You are on page 1of 9

WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE

Volume 2, Issue 2, Agustus 2020, p. 283 – 291


ISSN 2655-9951 (print), ISSN 2656-0062
0062 (online)

Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif


Jihan Francisca Raj1*), Yetty Dwi Fara2, Ade Tyas Mayasari3, Abdullah4
1,2,3,4
Universitas Aisyah Pringsewu

Email: jfranciscarajj@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRACT

The world’s percentage of Exclusive Breastfeeding


reastfeeding (EB) is still low. As
in national scope the coverage of infants which was exclusive
Keyword: breastfeeding as much as 68.74 percent in 2018. Data coverage of
Pendidikan exclusive breastfeeding in Lampung Province in 2018, is also still
Adat Budaya below the national exclusive breastfeeding coverage that is 61.63%.
Petugas Kesehatan While the coverage of exclusive breastfeeding in TanggamusDistrict
Tangga is
ASI Eksklusif
still lower when compared to the coverage of exclusive breastfeeding in
Lampung Province, which only reaches 53.2 percent. percent Exclusive
breastfeeding can be influenced by several factors, including education,
*) corresponding author cultural customs, and the role of healthealth providers. The purpose of this
study was to determine the factors affecting exclusive breastfeeding in
Mahasiswa Program Studi Kebidanan Puskesmas Pulau Panggung, Tanggamus District in 2020. This type of
Program Sarjana Terapan research is quantitative, the design of this research is analytic
Fakultas Kesehatan Universitas Aisyah observational using cross sectional approach, and the population was
Pringsewu mothers who have babies between 7-12 12 months who visit at Puskesmas
Jl. A. Yani No. 1A Tambahrejo Kecamatan Pulau Panggung, with a total sample of 106 respondents. The analysis
Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Lampung used univariate and bivariate using the test chi-square. square. The results
35372 Telp: (0729) 333343 obtained by the mother who did not give exclusive breastfeeding
breastfee as
many as 57 people (53.8 percent), ), the level of maternal education in the
low category was 67 people (63.2 percent). ). Most respondents have
good cultural customs, namely 58 people (54.7 percent ercent). Most health
providers support exclusive breastfeeding, ing, as many as 65 people (61.3
percent).). There is a relationship between the level of education, cultural
customs and the role of health providers toward exclusive breastfeeding
in Puskesmas Pulau Panggung Tanggamus District, 2020. It is expected
that health providers educate mothers about the benefits of exclusive
breastfeeding.

This is an open access article under the CC–


–BY-SA license.

PENDAHULUAN
Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi akan datang
yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak. Upaya
pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah

https://wellness.journalpress.id/wellness Email: wellness.buletin@gmail.com


Wellness and Healthy Magazine, 2(2), Agustus 2020, – 284
Jihan Francisca Raj; Yetty Dwi Fara; Ade Tyas Mayasari; Abdullah

dilahirkan, dan sampai berusia 18 tahun (Septiani, H., Budi, A., & Karbito, K. 2017). Indikator
kesehatan anak meliputi pelayanan kesehatan neonatal, imunisasi rutin pada anak, pelayanan
kesehatan pada anak sekolah, dan pelayanan kesehatan peduli remaja (Kemenkes RI, 2018).
Masalah gizi pada anak perlu mendapatkan perhatian. Masalah gizi kurang masih tersebar
luas di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi
yang kurang diantaranya Kurang Energi Protein (KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA), Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan Anemia. Masalah gizi sangat berpengaruh terhadap
perkembangan otak dan perilaku, kemampuan bekerja dan produktivitas serta daya tahan terhadap
penyakit infeksi (Sulistyoningsih, 2011., Maesaroh, S., Kristianingsih, A., & Anggraini, H. 2018).
Terkait status gizi balita dan upaya pencegahan serta penanganan masalah gizi yaitu dengan
pemberian ASI eksklusif. Program ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan
sampai enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
(kecuali obat, vitamin, dan mineral) (Kemenkes RI, 2018).
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif di dunia masih rendah. Berdasarkan data dari United
Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 2012 hanya 39% bayi di bawah usia 6 bulan yang
mendapatkan ASI secara eksklusif di seluruh dunia, angka tersebut juga tidak mengalami kenaikan
pada tahun 2015, yaitu hanya 40% cakupan pemberian ASI eksklusif di seluruh dunia. Hal ini
belum sesuai dengan target WHO yaitu pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama sampai
paling sedikit 50%. Secara nasional, berdasarkan data Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kemenkes RI tahun 2018, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2018 yaitu sebesar 68,74%.
Angka tersebut belum mencapai target nasional yaitu sebesar 80% (Kemenkes RI, 2018).
Data cakupan pemberian ASI eksklusif di Provinsi Lampung tahun 2018 berdasarkan data
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI tahun 2018 yaitu sebesar 61,63%. Angka
ini sudah lebih tinggi dibandingkan cakupan pemberian ASI Eksklusif menurut UNICEF yang
hanya mencapai 40% akan tetapi masih dibawah angka cakupan pemberian ASI eksklusif nasional
sebesar 68,74% serta target nasional yaitu sebesar 80% (Kemenkes RI, 2018). Sedangkan cakupan
pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Tanggamus masih lebih rendah jika dibandingkan dengan
cakupan pemberian ASI eksklusif di Provinsi Lampung, yaitu hanya mencapai 53,2 % (Dinas
Kesehatan Prov. Lampung, 2020).
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa pemberian ASI eksklusif masih kurang, padahal
pemberian ASI eksklusif sangat bermanfaat bagi bayi. Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi
risiko kematian pada bayi karena ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dimana
mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan bermanfaat untuk mematikan kuman dalam
jumlah tinggi. ASI juga mengandung enzim tertentu yang berfungsi sebagai zat penyerap yang tidak
akan menganggu enzim lain di usus. Susu formula tidak mengandung enzim tersebut sehingga
penyerapan makanan sepenuhnya bergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi (Kemenkes RI,
2018). Selain itu, jika memberian makanan selain ASI sebelum usia enam bulan, maka akan
memberikan peluang bagi masuknya berbagai jenis kuman, belum lagi jika tidak disajikan secara
higienis.Bayi yang mendapatkan MP-ASI sebelum usia 6 bulan lebih banyak terserang diare,
sembelit, batuk pilek, dan panas dibanding dengan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.
Pemberian ASI eksklusif juga akan melindungi bayi dari obesitas dikemudian hari (Nirwana, 2014).
Melihat berbagai manfaat ASI eksklusif diatas sangat disayangkan jika cakupan pemberian
ASI eksklusif masih rendah. Pemberian ASI eksklusif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain yaitu; faktor pemudah (predisposing factors), yang mencakup pendidikan, pengetahuan,
nilai-nilai adat atau budaya. Faktor pendukung (enabling factor), yang mencakup pendapatan
keluarga, ketersediaan waktu, dan kesehatan ibu. Faktor pendorong (reinforcement factor), faktor-
faktor ini meliputi dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan (Setianingsih, 2014).
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI eksklusif adalah pendidikan.
Pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari pngalaman dan untuk

Wellness and Healthy Magazine ISSN 2655-9951 (print), ISSN 2656-0062 (online)
Wellness and Healthy Magazine, 2(2), Agustus 2020, – 285
Jihan Francisca Raj; Yetty Dwi Fara; Ade Tyas Mayasari; Abdullah

mengorganisasikan pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan.


Kemudian faktor yang mempengaruhi perilaku selanjutnya adalah adat budaya. Adat budaya akan
mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif karena sudah menjadi budaya dalam
keluarganya. Selain itu, dukungan petugas kesehatan akan mempengaruhi ibu dalam memberikan
ASI eksklusif. Dukungan petugas kesehatan kaitannya dengan nasehat kepada ibu untuk
memberikan ASI pada bayinya, menentukan keberlanjutan ibu dalam pemberiann ASI
(Setianingsih, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2013), tentang hubungan faktor pengetahuan, sikap,
pendidikan, sosial budaya, ekonomi keluarga serta peran petugas kesehatan terhadap rendahnya
pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Cot Glie Aceh Besar diperoleh hasil bahwa 53% ibu berada
pada kategori pendidikan dasar sebanyak 51,35% tidak memberikan ASI secara eksklusif, 58%
sosial budaya ibu tidak mendukung praktek pemberian ASI eksklusif dan sebanyak 57,66% tidak
memberikan ASI secara ekslusif, dan 60% ibu mendapat dukungan dari petugas kesehatan
mengenai pemberian ASI eksklusif akan tetapi sebanyak 49,55% ibu teteap tidak memberikan ASI
secara eksklusif. Selain itu diperoleh bahwa faktor pengetahuan, sikap, pendidikan, sosial budaya
dan petugas kesehatan berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Sedangkan faktor ekonomi
keluarga tidak memiliki hubungan dengan rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah tersebut
(Masruroh, N., & Istianah, N. 2019).
Hasil study pendahuluan pada bulan Oktober 2019 di Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten
Tanggamus diperoleh data cakupan pemberian ASI eksklusif yang masih rendah yaitu sebanyak
38,6%. Berdasarkan pre-survey terhadap 10 orang ibu yang memiliki balita 6-12 bulan yang tidak
memberian ASI eksklusif, sebanyak 6 orang (60%) berpendidikan rendah (SD dan SMP), 3 orang
lainnya (30%) berpendidikan menengah (SMA), dan 1 orang berpendidikan tinggi. Kemudian
sebanyak 7 orang (70%) mengatakan bahwa kepercayaan yang biasa dilakukan bahwa untuk
melatih pencernaan maka sejak kecil bayi harus diberi makanan lunak, dan 3 orang lainnya (30%)
percaya bahwa pemberian makanan lunak dilakukan saat usia diatas 6 bulan. Selain itu sebanyak 6
orang (60%) mengatakan belum memperoleh informasi dari petugas kesehatan tentang ASI
eksklusif, dan 4 orang lainnya (40%) sudah pernah terpapar informasi dari petugas kesehatan.
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor Yang
Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif.

METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. dengan
analitik observasional pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17
Maret - 15 April 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi 7-12
bulan berjumlah 143 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 7-12
bulan di Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, sebanyak 106 orang.
Kriteria insklusi sampel dalam penelitian ini adalah Ibu memiliki bayi usia 7-12 bulan, Ibu
dapat membaca dan menulis, Ibu memiliki riwayat persalinan normal. Kriteria ekslusi sampel dalam
penelitian ini adalah Ibu mengalami gangguan kesehatan/ penyakit menular, Ibu mengalami
kelainan payudara, Bayi mengalami komplikasi saat persalinan, Ibu melahirkan dengan Sectio
Caesaria. Teknik sampling yang digunakan adalah quota sampling.
Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, adat budaya dan peran
petugas kesehatan. Variabel dependent, dalam penelitian ini yaitu pemberian ASI Eksklusif.
Pengambilan data dilakukan dengan mengisi kuesioner yang berisi tentang pendidikan, adat budaya,
dukungan petugas kesehatan dan pemberian ASI Eksklusif Analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini, analisis univariat dan bivariat. untuk analisis bivariat pemilihian uji statistik, peneliti
menggunakan uji chi-square.

Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif


Wellness and Healthy Magazine, 2(2), Agustus 2020, – 286
Jihan Francisca Raj; Yetty Dwi Fara; Ade Tyas Mayasari; Abdullah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1
Distribusi Frekuensi responden dalam memberikan ASI eksklusif (N=106)
Variabel Frekuensi Persentase
Pemberian ASI eksklusif
Tidak 57 53,8
Ya 49 46,2
Tingkat Pendidikan
Rendah 67 63,2
Tinggi 39 36,8
Adat Budaya
Tidak Baik 48 45,3
Baik 58 54,7
Peran Petugas Kesehatan
Tidak Mendukung 41 38,7
Mendukung 65 61,3

Berdasarkan tabel 1 maka dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya yaitu sebanyak 57 orang (53,8%), sedangkan responden yang memberikan
ASI eksklusif sebanyak 49 orang (46,2%). Sebagian besar tingkat pendidikan ibu dalam kategori
rendah yaitu sebanyak 67 orang (63,2%), sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan
tinggi sebanyak 39 orang (36,8%). Responden yang memiliki adat budaya yang baik yaitu sebanyak
58 orang (54,7%), sedangkan responden yang memiliki adat budaya yang tidak baik sebanyak 48
orang (45,3%). Petugas kesehatan mendukung pemberian ASI eksklusif yaitu sebanyak 65 orang
(61,3%), sedangkan petugas kesehatan yang tidak mendukung pemberian ASI eksklusif sebanyak
41 orang (38,7%).

Tabel 2
Hubungan Tingkat Pendidikan, adat budaya dan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif (N=106)
Pemberian ASI Eksklusif
Total OR
Variabel Tidak Ya p-palue
(95% CI)
N % N % N %
Tingkat Pendidikan
Rendah 44 65,7 23 34,3 67 100
0.003 3,826
Tinggi 13 33,3 26 66,7 39 100
Adat Budaya
Tidak Baik 36 75,0 12 25,0 48 100
0.001 5,286
Baik 21 36,2 37 63,8 58 100
Peran Petugas Kesehatan
Tidak Mendukung 30 73,2 11 26,8 41 100
0.003 3,838
Mendukung 27 41,5 38 58,5 65 100

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwadari 67 responden yang berpendidikan rendah rendah
dan tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 44 responden (65,7%) sedangkan yang memberikan
ASI eksklusif pada bayinya 23 responden (34,3%). Selain itu juga diperoleh bahwa dari 39
responden yang berpendidikan tinggi dan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya sebanyak
13 responden (33,3%) sedangkan yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya sebanyak 26
responden (66,7%).Hasil uji statistic didapatkan nilai p-value 0,003 (p-value<0,05) dan OR 3,826.

Wellness and Healthy Magazine ISSN 2655-9951 (print), ISSN 2656-0062 (online)
Wellness and Healthy Magazine, 2(2), Agustus 2020, – 287
Jihan Francisca Raj; Yetty Dwi Fara; Ade Tyas Mayasari; Abdullah

Dari 48 responden yang memiliki adat budaya tidak baik dan tidak memberikan ASI eksklusif
pada bayinya sebanyak 36 responden (75,0%), sedangkan yang memberikan ASI eksklusif pada
bayinya 12 responden (25,0%). Selain itu juga diperoleh bahwa dari 58 responden yang memiliki
adat budaya yang baik, dan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya sebanyak 21 responden
(36,2%), sedangkan yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya sebanyak 37 responden (63,8%).
Hasil uji statistic didapatkan nilai p-value 0,000 (p-value<0,05) dan OR = 5,286.
Dari 41 responden yang mengatakan petugas kesehatan tidak mendukung pemberian ASI
Eksklusif dan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya sebanyak 30 responden (73,2%),
sedangkan yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya 11 responden (26,8%). Selain itu juga
diperoleh bahwa dari 65 responden yang mengatakan bahwa petugas kesehatan mendukung
pemberian ASI eksklusif dan tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya sebanyak 27 responden
(41,5%), sedangkan yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya sebanyak 38 responden
(58,5%).Hasil uji statistic didapatkan nilai p-value 0,003 (p-value< (0,05) dan OR= 3,838.

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pemberian ASI eksklusif


Hasil analisa menggunakan chi-square, didapatkan p-value = 0,003, sehingga p-value < α
(0,003 < 0,05) maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan terdapat hubungan tingkat pendidikan
dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus Tahun
2020.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) pendidikan seseorang terkait
dengan kemampuan seseorang untuk mempelajari perilaku yang berhubungan dengan perilaku
sehat. Tetapi atau tidaknya perilaku juga dipengaruhi banyak faktor, tidak hanya pendidikan yang
merupakan faktor predisposisi, tetapi juga factor enbling, dan reinforcing, yang mempunayai kaitan
erat satu dengan yang lain. Dengan pendidikan tinggi seseorang akan cenderung mendapatkan
informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa, sebaliknya tingkat pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Riski Rahmawati Lestari (2018) tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Ekslusif pada Ibu diperoleh hasil penelitian
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan responden dengan pemberian ASI Ekslusif,
hal ini dibuktikan dengan P value (0,002 <0,05). Besarnya estimasi risiko pendidikan responden
dengan pemberian ASI ekslusif dengan RP = 2,00 (95% CI : 1,31-3,04). Dengan ini dapat
disimpulkan bahwa ibu yang memiliki pendidikan tingkat dasar mempunyai peluang 2 kali untuk
tidak menyusui secara ekslusif dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan tingkat lanjut.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pendidikan berhubungan dengan
pemberian ASI eksklusif. Menurut penulis hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan seseorang
mempengaruhi kemampuan dalam memahami informasi yang diberikan. Seseorang dengan
pendidikan yang tinggi akan lebih mudah memahami informasi yang diberikan dan dapat
mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan orang yang memiliki tingkat
pendidikan yang rendah.
Berdasarkan perhitungan juga didapatkan nilai Odds Ratio (OR) = 3,826. Maka dapat
disimpulkan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan rendah memiliki resiko3 kali lebih besar untuk
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi.

Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif


Wellness and Healthy Magazine, 2(2), Agustus 2020, – 288
Jihan Francisca Raj; Yetty Dwi Fara; Ade Tyas Mayasari; Abdullah

Hubungan Adat Budaya Dengan Pemberian ASI Eksklusif


Hasil analisa menggunakan chi-square, didapatkan P-value = 0,000, sehingga P-value < α
(0,000< 0,05) maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan terdapat hubungan adat budaya dengan
pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus Tahun 2020.
Menurut Setianingsih (2014) adat budaya akan mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI
secara eksklusif karena sudah menjadi budaya dalam keluarganya. Salah satu adat budaya yang
masih banyak dilakukan di masyarakat yaitu adat selapanan, dimana bayi diberi sesuap bubur
dengan alasan untuk melatih alat pencernaan bayi.Padahal hal tersebut tidak benar, namun tetap
dilakukan oleh masyarakat karena sudah menjadi adat budaya dalam keluarganya.Disamping itu,
ibu dan keluarga perlu dijelaskan mitos-mitos seputar ASI yang dapat menghambat keberhasilan
menyusui. Terdapat berbagai mitos seputar ASI dan ibu menyusui yang terdapat di masyarakat,
yang sebenarnya merugikan masyarakat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aulia Rahman Putra (2013) tentang hubungan
faktor pengetahuan, sikap, pendidikan, sosial budaya, ekonomi keluarga serta peran petugas
kesehatan terhadap rendahnya pemberian ASI eksklusif diketahui bahwa dari 13 orang responden
yang memberikan ASI eksklusif, 12 orang (10,81%) diantaranya berada pada kategori mendukung
dan hanya 1 orang (0,90%) yang berada pada kategori tidak mendukung. Sedangkan dari 98 orang
responden non ASI eksklusif, 64 orang (57,66%) diantaranya berada pada kategori tidak
mendukung dan hanya 34 orang (30,63%) yang berada pada kategori mendukung. Hasil uji statistik
diketahui P value = 0,000 < a = 0,05, artinya terdapat hubungan antara sosial budaya ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara adat budaya dengan
pemberian ASI eksklusif. Menurut penulis hal ini disebabkan karena adat budaya masih menjadi
salah satu faktor seseorang dalam melakukan sesuatu termasuk dalam pemberian ASI eksklusif.
Adat budaya yang dilakukan secara turun temurun biasanya akan terus dilakukan oleh seseorang
karena pengaruh orang yang lebih tua seperti kebiasaan memberikan pisang yang dilumatkan
dipercaya dapat membuat bayi lebih cepat besar dan tidak mudah rewel. Berdasarkan perhitungan
juga didapatkan nilai Odds Ratio (OR) = 5,286. Maka dapat disimpulkan bahwa ibu yang memiliki
adat budaya yang tidak baik memiliki kemungkinan 5 kali lebih besar untuk tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya dibandingkan dengan ibu yang memiliki adat budaya yang baik.

Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Pemberian ASI Eksklusif


Hasil analisa menggunakan chi-square, didapatkan P-value = 0,003, sehingga P-value < α
(0,003< 0,05) maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan terdapat hubungan peran petugas kesehatan
dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus Tahun
2020.
Menurut Maryunani (2015) untuk menunjang keberhasilan menyusui dalam manajemen
laktasi, maka dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah
persalinan, dan pada masa menyusui selanjutnya. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan
petugas kesehatan agar tercapai keberhasilan menyusui pada klien/pasiennya antara lain pada masa
antenatal, intranatal, dan masa post-natal (masa menyusui) (Septikasari, M. 2018).
Berdasarkan penelitian yang telah di;akukan oleh Sri Juliani (2018) tentang hubungan
pengetahuan, sikap, dan dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan ASI eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah diperoleh hasil bahwa dari 120 responden
yang diteliti, keberhasilan ASI Eksklusif kategori berhasil peran tenaga kesehatan kurang sebanyak
22 orang (18,3%), baik sebanyak 34 orang (28,3%) dari kategori tidak berhasil peran tenaga
kesehatan kurang sebanyak 41 orang (34,2%), baik sebanyak 23 orang (19,2%). Selanjutnya dari

Wellness and Healthy Magazine ISSN 2655-9951 (print), ISSN 2656-0062 (online)
Wellness and Healthy Magazine, 2(2), Agustus 2020, – 289
Jihan Francisca Raj; Yetty Dwi Fara; Ade Tyas Mayasari; Abdullah

hasil analisa Chi Square pada lampiran tabel uji Chi-Square antara hubungan paritas dengan
keberhasilan ASI Eksklusif, diketahui bahwa nilai p=0,007 <a=0,05. Hasil analisis ini memenuhi
kriteria persyaratan hipotesis hubungan, sehingga dapat disimpulkan bahwa memiliki hubungan
signifikan dengan keberhasilan ASI Eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara peran petugas
kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif. Menurut penulis hal ini disebabkan karena petugas
kesehatan merupakan salah satu sumber informasi tentang ASI eksklusif bagi ibu menyusui.
Petugas kesehatan dapat memberikan dukungan dengan memberikan edukasi dan informasi
mengenai manfaat menyusui pada ibu sehingga mendorong ibu dalam memberikan ASI secara
eksklusif pada bayinya. Berdasarkan perhitungan juga didapatkan nilai Odds Ratio (OR) = 3,838.
Maka dapat disimpulkan bahwa ibu yang mengatakan petugas kesehatan tidak mendukung
pemberian ASI eksklusif memiliki kemungkinan 3 kali lebih besar untuk tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya dibandingkan dengan ibu yang mengatakan petugas kesehatan mendukung
pemberian ASI eksklusif.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
terdapat ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya yaitu sebanyak 57 orang (53,8%).
Ada tingkat pendidikan ibu yang masuk dalam kategori rendah yaitu sebanyak 67 orang (63,2%).
Ada responden yang memiliki adat budaya yang baik yaitu sebanyak 58 orang (54,7%). Ada
petugas kesehatan yang berperan dalam pemberian ASI eksklusif yaitu sebanyak 65 orang (61,3%).
Terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Pulau
Panggung Kabupaten Tanggamus Tahun 2020. Terdapat hubungan adat budaya dengan pemberian
ASI eksklusif di Puskesmas Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus Tahun 2020. Terdapat
hubungan peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Pulau Panggung
Kabupaten Tanggamus Tahun 2020.
Saran
Bagi Ibu yang Memiliki Bayi
Diharapkan reponden harus lebih aktif mencari informasi mengenai ASI eksklusif dengan
membaca berbagai sumber seperti buku ataupun dari internet serta rutin mengikuti kegiatan
posyandu agar meningkatkan pengetahuan tentang ASI eksklusif sehingga akan lebih berupaya
untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya serta dapat mengatasi hambatan yang muncul dalam
memberikan ASI eksklusif.
Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan edukasi pada masyarakat terutama ibu
yang memiliki bayi dibawah usia 6 bulan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif pada bayi serta
memberikan informasi cara mencapai ASI eksklusif melalui penyuluhan kesehatan saat kegiatan
posyandu.
Bagi Universitas Aisyah Pringsewu
Diharapkan Universitas Aisyah Pringsewu dapat menyediakan berbagai referensi terbaru
terkait ASI Eksklusif sebagai tambahan informasi sehingga mahasiswa memperoleh ilmu kesehatan
terkini.
Bagi Penelitian Selanjutnya
Agar peneliti lain meneliti lebih lanjut mengenai pemberian ASI eksklusif seperti dengan
melakukan penelitian eksperimental atau case control yang lebih luas, baik dari jumlah sampel
maupun variable.

Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif


Wellness and Healthy Magazine, 2(2), Agustus 2020, – 290
Jihan Francisca Raj; Yetty Dwi Fara; Ade Tyas Mayasari; Abdullah

DAFTAR PUSTAKA

Colodro, Lucia. 2011.Hubungan Antara Status Pendidikan Ibu Dengan Praktek Menyusui di
Spanyol. Spanyol: Sage Publication. Diakes melalui :
https://www.researchgate.net/publication/51520711_Relationship_Between_Level_of_Educat
ion_and_Breastfeeding_Duration_Depends_on_Social_Context_Breastfeeding_Trends_Over
_a_40-Year_Period_in_Spain.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2019. Laporan Provinsi Lampung Riskesdas 2018. Bandar
Lampung: Lembaga Penerbit Badan Litbang Kesehatan.
Elsam. 2014. UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses melalui :
https://referensi.elsam.or.id/2014/11/uu-nomor-20-tahun-2003-tentang-sistem-pendidikan-
nasional/
Handayani. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
Pada Ibu Bayi6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Palmatak Kabupaten
KepulauanAnambas Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakan Universitas Indonesia.
Juliani, Sri. 2018. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Dukungan Tenaga Kesehatan Dengan
Keberhasilan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan
Petisah. Medan: Prodi D4 Kebidanan Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan
Helvetia
Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta.
Maesaroh, S., Kristianingsih, A., & Anggraini, H. (2018). Gambaran Determinan Pemberian ASI
Eksklusif pada Ibu dengan Bayi Usia 6-24 Bulan. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan,
3(1), 9 - 16. doi:https://doi.org/10.30604/jika.v3i1.68
Maryunani. 2015. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. Jakarta: Trans
Info Medika.
Masruroh, N., & Istianah, N. (2019). Family Support for Increasing Exclusive
Breastfeeding. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 4(1), 59-62.
doi:https://doi.org/10.30604/jika.v4i1.194
Nicolau. 2010.Pengaruh Sosil Budaya Terhadap Praktik Menyusui Pada Ibu Berpenghasilan
Rendah di Fortaleza-Ceará Brazil. Brazil: University Of Virginia. Diakses melalui https://
revistas.um.es/eglobal/article/view/106831/0
Nirwana, Ade. 2014. ASI dan Susu Formula Kandungan dan Manfaat ASI dan Susu Formula.
Yogyakarta: Nuha Medika
Notoatmodjo. 2012 . Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwoastuti, Endang. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Putra, Aulia. 2013. Hubungan Faktor Pengetahuan, Sikap, Pendidikan, Sosial Budaya, Ekonomi
Keluarga Serta Peran Petugas Kesehatan Terhadap Rendahnya Pemberian ASI Eksklusif.
Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Rahman, Amani. 2016.Pengaruh Petugas Kesehatan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada
Rumah Sakit Bersalin di Sudan. Sudan: University of Khartoum

Wellness and Healthy Magazine ISSN 2655-9951 (print), ISSN 2656-0062 (online)
Wellness and Healthy Magazine, 2(2), Agustus 2020, – 291
Jihan Francisca Raj; Yetty Dwi Fara; Ade Tyas Mayasari; Abdullah

Diakses melalui : https://www.aclr.com.es/clinical-research/the-effect-of-health-care-providers-


training-on-exclusive-breastfeeding-trend-at-a-maternity-hospital-in-sudan-
2014.php?aid=9945
Sarwono, Solita. 2017. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Septiani, H., Budi, A., & Karbito, K. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian
ASI Eksklusif Oleh Ibu Menyusui yang Bekerja Sebagai Tenaga Kesehatan. Jurnal Aisyah :
Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(2), 159 - 174. doi:https://doi.org/10.30604/jika.v2i2.62
Septikasari, M. (2018). Peran Bidan dalam ASI Eksklusif di Kabupaten Cilacap. Jurnal Aisyah :
Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), 109-114. doi:https://doi.org/10.30604/jika.v3i2.93
Setianingsih, S. 2014. Manfaat Asi Eksklusif Untuk Buah Hati Anda.Yogyakarta: Gosyen Publising
Soleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI Makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan, dan
Kelincahan si Kecil. Yogyakarta: Andi Offset

Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

You might also like