You are on page 1of 10

PERANCANGAN SARANA PENYELAMAT DIRI DAN KEBUTUHAN APAR

PADA DARURAT KEBAKARAN DI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN


KELAS II BALIKPAPAN

Agus Pratama
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Balikpapan
Jl. Belitung Darat 118, Belitung Selatan, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70124
Email: agoezt_3887@yahoo.co.id

ABSTRACT
Fire in building could cause human casualties, loss of property, disruption of the activities of the organization,
environmental degradation and disturbance of public. In the United State, of 15.300 fire in the rise building are 990
victims and 6,1% of them fatalities. Therefore fire prevention should be done by implementing the emergency response
system wherein fire extinguishing system and means of escape. The purpose of this study was to identify and designing
needs portable fire extinguisher and means of escape that have not been fulfilled in building Class II Port Health Office
(PHO) of Balikpapan. This research was performed by cross sectional design using observational approach. The interviews
performed on 2 officials of Class II PHO of Balikpapan which is considered to know about the condition of the building
as object of research. The result of this research are no fire emergency policy and means of escape. In these condition
it is provided to the Class II PHO of Balikpapan fixed procedure on fire emergency and evacuation route. Portable fire
extinguisher installed as many as 10 units, in accordance with the requirements calculated based Permenakertrans number.
4 1980. Conclusion of this research is Class II PHO of Balikpapan’s building has not been having fire emergency policy
and adequate means of escape. This condition should see the Class II PHO of Balikpapan create procedure regarding fire
emergency and evacuation route.

Keywords: fire emergency, means of escape, portable fire extinguisher

ABSTRAK
Kebakaran pada bangunan gedung dapat menimbulkan kerugian berupa korban manusia, harta benda, terganggunya
kegiatan organisasi, kerusakan lingkungan dan terganggunya ketenangan masyarakat. Di Amerika, dari 15.300 kebakaran
gedung bertingkat terdapat 990 korban dan 6,1% diantaranya korban meninggal. Maka harus dilakukan upaya pencegahan
kebakaran salah satunya dengan menerapkan sistem tanggap darurat yang didalamnya terdapat fasilitas pemadam dan
sarana penyelamat diri. Tujuan dari penelitian ini untuk mengindentifikasi dan merancang kebutuhan APAR dan sarana
penyelamat diri yang masih belum terpenuhi di gedung Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Balikpapan.
Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan cross sectional dengan menggunakan pendekatan observasional. Wawancara
dilaksanakan pada 2 pegawai KKP Kelas II Balikpapan yang dianggap mengetahui mengenai kondisi gedung yang
dijadikan objek penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah kebijakan darurat kebakaran dan sarana penyelamat diri belum
ada. Dalam kondisi tersebut maka diberikan kepada KKP Kelas II Balikpapan mengenai prosedur tetap tentang darurat
kebakaran dan jalur evakuasi. APAR yang terpasang sebanyak 10 buah, sesuai dengan kebutuhan yang dihitung berdasarkan
Permenakertrans No. 4 tahun 1980. Kesimpulan penelitian ini adalah di gedung KKP Kelas II Balikpapan masih belum
memiliki kebijakan darurat kebakaran dan sarana penyelamat diri yang memadai. Melihat kondisi ini sebaiknya KKP Kelas
II Balikpapan membuat suatu prosedur standar (SOP) mengenai darurat kebakaran dan jalur evakuasi.

Kata kunci: darurat kebakaran, sarana penyelamat diri, APAR

PENDAHULUAN demikian keselamatan para penggunanya tentu harus


diutamakan dan tidak dapat diabaikan (Indrawan,
Bangunan bertingkat tinggi sangat merebak
2013).
pembangunannya terutama di kawasan perkotaan,
Di berbagai kota besar di Indonesia banyak
baik sebagai hunian, perkantoran, pusat perbelanjaan
didirikan bangunan gedung yang merupakan suatu
maupun tempat rekreasi. Bangunan bertingkat tinggi
fenomena daerah perkotaan. Faktor keselamatan
tentu memiliki jumlah penghuni ataupun pengguna
telah menjadi persyaratan penting yang harus
yang tidak sedikit apalagi jika bangunan tersebut
dipenuhi oleh bangunan gedung. Salah satu aspek
berfungsi pula sebagai ruang publik. Dengan

21
22 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 21–30

keselamatan adalah keselamatan dari bahaya normal yang terjadi tiba-tiba, mengganggu kegiatan,
kebakaran. organisasi atau komunikasi dan perlu segera
Kebakaran pada bangunan gedung dapat ditanggulangi. Oleh karena itu, keadaan darurat
menimbulkan kerugian berupa korban manusia, harus segera ditanggulangi agar tidak menghambat
harta benda, terganggunya proses produksi barang proses produksi dan membahayakan pekerja serta
dan jasa, kerusakan lingkungan dan terganggunya lingkungan kerja. Upaya untuk menghindari
ketenangan masyarakat (Angela, 2006). Seiring bertambahnya korban dan kerugian saat terjadi
meningkatnya ukuran dan kompleksitas bangunan keadaan darurat adalah dengan menerapkan tanggap
gedung, sudah seharusnya pula diiringi dengan darurat.
peningkatan perlindungan terhadap masyarakat. Tanggap darurat kebakaran di gedung bertingkat
Penanganan kebakaran di gedung-gedung masih tidak hanya mengandalkan sistem proteksi aktif
mengandalkan kesiapsiagaan dan peralatan dari seperti alat pemadam ringan (APAR), smoke
pemadam kebakaran setempat. Kesiapsiagaan dari detector juga springkler, namun diperlukan juga
pemadam kebakaran gedung pun terkadang masih sistem proteksi pasif salah satunya dengan sarana
kurang memadai. penyelamat diri atau means of escape (MOE). Sarana
Di Amerika, dari rata-rata 350.000 kali bencana penyelamat diri sangat penting karena prioritas
kebakaran di daerah perumahan dan perkantoran utama pada saat kebakaran adalah menyelamatkan
yang terjadi dalam setahun, 15.300 kali merupakan penghuni atau manusia yang berada di lokasi
kejadian kebakaran di gedung-gedung bertingkat kejadian. Sebagian besar kematian pada saat terjadi
di seluruh Amerika serikat dengan rata-rata 60 kebakaran di gedung disebabkan oleh asap. Oleh
orang meninggal, 930 luka-luka dan menelan karena itu sangat penting untuk menyiapkan rute
kerugian sebesar 52 juta dollar mengikuti bencana aman menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran
kebakaran di gedung-gedung bertingkat tersebut. atau asap.
Hasil temuan menyatakan bahwa kebakaran di Contoh akibat dari ketiadaan sarana penyelamat
gedung bertingkat lebih mematikan dan merugikan diri adalah pada saat terjadi kebakaran gedung Bank
dibandingkan dengan dari lokasi-lokasi lain di Indonesia pada tahun 1997. Gedung tersebut terbakar
mana bencana kebakaran terjadi. Ditambah lagi pada lantai 23 hingga lantai 25 dan mengakibatkan
penanganan kebakaran di lokasi gedung bertingkat 16 orang meninggal dunia karena terbakar. Hal
lebih menyulitkan dan berisiko tinggi. Sebuah data itu dikarenakan fasilitas pemadam dan sarana
dikutip dari National Academy of Sciences US penyelamat diri hanya ada hingga lantai 20 dan tidak
(1986) mencatat bahwa 50% sampai 80% kematian ada pada lantai di atasnya.
karena kebakaran disebabkan oleh racun asap yang Contoh kebakaran gedung lainnya adalah
keluar dari bencana kebakaran (Indrawan, 2013). kebakaran pada Wisma Kosgoro yang terjadi pada
Kebakaran di Indonesia sangat banyak, tanggal 9 Maret 2015.Gedung yang dibangun
namun data mengenai angka kebakaran masih sulit pada tahun 1974 itu sebenarnya memiliki fasilitas
ditemukan. Data lengkap sebatas data kebakaran pemadam, namun tidak terpelihara dengan baik
di DKI Jakarta. Menurut Dinas Penanggulangan sehingga pada saat terjadi kebakaran alarm
Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI kebakaran tidak berbunyi dan springkler tidak
Jakarta pada tahun 2014 terjadi 117 kebakaran mengeluarkan air. Namun sarana penyelamat diri di
dan 5 diantaranya terjadi pada bangunan gedung. gedung tersebut dapat menyelamatkan para penghuni
Kebakaran tersebut mengakibatkan kerugian material yang ada di gedung tersebut sehingga korban jiwa
yang tidak sedikit dan bahkan menimbulkan korban pada kejadian tersebut dapat dihindarkan.
jiwa (DKPP Prov. DKI, 2014). Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Kebakaran di gedung dapat mengakibatkan Balikpapan merupakan unit pelaksana teknis di
kerugian yang tidak sedikit. Tahun 2009 terjadi lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di
kebakaran di gedung PT. Kedaung Indah Can bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat
(KICI) Surabaya mengakibatkan kerugian mencapai Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Rp. 20 Miliar (Firdani, 2014). Untuk mengurangi Lingkungan dan berkedudukan di kota Balikpapan.
kerugian yang ditimbulkan, maka harus dilakukan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
upaya pencegahan kebakaran salah satunya dengan Balikpapan menempati gedung yang berada di jalan
menerapkan sistem tanggap darurat. Keadaan Pelita Balikpapan di awal tahun 2013. Gedung
darurat adalah situasi atau kondisi kejadian tidak berlantai 2 tersebut masih belum memiliki jalur
Agus Pratama, Perancangan Sarana Penyelamat Diri dan Kebutuhan APAR… 23

evakuasi yang dapat digunakan pada saat darurat diperlukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
kebakaran. II Balikpapan.
Potensi kebakaran dapat bersumber dari masalah Penelitian dilakukan di Kantor Kesehatan
teknis seperti banyaknya bahan yang mudah terbakar Pelabuhan Kelas II Balikpapan. Penelitian
di dalam ruangan seperti furniture kantor, alat tulis dilaksanakan bulan Maret hingga Desember
kantor juga peralatan listrik dan peralatan medis 2015. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan
yang ada pada gedung tersebut, instalasi listrik dan September sampai November 2015.
juga karena seringnya terjadi pemadaman listrik Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah
yang terjadi di kota Balikpapan. kebijakan mengenai darurat kebakaran, sarana
Penerapan sistem tanggap darurat merupakan penyelamat diri, pintu keluar, koridor/escape routes,
hal yang penting untuk mengantisipasi adanya tangga darurat, petunjuk arah/exit sign, titik kumpul/
keadaan darurat yang disebabkan oleh kebakaran. muster point dan APAR yang ada di gedung Kantor
Penerapan sistem tanggap darurat juga tidak harus Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan.
menunggu terjadinya keadaan darurat kebakaran Kebijakan mengenai darurat kebakaran adalah
namun harus dibuat untuk mengantisipasi adanya panduan mutu atau manual mutu yang digunakan
kebakaran untuk menciptakan keamanan dan sebagai pedoman pada saat terjadi darurat kebakaran.
kenyamanan di tempat kerja. Kebijakan bencana kebakaran pada gedung salah
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II satunya adalah menentukan jalur penyelamatan
Balikpapan masih belum memiliki perencanaan keluar dari gedung (Hadhiatma, 2015).
sistem manajemen darurat kebakaran. Hal ini dapat Sarana penyelamat diri yaitu sarana gedung
mengakibatkan kerugian yang sangat besar pada yang pada saat keadaan darurat kebakaran dapat
saat terjadi darurat kebakaran di gedung tersebut. digunakan oleh penghuni untuk menyelamatkan diri
Ditambah lagi belum adanya petugas khusus maupun dengan keluar dari gedung. Sarana penyelamat diri
pegawai yang terampil atau memiliki keahlian di ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu jalur evakuasi
bidang darurat kebakaran. (pintu darurat, koridor dan tangga darurat), tanda
Tujuan penelitian ini adalah untuk arah keluar/exit sign dan titik kumpul/muster point.
mengindentifikasi dan merancang kebutuhan sarana Pintu darurat adalah pintu yang dapat digunakan
penyelamat diri dan APAR pada darurat kebakaran di bila terjadi keadaan darurat. Menurut Ramli (2010),
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan. kriteria pintu darurat dapat dihitung berdasarkan
rumus berikut: kriteria pintu keluar menurut Ramli
(2010):
METODE
Lebar Pintu
Dilihat dari segi analisa data jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
membuat deskripsi atau gambaran tentang suatu Di mana
keadaan secara objektif. Bila ditinjau dari segi N: Jumlah Orang
tempat penelitian ini termasuk penelitian lapangan. T: Batas/waktu dalam menit (3’, 2.5’, 2’)
Sedangkan dari waktu pengumpulan data penelitian U: Banyaknya LTK yang dibutuhkan
ini merupakan penelitian dengan pendekatan cross
sectional (Notoatmodjo, 2010). Jumlah Pintu
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
karyawan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Balikpapan. Teknik pemilihan responden yang Di mana
digunakan adalah purposive sampling. Responden E: Banyaknya tempat keluar.
ditentukan oleh peneliti yaitu sebanyak 2 orang
untuk dilakukan wawancara. Responden tersebut Koridor/escape routes adalah jalur-jalur aman
adalah Pimpinan dan Bagian Perencanaan dari yang ditetapkan untuk menuju ke titik kumpul pada
kantor tersebut. Pimpinan dipilih karena mengetahui saat terjadi keadaan darurat. Kriteria koridor menurut
bagaimana kebijakan maupun mengenai sarana Ramli (2010): tidak licin, bebas hambatan, lamanya
penyelamat diri. Bagian perencanaan dipilih waktu keluar (risiko ringan = 3 menit, risiko sedang
sebagai responden karena mengetahui apa saja yang = 2,5 menit dan risiko berat = 2 menit) dan panjang
24 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 21–30

jarak tempuh (risiko ringan = 30 meter, risiko kemudian data sekunder dengan mengumpulkan
sedang = 20 meter dan risiko berat = 15 meter). data mengenai prosedur tanggap darurat yang telah
Tangga darurat adalah tangga yang dapat ditetapkan dan foto-foto hasil observasi seperti foto
digunakan pada saat terjadi keadaan darurat. Kriteria exit sign dan muster point.
tangga darurat SNI 03-1746-2000, antara lain: lebar Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis
bersih 110 cm (44 inci) atau 90 cm (36 inci) bila secara deskriptif, kemudian hasilnya akan disajikan
penghuni yang dilayani jalur tangga kurang dari dalam bentuk narasi. Pengolahan dan analisis data
50 orang, maksimum ketinggian anak tangga 19 cm akan dihubungkan dengan teori yang terkait dengan
(7,5 inci), kedalaman anak tangga minimum 25 cm sistem tanggap darurat sehingga peneliti dapat
(10 inci) dan tinggi ruang minimum 200 cm (6 ft, 8 mengindentifikasi fasilitas sarana penyelamat diri
inci). dan merancang sistem tanggap darurat kebakaran di
Petunjuk arah/exit sign adalah tanda menuju Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan.
arah keluar atau evakuasi. Kriteria petunjuk arah
menurut SNI 03-6574-2001, antara lain: lokasi
HASIL
pemasangan (arah menuju tempat aman dan di
lokasi yang mudah terbaca, pada setiap pintu menuju Hasil dari wawancara yang dilakukan peneliti
tangga yang aman setinggi 15 cm-20 cm dari dasar kepada 2 responden didapatkan hasil bahwa Kantor
tanda ke lantai dengan tulisan “EXIT”, dipasang Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan masih
pada pintu darurat dengan jarak 10 cm dari rangka belum memiliki kebijakan mengenai darurat
pintu dan tidak ada dekorasi atau perabotan yang kebakaran dan diketahui pula Kantor Kesehatan
menghalangi tanda tersebut), ukuran exit sign (tanda Pelabuhan Kelas II Balikpapan masih belum
“EXIT” diberi warna kontras dengan latar belakang, dilengkapi dengan sarana penyelamat diri yang
tanda “EXIT” ditulis dengan huruf kapital dengan memadai.
tinggi minimal 15 cm, tebal minimal 2 cm, lebar Kebijakan merupakan pedoman dan dasar
minimal 5 cm dan jarak minimum antar huruf 1 cm) rencana dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
dan pencahayaan 300 lux dalam keadaan normal dan Kebijakan penanggulangan darurat kebakaran
10 lux dalam keadaan darurat. disusun agar pada saat terjadi darurat kebakaran
Titik kumpul/muster point adalah area masing-masing perorangan dapat mengetahui apa
berkumpul pada saat terjadi keadaan darurat. Kriteria saja yang harus dilakukan sesuai dengan kebijakan
titik kumpul (NFPA 101 tahun 2000), antara lain: yang dibuat. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
menyediakan space 0,3 m2 per satu orang dengan II Balikpapan merupakan unit pelayanan teknis
tinggi minimal 200 cm atau lebih, berjarak 6,1 meter di bawah Kementerian Kesehatan yang melayani
dan aman dari jatuhan dan bahaya lainnya, lokasinya masyarakat umum yang ingin mendapatkan
memiliki akses menuju tempat yang lebih aman pelayanan kesehatan. Namun Kantor Kesehatan
dan tidak menghalangi kendaraan penanggulangan Pelabuhan Kelas II Balikpapan masih belum
keadaan bahaya. memiliki peraturan maupun kebijakan mengenai
APAR adalah alat pemadam ringan yang darurat kebakaran. Kebijakan mengenai darurat
bisa dioperasikan oleh satu orang. Kriteria APAR kebakaran yang masih belum ada di Kantor
menurut Permenakertrans No. 4 tahun 1980: jenis Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan
APAR (Air, Busa, Serbuk kimia Kering, Karbon menandakan bahwa kantor tersebut belum
Dioksida atau Halon), konstruksi APAR (tabung gas menerapkan sistem penanggulangan darurat
atau tabung bertekanan tetap), rating APAR (Kelas kebakaran.
A, B, C atau D), ukuran APAR dan terdapat tanda Fasilitas penunjang pada darurat kebakaran
APAR yang dipasang 125 cm dari lantai, berbentuk seperti sarana penyelamat diri diperlukan setiap
segitiga, berwarna merah dengan tulisan putih yang gedung, terutama di gedung bertingkat dan
terlihat jelas. berpenghuni. Di gedung Kantor Kesehatan
Jumlah kebutuhan APAR dihitung berdasarkan Pelabuhan Kelas II Balikpapan sendiri sedang
dengan luas bangunan sesuai dengan luas coverage melengkapi fasilitas darurat kebakaran tersebut.
APAR dari NFPA 10 tahun 2002. Belum ada jalur evakuasi yang ditentukan pada
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini gedung Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
didapatkan dengan cara mengumpulkan data primer Balikpapan. Demikian pula sign atau tanda yang
melalui observasi, wawancara dan pengukuran, menunjukkan jalur evakuasi. Terdapat sign di dekat
Agus Pratama, Perancangan Sarana Penyelamat Diri dan Kebutuhan APAR… 25

tangga yang menunjukkan arah menurun dan sign ruang sebesar 150 m2 yang dapat digunakan sebagai
titik kumpul yang menunjukkan area titik berkumpul tempat berkumpul saat terjadi darurat kebakaran.
di depan pos satpam. Titik kumpul tersebut juga digunakan pengurus
Observasi dan pengukuran di lakukan pada untuk digunakan sebagai parkir kendaraan pegawai
sarana penyelamat diri maupun pendukungnya maupun pengunjung.
seperti koridor, tangga, pintu keluar, petunjuk arah,
titik kumpul dan APAR. Alat pemadam api ringan (APAR)
APAR yang ada di Kantor Kesehatan Pelabuhan
Koridor
Kelas II Balikpapan sudah terpasang sejak bulan
Koridor terdapat di lantai 1 maupun lantai 2 agustus 2015 sebanyak 10 buah. APAR tersebut
dengan lebar 2 meter. Panjang koridor di lantai 1 berisi gas halotron yang merupakan turunan dari gas
sepanjang 39 meter dihitung dari pintu belakang halon dan memiliki kapasitas 6 kg. Material tabung
gedung hingga pintu depan gedung. Panjang koridor APAR tersebut terbuat dari bahan mild steel dan
lantai 2 sepanjang 32 meter dihitung dari jendela dilapisi dengan cat berwarna merah. Rating/kelas
belakang hingga depan ruang rapat. Terdapat pintu kebakaran yang dapat ditanggulangi yaitu kelas A, B
yang berada di tengah koridor lantai 1 yang dapat dan C hingga 12.000 volt. Pemasangan APAR telah
menjadi halangan. dilengkapi dengan tanda dan tinggi pemasangan
tanda 125 cm dari permukaan lantai.
Tangga Tanda pemasangan berbentuk kotak berukuran
Terdapat 2 buah tangga yang berada di tengah 30 × 25 cm, berwarna merah, terdapat tulisan
gedung dan belakang gedung. Tangga tengah “TABUNG PEMADAM API” berwarna merah
memiliki lebar 130 cm dihitung antara rel pegangan. dengan tinggi huruf 5 cm dan petunjuk arah berwana
Tangga belakang memiliki lebar 95 cm dihitung putih dengan tinggi 7,5 cm. Tabung APAR di pasang
dari dinding hingga rel pegangan tangga. Kedua 10 cm di bawah tanda tersebut.
tangga tersebut memiliki kedalaman anak tangga APAR yang ada di Kantor Kesehatan Pelabuhan
30 cm dan ketinggian anak tangga sebesar 18,5 kelas II Balikpapan adalah sebanyak 10 buah, 5
cm. Tinggi ruang pada tangga setinggi 400 cm. buah APAR dipasang di lantai 1 gedung dan 5 buah
Gedung ini tidak memiliki tangga darurat khusus APAR lainnya dipasang di lantai 2 gedung. APAR
yang memiliki kompartemen sendiri maupun yang lantai 1 diletakkan di samping pintu utama gedung,
ada di luar gedung. depan ruang arsip, di dalam ruang arsip, di dalam
ruang klinik, dan di depan ruang VCT. APAR lantai
Pintu Keluar 2 diletakkan di depan ruang rapat, depan ruang
Gedung Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas kepegawaian, depan ruang tata usaha, depan suang
II Balikpapan memiliki 3 pintu keluar yang berada Seksi PKSE, dan depan ruang Seksi UKLW.
di lantai 1 gedung. Pintu tersebut digunakan juga
sebagai pintu masuk. Pintu pertama ada di depan PEMBAHASAN
gedung dengan lebar bukaan 1,6 meter dan tinggi
2,1 meter, konstruksi kaca dilengkapi dengan sensor Kebijakan Darurat Kebakaran
automatic. Jarak pintu dengan titik kumpul adalah 10 Kepmenaker RI No. KEP.186/MEN/1999
meter. Pintu kedua berada di sebelah kanan gedung mengatakan bahwa setiap pengurus atau
dengan lebar bukaan 1,6 meter dan tinggi 2,1 meter, manajemen suatu organisasi diwajibkan mencegah
bahan pintu terbuat dari alumunium dan kaca. Jarak atau mengurangi kebakaran di tempat kerja.
pintu dengan titik kumpul sebesar 26 meter. Pintu Salah satu kewajiban ini adalah membuat buku
ketiga berada di belakang gedung dengan lebar rencana penanggulangan darurat kebakaran atau
bukaan 1,6 meter dan tinggi 2,1 meter, bahan pintu sebuah standar operasional prosedur tentang
terbuat dari alumunium dan kaca. Jarak pintu dengan penanggulangan darurat kebakaran.
titik kumpul sebesar 45 meter. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Balikpapan masih belum memiliki sebuah panduan
Titik Kumpul mutu atau manual mutu mengenai penanggulangan
Titik kumpul berada di depan gedung Kantor kebakaran. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan. Tersedia Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II masih
26 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 21–30

belum memiliki suatu sistem penanggulangan pada sarana penyelamat diri yang ada di gedung
darurat kebakaran. Seharusnya menurut ketentuan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan.
Kepmenaker diatas Kantor Kesehatan Pelabuhan Fasilitas sarana penyelamat diri di Kantor
Kelas II Balikpapan sudah memiliki panduan mutu Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan masih
atau manual mutu mengenai penanggulangan banyak yang belum tersedia (Tabel 1), seperti
kebakaran, karena penghuni yang ada di gedung tidak terdapat jalur evakuasi di kedua lantai, tidak
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan memiliki exit sign yang digunakan untuk memandu
lebih dari 50 orang sesuai Keputusan Menteri Tenaga penghuni keluar gedung dengan aman. Tangga
Kerja Republik Indonesia No. 186 tahun 1999 pasal darurat juga tidak tersedia, namun dapat digantikan
2 butir 2. dengan tangga yang sudah ada di gedung tersebut.
Usulan mengenai standar operasional Sarana penyelamat diri yang belum lengkap
prosedur (SOP) tentang penanggulangan darurat tersebut tidak memenuhi persyaratan teknis yang
kebakaran diberikan untuk memenuhi peraturan dari tertera dalam ketentuan teknis PermenPU No. 26
Kepmenaker No. 186 tahun 1999 tersebut. Tujuan Tahun 2008 pada Bab III. Dalam ketentuan tersebut
dibuatnya SOP ini adalah untuk mengetahui tindakan bangunan gedung seharusnya memiliki sarana
yang diperlukan jika terjadi darurat kebakaran dan penyelamat diri yang terdiri dari penentuan jalur
untuk mengetahui peran dan fungsi tiap-tiap petugas evakuasi (koridor, pintu dan tangga), tanda arah dan
atau orang yang diberikan tanggung jawab pada titik berkumpul. Oleh karena itu, diberikan usulan
saat terjadi darurat kebakaran dan memperjelas alur mengenai sarana penyelamat diri untuk memenuhi
tugas, wewenang dan tanggung jawab petugas yang persyaratan teknis gedung menurut Permen PU No.
terkait. Usulan SOP tentang penanggulangan darurat 26 Tahun 2008.
kebakaran dapat dilihat di lembar lampiran. Fasilitas pemadam yang ada di gedung tersebut
sudah dilengkapi dengan APAR sebanyak 10 buah
Fasilitas Penyelamat Diri dan Pemadam yang berisi gas halotron. Namun untuk mengetahui
Menurut Permen PU No. 26 Tahun 2008 apakah efektif atau tidak digunakan pada gedung
dikatakan bahwa setiap orang atau badan hukum tersebut akan dijelaskan pada pembahasan mengenai
termasuk instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah APAR.
Daerah dalam penyelenggaraan pembangunan Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat
bangunan gedung wajib memenuhi persyaratan dikatakan bahwa Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
teknis yang diatur dalam peraturan pelaksanaan II Balikpapan masih belum melaksanakan ketentuan
sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dari Permen PU No. 26 Tahun 2008, karena masih
dan lingkungan. Diantara persyaratan teknis tersebut ada sarana proteksi yang masih belum lengkap atau
terdapat persyaratan mengenai proteksi kebakaran memenuhi syarat.
aktif dan pasif yang harus dipenuhi.
Rute Penyelamat (Exit Route)
Hasil observasi yang telah dilakukan di gedung
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan, Dilihat dari bangunan gedung, tipe
sarana penyelamat diri di gedung Kantor Kesehatan penyelamatan diri yang dapat digunakan di gedung
Pelabuhan Kelas II Balikpapan juga masih belum Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
lengkap. Gedung tersebut masih belum menentukan II Balikpapan untuk melarikan diri dari bahaya
jalur evakuasi yang digunakan apabila terjadi darurat kebakaran adalah dengan melalui koridor sebelum
kebakaran, demikian pula tanda atau sign jalur menuju tempat terbuka. Namun rute atau jalur
evakuasi. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II penyelamatan tersebut masih belum ditentukan.
Balikpapan sudah menentukan di mana letak titik Menentukan rute penyelamat diri harus
berkumpul atau muster point dan melengkapinya memenuhi persyaratan yang memungkinkan
dengan tanda. Berikut adalah tabel hasil observasi penghuni dapat menyelamatkan diri dengan cepat

Tabel 1. Evaluasi Sarana Penyelamat Diri


Lantai Exit Route Exit Door Tangga Darurat Exit Sign Titik Kumpul
1 Tidak Tersedia Tersedia Tidak Diperlukan Tidak Tersedia Tersedia
2 Tidak Tersedia Tidak Diperlukan Tidak Tersedia Tidak Tersedia Tidak Diperlukan
Agus Pratama, Perancangan Sarana Penyelamat Diri dan Kebutuhan APAR… 27

dan aman. Persyaratan itu adalah setiap rute Setelah melakukan perhitungan didapatkan
penyelamat dibuat permanen dengan material tahan kebutuhan pintu darurat untuk digunakan di gedung
api, tinggi minimum 2,3 meter, lebar minimum Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan
0,71 meter dan harus bersih dari segala halangan. sebanyak 2 buah dengan lebar pintu sebesar
Selain persyaratan tersebut perlu juga diperhatikan 52,5cm.
risiko bahaya hunian, jumlah penghuni, juga panjang
koridor yang akan dilewati. Risiko bahaya hunian Tangga
gedung Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Gedung Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Balikpapan adalah risiko ringan. Balikpapan tidak memiliki tangga darurat khusus
yang sesuai persyaratan SNI 03-1746-2000.Terdapat
Koridor
pengecualian untuk tangga yang sudah ada dengan
Gedung yang memiliki risiko bahaya kebakaran memenuhi persyaratan. Untuk menentukan apakah
ringan seperti gedung Kantor Kesehatan Pelabuhan tangga yang ada di gedung Kantor Kesehatan
Kelas II Balikpapan dibutuhkan lama waktu untuk Pelabuhan Kelas II Balikpapan dapat digunakan
sampai keluar gedung maksimal adalah 3 menit pada saat darurat kebakaran maka dapat dilihat
dengan panjang jarak tempuh maksimal 30 meter. perbandingan kriteria tangga yang ada dengan
Di lantai 1 gedung terdapat koridor sepanjang persyaratan SNI 03-1746-2000 pada Tabel 2. Dari
39 meter dan lantai 2 sepanjang 32 meter. Dapat perbandingan pada Tabel 2, kedua tangga yang
dipastikan untuk menempuh pintu keluar, sebagian ada di gedung Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
penghuni menempuh jarak lebih dari 30 meter. Hal II Balikpapan dapat digunakan sebagai pengganti
ini tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. tangga darurat dan digunakan pada saat terjadi
Lebar koridor di lantai 1 maupun lantai 2 sudah darurat kebakaran.
cukup lebar yaitu sepanjang 2 meter. Pengahalang
yang ada di lantai 1 berupa pintu dapat menghambat Jalur Evakuasi
penghuni untuk menuju pintu keluar, maka dari Jalur evakuasi di gedung Kantor Kesehatan
itu pintu harus selalu terbuka pada saat terdapat Pelabuhan Kelas II Balikpapan masih belum ada
penghuni di gedung tersebut. untuk itu diberikan usulan jalur evakuasi untuk
gedung Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Pintu Keluar
Balikpapan sesuai dengan keadaan yang ada dan
Pintu keluar yang tersedia di gedung Kantor pada pembahasan sebelumnya. Usulan jalur evakuasi
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan sebanyak untuk lantai 1 dan lantai 2 akan dijelaskan lebih
3 buah dan tidak ada pintu khusus yang digunakan lanjut.
pada saat terjadi darurat kebakaran, namun tidak Jalur evakuasi di lantai 1, sebagian penghuni
semuanya dapat dijadikan pintu keluar saat diarahkan menuju ke pintu depan gedung dan
terjadinya darurat kebakaran. Perlu diperhitungkan sebagian penghuni diarahkan pintu tengah gedung
dengan memperhatikan banyaknya penghuni dan menuju titik kumpul yang telah ditentukan.
pintu mana yang terdekat dengan titik kumpul. Terdapat pintu ditengah gedung yang dapat menjadi
penghalang jalur evakuasi. Pintu tersebut harus
Tabel 2. Perbandingan Kriteria Tangga dengan selalu terbuka apabila terdapat penghuni di gedung
Persyaratan SNI 03-1746-2000. tersebut.
Jalur evakuasi lantai 2 dibagi menjadi 2 jalur
Tangga Tangga
Kriteria SNI 03-1746-2000 sesuai dengan letak tangga yang ada di gedung
1 2
Lebar 110 cm atau 90 cm 130 cm 95 cm
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan.
(bila penghuni <90) Jalur evakuasi tersebut dibatasi oleh pintu yang
terdapat di tengah gedung. Untuk ruang Kepala
Ketinggian Maksimum 19 cm 18,5 cm 18,5 cm
Kantor, ruang rapat, ruang kepegawaian dan sebagian
anak tangga Minimum 10 cm
penghuni ruang tata usaha yang keluar melalui pintu
Kedalaman Minimum 25 cm 30 cm 30 cm
ruang bagian depan dapat turun melalui tangga
anak tangga
Tinggi ruang Minimum 200 cm 400 cm 400 cm utama yang terletak di depan. Sedangkan ruang yang
lain dan sebagian penghuni ruang tata usaha yang
keluar ruangan melalui pintu bagian belakang dapat
28 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 21–30

turun melalui tangga yang terletak di depan ruang kapital dengan tinggi minimal 15cm, tebal minimal
seksi PKSE. 2cm, lebar minimal 5cm dan jarak minimum antar
huruf 1cm.
Titik Kumpul Berdasarkan pembahasan diatas diberikan
Titik kumpul berada di lahan parkir pengunjung usulan penempatan petunjuk arah untuk gedung
yang berada di depan gedung Kantor Kesehatan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan.
Pelabuhan Kelas II Balikpapan. Berdasarkan kriteria Usulan penempatan petunjuk arah akan dijelaskan
titik kumpul, titik kumpul tersebut sudah memenuhi lebih lanjut.
semua persyaratan seperti jarak titik kumpul dengan Penempatan petunjuk arah di lantai 1, petunjuk
gedung sejauh 10 meter, dapat mengakomodasi arah yang dibutuhkan sebanyak 7 buah. Petunjuk
seluruh penghuni yang berjumlah kurang lebih 91 arah diletakkan di pintu depan yang menjadi pintu
orang dengan luas 150m2, dan tidak menghalangi keluar gedung, depan tangga utama dan belakang,
kendaraan penganggulangan bahaya kebakaran depan ruang arsip, tembok belakang tangga, depan
apabila terjadi darurat kebakaran di gedung Kantor pintu tengah gedung dan di tiang tembok depan
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan. ruang laboratorium klinik. Petunjuk arah yang
Titik kumpul yang ada di Kantor Kesehatan di letakkan di pintu depan dipasang 10 cm diatas
Pelabuhan Kelas II Balikpapan sudah memenuhi rangka pintu. Petunjuk arah yang diletakkan di
semua persyaratan NFPA 101 tahun 2000, namun depan pintu tengah gedung dipasang menggantung
dikarenakan terletak bersamaan dengan letak pada plafon gedung.
parkir kendaraan pengunjung hal ini dapat menjadi Untuk penempatan petunjuk arah di lantai 2,
penghalang penghuni menuju ke titik kumpul yang petunjuk arah yang dibutuhkan sebanyak 4 buah.
telah ditentukan. Maka sebaiknya manajemen Kantor Petunjuk arah diletakkan di depan ruang rapat,
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan dapat dinding tangga utama, tiang tembok depan ruang
menentukan atau menata ulang tempat parkir atau tata usaha dan dipasang menggantung depan tangga
titik kumpul sehingga tidak menjadi satu. belakang.

Petunjuk Arah (Exit Sign) APAR

Berdasarkan hasil observasi yang telah Menentukan risiko kebakaran dan klasifikasi
dilakukan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas bahaya kebakaran di setiap ruangan gedung Kantor
II Balikpapan masih belum melengkapi petunjuk Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan harus
arah yang diperlukan untuk melengkapi sarana dilakukan sebelum membahas kebutuhan alat
penyelamat diri pada darurat kebakaran. pemadam api ringan (APAR). Tujuan bahasan ini
Menurut SNI 03-6574-2001, exit sign diletakkan adalah untuk menentukan jenis APAR yang efektif
pada tempat-tempat yang telah dipersiapkan sebagai digunakan pada gedung Kantor Kesehatan Pelabuhan
petunjuk sarana penyelamatan diri ketika terjadi Kelas II Balikpapan. Untuk mempermudah
sebuah bencana, seperti pintu darurat, jalur evakuasi, penggunaan dan menjaga kualitas APAR tersebut
tangga darurat dan titik kumpul. Berikut tata cara perlu dilakukan pemasangan dan pemeliharaan yang
pemasangan petunjuk arah: pada lokasi pemasangan sesuai dengan peraturan tentang syarat pemasangan
sign arah menuju tempat aman dan di lokasi yang dan pemeliharaan APAR yaitu Permenakertrans no.
mudah terbaca, pada setiap pintu menuju tangga 4 Tahun 1980 (Isnaini, 2009).
yang aman setinggi 15 cm-20 cm dari dasar tanda ke Klasifikasi bahaya hunian menurut SNI 03-
lantai dengan tulisan “EXIT”, dipasang pada pintu 3989-2000, Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
darurat dengan jarak 10 cm dari atas rangka pintu, II Balikpapan termasuk memiliki risiko bahaya
tidak ada dekorasi atau perabotan yang menghalangi kebakaran ringan karena masuk pada kelompok
tanda tersebut, pencahayaan 300 lux dalam perkantoran dan tempat perawatan. Dari hasil
keadaan normal dan 10 lux dalam keadaan darurat observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
dan dibuat dari bahan yang dapat memantulkan bahwa klasifikasi atau kelas bahaya kebakaran untuk
cahaya (reflecting) atau dibuat dari bahan yang Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan
dapat menyimpan cahaya (photoluminous) agar adalah kelas A, B dan C.
terlihat pada saat gelap. Ukuran exit sign yaitu: Lantai 1 gedung terdapat 7 ruangan yang
tanda “EXIT” diberi warna kontras dengan latar memiliki kelas bahaya kebakaran A dan C, karena
belakang dan tanda “EXIT” ditulis dengan huruf ruangan tersebut terdapat bahan padat yang mudah
Agus Pratama, Perancangan Sarana Penyelamat Diri dan Kebutuhan APAR… 29

terbakar seperti kertas, meja kayu dan kursi selain persegi panjang dengan warna dasar merah, tinggi
itu juga terdapat peralatan elektronik yang berisiko huruf 5cm dengan warna putih dan tanda panah
terjadi kebakaran yang dikarenakan arus listrik. 6 setinggi 7,5 cm berwarna putih. Tanda APAR yang
ruang berikutnya memiliki kelas bahaya kebakaran ada tidak sesuai dengan petunjuk yang diberikan
A, B dan C dikarenakan selain terdapat benda pada Permenakertrans No. 4 tahun 1980 yang
padat dan peralatan elektronik yang berisiko terjadi seharusnya berbentuk. Namun pemasangannya
kebakaran terdapat pula cairan kimia maupun gas sudah sesuai dengan peraturan tersebut yaitu 125
yang mudah terbakar seperti alkohol dan tabung cm dari lantai hingga bawah tanda APAR tersebut
berisi oksigen yang terdapat di laboratorium dan dan APAR diletakkan menggantung 10cm di bawah
tempat penyimpanan obat, solar yang berada di tanda tersebut.
gudang pestisida dan di area genset, serta terdapat
tabung berisi LPG di dapur.
SIMPULAN
Lantai 2 gedung memiliki risiko kebakaran A
dan C, karena di lantai 2 hanya terdapat benda padat Kebijakan mengenai darurat kebakaran di
berupa alat tulis, perlengkapan kantor dan peralatan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan
elektronik yang mengandung listrik. masih belum ada. Maka diberikan usulan mengenai
Rancangan kebutuhan APAR dibuat berdasarkan standar operasional prosedur pada saat terjadi darurat
Permenakertrans No. 4 tahun 1980. Berdasarkan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan.
hasil pembahasan mengenai risiko kebakaran pada Oleh karena itu, disarankan bagi pengurus untuk
gedung Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II dibuatkan suatu kebijakan atau SOP tentang darurat
Balikpapan didapatkan hasil bahwa gedung tersebut kebakaran yang nantinya dapat digunakan pada
memiliki risiko kebakaran ringan dengan kelas saat terjadi darurat kebakaran di gedung Kantor
kebakaran A, B dan C. Jenis APAR yang paling Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan. Perlu
efektif untuk kelas kebakaran tersebut adalah APAR dilengkapi fasilitas sarana penyelamat diri yang
berisi serbuk kimia kering (tepung). belum ada di gedung Kantor Kesehatan Pelabuhan
Total kebutuhan APAR untuk gedung Kantor Kelas II Balikpapan, seperti membuat jalur evakuasi
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan adalah 10 gedung dan melengkapi sign yang mempermudah
buah dengan Rating 1A dan berjenis serbuk kimia penghuni gedung menuju titik kumpul yang telah
kering (tepung). Jarak maksimal antar APAR dalam ditentukan.
pemasangannya menurut Permenakertrans No. 4 Fasilitas pemadam berupa APAR di gedung
tahun 1980 adalah 15 meter. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan
APAR yang sudah ada di Kantor Kesehatan sudah ada dan jumlahnya masih sudah sesuai
Pelabuhan Kelas II Balikpapan berjumlah 10 buah perhitungan menurut Permenakertrans No. 4
dan berisi gas Halotron dengan berat 6 kg. Jumlah Tahun 1980 dan di gedung tersebut masih belum
APAR sudah sesuai dengan kebutuhan APAR yang melengkapi sarana penyelamat diri terhadap darurat
dihitung berdasarkan Permenakertrans No. 4 Tahun kebakaran. Telah diberikan usulan mengenai
1980. rancangan fasilitas sarana penyelamat diri pada
APAR yang dimiliki Kantor Kesehatan darurat kebakaran (exit route, exit sign dan muster
Pelabuhan Kelas II Balikpapan berisi gas Halotron. point) di gedung Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
Gas halotron merupakan turunan gas halon yang II Balikpapan.
aman untuk lingkungan dan tidak mengandung CFC Jumlah APAR yang dibutuhkan di gedung
yang dilarang oleh pemerintah (clean agent). Gas Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan
halotron tersebut dapat menangani kebakaran kelas sebanyak 10 buah dengan jenis dry chemical powder.
A, B dan C sehingga dapat digunakan di gedung Telah diberikan juga usulan letak pemasangan APAR
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan. beserta tandanya untuk gedung Kantor Kesehatan
Menurut Permenakertrans No. 04 tahun 1980, Pelabuhan Kelas II Balikpapan.
tanda yang menunjukkan APAR berbentuk segitiga Perlu diadakan pelatihan penggunaan APAR
sama sisi dengan dasar warna merah, berukuran sisi kepada pegawai atau minimal kepada orang yang
35 cm, tinggi huruf 3 cm berwarna putih dan tanda ditunjuk sebagai petugas pengawas kebakaran. Perlu
panah setinggi 7.5 cm berwarna putih. Sedangkan diadakan simulasi darurat kebakaran di gedung
tanda yang menunjukkan APAR di gedung Kantor Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan.
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan berbentuk Melakukan kegiatan pemeriksaan APAR dan fasilitas
30 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 1 Jan-Jun 2016: 21–30

penyelamat diri secara berkala minimal 6 bulan National Fire Protection Association (NFPA) 10
sekali. Pemeriksaan APAR ini meliputi: pemeriksaan Tahun 2002 tentang Standart Portable for Fire
fisik (tabung, selang, nozzle, pengatub, segel, Extinguisher.
indikator tekanan dan label) dan penempatannya Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
telah sesuai atau belum (Permenakertrans No.4/ Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
MEN/1980). Pratama, A. 2016. Perancangan Kebutuhan APAR
dan Sarana Penyelamat Diri pada Darurat
Kebakaran di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
DAFTAR PUSTAKA
II Balikpapan. Skripsi. Surabaya: Universitas
Angela, T.A. 2006. Studi Kasus: Evaluasi Sistem Airlangga.
Penanggulangan Kebakaran PT. Indogravure. Perda DKI no. 3 Tahun 1992 Tentang Penanggulangan
Jurnal. Jakarta: FKM Universitas Indonesia. Bahaya Kebakaran dalam Wilayah Khusus
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamat Ibukota Jakarta. Jakarta; Setda Pemprov DKI.
Prov. DKI Jakarta. Data Kebakaran Tahun 2014. Permenakertrans RI NO. 04/MEN/1980 Tentang
[Online] Avaliable at: http://www.jakartafire.net/ Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
statistik/index.php? tahunkat=2014 [Accessed 31 Alat Pemadam Api Ringan.
Maret 2015] Permen PU No. 26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan
Firdani, L. 2014. Analisis Penerapan Alat Pemadam Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Api Ringan (APAR) Di PT. X Pekalongan. Jurnal. Gedung dan Lingkungan.
Semarang: FKM Undip. Ramli, S. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen
Hadhiatma, A. 2015. Penentuan Jalur Evakuasi Kebakaran (Fire Management). Jakarta: Dian
Bencana Kebakaran di Gedung Menggunakan Rakyat.
Algoritma Jalur Jamak. Jurnal. Bali: STMIK SNI 03-1746-2000 Tentang Tata Cara dan
STIKOM. Pemasangan Sarana Jalan Keluar untuk
Indrawan, S.M.S. 2013. Sistem Manajemen Penyelamatan terhadap Bahaya Kebakaran pada
Pencegahan Kebakaran Gedung Tinggi. Bangunan Gedung. Indonesia.
Jurnal. Semarang: Asosiasi Ahli K3 Konstruksi SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara Perencanaan
Indonesia. dan Pemasangan Sistem Springkler Otomatik
Isnaini, S. 2009. Apar (Alat Pemadam Api Ringan) untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
dan Instalasi Hydrant Sebagai Salah Satu Upaya Bangunan Gedung. Indonesia.
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran SNI 03-6574-2001 Tentang Tata Cara Perencanaan
di Area Pabrik I PT. Petrokimia Gresik. Jurnal. Pencahayaan Darurat, Tanda Arah dan Sistem
Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Peringatan Bahaya pada Bangunan Gedung.
Kepmenaker RI No.KEP.186/MEN/1999 Tentang Indonesia.
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
Kerja.

You might also like