Professional Documents
Culture Documents
TUJUAN:
1. Peserta menyadari hubungan harmonis dan saling tergantung
antar ciptaan satu kesatuan manusia dengan Allah, sesama, dan
alam ciptaan.
2. Peserta menyadari tugas dan tanggung jawab khusus manusia
untuk merawat, mengolah, dan melestarikan kekayaan alam
ciptaan.
3. Peserta termotivasi dan berkomitmen dalam aksi dan gerakan
ekologi integral.
SUMBER:
1. Ensiklik Laudato Si’.
2. Seruan Apostolik Laudate Deum.
3. Buku Materi Sidang Pastoral Post-Natal 2024.
4. "Mikroplastik, Seberapa Bahaya bagi Lingkungan dan
Kesehatan Manusia?" https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
6935505/mikroplastik-seberapa-bahaya-bagi-lingkungan-dan-
kesehatan-manusia. Diakses 18 Januari 2024.
5. Dewi Purnama, dkk., Analisis Mikroplastik pada Saluran
Pencernaan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) di Pelabuhan
Perikanan Pulau Baai Kota Bengkulu. Jurnal Enggano 6 (1)
2021.
6. Buku Diakonia Gereja “Pelayanan Kasih bagi Orang Miskin dan
Marginal”.
GAGASAN DASAR
1. Dewasa ini “ibu bumi” menjerit kesakitan dan “saudari alam”
menangis pilu karena krisis ekologi. “Dunia tempat kita hidup
sedang menuju keruntuhan dan mungkin mendekati titik
puncaknya” (LD 2). Lingkungan kita sedang mengalami
pencemaran yang masif: udara, air, laut, tanah, dan emisi karbon.
Sampah, termasuk sampah pangan bertumpuk di mana-mana.
Selain itu, terjadi kerusakan lingkungan yang parah: hutan,
terumbu karang, lahan pertanian, pantai, dan lapisan ozon. Di
mana-mana terjadi kepunahan sumber daya alam dan hilangnya
keanekaragaman hayati. Yang paling mencemaskan adalah krisis
pemanasan global. Kenaikan 1,5 derajat celcius yang
berkembang tak terkendali dapat berakibat fatal.
2. Krisis Ekologis telah kita alami dan berdampak pada
ketidakteraturan alam: kekeringan, banjir, longsor, es di kutub
mencair, gelombang panas, dan angin topan. Krisis alam ini pada
gilirannya menimbulkan krisis pangan (gagal tanam dan gagal
panen), krisis energi, dan krisis air. Jadi, krisis ekologi
berdampak serius terhadap kelangsungan bumi dan kehidupan
manusia.
3. Akar utama krisis ekologis adalah manusia yang menghidupi
mentalitas antroposentris. Artinya, manusia melihat dirinya
sebagai pusat segala-galanya dan menjadikan semua yang lain
sebagai alat untuk memuaskan seluruh hasratnya. Alam
I. PEMBUKA
1. Pengantar
Bapa/Ibu yang terkasih,
Selamat malam dan salam laudato si untuk kita semua.
Paus Fransiskus mengingatkan kita: Dewasa ini “ibu bumi”
menjerit kesakitan dan “saudari alam” menangis pilu karena krisis
ekologi. “Dunia tempat kita hidup sedang menuju keruntuhan dan
mungkin mendekati titik puncaknya” (LD 2). Maka dalam katekese
Aksi Puasa Pembangunan (APP) di setiap KBG dalam masa Pra-
Paskah ini, kita mengikuti fokus pastoral 2024 keuskupan kita yaitu:
Tahun Pastoral Ekologi Integral dengan moto harmonis,
pedagogis, dan sejahtera (HPS).
Harmonis menggarisbawahi kesatuan dan keserasian seluruh
mahkluk dan alam semesta. Tidak ada satupun ciptaan yang berdiri
sendiri. Ia berelasi dengan ciptaan yang lain dan Sang Pencipta.
Gangguan pada satu bagian akan menimbulkan persoalan pada
bagian lainnya. Pada titik ini, peran manusia begitu sentral.
Terbentuk atau tidaknya harmoni sangat bergantung pada manusia,
yang diserahi tugas oleh Allah untuk merawat alam ciptaan agar
tetap “baik adanya” (Kej 1). Pedagogis berhubungan dengan
berbagai upaya Pendidikan dan penyadaran manusia agar dapat
menyadari kerusakan alam dan memperbarui diri agar membangun
gaya hidup yang ramah lingkungan (pertobatan ekologis dan
spiritualitas ekologis). Sejahtera merujuk pada upaya manusia
mengolah alam ciptaan untuk peningkatan taraf hidup sambil
9 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng
Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
memperhatikan berbagai prinsip yang menjamin kelestarian alam
dan keutuhan ciptaan.
Subtema pertama yang akan kita dalami adalah Ekologi
Integral: Satu Lingkaran Semesta dengan fokus untuk
menyadarkan kita bahwa setiap ciptaan termasuk diri kita sendiri
hidup dalam relasi dengan ciptaan yang lain dan dengan Allah, Sang
Khalik. Mari kita awali perjumpaan kita dengan menyanyikan lagu
Allah Mahakuasa (Kalau sudah dikuasai oleh umat, lagu Laudato
Si’ o mi Signore dapat dinyanyikan bersama sebagai lagu
pembuka).
3. Rangkuman Fasilitator:
(1) Ekologi integral sangat menekankan keterhubungan antar unsur
ciptaan yang saling mempengaruhi. Tiap unsur dalam alam
diciptakan dengan kekhasan dan fungsi masing-masing.
Sekaligus semua makhluk berhubungan satu sama lain.
Gangguan pada satu bagian akan menimbulkan persoalan pada
bagian lainnya. Sumber terbesar gangguan dan kerusakan alam
berasal dari manusia. Pada gilirannya manusia juga yang
menanggung penderitaan dalam macam-macam bentuk, akibat
ulah buruknya atas alam.
(2) Siklus pembuangan mikroplastik di laut dalam cerita tadi
menimbulkan gangguan pada semua makhluk hidup di laut dan
juga manusia. Itu adalah satu contoh dari masalah besar dan
gawat ekologi dewasa ini. Lingkungan kita sedang mengalami
pencemaran yang masif: udara, air, laut, tanah, dan emisi
karbon. Sampah, termasuk sampah pangan bertumpuk di mana-
mana. Selain itu, terjadi kerusakan lingkungan yang parah:
hutan, terumbu karang, lahan pertanian, pantai, dan lapisan
ozon. Di mana-mana terjadi kepunahan sumber daya alam dan
hilangnya keanekaragaman hayati. Yang paling mencemaskan
3. Rangkuman Fasilitator
(1) Allah menciptakan semesta dan segala isinya dalam tatanan
yang teratur dan terpadu. Dia menyediakan ruang ada dan ruang
hidup yang baik bagi setiap ciptaan. Kondisi baik ini harus
dipertahankan karena itu satu-satunya jalan membentuk
keharmonisan.
V. PENUTUP
1. Kata Penutup
Bapa/mama yang terkasih,
Terima kasih untuk kehadiran dan keterlibatan kita dalam
pendalaman tema pertama pada malam ini. Ada banyak hal berharga
yang sudah saling kita bagikan. Kiranya hal-hal tersebut
2. Doa Penutup
Fasilitator dapat mendaraskan doa lain sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat.
Allah Pencipta kami bersyukur kepada-Mu karena telah
menghadirkan kami menjadi bagian dari ciptaan-Mu. Betapa besar
pengaruh kami dalam memberi bentuk pada kebersamaan semua
unsur ciptaan. Tuntunlah kami pada jalan kebijaksanaan-Mu.
Singkirkanlah egoisme dan berbagai bentuk kerakusan dalam diri
kami yang dapat menjadi racun mematikan bagi keutuhan ciptaan.
Perkenankanlah kami berjalan bersama dengan segenap ciptaan
dalam semangat persaudaraan universal. Doa ini kami mohonkan
dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
TUJUAN
1. Peserta menyadari akibat-akibat buruk yang disebabkan oleh
sampah.
2. Peserta menemukan gaya hidup/sikap/perilaku manusia yang
menyebabkan persoalan sampah.
3. Peserta termotivasi dan berkomitmen untuk terlibat dalam aksi
dan gerakan mengatasi persoalan sampah.
SUMBER
1. Ensiklik Laudato Si’
2. Seruan Apostolik Laudate Deum
3. Buku Dokumen Hasil Sinode III KR
4. Boolet Materi Sidang Post Natal KR 2024
5. Rekomendasi Sidang Post Natal KR 2024
GAGASAN DASAR
1. Sampah didefinisikan sebagai bahan sisa yang dibuang dari hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang tidak lagi bernilai
ekonomis. Sampah dapat dibagi menjadi 2 kategori, yakni
sampah anorganik dan organik. Sampah anorganik merupakan
sampah yang sifatnya lebih sulit diurai, misalnya sampah plastik,
botol/kaleng minuman, kresek, ban bekas, besi, kaca, kabel,
barang elektronik, bohlam lampu, styrofoam, dan lain-lain.
Sampah anorganik memang sulit terurai, tetapi dapat
dimanfaatkan kembali atau didaur ulang. Sedangkan sampah
organik adalah sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup
I. PEMBUKA
1. Pengantar
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan. Pada pertemuan
pertama, kita sudah mendalami bersama tema ekologi integral. Kita
disadarkan bahwa alam adalah bagian integral dari kehidupan
manusia. Paus Fransiskus, dalam Seruan Apostolik Laudate Deum,
mengatakan bahwa kehidupan manusia tidak dapat dipahami dan
tidak dapat dipertahankan tanpa adanya makhluk lain (LD 67).
Untuk itu, kita diajak untuk terlibat aktif dalam menjaga,
memelihara, dan merawat alam demi kelangsungan hidup kita dan
segenap ciptaan. Salah satu hal utama yang mencemaskan dan
merusak lingkungan hidup adalah sampah. Karena itu, dalam
pertemuan yang kedua ini, kita diajak untuk membahas tema
sampah. Sampah, dengan jenis sampah organik dan sampah
anorganik, dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan
(polusi) dan kerusakan ekosistem alam apabila tidak dikelola dengan
baik dan benar. Karena itu, kita diajak untuk melihat dan
merefleksikan kembali kebiasaan, cara, dan pola penanganan/
pengelolaan sampah yang kita lakukkan selama ini, baik secara
pribadi maupun keluarga dan masyarakat.
b. Pilihan Kedua:
Fasilitator mengajak peserta untuk pergi ke pantai, pasar, terminal,
atau fasilitas publik lainnya. Kemudian fasilitator meminta mereka
untuk memperhatikan segala sesuatu yang ada di sekitar, misalnya:
dedaunan kering, ranting pohon/kayu, kertas, plastik, kulit
permen/makanan ringan, bungkusan makanan, kemasan minuman,
botol/kaleng, dan lain-lain. Berikan waktu yang cukup bagi peserta
katekese untuk melihat/memperhatikan.
Kemudian fasilitator dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
pendalaman berikut:
(1) Apa yang telah bapak/ibu lihat/temukan? Dan sampah jenis apa
yang paling banyak ditemukan? (Misalnya: sampah daun,
kertas, plastik, botol/kaleng, dll).
(2) Apa yang yang bapak/ibu rasakan ketika melihat sampah?
(Misalnya: kesal, kotor, jijik, tidak nyaman, dll).
c. Pilihan Ketiga:
Fasilitator mengajak peserta untuk mengadakan kerja bakti
membersihkan lingkungan rumah atau KBG. Setelah mengadakan
pembersihan, para peserta diajak untuk berkumpul di salah satu
tempat. Sambil beristirahat, fasilitator mengajak peserta untuk
merefleksikan atau mensyeringkan pengalaman kerja bakti yang
telah dilakukan.
Kemudian fasilitator dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
berikut:
(1) Apa yang telah bapak/ibu lihat/temukan? Dan sampah jenis apa
yang paling banyak ditemukan? (Misalnya: sampah daun,
kertas, plastik, botol/kaleng, dll).
(2) Apa yang bapak/ibu rasakan ketika melihat sampah? (Misalnya:
kesal, kotor, jijik, tidak nyaman, dll).
(3) Apa yang terjadi kalau sampah-sampah dibiarkan berserakan?
(Misalnya: polusi, pencemaran lingkungan, pemandangan
kumuh, penyakit/penderitaan, timbunan air, banjir, dll)
(4) Apa saja yang bapak/ibu sudah lakukan selama ini bila melihat
sampah? (Misalnya: masa bodoh, menghindarinya, memungut,
menyapunya, menaruh di tempat sampah, dll).
1. Dokumen Gereja
Laudato Si’ 21:
“…. Bumi, rumah kita, mulai makin terlihat sebagai sebuah tempat
pembuangan sampah yang besar. Di banyak tempat di dunia, orang
lansia mengeluh bahwa lanskap yang dulu indah sekali sekarang
ditutupi dengan sampah. Baik limbah industri maupun produk kimia
yang digunakan di kota dan daerah pertanian dapat menyebabkan
penumpukan zat-zat kimia di dalam organisme penduduk lokal,
meskipun kadar racun di tempat itu masih rendah. Sering kali baru
diambil tindakan ketika telah terjadi kerusakan permanen terhadap
kesehatan masyarakat.”
Laudato Si’ 22:
“Masalah-masalah ini berkaitan erat dengan budaya ‘membuang’
yang menyangkut baik orang yang dikucilkan maupun barang yang
3. Rangkuman Fasilitator
(1) Harus diakui dan disadari bahwa penyebab utama persoalan
sampah adalah manusia yang berperilaku membuang begitu saja
apa yang telah dipakainya. Setiap kita diajak untuk melihat
bagaimana perilaku dan cara kita memproduksi dan mengelola
sampah selama ini.
(2) Seperti yang dikatakan oleh Paus Fransiskus, kita harus
membangun budaya baru terkait sampah. Budaya itu antara lain
meletakkan sampah pada tempatnya, memilah sampah,
mengolah sampah organik menjadi pupuk atau pestisida
organik, mendaur ulang sampah-sampah anorganik, mengurangi
kebiasaan/gaya hidup yang dapat menghasilkan sampah
terutama sampah anorganik. Masing-masing kita hendaknya
memulai langkah-langkah kecil ini sebagai bagian dari upaya
2. Doa Umat
Fasilitator mengajak peserta untuk menyampaikan doa-doa
permohonan secara spontan yang mengungkapkan kesadaran dan
komitmen untuk menjaga dan merawat alam yang telah diciptakan
oleh Tuhan dengan mengolah sampah secara baik dan benar
V. PENUTUP
1. Bapa Kami
Setelah menyampaikan doa-doa umat secara spontan, fasilitator
mengajak peserta untuk mendaraskan doa yang diajarkan oleh
Kristus secara bersama-sama: Bapa Kami.
2. Kata Penutup
Terima kasih atas kehadiran bapak/ibu dalam kegiatan katekese pada
pertemuan yang kedua ini. Kita sudah melihat dan merefleksikan
bersama salah satu masalah ekologi yang serius saat ini, yakni
masalah sampah. Kita juga sudah menyepakati kegiatan …
(sebutkan kegiatan yang telah disepakati) sebagai wujud komitmen
35 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng
Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
keterlibatan dalam mengatasi persoalan kerusakan alam dan krisis
iklim yang terjadi sekarang ini. Kiranya kita sanggup mewujudkan
niat dan harapan kita untuk memulihkan keadaan ibu bumi yang
sakit akibat perilaku kita yang salah. Akhirnya, mari kita menutup
kegiatan katekese ini dengan mendaraskan bersama Doa Tahun
Ekologi Integral.
TUJUAN:
1. Peserta memahami peran air sebagai sumber kehidupan yang
sangat penting.
2. Peserta menyadari perilaku mencemarkan dan merusak air.
3. Peserta termotivasi untuk mengembangkan sikap/gaya hidup
yang merawat dan melestarikan air.
SUMBER:
1. Kitab Suci: Yeh. 47:1-12
2. Ensiklik Laudato Si’
3. Booklet Materi Sidang Post Natal KR 2023
4. Rekomendasi Sidang Post Natal 2023.
GAGASAN DASAR:
1. Air adalah salah satu anugerah terbesar Tuhan yang diberikan
kepada kita untuk menopang kehidupan di bumi. Lebih dari
sekadar elemen vital, air menjadi karunia yang membawa makna
spiritual dan kebijaksanaan penciptaan yang tak terbandingkan.
Air menjadi cermin kemurahan dan kebijaksanaan Tuhan yang
menciptakan segala sesuatu. Dalam setiap tetesan air, kita dapat
melihat keajaiban siklus kehidupan yang memberikan kesuburan
pada tanah, menjaga ekosistem, dan memberikan kehidupan
kepada seluruh makhluk hidup.
2. Siklus air melibatkan penguapan, pembentukan awan, hujan, dan
kembali ke bumi, menjadi bukti kebijaksanaan ilahi yang
mengatur keseimbangan alam. Setiap tetes hujan yang menari di
I. PEMBUKA
1. Pengantar
Bapak/Ibu/Saudara/i yang terkasih dalam Kristus,
Marilah kita bersatu dalam kasih dan rahmat Tuhan pada hari ini.
Dengan rendah hati saya menyambut Bapak/Ibu/Saudara/i semua
dalam suasana kebersamaan yang penuh harapan. Hari ini, kita
kembali berkumpul untuk berkatekese menggali hikmah dan
kebijaksanaan yang terkandung dalam ajaran-ajaran iman kita. Pada
hari ini kita akan membahas tema Air, "Mencintai Air,
Menyelamatkan Bumi.” Melalui katekese ini, kita akan menjelajahi
kedalaman cinta Tuhan terhadap ciptaan-Nya dan tanggung jawab
kita sebagai umat-Nya untuk merawat dan melindungi bumi yang
dianugerahkan-Nya. Mari kita membuka hati dan pikiran kita untuk
menerima ajaran dan wawasan baru yang akan kita temui. Saling
berbagi pengalaman dan pengetahuan kita akan menjadi bagian
berharga dalam katekese ini. Mari kita berdoa agar Roh Kudus hadir
bersama kita, membimbing dan memberkati proses katekese kita.
Limpahkan Kasihmu
3. Tanda Salib
4. Doa Pembuka
(Fasilitator bisa mendaraskan doa di luar teks yang telah disiapkan ini)
Ya Allah, Bapa yang Mahakuasa dan Mahakasih,
Kami bersujud di hadapan-Mu pada hari ini, dengan hati yang penuh
syukur dan kerinduan akan kasih-Mu yang tak terhingga. Terima
kasih atas karunia hidup ini, termasuk air yang menjadi tanda
pembaharuan dan berkat dalam kehidupan ini. Hari ini, kami
berkumpul dalam semangat kebersamaan, membawa tema
"Mencintai Air, Menyelamatkan Bumi". Engkau yang menciptakan
segala sesuatu dengan penuh hikmah, tunjukkanlah kepada kami
jalan kebijaksanaan dan tanggung jawab sebagai pelindung ciptaan-
Mu. Ya Roh Kudus, hadirilah di tengah-tengah kami. Bimbinglah
kami dalam perjalanan katekese ini, supaya setiap langkah yang
kami ambil menjadi langkah yang mendekatkan kami pada
kebenaran dan kasih-Mu yang penuh kasih sayang sehingga kami
mampu menjaga dan merawat air sebagai anugerah ilahi yang tak
ternilai. Doa ini kami satukan dengan pengantaraan Kristus Tuhan
kami.
44 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng
Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
II. MELIHAT DAN MENDALAMI SITUASI HIDUP
KONKRET
1. Merenungkan Makna Hidup Melalui Jejak Air
a. Pilihan Pertama: Jika katekese dilaksanakan di lokasi mata
air/pinggir kali/sungai.
Fasilitator mengajak peserta melihat situasi di sekelilingnya,
meminta mereka untuk menyentuh air, dan mendengarkan gemercik
air yang sedang mengalir. Setelah itu Fasilitator mengajak peserta
untuk hening sejenak (± 5 menit), merenungkan situasi yang sedang
mereka alami. Tanpa mendikte biarkan peserta sendiri yang
merasakan hal-hal yang menyentuh dan memukau dari
air/kali/sungai dan situasi yang ada di sekitarnya.
Kemudian fasilitator dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
pendalaman berikut:
(1) Menurut bapak/ibu, bagaimana suara gemericik air di tempat ini
mempengaruhi perasaan dan ketenangan hati bapak/ibu selama
perenungan? (mis: suara gemericik air memberikan perasaan
damai dan menenangkan).
(2) Bagaimana air yang mengalir ini mencerminkan keindahan dan
keajaiban kehidupan di sekitarnya? (mis: Air yang mengalir
menciptakan kehidupan di sekitarnya dengan memberikan
kesuburan kepada tanah dan tumbuh-tumbuhan, serta
memberikan minum pada makhluk hidup).
(3) Perilaku apa saja yang dapat menyebabkan krisis air sehingga
mengancam ketersediaan dan kualitas air? (mis: penebangan
hutan, penggunaan air secara boros, pembuangan limbah
industri, pengelolaan sampah yang buruk, penyedotan air tanah
yang berlebihan, dll).
2. Penegasan Fasilitator
Fasilitator memberikan beberapa penegasan terkait aktivitas yang
telah dilakukan:
(1) Krisis air merupakan masalah gawat dewasa ini. Menurut Badan PBB
UNICEF pencemaran air minum dan buruknya sanitasi membuat
setiap hari lebih dari 1000 bayi di bawah usia lima tahun meninggal
dunia. Lebih 2 miliar orang atau seperempat penduduk bumi
mengalami kesulitan akses air bersih. Potensi konflik antar negara
berpotensi meningkat akibat kelangkaan air (dw.com, unicef: Dunia
Alami Krisis Air, diakses tanggal 22/01/2024)
(2) Dalam Ensiklik Laudato Si’ Paus Fransiskus menyatakan bahwa air
minum bersih menjadi fokus utama, karena diperlukan untuk
kehidupan manusia dan ekosistem di daratan dan perairan. Banyak
komunitas, terutama di negara-negara berkembang menghadapi
kesulitan dalam mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari (LS
27). Kualitas air menjadi masalah serius bagi orang miskin. Penyakit
yang terkait dengan air banyak menyebabkan kematian. Sumber air
bawah tanah terancam oleh polusi dari berbagai kegiatan manusia,
termasuk pertambangan, pertanian, dan industri. Lingkungan sungai-
sungai dan danau-danau, yang dahulu jernih, kini sering kali tercemar
oleh limbah industri, pertanian, dan domestic (bdk. LS 28).
Penebangan pohon yang tidak terkendali menyebabkan kerusakan
pada siklus air alam. Pohon yang seharusnya menyerap air melalui
akarnya dan mengeluarkannya melalui proses transpirasi, kini hilang
begitu saja. Tanah yang sebelumnya stabil dan mampu menyimpan air
2. Pendalaman Firman:
Fasilitator mengajak peserta untuk mendalami teks Yehezkiel 47:1-
12 dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut:
(1) Menurut bapak/ibu, bagaimana Yehezkiel menggambarkan air
dalam teks tersebut? (Air digambarkan sebagai aliran yang
semakin dalam dan semakin besar dari dalam Bait Allah).
(2) Bagaimana air dalam teks ini memberikan kehidupan? (Air
dalam teks memberikan kehidupan dengan menyuburkan tanah
dan segala yang ada di sekitarnya).
(3) Mengapa air yang mengalir menjadi gambaran yang begitu kuat
dalam teks ini? (Air yang mengalir melambangkan berkat dan
kasih Tuhan yang terus mengalir kepada umat-Nya. Hal ini
3. Penegasan Fasilitator:
Fasilitator memberikan beberapa penegasan terkait pendalaman
teks Kitab Suci:
(1) Dalam Yehezkiel 47:1-12, air yang mengalir melambangkan
berkat Tuhan yang tak terhingga. Ini mengajarkan kita untuk
melihat air bukan hanya sebagai sumber kehidupan materi,
tetapi juga sebagai anugerah rohaniah yang terus mengalir dari
kasih dan kemurahan Tuhan.
(2) Air merupakan simbol kehidupan, berkat, penyembuhan, dan
pemulihan yang berasal dari kekudusan Tuhan. Air ini
mengajarkan bahwa di dalam kehadiran Tuhan, ada harapan dan
kehidupan yang tak terbatas yang dapat mengalir ke dalam
setiap aspek kehidupan kita. Air anugerah-Nya yang melimpah,
menghidupkan setiap yang disentuhnya, bahkan pada tempat-
tempat yang paling gersang sekalipun.
(3) Teks ini mengingatkan kita akan cinta Tuhan yang mengalir
tanpa henti. Mencintai air juga dapat diartikan sebagai
mencintai ciptaan Tuhan dan menyadari bahwa kita sebagai
V. PENUTUP
1. Kata Penutup
Terima kasih atas kehadiran bapak/ibu dalam kegiatan katekese pada
pertemuan yang ketiga ini. Kita sudah melihat dan merefleksikan
bersama salah satu masalah ekologi yang serius saat ini, yakni
masalah air. Kita juga sudah menyepakati kegiatan … (sebutkan
kegiatan yang telah disepakati) sebagai wujud komitmen
keterlibatan dalam mengatasi masalah air. Kiranya kita sanggup
mewujudkan niat dan harapan kita untuk memulihkan keadaan ibu
bumi yang sakit akibat perilaku kita yang salah. Akhirnya, mari kita
menutup kegiatan katekese ini dengan doa.
2. Doa Penutup
Ya Tuhan Yang Maha Pencipta dan Pemelihara Alam Semesta,
Kami bersyukur kepada-Mu atas kehadiran-Mu selama katekese ini.
Terima kasih atas rahmat-Mu yang tak terhingga yang selalu
mengalir seperti sungai kasih-Mu yang tidak pernah berhenti. Hari
ini, kami bersatu dalam semangat cinta kepada-Mu dan cinta kepada
ciptaan-Mu yang indah. Engkau telah mengajar kami melalui
3. Lagu Penutup
Sabda-Mu bagai Air Segar
Sabda-Mu Bapa, bagai air segar
Sejuk dan damai saat kudengar
Mengalir tenang tiada henti
Sumber hidup dan kasih sejati
Reff: Dorong diriku ini
jadi saksi kasih Ilahi
Berbekal sabdaMu wartakan janji
Bekerja di ladangMu, jadi abdi abadi
Hari ini sampai akhir nanti
Sabda-Mu Bapa bagai air segar
Membasahi, menyuburkan bumi
Menggugah jiwa dan segarkan hati
Kobarkan nurani tuk bersaksi
Back to reff
TUJUAN:
1. Umat menyadari pola konsumsi yang keliru yang berdampak
negatif bagi lingkungan
2. Umat menyadari berbagai potensi pangan lokal yang dimilikinya
3. Umat termotivasi dan berkomitmen untuk terlibat dalam aksi dan
gerakan pola konsumsi ramah lingkungan
SUMBER:
1. Teks KS: Yoh. 6:1-13
2. Paus Fransiskus: Ensiklik Laudato Si dan S.A. Laudate Deum
3. Hasil Sidang Pastoral Postnatal 2024 Ekologi Integral.
4. Booklet Sidang Pastoral Postnatal 2024.
GAGASAN DASAR
1. Setiap manusia mempunyai kebiasaan atau pola hidup. Pola
hidup sering disebut sebagai ketetapan sikap pada sesuatu atau
sesuatu yang biasanya dilaksanakan seseorang (habit). Hal ini
dilakukannya terus menerus dalam hidupnya, dan sudah
menguasai dirinya. Pola hidup ini melekat dalam dirinya dan
berjalan otomatis dalam hidupnya. Karena itu, meskipun pola
hidup itu keliru, orang tetap menjalankannya. Untuk itu,
dibutuhkan waktu dan ketegasan sikap untuk mengubah pola
hidup yang keliru.
2. Salah satu pola hidup yang dimiliki manusia adalah pola
konsumsi. Hal ini mencakupi jensi bahan yang selalu
dikonsumsi, misalnya: nasi. Selain itu, pola konsumsi meliputi
56 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng
Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
juga jumlah yang dimakan: banyak/sedikit makanan. Pola
konsumsi juga menyangkut kebiasaan tertentu dalam makan
minum, misalnya: sisa makanan. Setiap orang sebaiknya
membiasakan diri dengan pola hidup sehat melalui konsumsi
makanan yang sehat dan bergizi dengan takaran yang pas.
3. Kenyataan memperlihatkan bahwa banyak orang yang memiliki
pola konsumsi yang tidak tepat (keliru) dan tidak sehat. Pertama,
umumnya masyarakat kita mengkonsumsi nasi (beras) sebagai
makanan utama. Konsumsi beras rata-rata orang Indonesia sudah
mencapai angka sangat tinggi: 110 kg/tahun. Hal ini
menimbulkan ketergantungan terhadap beras. Padahal
kandungan gula yang cukup tinggi pada beras kurang baik untuk
kesehatan manusia. Sementara itu selain beras, terdapat banyak
jenis pangan lokal lain dalam kehidupan kita. Misalnya: jagung,
umbi-umbian, sorgum, keladi, sagu, kentang, dll.
4. Kedua, pola konsumsi yang keliru tampak dalam makanan sisa.
Tragisnya, ternyata setiap rumah tangga menghasilkan “sampah
makanan” yang banyak. Data memperlihatkan bahwa salah satu
penyumbang terbesar sampah adalah sisa makanan. Tiap tahun
Indonesia membuang 13 juta ton sampah makanan atau setara
dengan 27 trilyun rupiah yang bisa memberi makan 28 juta
orang. Sampah makanan orang Indonesia mencapai 330 trilyun
setahun. Setiap orang Indonesia membuang makanan setara Rp
2,1 juta pertahun. Sampah makanan mencapai 40% total sampah.
(RD. Ferry Sutrisna, Booklet, hal. 54). Sampah makanan ini
tentu memperburuk situasi kemiskinan Indonesia. Sebaliknya,
bila pola konsumsi terkait hal ini dirubah, akan sangat membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5. Pola konsumsi salah yang menyebabkan sampah makanan ini
I. PEMBUKA.
1. Pengantar
Bapa/ibu/saudara/i yang dikasihi Tuhan. Selamat bertemu kembali
dalam kegiatan katekese KBG untuk memaknai Tahun Pastoral
Ekologi Integral Keuskupan kita. Minggu lalu kita telah mendalami
tema “Air”. Pada kesempatan ini, kita masuk dalam subtema
keempat dalam rangkaian katekese APP 2024. Subtema yang hendak
kita dalami bersama kali ini adalah Pola Konsumsi. Pola konsumsi
kita dengan mental dan perilaku “membuang” mengakibatkan
kerusakan lingkungan hidup. Begitu pula pola makanan yang hanya
bersumber dari nasi, mengakibatkan pelbagai masalah dalam
kehidupan dan kesehatan kita. Dalam katekese ini kita semua diajak
untuk membiasakan diri dengan pola hidup sehat melalui konsumsi
makanan yang hemat, sehat dan bergizi. Kita membuka pertemuan
ini dengan menyanyikan sebuah lagu.
2. Pendalaman
Fasilitator mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut. Pertanyaan
lain juga bisa disampaikan sesuai dengan situasi dan kondisi
peserta katekese.
(1) Apa yang bapak/ibu rasakan saat menyentuh beras tadi?
(Misalnya: takjub, kagum, bersyukur, dll).
(2) Beras ini adalah hasil jerih payah manusia dan pemberian alam.
Tolong (1 orang peserta) ceritakan setiap prosesnya dari
menyiapkan lahan, pembibitan, penanaman, perawatan sampai
panen.
(3) Bagaimana proses beras ini diolah menjadi makanan untuk kita,
dari menanak nasi dan menyajikan makanan? (1 Orang peserta
bercerita yang mau disoroti adalah jangan hanya makan nasi dan
buang-buang sisa makanan).
(4) Apakah selain nasi adakah sumber makanan-makanan lain yang
ada disekitar kita?
(5) Bagaimana perasaan peserta bila nasi yang menjadi sumber
hidup dan bagian dari diri kita dibuang sebagai sisa makanan?
3. Rangkuman Pendamping
(1) Seperti Yesus, kita perlu memanfaatkan kembali berbagai
sumber makanan yang ada disekitar kita bukan hanya nasi. Ada
banyak sumber makanan local seperti jagung, sorgum, umbi-
umbian, keladi. Semuanya dapat menjadi alternatif selain nasi.
(2) Yesus mengajak kita untuk tidak membuang sisa makanan,
tetapi mengolahnya dan menggunakannya kembali. Mujijat
dalam kehidupan sehari-hari terjadi, Ketika kita memiliki hati
yang berbagi dengan orang lain. Tentu kita juga pertama-tama
harus berusaha agar makanan digunakan dengan hemat (tanpa
sisa). Paus Fransiskus mengkritik “mental membuang” dalam
kehidupan kita sehari-hari. Maka perlu pertobatan diri dari kita
V. PENUTUP
1. Doa Syukur dan Permohonan (Beberapa peserta diminta
untuk mengungkapkan doa spontan).
Solo:
Semua jalan di dunia
Menuntunmu ke surga
Desiran angin nan mesra
Mengayunmu ke surga.
2. Tanda Salib.
3. Kata pengantar
Umat beriman yang terkasih. Selama ini, dalam empat pertemuan
sebelumnya, kita sudah merenungkan tema: Pastoral Ekologi
Integral dengan moto: Harmonis, Pedagogis, dan Sejahtera
Solo:
Waktu ku bimbang
Dan hilang jalanku
Reff:
Itu semua berkat karunia
Allah yang agung mahakuasa
Itu semua berkat karunia
Allah yang agung, mahakuasa.
INSPIRASI RENUNGAN/KHOTBAH
LAGU LAUDATO SI
2. PRINSIP BER-APP
a. BELARASA/EMPATI: Membuka hati terhadap kondisi sekitar
b. KETERLIBATAN: Membuka diri untuk terlibat dalam banyak
aksi
c. BERBAGI: Memberi dari kekurangan bagi sesama
d. SUBSIDIARITAS: Memberikan dukungan dalam gerakan
persaudaraan.
3. NILAI APP
a. IMAN: Ungkapan iman yang hidup
b. CINTA KASIH: Perwujudan cinta terhadap sesama
c. PENGORBANAN: Mengambil bagian dalam penderitaan
sesama
81 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng
Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
d. KETULUSAN: Keikhlasan dalam memberi
e. KEJUJURAN: Kebenaran dalam mengelola
4. TUJUAN BER-APP
a. PERTOBATAN HATI yang paling dalam dari setiap orang
dalam kebersamaan sebagai persekutuan umat Allah.
b. AKSI SOLIDARITAS untuk membantu meringankan
penderitaan sesama.
c. PEMBANGUNAN KERAJAAN ALLAH dengan melakukan
perubahan sosial