You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT PADA AVIATION
SECURITY TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN DI
TERMINAL BANDARA X

Ika Fitriyana, Ekawati, Bina Kurniawan


Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: ikafitriyana2@gmail.com

ABSTRACT

Abstract : Fire is an accident which is not desired by everyone and can result in
losses. World Fire Statistic Report states that 5-8 million people have had a fire
accident. According to Badan Pusat Statistik DKI Jakarta there is increasing
number of passengers in X Airport so safeness and secureness of the airport
building need to be concerned. The purpose of safeness is preventing damage
and losses, including from fire danger, so preparedness for emergency response
is needed in attempt of preventing fire accident. This research is purposed to
analyze the factors which are related to preparedness for emergency response in
Aviation Security to the fire danger in X Airport Terminal. The researcher uses
explanatory research with cross sectional approach in this research. There are 54
Aviation Securities used in this research. Based on data analysis using spearman
rank test, the dependent variables are knowledge about fire (p-value 0,02);
availability of fire safety equipment (p-value 0,019); and fire safety training (p-
value 0,02). Meanwhile, the independent variables are age (p-value 0,241); work
time (p-value 0,549); and control from occupational safety and health officer (p-
value 0,452). The researcher suggests to the company for socializing fire
prevention guide and fixing emergency doors, placement of APAR and assembly
point.

Keywords : Preparedness, Fire, Airport

416
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Pendahuluan jawab di bidang keamanan


(3)
penerbangan. Salah satu tugas Aviation
Latar Belakang Security berdasarkan Surat Keputusan
Direktur Jenderal Perhubungan Udara No.
Era modernisasi melahirkan SKEP/40/II/1995 adalah melakukan
kemajuan teknologi yang memudahkan pengawasan jalur dari ruang check in ke
manusia dalam melakukan mobilitas antar ruang tunggu dan ke sisi udara (air
kota, pulau, maupun negara. Salah satu side).(4) Dalam hal tersebut, pengawasan
jenis alat transportasi yang mempunyai dilakukan pada area terminal bandara.
efisiensi waktu dalam melakukan mobilitas Selain keamanan penumpang, AVSEC
dan mampu menampung hingga ratusan juga memastikan area terminal bandara
penumpang adalah pesawat terbang. terbebas dari keadaan yang dapat
Keberadaan pesawat terbang ini tidak mengancam keselamatan penumpang.
terlepas dari adanya bandara. Bandara Keamanan mempunyai peran penting
berfungsi sebagai landasan tempat dan merupakan kebutuhan yang
pesawat take off dan landing serta mendasar bagi setiap manusia termasuk
sebagai tempat untuk menaikkan dan dalam menjalankan perusahaan maupun
menurunkan penumpang.(1) organisasi. Namun dalam konteks
Bandar Udara X sebelumnya hanya keamanan, pada hakikatnya tujuan dari
melayani penerbangan VVIP dan charter sekuriti/keamanan adalah mencegah
flight, tetapi kini Bandar Udara X terjadinya kerugian dari sebab apapun
beroperasi menjadi bandara komersial. dan ikut menciptakan profit bagi
Dengan bertambahnya jumlah perusahaan. Dalam hal ini, pengamanan
penerbangan di Bandara X, bertambah yang ada tidak hanya sekedar
pula jumlah pengunjung yang ditampung. pengamanan fisik dari risiko kejahatan
Sehingga persyaratan keselamatan tetapi juga dari risiko bencana terutama
gedung harus tetap diperhatikan. kebakaran.(5)
Persyaratan keselamatan gedung meliputi Seiring dengan berjalannya waktu
persyaratan kemampuan gedung untuk dan perkembangan teknologi,
mendukung beban muatan serta Keselamatan dan Kesehatan di tempat
kemampuan bangunan dalam mencegah kerja menjadi sangat penting. Untuk
dan menanggulangi bahaya kebakaran mewujudkan tempat kerja yang aman,
dan bahaya petir. (2) efisien dan produktif, tempat kerja harus
Dalam pembagian elemen bandara terbebas dari keadaan bahaya, salah
terbagi menjadi 2 elemen yaitu air side satunya adalah bahaya kebakaran.
dan land side. Terminal bandara Menurut data dari World Fire Statistic
merupakan bagian dari landside yang Report menyatakan bahwa pada awal
merupakan bagian utama dari abad ke 21, jumlah populasi dunia adalah
pemrosesan penumpang, baik untuk sebesar 630 juta jiwa dimana sebanyak 7-
penumpang yang akan berangkat maupun 8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami
penumpang yang datang. kejadian kebakaran dan 5-8 juta jiwa
Di dalam struktur organisasi PT X, kecelakaan akibat kebakaran. Sementara
kegiatan pelayanan operasi Bandara itu populasi manusia Eropa pada awal
termasuk dalam bagian dari divisi abad ke-21 adalah sebanyak 700.000.000
pelayanan operasi yang mempunyai tugas jiwa dimana sekitar 2 juta jiwa mengalami
melaksanakan pengaturan pelayanan di kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5
sisi airside, dan landside. Pada sisi darat juta jiwa mengalami kecelakaan akibat
(landside) terdapat unit Aviation Security kebakaran.(6)
yaitu, suatu unit yang telah memiliki lisensi Berdasarkan Keputusan Menteri
atau Surat Tanda Kecakapan Petugas Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor
(STKP) yang diberi tugas dan tanggung Kep. 186/MEN/1999 tentang Unit
417
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Penanggulangan Kebakaran di Tempat Sebagai bentuk upaya


Kerja pada Bab I Pasal 2 Ayat 1 yaitu penanggulangan kebakaran, Bandar
pengurus atau pengusaha wajib Udara X telah menyediakan fasilitas
mencegah, mengurangi dan berupa sarana proteksi kebakaran. Selain
memadamkan kebakaran serta latihan ketersediaan sarana, kemampuan tenaga
penanggulangan kebakaran di tempat kerja dalam penggunaan sarana tersebut
kerja. Pada Ayat 2 menyebutkan juga menjadi penting sebab bilamana alat-
kewajiban mencegah, mengurangi dan alat tersebut sudah terpasang maka
memadamkan kebakaran di tempat kerja anggota pemadam atau orang-orang yang
salah satunya meliputi penyelenggaraan sering beraktivitas di area tersebut harus
latihan dan gladi penanggulangan dilatih menggunakan alat tersebut.(10)
kebakaran secara berkala dan Tujuan dari penelitian ini adalah
pembentukan unit penanggulangan menganalisis hubungan umur, masa kerja,
kebakaran.(7) pengetahuan mengenai kebakaran,
Pada terminal Bandara X terdapat ketersediaan sarana dan prasarana
banyak penumpang maupun tenaga kerja proteksi kebakaran, pelatihan kebakaran
serta alat-alat yang menggunakan aliran dan pengawasan petugas K3 dengan
listrik. Beberapa restoran cepat saji juga kesiapsiagaan tanggap darurat pada
terdapat di terminal bandara. Seperti Aviation Security terhadap bahaya
halnya gedung ataupun tempat kerja kebakaran di terminal bandara X.
lainnya, bandara juga tidak terlepas dari
potensi bahaya kebakaran. Contoh kasus METODE PENELITIAN
kebakaran yang pernah melanda bandara
yang ada di Indonesia adalah kebakaran Penelitian ini merupakan jenis
pada Bandara Internasional Juanda penelitian explanatory research dengan
Surabaya pada bulan Desember 2007. pendekatan cross sectional. Teknik
Selain itu terdapat kasus kebakaran di pengambilan sampel penelitian ini
Bandara Wamena Papua tanggal 26 menggunakan total sampling yaitu
September 2011. Bandara Polonia Medan sebanyak 54 responden. Pengumpulan
juga pernah mengalami kebakaran pada data penelitian dilakukan dengan
tanggal 1 November 2007 di ruang menggunakan angket dan dokumentasi.
keberangkatan domestik.(1) Kejadian Analisis data yang digunakan adalah
kebakaran pernah terjadi pada Bandar analisis univariat dan bivariat. Pada
Udara Internasional Soekarno-Hatta pada analisis bivariat menggunakan uji rank
tanggal 6 Oktober 2011 yang disebabkan spearman.
oleh terbakarnya salah satu unit pendingin
di ruangan Unit Chiller AC Terminal 2.(1) HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemudian kebakaran juga terjadi pada A. Analisis Univariat
tanggal 14 Agustus 2014 pukul 02.40 WIB
yang bersumber dari restoran cepat saji di
Terminal 2 keberangkatan.(8) Pada tanggal
5 Juli 2015, kebakaran kembali terjadi
pada terminal Bandar Udara Soekarno-
Hatta. Kebakaran terjadi pada terminal 2E, 1. Umur
penyebab kebakaran berasal dari Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
hubungan arus pendek pada kabel yang Umur Aviation Security di Terminal
terpasang di atas JW Sky Lounge.(9) Bandara X tahun 2016
Contoh-contoh kejadian kebakaran
tersebut merupakan contoh kebakaran
yang pernah terjadi di terminal Bandara. Berdasarkan hasil analisis
univariat didapatkan hasil bahwa
418
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

sebagian besar responden berada Berdasarkan hasil analisis


dalam kategori umur muda yaitu univariat didapatkan bahwa
pada umur ≤ 30 tahun dengan sebagian besar responden yaitu
persentase sebanyak 87%. Dalam sebanyak 72,2% memiliki
penelitian ini dapat disimpulkan pengetahuan mengenai kebakaran
bahwa semua responden dalam yang tergolong cukup baik. Hal ini
penelitian ini tergolong dalam umur sejalan dengan teori Notoamidjojo
produktif yaitu umur 15-64 tahun. yang menyatakan bahwa tingkat
pendidikan seseorang akan
berpengaruh dalam memberi respon
terhadap stimulus yang datang dari
2. Masa Kerja luar.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
Masa Kerja Aviation Security
Bandara X Tahun 2016
4. Ketersediaan Sarana dan
Prasarana Proteksi Kebakaran
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi
Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Proteksi Kebakaran di Terminal
Berdasarkan hasil analisis Bandara X Tahun 2016
univariat didapatkan responden
dengan masa kerja yang tergolong
baru adalah sebanyak 66,7% dan
responden dengan masa kerja
yang tergolong lama adalah
sebanyak 33,3%. Masa kerja yang Berdasarkan hasil analisis
lama memberikan pengalaman univariat didapatkan bahwa 85,2%
lebih pada Aviation Security yaitu responden berpendapat bahwa
bertambahnya pengetahuan serta ketersediaan sarana dan
kemampuan terkait pencegahan prasarana proteksi kebakaran di
bahaya kebakaran sedangkan terminal Bandara X tergolong
pengaruh negatifnya adalah cukup baik. Dengan ini dapat
semakin rendah tingkat disimpulkan bahwa ketersediaan
kewaspadaan terhadap bahaya sarana dan prasarana proteksi
karena menganggap sudah lebih kebakaran yang baik akan
lama bekerja sehingga kurang memungkinkan Aviation Security
memperhatikan bahwa tempat lebih meningkatkan
kerja tidak terlepas dari risiko kesiapsiagaannya dalam
kebakaran. menghadapi bahaya kebakaran
sebab kondisi lingkungan kerja
3. Pengetahuan Mengenai Kebakaran akan mempengaruhi perilaku
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi seseorang.
Pengetahuan Mengenai Kebakaran
pada Aviation Security Bandara X 5. Pelatihan Kebakaran
Tahun 2016 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi
Pelatihan Kebakaran pada Aviation
Security Bandara X Tahun 2016

419
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa masih adanya


univariat didapatkan bahwa 63% tenaga kerja yang belum terbentuk
responden tergolong dalam tingkat kewaspadaannya terhadap
kategori pelatihan kebakaran yang potensi bahaya kebakaran yang
baik. Dalam penelitian ini, sewaktu-waktu dapat terjadi di area
pelatihan penanggulangan kerjanya seperti adanya responden
kebakaran dilakukan setiap 6 bulan yang belum mengikuti pelatihan
sekali oleh pihak perusahaan kebakaran yang merupakan bentuk
sedangkan simulasi kebakaran upaya untuk meningkatkan
dilakukan setiap 2 tahun sekali. kesiapsiagaan terhadap bahaya
kebakaran pada tenaga kerja.

6. Pengawasan Petugas K3
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi B. Analisis Bivariat
Pengawasan Petugas K3 di 1. Hubungan antara Umur dengan
Terminal Bandara X Tahun 2016 Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
Aviation Security terhadap
Bahaya Kebakaran di Terminal
Bandara X Tahun 2016
Tabel 4.8 Tabulasi Silang Umur
dengan Kesiapsiagaan Tanggap
Berdasarkan hasil analisis darurat Aviation Security terhadap
univariat didapatkan bahwa 63% Bahaya Kebakaran di Terminal
responden berpendapat bahwa
pengawasan yang dilakukan
petugas K3 tergolong cukup baik.
Pengawasan dapat menjadi faktor
penguat yang menyebakan
seseorang berperilaku siapsiaga
terhadap bahaya kebakaran sebab
di dalam pengawasan terdapat
suatu evaluasi yang dilakukan
secara terus-menerus dari setiap Bandara X Tahun 2016
aktivitas yang dilakukan.
Berdasarkan hasil uji statistik
7. Kesiapsiagaan Tanggap Darurat menggunakan uji rank spearman,
Kebakaran diperoleh nilai p-value sebesar
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi 0,241 (>0,05) yang dapat
Kesiapsiagaan Tanggap Darurat disimpulkan bahwa tidak terdapat
Kebakaran Aviation Security di hubungan antara umur dengan
Terminal Bandara X Tahun 2016 kesiapsiagaan tanggap darurat
Aviation Security terhadap bahaya
kebakaran di terminal bandara X.
Tidak adanya hubungan antara
umur dengan kesiapsiagaan
Berdasarkan hasil analisis univariat tanggap darurat kebakaran
didapatkan bahwa 75,9% responden Aviation Security terhadap bahaya
tergolong dalam kategori kebakaran dikarenakan faktor
kesiapsiagaan tanggap darurat individu yang membentuk
kebakaran yang cukup baik. kesiapsiagaan dapat dipengaruhi
Berdasarkan data tersebut dapat oleh banyak faktor diantaranya
420
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

adalah umur, lama kerja, memerlukan tambahan pendidikan


pengetahuan dan pelatihan. Untuk dan pelatihan.(11)
itu seiring bertambahnya umur
perlu diikuti pula dengan kegiatan 3. Hubungan Pengetahuan
pelatihan yang dilakukan secara Mengenai Kebakaran dengan
rutin agar terbentuk kesiapsiagaan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
yang baik pula. Aviation Security terhadap
Bahaya Kebakaran
2. Hubungan Masa Kerja dengan Tabel 4.10 Tabulasi Silang
Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Pengetahuan Mengenai
Aviation Security terhadap Kebakaran dengan Kesiapsiagaan
Bahaya Kebakaran di Terminal Tanggap Darurat Aviation Security
Bandara X Tahun 2016 terhadap Bahaya Kebakaran di
Tabel 4.9 Tabulasi Silang Masa Terminal Bandara X Tahun 2016
Kerja dengan Kesiapsiagaan
Tanggap Darurat Aviation Security
terhadap Bahaya Kebakaran di
Terminal Bandara X Tahun 2016

Berdasarkan hasil uji statistik


menggunakan uji rank spearman,
diperoleh nilai p-value sebesar
0,02 (≤0,05) yang disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan mengenai
kebakaran dengan kesiapsiagaan
tanggap darurat Aviation Security
Berdasarkan hasil uji statistik terhadap bahaya kebakaran di
menggunakan uji rank spearman, terminal bandara X. Dengan
diperoleh nilai p-value sebesar demikian dapat disimpulkan
0,549 (>0,05) yang dapat bahwa semakin baik
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengetahuan seseorang maka
hubungan antara masa kerja akan memberikan dampak yang
dengan kesiapsiagaan tanggap baik pula terhadap kesiapsiagaan
darurat Aviation Security dalam tanggap darurat kebakaran.
kebakaran di terminal bandara.
Hasil penelitian ini dapat 4. Hubungan Ketersediaan Sarana
terjadi karena pengalaman kerja dan Prasarana Proteksi
keseluruhan dari masa kerja yang Kebakaran dengan
dijalani seseorang berperan dalam Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
membentuk perilaku Aviation Security terhadap
kesiapsiagaan. Meskipun Bahaya Kebakaran
pengalaman akan membentuk
perilaku seseorang, bukan berarti
bahwa pengalaman yang telah
dimiliki menjadi faktor yang
dominan dalam membentuk
perilaku. Petugas yang paling
banyak pengalamannya pun tetap Tabel 4.11 Tabulasi Silang
Ketersediaan Sarana dan
421
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Prasarana Proteksi Kebakaran 0,02 (≤0,05) yang dapat


dengan Kesiapsiagaan Tanggap disimpulkan bahwa secara statistik
Darurat Aviation Security terhadap menunjukkan bahwa terdapat
Bahaya Kebakaran di Terminal hubungan antara pelatihan
Bandara X Tahun 2016 kebakaran dengan kesiapsiagaan
Berdasarkan uji statistik tanggap darurat terhadap bahaya
menggunakan uji rank spearman, kebakaran di terminal Bandara X.
diperoleh nilai p-value sebesar Penelitian ini sejalan dengan
0,019 (≤0,05) yang dapat pelatihan yang dilakukan oleh Eko
disimpulkan bahwa secara statistik Pambudi yang menyatakan
menunjukkan bahwa terdapat terdapat perbedaan sikap pada
hubungan yang bermakna antara karyawan yang mendapatkan
ketersediaan sarana dan pelatihan dengan karyawan yang
prasarana proteksi kebakaran tidak mendapatkan pelatihan
dengan kesiapsiagaan tanggap kesiapan tanggap darurat bencana
darurat pada Aviation Security kebakaran.(12)
terhadap bahaya kebakaran di
terminal bandara X. 6. Hubungan Pengawasan Petugas
Berdasarkan hasil observasi, K3 dengan Kesiapsiagaan
perlu dilakukan perbaikan terhadap Tanggap Darurat Aviation
kondisi pintu darurat yang terkunci, Security terhadap Bahaya
APAR yang diletakkan dalam box Kebakaran
yang dikunci, kondisi assembly Tabel 4. 13 Tabulasi Silang
point yang terhalang, serta perlu Pengawasan Petugas K3 dengan
adanya tangga darurat pada Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
bangunan gedung terminal Aviation Security terhadap Bahaya
bandara. Melihat keterbatasan Kebakaran di Terminal Bandara X
tersebut menjadi sangat berbahaya Tahun 2016
jika terjadi bahaya kebakaran
sebagai sarana evakuasi. Dengan Berdasarkan hasil uji statistik
demikian dapat dikatakan bahwa menggunakan uji rank spearman,
ketersediaan sarana dan diperoleh nilai p-value sebesar
prasarana proteksi kebakaran 0,452 (>0,05) yang disimpulkan
dapat menjadi faktor pemungkin bahwa tidak terdapat hubungan
yang dapat meningkatkan perilaku antara pengawasan petugas K3
kesiapsiagaan terhadap bahaya
kebakaran.

5. Hubungan Pelatihan Kebakaran


dengan Kesiapsiagaan Tanggap
Darurat Aviation Security
terhadap Bahaya Kebakaran dengan kesiapsiagaan tanggap
Tabel 4.12 Tabulasi Silang darurat Aviation Security terhadap
Pelatihan Kebakaran dengan bahaya kebakaran di terminal
Kesiapsiagaan Tanggap Darurat bandara X.
Aviation Security terhadap Bahaya Berdasarkan hasil penelitian,
Kebakaran di Terminal Bandara X ketidaksesuaian tersebut dapat
Tahun 2016 disebabkan oleh belum adanya
Berdasarkan hasil uji statistik sistem reward yang diberikan dari
menggunakan uji rank spearman, pihak perusahaan kepada pekerja
diperoleh nilai p-value sebesar seperti yang dikemukakan oleh
422
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

sebagian besar responden. Aviation Security terhadap bahaya


Reward (penghargaan) dapat kebakaran (p-value = 0,452).
menjadi motivasi untuk
menggerakkan implementasi K3 SARAN
secara nyata di lapangan.(13) 1. Untuk perusahaan:
Selain itu, belum terbentuknya a. Membentuk Departemen
departemen khusus K3 juga K3
menjadikan kegiatan terkait K3 b. Mensosialisasikan buku petunjuk
belum dapat berjalan secara yang berisi informasi mengenai
maksimal seperti belum adanya upaya pencegahan bahaya
briefing atau safety induction kebakaran.
sebelum melakukan pekerjaan. c. Memberikan materi prosedur
Tidak adanya hubungan pada evakuasi saat pelatihan kebakaran.
penelitian ini sejalan dengan 2. Untuk Aviation Security
penelitian yang dilakukan oleh a. Sebaiknya seluruh Aviation
Indradi yang menyatakan tidak ada Security mengikuti pelatihan
hubungan antara supervisi dengan kebakaran secara rutin yang
praktik keselamatan kebakaran diadakan setiap 6 bulan sekali dan
dalam upaya pencegahan simulasi penanggulangan keadaan
kebakaran.(14) darurat yang diadakan setiap 2
tahun sekali.
3. Untuk Sarana dan Prasarana Proteksi
KESIMPULAN Kebakaran
1. Tidak ada hubungan antara umur a. Sebaiknya pintu darurat tidak
dengan kesiapsiagaan tanggap darurat dikunci agar memudahkan dalam
pada Aviation Security terhadap penggunaan pintu darurat saat
bahaya kebakaran (p-value = 0,241). terjadi kebakaran
2. Tidak ada hubungan antara masa kerja b. Sebaiknya APAR tidak diletakkan
dengan kesiapsiagaan tanggap darurat dalam box yang dikunci agar
pada Aviation Security terhadap memudahkan penggunaan APAR
bahaya kebakaran (p-value = 0,549). dalam keadaan darurat
3. Ada hubungan antara pengetahuan c. Kondisi titik kumpul (assembly
mengenai kebakaran dengan point) sebaiknya tidak terhalang
kesiapsiagaan tanggap darurat pada mobil yang sedang parkir agar
Aviation Security terhadap bahaya memudahkan evakuasi saat
kebakaran dengan (p-value = 0,02). keadaan darurat
4. Ada hubungan antara ketersediaan d. Perlu adanya tangga darurat pada
sarana dan prasarana proteksi bangunan terminal bandara
kebakaran dengan kesiapsiagaan 4. Untuk Peneliti Selanjutnya
tanggap darurat pada Aviation Security a. Menggunakan aplikasi teori lain
terhadap bahaya kebakaran (p-value = dalam penelitian mengenai
0,019). kesiapsiagaan tanggap darurat
5. Ada hubungan antara pelatihan kebakaran seperti Theory of
kebakaran dengan kesiapsiagaan Planned Behaviour maupun teori
tanggap darurat pada Aviation Security produktivitas
terhadap bahaya kebakaran (p-value = b. Menggunakan metode wawancara
0,02). mendalam dengan responden agar
6. Tidak ada hubungan antara dapat lebih menggali informasi
pengawasan petugas K3 dengan secara jelas
kesiapsiagaan tanggap darurat pada

423
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

DAFTAR PUSTAKA bandara-internasional-soekarno-


hatta-berjalan-normal
1. Nurina DL. Pengembangan
Program Tanggap Darurat 9. Kebakaran terjadi di Terminal 2E
Kebakaran di Gedung Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta [Internet].
Bandara Soekarno-Hatta Tahun 2015 [cited 2016 Mar 11]. Available
2012. Jakarta: Universitas from:
Indonesia; 2012. http://www.antaranews.com/berita/5
05303/kebakaran-terjadi-di-
2. Departemen Hukum dan terminal-2e-bandara-soekarno-
Perundang-Undangan. Undang- hatta
Undang Nomor 2 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung. 2002. 10. Sulaksmono M. Manajemen
Keselamatan Kerja. Surabaya:
3. Direktorat Jenderal Perhubungan Pustaka; 1997.
Udara. Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor 11. Dewi RNW. Kesiapsiagaan Sumber
SKEP/2765/XII/2010 Bab I butir 9. Daya Manusia Kesehatan dalam
2010. Penanggulangan Masalah
Kesehatan Akibat Bencana Banjir
4. Direktorat Jenderal Perhubungan DKI Jakarta Tahun 2010. 2010.
Udara. Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor 12. Pambudi E. Perbedaan
SKEP/2765/XII/2010 Bab I butir 9. Pengetahuan dan Sikap Karyawan
1995. Berdasarkan Pelatihan Kesiapan
Tanggap Darurat Bencana
5. Yudiswan A. Pencegahan dan Kebakaran di RSUD Kota
Penanganan Kebakaran Depo Semarang 2010. Semarang:
Pertamina Plumpang Jakarta Utara. Universitas Dian Nuswantoro; 2010.
Universitas Indonesia; 2010.
13. Somad I. Teknik Efektif dalam
Membudayakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta: Dian
6. Bruhlinsky. World Fire Statistic Rakyat; 2013.
Report [Internet]. 2006. Available
from:
http://ec.europa.eu/consumers/cons
_safe/presentation/21-02/ctif.pdf 14. Akbar IN. Beberapa Faktor yang
Berhubungan dengan Praktik
7. Departemen Tenaga Kerja. Keselamatan Kebakaran Operator
Keputusan Menteri Tenaga Kerja SPBU dalam Upaya Pencegahan
No. KEP 186/MEN/1999 tentang Kebakaran di Areal SPBU
Unit Penanggulangan Kebakaran. Kecamatan Ngaliyan Semarang
Indonesia; 1999. Barat. Semarang: Universitas
Diponegoro; 2008.
8. Kebakaran di Resto Terminal 2,
Penerbangan di Bandara
Internasional Soekarno-Hatta
Berjalan Normal [Internet]. 2014
[cited 2016 Mar 2]. Available from:
http://www.tribunnews.com/bisnis/2
014/08/14/kebakaran-di-resto-
terminal-2-penerbangan-di-
424

You might also like