Professional Documents
Culture Documents
CO DAN
DI YOGYAKARTA
Oleh
Tiara Nurwita (23/527727/PSP/08182)
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA 2023
Analisis Framing Pada Media Online Mojok.Co dan Kompasiana dalam
Tiara Nurwita
Email: tiaranurwita.tn@gmail.com
Abstract
Waste is a major problem in Indonesia. Every region in Indonesia produces a lot of waste
and the amount is increasing year by year. The waste crisis in Yogyakarta is related to
uncontrolled waste disposal, the increasing amount of waste, and the environmental and
public health impacts. These environmental issues are published through citizen journalism
in online media which provides an opportunity to democratise information and give a voice
to many people, but there are some problems often associated with citizen journalism related
to the credibility of the information produced, which may not always adhere to the ethical
standards and journalistic codes of conduct usually followed by professional journalists. This
can result in invasion of privacy, news imbalance, or impartiality in reporting. However,
citizen journalism can bring positive potential in giving voice to groups that may not be
represented in traditional media. In the context of environmental issues, citizen journalism
can be an effective tool to raise and convey information about environmental issues. Through
Entman's framing analysis, the framing of waste management articles in Yogyakarta
published in the online media Mojok.co and Kompasiana will be analysed. As a result, both
online media are neutral towards the issue of waste management in Yogyakarta. Citizens are
free to express their opinions and interpret their opinions according to their own point of
view and are still published without favouring a particular party.
Abstrak
Sampah menjadi permasalahan besar di Indonesia. Setiap daerah di Indonesia menghasilkan
sampah yang tidak sedikit dan jumlahnya makin meningkat dari tahun ke tahun. Sebagian
sampah yang terbuang dan tidak terkelola dengan baik, hanya berpindah dari rumah ke TPA
Krisis sampah di Yogyakarta ini terkait dengan pembuangan sampah yang tidak terkendali,
peningkatan jumlah sampah, serta dampak lingkungan dan kesehatan masyarakat. Isu
permasalahan lingkungan ini dipublikasikan melalui melalui jurnalisme warga di media
online yang memberikan peluang untuk mendemokratisasi informasi dan memberikan suara
kepada banyak orang, namun ada beberapa permasalahan yang sering kali terkait dengan
jurnalisme warga terkait kredibilitas informasi yang dihasilkan, mungkin tidak selalu
mematuhi standar etika dan kode etik jurnalistik yang biasanya diikuti oleh wartawan
profesional. Hal ini dapat mengakibatkan pelanggaran privasi, ketidakseimbangan berita, atau
ketidaknetralan dalam pelaporan. Namun, Jurnalisme warga dapat membawa potensi positif
dalam memberikan suara kepada kelompok-kelompok yang mungkin tidak terwakili dalam
media tradisional. Dalam konteks isu lingkungan, jurnalisme warga dapat menjadi alat yang
efektif untuk mengangkat dan menyampaikan informasi tentang permasalahan lingkungan.
Melalui analisis framing Entman, akan dianalisis framing artikel pengelolaan sampah di
Yogyakarta yang dimuat di media online Mojok.co dan Kompasiana. Hasilnya, kedua media
online ini bersikap netral terhadap isu pengelolaan sampah di Yogyakarta. Warga bebas
beropini dan menafsirkan pendapatnya menurut sudut pandang masing-masing serta tetap
dimuat tanpa membawa kecenderungan pada pihak tertentu.
I. Pendahuluan
Berdasarkan laporan The Atlas of Sustainable Development Goals Tahun 2023
oleh Bank Dunia, Indonesia menjadi negara terbesar penghasil sampah kelima terbesar
di ASEAN setelah Brunei Darussalam di posisi puncak, diikuti oleh Malaysia, Thailand
dan Singapura. Dalam skala global, Indonesia dikatakan masuk kelas menengah yaitu
peringkat ke-128 dari 211 negara yang telah didata oleh Bank Dunia. Indonesia
menghasilkan 35,83 ton timbunan sampah di tahun 2022 berdasarkan Data Sistem
Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK). Dari jumlah total timbunan sampah tersebut, terdapat 22,44 juta
ton (62,63%) telah terkelola, sementara 13,39 juta ton (37,37%) belum terkelola.
Melihat fakta ini, sampah menjadi permasalahan besar di Indonesia. Setiap
daerah di Indonesia menghasilkan sampah yang tidak sedikit, hingga jutaan ton dan
jumlahnya makin meningkat dari tahun ke tahun. Sebagian sampah yang terbuang dan
tidak terkelola dengan baik, hanya berpindah dari rumah ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA). Tentu saja dalam pelaksanaannya, TPA yang dimiliki berbagai daerah di
Indonesia juga memiliki keterbatasan penampungan karena kelebihan kapasitas akibat
tumpukan sampah yang menggunung.
Permasalahan terkait sampah ini bukan merupakan hal yang baru bagi
masyarakat. Provinsi Yogyakarta merupakan provinsi dengan konsentrasi penduduk
dan aktivitas ekonomi tertinggi kedua di Indonesia. Dengan percepatan populasi
masyarakat DIY yang tumbuh dengan laju lebih tinggi dari Jakarta (Badan Pusat
Statistik, 2017) menjadi faktor utama peningkatan produksi sampah. Selain itu,
kurangnya edukasi sampah di masyarakat dan kurangnya infrastruktur yang memadai
dari pemerintah juga memberi kontribusi pada buruknya pengelolaan sampah di
Yogyakarta.
Krisis sampah di Yogyakarta mencakup berbagai permasalahan terkait dengan
pembuangan sampah yang tidak terkendali, peningkatan jumlah sampah, serta dampak
lingkungan dan kesehatan masyarakat. Seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan
Sampah Terpadu (TPST) Piyungan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta
yang ditutup oleh pemerintah daerah sejak 23 Juli hingga 5 September 2023. TPST
Piyungan ini dikelola oleh Balai Pengelolaan Infrastuktur Sanitasi dan Air Minum di
bwah Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral sejak 1
Januari 2015. Mulai tahun 2019 Pengelolaannya dialihkan kepada balai Pengelolaan
Sampah, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY.
Pada tahun 2022, TPST Piyungan juga sempat beberapa kali dilakukan
penutupan karena akses diblokir oleh warga yang protes terkait keberadaan TPST yang
menganggu kehidupan warga maupun ditutup pemerintah setempat karena alasan
perbaikan. Alasan penutupan tersebut juga berkaitan dengan model pengelolaan
sampah di TPST Piyungan yang menerapkan skema open dumping atau hanya dibuang
begitu saja. Melansir dari pemberitaan di detik.com, Gubernur DIY Sri Sultan
Hamengkubuwono menjelaskan bahwa dua tahun yang lalu, pihaknya telah mengirim
surat ke pemerintah kota maupun kabupaten untuk mengelola sampah di masing-
masing daerah. Namun, pemerintah Kota/Kabupaten belum juga mempersiapkan hal
tersebut sehingga menyebabkan TPST Piyungan semakin overcapacity.
Isu permasalahan lingkungan ini tidak hanya dipublikasikan melalui media arus
utama saja namun juga melalui jurnalisme warga di media online. Pesatnya
pertumbuhan arus informasi telah memfasilitasi tumbuhnya jurnalisme warga di
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun jurnalisme warga masih banyak
yang memenuhi kaidah jurnalistik dan tidak diakui sebagai produk jurnalistik, namun
perkembangannya menarik perhatian dewan pers. Melalui rangkuman perjalanan pers
Indonesia, Dewan Pers menyatakan bahwa jurnalisme warga dapat menjadi pemain
baru yang mampu memberikan kesegaran informasi yang selama ini dirasakan monoton
dan hanya diperoleh dari media arus utama (Dewan Pers 2016: 385).
Konsep jurnalisme warga ini memberikan peluang untuk mendemokratisasi
informasi dan memberikan suara kepada banyak orang, namun ada beberapa
permasalahan yang sering kali terkait dengan jurnalisme warga terkait kredibilitas
informasi yang dihasilkan, bisa jadi tujuannya memang menyebarkan hoaks ataupun
berita palsu mengingat mereka bukan dari kalangan profesional. Jurnalisme warga juga
Jurnalisme warga mungkin tidak selalu mematuhi standar etika dan kode etik jurnalistik
yang biasanya diikuti oleh wartawan profesional. Hal ini dapat mengakibatkan
pelanggaran privasi, ketidakseimbangan berita, atau ketidaknetralan dalam pelaporan.
Jurnalisme warga dapat membawa potensi positif dalam memberikan suara kepada
kelompok-kelompok yang mungkin tidak terwakili dalam media tradisional.
Meskipun jurnalisme warga kini tengah dihidupkan, namun keberadaannya
masih belum disambut dengan baik oleh sebagian pihak. Hal ini berawal dari kenyataan
bahwa jurnalisme warga dianggap sebagai produk non-jurnalistik, sehingga produk
yang dihasilkan pun belum tentu memenuhi kaidah penulisan karya jurnalistik.
Kemunculan jurnalisme warga belum sepenuhnya diterima sebagai informasi yang
patut ditanggapi secara serius karena pembuat konten jurnalisme warga bukanlah insan
pers terlatih. Namun, di sisi lain, jurnalisme warga mampu menyediakan berita-berita
berwawasan lingkungan yang sesungguhnya saat ini juga diperlukan oleh masyarakat
(Dewan Pers 2016: 385). Peran jurnalisme dalam masyarakat adalah menyediakan
informasi yang warga dengan informasi yang mereka butuhkan untuk bebas dan
mengatur diri sendiri (Kovach dan Rosenthiel, 2007: 12), maka penerima informasi
perlu memahami makna dari apa yang disebarkan dan disebarluaskan dan perlu
memiliki akses dan tahu bagaimana bekerja dengan teknologi jika mereka ingin terlibat
dalam praktik jurnalisme warga. Jelas tidak semua orang memiliki kondisi yang sama.
Dalam konteks isu lingkungan, jurnalisme warga dapat menjadi alat yang sangat
efektif untuk mengangkat dan menyampaikan informasi tentang permasalahan
lingkungan. Masyarakat dapat melakukan pengamatan langsung di lingkungan
sekitarnya dan melaporkan perubahan-perubahan yang terjadi, baik itu perubahan
cuaca, tingkat polusi, perubahan pada ekosistem lokal, atau aktivitas manusia yang
berdampak pada lingkungan. Pengelolaan sampah di Yogyakarta juga menjadi
perhatian masyarakat melalui jurnalisme warga. Masyarakat dapat memantau dan
melaporkan tentang cara-cara pengelolaan sampah di lingkungan mereka, termasuk
program daur ulang, kampanye pengurangan plastik, dan upaya lainnya untuk
mengelola sampah dengan lebih berkelanjutan.
Penelitian sebelumnya Mutsvairo (2022) memandang jurnalisme warga sebagai
sebagai bentuk partisipasi dan keterlibatan politik di negara-negara demokrasi baru, di
mana kebebasan kebebasan berekspresi masih dibatasi oleh pemerintah. Di Mozambik,
meskipun ada kesulitan ekonomi bagi organisasi media dan warga negara, jurnalisme
warga dalam beberapa kasus digunakan untuk mengatasi kurangnya wartawan di lokasi
terpencil, tapi ini juga berarti memberikan kesempatan kepada lebih banyak warga
untuk melihat perdebatan isu yang terjadi di sekitar mereka. Sementara Penelitian yang
dilakukan oleh Nah mengungkap motif di balik jurnalis profesional yang mengadopsi
dan menggunakan jurnalisme warga di berbagai tingkatan, seperti editor berita.
Pengalaman jurnalis daring, usia web, ukuran staf, kepemilikan, dan keragaman
struktur komunitas memberikan wawasan yang berharga tentang mengapa para editor
merangkul jurnalisme warga.
Media online mojok.co dan kompasiana memberikan ruang jurnalisme bagi
masyarakat. Kedua media ini dapat memunculkan informasi yang tidak terjangkau oleh
media arus utama. Jika dahulu banyak pihak yang merasa bahwa pekerjaan menjadi
seorang jurnalis atau kolumnis adalah pekerjaan yang sangat monopolistik dan
profesional, maka dengan lahir dan hadirnya blog sosial warga seperti Kompasiana,
maka setiap orang kini memiliki peluang yang sama untuk bisa menulis (jurnalis warga)
menurut perspektif mereka terhadap berbagai isu, serta pandangan terhadap profesi
menulis berubah menjadi suatu “pekerjaan biasa” (Kusumaningati, 2012).
Dalam penelitian ini berupaya menelaah tentang pengelolaan sampah di
Yogyakarta menggunakan analisis framing dari media online yaitu Mojok.co dan
Kompasiana. Penggunaan media online ini karena kedua media tersebut memberi ruang
bagi jurnalisme warga namun media ini memiliki kekuasaan untuk melakukan editing
berita yang ditulis warga tersebut, sehingga peneliti mencoba melihat sisi objektivitas
pembingkaian media online tersebut dalam menanggapi isu pengelolaan sampah di
Yogyakarta. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan telaah
media online: Analisis Framing Pada Media Online Mojok.Co dan Kompasiana dalam
Pemberitaan Pengelolaan Sampah di Yogyakarta.
Dengan mempertimbangkan isu-isu yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat dirumuskan pertanyaan dari penelitian ini yaitu bagaimana analisis framing
(pembingkaian) media online mojok.co dan kompasiana dalam konten artikel
pengelolaan sampah di Yogyakarta dengan model Robert Entman.
Gambar 2.1
Model Framing Robert N. Entman
Teknik Framing
Make Moral
Define Problem
Judgement
Peristiwa dilihat
Penilaian atas
sebagai apa
penyebab masalah
Treatment
Diagnose Causes Recommencation
Siapa penyebab Saran
masalah Penanggulangan
Masalah
Tabel 4.1
Artikel Berita di Mojok.co
No Judul Artikel Edisi Penulis
VI. KESIMPULAN
Artikel di media online Mojok.co dan Kompasiana dalam mengemas isu
pengelolaan sampah membawa berbagai sudut pandang sesuai dengan persepsi yang
sesuai dengan fakta dari masing-masing penulis jurnalisme warga. Kedua media baik
Mojok.co dan Kompasiana memilih pandangan dan frame yang sama dalam melihat
masalah isu pengelolaan sampah di Yogyakarta. Pada masing-masing media ditemukan
terdapat dua penonjolan isu yakni masalah buruknya pengelolaan TPST dan perilaku
warga dalam mengatasi persoalan sampah. Sebagian penulis mengangkat aktor yakni
masyarakat sebagai penyebab permasalahan sampah sehingga menimbulkan overload
di TPST Piyungan dan menimbulkan kegagalan pengelolaan sampah bagi pemerintah
setempat yang tidak mampu mengatasinya. Dalam kedua media online tersebut juga
menawarkan solusi dan rekomendasi dari penulis atas permasalahan pengelolaan
sampah di Yogyakarta.
Media merupakan tempat dimana khalayak memperoleh informasi mengenai
realitas politik dan sosial terjadi di sekitar mereka, Karena itu, bagaimana media
membingkai realitas tertentu berpengaruh pada bagaimana individu menafsirkan
peristiwa tersebut. Dengan kata lain, frame yang disajikan oleh media ketika memaknai
realitas mempengaruhi bagaimana khalayak menafsirkan peristiwa.
Selama penutupan TPST Piyungan ini, Mojok.co dan Kompasiana memberikan
ruang bagi jurnalis warga untuk menyuarakan pendapatnya mengenai lingkungan ini
berdasarkan pengalaman dan apa yang ditemui di lapangan sesuai dengan fakta yang
ada. Temuan ini membuktikan bahwa informasi dari hasil jurnalisme warga yang ditulis
belum tentu bisa didapatkan di media arus utama. Selaini itu, hampir semua tulisan di
kedua media menawarkan solusi dan rekomendasi baru untuk perubahan pengelolaan
sampah di Yogyakarta agar lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abede Pareno, Sam. (2005). Media Massa: Antara Realitas dan Mimpi. Surabaya :
Papyrus
Bernays, Edward. Propaganda. New York: ig Publishing, 2005
Creswell, J.W. (2014) Research Design: Qaualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. 4th edition. SAGE.
Dewan Pers. (2016). Indeks Kemerdekaan Pers 2016. Jakarta: Dewan Pers.
Eriyanto. (2005). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.
Yogyakarta: LKI
Fukuda, K., Isdwiyani, R., Kawata, K., & Yoshida, Y. (2018). Measuring the impact of
modern waste collection and processing service attributes on residents’ acceptance of waste
separation policy using a randomised conjoint field experiment in Yogyakarta Province
Indonesia. Waste Management & Research 36(9), 841-848. https://doi-
org.ezproxy.ugm.ac.id/10.1177/0734242X18793939
Hussein, B., & Dewi, P.AR. (2023). Analisis framing pemberitaan pertikaian kelompok
mahasiswa timur, NTT, Maluku, dan Papua di Yogyakarta oleh mojok.co dan kompas.com
Tahun 2022. Commercium 7(1), 219-228.
Littlejohn, Stephen W. (1996). Theories of Human Communication.California:
Belmont, Woodsworth.
Miller, Katherine. 2005. Communication Theories: Perspectives, Processes, and
Contexts 2 nd Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc
Moleong, J Lexy, Prof. Dr. 2009, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakaya.
Mutsvairo, B., & Salgado, S. (2022). Is citizen journalism dead? An examination of
recent developments in the field. Journalism 23(2), 354-371. https://doi-
org.ezproxy.ugm.ac.id/10.1177/1464884920968440
Nah, S., Yamamoto, M., Chung, D.S., & Zuercher, R. (2015). Modeling the adoption
and use of citizen journalism by online newspapers. Journalism & Mass Communication,
92(2), 399–420. https://doi.org/10.1177/1077699015574483
Pratiwi, K.E., Yusanto, F., Ismail, O.A. (2021). Proses pengadaan vaksin covid-19 di
Indonesia dalam program rosi di Kompas TV dan Indonesia Town Hall di Metro TV. E
Proceeding of Management 8(5).
https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/management/article/view/16
605
Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi,.(Jakarta: Prenada Media
Group, 2009)
Rahardjo, M. (2018). Paradigma Interpretif.
Rathi S (2007) Optimization model for integrated municipal solid waste management
in Mumbai, India. Environment and Development Economics 12: 105–121. Crossref. ISI.
Sobur, A. (2018), Analisis Teks Media. Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Yuan, Y., & Yabe, M. (2015). Residents’ preferences for household kichen waste
source separation services in Beijing: A choice experiment approach. International Journal of
Environmental Research and Public Health 12: 176–190. Crossref.
Kovach, B., & Rosenstiel, T. (2007). The Elements of Journalism: What Newspeople
Should Know and the Public Should Expect. New York: Three Rivers Press.