You are on page 1of 14

271

Justisia Ekonomika
Jurnal Magister Hukum Ekonomi Syariah
Vol 5, No 2 tahun 2021 hal 271-284
EISSN: 2614-865X PISSN: 2598-5043
Website: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JE/index

KEPASTIAN HUKUM STATUS KEPEMILIKAN TANAH


RUMAH SUSUN PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH
Dzulkarnain Alghafuru Syahputra
Universitas Brawijaya Malang
e-mail: ghofuralghafuru@yahoo.co.id

Abstract

The developer of the apartment is allowed to sell the apartment unit that has not
been completed after fulfilling the requirements and obligations as regulated in
Article 43 paragraph (2) of the Flats Law. This study aims to analyze and find the
accuracy of using Article 378 of the Criminal Code to adjudicate violations of
Article 43 paragraph (2) of the Flats Law related to the certainty of land
ownership status as the basis for making PPJB and criminal responsibility for
notaries against the occurrence of criminal acts in the deed he made related to
with the principle of prudence of a notary in carrying out his office. The research
method used in this study is normative juridical law research, the approach
method used is the statutory regulation approach and the conceptual approach as
well as the case approach. From the results of the research and discussion, it can
be concluded first: the use of Article 378 of the Criminal Code which is applied to
violations of Article 43 paragraph (2) of the Flats Law is inappropriate. The
appropriate article for the violation is Article 110 of the Flats Law. Second: For
criminal acts that are contained in a notary deed, it can cause the notary to be held
criminally responsible for participating in helping the occurrence of a crime. In
Sharia Economic Law, land ownership in flats includes haq al-jiwar which is
included in the realm of al-irtifaq rights, where every occupant of the flat is
entitled to the land where the house they live in is built.

Keywords: flats, violation, criminal, Haq al-Irtifaq.

A. PENDAHULUAN tempat kerja berada relatif jauh dari


Kebutuhan tempat tinggal bagi tempat tinggal. Untuk itu masyarakat
masyarakat tidak sebanding dengan membutuhkan tempat tinggal yang
ketersediaan tanah yang ada, lebih dekat dengan gedung
terutama di daerah perkotaan yang perkantoran atau tempat kerja,
padat akan permukiman. Hal ini namun dengan harga yang ekonomis.
berakibat pada harga tanah serta Sebagai alternatif untuk menjawab
rumah yang tinggi dikarenakan kota keterbatasan tanah dan tempat
besar merupakan pusat tinggal yang lebih ekonomis di kota-
perekonomian serta perindustrian, kota besar, sudah saatnya pemenuhan
dimana gedung perkantoran atau tempat tinggal atau rumah sebagai
272

hunian di perkotaan dilakukan melibatkan Notaris dalam


dengan pembangunan rumah secara penyelenggaraan rumah susun. Hal
vertikal dengan rumah susun.1 tersebut tercermin pada ketentuan
Seiring dengan perkembangan Pasal 43 ayat (1) UURS yang
perekonomian serta meningkatnya melibatkan notaris dalam pembuatan
kebutuhan akan perumahan di kota- PPJB antara developer dengan
kota besar melalui rumah susun, hal pembeli rumah susun.
ini harus didukung dengan perangkat Penulis menemukan isu hukum
hukum yang melandasinya, sehingga bahwa aparat penegak hukum mulai
hubungan hukum antara pelaku dari kepolisian, kejaksaan hingga
pembangunan rumah susun dengan hakim pengadilan pada putusan
masyarakat yang memerlukan satuan pengadilan di atas, baik penuntutan
rumah susun menjadi jelas dan dan putusan yang diberikan tidak
berkepastian hukum. Negara merasa menggunakan ketentuan Pasal 98
perlu menggariskan kebijakan dan UURS sebagai delik pidana dan
menetapkan ketentuan-ketentuan Pasal 110 UURS sebagai ancaman
untuk keperluan penyelenggaraan pidananya, akan tetapi menggunakan
rumah susun, dan juga merasa perlu ketentuan Pasal 378 KUHP. Tindak
untuk menetapkan hal-hal yang harus pidana dalam penyelenggaraan
dipatuhi dan larangan-larangan yang rumah susun oleh pelaku
tidak boleh dilakukan oleh pelaku pembangunan berawal dari tidak
pembangunan rumah susun. dibuatnya PPJB di hadapan Notaris.
Penyelenggaraan rumah susun di atur Tujuan yang hendak dicapai
dalam Undang-Undang Nomor 20 melalui penelitian ini adalah untuk
Tahun 2011 tentang Rumah Susun menganalisis dan menemukan
(selanjutnya disebut UURS), antara ketepatan penggunaan Pasal 378
lain pengaturan Pasal 43 ayat (2) KUHP untuk mengadili pelanggaran
yang mengatur persyaratan dan Pasal 43 ayat (2) Undang-Undang
kewajiban bagi Pelaku Pembangunan Nomor 20 Tahun 2011 tentang
atau Pengembang Rumah Susun Rumah Susun terkait kepastian status
yang melakukan penjualan satuan kepemilikan tanah sebagai dasar
rumah susun (sarusun) yang belum pembuatan PPJB dan tanggung
selesai dibangun dengan sistem jawab pidana bagi notaris terhadap
Perjanjian Pendahuluan Jual Beli terjadinya tindak pidana di dalam
(PPJB). akta yang dibuatnya dikaitkan
Walaupun UURS telah dengan prinsip kehati-hatian notaris
memberikan pengaturan yang tegas dalam menjalankan jabatannya.
dan jelas dalam rangka
penyelenggaraan rumah susun, akan B. METODE PENELITIAN
tetapi kepatuhan masyarakat yang Jenis penelitian ini adalah
menjadi pelaku pembangunan rumah penelitian kualitatif. Metode
susun dan juga masyarakat yang penelitian yang digunakan dalam
menjadi calon pembeli rumah susun penelitian ini adalah penelitian
masih tergolong rendah. Sehingga hukum yuridis normatif,2 yang juga
pembentuk UURS merasa perlu disebut penelitian hukum doktrinal.

1 2
Siswono Judohusodo, Rumah Untuk Peter Mahmud Marzuki, Penelitian
Seluruh Rakyat, (Jakarta: Inkoppol Unit Hukum, Cetakan 14, (Jakarta: Kencana
Percetakan Bharakerta, 1991), hlm. 27. Prenada Media Group, 2019), h. 29-35.
273

Pеndеkаtаn yang digunakan аdаlаh melahirkan pengertian, konsep dan


pеndеkаtаn peraturan pеrundаng- asas hukum yang relevan, sebagai
undаngаn (stаtutе approаch) yang pijakan dalam membangun suatu
dilаkukаn dеngаn mеnеlааh argumentasi hukum sebagai
pеrаturаn pеrundаng-undаngаn dаn preskripsi dalam memecahkan isu
rеgulаsi yаng bеrsаngkut pаut hukum yang dihadapi, serta
dеngаn isu hukum yаng sеdаng pendekatan kasus (case approach)
ditаngаni, dan pеndеkаtаn konsеptuаl yang dilakukan dengan menelaah
(consеptuаl approаch) yang beranjak kasus-kasus yang terkait dengan isu
dari pаndаngаn-pаndаngаn pаrа ahli hukum serta memahami ratio
dan doktrin-doktrin yang decidendi atau alasan hakim dalam
berkembang di dalam ilmu hukum, memberikan putusan.
guna menemukan ide-ide yang

C. HASIL dan PEMBAHASAN primer dan calon pemegang Hak


Ruang Lingkup Pembangunan Sekunder. Hak sekunder ini
Rumah Susun ditumpangkan di atas hak lain yang
1. Perolehan Hak Atas memiliki derajat yang lebih tinggi
Tanah Bersama misalnya HGB/HGU/Hak Pakai di
Menurut Pasal 17 UURS, atas tanah Hak Milik atau Hak
pembangunan rumah susun dapat Pengelolaan.
dilakukan di atas tanah Hak Milik Persiapan untuk memperoleh
(HM) hak atas tanah bersama yang akan
1) Hak Guna Bangunan dijadikan proyek rumah susun
(HGB) atau Hak Pakai (HP) di atas memiliki tahapan perijinan sebagai
tanah negara berikut:
2) Hak Guna bangunan a. Advice Planning
(HGB) atau Hak Pakai (HP) di atas Advice Planning adalah surat
tanah Hak Pengelolaan (HPL) rekomendasi teknis yang dikeluarkan
Pengaturan Pasal 17 UU oleh Badan Perencanaan
Rumah Susun tersebut dilandasi oleh Pembangunan Daerah (Bappeda),
konsep hak-hak atas tanah yang yang memuat memuat keterangan
terdapat dalam Hukum Tanah zonasi dan batasan intensitas
Nasional yang membagi hak-hak atas bangunan yang sesuai dengan arahan
tanah dalam dua bentuk yaitu : tata ruang daerah.
1) hak-hak atas tanah yang b. Izin Lokasi Dari
bersifat primer yaitu hak yang Online Single Submision (OSS)
langsung diberikan oleh negara Lahan yang akan dijadikan
kepada pemegang haknya seperti proyek pembangunan rumah susun
Hak Milik (HM), Hak Guna Usaha yang telah sesuai dengan Rencara
(HGU), Hak Guna Bangunan (HGB), Tata Ruang dan Wilayah (RTRW),
Hak Pakai (HP). maka pelaku usaha dapat
2) hak-hak atas tanah yang mengajukan Izin Lokasi dalam
bersifat sekunder yaitu hak yang rangka pemenuhan komitmen
timbul atau dibebankan diatas hak melalui OSS.
atas tanah yang sudah ada. Hak ini Izin lokasi adalah izin yang
bisa timbul karena perjanjian antara diberikan kepada pelaku usaha yang
pemilik tanah sebagai pemegang hak akan memperoleh tanah untuk
274

kebutuhan usaha. Izin Lokasi (IMB). Istilah PBG


tersebut juga bisa melakukan mengacu pada perubahan
perolehan/pemindahan hak untuk UURS yang diubah
penggunaan tanah sebagai kebutuhan dengan Pasal 56 Undang-
usaha dan atau melakukan kegiataan Undang Nomor 11 Tahun
lainnnya.3 2020 tentang Cipta Kerja
c. Pertimbangan Teknis (selanjutnya disebut
Pertanahan UUCK).
Izin lokasi sebagaimana
dimaksud di atas, telah diatur dalam 3. Penjualan Satuan Rumah
Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Susun
Ruang/Kepala Badan Pertanahan a. Penjualan Langsung
Nasional Republik Indonesia Nomor Pengembang yang
17 Tahun 2019 (selanjutnya membangun dan
disingkat Permen ATR/KBPN No. mengusahakan rumah
17/2019). susun merupakan pihak
Izin lokasi yang diterbitkan yang dapat merupakan
melalui sistem OSS di atas, masih pemilik tanah dan atau
diperlukan persetujuan dari kepala bukan pemilik tanah.
daerah yaitu Bupati/Walikota, khusus Selanjutnya hak
untuk DKI dari Gubernur. Oleh pengembang atas rumah
karenanya, persyaratan untuk susun tersebut dibagi-bagi
memperoleh persetujuan dari kepala lagi menjadi:
daerah dimaksud, harus melampirkan 1) tanah bersama
pertimbangan teknis pertanahan yang adalah sebidang tanah
diterbitkan Kantor Pertanahan. hak atau tanah sewa
d. Persetujuan Izin untuk bangunan yang
Lokasi digunakan atas dasar
2. Perizinan Pembangunan hak bersama secara
Rumah Susun tidak terpisah yang di
Setelah pengembang atasnya berdiri rumah
memperoleh kepastian ruang susun dan ditetapkan
dan kepastian hak atas tanah, batasnya dalam
selanjutnya masih diperlukan persyaratan izin
izin-izin lain sebagai mendirikan bangunan.
persyaratan pembangunan 2) benda bersama
rumah susun, yaitu: adalah benda yang
a. Persetujuan Bangunan bukan merupakan
Gedung bagian rumah susun
Istilah Persetujuan melainkan bagian
Bangunan Gedung (PBG) yang dimiliki bersama
merupakan istilah secara tidak terpisah
pengganti dari Izin untuk pemakaian
Mendirikan Bangunan bersama.
3) bagian bersama
3
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri adalah bagian rumah
Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan susun yang dimiliki
Pertanahan Nasional Republik Indonesia secara tidak terpisah
Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Izin Lokasi.
275

untuk pemakaian hukum tanah nasional


bersama dalam yang bersumber dari
kesatuan fungsi hukum adat, dikenal asas
dengan satuan-satuan terang dan tunai, sehingga
rumah susun. jual beli yang obyeknya
4) satuan rumah susun HMSRS juga harus
adalah unit rumah berdasarkan asas terang
susun yang tujuan dan tunai. Terang artinya
utamanya digunakan perbuatan hukum jual beli
secara terpisah dengan tersebut harus dibuat
fungsi utama sebagai secara tertulis dihadapan
tempat hunian dan pejabat yang
mempunyai sarana ditunjuk/diangkat. Tunai
penghubung ke jalan artinya pada saat itu juga
umum. penjual menyerahkan
Pada poin 4 di atas, barang dan pembeli
satuan rumah susun membayar harga jual
(sarusun) dapat diberikan belinya.4 Dengan
hak baru yaitu Hak Milik demikian jual beli yang
atas Satuan Rumah Susun obyeknya berupa HMSRS
(HMSRS). juga harus mengikuti
HMSRS merupakan prosedur peralihan hak
hak baru yang yang diatur dalam sistem
sebelumnya tidak dikenal hukum tanah, antara lain
sebagai hak atas tanah dilakukan di hadapan
dalam UUPA. Dalam pejabat yang berwenang
perkembangannya (PPAT) serta secara tunai.
HMSRS telah mendapat Dengan konsep di
pengaturan yang cukup atas, maka developer
jelas dan tegas dalam UU hanya dapat menjual
Rumah Susun, serta sarusun setelah obyeknya
dikonsepkan sebagai (sarusun) siap diserah-
salah satu hak dalam terimakan dan menerima
koridor sistem hukum harga jual belinya secara
tanah, terkait asas tunai, sedangkan pembeli
pemisahan horizontal dan (users) siap untuk
asas perlekatan (assesi), melakukan pembayaran
sehingga HMSRS dapat secara tunai dan
dipersamakan dengan hak menerima sarusun yang
atas tanah. Oleh karena dibelinya pada saat yang
HMSRS dipersamakan bersamaan. Transaksi jual
sebagai hak atas tanah, belinya dilakukan di
maka peralihan HMSRS hadapan pejabat (PPAT)
juga tunduk pada yang berwenang.
ketentuan peralihan hak
atas tanah.
Jual beli (peralihan 4
Urip Santoso, Urip Santoso, Hukum
hak) menurut sistem Perumahan, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm.
65
276

b. Penjualan Secara Inden sarusun sebelum


Melalui PPJB pembangunan rumah susun
Pengembang rumah selesai dapat dilakukan
susun, dimungkinkan melalui PPJB yang dibuat di
untuk melakukan hadapan notaris”. Selanjutnya
penjualan sarusun menurut Peraturan
sebelum pembangunan Pemerintah Nomor 12 Tahun
rumah susun selesai 2021 tentang Perubahan Atas
melalui sistem PPJB, Peraturan Pemerintah Nomor
sebagaimana diatur dalam 14 Tahun 2016 Tentang
Pasal 43 UU Rumah Penyelenggaraan Perumahan
Susun. Artinya developer dan Kawasan Permukiman
di izinkan oleh aturan (selanjutnya disebut PP No.
hukum untuk menjual 12/2021) yang di dalam Pasal
sarusun walaupun 22K ayat (3) ditentukan:
obyeknya belum siap “PPJB ditandatangani oleh
diserah-terimakan dan calon pembeli dan pelaku
harga jual belinya belum pembangunan yang dibuat di
dibayar lunas, melalui hadapan notaris”. Dengan
sistem perjanjian demikian berdasarkan
pendahuluan jual beli ketentuan-ketentuan tersebut
(PPJB). Dengan kata lain PPJB hanya dapat dibuat
konsep jual beli menurut dalam bentuk akta yang
UUPA yang menganut dibuat di hadapan Notaris.
asas terang dan tunai 5. Kewajiban, Larangan dan
dapat disimpangi melalui Sanksi Pembuatan PPJB
penjualan secara inden a. Kewajiban
dengan sistem PPJB yang Pasal 43 ayat (2)
merupakan perjanjian UURS memuat
pendahuluan atau persyaratan dan
bantuan, sampai dengan kewajiban yang harus
jual beli HMSRS yang dipenuhi pengembangan
sesungguhnya terjadi. yang hendak melakukan
Melalui Pasal 43 penjualan sarusun yang
UU Rumah Susun belum selesai dibangun,
tersebut, negara yaitu::
bermaksud mengatur 1) status kepemilikan
pembatasan kepada tanah;
pengembang untuk dibuktikan dengan
menerapkan sistem PPJB sertipikat hak atas
kepada calon pembelinya tanah atas nama
(users) serta memberikan pelaku pembangunan
sanksi terhadap atau sertipikat hak
pelanggaran yang terjadi. atas tanah atas nama
4. Bentuk PPJB pemilik tanah yang
Menurut Pasal 43 ayat dikerjasamakan atau
(1) UU Rumah Susun, yang dokumen hak atas
menentukan: ”Proses jual beli tanah sesuai dengan
277

ketentuan peraturan dimaksud dalam Pasal


perundang-undangan 43 ayat (2);
di bidang pertanahan. sebagaimana dimaksud
2) Persetujuan Bangunan dalam Pasal 98, dipidana
Gedung; dengan pidana penjara
Dibuktikan dengan paling lama 4 (empat)
surat PBG tahun atau denda paling
3) ketersediaan banyak
prasarana, sarana, dan Rp4.000.000.000,00
utilitas umum; (empat miliar rupiah).
informasi yang jelas Ketentuan Pasal 110
mengenai prasarana, UU Rumah Susun di atas,
sarana, dan utilitas mengatur mengenai
umum yang dijanjikan sanksi pidana terhadap
oleh pengembang. pelanggaran ketentuan
4) keterbangunan paling Pasal 98 jo. Pasal 43 ayat
sedikit 20% (dua (2) UU Rumah Susun.
puluh persen); Dengan telah diaturnya
keterbangunan paling delik dan sanksi pidana,
sedikit 20% (dua maka pelanggaran yang
puluh persen) adalah dilakukan pelaku usaha
20% (dua puluh (developer) rumah susun
persen) dari volume terhadap ketentuan Pasal
konstruksi bangunan 43 ayat (2) UU Rumah
rumah susun yang Susun telah memenuhi
sedang dipasarkan. kualifikasi sebagai tindak
b. Larangan pidana.
Menurut Pasal 98 Oleh karena subyek
UURS, Pengembang hukum pengembang
dilarang membuat PPJB: merupakan suatu
1) yang tidak sesuai korporasi sehingga
dengan yang ketentuan Pasal 110 UU
dipasarkan; atau Rumah Susun juga telah
2) sebelum memenuhi memenuhi ketentuan
persyaratan kepastian pidana bagi korporasi,
sebagaimana yaitu dengan memberikan
dimaksud dalam Pasal alternatif berupa hukuman
43 ayat (2). kepada orang di dalam
c. Sanksi korporasi developer yang
Menurut Pasal 110 memberikan
UURS, Pengembang yang kebijakan/keputusan
membuat PPJB: sehingga terjadi tindak
1) yang tidak sesuai pidana berupa pidana
dengan yang penjara atau hukuman
dipasarkan; atau kepada korporasi itu
2) sebelum memenuhi sendiri yang tidak
persyaratan kepastian dimungkinkan untuk
sebagaimana dipidana penjara dan
278

hanya dimungkinkan terkait penjualan sarusun


untuk membayar tersebut menggunakan Pasal
sejumlah denda. 378 KUHP. Terhadap
6. Kajian Putusan Pengadilan dakwaan JPU tersebut,
Terkait Pelanggaran majelis hakim memberikan
Terhadap Kewajiban dan pertimbangan hukum, bahwa
Larangan Pembuatan PPJB tindakan penjualan sarusun
Penyimpangan tersebut merupakan hukum
penyelenggaraan rumah perjanjian yang merupakan
susun masih banyak terjadi, kewenangan hakim perdata,
antara lain pada kasus di sehingga hakim menyatakan
Sleman, Yogyakarta dalam bahwa para terdakwa telah
putusan Mahkamah Agung melakukan perbuatan
Nomor 549 K/Pid/2019. sebagaimana yang
Pada putusan tersebut, didakwakan kepadanya
Terdakwa 1 (T1) dan sebagaimana dakwaan kesatu,
Terdakwa 2 (T2), merupakan akan tetapi perbuatan itu
pendiri dan pemegang saham, bukanlah merupakan suatu
serta selaku Komisaris dan tindak pidana (Onslag Van
Direktur dari sebuah Recht Vervolging).
perseroan terbatas (PT) yang Pada sidang tingkat
bergerak di bidang kasasi, Judex Juris telah
pembangunan rumah susun. memberikan pertimbangan
T1 dan T2 memasarkan dan hukum (ratio decidendi)
menjual sarusun yang hendak bahwa perbuatan hukum
dibangun dengan terdakwa merupakan
mengadakan pertemuan. pelanggaran terhadap
Selanjutya terhadap ketentuan Pasal 43 ayat (2)
penawaran yang dibuat T1 juncto Pasal 98 UURS,
dan T2, kemudian saksi namun sanksi pidana yang
korban yang ikut hadir dalam dipergunakan/dijatuhkan
pertemuan tersebut tertarik adalah Pasal 378 KUHP,
dengan penawaran yang padahal ketentuan Pasal 110
diajukan sehingga membeli UURS, sebagai aturan hukum
dan membayar sejumlah uang khusus (lex specialist) lebih
kepada T1 dan T2. Setelah 4 tepat diterapkan, daripada
(empat) tahun berjalan aturan hukum hukum.
ternyata pembangunan rumah Sebagaimana diuraikan
susun belum juga dimulai, di atas, keberadaan Pasal 43
sehingga saksi korban ayat (2), Pasal 98 dan Pasal
melaporkan T1 dan T2 110 UURS merupakan
kepada Polisi, yang derivasi dari Pasal 378
selanjutnya diproses hingga KUHP. Bahwa Pasal 110
di sidang di Pengadilan memiliki alternatif mengenai
Negari Sleman. subyek hukum yang
Jaksa Penuntut Umum bertanggung jawab, yaitu
(JPU) mendakwa T1 dan T2 subyek hukum pidana penjara
melakukan tindak penipuan terhadap untuk orang
279

(naturlijke persoon) atau itu semua orang dianggap


sanksi pidana berupa denda tahu (presumption iure de
untuk korporasi. Bahkan pada iure) dan ketidaktahuan
saat putusan kasasi diputus, seseorang atas hukum atau
para terdakwa (T1 dan T2) peraturan perundang-
yang telah meninggal dunia undangan yang berlaku tidak
atau almarhum, namun masih membebaskan seseorang itu
dijatuhi pidana penjara, dari tuntutan hukum
merupakan sebuah ironi. (igronantia iuris neminem
Diterapkannya Pasal excusat).
378 KUHP daripada Pasal Tanggung Jawab Pidana
110 UURS, oleh hakim Notaris Terhadap Terjadinya
menimbulkan ketidakpastian Tindak Pidana Di Dalam Akta
hukum terhadap pelanggaran Notaris
Pasal 43 ayat (2) jo. Pasal 98 1. Prinsip Kehati-hatian
UU Rumah Susun. Menurut Notaris
Philipus M. Hadjon yang Notaris dalam
mengutip pendapat Lon L. menjalankan jabatannya
Fuller, menilai terjadi (membuat akta otentik) wajib
ketidakpastian hukum apabila menjaga prinsip kehati-hatian
terjadi salah satu prinsip dari yang erat kaitannya dengan
8 (delapan) prinsip, dalam hal ketelitian, kecermatan dan
ini prinsip kegagalan untuk kesaksamaan yang memiliki
mempublikasi atau arti yang sama, agar akta
memperkenalkan aturan yang dibuatnya tidak
hukum kepada masyarakat menimbulkan permasalahan
atau setidaknya kepada pihak hukum di kemudian hari.
yang berkepentingan yang Sehingga tujuan masyarakat
diharapkan mempelajari datang dan meminta bantuan
aturan tersebut.5 Namun jasa notaris, agar perbuatan
demikian berdasarkan hukum, perjanjian atau
Penjelasan Pasal 81 UU P3 penetapan yang hendak
yang menentukan: “Dengan mereka dilakukan dimuat ke
diundangkannya Peraturan dalam akta notaris menjadi
Perundang-undangan dalam alat bukti yang kuat dan
lembaran resmi sebagaimana sempurna menjadi tercapai.
dimaksud dalam ketentuan Kesaksamaan menjadi
ini, setiap orang dianggap hal penting dilakukan oleh
telah mengetahuinya”. notaris dalam menjalankan
Hal tersebut merupakan jabatannya, karena
pemberlakuan teori fiksi masyarakat yang datang dan
hukum, yang beranggapan meminta bantuan jasa notaris
ketika suatu peraturan sebagai suatu profesi bidang
perundang-undangan telah hukum yang memiliki
diundangkan, maka pada saat keahlian khusus dan
tanggung jawab. Menurut
5
Philipus M.Hadjon, Perlindungan Liliana Tedjosaputro dalam
Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya:
Bina Ilmu, Surabaya, 1987), hlm. 90.
280

Ghansham Anand,6 profesi penerapan metode


notaris merupakan jabatan argumentum per anoalgium
kepercayaan yang (analogi), yaitu terhadap
bertanggung jawab secara peristiwa serupa atau mirip,
hukum, moral dan etika yang dapat dilihat pada
kepada negara/pemerintah Putusan Pengadilan Tindak
dan masyarakat yang menjadi Pidana Korupsi pada
pihak-pihak dalam akta. Pengadilan Negeri Surabaya
Walaupun pada Nomor 62/Pid.Sus-
penjelasan umum UUJN TPK/2017/PN.Sby jo.
disebutkan akta notaris pada Putusan Pengadilan Tindak
hakikatnya memuat Pidana pada Pengadilan
kebenaran formal sesuai Tinggi Jawa Timur Nomor
permintaan/kehendak para 86/Pid.Sus-
pihak yang TPK/2017/PT.SBY.
disampaikan/diberitahukan Berdasarkan putusan
kepada notaris, namun notaris pengadilan yang memberikan
mempunyai kewajiban untuk sanksi pidana kepada notaris
menjelaskan bahwa hal-hal terkait pembuatan akta di
yang dimuat dalam akta atas, penulis memberikan
notaris telah dimengerti dan analisa sebagai berikut:
sesuai kehendak para pihak a. Notaris dalam
sendiri. Kewajiban notaris menjalankan jabatannya
untuk menjelaskan tersebut disamping harus
menuntut seorang notaris berpedoman pada UUJN
mengerti dan memahami juga harus patuh pada
karakteristik perbuatan peraturan perundang-
hukum yang dimuat ke dalam undangan lainnya
akta, sehingga perbuatan sebagaimana
hukum yang sumpah/janji yang
dimuat/dinyatakan ke dalam diucapkan notaris.
akta tidak melanggar hal-hal b. Walaupun dalam
yang dilarang oleh aturan penjelasan umum UUJN
hukum. disebutkan pada dasarnya
2. Kajian Putusan Pengadilan notaris hanya
Yang Memberikan Sanksi bertanggung jawab
Pidana Kepada Notaris terhadap kebenaran formil
Terkait Pembuatan Akta yang diberitahukan para
Penelitian ini juga pihak kepada notaris, dan
mengkaji perkara pidana tidak bertanggung jawab
yang melibatkan notaris terhadap isi/materiil yang
terkait pembuatan akta, yang dimuat dalam badan akta.
di dalamnya memuat suatu Akan tetapi berdasarkan
tindak pidana. Putusan yang Pasal 4 UUJN terkait
akan dikaji merupakan sumpah/janji untuk patuh
pada peraturan
6
Ghansham Anand, Karakteristik perundang-undangan,
Jabatan Notaris Di Indonesia, (Jakarta: demikian pula menurut
Kencana, 2018), hlm. 96.
281

Pasal 16 ayat (1) huruf a metode Argumentum a


UUJN terkait prinsip Contrario.Metode ini
kehati-hatian jo. Huruf e, menggunakan penalaran
terkait kewajiban bahwa jika undang-
menolak membuat akta undang menetapkan hal-
apabila perbuatan hukum hal tertentu untuk
yang dimuat dalam akta peristiwa tertentu, berarti
terdapat hal yang dilarang peraturan itu terbatas
oleh peraturan perundang- pada peristiwa tertentu
undangan, maka notaris dan bagi peristiwa di
sebagai pejabat umum luarnya berlaku
8
yang diberikan wewenang kebalikannya.
oleh negara, seharusnya Berdasarkan asas hukum
menjadi filter atau pidana bahwa tiada
penyaring, terhadap pidana tanpa kesalahan
pelanggaran yang hendak (geen straf zonder
dilakukan masyarakat. schuld), maka dengan
c. Hakim berwenang metode Argumentum a
melakukan penemuan Contrario, dapat
hukum yang salah dimaknai bahwa apabila
satunya melalui metode seseorang melakukan
konstruksi hukum yang kesalahan, maka orang
dibutuhkan dalam tersebut dapat dipidana,
menghadapi kekosongan sehingga majelis hakim
hukum. Menurut Philipus berpendapat seorang
M. Hadjon, model notaris pun dapat
kontruksi hukum terdiri dipidana apabila dalam
dari analogi dan menjalankan jabatannya
gandengannya dia melakukan kesalahan
(spiegelbeeld) a- (schuld) yang dapat
contrario,dan bentuk dipertanggungjawabkan
ketiga, yang oleh P. dalam hukum pidana.
Scholten disebut sebagai e. Berdasarkan bukti-bukti
penghalusan hukum dan fakta persidangan,
(rechtsverfijning) yang berupa keterangan saksi
dalam bahasa Indonesia dan rangkaian perbuatan
oleh disebut penyempitan yang dilakukan notaris,
hukum.7 dapat dibuktikan bahwa
d. Dalam pertimbangan notaris mengetahui
hukum (ratio decidendi), adanya pelanggaran
hakim melakukan hukum berupa pengalihan
penemuan hukum TKD yang secara hukum
melakui konstruksi tidak dapat dialihkan,
hukum menggunakan bahkan notaris
membuatkan alat bukti
7
Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri pengalihannya. Dengan
Djatmiati, Pengantar Hukum Adminstrasi
Negara, (Yoyakarta: Gajah Mada University
8
Pers, 2008), hlm. 26 Ibid.
282

demikian terbukti bahwa ketetanggaan ( kesepakatan


notaris melakukan Jaaru/Jiwar).
kesalahan dalam Adapun macam-macam haq
menjalankan jabatannya. irtifaq adalah sebagai berikut :
f. Bantahan terdakwa yang 1) Haq as-Syurb adalah hak
menyatakan tidak manusia atau hewan terhadap air
mengetahui adanya TKD untuk memanfaatkannya. Dalam
sehinga tidak mengetahui hak, ini ulama mambagai air
adanya pelanggaran kepada 4 macam : a) air yang
hukum, sebagai unsur ditampung dalmam tempat khusus
pemaaf/penghapus oleh pemiliknya, b) air sumur, c)
kesalahan terbantahkan air sungai khusus yang melewati
oleh keterangan saksi dan lahan pribadi tertentu atau
fakta persidangan. pengairan yang dibuat
g. Berdasarkan fakta hukum orang/kelompok tertentu, dan e)
dan keterangan saksi, air sungai besar (umum). Dasar
menunjukkan notaris hukum hak ini adalah hadits
melakukan kesalahan Rasulullah yang diriwayatkan
yang disengaja membuat oleh Ahmad ibn Hanbal, at-
akta, yang mana terbukti Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah
sehingga kesengajaan dan Ibnu Hibban, yang berbunyi
untuk melakukan :“Manusia itu berserikat dalam
kesalahan tersebut tiga hal yaitu air, rumput, dan
dikategorikan sebagai api.” {HR. Ahmad ibn Hanbal }
penyalahgunaan 2) Haq al-Majra adalah hak
wewenang. pemilik lahan yang jauh dari
aliran air untuk irigasi dalam
Status Kepemilikan Tanah rangka mengairi lahannya, baik
Rumah Susun Perspektif melalui lahan orang lain ataupun
Hukum Ekonomi Syariah tidak. Dasar hokum dari hak ini
Di dalam hukum Islam, status adalah kasus antara dua orang
kepemilikan tanah pada rumah susun sahabat yang bertengkar dalam
termasuk dalam kategori hak al- persoalan air, pemilik lahan yang
irtifaq. Di beberapa literatur fiqh dekat dengan sumber air tidak
muamalat haq Al-irtifaq di sebut juga mau mengalirkan air atau tidak
dengan milk al-manfaah al-‘aini. mau lahannya dijadikan aliran air
Secara etimologi irtifaq berarti ke lahan orang yang jauh dari
pemanfaatan terhadap sesuatu. sumber air. Ketika Umar bin
Sedangkan terminologi dari hak Khattab berupaya mendamaikan
irtifaq adalah “Hak pemanfaatan keduanya, pemilik lahn yang
benda tidak bergerak, baik benda itu dekat dengan sumber air tetap
milik pribadi atau milik umum.” bersih keras dengan pendiriannya.
Adapun di antara sebab-sebab Akhirnya Umar bin Khattab
munculnya haq Al-irtifaq adalah: (1) berkata :Ðemi Allah saya akan
Adanya ikatan kebersamaan (al- mengalirkan air itu,sekalipun
Syirkah Ammah), (2) Adanya melalui perut engkau”, kisah ini
kesepakatan pihak yang berakad dan diriwayatkan imam malik dalam
(3) Adanya kesepakatan
283

kitabnya, al-Mumatta’ Juz atas pada perumahan bertingkat


II. (aparteman, hotel) dan
3) Haq al-Masil adalah hak menjadikan loteng rumah orang di
seseorang untuk menyalurkan tingkat bawah sebagai lantainya.
kotoran, baik manusia atau pun 6) Haq al-Jiwar adalah hak
rumah tangga, ke penampungan seseorang untuk tinggak
atau saluran umum dengan bersebelahan dengan tetangganya
mempergunakan selang yang disebabkan saling bertemunya
melalui jalan raya, lahan, rumah batas milik masing-masing. Para
dan perusahaan milik orang lain. ulama sepakat dalam keadaan
Pemanfaatan hak ini tidak boleh seperti ini, masing-masing
mengganggu kemaslahatan orang pemilik boleh memeanfaatkan
lain. Maka dari itu, pemilik hak milik tetangganya, selama tidak
berkewajiban memelihara atau membawa mudharat kepada
mengamati secara intensif alat tetangganya itu. Misalnya,
yang dipergunakan untuk dinding rumah menyatu, maka
mengalirkan limbah tersebut. masing-masing pihak boleh
4) Haq al-Murur / ath-Thariq mempergunakan dinding tersebut
adalah hak seseorang untuk untuk menggantung lukisan atau
sampai kerumah atau lahannya perabotan lainnya.
dengan melalui lahan orang lain, Apabila dilihat dari keenam
baik milik umum ataupun pribadi. macam hal al-irtifaq di atas, maka
Misalnya, irham berjalan menuju kepemilikan tanah pada rumah susun
rumahnya melawati depan rumah termasuk haq al-jiwar dimana setiap
hamid. Ulama fiqh membagi penghuni rumah susun tersebut
permasalahan dalam hak ini ke berhak atas tanah dimana rumah
dalam 2 macam : a) apabila yang yang mereka tinggali tersebut
dilewati jalan raya, maka semua dibangun. Karena itu pemanfaatan
orang dapat memanfaatkan jalan tanah hendaknya atas kesepakatan
tersebut (melewati, parkir, bersama-sama selmua penghuni atau
berjualan ) asalkan tidak pemilik rumah susun tersebut.
menimbulkan mudharat pada Apabila terjadi pelanggaran
orang lain, b) apabila jalan yang pemanfaatan tanah bersama tersebut,
dilewati adalah jalan khusus, dalam hukum ekonomi syariah tidak
boleh dipergunakan ketika jalan secara jelas menyebutkan sanksinya,
raya sedang padat. Namun, tetapi menurut penulis sanksi dalam
tentunya pemilik hak harus pelanggaran penguunaan tanah
menjaga agar jalan tersebut tidak seperti itu lebih berkaitan dengan
rusak sehingga dapat hukuman tahzir (perintahan) saja,
menimbulkan kemudharatan bagi dan tidak sampai pada ranah pidana
orang lain. Islam (hudud).
5) Haq at-Ta’ali adalah hak
seseorang untuk tinggal di tingkat

D. KESIMPULAN adalah sebagai berikut: Pertama,


Berdasarkan pembahasan dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
hasil penelitian, maka kesimpulan 2011 tentang Rumah Susun
yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan pedoman bagi
284

pengemban hukum (stakeholders), tanah dimana rumah yang mereka


pelaku usaha dan masyarakat yang di tinggali tersebut dibangun. Karena
dalamnya telah diatur hal-hal yang itu pemanfaatan tanah hendaknya
berkaitan dengan penyelenggaraan atas kesepakatan bersama-sama
rumah susun di Indonesia, termasuk semua penghuni atau pemilik rumah
adanya sanksi bagi yang melakukan susun tersebut. Apabila terjadi
pelanggaraan terhadap ketentuan pelanggaran pemanfaatan tanah
yang diatur di dalamnya. Dalam bersama tersebut, dalam hukum
terjadi terjadi pelanggaran hukum ekonomi syariah tidak secara jelas
terkait penyelenggaraan rumah menyebutkan sanksinya, tetapi
susun, maka sanksi yang diatur menurut penulis sanksi dalam
didalamnya yang dipergunakan pelanggaran penguunaan tanah
sebagai dasar penegakan hukum. seperti itu lebih berkaitan dengan
Kedua, kepemilikan tanah pada hukuman tahzir (perintahan) saja,
rumah susun termasuk haq al-jiwar dan tidak sampai pada ranah pidana
yang termasuh dalam ranah hak al- Islam (hudud), karena bukan termsuk
irtifaq, dimana setiap penghuni bagian dari masalah kriminal.
rumah susun tersebut berhak atas

Referensi

[1] Siswono Judohusodo, Rumah Untuk Seluruh Rakyat, Jakarta: Inkoppol Unit
Percetakan Bharakerta, 1991.
[2] Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cetakan 14, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2019.
[3] Ibid, 55-56.
[4] Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Izin
Lokasi.
[5] Urip Santoso, Urip Santoso, Hukum Perumahan, Jakarta: Kencana, 2014.
[6] Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya:
Bina Ilmu, Surabaya, 1987), hlm. 90.
[7] Ghansham Anand, Karakteristik Jabatan Notaris Di Indonesia, Jakarta:
Kencana, 2018.
[8] Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, Pengantar Hukum Adminstrasi
Negara, Yoyakarta: Gajah Mada University Pers, 2008.

You might also like