليْ َج ُ‬ ‫الْ َك ْو ِن ِم ْن َحْي ُ‬
‫ث الْ ُو ُج ْو ُد َو ِْ‬

‫‪34‬‬
‫اس ‪ ،‬مائِعةً ‪ ،‬متَ لَِّونَةً ‪ ،‬متَ نَ ِّقلَةً ‪ ،‬ما لَم ي وج ْد ه َذا الْ ِف ْكر ْاأل ِ‬ ‫ِ‬
‫َي َما لَ ْم‬
‫َساس ُّي ‪ ،‬أ ْ‬
‫ُ َ‬ ‫َ ْ ُْ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫َس ٍ َ َ ُ‬ ‫َحيَاتُهُ َسائَرةً ُد ْو َن أ َ‬
‫تُوج ْد ِ‬
‫الف ْكَرةُ الْ ُكلِّيَّةُ َع ْن نَ ْف ِس ِه َو َع ِن الْ َحيَاةِ َو َعن الْ َك ْو ِن ‪.‬‬ ‫َْ‬

‫اس ُّي ‪َ ،‬وِه َي الْ َع ِقْي َدةُ ‪.‬‬


‫ان والْحياةِ ِهي الْ ِف ْكر ْاألَس ِ‬
‫اإلنْ َس َ َ َ َ ُ َ‬
‫وِمن هنَا َكانَت الْ ِف ْكرةُ الْ ُكلِّيَّةُ عن الْ َكو ِن و ِْ ِ‬
‫ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ ُ‬

‫ت ِه َي فِ ْكراً‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫إَِلَّ أ َّ ِ ِ ِ‬


‫َن َهذه الْ َعقْي َدةَ ََل يُ ْمك ُن أَ ْن تَْنبَث َق َعْن َها أَفْ َك ٌار ‪َ ،‬وََل أَ ْن تُْب نَى َعلَْي َها أَفْ َك ٌار ‪ ،‬إَِلَّ إِذَا َكانَ ْ‬

‫ت تَ ْسلِْيماً َوتَلَقِّياً ‪ ،‬فَ ََل تَ ُك ْو ُن فِ ْكراً ‪َ ،‬وََل تُ َس َّمى فِ ْكَرًة ُكلِّيَةً‬ ‫ٍ ِ‬ ‫‪ ،‬أَي َكانَ ِ‬
‫ت نَتْي َجةَ بَ ْحث َع ْقلي ‪ .‬أ ََّما إِ َذا َكانَ ْ‬
‫ْ ْ‬
‫صل إلَْي َها ِْ‬ ‫ِّ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫‪ ،‬وإِ ْن َكا َن ي ِ‬
‫اإلنْ َسا ُن‬ ‫ك َكا َن ََل بُ َّد أَ ْن تَ ُك ْو َن الْف ْكَرةُ الْ ُكليَّةُ قَ ْد تَ َو َّ َ‬
‫ص ُّح أَ ْن تُ َس َّمى َعقْي َدةً ‪َ .‬ول َذل َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ث َع ْقلِي ‪ ،‬فَتَ ُك ْو ُن ِحْي نَئِ ٍذ َع ِقْي َد ًة َع ْقلِيَّةً ‪َ ،‬و ِحْي نَئِ ٍذ تَْنبَثِ ُق َعْن َها‬
‫عن طَ ِري ِق الْع ْق ِل ‪ ،‬أَي أَ ْن تَ ُكو َن نَتِيجةَ بح ٍ‬
‫ْ َْ َْ‬ ‫ْ‬ ‫َْ ْ َ‬
‫أَفْ َك ٌار َوتُْب نَى َعلَْي َها أَفْ َك ٌار ‪.‬‬

‫ات لِم َشاكِ ِل الْحياةِ ‪ ،‬أَي ِهي ْاألَح َكام الَّتِي تُنَظِّم لِ ِْْلنْس ِ‬
‫ان ُش ُؤْو َن‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫ُ َ‬ ‫ْ َ ْ ُ‬ ‫ََ‬ ‫َوَهذه ْاألَفْ َك ُار ه َي ُم َعالَ َج ٌ َ‬
‫َح َك ٌام تُ َعالِ ُج َم َشاكِ َل الْ َحيَاةِ فَ َق ْد ُوِج َد‬
‫ت َعْن َها أ ْ‬
‫ِ‬ ‫ِِ ِ‬
‫ت َهذه الْ َعقْي َدةُ الْ َع ْقليَّةُ َوانْبَثَ َق ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الْ َحيَاة ‪َ .‬وَمتَى ُوج َد ْ‬
‫ِ‬ ‫ف الْ َمْب َدأُ بِأَنَّهُ َع ِقْي َدةٌ َع ْقلِيَّةٌ يَْنبَثِ ُق َعْن َها نِظَ ٌام ‪َ .‬وِم ْن ُهنَا َكا َن ِْ‬ ‫ِِ‬
‫اإل ْس ََل ُم َمْب َدأً ألَنَّهُ‬ ‫الْ َمْب َدأُ ‪َ .‬ول َذل َ‬
‫ك عُِّر َ‬

‫َح َك ُام الش َّْر ِعيَّةُ ‪ِ ،‬ألَنَّ َها تُ َعالِ ُج َم َشاكِ َل الْ َحيَاةِ ؛ َوَكانَت‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫َعقْي َدةٌ َع ْقليَّةٌ يَْنبَث ُق َعْن َها نظَ ٌام ‪َ ،‬وُه َو ْاأل ْ‬
‫الشُّيُ ْو ِعيَّةُ َمْب َدأً ِألَنَّ َها َع ِقْي َدةٌ َع ْقلِيَّةٌ يَْنبَثِ ُق َعْن َها نِظَ ٌام ُه َو ْاألَفْ َك ُار الَّتِي تُ َعالِ ُج َم َشاكِ َل الْ َحيَاةِ ‪َ ،‬وَكانَت‬

‫الرأْ ُس َمالِيَّةُ َمْب َدأً ِألَنَّ َها َع ِقْي َدةٌ َع ْقلِيَّةٌ تُْب نَى َعلَْي َها أَفْ َك ٌار تُ َعالِ ُج َم َشاكِل الْ َحيَاةِ ‪( .‬الْ ِف ْكر ِْ‬
‫اإل ْس ََل ِم ُّي ص‪:‬‬ ‫َّ‬
‫ُ‬ ‫َ‬
‫‪)9-8‬‬

‫‪3. Tentukan mana bentuk I’rab Zhâhir, Muqaddar, dan Mahalli pada lafazh-lafazh dalam‬‬
‫!‪paragraf berikut ini‬‬

‫‪35‬‬
‫ت َمْب َدأً ‪َ ،‬وََل الْ َوطَنِيَّةَ َمْب َدأً ‪َ ،‬وََل النَّا ِزيَّةَ َمْب َدأً ‪َ ،‬وََل الْ ُو ُج ْوِديَّةَ‬ ‫وِمن هنَا أَيضاً ي تَب يَّن أ َّ ِ‬
‫َن الْ َق ْوميَّةَ لَْي َس ْ‬ ‫َ ْ ُ ْ ََ ُ‬
‫َي أَفْ َكا ٍر‬ ‫ت َع ِقْي َدةً َع ْقلِيَّةً ‪َ ،‬وََل يَْنبَثِ ُق َعْن َها أ ُّ‬
‫َي نِظَ ٍام ‪َ ،‬وََل تُْب نَى َعلَْي َها أ ُّ‬ ‫ِ ٍِ‬ ‫َمْب َدأً ‪ِ ،‬أل َّ‬
‫َن ُك َّل َواح َدة مْن َها لَْي َس ْ‬
‫تُ َعالِ ُج َم َشاكِ َل الْ َحيَاةِ ‪.‬‬

‫ص َل إِلَْي َها َع ْن طَ ِريْ ِق الْ َع ْق ِل َويَْنبَثِ ُق َعْن َها نِظَ ٌام يُ َعالِ ُج‬
‫ت َع ِقْي َدتُ َها َع ْقلِيةً قَ ْد تُ ُو ِّ‬
‫أ ََّما ْاأل َْديَا ُن فَِإ ْن َكانَ ْ‬
‫ت َع ِقْي َدتُ َها‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ف الْ َمْب َدأ ‪َ .‬وإِ ْن َكانَ ْ‬
‫َم َشاك َل الْ َحيَاة ‪ ،‬أ َْو تُْب نَى َعلَْي َها أَفْ َك ٌار ‪ ،‬فَ ِه َي َمْب َدأٌ يَْنطَبِ ُق َعلَْي َها تَ ْع ِريْ ُ‬
‫لَيست ع ْقلِيَّةً ‪ ،‬بِأَ ْن َكانَت ع ِقي َدةً ِوج َدانِيَّةً لُقِّنَت تَ ْل ِقيناً وطُلِب التَّسلِيم بِها دو َن بح ِ‬
‫ث الْ َع ْق ِل ‪َ ،‬وَكا َن ََل‬ ‫ْ ْ َ َ ْ ْ ُ َ ُْ َ ْ‬ ‫ْ َْ ْ‬ ‫َْ ْ َ‬
‫ت َمْب َدأً ‪ِ ،‬أل َّ‬
‫َن‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫َعْن َها نظَ ٌام ‪َ ،‬وََل تُْب نَى َعلَْي َها أَفْ َك ٌار ‪ ،‬فَ ُك ُّل ْاأل َْديَان الَّتي م ْن َه َذا الن َّْوِع لَْي َس ْ‬ ‫يَْنبَثِ ُق‬

‫ت َع ْقلِيَّةً َوََل تَْنبَثِ ُق َعْن َها أَنْ ِظ َمةٌ لِْل َحيَاةِ ‪( .‬الْ ِف ْكر ِْ‬
‫اإل ْس ََل ِم ُّي)‬ ‫ِ‬
‫َعقْي َدتَ َها لَْي َس ْ‬
‫ُ‬

‫‪‬‬

‫‪36‬‬
1
PEMBAGIAN KATA ARAB BESERTA CIRI-CIRINYA

ُ‫ُ ا ا ا‬
Berawalan Alif-Lâm Ta’rîf : ‫جاهدة‬ ‫الم‬
‫ُا ا ا‬
Berakhiran Tanwîn : ‫ُماهدة‬
ISIM
‫ُ ا ا ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا ا‬
Didahului Harf Jarr
‫جاهدة‬ ‫ بِم‬: ‫ ِم ْن‬، ‫ ِلـ‬، ‫ كـ‬، ‫ بِـ‬، ‫ ِِف‬، ‫ الَع‬، ‫ ع ْن‬، ‫إَِل‬
Disusul Isim berakhiran harakat Kasrah/Kasratain
ْ‫ُا ا ا ُ ا‬ ْ َّ ُ ‫ُ ا ا ا‬
‫ ُماهدة نفس‬/ ‫انلف ِس‬ ‫ُماهدة‬

Berakhiran harakat Sukun


ْ ُْ ‫ا ا‬
: ‫ َل تكتب‬، ‫اكتب‬
ْ ُْ ُ

ْ ‫ا ُْ ُ ا‬ ‫ ت ( أا انيْ ا‬، ‫ ي‬، ‫ ن‬، ‫أ‬


Berawalan Huruf Mudhâra’ah
KATA ARAB
ُ ُ‫كت‬
‫ب‬ ‫ ن‬، ‫ أكتب‬: )‫ت‬
FI’IL
ُ ْ‫ اكتاب‬، ‫ اكتابْت‬:
Berakhiran Tâ` Fâ’il
ُ ‫ا‬
‫ت‬ ِ ‫ ت‬، ‫ ِت‬، ‫ت‬

ْ ‫ اكتابا‬: ْ
Berakhiran Tâ` Ta`nîts
‫ت‬ ‫ت‬

HARF Tidak memiliki ciri khas tertentu (diketahui dengan hafalan)

2
PEMBAGIAN ISIM

: ‫كتاب‬
‫ا‬
Mufrad ِ
ْ‫ا ا‬ ‫ا ا‬ : ‫كتب‬
ُُ
Dari segi Jumlah Mutsannâ :‫ي‬
ِ ‫ ِكتاب‬/‫ان‬
ِ ‫ِكتاب‬ Taksîr

Jamak Mudzakkar Sâlim


‫ْا‬ ‫ا ُ ْ ا ا‬
: ‫حافِ ِظي‬/‫حافِظون‬
‫ا ا‬
ُ‫ُا ا‬ ‫ا‬ Mu`annats Sâlim : ‫حافِظات‬
Mudzakkar : ‫ أسامة‬، ‫كتاب‬ ِ
Dari segi Gender
ُ ‫اْا‬ ُ
Mu`annats : ‫ زينب‬، ‫ك ارة‬

ُ ‫ْ ا‬
: ‫كتاب‬
Ma’rifah ِ ‫ال‬
ISIM Dari segi Kejelasan
: ‫كتاب‬
‫ا‬
Nakirah ِ

ُ ‫ْ ا‬
: ‫كتاب‬
Shahîh ِ ‫ال‬
‫ا‬ ُْ
Dari segi Huruf Akhir Maqshûr ( ‫ى‬/‫ ) ـا‬: ‫ابلل‬
ِ ، ‫ادلنياا‬
ْ )
Manqûsh ( ‫ـي‬ ْ ِ ‫الو‬
: ‫اع‬
‫ا‬

‫ٰ ا‬
: ‫ هذا‬، ‫اَّلي‬
ْ َّ ‫ُا‬
Mabni ِ ، ‫هو‬
Dari segi I’rab
ُ ‫ْ ا‬
: ‫كتاب‬
Mu’rab ِ ‫ال‬

3
PEMBAGIAN FI’IL DAN HARF

Mâdhin
‫اا ا‬
: ‫كتب‬

Dari segi Waktu Mudhâri’


ُ ُْ ‫ا‬
: ‫يكتب‬

Amar
ْ ُْ ُ
: ‫اكتب‬

Ma’lûm
‫اا ا‬
: ‫كتب‬
Dari segi ada-tidaknya Subjek
Majhûl
‫ُ ا‬
: ‫ك ِتب‬

‫ا ا‬
Lâzim : ‫مش‬
‫اا ا‬
FI’IL Dari segi ada-tidaknya Objek
Muta’addî : ‫كتب‬

Shahîh
‫اا ا‬
: ‫كتب‬
Dari segi Huruf ‘Illat ‫ا ا‬
Mu’tall : ‫قال‬

Mabni
‫اا ا‬
: ‫كتب‬
ُ ُْ ‫ا‬
Dari segi I’rab
Mu’rab : ‫يكتب‬

Mabânî :‫ت‬،‫ب‬،‫ا‬
‫ا‬ ‫ا‬
‫ ع ْن‬، ‫ بِـ‬، ‫إَِل‬
Dari segi ada-tidaknya Makna
Ma’ânî :

ْ‫ا ْ ْ ا‬
HARF
‘Âmil : ‫ أن‬، ‫ لم‬، ‫عن‬
Dari segi ‘Amal ‫ا ْ ا َّ ا ا‬
Ghair ‘Âmil : ‫ أَل‬، ‫ أما‬، ‫لو‬

4
MACAM-MACAM BINA` DAN I’RAB DAN TANDA I’RAB DASAR

Mabni Dhammah
ُْ‫ا ا‬
: ‫ َضبوا‬، ‫َنن‬
ُ ْ‫ا‬

Mabni Fathah
‫ا‬ ‫اْ ا‬
: ‫ كـ‬، ‫ أنت‬، ‫ذلِك‬
‫ٰ ا‬
Isim Mabni, Fi’il
Binâ`
ْ‫ا‬
: ‫ بِـ‬، ‫ت‬
ِ ‫ أن‬، ‫ِلـ‬
Mabni, dan Harf
Mabni Kasrah
ْ َّ ‫اا‬ ‫اا‬
Mabni Sukun : ‫اَّلي‬
ِ ، ‫ لَع‬، ‫أنا‬

KATA ARAB
Rafa’ Dhammah
ُ‫ْا ا‬
: ‫القلم‬
‫َّ ْ ا ا‬
Isim Mu’rab Nashab Fathah : ... ‫ِإن القل ام‬
‫ْا ا‬
Jarr Kasrah : ‫بِالقل ِم‬

I’râb

Rafa’ Dhammah
ُ ُ ْ‫ا‬
: ‫ينص‬

Fi’il Mu’rab Nashab Fathah


‫اْ اْ ُ ا‬
: ‫أن ينص‬

Jazm Sukun
ْ ُ ْ‫اْ ا‬
: ‫لم ينص‬

5
PEMBAGIAN KATA BERDASARKAN MABNI-MU’RAB

Isim Dhamir
ْ ُ ‫ُ ا‬
: ‫ هم‬، ‫ هما‬، ‫هو‬
‫ُا‬
‫ْ ا‬ ‫ا‬
Isim Isyarah : ‫ تِلك‬، ِ‫هذه‬
ِ ، ‫هذا‬
Isim Maushul
‫َّ ْ ا‬
: ‫اَّلين‬
َّ َّ
ِ ، ‫ ال ِِت‬، ‫اَّلي‬
ِ
Isim
Isim Istifham
‫ا ْ ا ا اْ ا‬
: ‫ أين‬، ‫ مَت‬، ‫من‬
ْ ‫ا َّ ا َّ ا‬
Isim Fi’il : ‫ صه‬، ‫ هيا‬، ‫َح‬

Isim Syarath
‫ا ا ْ ا ُْا‬
: ‫ حيثما‬، ‫ من‬، ‫ِإذا‬

Fi’il Madhin
‫اا ا‬
: ‫كتب‬
ْ ُْ ُ
Mabni
Fi’il Amr : ‫اكتب‬
Fi’il
Fi’il Mudhari’ +Nun Niswah : ‫ تكتْب‬، ‫يكتْب‬
‫ا ُْْا‬ ‫ا ُْْا‬

Fi’il Mudhari’ +Nun Taukîd


َّ ‫ا ْ ُ ا‬
: ‫ يكتْب‬/ ‫يكتْب‬
ْ‫ا ُْا‬
KATA ARAB
Harf Semua Harf

ْ ‫ا‬ ْ‫ا‬
Isim Semua Isim selain Isim Mabni di atas : ‫ ط ِريق‬، ‫عي‬
Mu’rab
‫اْ اُ اْ اا‬
: ‫ان‬
Fi’il Fi’il Mudhari ( –Nun Niswah ) ِ ‫ تسمع‬، ‫يسمع‬

You might also like