You are on page 1of 14

Vol 6 No 1, April 2020 (1-13)

JURNAL KEOLAHRAGAAN
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/JKP

Kecerdasan Emosional Guru Pendidikan Jasmani


(Studi Deskriptif-Pengembangan Alat Ukur Kecerdasan
Emosional Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar)
Ahmad Hamidi
Program Studi Ilmu Keolahragaan, Universitas Pendidikan Indonesia
e-mail: ahmadhamidi@upi.edu

ABSTRACT
This study has the main objective of developing a measuring instrument for emotional intelligence that
is suitable for elementary Physical Education teachers. The research method used was descriptive
quantitative-qualitative technique development. The population was 500 elementary school physical
education teachers in Cimahi City and Sukabumi City, with a sample of 100 people taken randomly.
The results of this study indicate that: 1) Conceptual emotional intelligence is an individual character
that is related to needs, as well as the ability to manage, express oneself appropriately, and how to
manage other people's emotions and build relationships with others. Emotional intelligence itself is
divided into 13 dimensions. 2) The measuring instrument was developed in the form of multiple
choice with four alternative choices. Each choice describes a preference for each dimension of
emotional intelligence and between choices are ordinal, ranging from very descriptive to not
describing the character being measured. The weighting of the score for each choice is determined
using the consecutive interval method., 3) Most of the items developed with a high and adequate level
of readability as a measure of emotional intelligence for elementary school teachers based on expert
assessments that have been carried out to 69 items, the remaining 31 items were declared inadequate
(invalid). The items that are not selected are numbers 1, 3, 4, 11, 15, 16, 18, 19, 22, 26, 33, 35, 36, 41,
43, 44, 45, 46, 47, 48, 49 , 50, 51, 53, 55, 56, 64, 71, 90, 95, and 99. The item reliability index that has
been declared valid is 0.950 with a SEM of 6,870. This shows that these items have a reliable
consistency.

Keyword: Emotional intelligence

ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan utama mengembangkan alat ukur baku kecerdasan emosi yang cocok
untuk guru penjas SD. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif Pengembangan
dengan teknik kuantitatif-kualitatif. Populasi sebanyak 500 orang guru penjas SD di Kota Cimahi dan
Kota Sukabumi, dengan sampel sebanyak 100 orang diambil secara random. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: 1) Emotional intelligence secara konseptual merupakan karakter individu yang
berhubungan dengan kebutuhan, dorongan, sekaligus kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan
mengekspresikan emosi diri dengan tepat, serta bagaimana mengenali emosi orang lain dan membina
hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi itu sendiri terbagi pada 13 dimensi., 2) Alat ukur
tersebut dikembangkan berupa pilihan ganda dengan empat alternatif pilihan. Setiap pilihan
menggambarkan preferensi atas setiap dimensi emotional intelligence dan antar pilihan itu bersifat
ordinal dari mulai yang sangat menggambarkan sampai dengan tidak menggambarkan karakter yang
diukur. Penentuan bobot skor untuk setiap pilihan ditentukan dengan menggunakan sucessive interval
method., 3) Sebagian besar item yang dikembangkan memiliki tingkat keterbacaan tinggi dan
memadai sebagai alat ukur kecerdasan emosi guru penjas SD terutama berdasarkan judgement pakar
yang telah dilakukan., 4) Item yang terpilih menjadi 69 butir, sisanya sebanyak 31 butir dinyatakan

1
Ahmad Hamidi Vol.6 No.1, 2020 (1-13)

tidak memadai (tidak valid). Item-item yang tidak terpilih tersebut adalah nomor 1, 3, 4, 11, 15, 16,
18, 19, 22, 26, 33, 35, 36, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 53, 55, 56, 64, 71, 90, 95, dan 99.
Indeks reliabilitas item yang telah dinyatakan valid sebesar 0,950 dengan SEM sebesar 6,870. Hal
tersebut menunjukkan bahwa item-item tersebut memiliki keajegan yang handal.

Kata kunci: Kecerdasan Emosional

PENDAHULUAN Guru Pendidikan Jasmani merupakan


Pendidikan jasmani merupakan suatu profesi yang unik, hal ni dapat dilihat
bagian integral dari proses pendidikan pada dari situasi dan kondisi pembelajarannya
umumnya. Menurut Rusli Lutan (1991:6) seperti kondisi kelas yang tidak terikat
pengertian Pendidikan Jasmani adalah dalam suatu ruang atau dengan kata lain
“Suatu kegiatan yang bersifat mendidik situasi kelasnya di lapangan. Di samping
dengan memanfaatkan kegiatan jasmani, itu, interaksi antara guru dan siswa, siswa
termasuk olahraga.” Seperti kegiatan dan siswa mempunyai intensitas dan
pendidikan lainnya, Pendidikan Jasmani volume yang tinggi sehingga guru Penjas
direncanakan sedemikian rupa sehingga sebagai fasilitator dalam proses
untuk mencapai perkembangan total dari pembelajaran di kelas harus mampu
kepribadian peserta didik yang mencakup menguasai dan memahami karakteristik
bukan saja perkembangan fisik, intelegensi, siswa secara individual. Pada proses
emosi dan sosial, akan tetapi juga ineraksi di kelas ini, guru Penjas harus
perkembangan aspek moral dan spiritual mampu membina dan memberikan contoh
Mulai tahun 2003, arah kebijakan yang baik kepada siswa dalam aspek fisik,
pengembangan sumber daya manusia intelektual, sosial dan emosi. Penelitian
(SDM) di Indonesia dalam dunia menunjukkan bahwa kemampuan guru
pendidikan khususnya pendidikan jasmani Penjas dalam mengelola emosinya selama
salah satunya yaitu pengembangan aspek proses pembelajaran Penjas sangat
sosial emosional guru pendidikan jasmani mempengaruhi perkembangan emosi siswa
(LPMP penjas, 2003). Kebijakan ini didiknya (Yngvar Ommundsen, 1999).
menempatkan program pengembangan Lebih lanjut diungkapkan bahwa
aspek emosional guru pendidikan jasmani perkembangan emosi yang sehat pada
pada posisi strategis dalam upaya seorang guru Penjas berperan sebagai
membina dan mempersiapkan serta sumber bagi tercapainya kemampuan anak
meningkatkan SDM berkualitas di masa didik untuk bereksplorasi, mandiri dan
depan. menjalin relasi sosial dengan orang lain.
Kemampuan guru untuk mengekspresikan

2
Ahmad Hamidi Vol.6 No.1, 2020 (1-13)

emosi dirinya dan menghargai emosi orang saat ini instrumen untuk mengukur
lain acapkali disebut sebagai kecerdasan kecerdasan emosi pada guru Penjas masih
emosi atau emotional intelligence. sangat sedikit. Sehingga guru Penjas
Demikian pentingnya peran seringkali mengalami kesulitan untuk
kecerdasan emosi dalam kehidupan mengidentifikasi kecerdasan emosi dirinya.
manusia, Goleman (2003) menyebutkan Sebagai salah satu upaya mengisi
bahwa kecerdasan emosi jauh lebih kelangkaan itu, melalui penelitian ini akan
berperan daripada kecerdasan intelektual dikembangkan alat pengukuran kecerdasan
atau IQ. Goleman memperlihatkan bahwa emosi untuk guru pendidikan jasmani di
kecerdasan intelektual hanya memberikan sekolah dasar.
kontribusi 20% terhadap kesuksesan hidup Berdasarkan penjelasan sebelumnya,
seseorang. Sehingga kesuksesan hidup maka masalah penelitian adalah sebagai
sebenarnya lebih banyak ditentukan oleh berikut.
kecerdasan emosi seseorang. Sehubungan 1) Bagaimanakah formulasi konsep
itu, agar dapat mempersiapkan generasi emotional intelligence beserta
muda yang berkualitas, pemahaman pengukurannya yang dihasilkan melalui
terhadap kecerdasan emosi perlu dilakukan kajian teoretik-konseptual dan judgement
sedini mungkin. Simmons & Simmons pakar.
(1997) mengungkapkan bahwa bagi 2) Bagaimanakah blue print konstruks,
kebanyakan orang, kecerdasan emosi dasar model alat ukur yang akan dikembangkan,
mereka akan terlihat pada saat menginjak dan draft perangkat alat ukur untuk
usia enam tahun dan akan terus berubah diujicobakan berdasarkan hasil kajian
semasa remaja. Sekali kecerdasan emosi teoretik dan judgement pakar.
mereka terbentuk pada masa remaja, 3) Bagaimanakah tingkat keterbacaan
biasanya tidak akan ada lagi perubahan draft alat ukur oleh responden dan validitas
secara signifikan, meskipun usaha-usaha konstruk berdasarkan judgement pakar.
yang dilakukan untuk mengubah 4) Sejauh manakah berbagai
kecerdasan emosi akan tampak dalam persyaratan standardisasi alat ukur baku
perubahan kecerdasan emosi berdasarkan uji coba empirik telah
Berangkat dari pemikiran itu, dewasa terpenuhi dalam alat ukur emotional
ini banyak guru Penjas yang menyadari intelligence yang dikembangkan dalam
pentingnya mengembangkan kecerdasan penelitian ini.
emosi khususnya dalam pembelajaran di
sekolah. Namun sangat disayangkan bahwa

2
Ahmad Hamidi Vol.6 No.1, 2020 (1-13)

METODE Subjek penelitian ini adalah seluruh


Pengembangan alat ukur emotional guru penjas SD di Kota Cimahi dan kota
intelligence dalam penelitian ini Sukabumi. Penentuan anggota sampel
menggunakan konstruk dari Simmons & ditentukan dengan merujuk pada pendapat
Simmons (1997). Karena emotional Nunnally (1978: 279) yang
intelligence dipandang sebagai karakter mengungkapkan “…subjects should be
yang merupakan aspek kepribadian, maka used to obtain data for item analysis -- five
model alat ukur yang dikembangkan subjects per item should be considered the
adalah berupa alat ukur kepribadian non- minimum that can be tolerated”.
proyektif berbentuk self-report inventory Sedangkan teknik pengambilan sampel
yang berisikan daftar preferensi, dimana digunakan teknik probability sampling
responden diminta untuk mencocokkan yaitu secara random (Sugiarto et. al.,
karakter dirinya dengan preferensi yang 2003: 40-42).
terkandung dalam setiap alternatif jawaban Berdasarkan pendapat di atas,
yang disediakan. penelitian ini melibatkan 500 orang guru
Sesuai dengan tujuan yang hendak Penjas SD di Kota dan Kabupaten yang
dicapai, studi ini termasuk ke dalam dipilih secara acak. Hal itu didasari oleh
penelitian pengembangan, yaitu kelipatan lima dari jumlah item yang
mengembangkan alat ukur emotional diujicobakan kepada responden, yaitu 100
intelligence untuk guru pendidikan jasmani butir pertanyaan.
SD. Analisis pada penelitian ini meliputi
Populasi penelitian ini adalah seluruh analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
guru penjas SD di Kota Cimahi dan kota Yang termasuk pada analisis kualitatif
Sukabumi. Penentuan anggota sampel adalah diskusi terfokus, judgement pakar,
ditentukan dengan merujuk pada pendapat dan wawancara (uji keterbacaan).
Nunnally (1978: 279) yang Sedangkan analisis kuantitatif meliputi uji
mengungkapkan “…subjects should be validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas
used to obtain data for item analysis – five dilakukan dengan menggunakan rumus
subjects per item should be considered the korelasi Spearman. Tujuan dari uji ini
minimum that can be tolerated”. adalah untuk memperoleh butir-butir
Sedangkan teknik pengambilan sampel secara lengkap yang memiliki tingkat
digunakan teknik probability sampling homogenitas tinggi dan akan dijadikan
yaitu secara random (Sugiarto et. al., butir tes. Kemudian uji reliabilitas
2003: 40-42). dilakukan dengan menghitung koefisien

3
Ahmad Hamidi Vol.6 No.1, 2020 (1-13)

reliabilitas butir terpilih melalui uji b. Stress emosi adalah tingkat di mana
validitas dengan menggunakan rumus guru penjas SD merasa terganggu oleh
alpha Cronbach. perasaan-perasaan yang membuatnya
tidak nyaman – disadari atau tidak,
HASIL DAN PEMBAHASAN
memberikan tekanan pada tubuh, dan
Hasil
dalam jumlah yang sangat besar
Secara umum penelitian ini berusaha
mengganggu penampilan fisik.
mengembangkan model alat ukur baku
c. Optimisme merujuk pada sejauh mana
pengungkap emotional intelligence yang
guru penjas SD melihat dunianya, baik
cocok untuk guru Penjas Sekolah Dasar.
secara positif atau negatif.
1) Bagaimanakah formulasi konsep
d. Self-esteem adalah kecenderungan
emotional intelligence beserta
guru penjas SD dalam menghargai dan
pengukurannya yang dihasilkan melalui
menerima keadaan diri sendiri.
kajian teoretik-konseptual dan
e. Komitmen untuk bekerja ialah
judgement pakar.
kecenderungan guru Penjas SD untuk
Berdasarkan hasil kajian teoretik-
bekerja keras dalam menyelesaikan
konseptual dan judgement pakar, emotional
pekerjaannya dan bertanggung jawab
intelligence secara konseptual merupakan
atas pekerjaannya.
karakter individu yang berhubungan
f. Perhatian terhadap hal-hal kecil
dengan kebutuhan, dorongan, sekaligus
mengukur sejauh mana tingkatan guru
kemampuan untuk mengenali, mengelola
Penjas SD dalam memberikan
dan mengekspresikan emosi diri dengan
perhatian yang cermat terhadap apa
tepat, serta bagaimana mengenali emosi
yang mereka lakukan.
orang lain dan membina hubungan dengan
g. Keinginan untuk berubah mengacu
orang lain. Kecerdasan emosi itu sendiri
pada sampai sejauh mana guru Penjas
terbagi pada 13 dimensi. Secara lengkap
SD mampu mengubah lingkungan,
berikut definisi operasional 13 dimensi
dalam hal kepercayaan atau dalam
kecerdasan emosi tersebut.
tingkah laku mereka.
a. Energi emosi adalah energi yang
h. Keberanian adalah kemampuan guru
dimiliki guru penjas SD untuk
Penjas SD untuk mengalami resiko
mengatasi stres, frustrasi, konflik
luka, kehilangan, kesulitan hidup atau
ataupun tekanan -- bagian dari energi
ketidaknyamanan fisik dalam
fisik yang digunakan untuk memenuhi
mencapai sebuah tujuan yang
dorongan-dorongan pribadi.
didambakan.

4
Ahmad Hamidi Vol.6 No.1, 2020 (1-13)

i. Pengarahan diri adalah kecenderungan orang lain dan membina hubungan dengan
dalam membentuk opini, mengatur orang lain. Secara operasional kecerdasan
tujuan dan membuat keputusan. emosi pada alat ukur tersebut merupakan
j. Keasertifan adalah ukuran sampai skor masing-masing dimensi sebagai hasil
tingkat mana guru Penjas SD mencoba dari jawaban yang diberikan guru Penjas
untuk memotivasi orang lain agar SD berdasarkan preferensi yang terkandung
percaya atau melakukan sesuatu, dalam setiap alternatif jawaban.
mengukur sampai sejauh mana guru 2) Bagaimanakah blue print konstruks,
Penjas SD bertahan untuk menuruti model alat ukur yang akan
orang lain. dikembangkan dan draft perangkat alat
k. Toleransi adalah ukuran dimana guru ukur untuk diujicobakan berdasarkan
penjas SD bersabar atau bersedia untuk hasil kajian teoretik dan judgement
menerima ketidaknyamanan dari orang pakar.
lain. Berdasarkan hasil kajian teoretik dan
l. Pertimbangan terhadap orang lain judgement pakar, berikut adalah blue print
adalah sejauh mana guru Penjas SD konstruk alat ukur kecerdasan emosi untuk
mau mengerti, mau guru Penjas SD.
mempertimbangkan, menolong, jujur
dan bertanggung jawab.
m. Kemampuan bersosialisasi adalah
kecenderungan untuk bertemu dengan
orang, menghabiskan waktu
bercengkerama dan berada dalam suatu
kelompok.
Pengukuran terhadap kecerdasan
emosi guru penjas SD dilakukan melalui
suatu alat ukur baku. Alat ukur yang
dimaksud adalah instrumen yang dapat
memberikan gambaran tentang karakter
individu (guru penjas SD) berhubungan
dengan kebutuhan, dorongan, sekaligus
kemampuan untuk mengenali, mengelola
dan mengekspresikan emosi diri dengan
tepat, serta bagaimana mengenali emosi

5
Ahmad Hamidi Vol.6 No.1, 2020 (1-13)

Variabel Dimensi Indikator (Ruang Lingkup) diukur. Penentuan bobot skor untuk setiap
Alat Ukur 1. Energi Emosi Jumlah kegiatan yang diikuti
Kecerdasan Keterlibatan dalam kegiatan yang diikuti pilihan ditentukan dengan menggunakan
Emosi Guru Kenyamanan perasaan di setiap waktu
penjas SD Jumlah waktu yang dihabiskan untuk beristirahat sucessive interval method. Untuk
Kekuatan dan aktivitas fisik
2. Stres Emosi 2.1. Stres dalam diri
2.2. Stres dari lingkungan keluarga
menggambarkan profil kecerdasan emosi
2.3. Stres dari lingkungan sekolah
2.4. Stres dari lingkungan masyarakat guru Penjas SD, dikembangkan kategori
3. Optimisme Penggunaan bahasa (positif/negatif) dalam berkomunikasi dengan
orang lain dengan empat tingkatan, yaitu rendah,
Jenis informasi (positif/negatif) yang disampaikan
Sesuatu yang dibicarakan tentang orang lain (positif/negatif) menengah, tinggi dan tinggi sekali.
Ekspresi wajah (tampilan fisik)
4. Penghargaan Pandangan terhadap kondisi fisik 3) Bagaimanakah tingkat keterbacaan draft
terhadap Diri Pandangan terhadap kondisi intelektualitas (kecerdasan)
Sendiri Pandangan terhadap kondisi sosio-ekonomi alat ukur oleh responden dan validitas
5. Komitmen Penggunaan waktu untuk belajar
Belajar Ketekunan dalam menyelesaikan tugas konstruk berdasarkan judgement pakar.
Kesiapan dalam mempertanggungjawabkan hasil belajar
6. Perhatian Penggambaran verbal dalam berkomunikasi Setelah proses judgement pakar dan
terhadap Hal- Pelaksanaan tugas-tugas
hal Kecil Efesiensi waktu uji tingkat keterbacaan, diperoleh 100 item
7. Keinginan Rutinitas dalam melakukan satu kegiatan
untuk Berubah Cara mengerjakan sesuatu terpilih sebagaimana terlihat pada tabel 3.1
Penerimaan terhadap perubahan lingkungan
8. Keberanian Terhadap luka fisik
Terhadap kesulitan hidup
berikut.
Terhadap tantangan
9. Pengarahan Kesiapan untuk beropini/berpendapat
Diri Kesiapan dalam mengatur tujuan Tabel 3.1. Jumlah Item Terpilih untuk Uji Coba
Kesiapan dalam membuat keputusan Setelah Judgement dan Uji Keterbacaan
10. Asertivitas Cara mengekspresikan opini
Keinginan untuk memberi perintah
No. Tahap Jumlah item
Pandangan terhadap bantuan orang lain (butir)
Sikap terhadap kepala sekolah (atasan) 1. Awal 123
11. Toleransi Sabar dalam mengahadapi tindakan orang lain
Siap dalam menenima ketidaknyamanan dari orang lain 2. Judgement Pakar 111
12. Pertimbangan Adanya keinginan untuk mengerti orang lain
terhadap Orang Adanya keinginan untuk mempertimbangkan pendapat orang lain 3. Uji Keterbacaan 100
Lain Adanya keinginan untuk menolong
Keberanian untuk jujur kepada orang lain
Kesiapan untuk bertanggung jawab untuk orang lain
13. Kemampuan Durasi yang digunakan untuk berkumpul dengan kelompok
Bersosialisasi Kecenderungan untuk mencari teman baru Berdasarkan Tabel.1 di atas,
Memiliki pemahaman tentang perilaku orang lain
diketahui bahwa jumlah item awal sebelum

Gambar 1. Blue Print Konstruk Alat Ukur judgement pakar sebanyak 123 butir.
Kecerdasan Emosi untuk Guru penjas SD Sedangkan setelah judgement pakar item
Alat ukur tersebut dikembangkan terpilih sebanyak 111 butir. Kemudian
berupa pilihan ganda dengan empat setelah uji keterbacaan terhadap responden
alternatif pilihan. Setiap pilihan terbatas menjadi 100 butir. Secara lebih
menggambarkan preferensi atas setiap lengkap proses reduksi item di atas dapat
dimensi emotional intelligence dan antar dilihat pada lampiran. Hal tersebut dapat
pilihan itu bersifat ordinal dari mulai yang diartikan bahwa sebagian besar item yang
sangat menggambarkan sampai dengan dikembangkan memiliki tingkat
tidak menggambarkan karakter yang keterbacaan tinggi dan memadai sebagai
alat ukur kecerdasan emosi guru Penjas SD
6
Ahmad Hamidi Vol.6 No.1, 2020 (1-13)

terutama berdasarkan judgement pakar 46, 47, 48, 49, 50, 51, 53, 55, 56, 64, 71,
yang telah dilakukan. 90, 95, dan 99. Secara lengkap rekapitulasi
4) Sejauh manakah berbagai persyaratan dan hasil perhitungan uji validitas dapat
standarisasi alat ukur baku -- dilihat pada lampiran.
berdasarkan uji coba empirik -- telah Hasil uji validitas di atas berdampak
terpenuhi dalam alat ukur emotional pada keterwakilan item dalam indikator
intelligence yang dikembangkan dalam atau ruang lingkup dari dimensi-dimensi
penelitian ini. kecerdasan emosi yang ada. Dari 13
Seperti diketahui bersama bahwa dimensi kecerdasan emosi, 4 di antaranya
sebuah alat ukur psikologis dapat dikatakan memiliki indikator atau ruang lingkup yang
baku jika memenuhi minimal tiga syarat, tidak terwakili. 4 dimensi tersebut adalah a)
dan dua yang utama adalah validitas dan dimensi energi emosi pada ruang lingkup
reliabilitas. Berikut diuraikan hasil keterlibatan dalam kegiatan yang diikuti; b)
penelitian berkaitan dengan tiga hal dimensi stres emosi pada ruang lingkup
tersebut. stres dari lingkungan sekolah; c) dimensi
Uji validitas item pada penelitian ini perhatian terhadap hal-hal kecil pada ruang
menggunakan teknik korelasi butir-total lingkup penggambaran verbal dalam
dengan rumus korelasi Spearman. Dari berkomunikasi, pelaksanaan tugas-tugas,
hasil perhitungan diketahui bahwa seluruh dan efesiensi waktu; dan d) dimensi
item (100 item/ 100 %) yang diujicobakan keinginan untuk berubah pada ruang
dinyatakan valid dengan signifikansi 99%. lingkup penerimaan terhadap perubahan
Namun demikian untuk lebih meyakinkan lingkungan.
akurasi validitas item yang diperoleh, item- Dengan demikian, secara keseluruhan
item tersebut kemudian diverifikasi alat ukur kecerdasan emosi yang diteliti ini
kembali dengan merujuk pada pendapat belum memadai untuk menggambarkan
Nunnally (1979) yang mengungkapkan karakter individu (guru Penjas SD) yang
bahwa level terendah validitas item yang berhubungan dengan kebutuhan, dorongan,
memadai untuk sebuah alat ukur psikologis sekaligus kemampuan untuk mengenali,
adalah 0,3. Dengan dasar itu, item yang mengelola, dan mengekspresikan emosi diri
terpilih menjadi 69 butir, sisanya sebanyak dengan tepat, serta bagaimana mengenali
31 butir dinyatakan tidak memadai (tidak emosi orang lain dan membina hubungan
valid). Item-item yang tidak terpilih dengan orang lain secara utuh. Namun
tersebut adalah nomor 1, 3, 4, 11, 15, 16, begitu, alat ukur ini memiliki kemampuan
18, 19, 22, 26, 33, 35, 36, 41, 43, 44, 45,

7
Ahmad Hamidi Vol.6 No.1, 2020 (1-13)

untuk mendeskripsikan masing-masing perhatian terhadap hal-hal kecil, keinginan


dimensi yang terwakili secara independen. untuk berubah, keberanian, pengarahan
Kemudian bila dilihat dari reliabilitas diri, keyakinan, toleransi, perhatian untuk
item, indeks reliabilitas item yang telah orang lain, dan sosialibilitas.
dinyatakan valid sebesar 0,950 dengan Pada tahun 1990, Peter Solovy dan
SEM sebesar 6,870. Hal tersebut John D. Mayer menamai karakteristik-
menunjukkan bahwa item-item tersebut karakteristik serupa dengan istilah
memiliki keajegan yang handal. “kecerdasan emosi” (Emotional
Pembahasan Intelligence). Istilah ini digunakan agar
Bahasan pada bagian ini lebih jauh dapat dibedakan dengan istilah lainnya,
memaparkan tentang kajian teoretik- yaitu “kecerdasan” (Intelligence). Di
konseptual tentang kecerdasan emosi. bagian lain, diperkenalkan juga istilah EQ
Penelitian ini dikembangkan berdasarkan (Emotional Quotient) yang kemudian
buku yang ditulis Steve Simmons & John diartikan sebagai tingkat kecerdasan emosi
Simmons Jr. (1997) dengan judul seseorang. Di dalam buku yang ditulis
Measuring Emotional Intelligence. Di Simmons & Simmons, istilah karakter dan
dalam buku itu disebutkan faktor-faktor kecerdasan emosi merupakan dua hal yang
lain selain IQ yang menentukan berarti sama.
kesuksesan. Selama 26 tahun, sebuah Untuk mendapatkan paradigma
organisasi yang didirikan Simmons & penelitian yang kokoh tentang kecerdasan
Simmons, yaitu Simmons Management emosi pada penelitian ini, berikut diuraikan
Systems telah mempelajari dan mengukur kajian teoretik tentang emosi, kecerdasan,
faktor-faktor tersebut. Pada awal tahun dan kecerdasan emosi dalam konteks
1970, mereka menyebut faktor-faktor pengembangan alat ukur. Secara etimologis
tersebut dengan istilah ”karakter”. Goleman (2000: 7) menerangkan bahwa
Kemudian hingga tahun 1975, mereka emosi (emotion) berasal dari bahasa Latin,
menemukan 13 hambatan utama karakter yakni movere yang berarti menggerak,
yang berkaitan dengan kesuksesan dan bergerak, ditambah awalan “e-“ untuk
mengembangkan cara yang dapat memberi arti bergerak menjauh,
dipertanggungjawabkan dan dipercaya menyiratkan kecenderungan bertindak
untuk mengukurnya. Area-area tersebut merupakan hal yang mutlak dalam emosi.
antara lain adalah energi emosi, emosi Menurutnya emosi adalah suatu perasaan
stres, optimisme, penghargaan terhadap diri dan pikiran-pikiran yang khas, suatu
sendiri (self-esteem), komitmen bekerja, keadaan biologis dan psikologis, serta

8
Ahmad Hamidi Vol.6 No.1, 2020 (1-13)

serangkaian kecenderungan untuk bahwa kata intelligence telah diserap ke


bertindak. Senada dengan Goleman, dalam bahasa Indonesia yaitu ”inteligensi”.
Zimbardo (Helma, 2001: 17) mengatakan Apabila ditelusuri lebih lanjut, kata
bahwa emosi merupakan respon individu ”inteligensi” erat sekali dengan kata
terhadap lingkungan yang muncul dari ”intelek”. Hal itu bisa dimaklumi sebab
kombinasi antara pikiran (thought), keduanya berasal dari bahasa Latin yang
perasaan (feelings), dan tindakan (action) sama, yaitu intellegere, yang berarti
yang muncul secara simultan dalam memahami. Intellectus atau intelek adalah
berbagai cara. bentuk participium perfectum (pasif) dari
Dalam konteks pembelajaran di intellegere; sedangkan intellegens atau
kelas, emosi merupakan warna afektif yang inteligensi adalah bentuk participium
menyertai setiap perilaku individu berupa praesens (aktif) dari kata yang sama.
perasaan-perasaan tertentu yang dialami Bentuk-bentuk kata ini memberikan
pada saat menghadapi situasi tertentu. indikasi bahwa intelek lebih bersifat pasif
Apabila emosi berfungsi secara sempurna, atau statis (being, potensi), sedangkan
maka emosi akan menimbulkan gerakan inteligensi lebih bersifat aktif (becoming,
dan arahan. Terdapat empat kemungkinan aktualisasi) (Sobur, 2003: 155-156).
proses emosi yang terjadi dalam diri Berdasarkan pemahaman ini, dapat
individu, yaitu : a) orang dapat menekan disimpulkan bahwa intelek adalah daya
emosi sehingga tidak ada gerakan dan arah atau potensi uuntuk memahami, sedangkan
tindakannya; b) orang yang tidak memiliki inteligensi adalah aktivitas atau perilaku
kemampuan yang memadai untuk yang merupakan perwujudan dari daya atau
mengendalikan arah dan tindakan; c) orang potensi tersebut.
digerakan oleh emosi tetapi tidak memiliki Berkaitan dengan definisi, jika
arah; dan d) orang digerakkan oleh emosi sepuluh orang diminta mendefinisikan
tetapi dengan arah yang salah (Surya, ”inteligensi”, mungkin mereka akan
2003). menjawab dengan sepuluh definisi yang
Berikutnya yang tentu perlu dibahas sedikit berbeda. Misalnya, ada yang
adalah pengertian kecerdasan itu sendiri. Di mendefinisikan inteligensi
Indonesia, istilah kecerdasan sudah lumrah sebagai:”kemampuan untuk berpikir secara
digunakan sebagai kata pengganti atau arti abstrak” (Terman);”kemampuan untuk
yang disederhanakan dari kata intelligence. menyesuaikan diri dengan lingkungannya”
Namun pada beberapa literatur ditemukan (Colvin); ada pula yang mendefinisikan
inteligensi sebagai ”perpaduan intelek plus

9
Ahmad Hamidi Vol.6 No.1, 2020 (1-13)

pengetahuan” (Henmon); ”teknik untuk keterangan pemecahannya harus dapat


memproses informasi yang disediakan oleh diterima oleh masyarakat; 5) perbuatan
indra” (Hunt) (Sobur, 2003). inteligen sering kali menggunakan daya
Di bagian lain, Whitherington mengabstraksi; 6) perbuatan inteligen
(Efendi & Praja, 1993) dalam bukunya bercirikan kecepatan; dan 7) membutuhkan
mengemukakan bahwa sebutan inteligensi pemusatan perhatian serta menghindarkan
atau kecerdasan sebetulnya kurang tepat. perasaan yang menggangu jalannya
Menurutnya, yang lebih tepat adalah pemecahan masalah yang sedang dihadapi.
”kelakuan cerdas”. Masih menurutnya, Kajian teoretik tentang intelligence
pengertian inteligensi mempunyai ciri-ciri dan emotion nampaknya tidak akan pernah
hakiki seperti: 1) cepat, makin cepat suatu habisnya, membutuhkan pembahasan yang
pekerjaan diselesaikan, makin cerdas orang sangat mendalam. Namun demikian
yang menyelesaikan; 2) cekatan, biasanya sebagaimana telah dipaparkan di atas, pada
dihubungkan dengan pekerjaan tangan, akhirnya secara konseptual disepakati
dengan mudah dan ringkas menjelaskan bahwa emotional intelligence merupakan
sesuatu; dan 3) tepat, sesuai dengan karakter individu yang berhubungan
tuntutan keadaan, misalnya mengukur jalan dengan kebutuhan, dorongan, sekaligus
yang panjang dengan besaran yang benar kemampuan untuk mengenali, mengelola
pula, yang berarti mengukur dengan tepat, dan mengekspresikan emosi diri dengan
tidak lebih tidak kurang. Dengan demikian, tepat, serta bagaimana mengenali emosi
inteligensi adalah kesempurnaan perbuatan orang lain dan membina hubungan dengan
kecerdasan itu sendiri; dan kecedasan orang lain. Kecerdasan emosi itu sendiri
adalah suatu aktivitas yang efisien jika terbagi pada 13 dimensi yang semuanya
memenuhi ketiga ciri-ciri hakiki inteligensi bersifat independen namun memiliki
tadi. keterpaduan sebagai keseluruhan konstruk
Lebih jelas, berikut paparan dari konsep (alat ukur) kecerdasan emosi.
Purwanto (1998) tentang ciri-ciri sesuatu Telah diuraikan sebelumnya bahwa
itu dikatakan inteligensi, yaitu: 1) masalah uji validitas terhadap item-item alat ukur
yang dihadapi sedikit banyak merupakan kecerdasan emosi ini menggunakan teknik
masalah yang baru bagi yang bersangkutan; korelasi butir-total dengan rumus korelasi
2) perbuatan iteligen sifatnya serasi dengan Spearman. Dari hasil perhitungan, semua
tujuan dan ekonomis; 3) masalah yang item yang diujicoba memiliki korelasi yang
dihadapi harus mengandung tingkat nyaris sempurna dengan level signifikansi
kesulitan bagi yang bersangkutan; 4) 99%. Hal tersebut perlu menjadi perhatian,

10
Ahmad Hamidi Vol.6 No.1, 2020 (1-13)

sebab untuk kepentingan pengukuran kecerdasan emosi secara utuh; 3) tampilan


psikologis dibutuhkan akurasi, minimal buku soal yang memberikan atmosfir
mendekati gambaran atribut psikologis psikologis terhadap testee; dan 4) perlunya
yang akan diukur. Oleh karena itu, untuk buku manual lebih lanjut agar diperoleh
lebih meyakinkan item-item mana yang keseragaman penggunaan alat ukur
betul-betul mewakili, kemudian dirujuk sehingga akurasi dari pengukuran dapat
pendapat Nunnally (1979) yang dicapai – pada penelitian ini manual belum
mengungkapkan bahwa level terendah dapat dibuat, sebab ada beberapa dimensi
(minimal) korelasi validitas item yang yang perlu diperbaiki dan membutuhkan
memadai untuk sebuah alat ukur psikologis penelitian lebih lanjut
adalah 0,3.
KESIMPULAN
Dengan merujuk pendapat Nunnally
Penelitian ini memiliki tujuan utama
di atas, menyebabkan berkurangnya item
mengembangkan alat ukur baku kecerdasan
yang mewakili indikator atau ruang lingkup
emosi yang cocok untuk guru penjas SD.
pada dimensi. Item-item yang terpilih
Untuk mencapai hal itu dibuat beberapa
adalah item yang memiliki nilai korelasi di
rumusan masalah sebagai pedoman
atas 0,3. Ada empat dimensi yang kurang
rangkaian penelitian. Berikut beberapa
sempurna keterwakilannya, yaitu dimensi
simpulan penelitian berdasarkan rumusan
energi emosi, stres emosi, perhatian
yang telah ditetapkan.
terhadap hal-hal kecil, dan dimensi
1) Emotional intelligence secara
keinginan untuk berubah.
konseptual merupakan karakter individu
Ketidakterwakilan beberapa dimensi
yang berhubungan dengan kebutuhan,
di atas mengusung perlunya penelitian
dorongan, sekaligus kemampuan untuk
lanjutan untuk menyempurnakan akurasi
mengenali, mengelola, dan
pengukuran kecerdasan emosi yang cocok
mengekspresikan emosi diri dengan tepat,
bagi guru penjas SD. Penelitian tersebut
serta bagaimana mengenali emosi orang
diperlukan tentunya dengan memperhatikan
lain dan membina hubungan dengan orang
beberapa hal berikut, yaitu: 1) penentuan
lain. Kecerdasan emosi itu sendiri terbagi
skoring yang lebih jelas dan spesifik pada
pada 13 dimensi.
masing-masing alternatif pilihan; 2)
2) Alat ukur tersebut dikembangkan
reliabilitas antar judger yang perlu
berupa pilihan ganda dengan empat
diperketat, dalam arti perlu dipilih pakar-
alternatif pilihan. Setiap pilihan
pakar yang memang berhubungan dengan
menggambarkan preferensi atas setiap
pengukuran dan menguasai konsep

11
Ahmad Hamidi Vol.6 No.1, 2020 (1-13)

dimensi emotional intelligence dan antar Ashkanasy, et al. Emotions in


working life: Theory, research and
pilihan itu bersifat ordinal dari mulai yang
practice (pp. 221-235). Westport, CT:
sangat menggambarkan sampai dengan Quorum.
tidak menggambarkan karakter yang
Bar On. (1997). The Emotional Quotient
diukur. Penentuan bobot skor untuk setiap Inventory: Technical Manual, North
Tonawanda: Multi Health Systems.
pilihan ditentukan dengan menggunakan
sucessive interval method. Barburto, J. E Jr., & Burbach, M. E.
(2006). “Emotional intelligence and
3) Sebagian besar item yang
transformational leardership”. The
dikembangkan memiliki tingkat Journal of Social Psychology, Vol.
146. pg. 51.
keterbacaan tinggi dan memadai sebagai
alat ukur kecerdasan emosi guru penjas SD Bass, B. M., & Avolio, B. J. (1990).
Developing transformational
terutama berdasarkan judgement pakar
leadership: 1992 and beyond. Journal
yang telah dilakukan. of European Industrial Training, 14,
21-21.
4) Item yang terpilih menjadi 69 butir,
sisanya sebanyak 31 butir dinyatakan tidak Berk, Laura E. (2003). Child Development.
Illinois State University: Pearson
memadai (tidak valid). Item-item yang
Education Inc.
tidak terpilih tersebut adalah nomor 1, 3, 4,
Carson, K. D., Carson, P. P., &
11, 15, 16, 18, 19, 22, 26, 33, 35, 36, 41,
Birkenmeier, B. J. (2000). Measuring
43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 53, 55, emotional intelligence: Development
and validation of an alat ukurt.
56, 64, 71, 90, 95, dan 99. indeks
Journal of Behavioral and Applied
reliabilitas item yang telah dinyatakan valid Management, 2(1), 32-44.
sebesar 0,950 dengan SEM sebesar 6,870.
Chipain, G. C. (2003). Emotional
Hal tersebut menunjukkan bahwa item-item intelligence and its relation with sales
success. Artikel jurnal diambil dari
tersebut memiliki keajegan yang handal.
situs www.proquest.com pada tanggal
9-Maret-2008.
REFERENSI
Cohen, et al. 1992. Psychological Testing
Anastasi, A. 1976. Psychological Testing. and Assesment: An Introduction to
New York: Macmillan Publishing Test and Measurement. Californina:
Co., Inc. Mayfield Publisking Co.

Arief, S. (1997). Pembangunanisme dan Davidson, R.J., Jackson, D.C., &Kalli,


Ekonomi Indonesia. Jakarta: CPSM. N.H. (2000). Emotion, plasticity,
context and regulation: Perspective
Ashkanasy, N. M., & Tse, B. (2000). from Affective Neuroscience.
“Transformational leadership as Psychological Bullettin, 126, 890-
management of emotion: A 909.
conceptual review”. In N. M.

12
Ahmad Hamidi Vol.6 No.1, 2020 (1-13)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. tanggal 10 Maret 2006.


1993. “Pendidikan Dasar” Seri
Kebijaksanaan Departemen Popham, W. J. 1995. Classroom
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Assesment: What Teachera Need to
Depdikbud. Know. Boston: Allyn and Bacon.

Freshman, B & Rubino, L. (2004). Rusli Lutan, (1991), Manusia dan


Emotional Intelligence Skill for Olahraga, Bandung: ITB dan FPOK
Maintaining Social Networks in IKIP
Healthcare Organization. Jurnal Salovery, P. & Mayer, J. D. (1997). What
artikel diambil dari website is Emotional Intelligence? New
www.proquest.com, pada tanggal 10 York: Basic Books.
Maret 2006.
Simmons, S. & Simmons, J. C., Jr. (1997).
Goleman, D. (1995). Emotional Measuring Emotional Intelligence,
Intelligence. New York: Bantam The Groundbreaking Guide to
Books. Applying the Principles of Emotional
Intelligence.Texas: The Summit
Goleman, D. 1995. Emotional Intelligence. Publishing Group.
New York: Scientific American Inc.
Sternberg, R. J. (2001). Psychology, In
Hambleton, R. K. et al. 1985. Item Search of the Human Mind. 3rd
Response Theory: Principles and Edition. USA: Harcourt College
Aplications. Boston: Kluwer Publishers.
Publishing.
Thorndike, R. L. & Hogen, E. 1961.
Kunannat, J. T. (2006). Emotional Measurement and Evaluation in
Intelligence: the new science of Psychology and Education, New
interpersonal effectiveness. Forum of York: John Willey & Sons Inc.
Psychology. Artikel diambil dari
situs. www. proquest.com pada Woitaszewski, S. A, & Aalsma, M. C.
tanggal 3-Maret-2006. (2004). The contribution of emotional
intelligence to the social and
Linn, R. L. dan Gronlund, N. E. 1995. academic success of gifted
Measurement and Assesment in adolescence as measured by
Teaching. Ohio: Prentice-Hall, Inc. multifactor emotional intelligence
scale-adolescent version. Roeper
Nitko, A. J. 1996. Educational Assesment reviewed. Jurnal diambil dari website
of Student. Ohio: Merril Prentice www.proquest.com,
Hall.
Yngvar Ommundsen (1999) Physchology
Oosterhof, A. C. 1990. Classroom for physical educators. European
Aplications of Education Network of Sport Science in higher
Measurement. Ohio: Merrill education. Human Kinetics
Publishing.

Poon, J. M. L. (2004). Career Commitment


and Career Success, Moderating Role
of Perception. Jurnal artikel diambil
dari website www.proquest.com, pada

13

You might also like