You are on page 1of 20

ANALISIS FRAMING PADA MEDIA ONLINE MOJOK.

CO DAN

KOMPASIANA DALAM PEMBERITAAN PENGELOLAAN SAMPAH

DI YOGYAKARTA

Oleh
Tiara Nurwita (23/527727/PSP/08182)

Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UGM


Tugas UAS Mata Komunikasi Isu-Isu Kontemporer

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA 2023
Analisis Framing Pada Media Online Mojok.Co dan Kompasiana dalam

Pemberitaan Pengelolaan Sampah di Yogyakarta

Tiara Nurwita
Email: tiaranurwita.tn@gmail.com

Abstract
Waste is a major problem in Indonesia. Every region in Indonesia produces a lot of waste
and the amount is increasing year by year. The waste crisis in Yogyakarta is related to
uncontrolled waste disposal, the increasing amount of waste, and the environmental and
public health impacts. These environmental issues are published through citizen journalism
in online media which provides an opportunity to democratise information and give a voice
to many people, but there are some problems often associated with citizen journalism related
to the credibility of the information produced, which may not always adhere to the ethical
standards and journalistic codes of conduct usually followed by professional journalists. This
can result in invasion of privacy, news imbalance, or impartiality in reporting. However,
citizen journalism can bring positive potential in giving voice to groups that may not be
represented in traditional media. In the context of environmental issues, citizen journalism
can be an effective tool to raise and convey information about environmental issues. Through
Entman's framing analysis, the framing of waste management articles in Yogyakarta
published in the online media Mojok.co and Kompasiana will be analysed. As a result, both
online media are neutral towards the issue of waste management in Yogyakarta. Citizens are
free to express their opinions and interpret their opinions according to their own point of
view and are still published without favouring a particular party.

Keyword: Framing Analysis, Citizen Journalism, Waste Management

Abstrak
Sampah menjadi permasalahan besar di Indonesia. Setiap daerah di Indonesia menghasilkan
sampah yang tidak sedikit dan jumlahnya makin meningkat dari tahun ke tahun. Sebagian
sampah yang terbuang dan tidak terkelola dengan baik, hanya berpindah dari rumah ke TPA
Krisis sampah di Yogyakarta ini terkait dengan pembuangan sampah yang tidak terkendali,
peningkatan jumlah sampah, serta dampak lingkungan dan kesehatan masyarakat. Isu
permasalahan lingkungan ini dipublikasikan melalui melalui jurnalisme warga di media
online yang memberikan peluang untuk mendemokratisasi informasi dan memberikan suara
kepada banyak orang, namun ada beberapa permasalahan yang sering kali terkait dengan
jurnalisme warga terkait kredibilitas informasi yang dihasilkan, mungkin tidak selalu
mematuhi standar etika dan kode etik jurnalistik yang biasanya diikuti oleh wartawan
profesional. Hal ini dapat mengakibatkan pelanggaran privasi, ketidakseimbangan berita, atau
ketidaknetralan dalam pelaporan. Namun, Jurnalisme warga dapat membawa potensi positif
dalam memberikan suara kepada kelompok-kelompok yang mungkin tidak terwakili dalam
media tradisional. Dalam konteks isu lingkungan, jurnalisme warga dapat menjadi alat yang
efektif untuk mengangkat dan menyampaikan informasi tentang permasalahan lingkungan.
Melalui analisis framing Entman, akan dianalisis framing artikel pengelolaan sampah di
Yogyakarta yang dimuat di media online Mojok.co dan Kompasiana. Hasilnya, kedua media
online ini bersikap netral terhadap isu pengelolaan sampah di Yogyakarta. Warga bebas
beropini dan menafsirkan pendapatnya menurut sudut pandang masing-masing serta tetap
dimuat tanpa membawa kecenderungan pada pihak tertentu.

Kata Kunci : Analisis Framing, Jurnalisme Warga, Pengelolaan Sampah

I. Pendahuluan
Berdasarkan laporan The Atlas of Sustainable Development Goals Tahun 2023
oleh Bank Dunia, Indonesia menjadi negara terbesar penghasil sampah kelima terbesar
di ASEAN setelah Brunei Darussalam di posisi puncak, diikuti oleh Malaysia, Thailand
dan Singapura. Dalam skala global, Indonesia dikatakan masuk kelas menengah yaitu
peringkat ke-128 dari 211 negara yang telah didata oleh Bank Dunia. Indonesia
menghasilkan 35,83 ton timbunan sampah di tahun 2022 berdasarkan Data Sistem
Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK). Dari jumlah total timbunan sampah tersebut, terdapat 22,44 juta
ton (62,63%) telah terkelola, sementara 13,39 juta ton (37,37%) belum terkelola.
Melihat fakta ini, sampah menjadi permasalahan besar di Indonesia. Setiap
daerah di Indonesia menghasilkan sampah yang tidak sedikit, hingga jutaan ton dan
jumlahnya makin meningkat dari tahun ke tahun. Sebagian sampah yang terbuang dan
tidak terkelola dengan baik, hanya berpindah dari rumah ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA). Tentu saja dalam pelaksanaannya, TPA yang dimiliki berbagai daerah di
Indonesia juga memiliki keterbatasan penampungan karena kelebihan kapasitas akibat
tumpukan sampah yang menggunung.
Permasalahan terkait sampah ini bukan merupakan hal yang baru bagi
masyarakat. Provinsi Yogyakarta merupakan provinsi dengan konsentrasi penduduk
dan aktivitas ekonomi tertinggi kedua di Indonesia. Dengan percepatan populasi
masyarakat DIY yang tumbuh dengan laju lebih tinggi dari Jakarta (Badan Pusat
Statistik, 2017) menjadi faktor utama peningkatan produksi sampah. Selain itu,
kurangnya edukasi sampah di masyarakat dan kurangnya infrastruktur yang memadai
dari pemerintah juga memberi kontribusi pada buruknya pengelolaan sampah di
Yogyakarta.
Krisis sampah di Yogyakarta mencakup berbagai permasalahan terkait dengan
pembuangan sampah yang tidak terkendali, peningkatan jumlah sampah, serta dampak
lingkungan dan kesehatan masyarakat. Seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan
Sampah Terpadu (TPST) Piyungan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta
yang ditutup oleh pemerintah daerah sejak 23 Juli hingga 5 September 2023. TPST
Piyungan ini dikelola oleh Balai Pengelolaan Infrastuktur Sanitasi dan Air Minum di
bwah Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral sejak 1
Januari 2015. Mulai tahun 2019 Pengelolaannya dialihkan kepada balai Pengelolaan
Sampah, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY.
Pada tahun 2022, TPST Piyungan juga sempat beberapa kali dilakukan
penutupan karena akses diblokir oleh warga yang protes terkait keberadaan TPST yang
menganggu kehidupan warga maupun ditutup pemerintah setempat karena alasan
perbaikan. Alasan penutupan tersebut juga berkaitan dengan model pengelolaan
sampah di TPST Piyungan yang menerapkan skema open dumping atau hanya dibuang
begitu saja. Melansir dari pemberitaan di detik.com, Gubernur DIY Sri Sultan
Hamengkubuwono menjelaskan bahwa dua tahun yang lalu, pihaknya telah mengirim
surat ke pemerintah kota maupun kabupaten untuk mengelola sampah di masing-
masing daerah. Namun, pemerintah Kota/Kabupaten belum juga mempersiapkan hal
tersebut sehingga menyebabkan TPST Piyungan semakin overcapacity.
Isu permasalahan lingkungan ini tidak hanya dipublikasikan melalui media arus
utama saja namun juga melalui jurnalisme warga di media online. Pesatnya
pertumbuhan arus informasi telah memfasilitasi tumbuhnya jurnalisme warga di
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun jurnalisme warga masih banyak
yang memenuhi kaidah jurnalistik dan tidak diakui sebagai produk jurnalistik, namun
perkembangannya menarik perhatian dewan pers. Melalui rangkuman perjalanan pers
Indonesia, Dewan Pers menyatakan bahwa jurnalisme warga dapat menjadi pemain
baru yang mampu memberikan kesegaran informasi yang selama ini dirasakan monoton
dan hanya diperoleh dari media arus utama (Dewan Pers 2016: 385).
Konsep jurnalisme warga ini memberikan peluang untuk mendemokratisasi
informasi dan memberikan suara kepada banyak orang, namun ada beberapa
permasalahan yang sering kali terkait dengan jurnalisme warga terkait kredibilitas
informasi yang dihasilkan, bisa jadi tujuannya memang menyebarkan hoaks ataupun
berita palsu mengingat mereka bukan dari kalangan profesional. Jurnalisme warga juga
Jurnalisme warga mungkin tidak selalu mematuhi standar etika dan kode etik jurnalistik
yang biasanya diikuti oleh wartawan profesional. Hal ini dapat mengakibatkan
pelanggaran privasi, ketidakseimbangan berita, atau ketidaknetralan dalam pelaporan.
Jurnalisme warga dapat membawa potensi positif dalam memberikan suara kepada
kelompok-kelompok yang mungkin tidak terwakili dalam media tradisional.
Meskipun jurnalisme warga kini tengah dihidupkan, namun keberadaannya
masih belum disambut dengan baik oleh sebagian pihak. Hal ini berawal dari kenyataan
bahwa jurnalisme warga dianggap sebagai produk non-jurnalistik, sehingga produk
yang dihasilkan pun belum tentu memenuhi kaidah penulisan karya jurnalistik.
Kemunculan jurnalisme warga belum sepenuhnya diterima sebagai informasi yang
patut ditanggapi secara serius karena pembuat konten jurnalisme warga bukanlah insan
pers terlatih. Namun, di sisi lain, jurnalisme warga mampu menyediakan berita-berita
berwawasan lingkungan yang sesungguhnya saat ini juga diperlukan oleh masyarakat
(Dewan Pers 2016: 385). Peran jurnalisme dalam masyarakat adalah menyediakan
informasi yang warga dengan informasi yang mereka butuhkan untuk bebas dan
mengatur diri sendiri (Kovach dan Rosenthiel, 2007: 12), maka penerima informasi
perlu memahami makna dari apa yang disebarkan dan disebarluaskan dan perlu
memiliki akses dan tahu bagaimana bekerja dengan teknologi jika mereka ingin terlibat
dalam praktik jurnalisme warga. Jelas tidak semua orang memiliki kondisi yang sama.
Dalam konteks isu lingkungan, jurnalisme warga dapat menjadi alat yang sangat
efektif untuk mengangkat dan menyampaikan informasi tentang permasalahan
lingkungan. Masyarakat dapat melakukan pengamatan langsung di lingkungan
sekitarnya dan melaporkan perubahan-perubahan yang terjadi, baik itu perubahan
cuaca, tingkat polusi, perubahan pada ekosistem lokal, atau aktivitas manusia yang
berdampak pada lingkungan. Pengelolaan sampah di Yogyakarta juga menjadi
perhatian masyarakat melalui jurnalisme warga. Masyarakat dapat memantau dan
melaporkan tentang cara-cara pengelolaan sampah di lingkungan mereka, termasuk
program daur ulang, kampanye pengurangan plastik, dan upaya lainnya untuk
mengelola sampah dengan lebih berkelanjutan.
Penelitian sebelumnya Mutsvairo (2022) memandang jurnalisme warga sebagai
sebagai bentuk partisipasi dan keterlibatan politik di negara-negara demokrasi baru, di
mana kebebasan kebebasan berekspresi masih dibatasi oleh pemerintah. Di Mozambik,
meskipun ada kesulitan ekonomi bagi organisasi media dan warga negara, jurnalisme
warga dalam beberapa kasus digunakan untuk mengatasi kurangnya wartawan di lokasi
terpencil, tapi ini juga berarti memberikan kesempatan kepada lebih banyak warga
untuk melihat perdebatan isu yang terjadi di sekitar mereka. Sementara Penelitian yang
dilakukan oleh Nah mengungkap motif di balik jurnalis profesional yang mengadopsi
dan menggunakan jurnalisme warga di berbagai tingkatan, seperti editor berita.
Pengalaman jurnalis daring, usia web, ukuran staf, kepemilikan, dan keragaman
struktur komunitas memberikan wawasan yang berharga tentang mengapa para editor
merangkul jurnalisme warga.
Media online mojok.co dan kompasiana memberikan ruang jurnalisme bagi
masyarakat. Kedua media ini dapat memunculkan informasi yang tidak terjangkau oleh
media arus utama. Jika dahulu banyak pihak yang merasa bahwa pekerjaan menjadi
seorang jurnalis atau kolumnis adalah pekerjaan yang sangat monopolistik dan
profesional, maka dengan lahir dan hadirnya blog sosial warga seperti Kompasiana,
maka setiap orang kini memiliki peluang yang sama untuk bisa menulis (jurnalis warga)
menurut perspektif mereka terhadap berbagai isu, serta pandangan terhadap profesi
menulis berubah menjadi suatu “pekerjaan biasa” (Kusumaningati, 2012).
Dalam penelitian ini berupaya menelaah tentang pengelolaan sampah di
Yogyakarta menggunakan analisis framing dari media online yaitu Mojok.co dan
Kompasiana. Penggunaan media online ini karena kedua media tersebut memberi ruang
bagi jurnalisme warga namun media ini memiliki kekuasaan untuk melakukan editing
berita yang ditulis warga tersebut, sehingga peneliti mencoba melihat sisi objektivitas
pembingkaian media online tersebut dalam menanggapi isu pengelolaan sampah di
Yogyakarta. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan telaah
media online: Analisis Framing Pada Media Online Mojok.Co dan Kompasiana dalam
Pemberitaan Pengelolaan Sampah di Yogyakarta.
Dengan mempertimbangkan isu-isu yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat dirumuskan pertanyaan dari penelitian ini yaitu bagaimana analisis framing
(pembingkaian) media online mojok.co dan kompasiana dalam konten artikel
pengelolaan sampah di Yogyakarta dengan model Robert Entman.

II. Kerangka Teori


1. Analisis Framing
Analisis framing menurut Robert Entman adalah suatu pendekatan dalam studi
media dan komunikasi yang menekankan pentingnya cara media menyajikan informasi
untuk membentuk persepsi publik tentang suatu isu atau peristiwa. Framing dapat
memengaruhi cara orang memahami dan mengevaluasi suatu topik, dan dapat
menciptakan kerangka pikir atau frame tertentu yang mempengaruhi pandangan
mereka. Setiap media mempunyai cara pandang dan konsepsi yang berbedabeda dalam
melihat suatu peristiwa atau realitas. Mereka memiliki pandangan yang berbeda
terhadap media dan teks berita. Penelitian untuk mengkaji bagaimana isi teks yang
ditampilkan kepada khayalak dalam studi ilmu komunikasi dapat dilakukan salah
satunya dengan menggunakan metode analisis framing. ”Analisis framing adalah
analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis
framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh
media (Eriyanto, 2009:10).
Ada beberapa pengertian tentang analisis Framing secara terminologis yang
diungkapkan oleh beberapa ahli (dalam Eriyanto, 2009 : 67-68). Definisi-definisi
tentang framing tersebut antara lain :
1) Robert N, Entman : proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian
tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain.
2) William A. Gamson : Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir
sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang
berkaitan dengan obyek suatu wacana.
3) Todd Gitlin : Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan
sedemikian rupa untuk ditampilkan pada khayalak pembaca.
4) Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki : strategi konstruksi dan memproses
berita.
Dalam proses framing pada akhirnya akan membawa efek. Karena sebuah
realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai berbeda oleh media, bahkan pemaknaan itu
bias jadi akan sangat berbeda. Berdasarkan penyederhanaan atas kompleksnya realitas
yang disajikan media, menimbulkan efek framing, yaitu :
1) Menonjolkan aspek tertentu – mengaburkan aspek yang lain.
2) Menampilkan sisi tertentu-melupakan sisi lain.
3) Menampilkan aktor tertentu-menyembunyikan aktor lainnya.
Dalam penelitian ini menggunakan framing model Entman yang secara
konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkapkan the power of a
communication text. Analisis framing dapat menjelaskan dengan cara yang tepat
pengaruh atas kesadaran manusia yang didesak oleh transfer (atau komunikasi)
informasi dari sebuah lokasi, seperti pidato, ucapan/ungakapan, news report, atau
novel. Menurut Entman, framing secara esensial meliputi penseleksian dan penonjolan.
Membuat frame adalah menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas realitas,
dan membuatnya lebih menonjol di dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian
rupa sehingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi
kausal, evaluasi moral, dan atau merekomendasikan penanganannya (Pareno, 2005:
81). Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: Seleksi isu dan penekanan atau
penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Framing dijalankan oleh media
dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain. Framing adalah
pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan
oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita (Eriyanto, 2009 : 145)
Framing, menurut Entman, melibatkan pemilihan aspek-aspek tertentu dari
suatu isu atau peristiwa untuk diangkat dan diberikan perhatian lebih oleh media. Ini
mencakup pemilihan kata, gambar, dan sudut pandang tertentu yang dapat membentuk
persepsi masyarakat. Framing dianggap penting karena media tidak hanya memberikan
informasi tentang suatu isu, tetapi juga membantu menginterpretasikannya. Oleh
karena itu, media bukan hanya menuturkan cerita, tetapi juga membentuk cara cerita
tersebut dipahami oleh masyarakat. Dalam menganalisis framing, Entman menyoroti
pentingnya memahami bagaimana media membentuk dan mengarahkan pemikiran
masyarakat tentang suatu isu atau peristiwa. Studi framing ini membuka ruang untuk
pemahaman lebih dalam tentang kekuatan media dalam membentuk opini dan tindakan
publik.
Konsep framing, dalam pandangan Entman, secara konsisten menawarkan
sebuah cara untuk mengungkap the power of a communication text. Framing pada
dasarnya merujuk pada pemberitaan definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi
dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa
yang diwacanakan. Untuk mengetahui bagaimana pembingkaian yang dilakukan
media, terdapat sebuah perangkat framing yang dikemukakan Entman yang dapat
menggambarkan bagaimana sebuah peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan.
Entman membagi perangkat framing ke dalam empat elemen sebagai berikut:
1) Define Problems (pendefinisian masalah) Elemen pertama ini merupakan
bingkai utama/master frame yang menekankan bagaimana peristiwa dimaknai
secara berbeda oleh wartawan, maka realitas yang terbentuk akan berbeda.
2) Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah) Elemen kedua ini
merupakan elemen framing yang digunakan untuk membingkai siapa yang
dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa.
3) Make moral judgement (membuat pilihan moral) Elemen framing yang dipakai
untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang
sudah dibuat.
4) Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian) Elemen keempat ini
dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang
dipilih untuk menyelesaikan masalah.

Gambar 2.1
Model Framing Robert N. Entman

Teknik Framing

Make Moral
Define Problem
Judgement
Peristiwa dilihat
Penilaian atas
sebagai apa
penyebab masalah

Treatment
Diagnose Causes Recommencation
Siapa penyebab Saran
masalah Penanggulangan
Masalah

2. Pemberitaan Isu Lingkungan dalam Jurnalisme Warga


Pemberitaan isu lingkungan dalam jurnalisme warga memiliki peran penting
dalam menyuarakan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar mereka.
Jurnalisme warga, yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam
mengumpulkan, menyunting, dan menyebarkan informasi, dapat menjadi alat
efektif untuk mengangkat isu-isu lingkungan. Berikut beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberitaan isu lingkungan dalam konteks jurnalisme warga:
1) Pendidikan Lingkungan:
Masyarakat perlu diberi pemahaman tentang pentingnya isu-isu lingkungan
dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Jurnalisme warga dapat
menjadi sarana untuk menyebarkan informasi edukatif tentang praktik-
praktik ramah lingkungan dan upaya pelestarian sumber daya alam.
2) Partisipasi Masyarakat
Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengumpulan informasi
terkait isu lingkungan di wilayah mereka. Melibatkan warga dalam proses
pengawasan terhadap aktivitas yang berpotensi merugikan lingkungan,
seperti pencemaran air atau deforestasi.
3) Teknologi dan Media Sosial
Mendorong penggunaan teknologi dan media sosial untuk
mendokumentasikan dan membagikan informasi terkait isu lingkungan.
Masyarakat dapat menggunakan platform seperti blog, video, atau sosial
media untuk menyampaikan cerita dan bukti terkait kondisi lingkungan di
sekitar mereka.
4) Pelaporan Fakta yang Akurat
Penting untuk menjaga akurasi informasi yang disebarkan agar tidak
menimbulkan kebingungan atau kepanikan di masyarakat. Masyarakat
warga harus diberdayakan untuk melakukan riset dan verifikasi informasi
sebelum menyebarkannya.
5) Mendorong Perubahan Perilaku
Mengangkat cerita sukses atau solusi yang dapat diadopsi oleh masyarakat
untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Menyajikan
informasi dengan cara yang dapat menggerakkan perubahan perilaku,
misalnya, mendorong praktik hidup berkelanjutan.
6) Mengatasi Isu Lokal
Fokus pada isu lingkungan yang spesifik dan relevan dengan kondisi lokal.
Melibatkan masyarakat dalam mencari solusi untuk masalah lingkungan di
wilayah mereka sendiri.
7) Kolaborasi dengan Pihak Berwenang
Berusaha untuk bekerja sama dengan pihak berwenang, organisasi
lingkungan, atau ahli lingkungan untuk meningkatkan keberlanjutan dan
dampak dari liputan jurnalisme warga.
8) Pemberdayaan Komunitas
Mendorong pemberdayaan komunitas untuk mengambil inisiatif dalam
memecahkan masalah lingkungan di lingkungannya sendiri. Membantu
masyarakat untuk memahami hak dan kewajiban mereka dalam upaya
pelestarian lingkungan.
Pemberitaan isu lingkungan dalam jurnalisme warga memiliki potensi besar
untuk menciptakan kesadaran, mendorong perubahan perilaku, dan memicu aksi
positif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

III. Metodologi Penelitian


Pendekatan yang dipakai peneliti adalah model Robert N Entman karena konsep
Entman dipraktikkan dalam studi kasus pemberitaan media dan digunakan pula pada
praktik jurnalistik. Model Entman digunakan dalam penelitian ini untuk melihat
bagaimana frame mempengaruhi kerja wartawan dan bagaimana wartawan membuat
satu informasi menjadi lebih penting dan menonjol dibanding dengan cara yang lain.
Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi,
penjelasan definisi, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan
kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang digunakan untuk
menggambarkan aspek tertentu dari sebuah realitas yang dibingkai oleh media dan
menjadi sebuah tulisan yang kemudian menjadi realitas media dalam hal ini
pemberitaan pengelolaan sampah di Yogyakarta. Penelitian kualitatif menurut Creswell
adalah bentuk penyelidikan deskriptif- interpretatif di mana peneliti menjelaskan dan
membuat interpretasi tentang apa yang mereka teliti. Penelitian ini juga menggunakan
paradigma interpretif atau konstruktivis yakni paradigma yang digunakan untuk
memahami makna subjektif dari pengalaman yang bervariasi dan mengharuskan
peneliti untuk mampu melihat kompleksitas dari pemaknaan tersebut (Creswell, 2014).
Menurut Moelong (2009), penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang
hasilnya berupa data deskriptif, yaitu ucapan lisan maupun tertulis dari orang-orang
dan atau perilaku yang diamati.
Data primer diperoleh dari dokumen berupa narasi berita mengenai pengelolaan
sampah yang dimuat di mojok.co dan Kompasiana, sedangkan data sekunder diperoleh
dari penelitian dokumen atau kepustakaan.

IV. Metode Analisis Data


Dengan menggunakan perangkat framing model Robert M. Entman, peneliti
menguraikan narasi berita yang ditulis oleh warga pada media online Mojok.co dan
Kompasiana mengenai berita pengelolaan sampah di Yogyakarta, dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Pertama : Peneliti mengumpulkan semua berita-berita yang ditulis oleh warga
pada media online Mojok.co dan Kompasiana yang memuat berita Pengelolaan
sampah pada tanggal 15 Maret 2014 Kemudian membuat kerangka framingnya
berdasarkan model Robert M. Entman.
2) Kedua : Melakukan analisis terhadap berita-berita tersebut dan kemudian
membuat interpretasi-interpretasi terhadap berita tersebut berdasarkan model
Robert M. Entman. Analisis berita-berita tersebut akan didasarkan pada empat
struktur besar, yaitu sebagai berikut :
a. Define Problems atau Problem Identification, adalah elemen yang pertama
kali dilihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame atau
bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dilihat dan
dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana
peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama akan dapat
dipahami secara berbeda. Bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan
realitas bentukan yang berbeda pula (Eriyanto, 2008:190).
b. Diagnose Causes atau Causal interpretation (memperkirakan penyebab
masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang
dianggap sebagai aktor atas suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa apa (what),
tetapi bisa juga siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja
menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena
itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah pun secara
tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.
c. Make Moral Judgement atau Moral Evaluation (membuat pilihan moral)
adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi
argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah
sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah
argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang
dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar atau dikenal oleh
khalayak.
d. Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian) adalah elemen yang
dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang
dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu s.aja sangat
bergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang
sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2004:191).
Konten artikel yang diteliti adalah yang terbit di Mojok.co dan Kompasiana
pada bulan Juni hingga November 2023, saat warga banyak menulis mengenai
pengelolaan sampah karena termasuk dalam rentang waktu penutupan TPST
Piyungan di Yogyakarta. Ada tiga konten artikel yang dianalisis dari Mojok.co yang
berjudul Gunung Sampah TPST Piyungan Adalah Objek Wisata Andalan Jogja yang
Siap Dikemas Lebih Cantik demi Menarik Wisatawan, ditulis oleh Fajar Junaedi
seorang dosen/pengajar dan Artikel Dari Sungai ke Pantai: Tinggi Sampah di Yogya
Melebihi Candi Prambanan yang ditulis oleh Finlan Adhitya Adlan, seorang seniman.
Artikel ketiga dari Rahma Ayu Nabila, seorang mahasiswi yang berjudul Bank
Sampah yang Memberikan Kesempatan Kedua pada Sampah.
Artikel yang dianalisis dari Kompasiana berjumlah tiga, yakni berjudul Dampak
Keberlanjutan dari Penutupan TPST Piyungan yang ditulis oleh seorang mahasiswi,
Raisma Dewi Nur Cahyani. Artikel kedua berjudul TPST Piyungan Tutup, Begini
Solusi Mengurangi Sampah di Kota Wisata yang ditulis oleh seorang freelancer
bernama Zakiya Ar Rahman dan artikel ketiga berjudul TPST Piyungan Kembali
Ditutup Karena Overload: Konsep Bumdes KUPAS Panggungharjo Bisa Jadi Solusi
yang ditulis oleh Maheng, seorang blogger.

Tabel 4.1
Artikel Berita di Mojok.co
No Judul Artikel Edisi Penulis

1 Bank Sampah yang Memberikan 4 Juni 2023 Rahma Ayu Nabila


Kesempatan Kedua pada Sampah

2 Gunung Sampah TPST Piyungan Adalah 23 Juli 2023 Fajar Junaedi


Objek Wisata Andalan Jogja yang Siap
Dikemas Lebih Cantik demi Menarik
Wisatawan

3 Dari Sungai ke Pantai: Tinggi Sampah di 22 September 2023 Finlan Adhitya


Yogya Melebihi Candi Prambanan Aldan
Tabel 4.2
Artikel Berita di Kompasiana
No Judul Artikel Edisi Penulis

1 TPST Piyungan Kembali Ditutup Karena 23 Juli 2023 Maheng


Overload: Konsep Bumdes KUPAS
Panggungharjo Bisa Jadi Solusi

2 TPST Piyungan Tutup, Begini Solusi 24 Agustus 2023 Zakiya Ar Rahma


Mengurangi Sampah di Kota Wisata

3 Dampak Keberlanjutan dari Penutupan 8 November 2023 Raisma Dewi Nur


TPST Piyungan Cahyani

V. Hasil dan Pembahasan


1. Analisis Konten Artikel Mojok.co
a. Artikel 1 : Bank Sampah yang Memberikan Kesempatan Kedua pada Sampah
Define Problem : Pada artikel ini, mojok.co menonjolkan bahwa terdapat aktivis
lingkungan di Badran yaitu Joko serta pengurus Daurresik, Ruri dan Fauzan
yang memiliki kepedulian untuk memilah sampah dan menjalankan bank
sampah di Yogyakarta baik perorangan maupun kelompok masyarakat. Namun,
keberadaan bank sampah yang sudah banyak terbentuk di Yogyakarta,
persoalan sampah seakan tidak pernah selesai karena angka produksi sampah
juga meningkat dari tahun ke tahun.
Diagnose Causes : penulis artikel disini bersifat netral, meski mengangkat isu
bank sampah di Yogyakarta karena penutupan TPST Piyungan, penulis lebih
menonjolkan aktivitas bank sampah dan proses pengelolaan sampah dengan
memilah sampah secara mandiri mulai dari rumah masing-masing.
Make Moral Judgement : Dalam artikel ini disampaikan bahwa kunci
pengelolaan sampah itu ada pada aktivitas pemilahan sampah dengan
memisahkan sampah organik dan anorganik. Budaya memilah sampah ini
diperlukan pembiasaan. Bagi Daurresik, penutupan TPST Piyungan tidak
memiliki dampak apapun karena pemilahan sampah membuat anggota
Daurresik tidak memerlukan TPA untuk membuang sampah.
Treatment Recommendation : Untuk mensukseskan pengelolaan sampah ini ,
Daurresik bekerjasama dengan perusahaan di berbagai kota. Hasil pemilahan
sampah plastik dan yang bisa didaur ulang lainnya akan dijual ke perusahaan
tersebut dan angggota akan mendapatkan keuntungan.
b. Artikel 2 : Gunung Sampah TPST Piyungan Adalah Objek Wisata Andalan
Jogja yang Siap Dikemas Lebih Cantik demi Menarik Wisatawan
Define Problem : Pada artikel ini, dikatakan bahwa TPST Piyungan mejadi
populer di linimasa karena masifnya pemberitaan sampah di Yogyakarta karena
permasalahan pengelolaan sampah yang tak kunjung ada solusinya. Artikel juga
menggunakan bahasa metafora untuk menggambarkan kondisi TPST piyungan
dengan istilah seperti “pemandangan indah”, “gunung sampah”.
Diagnose Causes : pada artikel ini pengelola TPST Piyungan adalah aktor
penyebab permasalahan. Penulis menyampaikan sindiran untuk TPST Piyungan
bisa menjadi objek wisata sosial yang mungkin hanya ada di Yogyakarta.
Artinya, penulis ini ingin menyampaikan keprihatinannya terhadap keberadaan
TPST Piyungan yang tidak terkelola dengan bijak dari hulu sampai hilir.
Make Moral Judgement : Penulis mengatakan bahwa wacana objek wisata
TPST Piyungan ini sebagai bentuk kegagalan tata kelola sampah di sebuah
daerah yang notabene istimewa.
Treatment Recommendation : Rekomendasi dari artikel ini lebih ke bahasa
sindiran untuk menjadikan TPST Piyungan sebagai objek wisata yang artinya
adalah kebalikannya. Bahwa keberadaan TPST Piyungan sangat memerlukan
perubahan tata kelola yang lebih baik ke depannya.

c. Artikel 3 : Dari Sungai ke Pantai: Tinggi Sampah di Yogya Melebihi Candi


Prambanan
Define Problem : Artikel ini menonjolkan isu yang agak berbeda dengan dua
artikel lainnya, yakni sampah yang terbawa arus sungai menuju ke laut di
Yogyakarta yang jika dikumpulkan menjadi gunungan setinggi 64 meter, lebih
tinggi dari Candi Prambanan. Sampah-sampah ini karena berasal dari sungai ,
maka mengotori pantai yang digunakan sebagai destinasi wisata yang ramai
maupun sepi pengunjung.
Diagnose Causes : Aktor yang ditinjolkan dari artikel ini adalah warga yang
membuang sampah semmbarangan dan peran pemerintah daerah yang kuramg
berperan dalam pengeloaan sampah di kawasan pantai. Sampah di pantai yang
begitu besar jumlahnya diakibatkan karena sampah dari daratan tidak terkelola
dengan baik, oleh masyarakat dibakar, dikubur, dibuang sembarangan bahkan
ke sungai. Sampah yang dibuang di sungai inilah yang kemudian menjadi
permasalahan. Sungai akan membawa semua sampah dari daerah yang
dilewatinya. Maka, sampah dari daerah lain juga dapat masuk ke dalam sungai
dan hanyut di pantai selatan DIY. Sungai Progo di DIY yang mendapat julukan
sebagai sungai terkotor ke-13 di Indonesia versi data Bank Dunia. Fasilitas
penampungan sampah di Pantai Yogyakarta dinilai tidak memadai dan memiliki
sistem manajemen pengelolaan yang buruk. Menurut masyarakat lokal yang
tinggal di dekat Pantai Parangkusumo, Mujito, tidak ada jadwal rutin dari
DLHK melakukan pengangkutan sampah sehingga menjadi semakin banyak
timbunan dan menjadi lingkaran setan tidak ada habisnya.
Make Moral Judgement : Mujito sebagai warga lokal memiliki kesadaran
membersihkan sampah-sampah plastik yang menumpuk karena rumahnya tepat
menghadap lokasi pembuangan sampah sementara yang tidak terdaftar sebagai
fasilitas formal, masyarakat sekitar menyebut “tempat relokasi”.
Treatment Recommendation : Pertama, diperlukan pembenahan sistem
pembuangan sampah khususnya di area dekat aliran sungai dan kedua
diharapkan ada sebuah program besar yang mampu menggerakan seluruh
elemen untuk membersihkan laut secara rutin.

2. Analisis Konten Artikel Kompasiana


a. Artikel 1 : TPST Piyungan Kembali Ditutup Karena Overload: Konsep Bumdes
KUPAS Panggungharjo Bisa Jadi Solusi
Define Problem : Artikel ini menonjolkan fakta bahwa ada 600 ton sampah yang
masuk TPST Piyungan setiap harinya. Besarnya volume sampah yang masuk
ini membuat TPST Piyungan tidak lagi dapat menampung sampah dari tiga
wilayah yaitu Kota Yogyakarta, Sleman dan Bantul.
Diagnose Causes : Artikel berfokus pada kritik terhadap TPST Piyungan yang
tidak mencerminkan sesuai dengan sebutannya yaitu tempat pembuangan
sampah terpadu karena penganganan sampah yang kurang efektif sehingga
overload melebihi kapasitas sejak tahun 2012. Hal ini dikarenakan model
pengelolaan sampah hanya dibuang begitu saja (open dumping). Selain itu
pergantian penggelolaan TPST membawa konsekuensi tersendiri yang sangat
kompleks terkait sampah, manajemen dan kesejahteraan karyawan.
Make Moral Judgement : Dalam artikel ini disebutkan bahwa pengelolaan
sampah di salah satu desa di Yogyakarta yaitu Desa Panggungharjo bisa
menjadi percontohan
Treatment Recommendation : Artikel ini menonjolkan solusi atas permasalahan
sampah di Yogyakarta dengan mengangkat Bumdes di Desa Panggungharjo
melalui Kelompok Usaha Pengelola Sampah (KUPAS) dengan slogan “Desa
Bersih Tanpa TPA”. KUPAS juga melakukan inovasi ke arah digital dengan
memanfaatkan aplikasi “Pasti Angkut” yang dapat memfasilitasi penjemputan
sampah dari rumah-rumah dengan tarif yang terjangkau. Penulis dalam artikel
ini juga menyebutkan rekomendasi solusi dengan mengembangkan warung
berkonsep bulk store atau toko zzero waste yang sudah umum di negara maju,
namun jarang ditemukan di Indonesia.

b. Artikel 2 : TPST Piyungan Tutup, Begini Solusi Mengurangi Sampah di Kota


Wisata
Define Problem : Artikel ini menonjolkan isu penutupan TPST Piyungan
sebagai kabar buruk sekaligus peringatan bagi kota wisata di daerah lain.
Penutupan ini dikarenakan kapasitas TPST yang sudah overload menandakan
tingginya produksi sampah di Yogyakarta.
Diagnose Causes : Pada artikel ini aktor yang berperan pada peristiwa ini adalah
pemerintah setempat yang ditunjukkan dengan pembahasan mengenai buruknya
program pengurangan dan pengelolaan sampah sebagai kota wisata.
Make Moral Judgement : Menonjolkan tentang alternatif solusi terhadap
permasalahan sampah di Yogyakarta.
Treatment Recommendation : Artikel ini mennjolkan tentang perlunya regulasi
pengurangan sampah plastik seperti di Surabaya. Dengan diterbitkannya
regulasi dan peraturan resmi dari pemerintah setempat maka pelanggar bisa
dikenakan sanksi. Selain itu adanya bank sampah di setiap tempat wisata dirasa
perlu agar memudahkan pengolahan sampah di tempat wisata. Pedagang
makanan juga bisa dihimbau dengan menggunakan kemasan yang ramah
lingkungan dan dapat didaur ulang.

c. Artikel 3 : Dampak Keberlanjutan dari Penutupan TPST Piyungan


Define Problem : Pada artikel ini terdapat penonjolan isu TPST Piyungan yang
beroperasi kembali namun membawa dampak bagi perubahan perilaku
masyarakat yang semakin tidak kehilangan rasa malu ketika membuang sampah
sembarangan. Masyarakat menjadi semakin tidak peduli akan sampah meski
TPST sudah dibuka.
Diagnose Causes : Aktor pada peristiwa ini menonjolkan pada warga
masyarakat yang mengalami perubahan perilaku dalam aktivitas membuang
sampah sembarangan dan sulit untuk dihentikan.
Make Moral Judgement : Tindakan membuang sampah sembarangan oleh
warga seakan sudah menjadi hal yang biasa, pemandangan sampah yang
menumpuk di pinggir jalan menjadi dimaklumi oleh masyarakat Yogyakarta.
Kepedulian akan sampah di masyarakat menjadi semakin pudar. Dampak
penutupan TPST Piyungan ternyata berlanjut dan menimbulkan permasalahan
baru.
Treatment Recommendation : Harapan penyelesaian persoalan pengelolaan
sampah ini diperlukan kerjasama antara pemerintah dan pihak-pihak yang ikut
andil dalam pengambilan keputusan penutupan TPST Piyungan untuk turun
tangan menyelesaikan permasalahan sampah akibat dampak penutupan TPST.

VI. KESIMPULAN
Artikel di media online Mojok.co dan Kompasiana dalam mengemas isu
pengelolaan sampah membawa berbagai sudut pandang sesuai dengan persepsi yang
sesuai dengan fakta dari masing-masing penulis jurnalisme warga. Kedua media baik
Mojok.co dan Kompasiana memilih pandangan dan frame yang sama dalam melihat
masalah isu pengelolaan sampah di Yogyakarta. Pada masing-masing media ditemukan
terdapat dua penonjolan isu yakni masalah buruknya pengelolaan TPST dan perilaku
warga dalam mengatasi persoalan sampah. Sebagian penulis mengangkat aktor yakni
masyarakat sebagai penyebab permasalahan sampah sehingga menimbulkan overload
di TPST Piyungan dan menimbulkan kegagalan pengelolaan sampah bagi pemerintah
setempat yang tidak mampu mengatasinya. Dalam kedua media online tersebut juga
menawarkan solusi dan rekomendasi dari penulis atas permasalahan pengelolaan
sampah di Yogyakarta.
Media merupakan tempat dimana khalayak memperoleh informasi mengenai
realitas politik dan sosial terjadi di sekitar mereka, Karena itu, bagaimana media
membingkai realitas tertentu berpengaruh pada bagaimana individu menafsirkan
peristiwa tersebut. Dengan kata lain, frame yang disajikan oleh media ketika memaknai
realitas mempengaruhi bagaimana khalayak menafsirkan peristiwa.
Selama penutupan TPST Piyungan ini, Mojok.co dan Kompasiana memberikan
ruang bagi jurnalis warga untuk menyuarakan pendapatnya mengenai lingkungan ini
berdasarkan pengalaman dan apa yang ditemui di lapangan sesuai dengan fakta yang
ada. Temuan ini membuktikan bahwa informasi dari hasil jurnalisme warga yang ditulis
belum tentu bisa didapatkan di media arus utama. Selaini itu, hampir semua tulisan di
kedua media menawarkan solusi dan rekomendasi baru untuk perubahan pengelolaan
sampah di Yogyakarta agar lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Abede Pareno, Sam. (2005). Media Massa: Antara Realitas dan Mimpi. Surabaya :
Papyrus
Bernays, Edward. Propaganda. New York: ig Publishing, 2005
Creswell, J.W. (2014) Research Design: Qaualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. 4th edition. SAGE.
Dewan Pers. (2016). Indeks Kemerdekaan Pers 2016. Jakarta: Dewan Pers.
Eriyanto. (2005). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.
Yogyakarta: LKI
Fukuda, K., Isdwiyani, R., Kawata, K., & Yoshida, Y. (2018). Measuring the impact of
modern waste collection and processing service attributes on residents’ acceptance of waste
separation policy using a randomised conjoint field experiment in Yogyakarta Province
Indonesia. Waste Management & Research 36(9), 841-848. https://doi-
org.ezproxy.ugm.ac.id/10.1177/0734242X18793939

Hussein, B., & Dewi, P.AR. (2023). Analisis framing pemberitaan pertikaian kelompok
mahasiswa timur, NTT, Maluku, dan Papua di Yogyakarta oleh mojok.co dan kompas.com
Tahun 2022. Commercium 7(1), 219-228.
Littlejohn, Stephen W. (1996). Theories of Human Communication.California:
Belmont, Woodsworth.
Miller, Katherine. 2005. Communication Theories: Perspectives, Processes, and
Contexts 2 nd Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc
Moleong, J Lexy, Prof. Dr. 2009, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakaya.
Mutsvairo, B., & Salgado, S. (2022). Is citizen journalism dead? An examination of
recent developments in the field. Journalism 23(2), 354-371. https://doi-
org.ezproxy.ugm.ac.id/10.1177/1464884920968440
Nah, S., Yamamoto, M., Chung, D.S., & Zuercher, R. (2015). Modeling the adoption
and use of citizen journalism by online newspapers. Journalism & Mass Communication,
92(2), 399–420. https://doi.org/10.1177/1077699015574483
Pratiwi, K.E., Yusanto, F., Ismail, O.A. (2021). Proses pengadaan vaksin covid-19 di
Indonesia dalam program rosi di Kompas TV dan Indonesia Town Hall di Metro TV. E
Proceeding of Management 8(5).
https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/management/article/view/16
605
Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi,.(Jakarta: Prenada Media
Group, 2009)
Rahardjo, M. (2018). Paradigma Interpretif.
Rathi S (2007) Optimization model for integrated municipal solid waste management
in Mumbai, India. Environment and Development Economics 12: 105–121. Crossref. ISI.
Sobur, A. (2018), Analisis Teks Media. Bandung:PT Remaja Rosdakarya
Yuan, Y., & Yabe, M. (2015). Residents’ preferences for household kichen waste
source separation services in Beijing: A choice experiment approach. International Journal of
Environmental Research and Public Health 12: 176–190. Crossref.
Kovach, B., & Rosenstiel, T. (2007). The Elements of Journalism: What Newspeople
Should Know and the Public Should Expect. New York: Three Rivers Press.

You might also like