You are on page 1of 16

Vol..1 No.

10 Maret 2022 1197


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
(MANUSIA DAN ALAM)
TELAAH REFLEKTIF TERHADAP PERAN DAN FUNGSI SEBAGAI SUBJEK DAN
OBJEK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Oleh
Cecep Nikmatullah1, Wasehudin2
1,2UIN SMH Banten

Email: ceceppiwan@gmail.com, 2wasehudin@uinbanten.ac.id


1

Abstract
This study aims to explore the phenomenology of humans and nature in examining their roles
and functions as subjects and objects in Islamic education. Qualitative research with a concept
analysis approach is used as written literature and the main source. Data collection and analysis
is done by content analysis. The results of the study show that various natural phenomena and
phenomena continue to show their activities, even making humans anxious, such as natural
disasters, eruptions, volcanic eruptions, fires, droughts, floods and others that occur in human
life. This can be seen from the role and function of humans and nature as subjects and objects.
Humans as natural objects mean humans are related to the environment, while humans as
natural subjects mean humans have the ability to control the environment. Human behavior in
controlling nature will greatly determine the behavior of nature in the next phase. Humans must
show their existence as servants ('abdullah) who have inspired divine values that are embedded
as implementers of God's mandate (caliphate) on earth. The target of Islamic education is
human. Education for humans who can humanize humans. Thus, in Islamic education, humans
as objects have the position of being monopluralists, namely, although they are different in all
aspects, they remain a unity, harmony, harmony, and balance between humans and God,
between individuals and society; Humans as individuals are recognized for their rights and
obligations, their existence is recognized and respected. So that Islamic education can be
achieved according to its objectives. The achievement of the goals of Islamic education is very
dependent on the extent to which the ability of Muslims to realize and realize the role of the
philosophy of human creation and the function of its creation in this universe. Humans as
subjects in Islamic education can be used as a vehicle for the process of transforming Islamic
science and culture from one generation to the next. It is hoped that this article can motivate
educational philosophy researchers in following up on a holistic study of various phenomena of
natural damage in various perspectives, especially the perspective of educational philosophy.
Keywords: Phenomenon, Nature, Human, Subject And Object, Islamic Education.

PENDAHULUAN diciptakan di muka bumi sebagai khalifatullah


Datangnya bencana secara beruntun fiil ’ardh. Khalifah dapat dimaknai sebagai
disalahartikan keliru bagi pemahaman pengemban amanah dan misi pengabdian
kebanyakan orang sebagai ujian dari Allah melalui tugasnya yang sangat mulia dan tak
SWT, bahwa seakan-akan perbuatan manusia ringan yakni mengelola, mengatur,
di dunia ini sudah sesuai aturan secara baik memelihara dan memimpin alam semesta ini.
dan benar. Padahal bisa saja merupakan bagian Dengan demikian, dari tangan manusialah
dari teguran agar manusia dapat memperbaiki entitas alam ini akan tetap terjaga lestari, indah
dirinya. Pemahamannya harus menjurus dan lestari. Dapat pula dikatakan sebaliknya,
tentang siapa dirinya sebagai manusia? untuk dengan merusak atau menghancurkan alam
apa diciptakan di muka bumi?. Frame manusia
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2798-3471 (Cetak) Journal of Innovation Research and Knowledge
ISSN 2798-3641 (Online)
1198 Vol..1 No. 10 Maret 2022
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
yang dapat berdampak pada kehidupan ilmu pengetahuan tentang kesadaran (Ahimsa-
manusia sendiri. Putra, 2012).
Seberapa baik hubungan antar manusia Pelaksanaannya, fenomenologi berusaha
dan antara manusia dengan alam merupakan mengungkapkan, mempelajari serta
gambaran atau manifestasi dari seberapa baik memahami suatu fenomena sesuai konteksnya
juga hubungan manusia terhadap Al Khaliq. yang khas dan unik yang dialami individu
Seringkali hubungan manusia dengan Allah hingga tatanan “keyakinan” individu yang
hanya dipahami terpisah dengan perilaku bersangkutan. Dalam memahami dan
duniawinya sehingga hubungan itu tidak mempelajarinya harus berdasar pada sudut
berdampak pada hubungannya terhadap pandang, paradigma dan keyakinan langsung
sesama makhluk. Padahal Rasulullah SAW dari individu bersangkutan sebagai subjek
telah mencontohkan bahwa berbuat baik atau yang mengalami fenomena tersebut secara
saling menyayangi antar sesama akan langsung (first hand experience). Penelitian
menyebabkan Allah sayang juga kepada kita fenomenologi berusaha mengungkapkan dan
(HR Thabrani). menjabarkan makna secara psikologis atas
Sayangnya, hubungan sesama yang pengalaman hidup individu terhadap suatu
dimaksud hanya dipahami sebagai hubungan fenomena melalui penelitian mendalam
antar manusia saja, sedangkan hubungannya dengan cara wawancara dan observasi dalam
dengan alam, baik yang hidup maupun yang hal pengalaman kehidupan sehari-hari subjek
mati hanya pelengkap. Mengingat makhluk yang diteliti (Herdyansah, 2019).
selain manusia dianggap tak dapat Manusia makhluk paling unik sebagai
memberikan kompensasi secara langsung dan objek dan subjek dari berbagai sudut pandang
seketika atas kebaikan yang diperbuatnya. dan kajian disiplin ilmu mengenai manusia
Inilah yang menyebabkan terjadinya bencana yang muncul. Manusia sebagai subjek berarti
alam yang saat ini melanda negeri ini atau dirinya mengkaji dirinya sendiri, sementara
bumi secara keseluruhan. Padahal, secara tegas manusia sebagai objek jika manusia tersebut
Allah menyebutkan dalam Al-Qurán surat Al ada dalam keadaan. Artinya, adanya manusia
Zalzalah (QS 99:7) bahwa barang siapa itu sebagai objek untuk menjadi objek yang
mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya ada. Manusia gabungan dari jasmani dan
dia akan melihat (balasan)nya. rohani, manusia zat yang berdimensi, manusia
Hegel adalah tokoh dan perumus dari makhluk yang bersifat ganda, manusia berbeda
pengertian fenomenologi. Ia tak sejalan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainya,
dengan Edmund Husserl yang padahal pelopor manusia bersifat interdimensional. Dimensi
aliran fenomenologi. Padahal Husserl lebih ruhani ini cenderung meningkat, dan berjalan
banyak dipengaruhi filssuf Prancis, Rene ke puncak setinggi-tingginya, dapat diraih
Descartes, pandangannya tentang Epoche. menuju kepada-Nya. Manusia sebagai
Husserl berupaya menemukan dasar atas makhluk berakal budi (mampu menguasai
filsafat yang membahas, menelaah, kenyataan. makhluk lain), dikaji dari sudut pandang
Menurutnya, dasar tersebut hanya dapat filsafat, tentang hakekat (esensi) manusia.
ditemukan dalam kenyataan atau sesuatu itu Secara popular, manusia didefinisikan
sendiri (things in themselves). Di mana sebagai hewan yang berpikir (al-insan
kenyataan dengan menampilkan dirinya dan hayawan al-natiq) (Saihu, 2019), sebab
menghadirkan dirinya. Husserl melanjutkan manusia bernalar intelektual (akal). Melalui
bahwa maksud “sesuatu itu sendiri” (the thing nalar intelektual tersebut manusia berpikir,
itself) tak lain adalah “kesadaran” menganalisis, memperkirakan,
(consciousness). Sehingga fenomenologi yang membandingkan, menyimpulkan, beragam
dibangun Husserl dapat dikatakan sebagai aktivitas intelektual lainnya. Nalar intelektual

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Journal of Innovation Research and Knowledge ISSN 2798-3471 (Cetak)
ISSN 2798-3641 (Online)
Vol..1 No.10 Maret 2022 1199
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
tersebut membuat manusia dapat membedakan tetapi lebih dari itu, manusia adalah ruh
antara baik dan buruk (etika), serta antara samawi yang bersemanyam di tubuh yang
benar dan salah (ilmu). Dalam perspektif berasal dari tanah, manusia tidak lain adalah
tasawuf atau spiritualitas agama Islam dapat unsur immaterial spiritual yang disimpan oleh
disimpulkan bahwa manusia makhluk yang Allah SWT pada tubuh manusia, maka dengan
secara fitrahnya dipengaruhi kecenderungan- unsur itu manusia mampu berfikir, bernalar,
kecenderungan jiwanya. Saat jiwanya suci merasa dan mengetahui, sebagaimana dengan
maka akan tampil perilaku suci dan terpuji. unsur itu manusia mengatur bumi dan
Namun sebaliknya jika jiwanya tak suci maka memperhatikan kerajaan di langit (Samsirin,
akan tampil perilaku yang tak suci atau tercela 2017).
pula. Keanakaragaman dan keindahan manusia Manusia secara kajian lebih lanjut
menjadikan manusia terus menerus menggali terdapat dalam Al-Qur’an, di mana Allah SWT
dan mencari hakikatnya tentang manusia. melalui firman-Nya memberikan gambaran
Manusia selain makhluk paling mulia tentang rahasia-rahasia manusia. M. Quraish
sekaligus paling unik, jika dibandingkan Shihab menyebutkan ada tiga kata yang
dengan makhluk Allah lainnya. Sebab manusia dipergunakan Al-Qur’an untuk menunjuk
paling unik tersebut, menjadikan manusia kepada manusia. di antaranya dapat
selalu menarik untuk diteliti dan dibicarakan. menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif,
Bahasan manusia dan hakikatnya, seakan-akan nun dan sin, semacam insan, ins, nas atau unas
tak pernah tuntas didiskusikan, meskipun (Gumati, 2020). Kata insan secara etimologi
dalam berbagai pandangan dan kajian. dapat diartikan harmonis, lemah lembut,
Manusia dalam pandangan Islam, selalu tampak, atau pelupa. Menurut Quraish Shihab,
dikaitkan terhadap sebuah kisah tersendiri. jika ditinjau dari sudut pandang Al-Qur’an
Manusia tidak semata menggambarkan sebagai lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia
hewan tingkat tinggi yang berkuku pipih, terambil dari kata nasiya (yang berarti lupa),
berjalan dengan dua kaki dan pandai berbicara. atau nasa-yansu (yang berarti bergoncang).
Dalam Islam manusia lebih luhur dan ghaib Kata insan digunakan dalam Al-Qur’an n
(Saihu, 2019). Makhluk Allah SWT yang untuk menunjukkan kepada manusia dengan
memiliki kesempurnaan dan keunggulan seluruh totalitas, jiwa dan raga. Manusia
ketimbang makhluk lainnya (Syamsuri, 2020). berbeda antara seseorang dengan yang lain,
Penjelasan manusia menurut Murtadha akibat perbedaan fisik, mental dan
Muthahhari lebih menitikberatkan sisi positif kecerdasannya (Gumati, 2020).
dan negatif pada manusia dan lebih Kajian para ahli terkait manusia telah
menjelaskan sifat dasar yang ada pada banyak dilakukan dan lebih mengaitkannya
manusia. Manusia memiliki banyak kelebihan dengan berbagai kegiatan, seperti politik,
dan kekurangan dibandingkan dengan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, agama
makhluk lain. Manusia memiliki ciri khas dan lain sebagainya. Abuddin Nata menyebut
yang secara prinsip berbeda dari hewan. Ciri karena manusia selain sebagai subjek (pelaku),
khas manusia yang membedakannya dari juga sebagai objek (sasaran) dari berbagai
hewan adalah pada iman, ilmu dan terbentuk kegiatan tersebut, termasuk dalam kajian Ilmu
dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut Pendidikan Islam. Pemahaman terhadap
sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia menjadi sangat penting agar proses
manusia karena secara hakiki sifat tersebut pendidikan tersebut dapat berjalan dengan
hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat efektif dan efisien (Nata, 2018). Asal-usul
pada makhluk yang lain (Sanusi, 2014). kejadian manusia ini justru harus dijadikan
Berbeda dengan Muthahhari, Yusuf Al- pangkal tolak dalam menetapkan pandangan
Qardhawi menyebut manusia bukanlah hidup bagi orang Islam. Pandangan tentang
kerangka dan wujud yang nyata saja, akan kemakhlukan manusia cukup menggambarkan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2798-3471 (Cetak) Journal of Innovation Research and Knowledge
ISSN 2798-3641 (Online)
1200 Vol..1 No. 10 Maret 2022
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
hakikat manusia. Manusia adalah makhluk manusia. Namun bagaimana pun yang
(ciptaan), Allah SWT adalah salah satu hakikat terpenting bahwa semua yang ia katakan
wujud manusia (Siregar, 2017). tentang praktik dapat dilakukan secara
Selain manusia, kajian tentang alam independen dari “wawasan mistik” semacam
semesta pun perlu dibahas sebagai satu itu, seperti yang memang harus dilakukan oleh
kesatuan yang utuh dan tidak dapat sebagian besar umat beriman.
dipisahkan. Alam yang sebegitu istimewanya
terkandung hikmah penuh makna dan msiteri. METODE PENELITIAN
Menurut Imam Al-Ghazali, untuk memahami Penelitian ini bertujuan untuk
misteri “Dan Kami tidak menciptakan langit mengekslporasi fenomenalogi manusia dan
dan bumi serta apa yang ada di antara alam dalam menelaah peran dan fungsinya
keduanya…..” (Al-Qur'an, 15: 85), pretensi di sebagai subjek dan objek dalam pendidikan
hadapan pernyataan sentral bahwa alam Islam. Penelitian ini merupakan penelitian
semesta diciptakan secara bebas oleh satu- kepustakaan (library research), terdiri dari
satunya Tuhan yang berdaulat. Namun akal, data primer dan data skunder. Data primer
yang dengan susah payah mereka uraikan, merupakan data yang dikumpulkan oleh
adalah alat yang sangat diperlukan dalam peneliti atau pengambil data secara langsung
mengarahkan pikiran dan hati kita untuk dari sumbernya (Rosowulan, 2019). Data
memahami bagaimana berpikir dan hidup primer dalam penelitian ini adalah ayat-ayat
sebagai konsekuensi dari penciptaan bebas al-Quran yang membahas manusia dan alam.
(Studies et al., 2016). Sementara data sekunder merupakan karya-
Semakin jauh manusia mengungkap karya akademik yang membahas fenomena
alam semesta beserta skala ruang dan manusia dan alam. Metode yang digunakan
waktunya yang luas serta keaneragaman dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
objeknya yang tak terkira, semakin mereka kualitatif. Secara teoritis, metode deskriptif
sadar bahwa manusia sama sekali tidak kualitatif dimaksudkan untuk menyelidiki
istimewa dan hanya merupakan sebutir debu keadaan, kondisi atau halhal lain yang terkait
dalam lingkup semesta (Siti Maunah, 2019). dengan objek kajian, kemudian hasilnya
Alam sebagai realitas yang dihadapi manusia, dipaparkan dalam bentuk penelitian.
di mana bagi ilmuwan akan menyadari bahwa Berdasarkan penelitian ini, peneliti akan
manusia diciptakan bukanlah untuk menyelidiki fenomena manusia dan alam
menaklukkan seluruh alam semesta, namun terhadap peran dan fungsinya sebagai subjek
menjadikannya sebagai fasilitas dan sarana dan objek dalam pendidikan Islam. Peneliti
ilmu pengetahuan yang dapat dikembangkan akan mendeskripsikan secara mendalam
manusia. Alam semesta adalah ciptaaan Allah fenomena manusia dan alam semesta yang tak
Swt yang diperuntukkan kepada manusia yang luput dari para pemikiran pendidikan Islam.
kemudian diamanahkan sebagai khalifah untuk Sebagai wadah aktualisasi nilai-nilai khalifah
menjaga dan memeliharaan alam semesta ini, manusia, alam semesta juga banyak
selain itu alam semesta juga merupakan dibicarakan dalam al-Qur’an. Setelah
mediasi bagi manusia untuk memperoleh ilmu mengetahui fenomena manusia dan alam
pengetahuan yang terproses melalui secara komprehensif, akan lebih mudah
pendidikan (Siti Maunah, 2019). memahami korelasi antara keduanya sebagai
Jika Ghazali cenderung mengandalkan peran dan fungsinya secara komprehensif pula.
“wawasan mistik” pada tempat-tempat di Dengan demikian, bisa dilihat bagaimana
mana para filsuf lebih menyukai skema hubungan antara keduanya, sehingga
konseptual, ia menyarankan bahwa domain pendekatan dilakukan sevcara substantif
tertentu cukup melampaui konseptualisasi teologis. Pendekatan ini digunakan karena

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Journal of Innovation Research and Knowledge ISSN 2798-3471 (Cetak)
ISSN 2798-3641 (Online)
Vol..1 No.10 Maret 2022 1201
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
objek kajian penelitian ini diambil dari naskah dilakukan oleh kesadaran atau oleh subjek
teologis. yang sepenuhnya sadar, subjek yang menulis,
Penelitian kualitatif dengan pendekatan yang menjelaskan tentang apa yang telah
analisis konsep dijadikan sebagai literatur dikatakan atau ditulis. Namun deskripsi yang
tertulis sebagai sumber utama. Pengumpulan tepat tidak akan pernah dapat dilakukan
dan analisis data dilakukan dengan content dengan tuntas (Ahimsa-Putra, 2012).
analysis dan berkaitan dengan bencana dan Fenomenologi secara harfiah berasal dari
filsafat. Hal pertama yang dilakukan penulis bahasa Yunani pahainomenon yang memiliki
adalah mengumpulkan beberapa literatur baik arti gejala atau apa yang menampakkan diri
berupa buku, artikel, dan dokumen lainnya pada kesadaran. Fenomenologi, dalam hal ini
Setelah bahan terkumpul, selanjutnya penulis yakni suatu pendekatan filsafat berpusat pada
melakukan analisis dokumen dan analisis atas gejala yang membanjiri kesadaran
mendeskripsikannya. manusia. Dari sinilah menurut Moustakes
muncul pandangan pokok fenomenologi, yakni
HASIL DAN PEMBAHASAN “menuju sesuatu itu sendiri” (to the things
Fenomenalogi dalam Pandangan Filsafat them selves). Dengan kata lain menuju apa
Pendekatan fenomenologi telah banyak yang muncul dan memberikan dorongan
dipakai para peneliti sebagai pendekatan atau (impetus) untuk adanya pengalaman dan
metodologi penelitian. Awalnya, membangkitkan pengetahuan baru. Fenomena,
fenomenologi berdasarkan pada pendekatan gejala, adalah batu-batu bangunan utama
filsafat ilmu. Edmund Husserl sebagai bapak pengetahuan manusia dan merupakan dasar
fenomenologi menyebutkan bahwa “realitas” bagi semua pengetahuan. Metode ini dirintis
sebagai perluasan dari kata “nature”. Di mana dan digagas oleh Edmund Husserl pada tahun
nature science menggunakan realitas sebagai 1859-1938.
keseluruhan benda dalam ruang dan waktu. Husserl secara intens menggunakan
Namun Husserl membalik persoalan filsafat kajian filsafat fenomenologi dan kali pertama
dari objek kepada subjek pengetahuan. Hal menjadi metodologi penelitian. Saat itu terjadi
tersebut berasal dari pandangan Rene krisis ilmu pengetahuan yang mengakibatkan
Descartes tentang “aku yang berfikir atau kejenuhan pendekatan dan metode pemikiran,
“cogito ergo sum” (Rosowulan, 2019). sehingga munculnya fenomenalogi pada latar
Terdapat empat bidang yang dibahas dalam belakang. Maksud kejenuhan yakni metode
filsafat yakni ontologi, epistemologi, etika, dan pemikiran cenderung mengarah pada paham
logika. Ditinjau dari ontologi fenomenologi idealis dan paham realis. Para penganut paham
mempelajari sifat–sifat alami kesadaran. idealis mengatakan bahwa realitas tidak
Fenomenologi membawa ke dalam terpisah dari subjek. Artinya, sesuatu yang ada
permasalahan mendasar jiwa dan raga. di luar subjek merupakan konfirmasi dari apa
Persoalan jiwa raga ini dipecahkan dengan yang ada dalam pikiran manusia. Sedangkan
menggunakan bracketing method. Sebagai para penganut paham realis, mempercayai
pengembangan, Husserl membuat teori adanya realitas yang berada diluar subjek.
pengandaian mengenai “keseluruhan dan Artinya, pengetahuan hanya dapat diperoleh
bagiannya” hubungan keseluruhan dan bagian ketika subjek mengalami realitas objektif
dan teori tentang makna ideal (Abdillah, tersebut. Namun, Husserl melayangkan kritik
2021). terhadap ilmu pengetahuan pada saat itu.
Fenomenologi sebagai logos (discourse) Husserl berpendapat bahwa ilmu pengetahuan
atau wacana tentang fenomena harus pada saat itu hanya berpandangan pada
memberikan suatu deskripsi setepat mungkin objektivisme. Kesadaran manusia tenggelam
tentang apa yang hadir dan ada di hadapan dalam paham tentang ilmu pengetahuan yang
kesadaran. Deskripsi ini harus lengkap dan beranggapan adanya realitas yang terpisah dari

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2798-3471 (Cetak) Journal of Innovation Research and Knowledge
ISSN 2798-3641 (Online)
1202 Vol..1 No. 10 Maret 2022
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
diri subjek. Ilmu pengetahuan tidak Orientasi pemikiran tentang penciptaan alam
membersihkan diri dari kepentingan- semesta termasuk kajian penting bidang sains
kepentingan dunia (Hasbiansyah, 2008). kealaman bersifat empiris eksperimental.
Husserl pada saat itu berargumen, bahwa Murtadha Muthahhari salah satu filsuf
ilmu pengetahuan berpegangan pada asumsi Muslim abad ke-20 yang berpandangan
yang salah terkait konsep teori sejati. tentang manusia multidimensi. Muthahhari
Fenomenologi Husserl berusaha untuk mengkritik pandangan para pemikir barat
menemukan hubungan antara teori dengan tentang perbuatan manusia melalui berbagai
dunia kehidupan yang dihayati, menurut pemikirannya. Pandangan para pemikir Barat
Hardiman sebagai tujuan akhirnya untuk dianggapnya kurang tepat, sebab tidak
menghasilkan teori murni yang dapat menyertakan pengetahuan teologis sebagai
diterapkan pada praktik. Mereduksi dasar perbuatan manusia, sehingga dalam
pengalaman individu pada fenomena menjadi pengaplikasiannya, perbuatan baik tidak akan
deskripsi tentang esensi atau intisari universal bisa abadi.
(Hasbiansyah, 2008). Fenomena hanya dapat Pandangan para pemikir Barat yang
diungkap dan dipahami dengan melakukan dianggap kurang tepat oleh Muthahhari adalah
pendekatan-pendekatan khusus. Rene Descartes. Di mana melalui teorinya,
Konsepsi fenomenologi Husserl, meyakinkan manusia tentang independensi
merupakan konsep atau pendekatan yang pikiran. Pikiran berada di atas materi. Konsep
sederhana. Asumsi filosofis yang mendasari Desartes ini lebih jauhnya telah menimbulkan
fenomenologi adalah pembahasan secara terjadinya dikotomi antara manusia dan alam.
mendalam mengenai segala bentuk Pemikiran rasionalitas Descartes ini kemudian
pengalaman manusia. Para pengikut konsepsi berkembang lebih radikal dan disambut oleh
fenomenologi Husserl seperti Moustakas, para saintis setelahnya dengan membangun
1994; Stewart dan Mickunas, 1990; dan Van filsafat dan sains sekuler (Abdillah, 2021).
Manen, 1990; berlandaskan pada asumsi Muthahhari tidak puas dengan jawaban para
filosofis yang beragam (Hasbiansyah, 2008). Filosof Barat tentang manusia dan apa yang
Namun selanjutnya, asumsi filosofis bermuara membedakan manusia dengan makhluk hidup
pada argumen yang sama, yakni fenomenologi lainnya di bumi ini, seperti binatang dan
berakar pada studi tentang pengalaman hidup tumbuhan. Seperti halnya pandangan terkait
seseorang, pengalaman yang dieksplorasi manusia yang dilontarkan kaum rasionalis
bersifat “sadar” dan pengembangan deskripsi dipelopori René Descartes menyatakan bahwa
esensi, bukan merupakan penjelasan atau perbedaan manusia manusia dengan makhluk
analisis. Sehingga realitas tak dapat dipisahkan lainnya terletak pada tabiat rasional yang
dari subjek. Fenomenologi mengungkap dimilikinya.
kesadaran subjek ketika mengalami suatu Revolusi filsafat di Eropa telah
fenomena. Stewart dan Mickunas pun dilontarkan lewat pemikiran Descartes yang
menyebutkan bagi penulis atau memakai menyatakan semuanya tak ada yang pasti,
fenomenologi yang tak luput untuk kecuali kenyataan bahwa seseorang dapat
mengungkap asumssi filosofis sebagai bagian berpikir. Kalimat tersebut dalam bahasa Latin
utama atas pendekatan pendekatan cogito ergo sum, atau bahasa Inggris I think,
fenomenologi tersebut. therefore I am atau I think, therefore I exist,
Manusia dan Alam Filsuf Islam Versus atau bahasa Prancis; je pense donc je suis,
Barat dapat diartika “aku berpikir maka aku ada”.
Pembahasan tentang manusia selalu Selain itu karya filosofi Descrates lainnya
menarik dan tetap relevan, terutama dalam dikenal sebagai pencipta sistem koordinat
kajian dan pemikiran pendidikan Islam. Kartesius yang memengaruhi perkembangan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Journal of Innovation Research and Knowledge ISSN 2798-3471 (Cetak)
ISSN 2798-3641 (Online)
Vol..1 No.10 Maret 2022 1203
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
kalkulus modern. Seperti halnya, Pasangannya adalah seorang filsuf perempuan
kalangan eksistensialis yang menyatakan bernama Simone de Beauvoir. Sartre banyak
bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki meninggalkan karya penulisan di antaranya
kesadaran. Maka, kesadaran akan adalah buku berjudul Being and
keberadaannya itulah yang membedakannya Nothingness (Ada dan Ketiadaan).
dengan hewan dan tumbuhan. Sementara itu, filsafat humanisme
Kesadaran ini selalu mengenai sesuatu. menyatakan bahwa memberi tekanan kepada
Tidak ada kesadaran yang tidak mengenai kemanusiaan sebagai hakekat manusia, dan
sesuatu, dan sesuatu itu bisa juga “kesadaran” bahwa kebebasan dan kedaulatan manusia itu
itu sendiri. Buktinya, kita dapat merenungkan, adalah esensial. Menurut humanisme, manusia
dapat “sadar” tentang “kesadaran” kita sendiri, merupakan suatu totalitas kepribadian,
ketika kita melakukan “refleksi”. Proses merupakan manusia seutuhnya (a total
refleksi dapat dikatakan sebagai kegiatan person). Manusia mempunyai potensi-potensi
dalam pikiran kita ketika pikiran tersebut dalam dirinya, yaitu pikiran, perasaan,
memikirkan dirinya sendiri, memikirkan, kemauan, spiritual, yang untuk menjadi
menyadari, tentang “pikiran” itu sendiri. manusia seutuhnya, semua potensi itu harus
Kesadaran mengenai sesuatu ini adalah juga dikembangkan atau diaktualkan. Manusia
pengetahuan, sehingga kesadaran dari sisi adalah subyek bukan objek. Setiap manusia
tertentu adalah perangkat pengetahuan yang adalah individu yang khas dan unik, yang
kita miliki (Abdillah, 2021). memiliki dorongan untuk mencapai tujuan-
Jean Paul Sartre seorang filsuf yang tujuan tertentu. Manusia adalah makhluk
dianggap mengembangkan aliran pribadi dan sosial, dan dalam hubungan sosial,
eksistensialisme, dan disebut sebagai filsuf humanisme mementingkan hubungan pribadi
kontemporer serta penulis Prancis. Pernyataan (personal relations). Manusia memiliki
Sartre menyebutkan dalam bahasa kebebasan dalam mengaktualisasikan dirinya
Prancis I’existence précède I’essence, bahwa (Soelaiman, 2019).
eksistensi mendahului esensi. Maksudnya, Seluruh jawaban yang diuraikan para
manusia itu harus ada, dan adanya di dunia ini filsuf Barat di atas nampaknya tak cukup
bukan karena kemauannya, dan tidak tahu meredam dan mememuaskan bagi Muthahari,
akan menjadi apa dia di dunia ini. Bagaimana bahkan justru mematahkan teori-teori yang
jadinya dia adalah menjadi tanggung jawab telah dikemukakan dan menjawab pertanyaan
manusia itu sendiri. Apakah ia menjadi dirinya tersebut dalam presfektif religius. Baginya
sendiri atau memberi kemungkinan dirinya pandangan religius sebagai jawaban dan solusi
ditentukan oleh orang lain, apakah dia sendiri tepat untuk menjawab beberapa permasalahan
memilih menjadi apa dia, atau dia yang muncul dalam pembahasan tentang
mengizinkan orang lain memilih untuk dirinya, filsafat manusia. Pemikirannya kemudian
semuanya itu menunjukkan kebebasannya. disebut sebagai manusia multidimensi.
Manusia adalah makhluk yang bebas untuk Manusia dan Alam Perspektif Al-Qur’an
menentukan dirinya sendiri. Karena itu dan Filsafat Islam
menurut eksistensialisme kebebasan seseorang Kajian manusia telah dilakukan para ahli
harus dihargai. Menurut eksistensialisme, sesuai masing-masing bidang studinya, hingga
manusia itu harus membuka diri, artinya harus saat ini belum mencapai kata sepakat. Ini
menceburkan diri dalam kehidupan di dunia terbukti dari banyaknya nama lain tentang
ini, bukan mengasingkan diri, sebab manusia manusia. Seperti halnya homosapien (manusia
dan dunia adalah satu. Untuk mengenal dunia berakal), homoeconomicus (manusia
haruslah kita masuk ke dalamnya. Aliran ekonomi), yang terkadang disebut economic
eksistensialisme ada yang berdasarkan pada animal (binatang ekonomi). Dipandang dari
agama dan ada yang tidak (Soelaiman, 2019). sudut biologi, manusia hanya merupakan suatu

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2798-3471 (Cetak) Journal of Innovation Research and Knowledge
ISSN 2798-3641 (Online)
1204 Vol..1 No. 10 Maret 2022
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
macam makhluk di antara lebih dari sejuta berusaha meneladaninya, kita pun dapat
macam makhluk lain yang pernah atau masih mencapai kesempurnaan manusiawi sesuai
menduduki alam dunia ini (Ahimsa-Putra, ajaran Islam (Syam, 2018).
2012). Insan kamil atau manusia sempurna,
Manusia yang cukup populer dan diperkenalkan kali pertama di dunia Islam
didefinisikan sebagai hewan yang berpikir (al- sekitar awal abad ke 7 H / 13 M atas gagasan
insan hayawan al-natiq) (Rosowulan, 2019). Ibn Arabi (W.1240 M) untuk menyebut
Manusia satu-satunya makhluk yang konsep manusia ideal yang menjadi lokus
diciptakan dengan berbagai kelebihan atas penampakan (tajalli) Tuhan. Menurut Ibn
makhluk lain, secara fisik maupun spirit, Arabi, insan kamil pada satu sisi merupakan
jasmani maupun rohani, sedangkan dari segi manusia sempurna yang menggambarkan citra
lahiriah manusia mempunyai postur tubuh Tuhan secara definitif dan utuh, karena pada
yang tegak dan anggota badan yang berfungsi dirinya Tuhan–dengan asma dan sifat-Nya,
ganda. Dari segi rohani, manusia mempunyai melalui Nur Muhammad—ber-tajalli secara
akal untuk berpikir sekaligus nafsu untuk paripurna. Sementara di sisi lain, sekaligus
merasa. Akal mampu membedakan yang baik sebagai sintesis dari alam (makro kosmos)
dan yang buruk, dengan akal pikiran manusia yang permanen dan aktual.
juga dapat mengembangkan dirinya kearah Selain manusia sebagai insan kamil,
yang lebih positif, akal dan nafsu tidak bekerja manusia juga disebut sebagai al-Nas, di mana
secara terpisah, melainkan saling memberi dapat secara muthlak diperuntukkan bagi
pertimbangan (Rosowulan, 2019). Perspektif keturunan Nabi Adam sebagai satu spesies di
Islam, manusia selalu dikaitkan dengan sebuah dalam alam semesta, hal ini terdapat dalam
kisah tersendiri, tidak hanya menggambarkan QS. Al-Hujurat: 13 yang artinya:
sebagai hewan tingkat tinggi yang berkuku “Hai manusia, Sesungguhnya Kami
pipih, berjalan dengan dua kaki dan pandai menciptakan kamu dari seorang laki-laki
berbicara. Dalam Islam manusia lebih luhur dan seorang perempuan dan menjadikan
dan ghaib (Syamsuri, 2020). Manusia adalah kamu berbangsa-bangsa dan
makhluk Allah SWT yang memiliki bersukusuku supaya kamu saling kenal-
kesempurnaan dan keunggulan ketimbang mengenal. Sesungguhnya orang yang
makhluk lainnya (Syamsuri, 2020). paling mulia diantara kamu disisi Allah
Pendapat tentang manusia telah banyak ialah orang yang paling taqwa diantara
dilontarkan berbagai tokoh dan pemikir kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Muslim. Di dunia Islam, deretan para filosuf mengetahui lagi Maha Mengenal”.
dimulai dari Al-Kindi (801-873 M), Al-Farabi Dalam kontek al-Nas, manusia memiliki
(870-950 M), Ibn Sina (980-1037 M) dan Al- kemampuan untuk mengembangkan usahanya
Ghazali (1058-1111 M). Melalui pemikiran dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan
mereka terinspirasi berdasarkan Al-Qur’an dan mewujudkan kesejahteraan sebagai makhluk
hadits, hingga selanjutnya mereka pun turut individu dan makhluk sosial.Keberadaan
serta dalam memecahkan misteri tentang manusia di muka bumi ini dalam Al-Qur’an
manusia. Demikian halnya para tokoh dan pun telah dijelaskan yang keberadaannya
kaum sufi berupaya melengkapi kajian atas bersifat ”mungkin” bukan keberadaan yang
misteri tersebut melalui doktrin insan kamil bersifat “wajib”. Kehendak Allah membuatnya
(manusia sempurna). Muthahhari menegaskan ada di muka bumi ini dan kehendak-Nya itu
bahwa dalam Islam, mengetahui konsep pula lah yang mampu mengakhiri jiwa
manusia sempurna merupakan hal yang sangat manusia (Atabik, 2015). Manusia sebagai
penting, karena konsep itulah yang akan salah satu ciptaan Allah, sehingga
menjadi model dan contoh, yang kalau kita keberadaannya pun membutuhkan proses.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Journal of Innovation Research and Knowledge ISSN 2798-3471 (Cetak)
ISSN 2798-3641 (Online)
Vol..1 No.10 Maret 2022 1205
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Allah mengatur segala perangkat yang mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
membuat manusia ada yang dengan benar) (Departemen Agama RI, 2014).
menentukan fisiknya, Allah juga memberikan Di daratan dan lautan telah nampak
kemampuan untuk bergerak beberapa sifat sebagaimana terjadinya kekeringan tak
serta karakter khusus yang berbeda dengan berujung, jarang terjadi hujan, wabah dan
makhluk-makhluk yang lain sehingga ia penyakit yang terus melanda, semuanya
menjadi seorang manusia yang hidup dan disebabkan atas merebaknya ragam
berakal (Shihab, 2006). kemaksiaan yang dilakukan manusia,
Dengan demikian, dalam diri manusia karenanya sebagai hukuman dari atas sebagian
terdapat unsur kehewanan yang meliputi nafsu, perbuatan di dunia, agar manusia bertaubat
amarah dan lainnya dan juga terdapat unsur kepada Allah SWT dan kembali kepada-Nya
yang tidak dimiliki hewan seperti akal dan dengan meninggalkan kemaksiatan, hingga
lainnya, jika melihar unsur tersebut, keadaannya pun akan menjadi baik dan
sesungguhnya manusia diciptakan untuk di uji, urusannya pun menjadi lurus. Penciptaan alam
karena unsur-unsur tersebut yang mendorong dalam pemikiran Al-Ghazali sangat berbeda
lahirnya serangkaian potensi. Hal itulah yang dengan para filsuf Muslim. Para filsuf Muslim
menjadikan manusia sebagai makhluk yang berpendapat tentang alam yang bersifat azali,
unik dan mempunyai keunggulan melebihi atau qadim, di mana tak bermula dan tak
makhluk lain (Saihu, 2019). pernah ada. Sedangkan Al-Ghazali
Keunikan yang dimiliki manusia salah berpendapat kebalikan dari pemikiran mereka.
satunya yakni kemampuan menentukan tujuan Pendapat para filsuf Muslim tentang
hidup dan keinginan menjalani kehidupan. penciptaan alam di atas bersumber dari
Sehingga manusia dalam hal ini akan terbagi pemikiran para filsuf Yunani, yang kemudian
dalam dua kelompok; pertama, kelompok dilanjutkan dan diperkenalkan oleh Al-Farabi
yang telah mengenal tuhannya, mereka (w. 950) dan Ibnu Sina (w. 1037). Sehingga
mendominasi keinginannya untuk bahagia di Al-Ghazali seorang filsuf dan teolog Muslim
dunia dan di akhirat, kedua kelompok yang tak yang diakui kedalaman ilmunya, menaruh
mau mengenal tuhanya, kecenderungannya perhatian besar terhadap persoalan tersebut,
sebatas bahagia di dunia dan mengabaikan karena sangat berkaitan dengan akidah.
kebahagiaan di akhirat. Manusia pada Apabila dikatakan alam ini qadim, maka jelas
kelompok kedua selalu melanggar tata aturan akan membawa kesyirikan, karena dapat
norma, etika, dan estetika kehidupan. Sebab menduakan Tuhan. Dari dua puluh persoalan
kecenderungannya hanya berkeinginan filosofis yang ia bahas dalam karyanya
mencapai kebahagiaan dunia tanpa berpikir Tahafut al-Falasifah pandangan ‘keazalian
akan pentingnya kebahagiaan di akhirat. alam’ para filsuf menyedot sekitar seperlima
Kelompok yang selalu keluar dari aturan dan dari keseluruhan isi buku tersebut (Marpaung,
jalur yang telah disyari’atkan Al-Qur’an dan 2014).
hadits. Dianggap merasa maju dalam ilmu Kajian alam semesta dalam tradisi
pengetahuan dan teknologi, namun lupa Filsafat Islam menjadi salah satu jalan untuk
menjaga kelestarian alam. Sampai-sampai Al- membuktikan bahwa Allah SWT itu ada dan
Qur’an pun menyebutkan kelompok manusia Pencipta segala sesuatu. Inilah yang dilakukan
kedua ini, pada QS. Ar-Rum ayat 41, yang Al-Ghazali, di mana alam semesta ini
artinya: diciptakan Tuhan, Allah SWT Yang Maha
Telah tampak kerusakan di darat dan di Pencipta. Sehingga Tuhan dan alam semesta
laut disebabkan karena perbuatan tangan sangat berbeda dalam kedudukan dan sifatnya.
manusia; Allah menghendaki agar mereka Tuhan sebagai Pencipta bersifat Qadim,
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan sementara alam semesta sebagai ciptaan
bersifat baru. Tuhan, lanjutnya adalah sebab

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2798-3471 (Cetak) Journal of Innovation Research and Knowledge
ISSN 2798-3641 (Online)
1206 Vol..1 No. 10 Maret 2022
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
bagi wujud yang baru. Sementara wujud yang sebab itu sendiri adalah bagian dari Iradah
baru selalu membutuhkan kepada sebab yang Tuhan. Mempertanyakan Iradah Tuhan justru
menjadikannya. Karena alam ini baru, maka ia membuat Iradah Tuhan terbatas, tidak bebas.
membutuhkan sebab yang menjadikannya, Peran dan Fungsi Manusia dan Alam
(Al-Ghazali, 1328 H; Umar Farouk, 1983; sebagai Objek dan Subjek
dalam (Marpaung, 2014). Kebaruan alam Filsafat merupakan ilmu yang membahas
semesta tampak jelas dari unsur-unsur atau mempelajari tentang hakikat segala
kebaruan yang melekat padanya, seperti jism, sesuatu yang ada di alam semesta, termasuk di
jawhar, dan ‘arad. Segala jism yang terdapat dalamnya manusia. Menurut filsafat, manusia
pada alam tak terpisahkan dari peristiwa yang memiliki posisi yang sangat urgen sebab
melekat padanya, yakni berubah, bergerak, dan manusia mampu berpikir melalui akal pikiran
tetap. Dengan begitu, alam semesta ini yang dapat membedakan antara baik dan
mustahil bersifat qadim, karena mustahil buruk. Selebihnya, manusia mampu mengatur
secara mutlak bahwa yang baru itu keluar dari dan mengelola segala sesuatu yang ada di alam
yang qadim. dengan tujuan kepentingan terhadap dirinya
Para filsuf apabila mengajukan masing-masing.
pertanyaan, mengapa Tuhan menciptakan alam Al-Qur’an telah menggambarkan
dari sebelumnya tiada selanjutnya menjadi manusia sebagai suatu mahkluk pilihan Tuhan,
ada? Faktor apa yang mendorong kehendak manusia juga disebut sebagai makhluk yang
Sang Pencipta, sebelumnya tidak mencipta semi-samawi dan semi-duniawi, yang di dalam
kenapa selanjutnya ingin mencipta?. Al- dirinya ditanamkan sifat-sifat mengakui
Ghazali menjawab, ini yang menjadi inti Tuhan, bebas, terpercaya, rasa tanggung jawab
persoalan. Kehendak Tuhan tak dapat terhadap dirinya maupun alam semesta, serta
dianalogikan melalui kehendak manusia, dari karunia keunggulan atas alam semesta, langit
tidak mau (mencipta alam) berubah menjadi dan bumi. Manusia dipusakai dengan
mau (mencipta alam). Kehendak Tuhan tidak kecenderungan kearah kebaikan maupun
mengalami perubahan. Karena menurutnya, kejahatan. Kemaujudan mereka dimulai dari
makna ‘kehendak’ sebagai pilihan, bukan kelemahan dan ketidakmampuan, yang
‘perubahan’. Tuhan memilih mencipta “saat kemudian bergerak kearah kekuatan, tetapi itu
itu,” dan bukan “sebelum saat itu.” Tuhan tidak akan menghapuskan kegelisahan mereka,
Berkehendak mencipta pada “saat itu,” bukan kecuali jika mereka dekat dengan Tuhan dan
sebelumnya. mengingat-Nya. Kapasitas mereka tidak
Selanjutnya apabila para filsuf bertanya: terbatas baik dalam kemampuan belajar
Mengapa Tuhan Berkehendak “saat itu,” maupun dalam menerapkan ilmu. Mereka
bukan sebelumnya? Al-Ghazali menjawab, memiliki kesatuan suatu keluhuran dan
tidak ada perubahan pada Kehendak Tuhan. martabat naluriah. Motivasi dan pendorong
Sebabnya, makna kehendak (Iradah) bukan mereka, dalam banyak hal, tidak bersifat
dari tidak mau menjadi mau. Makna kebendaan. Akhirnya, mereka dapat secara
“kehendak” adalah memilih. Tuhan memilih leluasa memanfaatkan rahmat dan karunia
“saat itu.” Pilihan tersebut tidak mengandung yang dilimpahkan kepada mereka, namun pada
makna perubahan pada kehendak-Nya. Inilah saat yang sama mereka harus menunaikan
makna kehendak, ungkap Al-Ghazali kewajiban mereka kepada Tuhan.
(Marpaung, 2014). Sehingga, Iradah Tuhan Alam telah menjadikan manusia modern
bersifat mutlak (absolut) tanpa batas. Tuhan sebagai objek yang harus dikuasai. Hal
dapat memilih waktu tertentu, bukan waktu tersebut sebagai akibat atas keyakinan bahwa
lainnya, tanpa menciptakan alam semesta manusia dianggap sebagai entitas terpisah dari
tanpa harus dipertanyakan sebabnya. Justru alam. Sehingga kemodernan menjadikan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Journal of Innovation Research and Knowledge ISSN 2798-3471 (Cetak)
ISSN 2798-3641 (Online)
Vol..1 No.10 Maret 2022 1207
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
manusia angkuh dengan kemampuannya dan membicarakan tentang adanya “Yang Suci”
lebih menekankan terhadap individualitas yang (The Sacred) atau “Yang Satu” (The One)
absolut. Dengan demikian, anggapan yang dalam seluruh manifestasinya, seperti dalam
sering muncul bahwa modernism dianggap agama, filsafat, sains dan seni. Sedangkan
sebagai puncak keberhasilan karya manusia. filsafat modern justru sebaliknya
Namun justru sebenarnya dapat berdampak membersihkan “Yang Suci” dan “Yang Satu”.
serius, yakni krisis lingkungan. Adanya sikap Mereka tidak hanya memisahkan persoalan
penguasaan dan dominasi manusia terhadap spiritualitas dari keduniawian, bahkan ingin
alam merupakan ciri dari kemodernan. Sebagai menghilangkannya dari semua objek alam.
buktinya dapat dilihat dari maraknya berbagai Selain itu, alam telah dianggap sebagai sesuatu
bentuk ekploitasi alam yang dilakukan secara untuk digunakan dan dinikmati semaksimal
besar-besaran dan tak terkendali. mungkin. Menurut Nasr, manusia modern
Kesakralan alam sudah tak dianggap lagi telah kehilangan tanggung jawabnya terhadap
oleh sains modern. Alam dianggap menjadi alam. Nasr menganalogikan bahwa manusia
objek profane (bersifat sakral), tak lain sebagai modern layaknya seperti pelacur - untuk
objek yang harus dikuasai. Ini barangkali mendapatkan keuntungan tanpa rasa kewajiban
menjadi penyebab utama yang selanjutnya dan tanggung jawab terhadapnya (Nasr, 1988),
akan membawa manusia modern ke dalam (Abdillah, 2021).
dunia kehampaan yang kering akan prinsip- Pada akhirnya, keterlanjuran dominasi
prinsip spiritualitas. Dan memang alam oleh manusia modern telah menyebabkan
perkembangan filsafat modern yang materialis masalah populasi yang berlebihan, kurangnya
telah membawa pada hilangnya realitas 'ruang bernafas', koagulasi dan kemacetan
transenden, yang sejatinya dalam kacamata kehidupan kota, habisnya segala jenis sumber
filsafat perennial adalah inti dari segala daya alam, kerusakan keindahan alam,
sesuatu (Abdillah, 2021). perusakan lingkungan hidup melalui mesin
Teknologi modern dan perkembangan dan produknya, peningkatan abnormal
sains telah mendorong manusia melakukan penyakit mental dan seribu satu kesulitan
ekploitasi secara massif terhadap sumber daya lainnya yang beberapa di antaranya tampak
alam hingga hilangnya keseimbangan pada sama sekali tidak dapat diatasi (Nasr, 1988),
alam. Ekploitasi alam yang berlebihan (Abdillah, 2021).
menyebabkan alam rusak dan pada akhirnya Hampir terdapat ketidakseimbangan total
timbul berbagai bencana yang mengerikan. antara manusia modern dan alam seperti yang
Dominasi terhadap alam yang semakin dibuktikan oleh hampir setiap ekspresi
meningkat dan apa yang disebut kemajuan peradaban modern yang berusaha menawarkan
yang seharusnya sejalan dengan ekonominya, tantangan kepada alam daripada bekerja sama
banyak yang menyadari dalam hati mereka dengannya. Bahwa keharmonisan antara
bahwa kastil yang mereka bangun berada di manusia dan alam telah hancur adalah fakta
atas pasir dan bahwa ada ketidakseimbangan yang diakui kebanyakan orang. Tetapi tidak
antara manusia dan alam yang mengancam semua orang menyadari bahwa
kemenangan nyata semua manusia atas alam. ketidakseimbangan ini disebabkan oleh
Dominasi terhadap alam oleh manusia modern rusaknya keharmonisan antara manusia dan
telah membawa pada konseuensi desakralisasi Tuhan. Ilmu-ilmu alam modern muncul,
alam. Hal ini tentunya bertolak belakang substansi kosmos pertama-tama harus
dengan paradigma filsafat perennial yang dikosongkan dari karakter sakralnya dan
justru menganggap alam sebagai bagian tak menjadi profan.
terpisahkan dari manusia. Menurut Huston Manusia dan Alam Refleksi Pendidikan
Smith filsafat tradisional atau yang lebih Islam
dikenal dengan filsafat perennial selalu

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2798-3471 (Cetak) Journal of Innovation Research and Knowledge
ISSN 2798-3641 (Online)
1208 Vol..1 No. 10 Maret 2022
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Para ahli pendidikan muslim umumnya berkemampuan menciptakan sesuatu yang
sependapat bahwa teori dan praktek bermanfaat bagi diri, masyarakat dan
kependidikan Islam harus didasarkan pada lingkungannya sebagai realisasi fungsi dan
konsep dasar tentang manusia. Pembicaraan tujuan penciptaannya, baik sebagai
diseputar persoalan ini adalah merupakan khalifah maupun ‘abd.
suatu yang sangat vital dalam pendidikan.
Tanpa kejelasan tentang konsep ini pendidikan Kedua hal di atas harus menjadi acuan
akan meraba-raba. Bahkan menurut Ali dasar dalam menciptakan dan
Ashraf, pendidikan Islam tidak akan difahami mengembangkan sistem pendidikan Islam
secara jelas tanpa terlebih dahulu memahami masa kini dan masa depan. Fungsionalisasi
penafsiran Islam tentang pengembangan pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya
individu seutuhnya. Pada uraian terdahulu sangat bergantung pada sejauh mana
telah dikemukakan tentang filsafat penciptaan kemampuan umat Islam menterjemahkan dan
manusia dan fungsi penciptaannya dalam alam merealisasikan konsep filsafat penciptaan
semesta (Mahfudhi, 2016). manusia dan fungsi penciptaannya dalam alam
Dari uraian tersebut, paling tidak ada 2 semesta ini. Untuk menjawab hal itu, maka
(dua) implikasi terpenting dalam hubungannya pendidikan Islam dijadikan sebagai sarana
dengan pendidikan Islam, yaitu: yang kondusif bagi proses transformasi ilmu
1. Karena manusia adalah makhluk yang pengetahuan dan budaya Islami dari satu
merupakan resultan dari dua komponen generasi kepada generasi berikutnya. Dalam
(materi dan immateri), maka konsepsi itu konteks ini dipahami bahwa posisi manusia
menghendaki proses pembinaan yang sebagai khalifah dan ‘abd menghendaki
mengacu kearah realisasi dan program pendidikan yang menawarkan
pengembangan komponen-komponen sepenuhnya penguasaan ilmu pengetahuan
tersebut. Hal ini berarti bahwa sistem secara totalitas, agar manusia tegar sebagai
pendidikan Islam harus dibangun di atas khalifah dan taqwa sebagai substansi dan
konsep kesatuan (integrasi) antara aspek ‘abd (Ahmadi, 2004). Sementara itu,
pendidikan Qalbiyah dan ‘Aqliyah keberadaan manusia sebagai resultan dari dua
sehingga mampu menghasilkan manusia komponen (materi dan immateri) menghendaki
muslim yang pintar secara intelektual dan pula program pendidikan yang sepenuhnya
terpuji secara moral. Jika kedua komponen mengacu pada konsep equilibrium, yaitu
itu terpisah atau dipisahkan dalam proses integrasi yang utuh antara pendidikan ‘aqliyah
kependidikan Islam, maka manusia akan dan qalbiyah.
kehilangan keseimbangan dan tidak akan Sifat holistik merupakan suatu
pernah menjadi pribadi-pribadi yang pandangan dunia (worldview) yang bersifat
sempurna (al-insan al-kamil). menyeluruh dan terpadu dalam upaya
2. Al-Qur’an menjelaskan bahwa fungsi menjelaskan persoalan antara alam natural dan
penciptaan manusiadi alam ini adalah supernatural atau antara alam fisik dan
sebagai khalifah dan ‘abd. Untuk metafisik, atau antara persoalan dunia dan
melaksanakan fungsi ini Allah SWT akhirat (agama). Sifat holistik daripada ilmu
membekali manusia dengan seperangkat itu disebut juga bersifat Rabbani, yang sejalan
potensi. Dalam konteks ini, maka dengan falsafah Islam mengenai persoalan
pendidikan Islam harus merupakan upaya alam dan manusia, khususnya mengenai
yang ditujukan kearah pengembangan persoalan ilmu pengetahuan alam serta
potensi yang dimiliki manusia secara pengetahuan social dan kemanusiaan.
maksimal sehingga dapat diwujudkan Pandangan Barat mengenai hal tersebut tidak
dalam bentuk konkrit, dalam arti memperhatikan peranan agama atau peranan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Journal of Innovation Research and Knowledge ISSN 2798-3471 (Cetak)
ISSN 2798-3641 (Online)
Vol..1 No.10 Maret 2022 1209
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Tuhan (Soelaiman, 2019). Padahal, sesuai secara holistik (menyeluruh) dan integrated
dengan konsep ontologi yang mencakup alam (terpadu). Sifat Rabbani (holistik) cenderung
natural dan supernatural, maka selayaknya kepada mencari jalan tengah atau keharmo-
faktor agama turut diperhatikan, malah nisan antara kedua prinsip yang ektrim
seharusnya menjadi dasar bagi pembahasan tersebut (saintifik dan humanistik). Dengan
masalah alam dan manusia. Pandangan yang demikian hal-hal yang baik dari sifat saintifik
keliru terhadap alam fisik atau alam natural maupun humanistik dapat dipakai dalam upaya
akan melahirkan ilmu yang keliru pula. memahami dan menjelaskan fenomena alam
Konsep hukum alam yang serba mekanistik semesta dan fenomena manusia (Soelaiman,
dan deterministik telah membentuk sifat 2019).
ilmiah dari ilmu juga bersifat mekanistik dan Bagi mereka yang percaya bahwa
deterministik. Menurut sifat Rabbani manusia adalah hamba dan khalifah Allah swt.
pandangan seperti itu berbahaya karena sudah di bumi ini, sains dan teknologi amat
tidak memperhatikan peran Allah swt sebagai bermakna bagi mereka karena dengan
pencipta alam semesta dengan segala isinya menguasai sains dan teknologi memungkinkan
itu. mereka melaksanakan tugas mereka dengan
Demikian pula halnya dengan persoalan sempurna untuk mendapatkan keredaan Allah
manusia, dimana pandangan yang keliru swt. Sains dan teknologi perlu dikuasai karena
tentang hakekat manusia telah menghasil-kan dengan sains dan teknologi itu manusia dapat
ilmu social dan kemanusiaan yang keliru pula. mengambil manfaat daripadanya. Dengan
Konsep kebebasan dan sifat idiosinkratik dari keterpaduan antara ilmu dan agama
manusia telah menghasilkan sifat humanistik memungkinkan kita memahami alam semesta
yang idiografik yang berdasarkan pada filsafat ini dan mengambil manfaat daripadanya,
humanisme. Filsafat humanisme Barat sehingga dengan demikian kehidupan ini akan
memandang manusia sebagai makhluk yang menjadi lebih berarti.
serba bebas, dan yang mampu menentukan Teknologi adalah anak kandung dari
perbuatan dan kehidupannya sendiri. sains, yang memiliki roh materi, yaitu mesin.
Pandangan seperti itu juga tidak cocok dengan Adapun watak utama dari mesin ialah cara
akidah Islam yang mengajarkan bahwa kerjanya yang mekanistis. Perkembangann
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah teknologi yang revoliusioner dan sangat pesat
tidaklah bersifat bebas tanpa batas. telah membawa bencana bagi kehidupan
Sifat holistik dari ilmu pengetahuan makhluk terutama manusia. Ketika ditemukan
bersumber kepada Allah SWT sebagaimana bom atom dan dipergunakan sebagai senjata
terangkum di dalam wahyu-Nya. Karena itu pemusnah massal pada Perang Dunia II, telah
tidaklah ada pertentangan antara ilmu dengan menghancurkan kota Okinawa dan Nagasaki,
agama, dan tidaklah mungkin ada dikotomi sehingga kegunaan teknologi untuk
antara ilmu. Konsep ilmu menurut sifat kehidupanmanusia dan kemanusiaan mulai
saintifik dan humanistik yang hanya dipertanyakan. Sifat netral dari sains juga
bersumber pada akal dan indera manusia saja, dipertanyakan karena ternyata pengembang
tidak menyentuh sumber wahyu atau agama. sains banyak yang berpihak kepada
Kebenarannya hanya sebatas rasional dan kepentingan pemilik modal. Dengan alat-alat
empirical saja. Karena kemampuan akal dan teknologi bermesin, telah dipakai oleh manusia
indera manusia itu terbatas, maka hal-hal yang untuk merubah alam. Eksploitasi sumber daya
tidak mungkin dijangkau oleh kedua perangkat alam yang berlebihan telah menyebabkan
manusia itu haruslah dikembalikan kepada keseimbangan lingkungan terganggu dan
wahyu atau agama. Dengan sifat holistik menyebabkan bumi rentan terhadap bencana
persoalan ilmu-ilmu kealaman serta ilmu-ilmu (Soelaiman, 2019). Sains dan teknologi adalah
social, dan kemanusiaan itu dapat dijangkau alat untuk mencapai tujuan, namun untuk

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2798-3471 (Cetak) Journal of Innovation Research and Knowledge
ISSN 2798-3641 (Online)
1210 Vol..1 No. 10 Maret 2022
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
mencapai tujuan yang diharapkan tanpa sebagai individu diakui hak dan kewajibannya,
merusak, penggunaan alat itu haruslah dengan diakui dan dihormati keberadaannya. Sehingga
bijaksana. “Dan perumpamaan-perumpamaan pendidikan Islam dapat tercapai sesuai dengan
ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada tujuannya. Ketercapaian tujuan pendididikan
yang memahaminya, kecuali orang-orang yang Islam sangat bergantung pada sejauh mana
berilmu.” (QS Al-Ankabut: 43) Ayat ini kemampuan umat Islam mewujudkan dan
menegaskan bahwa hanya orang yang merealisasikan peran filsafat penciptaan
berilmulah yang memahami berbagai hal manusia dan fungsi penciptaannya atas alam
dalam alam semesta ciptaan Allah swt. semesta ini. Manusia sebagai subjek dalam
Pendidikan Islam dapat dijadikan wahana
PENUTUP kondusif terhadap proses transformasi ilmu
Kesimpulan pengetahuan dan budaya Islami dari satu
Hasil penelitian ini menyimpulkan generasi kepada generasi berikutnya.
bahwa ragam fenomena dan berbagai gejala Harapan penelitian ini dapat bermanfaat
alam nampak memperlihatkan aktivitasnya, untuk ruang lingkup akademisi sebagai bahan
bahkan menjadikan manusia cemas, seperti kajian akan pentingnya membangun
bencana alam, erupsi, gunung meletus, harmonisasi antara alam dan manusia dengan
kebakaran, kekeringan, kebanjiran dan lain- penuh kesadaran meninjau kembali peran dan
lain yang terjadi dan menimpa kehidupan fungsi manusia dalam berbagai disiplin ilmu.
manusia dapat ditinjau dari peran dan fungsi Penulis menyadari akan minimnya
manusia dan alam sebagai subjek dan objek. pengambilan dan penggalian sumber dokumen
Manusia sebagai objek alam berarti manusia dan perlu kajian secara komprehensif. Dengan
berkaitan dengan lingkungan, sementara demikian kiranya tulisan dapat memotivasi
manusia sebagai subjek alam berarti manusia para peneliti filsafat pendidikan dalam
memiliki kemampuan untuk mengendalikan menindaklanjuti kajian secara holistik terhadap
lingkungan. Perlakuan manusia ragam fenomena kerusakan alam dalam
mengendalikan alam akan sangat menentukan berbagai pandangan, terutama perspektif
perilaku alam pada fase mendatang. filsafat pendidikan.
Bergantung pada manusianya, berlaku baik
dan adil, atau bersifat serakah dan merusak, DAFTAR PUSTAKA
alam akan memberikan yang terbaik atau [1] Abdillah, A. (2021). Bencana
justru sebaliknya membuat marah dan murka. Kemanusiaan dalam Tinjauan Filsafat
Dari sinilah manusia harus menunjukkan Perenial. Jurnal Penelitian Ilmu
eksistensinya sebagai ‘hamba (‘abdullah) yang Ushuluddin, 1(2), 74–95.
memiliki inspirasi nilai-nilai ketuhanan yang https://doi.org/10.15575/jpiu.12199
tertanam sebagai pelaksana amanah (khalifah) [2] Ahimsa-Putra, H. S. (2012).
Tuhan dimuka bumi. FENOMENOLOGI AGAMA :
Sasaran pendidikan Islam yakni Pendekatan Fenomenologi untuk.
manusia. Pendidikan untuk manusia yang Walisongo, 20(November 2012), 271–
dapat memanusiakan manusia. Dengan 304.
demikian, dalam pendidikan Islam manusia [3] Atabik, A. (2015). Konsep Penciptaan
sebagai objek memiliki kedudukan sebagai Alam : Studi Komparatif-Normatif antar
makhluk monopluralis yakni meski berbeda- Agama-Agama. Fikrah:Jurnal Aqidah
beda dari segala segi namun tetap menjadi satu Dan Studi Keagamaan, 3(1), 101–122.
kesatuan, keselarasan, keserasian, dan [4] Departemen Agama RI. (2014). Mushaf
keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Pusaka Al-
antar individu dengan masyarakat; Manusia Kautsar.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Journal of Innovation Research and Knowledge ISSN 2798-3471 (Cetak)
ISSN 2798-3641 (Online)
Vol..1 No.10 Maret 2022 1211
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
[5] Gumati, R. W. (2020). Jurnal Pendidikan Subyek Dakwah. Jurnal Ilmu Dakwah,
Indonesia. Jurnal Pendidikan Indonesia, 6(1), 76.
1(2), 127–144. https://doi.org/10.15575/jid.v6i1.328
[6] Hasbiansyah, O. (2008). Pendekatan [15] Shihab, M. Q. (2006). Tafsir Al-Misbah
Fenomenologi: Pengantar Praktik (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Qur’an). In Journal of Chemical
Komunikasi. Mediator: Jurnal Information and Modeling (Vol. 53,
Komunikasi, 9(1), 163–180. Issue 9).
https://doi.org/10.29313/mediator.v9i1.1 [16] Siregar, E. (2017). Hakikat Manusia
146 (Tela’ah Istilah Manusia Versi Al-
[7] Herdyansah, H. (2019). Metode Qur’an dalam Perspektif Filsafat
Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Pendidikan Islam). Majalah Ilmu
Sosial: Perspektif Konvensional dan Pengetahuan Dan Pemikiran Keagamaan
Kontemporer. Tajdid, 20(2), 44–61.
[8] Mahfudhi, A. (2016). Konsep Pendidikan https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.p
Menurut Ibnu Miskawih (Transformasi hp/tajdid/article/view/79/pdf
Antara Filsafat dan Agama). Madinah: [17] Siti Maunah. (2019). Hakikat Alam
Jurnal Studi Islam, 3, 1–8. Semesta Menurut Filsuf Islam. Junal
[9] Marpaung, I. M. (2014). Alam dalam Madaniyah, 9(1), 1–21.
Pandangan Abu Hamid al-Ghazali. [18] Soelaiman, D. A. (2019). Tim
Kalimah, 12(2), 281. Pengembang MKOP Kurikulum dan
https://doi.org/10.21111/klm.v12i2.240 Pembelajaran, 2006. “Kurikulum dan
[10] Nata, A. (2018). Pendidikan Islam Di Era Pembelajaran”. Jakarta: PT. Raja
Milenial. Conciencia, 18(1), 10–28. Grafindo Persada.
https://doi.org/10.19109/conciencia.v18i [19] Studies, I., Memon, N. A., Education, R.,
1.2436 Zaman, M., & Theology, I. (2016).
[11] Rosowulan, T. (2019). Konsep Manusia Philosophies of Islamic Education. In
dan Alam Serta Relasi Keduanya dalam Philosophies of Islamic Education.
Perspektif Al-Quran. Cakrawala: Jurnal https://doi.org/10.4324/9781315765501
Studi Islam, 14(1), 24–39. [20] Syam, S. (2018). PERBUATAN
https://doi.org/10.31603/cakrawala.v14i1 MANUSIA PERSPEKTIF ALIRAN
.2710 KALAM DAN ETHOS KERJA (Kajian
[12] Saihu, S. (2019). Konsep Manusia Dan Tentang Manfaat Teologi Rasional
Implementasinya Dalam Perumusan dalam Manajemen Diri). Al Imam:
Tujuan Pendidikan Islam Menurut Jurnal Manajemen Dakwah, 0(0), 31–45.
Murtadha Muthahhari. Andragogi: Jurnal https://www.ejournal.uinib.ac.id/jurnal/in
Pendidikan Islam Dan Manajemen dex.php/alimam/article/view/55
Pendidikan Islam, 1(2), 197–217. [21] Syamsuri, S. (2020). Manusia
https://doi.org/10.36671/andragogi.v1i2. Multidimensi Perspektif Murtadha
54 Muthahhari. Ushuluna: Jurnal Ilmu
[13] Samsirin, S. (2017). Nilai-Nilai Ushuluddin, 2(1), 1–28.
Pendidikan Karakter Menurut Konsep https://doi.org/10.15408/ushuluna.v2i1.1
Yusuf Qardhawi. Educan: Jurnal 5171
Pendidikan Islam, 1(1).
https://doi.org/10.21111/educan.v1i1.130
1
[14] Sanusi, I. (2014). Pemikiran Muthahhari
tentang Manusia Masa Depan sebagai

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2798-3471 (Cetak) Journal of Innovation Research and Knowledge
ISSN 2798-3641 (Online)
1212 Vol..1 No. 10 Maret 2022
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Journal of Innovation Research and Knowledge ISSN 2798-3471 (Cetak)
ISSN 2798-3641 (Online)

You might also like