You are on page 1of 14

EnviroScienteae Vol. 15 No.

2, Agustus 2019 ISSN 1978-8096 (print)


Halaman 303-316 ISSN 2302-3708 (online)

STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA DI DUKUH BETUNG KABUPATEN


KATINGAN

Tourism Development Strategy at Dukuh Betung Kabupaten Katingan

Tifani Novalita1), Revi Sunaryati2), Akhmat Sajarwan3)

Universitas Palangka Raya


1)
nestalita.13@gmail.com
2)
revi.sunaryati@yahoo.com
3)
asajarwan@gmail.com

Abstract

Tourism is a natural resources utilization with low environmental impact. Tourism development
and sustainability must be reciprocal. This research is aim to (1) inventory the tourism potential
at Betung, (2) Analyze the Land Suitability and (3) design management strategy that can
support the existence of Tourism at Dukuh Betung. This research is a survey research with in-
depth interview techniques, field observations, and documentation. Data analysis techniques
used are (1) Qualitative Descriptive, (2) Scoring, (3) SWOT. The results show that tourism
potential at Betung includes the potential of natural resources, cultural, education, and human
resources. Meanwhile, on observations of the Land Suitability shows that this area is feasible
to be developed as a natural tourism area with the high scoring result (80). On SWOT Analysis,
major internal factor for strength is natural and beautiful panorama and major internal factor
for weaknesses is lack of human resources with appropriate competency. The major external
factor for opportunity is this area can be treated as natural tourism, conservation, and education
area. Meanwhile, major external factor for threats is the existence of other tourism attractions.
Concluded based on the result study is :(1) Dukuh Betung area has various kinds of potential;
(2) Land Suitability analysis shows that Dukuh Betung suitable to be developed as a natural
tourism; (3 )On SWOT analysis, management strategy design that suitable to Dukuh Betung is
WO (Weakness-Opportunity), strategy that fixed the weakness with improve the quality of
human resources, improve and develop supporting facilities increasing community
participation and increase in financial aspect.

Keywords: strategy; conservation; potency; land suitability; SWOT

PENDAHULUAN peningkatkan pendapatan, pekerjaan, serta


ekosistem setempat. Desa Budaya
Pariwisata merupakan bentuk merupakan salah satu bentuk penerapan
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya prinsip konservasi dalam pariwisata
alam dengan tingkat resiko kerusakan berkelanjutan.Kabupaten Katingan
lingkungan yang rendah jika dikelola dengan menetapkan kawasan Dukuh Betung sebagai
prinsip-prinsip konservasi. Upaya dalam Lokasi Pembangunan Pusat Budaya Dayak.
menerapkan prinsip-prinsip tersebut yaitu Penetapan ini tertuang dalam Surat
menerapkan konsep pariwisata Keputusan Bupati Katingan Nomor
berkelanjutan. Prinsip konservasi dalam 430/172/KPTS/IV/2015 Tahun 2015
pariwisata berkelanjutan bertujuan untuk Tentang Penetapan Dukuh Betung di Desa
menekan dampak negatif pada lingkungan Tumbang Liting Kecamatan Katingan Hilir
dan budaya lokal, dengan mendorong

303
EnviroScienteae Vol. 15 No. 2, Agustus 303-316

Sebagai Lokasi Pembangunan Pusat Budaya (1) menginventarisasi potensi wisata di


Dayak. kawasan Dukuh Betung; (2) menganalisis
Penetapan Dukuh Betung sebagai kesesuaian lahan di kawasan Dukuh Betung
destinasi wisata merupakan peluang untuk untuk wisata alam; (3) merumuskan desain
pengembangan wisata di yang mendukung strategi yang dapat mendukung
prinsip konservasi dengan konsep pariwisata pengembangan Dukuh Betung sebagai
berkelanjutan. Proses pembangunan ini destinasi wisata
dilakukan dengan mengkoordinasikan aspek
sosial, pembangunan ekonomi yang ramah
lingkungan dan sekaligus melindungi METODE PENELITIAN
lingkungan alam dan budaya. Dengan
potensi yang dimiliki Dukuh Betung, jika Tempat Dan Waktu Penelitian
dikombinasikan dengan pengelolaan serta
sumberdaya manusia yang mumpuni, dapat Lokasi penelitian yaitu di Dukuh
menciptakan nuansa wisata yang baru dan Betung, Desa Tumbang Liting, Kecamatan
menarik bagi wisatawan. Akan tetapi, selain Katingan Hilir, Kabupaten Katingan. Waktu
potensi yang dimiliki, untuk pengembangan Penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai
wisata, diperlukan adanya SDM yang dengan Juni 2019.
mampu mengelola, anggaran yang tersedia,
regulasi dari Pemerintah dan keterlibatan Variabel Penelitian
masyarakat. Hal-hal tersebut belum dimiliki
oleh Dukuh Betung, oleh karena itu dengan Dalam penelitian ini beberapa variabel
adanya permasalahan tersebut diperlukan yang diamati antara lain, potensi kawasan,
adanya strategi pengembangan yang tepat kesesuaian lahan dan faktor internal serta
dan sesuai, sehingga potensi yang ada dapat eksternal kawasan Dukuh Betung. Untuk
dijadikan daya tarik wisata yang bermanfaat variabel penelitian kesesuaian lahan dapat
bagi Pemerintah Kabupaten Katingan dan diilihat dalam tabel 1 berikut:
masyarakatnya. Tujuan penelitian ini adalah:

Tabel 1. Variabel Kesesuaian Lahan

Tinggi Sedang Rendah


No. Variabel Bobot
Skor 3 Skor 2 Skor 1
1 Kekritisan Lahan 5 Potensial Kritis Agak Kritis Kritis
2 Aksesibilitas
Jalan Utama 5 Mudah Cukup Sulit Sulit
Jarak Ke Pusat Kota 5 Dekat Cukup Jauh Jauh
3 Kemiringan Lahan 5 Landai Agak Curam Curam
4 Sumber Air 10 Ada Kurang Tidak ada
5 Keamanan 10 Aman Kurang Tidak
6 Kondisi Lahan 10 Tidak Produktif Kurang Produktif
7 Pengembangan Lahan 15 Bisa Bersyarat Tidak bisa
8 Konservasi 15 Sangat Perlu Perlu Tidak Perlu
9 Edukasi 10 Ada Kurang Tidak
10 Pemberdaayaan Masyarakat 10 Di berdayakan Kurang Tidak di
berdaya
Sumber: Sumaraw dkk, 2016

304
Strategi Pengembangan Wisata Di Dukuh Betung Kabupaten Katingan (Novalita, T., et al)

Prosedur Pengumpulan Data 3. Kuisioner


Kuisioner diberikan kepada penanggung
1. Wawancara (Interview) jawab maupun pengelola untuk
Jenis wawancara yang digunakan dalam mendapatkan nilai kesesuaian lahan serta
penelitian ini adalah wawancara nilai faktor internal dan eksternal untuk
mendalam yaitu wawancara yang analisis SWOT.
dilakukan untuk memperoleh keterangan 4. Studi Dokumen.
dengan informan yang mengetahui secara Studi dokumen ini diberlakukan ke
spesifik mengenai arahan kebijakan berbagai sumber data yang didapat dari
pembangunan daerah dan perencanaan Badan Perencanaan Pembangunan
strategis pembangunan Kabupaten Penelitian dan Pengembangan, Dinas
Katingan, khususnya Pembangunan Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
Pariwisata Daerah serta informan yang Olahraga, Dinas Pekerjaan Umum dan
mengetahui dan memiliki informasi Perhubungan serta Dinas Lingkungan
terkait kondisi esksiting wilayah Hidup. Keseluruhannya adalah instansi
penelitian. yang ada di Kabupaten Katingan dan
2. Pengamatan (Observation) memiliki keterkaitan dokumentasi
Observasi adalah teknik pengumpulan dengan topik yang diteliti.
data yang dilakukan dalam metode
penelitian kualitatif, dengan cara Analisis Data
mengadakan pengamatan langsung di
lokasi penelitian, dengan maksud agar 1. Inventarisasi Potensi
peneliti memahami secara langsung Inventarisasi adalah suatu kegiatan
fenomena yang terjadi di lokasi mengumpulkan dan mendata setiap
penelitian. Pengamatan dilakukan dengan potensi yang ada. Potensi utama yang
cara datang langsung ke Dukuh Betung digali yaitu: Potensi sumberdaya alam
dan melihat, merekam, mencatat potensi (kehutanan, pertanian, perairan-sungai
dan kondisi kesesuaian lahan. dan perikanan, kebudayaan, edukasi)
Inventarisasi Potensi dapat dilihat pada
tabel 2.

Tabel 2. Inventarisasi Potensi


Potensi Potensi Perairan Potensi Vegetasi Potensi kebudayaan
No
Kehutanan (Sungai dan Perikanan) sekitar sungai dan edukasi
1
2

2. Analisis Kesesuaian Lahan air; (2) Memberi bobot pada setiap faktor
“Analisis Kesesuaian Lahan dilakukan bertujuan untuk menggambarkan
untuk mengetahui tingkat kecocokan seberapa penting faktor tersebut dalam
suatu lahan guna kepentingan wisata pencapaian tujuan kemudian (3) Memberi
pada masing-masing obyek wisata, nilai masing-masing faktor.
skoring digunakan untuk mendapatkan 3. Analisis SWOT
nilai kesesuaian lahan” (Sumaraw, dkk Dalam analisis SWOT, langkah pertama
2016). Dalam Analisis Kesesuaian Lahan yang dilakukan yaitu menentukan faktor
langkah yang dilakukan yaitu : (1) internal dan eksternal dalam
Menyusun daftar faktor-faktor yang pengembangan kawasan Dukuh Betung,
mempengaruhi lokasi seperti data faktor ini kemudian dituangkan dalam
aksesibilitas, kelas lereng dan lahan tabel IFAS dan EFAS (Tabel 3).
kritis, tingkat erosi, keamanan, sumber

305
EnviroScienteae Vol. 15 No. 2, Agustus 303-316

Tabel 3. IFAS dan EFAS Kawasan Dukuh Betung


Faktor Strategi Bobot Rating Bobot x Rating
Internal Kekuatan
Kelemahan
Total
Eksternal Peluang
Ancaman
Total

Untuk masing-masing faktor, diberi posisi strategi pengembangan yang


bobot dan rating untuk mendapatkan nilai kemudian digunakan untuk merumuskan
kecenderungan terhadap faktor internal strategi pengembangan yang sesuai untuk
maupun ektsernal. keberadaan Dukuh Betung, kemudian
Hasil pembobotan bobot dan rating dituangkan dalam matriks SWOT (tabel 4).
kemudian digunakan untuk menentukan

Tabel 4. Matriks SWOT


Strength Weakness
Susunan Daftar Kekuatan Susunan Daftar Kelemahan
Opportunities Strategi SO Strategi WO
Menggunakan kekuatan untuk Mengurangi kelemahan dengan
Susunan Daftar Peluang
mendapatkan peluang memanfaatkan peluang
Threats Strategi ST Strategi WT
Menggunakan kekuatan untuk Memperkecil Kelemahan untuk
Susunan Daftar Ancaman
menghindari ancaman menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2001.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Inventarisasi Potensi

Hasil inventarisasi potensi di kawasan Dukuh Betung dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Inventarisasi Potensi Kawasan Dukuh Betung.


Potensi Perairan (Sungai Potensi vegetasi sekitar Potensi kebudayaan
Potensi Kehutanan
dan Perikanan) sungai dan edukasi
Ficus benjamina Clarias batrachus Calamus caeseus Upacara Tiwah
Gluta renghas Channa striatus Kyllinga memoralis Mandup
Aglaia spectabilis Orheichepalus micropeltes Cyperus gracilis Manugal
Nuclea orientalis Anabas testudineus Stenoclaena palustris Mamisi
Pandanus kirkii Kryptopterus limpok Nephrolepis exalata Malaok
Dipterus siamang Trichogaster trichopterus Rhodomyrtus tomentosa Gotong Royong
Durio zhibentino Kryptoterus lais bicirrhis Nephentes gracilis Pahewan
Mangifera casturii Rasbora argyrotaenia Ipomea cairica Manjala
Aglaia spp Osteochilus vittatus Axonopus comprerus Arsitektur Bangunan
Gracinia sp Belontia hesselti Shorea platycarp Mamantat
Baccaurea motleyana Pangasius hypothalamus Ficus sp Meladang
Averhoa carambola Channa maruliodes Macarangan gigantean Pambak
Sumber: Data hasil penelitian

306
Strategi Pengembangan Wisata Di Dukuh Betung Kabupaten Katingan (Novalita, T., et al)

Kawasan Dukuh Betung memiliki Dinas PU Kabupaten Katingan, kawasan


berbagai macam potensi kekayaan alam dari Dukuh Betung masuk dalam kategori lahan
kehutanan, sungai dan perikanan serta potensial kritis, artinya Lahan potensial
beberapa vegetasi penting dan khas di kritis adalah lahan-lahan yang masih
sekitar sungai, selain itu juga potensi berfungsi sebagai fungsi produksi dan fungsi
kebudayaan dan edukasi. Kekayaan alam ini perlindungan. Pengamatan di lapangan lahan
merupakan salah satu daya tarik bagi potensial kritis dicirikan dengan persentase
kegiatan wisata, serta bagi pengembangan penutupan tajuk yang rapat, manajemen
kawasan lindung, sementara untuk kekayaan lahan baik, kedalaman tanah efektif cukup
budaya dan edukasi, dapat dijadikan potensi dalam dan penutupan lahan berupa lahan
wisata budaya dan edukasi serta konservasi. hutan.

Analisis Kesesuaian Lahan Aksesibilitas


• Kondisi jalan dari jalan raya ke lokasi
Berdasarkan pola penggunaan lahan Letak kawasan Dukuh Betung dekat
dan pola kegiatan masyrakat saat ini, bentuk dengan jalan raya utama Kota Kasongan
dan struktur ruang dalam pemanfaatannya dan sangat mudah untuk dicapai. Untuk
mempunyai kecenderungan yang linier mencapai lokasi Wisata tergolong mudah
mengikuti jalur jalan. untuk dicapai baik menggunakan
Kawasan potensial merupakan kendaraan roda 4 maupun roda 2. Akan
kawasan yang dapat dikembangkan secara tetapi akan sulit untuk dilalui jika musim
optimal untuk menunjang aktivitas dan hujan, sebab jalan masuk ke kawasan
kebutuhan masyarakat Dukuh Betung. Dukuh Betung berupa tanah liat yang bila
Kawasan potensial ini terletak di sepanjang musim hujan akan menjadi genangan air
jalan lingkungan. Pemanfaatannya sendiri dan lumpur liat yang sukar dilalui oleh
adalah sebagai kawasan pemukiman, area roda kendaraan.
perkebunan dan persawahan. • Jarak tempuh ke Pusat kota
Kawasan kendala (kawasan manfaat Berdasarkan data pemetaan jarak dari
bersyarat), merupakan kawasan yang dapat lokasi Dukuh Betung ke pusat kota
dikembangkan dengan persayaratan. Kasongan, yaitu ± 8km, artinya lokasi ini
Kawasan kendala ini terletak di area yang tidak begitu jauh dari pusat kota dan
jauh dari jalur jalan utama dan didominasi memudahkan akses bagi para pengunjung
oleh hutan dan perkebunan. Kawasan ini baik menuju lokasi dan kembali ke pusat
terletak pada area yang berkontur sehingga kota.
dalam pemanfaatannya membutuhkan
dorongan lebih (cut an fill kontur). Kemiringan Lahan/Topografi
Kawasan limitasi merupakan kawasan Keadaan Topografi atau kemiringan
yang tidak dapat dikembangkan, kawasan ini lahan di kawasan Dukuh Betung tergolong
meliputi area hutan dan sebagian sempadan Datar 0-5%. Tingkat kemiringan lahan
sungai. sangat menentukan dalam pengembangan
Selanjutnya, hasil analisis yang dan pembangunan kawasan. Oleh karena
dilakukan peneliti dalam pengembangan kondisi lahan di kawasan Dukuh Betung
kawasan wisata di Dukuh Betung meliputi : yang relatif datar, maka kawasan ini sangat
cocok untuk dikembangan untuk berbagai
Kekritisan Lahan kegiatan pemanfaatan lahan salah satunya
Berdasarkan hasil pemetaan tingkat adalah kegiatan wisata alam.
kekritisan lahan (analisis meliputi tingkat
penutupan tajuk, kemiringan lereng, tingkat Ketersediaan Sumber air
bahaya erosi, produktivitas lahan dan Jaringan air bersih di kawasan Dukuh
manajemen lahan) yang dilakukan oleh Betung berasal dari pemanfaatan sumur gali

307
EnviroScienteae Vol. 15 No. 2, Agustus 303-316

dan pompa, selain itu juga ada yang berasal Dukuh Betung, dikelilingi oleh pemukiman
dari jaringan PDAM. Kondisi eksisting saat dan terdapat susuran sungai. Kawasan ini
ini di kawasan Dukuh Betung dapat tergolong memiliki lahan yang produktif
dikatakan ketersediaan air bersih mencukupi karena berada di lokasi budidaya
atau memadai. pemukiman dan sempadan sungai.

Keamanan Pengembangan Lahan


Sesuai dengan hasil identifikasi Berdasarkan data hasil analisis
tingkat keamanan di Kawasan Dukuh kesesuaian lahan pada Masterplan Dukuh
Betung tergolong aman karena dekat dengan Betung yang disusun oleh Dinas PU
jalan utama kota Kasongan dan dekat Kabupaten Katingan, kawasan di Dukuh
dengan pemukiman penduduk. Betung terbagi atas 3 areal. Yaitu kawasan
Pengembangan kawasan dengan arah potensial sebesar 30%, kawasan kendala
ekowisata melibatkan masyarakat dalam 10% dan kawasan limitasi sebesar 60 %.
setiap aspek wisata termasuk keamanan. Pengembangan struktur dan bentuk ruang
Betung dilakukan berdasarkan pola
Kondisi Lahan penggunaan lahan, pola kegiatan masyarakat
Berdasarkan hasil pengamatan dan pola jaringan jalan.
Kondisi penggunaan lahan di Kawasan

Tabel 6. Hasil Penilaian Kesesuian Lahan Pengembangan Wisata


Skor
No Variabel Bobot
Tinggi (3) Sedang (2) Rendah (1)
1 Kekritisan Lahan 5 Potensial Kritis
2 Aksesibilitas
Jalan Utama Ke Lokasi 5 Mudah
Jarak Ke Pusat Kota 5 Dekat
3 Kemiringan Lahan 5 Datar
4 Ketersediaan Sumber Air 5 Ada
5 Keamanan 10 Aman
6 Kondisi Lahan 10 Produktif
7 Pengembangan Lahan 15 Bisa
8 Konservasi 15 Sangat Perlu
9 Edukasi 10 Tidak mengandung
10 Pemberdaayaan Masyarakat 15 Tidak diberdayakan
Total Jumlah Bobot 100
Sumber : Data Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penilaian terhadap Berdasarkan hasil skoring kesesuaian


Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan lahan untuk pengembangan wisata alam di
Wisata Alam, hasil skoring menunjukkan kawasan Dukuh Betung dapat terlihat bahwa
bahwa Dukuh Betung tergolong Sangat beberapa variabel penelitian menunjukkan
Sesuai (S1) dengan skor: 80. Untuk hasil yang sangat baik (skor 3) yaitu
pengembangan pariwisata berkelanjutan kekritisan lahan, aksesibilitas, topografi, dan
dengan konsep ekowisata melalui ketersediaan sumber air serta kondisi lahan,
pelestarian hutan (agroforestri), konservasi dan pengembangan lahan.
pengembangan dan pelestarian vegetasi Variabel dengan skor sangat baik ini dapat
sekitar kawasan sungai, pemanfaatan menjadi kekuatan utama dalam
sumberdaya perairan dan hasil perikanan pengembangan kawasan ini menjadi
sebagai daya tarik utama kawasan wisata ini. destinasi wisata. Sementara ada beberapa
variabel yang hasilnya kurang baik (skor 1)

308
Strategi Pengembangan Wisata Di Dukuh Betung Kabupaten Katingan (Novalita, T., et al)

yaitu edukasi dan pemberdayaan komponen yang nilainya sangat baik seperti
masyarakat. Komponen variabel yang beberapan komponen variabel diatas, maka
nilainya kurang baik ini justru adalah kawasan Betung belum dapat dikatakan
komponen utama dalam pengembangan sebagai destinasi wisata budaya melainkan
suatu kawasan menjadi kawasan wisata wisata alam.
budaya. Jika hanya mengandalkan

Tabel 7. Hasil Skoring Kesesuaian Lahan Pengembangan Wisata Kawasan Dukuh Betung
Kesesuaian Lahan Untuk Wisata
No Variabel Bobot Skor Sxb
Alam
1 Kekritisan Lahan 5 3 15
2 Aksesibilitas
Jalan Utama Ke Lokasi 5 3 15
Jarak Ke Pusat Kota 5 3 15
3 Kemiringan Lahan 5 3 15
4 Ketersediaan Sumber Air 5 3 15
80
5 Keamanan 10 2 20
6 Kondisi Lahan 10 3 30
7 Pengembangan Lahan 15 3 45
8 Konservasi 15 3 45
9 Edukasi 10 1 10
10 Pemberdaayaan Masyarakat 15 1 15
Total Jumlah Bobot 100 240
Sumber: Data Hasil Penelitian

Edukasi baik terhadap pelestarian yang telah dilakukan melalui proses


sumberdaya alam dan budaya, merupakan penyusunan perencanaan strategis melalui
hal baru dalam kegiatan wisata yang tiga tahap analisis, yaitu:
harusnya dapat menjadi nilai tambah bagi 1. Tahap pengumpulan data
ketertarikan wisatawan untuk mengunjungi a. pengumpulan data,
suatu kawasan wisata. Pemberdayaan b. pengklasifikasian,
masyarakat sangat penting jika suatu c. pra-analisis.
kawasan ingin dijadikan destinasi wisata 2. Tahap analisis
budaya yang mengarah pada ekowisata. a. Matriks Faktor Strategi Internal
Masyarakat adalah pemegang kunci utama Tahap yang dilakukan dalam analisis
dari budaya yang akan dijadikan daya tarik faktor strategi internal adalah
wisata. menentukan faktor yang menjadi
kekuatan serta kelemahan. Faktor
Strategi Pengembangan internal dengan nilai bobot dan rating
dapat dilihat pada tabel 8.
Strategi pengembangan dilakukan
melalui analisis SWOT. Analisis SWOT
Tabel 8. IFAS Kawasan Dukuh Betung
No Faktor Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan (Strength)
1 Lokasi Pembangunan Pusat Budaya Dayak 0.058 2.6 0.150
2 Panorama alami dan indah 0.080 3.6 0.288
3 Aspek Fisik (Tanah, Air) 0.058 2.6 0.150
4 Apek Budaya 0.062 2.8 0.174
5 Aspek Topologis 0.053 2.4 0.128
6 Aspek Tata Ruang 0.053 2.4 0.128

309
EnviroScienteae Vol. 15 No. 2, Agustus 303-316

No Faktor Bobot Rating Bobot x Rating


7 Karakteristik Masyarakat 0.053 2.4 0.128
8 Potensi Alam 0.049 2.2 0.107
Total 1.254
Kelemahan
1 Belum memiliki SDM yang kompeten 0.076 3.4 0.257
2 Tidak ada Program Desa 0.067 3 0.200
3 Belum ada Paket Wisata 0.067 3 0.200
4 Tidak ada Promosi Wisata 0.058 2.6 0.150
5 Kurangnya Sarana dan Prasarana 0.053 2.4 0.128
6 Ketetapan Regulasi belum ada 0.067 3 0.200
7 Kurangnya Partisipasi Masyarakat 0.071 3.2 0.228
8 Aspek Finansial 0.076 3.4 0.257
Total 1.000 1.619
Kecenderungan Terhadap faktor internal -0, 365
Sumber: Data Hasil Penelitian

b. Matriks Faktor strategi eksternal eksternal dalam pengembangan


Sebelum membuat matriks faktor kawasan Dukuh Betung. Sementara
eksternal, terlebih dahulu mengetahui rating merupakan nilai yang berasal
Faktor Strategi Eksternal (EFAS). dari seberapa besar pengaruh faktor
Cara-cara penentuan Faktor Strategi tersebut terhadap pengembangan
Eksternal langkahnya sama dengan Dukuh Betung menurut responden.
penetuan faktor internal. Penilaian Faktor eksternal dengan nilai bobot
bobot berasal dari rata-rata penilaian dan rating daoat dilihat pada Tabel 9.
responden terhadap keseluruhan faktor

Tabel 9. EFAS Kawasan Dukuh Betung


No Faktor Bobot Rating Bobot x Rating
Kesempatan (Opportunity)
1 Menjadi kawasan wisata alam, konservasi dan
edukasi 0.120 3.8 0.457
2 Menambah nilai ekonomi bagi Pemda dan
masyarakat 0.108 3.4 0.366
3 Lokasi tempat wisata lain 0.101 3.2 0.324
4 Bergesernya hierarki kebutuhan untuk produk wisata
dari kebutuhan tersier menjadi kebutuhan primer 0.114 3.6 0.410
Total 1.557
Ancaman (Threats)
1 Potensi rusaknya hutan dan vegetasi sungai maupun
sekitar sungai 0.069 2.2 0.153
2 Pembebasan lahan 0.076 2.4 0.182
3 Koordinasi antar instansi kurang 0.076 2.4 0.182
4 Ancaman alih fungsi lahan oleh masyarakat 0.069 2.2 0.153
5 Tempat wisata lain 0.082 2.6 0.213
6 Perilaku wisata 0.051 1.8 0.091
7 Rendahnya keterlibatan masyarakat 0.076 1.6 0.121
8 Bencana alam (banjir/Kekeringan) 0.076 2.4 0.182
Total 1.279
Kecenderungan Terhadap faktor eksternal 0.278
Sumber : Data Hasil Penelitian

310
Strategi Pengembangan Wisata Di Dukuh Betung Kabupaten Katingan (Novalita, T., et al)

Berdasarkan selisih hasil dari (1.557-1.279 = 0,278). Berdasarkan


pemjumlahan nilai pengaruh unsur hasil penghitungan tersebut,
internal antara kekuatan dan kedudukan pengembangan wisata
kelemahan (1,254-1,619 = -0,365) dan kawasan Dukuh Betung di Kabupaten
selisih nilai total pengaruh faktor Katingan berada pada Kuadran III
eksternal yaitu peluang dan ancaman

Tabel 10. Matriks SWOT Pengembangan Wisata di Dukuh Betung


Internal Kekuatan Kelemahan
1. Lokasi Pembangunan 1. Belum memiliki SDM yang
Pusat Budaya Dayak kompeten
2. Panorama alami dan indah
2. Tidak ada Program Desa
Eksternal 3. Aspek Fisik (Tanah, Air)
3. Belum ada Paket Wisata
4. Aspek Budaya 4. Kurangnya Promosi Wisata
5. Aspek Topologis 5. Kurangnya Sarana dan
6. Aspek Tata Ruang Prasarana
7. Karakteristik Masyarakat
6. Ketetapan regulasi belum
8. Potensi alam ada
7. Kurangnya Partisipasi
Masyarakat
8. Aspek Finansial
Peluang Strategi S-O Strategi W-O
1. Menjadi kawasan wisata, 1. Meningkatkan dan ataupun 1. Perekrutan SDM yang
konservasi dan edukasi mempertahankan daya Kompeten dan atau
2. Menambah nilai ekonomi bagi tarik wisata Peningkatan Kompetensi
Pemda dan masyarakat 2. Meningkatkan Dukungan SDM
3. Lokasi tempat wisata lain Pemerintah untuk dapat 2. Peningkatan Sarana dan
4. Bergesernya hierarki kebutuhan dijadikan modal Prasarana
untuk produk wisata dari 3. Memperkuat Peran 3. Peningkatan Partispasi
kebutuhan tersier menjadi Masyarakat Masyarakat
kebutuhan primer 4. Melakukan Kerjasama di 4. Peningkatan Finansial
Bidang Pariwisata.
5. Memperkuat Aksesibilitas
Ancaman Strategi S-T Strategi W-T
1. Potensi rusaknya hutan dan 1. Menawarkan produk- 1. Penataan Lingkungan dan
vegetasi sungai maupun produk wisata yang pengelolaan kawasan
sekitar sungai berkualitas 2. Merubah pemikiran
2. Pembebasan Lahan 2. Mengembangkan atraksi masyarakat pedesaan
3. Koordinasi antar instansi wisata yang menarik menjadi masyarakat
kurang 3. Meningkatkan alokasi pariwisata
4. Ancaman alih fungsi lahan anggaran APBD 3. Membuka dialog antar
oleh masyarakat 4. Mengurus masalah pemerintah dan
5. Tempat wisata lain pembebasan lahan masyarakat.
6. Kepedulian masyarakat rendah 5. Meningkatkan interaksi
7. Perilaku Wisata yang baik antar instansi
8. Bencana Alam (Banjir/ dan Pemda dengan
Kekeringan) masyarakat

Upaya untuk meningkatkan dan keberadaan sumberdaya manusia, serta


mempertahankan fungsi serta keberadaan unsur- unsur sosial, ekonomi, budaya dan
Dukuh Betung tidak hanya terkait kelembagaan. Berdasarkan hal tersebut,
keberadaan sumberdaya alam dan maka rumusan strategi pengembangan
sumberdaya fisik kawasan tapi terkait jug Wisata di Dukuh Betung ini dapat dijadikan

311
EnviroScienteae Vol. 15 No. 2, Agustus 303-316

acuan bagi pengembangan dan destinasi wisata. Masyarakat sekitar


keberlanjutan kawasan wisata di Dukuh adalah individu dan kelompok yang
Betung. Berdasarkan hasil skoring dan terdampak langsung terhadap kegiatan
penentuan strategi, menunjukkan bahwa di kawasan ini. Partisipasi masyarakat
Strategi Pengembangan Kawasan Dukuh dapat ditingkatkan dengan cara
Betung berada pada posisi Kuadran III merekrut SDM dari masyarakat lokal,
dengan skor tertinggi yaitu 3,1765. Strategi mengadakan kegiatan sosialisasi dan
yang digunakan berdasarkan hasil analisis pendampingan bagi masyarakat,
tersebut yaitu strategi WO (Weakness- melibatkan masyarakat dalam rencana
Opportunity) dengan uraian sebagai berikut: pembangunan dan pengembangan dan
1. Perekrutan SDM yang kompeten dan membentuk kelompok masyarakat
atau peningkatan kompetensi SDM. sadar budaya.
SDM dalam bidang pariwisata adalah 4. Peningkatan Finansial
seluruh aspek manusia yang Pembangunan Pariwisata sangat
mendukung kegiatan wisata baik memerlukan anggaran, baik dalam
bersifat tangible maupun intangible pembangunan kawasan, pembekalan
yang bertujuan untuk memenuhi SDM Pengelola, penyediaan sarana dan
kebutuhan dan mewujudkan terciptanya prasarana, perekrutan SDM, sampai
kepuasan wisatawan serta berdampak kepada promosi. Oleh karena itu, dalam
positif terhadap ekonomi, pengembangan wisata di Dukuh
kesejahteraan, dan kelestarian Betung, alokasi anggaran merupakan
lingkungan dan budaya di suatu salah satu faktor yang harus diberi
kawasan wisata. perhatian. Pemerintah Daerah selaku
2. Peningkatan Sarana dan Prasarana penentu kebijakan harus mengkaji,
Di kawasan Dukuh Betung sejauh ini, menganalisis kemudian memberikan
telah terbangun jembatan titian untuk alokasi anggaran yang tepat bagi
susuran sungai dengan panjang 340m ke pengembangan Dukuh Betung sebagai
arah utara dan 230 m ke arah timur dan destinasi wisata.
barat serta 2 buah gazebo. Luas kawasan
susuran sungai dan vegetasi di
sekitarnya 27 Ha. Sarana dan prasarana KESIMPULAN
di kawasan ini dapat dibangun di
kawasan pengembangan lahan dengan Dukuh Betung memiliki berbagai
luasan sekitar 130 Ha (Dinas PU macam potensi yang dapat dijadikan daya
Katingan, 2015). Dalam peningkatan tarik wisata, meliputi potensi kehutanan,
kualitas sarana dan prasarana dapat potensi perairan (sungai dan perikanan),
dilakukan dengan meningkatkan potensi kebudayaan dan edukasi serta
kualitas dan standar kelayakan seperti potensi sumberdaya manusia.
adanya sanitasi, dan air yang bersih. Berdasarkan hasil skoring
Fasiltas pendukung juga harus sesuai kesesuaian lahan untuk pengembangan
kondisi yang masih tradisional. wisata alam, bobot nilai Kawasan Dukuh
3. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Betung yaitu 80, yang artinya sangat sesuai
Pengembangan wisata di sebuah (SS) untuk dikembangkan.
Desa/Dusun/Dukuh yang memegang Berdasarkan hasil perumusan dan
peran dan kunci utamanya adalah analisis terhadap faktor internal dan
masyarakat, oleh karena itu, partisipasi eksternal, Strategi Pengembangan Kawasan
masyarakat sangat dibutuhkan. berada pada kuadran III. Rumusan strategi
Masyarakat khususnya di kawasan yang tepat untuk mengembangkan Desa
Dukuh Betung merupakan komponen Budaya Dukuh Betung di Kabupaten
penting dalam pengembangan kawasan Katingan adalah Strategi WO, yaitu strategi

312
Strategi Pengembangan Wisata Di Dukuh Betung Kabupaten Katingan (Novalita, T., et al)

turn around. Strategi ini ditetapkan Baiquni, M dan Susilawardani. (2002).


berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada Pembangunan yang Tidak
dengan cara meminimalkan kelemahan. Berkelanjutan :Refleksi Kritis
Dalam hal ini kelemahan-kelemahan perlu Pembangunan Indonesia. Transmedia
diperbaiki dan dicari solusinya untuk Global Wacana. Yogyakarta.
memperoleh peluang tersebut. Damanik, J. & Weber, H. F. (2006).
Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke
DAFTAR PUSTAKA Aplikasi. Yogyakarta: Puspar UGM &
Penerbit ANDI.
Ahmad Dwi Setyawan, Kusumo Winarno Dharmawan, I. M. A., Sarjana, I. M., &
dan Purin Candra Purnama. (2003). Yudhari, I. D. A. S. (2014). Strategi
Ekosistem Mangrove di Jawa: 1. Pengem-bangan Desa Wisata Di Desa
Kondisi Terkini. Jurnal Biodiversitas. Belimb-ing Kecamatan Pupuan
ISSN: 1411-4402. Vol. 4, No. 2. Kabupaten Tabanan. E-Jurnal
Halaman 133-145. Agribisnis dan Agrowisata, 3(1).
Ali, Muh Fauzian. (2013). Analisis SWOT Dewi, M. H. U. (2013). Pengembangan desa
Terhadap Pengelolaan Daya Tarik wisata berbasis partisipasi masyarakat
Wisata Museum Gunung Api Merapi lokal di Desa Wisata Jatiluwih
Yogyakarta. [Tugas Akhir Tabanan, Bali. Jurnal
Kepariwisataan]. Universitas Gadjah Kawistara, 3(2).
Mada. Yogyakarta. Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air, bagi
Ambo, Tuwo. (2011). Pengelolaan pengelolaan sumber daya dan
Ekowisata Pesisir dan Laut. Brilian lingkungan perairan. Kanisius.
Internasional. Surabaya. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Artana, I Wayan Arta dan Ni Ketut Dewi Katingan. (2015). Laporan Akhir.
Irwanti. (2013) Strategi Katingan.
pengembangan Desa Belimbing Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Sebagai Desa Wisata di Kecamatan Katingan. (2018). Inventaris Potensi
Pupuan, Tabanan – Bali. Jurnal Lingkungan. Katingan
Perhotelan dan Pariwisata, Desember Direktorat Jendral Planogi Kehutanan.
2013, Vol.3 No.2 hal.77 Dokumen Pengembangan Tahura
Puspito, A. R., & Rahmawati, D. (2016). 2013.
Pengembangan Kawasan Agrowisata Fauzi, Y., Y. E Widyastuti., I, Satyawibawa.,
melalui Pendekatan Community R, Hartono. (2008). Kelapa Sawit.
Based Tourism di Kecamatan Bumiaji Penebar Swadaya. Jakarta.
Kota Batu. Jurnal Teknik ITS, 4(2), Febrandy, D. (2006). Karakteristik Sifat-
C92-C97. Sifat Tanah dan Lahan untuk
Agus Sudiarso. (2004). Ekowisata di Taman Kesesuaian Lahan Tanaman Jati
Nasional Bromo Tengger Semeru Belanda (Guazuma ulmifolia
Jawa Timur. [Tesis]. Universitas LAMK.). Program Studi Ilmu Tanah
Udayana. Denpasar Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Agung Suryawan W dan A. A. G. Raka Bogor. Bandung.
Dalem. (2010). Implementation of Ginantra. (2006). Ekoturisme. Universitas
Local Knowledge “ Tri Hita Karana “ Udayana. Bali
in Ecotourism Management in Bali. Hadi, S. P. (2007). Pariwisata Berkelanjutan
SOCA 10 (1) : 94 – 99 (Sustainable Tourism). [Makalah].
Andi M Rifiyan Arief. (2016). Seminar Sosialisasi Sadar Wisata
Pengembangan Desa Wisata Berbasis ”Edukasi Sadar Wisata bagi
Eko-Budaya. Jurnal. Universitas Masyarakat di Semarang.
Riau. Pekanbaru.

313
EnviroScienteae Vol. 15 No. 2, Agustus 303-316

Hamidah, N., & Garib, T. W. (2014). Studi Meliala, E. S., Suryanto, D., & Desrita, D.
Arsitektur Rumah Betang Kalimantan (2015). Identifikasi Bakteri Potensial
Tengah. Jurnal Arsitektur: Arsitektur Patogen Sebagai Indikator
Melayu dan Lingkungan, 1(2), 19-35. Pencemaran Air Di Muara Sungai
Hartanto, F. M. (2009). Paradigma baru Deli. AQUACOASTMARINE, 7(2),
manajemen Indonesia: menciptakan 10.
nilai dengan bertumpu pada kebajikan Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi
dan potensi insani. PT Mizan Publika. Penelitian Kualitatif. PT Remaja
Herdiansyah, Haris. (2010). Metodologi Rosdakarya. Bandung.
Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Nafi, M., Supriadi, B., Roedjinandari, N.
Salemba Humanika. (2017). Pengembangan Ekowisata
Hilman, Y. A. (2017). Kelembagaan Daerah. Universitas Merdeka.
Kebijakan Pariwisata di level Malang.
desa. Jurnal Ilmu Pemerintahan: Nurisjah, S., & Pramukanto, Q. (2001).
Kajian Ilmu Pemerintahan Dan Perencanaan Kawasan untuk
Politik Daerah, 2(2), 150. Pelestarian Lanskap dan Taman
Huxley, P. (1999). Tropical Agroforestry. Sejarah. Bogor (ID) Program Studi
Blackwell Science Ltd. UK. Arsitektur Pertamanan, Jurusan
Kuntowijoyo. (2006). Budaya dan Budidaya Pertanian (Tidak
Masyarakat. Tiara Wacana. dipublikasikan) Bogor: Fakultas
Yogyakarta. Pertanian, Institut Pertanian.
Kurnianto, Iman Rudy. (2008). Patton, M.Q. (1980). Qualitative Evaluation
Pengembangan Ekowisata Methods. Baverly Hills. London.
(Ecotourism) Di Kawasan Waduk Pengendali Ekosistem Hutan Taman
Cacaban. Universitas Diponegoro. Nasional Baluran. Laporan 2014.
Semarang. Peraturan Daerah Kabupaten Katingan No 4
Latupapua. (2008). Study Potensi Kawasan Tahun 2016 Tentang Konservasi
dan Pengembangan Ekowisata Di Katingan Untuk Borneo.
Tual Kabupaten Maluku Tenggara. Piagam Pariwisata Berkelanjutan tahun
[Tesis]. Universitas Gajah Mada. 1995.
Yogyakarta. Pitana, I Gede. (2005). Sosiologi Pariwisata.
Lembaga Penelitian Tanah Bogor. (1966) Yogyakarta : Andi.
dalam dokumen Konservasi Sumber Prafitri, G. R., & Damayanti, M. (2016).
Daya Alam Jawa Timur Seksi Kapasitas Kelembagaan Dalam
Konservasi Wilayah V Banyuwangi. Pengembangan Desa Wisata (Studi
2010. Kasus: Desa Wisata Ketenger,
(LIPI) Lembaga Ilmu Pengetahuan Banyumas). Jurnal Pengembangan
Indonesia. (2007). Taman Nasional Kota, 4(1), 76-86.
Sebangau. Bogor. Priono, Y. (2012). Pengembangan kawasan
Manning, R. (2001). Visitor experience and ekowisata Bukit Tangkiling berbasis
resource protection: A framework for masyarakat. Jurnal Perspektif
managing the carrying capacity of Arsitektur, 7(1).
national parks. Journal of Park & Putri Dewi Astiti. (2003). Penerapan Tri
Recreation Administration, 19(1). Hita Karana Dalam Pengembangan
Mason, P. (2016). Tourism Impacts, Ekowisata Pada Waka Gangga Resort
Planning and Management. London: Tabanan. [Tesis]. Universitas
Routledge, Udayana, Denpasar.
https://doi.org/10.4324/97813157810 Rahman, R., Emawati, H., & Bakrie, I.
68 (2017). studi aspek sosial, Ekonomi
dan Budaya Masyarakat Desa

314
Strategi Pengembangan Wisata Di Dukuh Betung Kabupaten Katingan (Novalita, T., et al)

sedulang Terhadap Upaya Kelestarian Gadjah Mada University Press.


Cagar Alam Muara Kaman Sedulang Yogyakarta.
kabupaten Kutai Kartanegara ProVinsi Sayan, M. S., & Atik, M. (2011). Recreation
kalimantan Timur. AGRIFOR, 16(1), carrying capacity estimates for
83-94. protected areas: a study of Termessos
Raka Dalem, A..A. G dan I.A. Astini. National Park. Ekoloji, 20(78), 66-74.
(2000). Significant Achiesments or the Setyadi, IA. (2010). Pengembangan
Development of Ecotourism in Bali. Ekowisata di Taman Nasional
Indonesia Annals World Ecotour, Sebangau. [Tesis]. Institut Pertanian
2000, Brazil 221 – 222. Bogor. Bogor.
Raka Dalem, A. A. G., Pujaastawa, I. B. G., Sjarifuddin dan Rahmad Wahyuhadi.
Adyana, I. W. S., & Sudarsana, I. M. (1991/1992). Koleksi Alat-alat
(2003). Studi Sertifikasi Potensi dan Pertanian Tradisional Museum Negeri
Prospek Pengembangan Propinsi Kalimantan Selatan
Kepariwisataan di Kawasan Lambung Mangkurat. Banjarbaru:
Perkebunanan Pulukan. Jembrana, Bagian Proyek Pembinaan
Puslitbudpar UNUD dan Disparda Permuseuman Kalimantan Selatan
Bali. Soedigdo, D., & Priono, Y. (2013). Peran
Raka Dalem, A. A. G.,dkk. (2005). ekowisata dalam konsep
Identifikasi Potensi dan Prospek pengembangan pariwisata berbasis
Pengembangan Ekowisata di Desa masyarakat pada taman wisata alam
Sambangan Kecamatan Sukasada (twa) bukit tangkiling kalimantan
Kabupaten Buleleng. Universitas tengah. Jurnal Perspektif
Udayana. Denpasar. Arsitektur, 8(2).
Raka Dalem, A. A. G. (2006). Ekoturisme. Soemarno. (2014). Pengantar Evaluasi
Fakultas MIPA Universitas Udayana. Lahan. Universitas Brawijaya.
Denpasar. Malang.
Rangkuti, Freddy. (2009). Analisis SWOT Soemarwoto, Otto. (2004). Ekologi,
Teknik Membedah Kasus Bisnis. Lingkungan Hidup Dan
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Pembangunan. Djambatan, Jakarta.
Sadili, A. (2010). Struktur Dan Komposisi Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Jenis Tumbuhan Herba Dan Semai Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Pada Habitat Satwa Herbivor Disuaka Alfabeta. Bandung.
Marga S Atwa Cikepuh, Sukabumi, Sukma Ariada, Nyoman. (2009). Meretas
Jawa Barat. Berita Biologi, 10(1), 51- Jalan Ekowisata Bali. Press Udayana
58. UGM Kerjasama dengan Andi.
Saputra, Bayu. (2010). Kajian Potensi Yogyakarta.
Wisata Sungai Kahayan Dalam Upaya Sulistiyarto, B., Soedharma, D., & Rahardjo,
Mendukung Pengembangan Kawasan M. F. Sumardjo. 2007. Pengaruh
Wisata Sungai Sebagai Produk Wisata musim terhadap komposisi jenis dan
Kota Palangka Raya Kalimantan kemelimpahan ikan di rawa lebak,
Tengah. [Tesis]. Universitas Gadjah sungai Rungan, Palangkaraya,
Mada. Yogyakarta. Kalimantan
Saragih, L,.S. (2007). Analisis Tengah. Biodiversitas, 8(4), 270-273.
Pengembangan Kesesuaian Lahan Sumaraw, C. A., Tondobala, L., &
Mineral Tanaman Kelapa Sawit. Lahamendu, V. (2016). Analisis
Universitas Riau Pekanbaru. Riau. Kesesuaian Lahan Untuk
Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka. Pengembangan Ekowisata di Sekitar
(2007). Evaluasi Lahan dan Danau Tondano. SPASIAL, 3(1), 95-
Perencanaan Tata Guna Lahan. 105.

315
EnviroScienteae Vol. 15 No. 2, Agustus 303-316

Sunaryo, Bambang. (2013). Kebijakan


Pembangunan Destinasi Pariwisata:
Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.
Gava Media. Yogyakarta.
Sutiarso, MA. (2004). Ekowisata Di Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru
Jawa Timur. [Tesis]. Unversitas
Udayana. Denpasar
Damanik, J., & Weber, H. F. (2006).
Perencanaan ekowisata: Dari teori ke
aplikasi. Yogyakarta: Puspar UGM
dan Andi.
Widowati, Sri. (2012). Kajian Potensi dan
Penerapan Prinsip-Prinsip dan
Kriteria Ekowisata di Kawasan
Taman Wisata Alam Kawah Ijen Desa
Taman Sari Kabupaten Banyuwangi.
[Tesis]. Universitas Udayana.
Denpasar.
Yulianda, F. (2007). Ekowisata Bahari
sebagai Alternatif Pemanfaatan
Sumberdaya Pesisir Berbasis
Konservasi. Disampaikan pada
Seminar Sains 21 Februari 2007 pada
Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, FPIK. IPB. Bogor.

316

You might also like