You are on page 1of 84

PERTEMUAN I

Ekologi Integral: Satu Lingkaran Semesta

TUJUAN:
1. Peserta menyadari hubungan harmonis dan saling tergantung
antar ciptaan satu kesatuan manusia dengan Allah, sesama, dan
alam ciptaan.
2. Peserta menyadari tugas dan tanggung jawab khusus manusia
untuk merawat, mengolah, dan melestarikan kekayaan alam
ciptaan.
3. Peserta termotivasi dan berkomitmen dalam aksi dan gerakan
ekologi integral.

SUMBER:
1. Ensiklik Laudato Si’.
2. Seruan Apostolik Laudate Deum.
3. Buku Materi Sidang Pastoral Post-Natal 2024.
4. "Mikroplastik, Seberapa Bahaya bagi Lingkungan dan
Kesehatan Manusia?" https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
6935505/mikroplastik-seberapa-bahaya-bagi-lingkungan-dan-
kesehatan-manusia. Diakses 18 Januari 2024.
5. Dewi Purnama, dkk., Analisis Mikroplastik pada Saluran
Pencernaan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) di Pelabuhan
Perikanan Pulau Baai Kota Bengkulu. Jurnal Enggano 6 (1)
2021.
6. Buku Diakonia Gereja “Pelayanan Kasih bagi Orang Miskin dan
Marginal”.

1 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
7. Alarm Bahaya Pencemaran Plastik pada Garam.
https://www.kompas.id/baca/utama/2019/10/24/alarm-bahaya-
pencemaran-plastik-pada-garam. Diakses 18 Januari 2024.
8. Alkitab Deuterokanonika.

GAGASAN DASAR
1. Dewasa ini “ibu bumi” menjerit kesakitan dan “saudari alam”
menangis pilu karena krisis ekologi. “Dunia tempat kita hidup
sedang menuju keruntuhan dan mungkin mendekati titik
puncaknya” (LD 2). Lingkungan kita sedang mengalami
pencemaran yang masif: udara, air, laut, tanah, dan emisi karbon.
Sampah, termasuk sampah pangan bertumpuk di mana-mana.
Selain itu, terjadi kerusakan lingkungan yang parah: hutan,
terumbu karang, lahan pertanian, pantai, dan lapisan ozon. Di
mana-mana terjadi kepunahan sumber daya alam dan hilangnya
keanekaragaman hayati. Yang paling mencemaskan adalah krisis
pemanasan global. Kenaikan 1,5 derajat celcius yang
berkembang tak terkendali dapat berakibat fatal.
2. Krisis Ekologis telah kita alami dan berdampak pada
ketidakteraturan alam: kekeringan, banjir, longsor, es di kutub
mencair, gelombang panas, dan angin topan. Krisis alam ini pada
gilirannya menimbulkan krisis pangan (gagal tanam dan gagal
panen), krisis energi, dan krisis air. Jadi, krisis ekologi
berdampak serius terhadap kelangsungan bumi dan kehidupan
manusia.
3. Akar utama krisis ekologis adalah manusia yang menghidupi
mentalitas antroposentris. Artinya, manusia melihat dirinya
sebagai pusat segala-galanya dan menjadikan semua yang lain
sebagai alat untuk memuaskan seluruh hasratnya. Alam

2 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
diperlakukan sebagai objek yang digunakan dengan semena-
mena dan dijarah seenaknya. Dengan menggunakan macam-
macam teknologi, manusia mempertontonkan perilaku
mengambil lebih dari apa yang dibutuhkannya tanpa
mempedulikan dampaknya sehingga daya dukung alam terus
melemah. Regenerasi alam tidak mampu mengimbangi
agresivitas manusia. Kondisi ini pada gilirannya menghancurkan
manusia sendiri dan harmoni semesta.
4. Mental dan perilaku antroposentris ini tidak sesuai dengan
kenyataan kehidupan segala makhluk di alam semesta ini yang
saling tergantung satu sama lain. Manusia mengabaikan Allah
yang menciptakan universum dan segala isinya dalam tatanan
yang teratur dan terpadu. Manusia gagal sadar bahwa semesta
alam diciptakan menurut model ilahi dan berakar dalam
Persekutuan kasih Allah Tritunggal (communio Trinitaris).
Setiap ciptaan unik, sekaligus berelasi satu sama lain membentuk
jaringan hubungan kesetiakawanan global yang mengalir dari
misteri Trinitaris (LS 240). Meskipun ciptaan beraneka dan
tidak sama, semuanya ada dan hidup “dalam ketergantungan satu
sama lain untuk saling melengkapi dalam pelayanan timbal
balik” (KGK 340; LS 86).
5. Antroposentrisme juga bertentangan dengan prinsip
keberlanjutan (sustainability). Dalam mentalitas antropsentris,
manusia “saat ini” langsung mengambil dan menghabiskan apa
yang menjadi bagian untuk generasi yang akan datang. Ada
kecenderungan untuk sulit mengatakan cukup sehingga
ketersediaan sumber daya di alam cepat habis karena daya ambil
manusia melampaui daya regenerasi alam. Generasi kemudian

3 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
tidak lagi menikmati keindahan dan kelimpahan alam
sebagaimana yang dialami oleh generasi saat ini.
6. Menghadapi krisis Ekologis, Paus Fransikus menekankan
pentignya pendidikan ekologis. “Pendidikan dalam tanggung
jawab ekologis dapat mendorong berbagai perilaku yang
memiliki dampak langsung dan signifikan untuk pelestarian
lingkungan, seperti: menghindari penggunaan plastik dan kertas,
mengurangi penggunaan air, memilah sampah, memasak
secukupnya saja untuk dimakan, memperlakukan makhluk hidup
lain dengan baik, menggunakan transportasi umum atau satu
kendaraan bersama dengan beberapa orang lain, menanam
pohon, mematikan lampu yang tidak perlu.” LS 211.
7. Upaya penyelamatan ibu bumi dijalankan dengan prinsip “lintas
generasi” dan berkelanjutan. Oleh karena itu dirasa penting
untuk mengembangkan pendidikan ekologis bagi orang muda
dan anak-anak. “Pendidikan ekologis dapat terjadi dalam
berbagai konteks: sekolah, keluarga, media komunikasi,
katekese, dan lain-lain. Pendidikan yang baik di sekolah sejak
usia dini menaburkan benih yang dapat menghasilkan buah
sepanjang hidup”. LS 213.
8. Selain di lembaga formal, seperti sekolah, Paus Fransiskus juga
menekankan peran penting keluarga dalam menumbuhkan
kesadaran ekologis bagi anak-anak. Di dalam keluarga,
ditanamkan kebiasaan awal untuk mencintai dan melestarikan
hidup, seperti penggunaan barang secara tepat, ketertiban dan
kebersihan, rasa hormat akan ekosistem lokal, dan kepedulian
terhadap semua makhluk ciptaan. Keluarga adalah tempat
pembinaan integral, di mana pematangan pribadi dikembangkan
dalam pelbagai aspeknya yang saling berkaitan erat. Dalam

4 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
keluarga, kita belajar untuk meminta izin tanpa menuntut, untuk
mengatakan “terima kasih” sebagai ungkapan penghargaan atas
apa yang telah diterima, mengendalikan agresi atau keserakahan,
dan meminta maaf ketika telah menyebabkan kerugian.
Tindakan sopan santun yang sederhana dan tulus ini membantu
untuk membangun budaya kehidupan bersama dan rasa hormat
untuk lingkungan hidup kita”. LS 213
9. Budaya Manggarai mengandung pandangan tentang semesta
yang saling terhubung. Kosmos disebut orang Manggarai
sebagai awang agu tana lino (langit dan bumi) yang dilihat
sebagai satu sarang laba-laba raksasa (mbaru ranggong mésé).
Semua ciptaan terhubung satu sama lain oleh “kabel-kabel
komunikasi misteri” yang teratur, sakral, dan harmonis (loléng,
ranga oné, pakep).
10. Budaya Manggarai mengenal alam semesta sebagai lingkaran
yang serasi dan terpadu. Ada tiga lingkaran dunia: Pertama
adalah dunia yang kelihatan (tana leso) yang terdiri dari ruang
hidup yang konkret (kuni agu kalo), hewan dan tumbuh-
tumbuhan (saung de haju, ngongo de golo, kaka de tana), dan
manusia. Lingkaran kedua adalah dunia roh-roh yang baik dan
yang jahat. Lingkaran ketiga merupakan dunia Mori Kraéng,
Wujud Tertinggi, yang merangkum kedua lingkaran terdahulu.
Lingkaran kedua dan ketiga sering disebut tana wié. Ketiga
lingkaran dunia ini merupakan satu kesatuan, dan keseluruhan
yang absolut dan sempurna. Begitu pula rumah, kampung,
kebun, dan kubur asli orang Manggarai semuanya berbentuk
bulat/melingkar dengan satu pusatnya.
11. Kesatuan antara orang Manggarai dengan alam terungkap pula
dalam ungkapan bijak (goet) sastra lisan Manggarai, misalnya:

5 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
ipung ca tiwu neka woleng wintuk, nakeng ca wae neka woleng
tae, teu ca ambo neka woleng lako, mu ca pu’u neka woleng
curup, ola one bombing neka ikang soa, dll.
12. Orang Manggarai mempunyai ritus penghormatan kepada
pohon-pohon atau pemiliknya. Ada roh halus yang mendiami
pohon di hutan. Begitu pula ada wilayah keramat (po’ong regis)
yang harus dihormati oleh semua pihak karena didiami oleh roh-
roh halus. Ada naga yang memiliki kekuatan ilahi yang tinggal
pada pohon (naga tanah) yang menunggu dan menjaga kampung
(naga beo) dan yang menunggu dan menjaga rumah (naga
mbaru). Maka, orang Manggarai harus menjaga dan
menghormati pohon, hutan, kebun, dan alam sekitarnya.
13. Orang Manggarai percaya akan wujud tertinggi yang
menciptakan dan memelihara alam semesta, yang disebut Mori
jari agu dedek. Mereka memiliki berbagai doa adat dan
ungkapan yang menyadarkan dan menanamkan sikap hormat
terhadap alam. Pada saat merayakan pesta adat syukur panen
(penti) mereka selalu mendaraskan doa dan harapan agar mboas
waé woang, kémbus waé téku (sungai-sungai penuh dan air
pancuran tetap mengalir), yaitu sebuah doa yang bermakna
ekologis (buku Diakonia Gereja, hal. 221)
14. Gambaran relasi antara Allah dengan ciptaan dan antar ciptaan
tergambar dalam Kejadian 1. Kej. 1 secara keseluruhan berbicara
tentang Allah sebagai pencipta dan segala seuatu yang
diciptakan-Nya serta cara bagaimana Allah menata ciptaan-Nya.
Pada tahap awal terbentang kisah mengubah chaos
(ketidakteraturan) menjadi cosmos (keteraturan) (Kej. 1:1-10).
Kosmos kemudian menjadi rumah bersama, ruang berada dan
ruang hidup (osang mosé) bagi seluruh ciptaan.

6 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
15. Pada ayat 11-13 diceritakan tentang ciptaan pertama di antara
yang hidup. Yang diciptakan pertama adalah tumbuh-tumbuhan
(tunas-tunas muda, tumbuhan berbiji, pohon buah-buahan). Pada
bagian akhir rangkaian penciptaan makhluk hidup, deskripsi
tentang tumbuh-tumbuhan muncul kembali. Yang menarik, tidak
hanya disebutkan tentang keberadaannya melainkan juga
fungsinya. Tumbuh-tumbuhan ada untuk mendukung kehidupan
manusia dan segala binatang ciptaan (Kej. 1:29-30).
16. Kalau dihubungkan dengan dunia kehidupan manusia, peran
vital tumbuh-tumbuhan sungguh tak terbantahkan. Pertama-
tama, sebagai penyedia oksigen yang merupakan unsur sangat
penting dalam hidup setiap ciptaan. Tanpa oksigen manusia dan
binatang pasti mati. Kedua, sumber makanan (pangan). Dalam
siklus rantai makanan, tumbuh-tumbuhan berada pada tingkat
dasar/pada tempat pertama yang menyuplai bahan makanan.
Selain itu, tumbuh-tumbuhan secara langsung memainkan peran
sebagai sumber pangan untuk manusia. Ketiga, sumber ekonomi
untuk kesejahteraan hidup. Buah, daun, batang, akar, dan umbi
tumbuhan yang tidak bisa langsung dikonsumsi dapat dijual
untuk peningkatan taraf hidup manusia.
17. Perhatian juga patut ditujukan secara khusus pada hutan, tempat
hidupnya tumbuh-tumbuhan dalam jumlah yang banyak di area
yang luas. Hutan mempunyai sejumlah fungsi vital. Pertama,
fungsi klimatologis Hutan sangat menentukan kondisi cuaca.
Kedua, fungsi hidrologis. Hal ini berhubungan dengan peran
hutan sebagai penyedia air. Ketiga, habitat untuk
keanekaragaman hayati. Hutan merupakan rumah bagi
bermacam-macam kehidupan. Keempat, sumber obat-obatan.
Hutan dapat dikatakan sebagai laboratorium alam untuk obat-

7 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
obatan. Kelima, sumber energi. Hutan merupakan sumber
bioenergi. Keenam, penahan erosi dan banjir.
18. Tumbuh-tumbuhan dengan fungsinya pada ayat 29-30
merupakan sebagian gambaran tentang “adanya” ciptaan dalam
sebuah relasi. Dengan kata lain, relasi antar ciptaan merupakan
sesuatu yang dikehendaki sejak awal penciptaan.
19. Gambaran relasi antar ciptaan juga terlukis dalam ayat 26-28,
dengan manusia pada posisi khusus. Manusia diberi tanggung
jawab untuk menata bangunan kehidupan bersama segenap
ciptaan. Berkuasa tidak berarti bertindak semena-mena menurut
hasrat dan keinginan manusia. Setiap tindakannya harus
memperhitungkan dampaknya terhadap keseimbangan dan
keberlangsungan alam.
20. Ayat 26-30, secara bersama-sama, boleh dikatakan sebagai
lukisan relasi antarciptaan dengan tanggung jawab khusus
manusia. Manusia berelasi dengan ikan-ikan di laut, burung-
burung di udara, ternak, segala binatang melata yang merayap di
bumi, tempat/ruang “ada” dan “hidup” segenap ciptaan (atas
seluruh bumi), dan tumbuh-tumbuhan.
21. Manusia merupakan bagian dari ciptaan dengan tugas khusus
yang berbeda dari semua ciptaan yang lain. Tugas tersebut
sangat berpengaruh terhadap keberadaan dirinya dan alam
ciptaan dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya.
22. Tanpa terkecuali semua manusia, baik dewasa maupun anak-
anak mesti dilibatkan dalam tugas yang luhur ini. Anak dana
remaja sejak dini diberi pengetahuan dan dibiasakan dalam
gerakan pelestarian lingkungan sebagai upaya merawat keutuhan
ciptaan, dan menjaga keteraturan serta keterhubungan relasi
antara manusia, alam dan Sang Pencipta.

8 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
LANGKAH PENGEMBANGAN KATEKESE
Catatan: Katekese harus berjalan dalam suasana santai dan rileks.
Fasilitator diharapkan peka dengan situasi yang ada agar
suasananya hidup.

I. PEMBUKA
1. Pengantar
Bapa/Ibu yang terkasih,
Selamat malam dan salam laudato si untuk kita semua.
Paus Fransiskus mengingatkan kita: Dewasa ini “ibu bumi”
menjerit kesakitan dan “saudari alam” menangis pilu karena krisis
ekologi. “Dunia tempat kita hidup sedang menuju keruntuhan dan
mungkin mendekati titik puncaknya” (LD 2). Maka dalam katekese
Aksi Puasa Pembangunan (APP) di setiap KBG dalam masa Pra-
Paskah ini, kita mengikuti fokus pastoral 2024 keuskupan kita yaitu:
Tahun Pastoral Ekologi Integral dengan moto harmonis,
pedagogis, dan sejahtera (HPS).
Harmonis menggarisbawahi kesatuan dan keserasian seluruh
mahkluk dan alam semesta. Tidak ada satupun ciptaan yang berdiri
sendiri. Ia berelasi dengan ciptaan yang lain dan Sang Pencipta.
Gangguan pada satu bagian akan menimbulkan persoalan pada
bagian lainnya. Pada titik ini, peran manusia begitu sentral.
Terbentuk atau tidaknya harmoni sangat bergantung pada manusia,
yang diserahi tugas oleh Allah untuk merawat alam ciptaan agar
tetap “baik adanya” (Kej 1). Pedagogis berhubungan dengan
berbagai upaya Pendidikan dan penyadaran manusia agar dapat
menyadari kerusakan alam dan memperbarui diri agar membangun
gaya hidup yang ramah lingkungan (pertobatan ekologis dan
spiritualitas ekologis). Sejahtera merujuk pada upaya manusia
mengolah alam ciptaan untuk peningkatan taraf hidup sambil
9 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng
Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
memperhatikan berbagai prinsip yang menjamin kelestarian alam
dan keutuhan ciptaan.
Subtema pertama yang akan kita dalami adalah Ekologi
Integral: Satu Lingkaran Semesta dengan fokus untuk
menyadarkan kita bahwa setiap ciptaan termasuk diri kita sendiri
hidup dalam relasi dengan ciptaan yang lain dan dengan Allah, Sang
Khalik. Mari kita awali perjumpaan kita dengan menyanyikan lagu
Allah Mahakuasa (Kalau sudah dikuasai oleh umat, lagu Laudato
Si’ o mi Signore dapat dinyanyikan bersama sebagai lagu
pembuka).

2. Lagu Pembuka: Allah Mahakuasa (MB 482) atau Laudato


Si’ o mi Singnore
3. Tanda Salib
4. Doa Pembuka
Fasilitator dan umat mendaraskan Doa Tahun Pastoral Ekologi
Integral 2024: Lihat Lampiran.

II. MELIHAT DAN MENDALAMI SITUASI HIDUP


KONKRET
1. Menyimak Data dan Fakta
Fasilitator mengajak peserta untuk mendengarkan ulasan berikut:
Plastik-plastik yang dibuang di laut atau yang terbawa ke lautan
akan terurai menjadi partikel-partikel (potongan-potongan) kecil
berukuran kurang dari 5 milimeter yang disebut mikroplastik.
Mikroplastik ini menjadi sumber makanan makhluk hidup dalam
ekosistem laut. Data penelitian atas sampel ikan teri dari berbagai
wilayah di Indonesia yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
Oseanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P20-LIPI)
memperlihatkan adanya kandungan mikroplastik dalam tubuh ikan.
10 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng
Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 28-89% ikan teri yang diteliti
mengandung mikroplastik. Penelitian lain tentang perilaku ikan
menghasilkan fakta bahwa ada ikan yang lebih tertarik dengan
mikroplastik dibandingkan dengan plankton natural alamiah sebagai
makanan. Dalam penelitian terhadap ikan tongkol hasil tangkapan
nelayan di Bengkulu pada tahun 2020 ditemukan mikroplastik dalam
tubuh ikan.
Kehadiran mikroplastik dalam ikan memiliki konsekuensi
serius. Pertama, mikroplastik dapat merusak tatanan mata rantai
makanan dalam ekosistem laut. Kondisi ini dikarenakan
mikroplastik menggantikan fitoplankton dan zooplankton (yang
secara alamiah merupakan sumber makanan ikan) yang mengurangi
populasi ikan-ikan kecil bahkan predator. Mikroplastik dapat
menjadi toxic alias beracun sekali apabila dikonsumsi oleh biota
laut. Mikroplastik dalam tubuh ikan dapat mengakibatkan kerusakan
organ pencernaan, mengurangi cadangan energi, mengganggu sistem
reproduksi, dan menyebabkan kematian. Ikan-ikan yang
mengonsumsi mikroplastik memiliki daya reproduksi rendah dan
turunan yang dihasilkannya secara tidak langsung terpapar
mikroplastik. Di Kalimantan Utara dan Kalimantan Tengah,
misalnya, muncul ancaman kepunahan pada hiu gangga karena
ketidakseimbangan populasi konsumen di bawahnya akibat
mikroplastik. Fenomena ini dapat mengancam keanekaragaman
hayati dan keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.
Kedua, mikroplastik di lautan berdampak juga terhadap
kesehatan manusia. Saat kita mengonsumsi ikan yang
terkontaminasi mikroplastik, partikel-partikel tersebut dapat
memasuki tubuh dan memiliki potensi efek negatif terhadap
kesehatan, seperti masalah peradangan (iritasi) pada sistem

11 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
pencernaan manusia. Peradangan terjadi akibat penusukan partikel
dan gesekan mikroplastik pada dinding organ. Peradangan itu bisa
memicu kanker atau tumor. Selain itu, mikroplastik dapat
mengganggu sistem endokrin, mengganggu kekebalan tubuh,
mengganggu sistem pernapasan, dan pembengkakan usus.
Selain pada ikan, kandungan mikroplastik ditemukan juga
dalam garam. Ketika manusia mengonsumsi garam-garam yang
terkontaminasi mikroplastik, maka tubuhnya berpotensi mengalami
gangguan dan kerusakan. (Diolah dari berbagai sumber).

2. Pendalaman Data dan Fakta


Fasilitator menyampaikan beberapa pertanyaan pendalaman
berikut ini:
(1) Apa akibat mikroplastik (partikel-partikel plastik kecil di laut)
terhadap ekosistem (kehidupan) laut? (merusak tatanan mata
rantai makanan dalam ekosistem laut; populasi ikan-ikan kecil
yang berada pada bagian awal rantai makanan bisa berkurang
karena racun mikroplastik; ikan-ikan yang mengonsumsi
mikroplastik akan mengalami gangguan pencernaan,
kekurangan cadangan energi, dan daya reproduksi rendah. Hal
ini berpeluang pada berkurangnya keanekargaman hayati;
garam yang dihasilkan dari laut yang penuh mikroplastik
mengandung unsur berbahaya bagi manusia)
(2) Apa akibat mikroplastik terhadap manusia? (Manusia yang
mengonsumsi ikan dan garam yang terkontaminasi mikroplastik
bisa mengalami gangguan/masalah kesehatan seperti
peradangan saluran pencernaan, tumor, kanker, gangguan
sistem endokrin, gangguan kekebalan tubuh, gangguan system
pernafasan, pembengkakan usus)

12 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
(3) Menurut bapak/ibu, siapa yang bertanggung jawab atas
persoalan mikroplastik? Mengapa? (Manusia yang membuang
sampah plastik di laut, di saluran-saluran air, pantai, dan
daerah aliran sungai).
(4) Masalah mikroplastik adalah contoh dan cermin dari rusaknya
keseimbangan dan keharmonisan alam akibat ulah manusia.
Mohon bapak/ibu temukan dan ceritakan contoh lain tentang hal
itu (dua orang diberi kesempatan untuk syering).

3. Rangkuman Fasilitator:
(1) Ekologi integral sangat menekankan keterhubungan antar unsur
ciptaan yang saling mempengaruhi. Tiap unsur dalam alam
diciptakan dengan kekhasan dan fungsi masing-masing.
Sekaligus semua makhluk berhubungan satu sama lain.
Gangguan pada satu bagian akan menimbulkan persoalan pada
bagian lainnya. Sumber terbesar gangguan dan kerusakan alam
berasal dari manusia. Pada gilirannya manusia juga yang
menanggung penderitaan dalam macam-macam bentuk, akibat
ulah buruknya atas alam.
(2) Siklus pembuangan mikroplastik di laut dalam cerita tadi
menimbulkan gangguan pada semua makhluk hidup di laut dan
juga manusia. Itu adalah satu contoh dari masalah besar dan
gawat ekologi dewasa ini. Lingkungan kita sedang mengalami
pencemaran yang masif: udara, air, laut, tanah, dan emisi
karbon. Sampah, termasuk sampah pangan bertumpuk di mana-
mana. Selain itu, terjadi kerusakan lingkungan yang parah:
hutan, terumbu karang, lahan pertanian, pantai, dan lapisan
ozon. Di mana-mana terjadi kepunahan sumber daya alam dan
hilangnya keanekaragaman hayati. Yang paling mencemaskan

13 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
adalah krisis pemanasan global. Kenaikan 1,5 derajat celcius
yang berkembang tak terkendali dapat berakibat fatal. Hal ini
sesungguhnya sudah mulai kita rasakan dalam perubahan cuaca:
kekeringan, banjir, longsor, es di kutub mencair, gelombang
panas, dan angin topan. Krisis alam ini pada gilirannya
menimbulkan krisis pangan (gagal tanam dan gagal panen),
krisis energi, dan krisis air. Jadi, krisis ekologi berdampak
serius terhadap kelangsungan bumi dan kehidupan manusia.
(3) Penyebab utama krisis lingkungan hidup adalah kita, manusia.
Manusia yang menjadikan alam sebagai obyek dan alat pemuas
nafsu materialistis dan konsumtifnya. Egoisme manusia telah
merusak alam. Tetapi selanjutnya kerusakan alam akan merusak
manusia itu sendiri. Oleh sebab itu manusia perlu bertobat. Bapa
Suci Fransiskus mengajak kita untuk melakukkan pertobatan
ekologis. Kita diminta untuk memperbaiki diri dan membangun
gaya hidup yang ramah lingkungan (spiritualitas ekologis). Kita
diberi tugas oleh Sang Khalik untuk merawat alam semesta agar
tetap “baik adanya”.

III. MENIMBA INSPIRASI DARI KITAB SUCI


1. Membaca Firman Tuhan: Kej. 1:1-11, 26-31
Fasilitator mengajak peserta untuk membacakan teks Kej. 1:1-13,
26-31. Salah seorang peserta diminta untuk membacanya dan
peserta yang lain mendengarkannya dengan penuh iman dan
perhatian. Kalau semua peserta membawa Alkitab, mereka bisa
diminta untuk membaca ulang teks tersebut secara pribadi sambil
membiarkan diri disapa oleh Sabda Tuhan.

14 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
1
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. 2Bumi belum
berbentuk dan kosong. Gelap gulita meliputi samudra semesta, dan
Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
3
Berfirmanlah Allah, “Jadilah terang!” Maka terang pun jadi. 4Allah
melihat bahwa terang itu baik dan Ia memisahkan terang itu dari
gelap. 5Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Lalu
jadilah petang dan jadilah pagi; itulah hari pertama.
6
Berfirmanlah Allah, "Jadilah cakrawala di tengah-tengah segala
air untuk memisahkan air dari air. 7Allah menjadikan cakrawala dan
Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang
ada di atasnya. Maka jadilah demikian. 8Allah menamai cakrawala
itu langit. Lalu jadilah petang dan jadilah pagi; itulah hari kedua.
9
Berfirmanlah Allah, "Hendaklah air yang di bawah langit
berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. " Maka
jadilah demikian. 10Allah menamai yang kering itu darat, dan
kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya
itu baik. 11Berfirmanlah Allah, "Hendaklah tanah menumbuhkan
tunas-tunas muda: tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan biji, dan
berbagai jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah berbiji
di bumi." Maka jadilah demikian. 12Tanah pun mengeluarkan tunas-
tunas muda: berbagai jenis tumbuhan yang menghasilkan biji dan
berbagai jenis pohon yang menghasilkan buah berbiji. Allah melihat
bahwa semuanya itu baik. 13Lalu jadilah petang dan jadilah pagi;
itulah hari ketiga.

2. Mendalami Firman Tuhan


Fasilitator mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut. Pertanyaan
lain juga bisa disampaikan sesuai dengan situasi dan kondisi
peserta katekese.

15 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
(1) Bagaimana perasaan bapak/ibu mendengar puisi indah tentang
penciptaan alam semesta? (Misalnya: kagum, takjub,bersyukur,
dll).
(2) Bagaimana hubungan antara Allah dengan semesta dan segala
sesuatu yang ada di dalamnya? (Allah merupakan pencipta
segalanya. Ia menyediakan ruang hidup yang mendukung
keberadaan makhluk yang diciptakan-Nya. Makhluk hidup
pertama yang diciptakan-Nya adalah tumbuh-tumbuhan).
(3) Bagaimana hubungan antara tumbuh-tumbuhan dengan
makhluk hidup yang lain? (Tumbuh-tumbuhan menjadi
penopang kehidupan ciptaan yang lain. Mereka menjadi sumber
makanan bagi hewan dan manusia).
(4) Bagaimana hubungan antara manusia dengan ciptaan yang lain?
(Manusia diberi tugas untuk menjaga, merawat,
mengembangkan, dan melestarikan alam serta mengolah
kekayaan ciptaan. Inilah yang dimaksudkan dengan kata
“berkuasa” dalam teks).
(5) Perilaku-perilaku macam manakah yang menunjukkan
kegagalan manusia dalam menjalankan tugas membangun relasi
dengan ciptaan yang lain? (Beri kesempatan kepada peserta
untuk mengemukakan pendapatnya).

3. Rangkuman Fasilitator
(1) Allah menciptakan semesta dan segala isinya dalam tatanan
yang teratur dan terpadu. Dia menyediakan ruang ada dan ruang
hidup yang baik bagi setiap ciptaan. Kondisi baik ini harus
dipertahankan karena itu satu-satunya jalan membentuk
keharmonisan.

16 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
(2) Setiap ciptaan unik, tidak sama. Setiap ciptaan memiliki arti dan
nilai dalam dirinya sendiri. Meskipun demikian, semuanya ada
dan hidup dalam ketergantungan satu sama lain untuk saling
melengkapi. Dalam budaya Manggarai, semesta yang saling
terhubung dilihat sebagai sebuah sarang laba-laba raksasa
(mbaru ranggong mésé). Kosmos adalah satu rumah bersama,
ruang berada dan ruang hidup (osang mosé) yang indah dan
harmonis bagi seluruh ciptaan.
(3) Dalam keyakinan Kristiani, semesta alam dan semua makhluk
diciptakan menurut model ilahi dan berakar dalam Persekutuan
kasih Allah Tritunggal (communio Trinitaris). Setiap ciptaan
unik, sekaligus berelasi satu sama lain membentuk jaringan
hubungan kesetiakawanan global yang mengalir dari misteri
Trinitaris (LS 240). Meskipun ciptaan beraneka dan tidak sama,
semuanya ada dan hidup “dalam ketergantungan satu sama lain
untuk saling melengkapi dalam pelayanan timbal balik” (KGK
340; LS 86).
(4) Manusia, melalui macam-macam perilaku, banyak kali gagal
menjalankan tugas yang dipercayakan Allah kepada-Nya. Kata
“berkuasa” ditafsirkan secara keliru sebagai bertindak menurut
kemauan sendiri tanpa mempedulikan dampaknya terhadap
alam dan sesama manusia. Penyebabnya adalah mentalitas
antroposentris. Manusia menempatkan dirinya sebagai pusat
segala-galanya dan berada di luar ciptaan lain serta menjadikan
yang lain sebagai instrumen untuk memenuhi hasratnya.

IV. MERENCANAKAN KEGIATAN KONKRET


Fasilitator mengajak peserta untuk menentukan tindakan konkret
dengan mengajukan pertanyaan berikut:

17 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
Selain mengumpulkan amplop APP sebagai wujud tobat dan
solidaritas, apa yang harus dilakukan untuk menghidupkan dan
memperlihatkan kesadaran akan alam semesta yang unsur-
unsurnya saling terhubung dalam keunikannya masing-masing?
Fasilitator dapat mengarahkan peserta katekese untuk memilih
salah satu dari kegiatan berikut ini:
1. Mencatat semua sikap dan perilaku pribadi yang telah
berkontribusi pada kerusakan lingkungan (dosa ekologis) dan
merancang tindakan perubahan yang akan dilaksanakan
sepanjang tahun 2024 dengan target terukur. Catatan dan
rancangan tersebut dapat ditempel atau diletakkan di kamar
masing-masing atau di tempat yang bisa dilihat oleh semua
anggota keluarga.
2. Menyiapkan waktu khusus setiap hari untuk melakukan
kontemplasi ekologis (merasakan keindahan alam ciptaan dan
merasakan kehadiran Sang Khalik dalam ciptaan).
3. Mendiskusikan bersama seluruh anggota keluarga dan membuat
kesepakatan tentang program keluarga untuk mendukung
terciptanya alam yang harmonis. Kesepakatan itu harus
diletakkan di tempat yang bisa dilihat oleh semua anggota
keluarga. Misalnya: membuat taman bunga keluarga, menanam
sayuran di pekarangan rumah/polybag.

V. PENUTUP
1. Kata Penutup
Bapa/mama yang terkasih,
Terima kasih untuk kehadiran dan keterlibatan kita dalam
pendalaman tema pertama pada malam ini. Ada banyak hal berharga
yang sudah saling kita bagikan. Kiranya hal-hal tersebut

18 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
memperkuat penghayatan iman kita. Kita juga sudah menyepakati
aksi konkret sebagai bentuk partisipasi kita dalam menyukseskan
program pastoral keuskupan kita tahun ini. Kita diajak untuk
melaksanakannya. Minggu depan kita akan berkumpul lagi untuk
mendalami tema Sampah: “Mengelolah Sampah, Merawat Ibu
Bumi”.

2. Doa Penutup
Fasilitator dapat mendaraskan doa lain sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat.
Allah Pencipta kami bersyukur kepada-Mu karena telah
menghadirkan kami menjadi bagian dari ciptaan-Mu. Betapa besar
pengaruh kami dalam memberi bentuk pada kebersamaan semua
unsur ciptaan. Tuntunlah kami pada jalan kebijaksanaan-Mu.
Singkirkanlah egoisme dan berbagai bentuk kerakusan dalam diri
kami yang dapat menjadi racun mematikan bagi keutuhan ciptaan.
Perkenankanlah kami berjalan bersama dengan segenap ciptaan
dalam semangat persaudaraan universal. Doa ini kami mohonkan
dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.

3. Lagu Penutup: MB: 489: Allah Mahakuasa

19 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
PERTEMUAN II
MENGOLAH SAMPAH, MERAWAT IBU BUMI

TUJUAN
1. Peserta menyadari akibat-akibat buruk yang disebabkan oleh
sampah.
2. Peserta menemukan gaya hidup/sikap/perilaku manusia yang
menyebabkan persoalan sampah.
3. Peserta termotivasi dan berkomitmen untuk terlibat dalam aksi
dan gerakan mengatasi persoalan sampah.

SUMBER
1. Ensiklik Laudato Si’
2. Seruan Apostolik Laudate Deum
3. Buku Dokumen Hasil Sinode III KR
4. Boolet Materi Sidang Post Natal KR 2024
5. Rekomendasi Sidang Post Natal KR 2024

GAGASAN DASAR
1. Sampah didefinisikan sebagai bahan sisa yang dibuang dari hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang tidak lagi bernilai
ekonomis. Sampah dapat dibagi menjadi 2 kategori, yakni
sampah anorganik dan organik. Sampah anorganik merupakan
sampah yang sifatnya lebih sulit diurai, misalnya sampah plastik,
botol/kaleng minuman, kresek, ban bekas, besi, kaca, kabel,
barang elektronik, bohlam lampu, styrofoam, dan lain-lain.
Sampah anorganik memang sulit terurai, tetapi dapat
dimanfaatkan kembali atau didaur ulang. Sedangkan sampah
organik adalah sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup

20 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
yang mudah terurai secara alamiah. Sampah jenis ini dikatakan
ramah lingkungan dan dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat
apabila dikelola dengan tepat. Sebaliknya, sampah organik bisa
menimbulkan penyakit apabila tidak dikelola dengan baik dan
benar. Sampah organik dapat dibedakan lagi atas sampah
organik basah (misalnya sisa sayuran, kulit buah, kulit bawang,
dll) dan sampah organik kering (misalnya kayu, ranting pohon,
daun-daun kering, dll)
2. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah
Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 35,93 juta ton
sampah sepanjang 2022. Jumlah tersebut naik 22,04% secara
tahunan dari 2021 sebanyak 29,44 juta ton. Menurut jenisnya,
mayoritas timbunan sampah nasional itu berupa sampah sisa
makanan sebanyak 40,5%. Selain itu, ada pula sampah plastik
sebanyak 17,9%, sampah berupa kayu/ranting 13,2%, sampah
kertas/karton 11,3%, sampah logam 3,06%, sampah kain 2,6%,
sampah kaca 2,2%, sampah karet/kulit 2,1%, dan sampah jenis
lainnya 7,1%. Sedangkan menurut sumbernya, sebanyak 38,4%
sampah itu berasal dari sampah rumah tangga. Selain itu, ada
juga sampah yang berasal dari pasar tradisional sebanyak 27,7%,
sampah yang berasal dari pusat perniagaan 14,4%, sampah yang
berasal dari kawasan komersial/industri/kawasan lainnya 6,12%,
dari fasilitas publik 5,4%, dari perkantoran 4,8%, dan dari
sumber-sumber lainnya 3,2% (Katadata Green, diakses 18
Januari 2024).
3. Lalu, bagaimana dengan kondisi sampah di wilayah kita?
Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
Kabupaten Manggarai, produksi sampah di Kota Ruteng pada

21 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
2021 mencapai 21.701, sekitar 59,5 ton per hari. Angka ini terus
meningkat setiap tahunnya dengan rata-rata produksi sampah per
hari sebanyak 60,6 ton (Ekora NTT, 25 Mei 2021). Sedangkan di
Kota Labuan Bajo, berdasarkan catatan dari Badan Pelaksana
Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), rata-rata timbunan
sampah yang dihasilkan per hari mencapai 112,4 meter kubik
atau setara dengan 13 ton per hari. Namun, hal yang
menggembirakan ialah sejak tahun 2021, di Warloka, sudah
dibangun Sistem Pengolahan Sampah (SPS). Di dalamnya
terdapat Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) yang
dapat mengolah 20 ton sampah per hari dan Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) yang dapat mengolah sampah akhir menjadi residu
dengan kapasitas 2 ton per hari
(https://www.goodnewsfromindonesia.id).
4. Dari data yang ada, tampak bahwa sampah merupakan salah satu
masalah ekologis yang serius. Pengelolaan sampah secara
sporadis dan tradisional dinilai tidak efektif mengatasi masalah
sampah. Misalnya, sampah yang dibuang di suatu wadah tanpa
proses pemilahan terlebih dahulu, sampah yang dibakar, atau
sampah yang dibiarkan berserakan menyebabkan terjadinya
pencemaran udara, tanah, dan air. Situasi ini berdampak buruk
bagi kelangsungan hidup manusia dan keseimbangan ekosistem
alam.
5. Dalam Ensiklik Laudato Si’ (2015), Paus Fransiskus secara
khusus mengungkapkan keprihatinannya terkait masalah sampah
ini. Ia mengatakan bahwa “…Bumi, rumah kita, mulai makin
terlihat sebagai sebuah tempat pembuangan sampah yang besar.
Di banyak tempat di dunia, orang lansia mengeluh bahwa
lanskap yang dulu indah sekali sekarang ditutupi dengan

22 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
sampah. Baik limbah industri maupun produk kimia yang
digunakan di kota dan daerah pertanian dapat menyebabkan
penumpukan zat-zat kimia di dalam organisme penduduk lokal,
meskipun kadar racun di tempat itu masih rendah. Seringkali
baru diambil tindakan ketika telah terjadi kerusakan permanen
terhadap kesehatan masyarakat” (LS 21).
6. Paus Fransiskus melihat bahwa masalah sampah berhubungan
dengan mentalitas dan gaya hidup manusia. Ia mengatakan,
“Masalah-masalah ini (limbah/sampah) berkaitan erat dengan
budaya ‘membuang’ yang menyangkut baik orang yang
dikucilkan maupun barang yang cepat disingkirkan menjadi
sampah. Hendaknya kita menyadari, misalnya, bahwa sebagian
besar kertas yang diproduksi, dibuang dan tidak didaur ulang.
Sulit bagi kita untuk mengakui bahwa cara kerja ekosistem
alamiah memberi kita teladan: tanaman menyatukan pelbagai
bahan yang memberi makan kepada herbivora; mereka ini pada
gilirannya menjadi makanan bagi karnivora, yang kemudian
menghasilkan sejumlah besar sampah organik yang
menumbuhkan generasi baru tanaman. Tetapi sistem industri
kita, di akhir siklus produksi dan konsumsi, belum
mengembangkan kapasitas untuk menyerap dan menggunakan
kembali limbah serta produk sampingannya. Kita belum berhasil
mengadopsi model sirkular produksi, yang mampu melestarikan
sumber-sumber daya untuk generasi sekarang dan mendatang,
dengan membatasi sebanyak mungkin penggunaan sumber daya
tak terbarukan, menggunakan secukupnya, memaksimalkan
penggunaan yang efisien, menggunakan kembali dan mendaur
ulangnya. Memberi perhatian serius kepada masalah-masalah ini
menjadi salah satu cara menangkal budaya ‘membuang’ yang

23 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
akan mempengaruhi seluruh planet. Tetapi kita harus
mengatakan bahwa kemajuan dalam hal ini masih sangat
terbatas” (LS 22).
7. Selanjutnya, dalam Seruan Apostolik Laudate Deum (2023),
Paus Fransiskus menegaskan bahwa tidak ada perubahan yang
bertahan lama tanpa perubahan budaya, tanpa pendewasaan gaya
hidup dan keyakinan dalam masyarakat, dan tidak ada perubahan
budaya tanpa perubahan pribadi (LD 70). Penanggulangan
masalah sampah menuntut komitmen dan tindakan bersama.
Setiap orang perlu membangun kesadaran dan habitus baru:
pertama, tidak membuang sampah sembarangan; kedua,
memisahkan/memilah sampah-sampah sebelum dibuang ke
tempat yang sudah disiapkan; ketiga, tidak membakar sampah di
mana pun; keempat, mengolah kembali sampah baik anorganik
maupun organic; kelima, mengurangi sampah.
8. Gereja Keuskupan Ruteng turut prihatin dengan masalah
kerusakan alam yang terjadi sekarang ini dan memperjuangkan
pertobatan ekologis terhadap semua sikap, perilaku, dan
kebiasaan yang merusak lingkungan yang dapat dikategorikan
sebagai dosa-dosa ekologis seperti pencemaran tanah,
pencemaran udara, pencemaran air, sampah, dan lain-lain.
Tanggung jawab etis ekologis untuk memulihkan keadaan ibu
bumi yang sedang sakit ini tertuang dalam pelbagai bentuk
program dan gerakan pastoral ekologi integral yang konkret
seperti liturgi ekologi, pedagogi ekologi, spiritualitas ekologi,
dan kontemplasi ekologi.

24 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KATEKESE
Katekese hendaknya berjalan dalam suasana santai dan rileks.
Fasilitator diharapkan peka dengan situasi yang ada agar suasanya
lebih hidup dan dinamis. Fasilitator bersama Ketua KBG mesti
mencari tempat yang cocok di sekitarnya.

I. PEMBUKA
1. Pengantar
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan. Pada pertemuan
pertama, kita sudah mendalami bersama tema ekologi integral. Kita
disadarkan bahwa alam adalah bagian integral dari kehidupan
manusia. Paus Fransiskus, dalam Seruan Apostolik Laudate Deum,
mengatakan bahwa kehidupan manusia tidak dapat dipahami dan
tidak dapat dipertahankan tanpa adanya makhluk lain (LD 67).
Untuk itu, kita diajak untuk terlibat aktif dalam menjaga,
memelihara, dan merawat alam demi kelangsungan hidup kita dan
segenap ciptaan. Salah satu hal utama yang mencemaskan dan
merusak lingkungan hidup adalah sampah. Karena itu, dalam
pertemuan yang kedua ini, kita diajak untuk membahas tema
sampah. Sampah, dengan jenis sampah organik dan sampah
anorganik, dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan
(polusi) dan kerusakan ekosistem alam apabila tidak dikelola dengan
baik dan benar. Karena itu, kita diajak untuk melihat dan
merefleksikan kembali kebiasaan, cara, dan pola penanganan/
pengelolaan sampah yang kita lakukkan selama ini, baik secara
pribadi maupun keluarga dan masyarakat.

2. Lagu Pembuka (MB 471: Alangkah Megah)


3. Tanda Salib

25 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
4. Doa Pembuka
Marilah berdoa:
Allah Bapa Pencipta alam semesta. Kami bersyukur atas cinta-Mu
yang agung yang meresapi dan mengalir tanpa henti dalam diri
segenap ciptaan-Mu yang indah. Teristimewa, kami sungguh
bersukacita karena Engkau memperkenankan kami terlibat dalam
karya penciptaan itu dengan menjaga, merawat, dan memelihara
segala sesuatu yang telah Engkau adakan. Hadirlah dalam pertemuan
ini, agar kami sanggup menyelami karya kasih-Mu yang luhur dan
membangun komitmen yang teguh untuk setia merawat dan
melestarikan lingkungan yang bersih, sehat, dan indah. Dengan
pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

II. MELIHAT DAN MENDALAMI SITUASI HIDUP


KONKRET
Peserta diajak untuk masuk dalam situasi hidup konkret mengenai
sampah dan dipersilahkan untuk mensharingkan pengalaman
masing-masing terkait cara menangani atau mengelola sampah

1. Pengalaman Melihat Sampah dan Pendalaman (dipilih dari


tiga alternatif berikut)
a. Pilihan Pertama:
Para peserta berkumpul di salah satu rumah. Fasilitator menyiapkan
beberapa jenis sampah: daun kering, kertas, plastik, dan
botol/kaleng. Barang-barang itu ditaruh di tempat yang bisa dilihat
oleh semua orang. Kemudian fasilitator mengajak peserta untuk
melihat/memperhatikan barang-barang tersebut. Berikan waktu yang
cukup bagi peserta katekese untuk melihat/memperhatikan.
Kemudian fasilitator dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
pendalaman berikut:
26 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng
Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
(1) Di mana saja kita sering menemukan sampah yang baru kita
lihat Bersama? (Misalnya: di rumah, di jalan, di pasar, di
terminal, di pantai, dll).
(2) Apa yang bapak/ibu rasakan ketika melihat sampah? (Misalnya:
kesal, kotor, jijik, tidak nyaman, dll).’
(3) Apa dampaknya ketika sampah-sampah dibiarkan berserakan?
(Misalnya: polusi, pencemaran lingkungan, pemandangan
kumuh, penyakit/penderitaan, timbunan air, banjir, dll).
(4) Apa saja yang bapak/ibu sudah lakukan selama ini bila melihat
sampah? (Misalnya: masa bodoh, menghindarinya, memungut,
menyapunya, menaruh di tempat sampah, dll).

b. Pilihan Kedua:
Fasilitator mengajak peserta untuk pergi ke pantai, pasar, terminal,
atau fasilitas publik lainnya. Kemudian fasilitator meminta mereka
untuk memperhatikan segala sesuatu yang ada di sekitar, misalnya:
dedaunan kering, ranting pohon/kayu, kertas, plastik, kulit
permen/makanan ringan, bungkusan makanan, kemasan minuman,
botol/kaleng, dan lain-lain. Berikan waktu yang cukup bagi peserta
katekese untuk melihat/memperhatikan.
Kemudian fasilitator dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
pendalaman berikut:
(1) Apa yang telah bapak/ibu lihat/temukan? Dan sampah jenis apa
yang paling banyak ditemukan? (Misalnya: sampah daun,
kertas, plastik, botol/kaleng, dll).
(2) Apa yang yang bapak/ibu rasakan ketika melihat sampah?
(Misalnya: kesal, kotor, jijik, tidak nyaman, dll).

27 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
(3) Apa dampaknya ketika sampah-sampah dibiarkan berserakan?
(Misalnya: polusi, pencemaran lingkungan, pemandangan
kumuh, penyakit/penderitaan, timbunan air, banjir, dll)
(4) Apa saja yang bapak/ibu sudah lakukan selama ini bila melihat
sampah? (Misalnya: masa bodoh, menghindarinya, memungut,
menyapunya, menaruh di tempat sampah, dll).

c. Pilihan Ketiga:
Fasilitator mengajak peserta untuk mengadakan kerja bakti
membersihkan lingkungan rumah atau KBG. Setelah mengadakan
pembersihan, para peserta diajak untuk berkumpul di salah satu
tempat. Sambil beristirahat, fasilitator mengajak peserta untuk
merefleksikan atau mensyeringkan pengalaman kerja bakti yang
telah dilakukan.
Kemudian fasilitator dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
berikut:
(1) Apa yang telah bapak/ibu lihat/temukan? Dan sampah jenis apa
yang paling banyak ditemukan? (Misalnya: sampah daun,
kertas, plastik, botol/kaleng, dll).
(2) Apa yang bapak/ibu rasakan ketika melihat sampah? (Misalnya:
kesal, kotor, jijik, tidak nyaman, dll).
(3) Apa yang terjadi kalau sampah-sampah dibiarkan berserakan?
(Misalnya: polusi, pencemaran lingkungan, pemandangan
kumuh, penyakit/penderitaan, timbunan air, banjir, dll)
(4) Apa saja yang bapak/ibu sudah lakukan selama ini bila melihat
sampah? (Misalnya: masa bodoh, menghindarinya, memungut,
menyapunya, menaruh di tempat sampah, dll).

28 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
2. Rangkuman Fasilitator
(1) Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses
alam yang berupa zat organik atau anorganik yang dianggap
sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Indonesia
menghasilkan 35,93 juta ton sampah sepanjang 2022. Menurut
jenisnya, mayoritas timbunan sampah nasional itu berupa
sampah sisa makanan sebanyak 40,5%. Sedangkan menurut
sumbernya, sebanyak 38,4% sampah itu berasal dari sampah
rumah tangga. (Katadata Green, diakses 18 Januari 2024). Lalu,
bagaimana dengan kondisi sampah di wilayah kita? Berdasarkan
data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Manggarai, produksi sampah di Kota Ruteng pada 2021
mencapai 21.701, sekitar 59,5 ton per hari. Angka ini terus
meningkat setiap tahunnya dengan rata-rata produksi sampah
per hari sebanyak 60,6 ton (Ekora NTT, 25 Mei 2021).
Sedangkan di Kota Labuan Bajo, berdasarkan catatan dari
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), rata-
rata timbunan sampah yang dihasilkan per hari mencapai 112,4
meter kubik atau setara dengan 13 ton per hari.
(https://www.goodnewsfromindonesia.id).
(2) Sampah yang tidak dikelola dengan baik dan benar tidak hanya
merusak pemandangan (lingkungan menjadi kumuh), tetapi
terutama berdampak serius bagi kesehatan manusia dan
keseimbangan ekosistem lingkungan. Pertama, penurunan
kualitas kesehatan. Pembuangan sampah yang tidak terkontrol
merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme seperti
lalat, anjing, tikus, cacing yang dapat menularkan penyakit.
Potensi penyakit yang bisa ditimbulkan adalah diare, kolera,
tifus, demam berdarah, jamur, cacing, dan lain-lain. Kedua,

29 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
penurunan kualitas lingkungan. Cairan rembesan sampah yang
masuk ke dalam saluran drainase, irigasi, sungai, atau laut akan
mencemari air yang ada. Juga berbagai organisme yang hidup di
sana seperti ikan menjadi terancam keberadaannya, dan bahkan
bisa lenyap. Ketiga, dampak sosial-ekonomi. Sampah merusak
kesehatan dan berdampak meningkatnya biaya pemeliharaan
kesehatan untuk pengobatan. Sampah merusak kehidupan
manusia dan kualitas infrastruktur seperti saluran drainase,
irigasi, dan jalan semakin menurun karena penumpukan
sampah.
(3) Sampah bukan berkah, melainkan tanggung jawab setiap orang
yang menghasilkan sampah itu. Satu sampah yang tidak dikelola
dengan baik atau dibiarkan berserakan membawa dampak yang
besar bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Paus Fransiskus,
dalam Seruan Apostolik Laudate Deum (2023), mengatakan
bahwa tidak ada perubahan yang bertahan lama tanpa perubahan
budaya, tanpa pendewasaan gaya hidup dan keyakinan dalam
masyarakat, dan tidak ada perubahan budaya tanpa perubahan
pribadi (LD 70). Penanggulangan sampah menuntut komitmen
dan tindakan bersama. Setiap orang perlu membangun
kesadaran dan habitus baru: pertama, memungut sampah dan
tidak membuangnya sembarangan; kedua, tidak membakar
sampah di lingkungan tempat tinggal; ketiga,
memisahkan/memilah sampah-sampah sebelum dibuang ke
tempat yang sudah disiapkan; keempat, mengolah kembali
sampah baik anorganik maupun organic; kelima, mengurangi
sampah.
(4) Pengelolaan sampah yang baik dilakukan dengan konsep 5R:
Reduce (pengurangan segala sesuatu yang menyebabkan

30 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
timbulnya sampah), Recycle (pemanfaatan kembali sampah
setelah mengalami proses pengolahan atau daur ulang), Reuse
(penggunaan kembali sampah secara langsung baik untuk fungsi
yang sama maupun fungsi lain), Repair (perbaikan sesuatu yang
sudah menjadi sampah sehingga dapat digunakan kembali), dan
Refurnish (mengubah bentuk atau memodifikasi sampah
menjadi sesuatu yang lain yang bermanfaat).

III. Menimba Inspirasi dari Dokumen Gereja


Fasilitator mengajak peserta untuk mendalami dokumen-dokumen
Gereja yang berbicara tentang sampah. Dokumen itu dibaca oleh
fasilitator atau salah seorang partisipan katekese. Kegiatan bisa
dimulai dengan ajakan: Mari kita dengarkan dokumen-dokumen
Gereja dari Ensiklik Laudato Si’ (LS) dan Seruan Apostolik Laudate
Deum (LD) berikut ini.

1. Dokumen Gereja
Laudato Si’ 21:
“…. Bumi, rumah kita, mulai makin terlihat sebagai sebuah tempat
pembuangan sampah yang besar. Di banyak tempat di dunia, orang
lansia mengeluh bahwa lanskap yang dulu indah sekali sekarang
ditutupi dengan sampah. Baik limbah industri maupun produk kimia
yang digunakan di kota dan daerah pertanian dapat menyebabkan
penumpukan zat-zat kimia di dalam organisme penduduk lokal,
meskipun kadar racun di tempat itu masih rendah. Sering kali baru
diambil tindakan ketika telah terjadi kerusakan permanen terhadap
kesehatan masyarakat.”
Laudato Si’ 22:
“Masalah-masalah ini berkaitan erat dengan budaya ‘membuang’
yang menyangkut baik orang yang dikucilkan maupun barang yang

31 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
cepat disingkirkan menjadi sampah. Hendaknya kita menyadari,
misalnya, bahwa sebagian besar kertas yang diproduksi, dibuang dan
tidak didaur ulang. Sulit bagi kita untuk mengakui bahwa cara kerja
ekosistem alamiah memberi kita teladan: tanaman menyatukan
pelbagai bahan yang memberi makan kepada herbivora; mereka ini
pada gilirannya menjadi makanan bagi karnivora, yang kemudian
menghasilkan sejumlah besar sampah organik yang menumbuhkan
generasi baru tanaman. Tapi sistem industri kita, di akhir siklus
produksi dan konsumsi, belum mengembangkan kapasitas untuk
menyerap dan menggunakan kembali limbah serta produk
sampingannya. Kita belum berhasil mengadopsi model sirkular
produksi, yang mampu melestarikan sumber-sumber daya untuk
generasi sekarang dan mendatang, dengan membatasi sebanyak
mungkin penggunaan sumber daya tak terbarukan, menggunakan
secukupnya, memaksimalkan penggunaan yang efisien,
menggunakan kembali dan mendaur ulangnya. Memberi perhatian
serius kepada masalah-masalah ini menjadi salah satu cara
menangkal budaya ‘membuang’ yang pada akhirnya akan
mempengaruhi seluruh planet. Tapi kita harus mengatakan bahwa
kemajuan dalam hal ini masih sangat terbatas.”
Laudate Deum 71:
“Upaya banyak keluarga untuk mengurangi sampah, dan
mengonsumsi dengan bijak menciptakan budaya baru. Dengan
mengubah saja kebiasaan pribadi, keluarga, dan masyarakat
ditanamkan keprihatinan/kekhawatiran terhadap tanggung jawab
sektor politik yang tiak terpenuhi dan kemarahan atas
ketidakpedulian pihak yang berkuasa. Maka, mari kita sadari bahwa
meskipun hal ini tidak serta merta menghasilkan dampak yang
signifikan dari sudut pandang kuantitatif, hal ini berkontribusi dalam

32 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
mewujudkan proses transformasi besar yang muncul dari dalam
masyarakat.”

2. Pendalaman Dokumen Gereja


Pendalaman dapat diajukan melalui beberapa pertanyaan berikut:
(1) Apa saja pesan-pesan penting Paus Fransiskus yang menyentuh
bapak/ibu?
(2) Menurut Paus Fransiskus, masalah-masalah sampah
berhubungan erat dengan budaya membuang. Apa
pendapat/sharing bapak/ibu tentang hal ini?
(3) Paus Fransiskus menekankan pentingnya budaya/perilaku baru
dalam mengatasi persoalan sampah. Budaya baru/perilaku baru
apa yang bisa bapak/ibu hayati/lakukan untuk mengatasi
persoalan sampah?

3. Rangkuman Fasilitator
(1) Harus diakui dan disadari bahwa penyebab utama persoalan
sampah adalah manusia yang berperilaku membuang begitu saja
apa yang telah dipakainya. Setiap kita diajak untuk melihat
bagaimana perilaku dan cara kita memproduksi dan mengelola
sampah selama ini.
(2) Seperti yang dikatakan oleh Paus Fransiskus, kita harus
membangun budaya baru terkait sampah. Budaya itu antara lain
meletakkan sampah pada tempatnya, memilah sampah,
mengolah sampah organik menjadi pupuk atau pestisida
organik, mendaur ulang sampah-sampah anorganik, mengurangi
kebiasaan/gaya hidup yang dapat menghasilkan sampah
terutama sampah anorganik. Masing-masing kita hendaknya
memulai langkah-langkah kecil ini sebagai bagian dari upaya

33 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
mewujudkan transformasi/perubahan dalam hidup bersama
sebab “tidak ada perubahan yang bertahan lama tanpa
perubahan budaya, tanpa pematangan gaya hidup dan keyakinan
sosial, dan tidak ada perubahan budaya tanpa perubahan pada
pribadi manusia” (LD 70).
(3) Pengelolaan samapah dapat dilakukan dengan cara 5R:
Pengolahan sampah anorganik dengan cara 5R: Reduce
(pengurangan sampah), Recycle (daur ulang), Reuse
(penggunaan kembali), Repair (perbaikan), dan Refurnish
(mengubah bentuk).

IV. MERENCANAKAN KEGIATAN KONKRET


Fasilitator mengajak peserta untuk menentukan/merencanakan aksi
konkret untuk mengatasi masalah sampah (apa, kapan, di mana,
siapa yang bertanggung jawab, dll). Aksi konkret tersebut dapat
dilakukan secara pribadi atau bersama, baik dalam bentuk gerakan
maupun program yang berkelanjutan di tingkat keluarga atau KBG.

1. Selain mengumpulkan amplop APP sebagai wujud tobat


dan solidaritas, peserta bisa diarahkan untuk memilih
minimal satu dari kegiatan dan gerakan berikut:
(1) Penentuan jadwal kerja bakti bersama untuk membersihkan
lingkungan rumah, KBG, dll.
(2) Penyediaan tempat sampah di rumah, KBG, kapela, dan tempat-
tempat umum yang memilah sampah organik dan anorganik.
(3) Pengolahan sisa sampah organik menjadi ecoenzym dan pupuk
organik.
(4) Pengolahan sampah anorganik dengan cara 5R: Reduce
(pengurangan sampah), Recycle (daur ulang), Reuse

34 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
(penggunaan kembali), Repair (perbaikan), dan Refurnish
(mengubah bentuk).
(5) Kolekte sampah (seperti yang sudah dipraktikkan di Paroki
MBSB Wae Sambi).
(6) Kampanye kebersihan melalui Medsos, baliho, poster, plakat,
stiker, pamflet, dan lain-lain.
(7) Mengurangi sampah plastik, misalnya pergi berbelanja dengan
kantong yang dapat dipakai terus menerus (tanpa kantong
plastik).
(8) Menggunakan termos air yang dapat dipakai terus menerus bila
pergi bekerja atau bepergian.

2. Doa Umat
Fasilitator mengajak peserta untuk menyampaikan doa-doa
permohonan secara spontan yang mengungkapkan kesadaran dan
komitmen untuk menjaga dan merawat alam yang telah diciptakan
oleh Tuhan dengan mengolah sampah secara baik dan benar

V. PENUTUP
1. Bapa Kami
Setelah menyampaikan doa-doa umat secara spontan, fasilitator
mengajak peserta untuk mendaraskan doa yang diajarkan oleh
Kristus secara bersama-sama: Bapa Kami.

2. Kata Penutup
Terima kasih atas kehadiran bapak/ibu dalam kegiatan katekese pada
pertemuan yang kedua ini. Kita sudah melihat dan merefleksikan
bersama salah satu masalah ekologi yang serius saat ini, yakni
masalah sampah. Kita juga sudah menyepakati kegiatan …
(sebutkan kegiatan yang telah disepakati) sebagai wujud komitmen
35 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng
Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
keterlibatan dalam mengatasi persoalan kerusakan alam dan krisis
iklim yang terjadi sekarang ini. Kiranya kita sanggup mewujudkan
niat dan harapan kita untuk memulihkan keadaan ibu bumi yang
sakit akibat perilaku kita yang salah. Akhirnya, mari kita menutup
kegiatan katekese ini dengan mendaraskan bersama Doa Tahun
Ekologi Integral.

3. Doa Penutup: Doa Tahun Ekologi Integral (lihat lampiran).


Fasilitator bisa mendaraskan doa lain sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat

4. Lagu Penutup: Laudato Si’, O Mi Signore (lihat lampiran).

36 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
PERTEMUAN III
“MENCINTAI AIR, MENYELAMATKAN BUMI”

TUJUAN:
1. Peserta memahami peran air sebagai sumber kehidupan yang
sangat penting.
2. Peserta menyadari perilaku mencemarkan dan merusak air.
3. Peserta termotivasi untuk mengembangkan sikap/gaya hidup
yang merawat dan melestarikan air.

SUMBER:
1. Kitab Suci: Yeh. 47:1-12
2. Ensiklik Laudato Si’
3. Booklet Materi Sidang Post Natal KR 2023
4. Rekomendasi Sidang Post Natal 2023.

GAGASAN DASAR:
1. Air adalah salah satu anugerah terbesar Tuhan yang diberikan
kepada kita untuk menopang kehidupan di bumi. Lebih dari
sekadar elemen vital, air menjadi karunia yang membawa makna
spiritual dan kebijaksanaan penciptaan yang tak terbandingkan.
Air menjadi cermin kemurahan dan kebijaksanaan Tuhan yang
menciptakan segala sesuatu. Dalam setiap tetesan air, kita dapat
melihat keajaiban siklus kehidupan yang memberikan kesuburan
pada tanah, menjaga ekosistem, dan memberikan kehidupan
kepada seluruh makhluk hidup.
2. Siklus air melibatkan penguapan, pembentukan awan, hujan, dan
kembali ke bumi, menjadi bukti kebijaksanaan ilahi yang
mengatur keseimbangan alam. Setiap tetes hujan yang menari di

37 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
pepohonan atau mengalir di sungai mencerminkan kehadiran
Tuhan yang merawat ciptaan-Nya.
3. Air tidak hanya mendukung kehidupan manusia. Dalam setiap
butiran air yang mengalir kita dapat menemukan kehidupan yang
beragam, mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang di darat,
sungai, dan lautan. Keanekaragaman hayati yang indah ini
menciptakan keseimbangan ekologis yang vital untuk
kelangsungan hidup planet ini.
4. Dewasa ini “ibu bumi” menjerit kesakitan dan “saudari alam”
menangis pilu karena krisis ekologi. Krisis air menjadi salah
satunya dan saat ini menjadi suatu realitas yang membutuhkan
perhatian serius. Di berbagai belahan dunia, tantangan terkait air
semakin memburuk, menciptakan dampak serius pada kehidupan
manusia dan seluruh ekosistem.
5. Dalam Ensiklik Laudato Si’ Paus Fransiskus menyatakan bahwa
air minum bersih menjadi fokus utama, karena diperlukan untuk
kehidupan manusia dan ekosistem di daratan dan perairan.
Sejumlah wilayah mengalami krisis air bersih, di mana pasokan
air tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Tingkat konsumsi yang tinggi, perubahan iklim, dan manajemen
sumber daya yang kurang efisien menyumbang pada krisis ini.
Banyak komunitas, terutama di negara-negara berkembang
menghadapi kesulitan dalam mengakses air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari (LS 27).
6. Di beberapa bagian dunia, terutama di pedesaan dan daerah
terpencil, akses ke air bersih menjadi tantangan nyata.
Masyarakat di wilayah-wilayah ini harus menempuh jarak yang
jauh untuk mengambil air, dan sering kali air yang ditemukan
tidak bersih dan tidak aman untuk dikonsumsi. Kualitas air

38 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
menjadi masalah serius bagi orang miskin. Penyakit yang terkait
dengan air banyak menyebabkan kematian. Sumber air bawah
tanah terancam oleh polusi dari berbagai kegiatan manusia,
termasuk pertambangan, pertanian, dan industri. Produk kimia
dan deterjen yang masih banyak digunakan juga berkontribusi
pada polusi air di sungai, danau, dan laut (bdk. LS 28).
7. Lingkungan sungai-sungai dan danau-danau, yang dahulu jernih,
kini sering kali tercemar oleh limbah industri, pertanian, dan
domestik. Peningkatan urbanisasi menyebabkan jumlah limbah
meningkat, termasuk bahan kimia berbahaya yang merugikan
kesehatan manusia dan keberlanjutan lingkungan. Lautan,
sebagai salah satu sumber daya air utama, menghadapi tekanan
besar. Polusi plastik menjadi masalah global yang mendalam,
mengancam keberlanjutan ekosistem laut dan kesehatan
makhluk hidup di dalamnya. Penebangan pohon yang tidak
terkendali menyebabkan kerusakan pada siklus hidrologi alam.
Pohon yang seharusnya menyerap air melalui akarnya dan
mengeluarkannya melalui proses transpirasi, kini hilang begitu
saja. Tanah yang sebelumnya stabil dan mampu menyimpan air
terancam erosi akibat kehilangan penutup tanah yang disediakan
oleh pepohonan
8. Beberapa wilayah mengalami kekeringan yang parah sebagai
dampak perubahan iklim. Pemanasan global mengubah pola
hujan dan meningkatkan intensitas cuaca ekstrem, menyebabkan
kekeringan yang mengancam ketahanan pangan, keberlanjutan
pertanian, dan ketersediaan air untuk keperluan domestik.
9. Ensiklik Laudato Si melihat, “pencemaran air terutama
berdampak pada orang-orang miskin yang tidak dapat membeli
air minum kemasan, dan naiknya permukaan laut terutama

39 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
berakibat bagi orang-orang pesisir miskin yang tidak punya
tempat lain untuk pindah. Dampak ketidakseimbangan saat ini
juga tampak dari kematian dini banyak orang miskin, dari
konflik-konflik yang dipicu oleh kurangnya sumber daya, dan
dari banyak masalah lain yang tidak mendapat cukup perhatian
dalam agenda global.” LS 48.
10. Fenomena kelangkaan air yang semakin meningkat
menunjukkan bahwa biaya pangan dan produk yang bergantung
pada air akan meningkat. Studi memperingatkan tentang
kekurangan air yang dapat terjadi dalam beberapa dekade ke
depan, dengan dampak lingkungan yang dapat memengaruhi
miliaran orang. Penguasaan air oleh perusahaan multinasional
besar juga menjadi sumber potensial konflik pada abad ini (LS
31).
11. Menurut UNICEF pencemaran air minum dan buruknya sanitasi
membuat setiap hari lebih dari 1000 bayi di bawah usia lima
tahun meninggal dunia. Menurut PBB, lebih 2 miliar orang atau
seperempat penduduk bumi mengalami kesulitan akses air
bersih. Potensi konflik antar negara berpotensi meningkat akibat
kelangkaan air (dw.com, unicef: Dunia Alami Krisis Air, diakses
tanggal 22/01/2024)
12. Untuk itu, Paus Fransikus menekankan pentingya kesepakakatan
global untuk menghadapi krisis ekologi di pelabagai sektor
kehidupan, termasuk masalah ketersediaan air untuk semua
orang. “Konsensus seperti itu akan membantu, misalnya, untuk
merancang suatu program pertanian yang berkelanjutan dan
beragam, untuk mengembangkan bentuk-bentuk energi yang
terbarukan dan kurang mencemarkan lingkungan, untuk
mendorong penggunaan energi yang lebih efisien dan

40 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
manajemen sumber daya hutan dan laut yang lebih memadai,
dan untuk menjamin akses ke air minum untuk semua” (LS 164).
13. Terkait tentang pentingnya air, Laudato Si’ juga menekankan
pentingnya “pembiasaan” hemat air dalam bingkai pendidikan
ekologis yang holistik-integral.” Pendidikan dalam tanggung
jawab ekologis dapat mendorong berbagai perilaku yang
memiliki dampak langsung dan signifikan untuk pelestarian
lingkungan, seperti: menghindari penggunaan plastik dan kertas,
mengurangi penggunaan air, memilah sampah, memasak
secukupnya saja untuk dimakan, memperlakukan makhluk hidup
lain dengan baik, menggunakan transportasi umum atau satu
kendaraan bersama dengan beberapa orang lain, menanam
pohon, mematikan lampu yang tidak perlu” (LS 211).
14. Ensiklik secara jelas menyatakan bahwa akses ke air minum
yang aman merupakan hak asasi manusia yang dasariah dan
universal (LS 30). Karena itu, Laudato Si’ menganjurkan
ketersediaan cadangan air penting di semua wilayah, khusunya
di daerah rawan yang membutuhkan dan menuntut ketersediaan
keankearagaman hayati, dan dengan demikian menjamin bentuk-
bentuk kehidupan lainnya.
15. Air merupakan ciptaan Allah yang dalam dirinya menghadirkan
Allah sumber, pemberi, dan pembawa hidup, serta penjaga dan
perawat kehidupan. Keberadaannya sangat vital untuk
menopang kehidupan manusia. Tanpa air manusia sangat
menderita, bahkan bisa mati.
16. Dalam Kitab Yehezkiel 47:1-12, digambarkan makna air sebagai
simbol kehidupan, berkat, penyembuhan, dan pemulihan yang
berasal dari kekudusan Tuhan. Air ini mengajarkan bahwa di
dalam kehadiran Tuhan, ada harapan dan kehidupan yang tak

41 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
terbatas yang dapat mengalir ke dalam setiap aspek kehidupan
kita.
17. Seluruh narasi dalam Yehezkiel 47:1-12 memberikan pesan
tentang keberkahan, penyembuhan, dan kehidupan yang dapat
mengalir dari kekudusan Tuhan. Air tersebut menjadi simbol
anugerah-Nya yang melimpah, menghidupkan setiap yang
disentuhnya, bahkan pada tempat-tempat yang paling gersang
sekalipun. Keseluruhan teks menciptakan gambaran tentang
keajaiban yang terjadi ketika air mengalir seperti sungai ke
dalam kehidupan kita.
18. Kitab Suci mencatat betapa air telah menjadi simbol keselamatan
dan transformasi spiritual. Mencintai air berarti menghargai
hadiah Tuhan yang kudus ini. Dalam keseharian kita, Gereja
mengajarkan bahwa cinta terhadap air sejalan dengan tanggung
jawab moral untuk menjaga keadilan lingkungan. Mencintai air
tidak sekadar menjaga kualitasnya, tetapi juga melibatkan
perlindungan terhadap sumber daya air sebagai hak bersama.
Dengan merawat air, kita menjunjung tinggi anugerah Tuhan,
melibatkan diri dalam upaya menyelamatkan bumi, dan
membuktikan cinta kasih kita kepada sesama manusia dan
ciptaan-Nya. "Mencintai Air, Menyelamatkan Bumi" adalah
panggilan suci yang terukir dalam hati umat Katolik, yang
mengajak kita untuk menjadi pelindung ciptaan dan saksi kasih
Kristus di dunia ini, sebab Bumi ini adalah “rumah kita
bersama”, “seperti seorang saudari yang berbagi hidup dengan
kita”, “dan seperti seorang ibu rupawan yang menyambut kita
dengan tangan terbuka” (LS,1).

42 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KATEKESE
Catatan:
• Katekese harus berjalan dalam suasana santai dan rileks.
Fasilitator diharapkan peka dengan situasi yang ada agar
suasananya hidup.
• Katekese bisa dilaksanakan di mata air/pinggir sungai/kali, dan
rumah. Disepakati bersama dengan anggota KBG sesuai dengan
situasi dan kondisi.

I. PEMBUKA
1. Pengantar
Bapak/Ibu/Saudara/i yang terkasih dalam Kristus,
Marilah kita bersatu dalam kasih dan rahmat Tuhan pada hari ini.
Dengan rendah hati saya menyambut Bapak/Ibu/Saudara/i semua
dalam suasana kebersamaan yang penuh harapan. Hari ini, kita
kembali berkumpul untuk berkatekese menggali hikmah dan
kebijaksanaan yang terkandung dalam ajaran-ajaran iman kita. Pada
hari ini kita akan membahas tema Air, "Mencintai Air,
Menyelamatkan Bumi.” Melalui katekese ini, kita akan menjelajahi
kedalaman cinta Tuhan terhadap ciptaan-Nya dan tanggung jawab
kita sebagai umat-Nya untuk merawat dan melindungi bumi yang
dianugerahkan-Nya. Mari kita membuka hati dan pikiran kita untuk
menerima ajaran dan wawasan baru yang akan kita temui. Saling
berbagi pengalaman dan pengetahuan kita akan menjadi bagian
berharga dalam katekese ini. Mari kita berdoa agar Roh Kudus hadir
bersama kita, membimbing dan memberkati proses katekese kita.

43 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
2. Lagu Pembuka: (MB. 478)

Limpahkan Kasihmu

Sungai mengalir tiada henti-hentinya, memberi hidup di sekitarnya.


Tuhan melimpahkan Rahmat-Nya bagi yang percaya kepada-Nya.
Bunga-bunga tiada akan mekar mewangi, jika tanpa disegarkan air.
Hidup akan menjadi hampa, jika tanpa Cinta Kasih Tuhan.
Ya Tuhan Allah limpahkan Kasih Sayang-Mu, bagaikan air sungai abadi,
agar segarlah hidup kami, tiada akan layu selamanya.

3. Tanda Salib
4. Doa Pembuka
(Fasilitator bisa mendaraskan doa di luar teks yang telah disiapkan ini)
Ya Allah, Bapa yang Mahakuasa dan Mahakasih,
Kami bersujud di hadapan-Mu pada hari ini, dengan hati yang penuh
syukur dan kerinduan akan kasih-Mu yang tak terhingga. Terima
kasih atas karunia hidup ini, termasuk air yang menjadi tanda
pembaharuan dan berkat dalam kehidupan ini. Hari ini, kami
berkumpul dalam semangat kebersamaan, membawa tema
"Mencintai Air, Menyelamatkan Bumi". Engkau yang menciptakan
segala sesuatu dengan penuh hikmah, tunjukkanlah kepada kami
jalan kebijaksanaan dan tanggung jawab sebagai pelindung ciptaan-
Mu. Ya Roh Kudus, hadirilah di tengah-tengah kami. Bimbinglah
kami dalam perjalanan katekese ini, supaya setiap langkah yang
kami ambil menjadi langkah yang mendekatkan kami pada
kebenaran dan kasih-Mu yang penuh kasih sayang sehingga kami
mampu menjaga dan merawat air sebagai anugerah ilahi yang tak
ternilai. Doa ini kami satukan dengan pengantaraan Kristus Tuhan
kami.
44 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng
Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
II. MELIHAT DAN MENDALAMI SITUASI HIDUP
KONKRET
1. Merenungkan Makna Hidup Melalui Jejak Air
a. Pilihan Pertama: Jika katekese dilaksanakan di lokasi mata
air/pinggir kali/sungai.
Fasilitator mengajak peserta melihat situasi di sekelilingnya,
meminta mereka untuk menyentuh air, dan mendengarkan gemercik
air yang sedang mengalir. Setelah itu Fasilitator mengajak peserta
untuk hening sejenak (± 5 menit), merenungkan situasi yang sedang
mereka alami. Tanpa mendikte biarkan peserta sendiri yang
merasakan hal-hal yang menyentuh dan memukau dari
air/kali/sungai dan situasi yang ada di sekitarnya.
Kemudian fasilitator dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
pendalaman berikut:
(1) Menurut bapak/ibu, bagaimana suara gemericik air di tempat ini
mempengaruhi perasaan dan ketenangan hati bapak/ibu selama
perenungan? (mis: suara gemericik air memberikan perasaan
damai dan menenangkan).
(2) Bagaimana air yang mengalir ini mencerminkan keindahan dan
keajaiban kehidupan di sekitarnya? (mis: Air yang mengalir
menciptakan kehidupan di sekitarnya dengan memberikan
kesuburan kepada tanah dan tumbuh-tumbuhan, serta
memberikan minum pada makhluk hidup).
(3) Perilaku apa saja yang dapat menyebabkan krisis air sehingga
mengancam ketersediaan dan kualitas air? (mis: penebangan
hutan, penggunaan air secara boros, pembuangan limbah
industri, pengelolaan sampah yang buruk, penyedotan air tanah
yang berlebihan, dll).

45 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
(4) Bagaimana upaya bapak/ibu dalam menjaga ketersediaan dan
kualitas air? (mis: berperan aktif dalam pelestarian air,
reboisasi, mengurangi limbah, menggunakan air secara hemat,
mengelolah sampah dengan benar, dll).
(5) Apakah ada momen atau pengalaman pribadi bapak/ibu yang
muncul selama perenungan ini yang menunjukkan betapa
pentingnya air sebagai penyelamat kehidupan? (biarkan para
peserta menceritakan pengalamannya! Maksimal 3 orang)

b. Pilihan Kedua: Jika katekese dilaksanakan di rumah.


Fasilitator mengajak peserta untuk menyaksikan demonstrasi
perubahan kualitas air. Bahan yang disiapkan adalah:
• Satu wadah transparan
• Air minum bersih
• Berbagai bahan yang mencerminkan polusi (mis: minyak tanah,
sampah plastik, air sisa cuci piring/pakaian, sampah sisa
makanan, dll)
Langkah-langkah:
• Fasilitator menjelaskan bahwa kegiatan ini akan menunjukkan
dampak perilaku manusia terhadap kualitas air.
• Pamerkan wadah transparan kepada peserta, kemudian isi
dengan air minum bersih.
• Fasilitator kemudian mengajak perserta untuk melihat air bersih
tersebut dan merenungkan pentingnya air bersih dan peran air
dalam kehidupan sehari-hari (± 3 menit).
• Setelah itu fasilitator meminta beberapa peserta menambahkan
berbagai bahan yang mencerminkan polusi (mis: minyak tanah,
sampah plastik, air sisa cuci piring/pakaian, sampah sisa

46 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
makanan, dll) ke dalam wadah yang berisi air minum bersih
tersebut.
• Fasilitator kemudian mengajak peserta melihat perubahan yang
terjadi dan coba merenungkan dampak yang terjadi (± 5 menit).
• Kemudian fasilitator dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
pendalaman berikut:
(1) Bagaimana perasaan bapak/ibu ketika melihat air bersih dalam
wadah tadi? (Jawaban bisa bervariasi dari perasaan syukur,
kekaguman, hingga mungkin kesadaran akan keberlimpahan
anugerah Tuhan)
(2) Dalam keseharian kita, seberapa sering bapak/ibu menghargai
keberadaan air bersih? (Pertanyaan ini dapat mengajak peserta
untuk merenung sejauh mana kita sebagai individu menghargai
dan bersyukur atas keberadaan air bersih dalam kehidupan
sehari-hari. Biarkan peserta menyampaikan pendapatnya
secara bebas. Maksimal 3 orang).
(3) Bagaimana perasaan bapak/ibu ketika melihat perubahan dari
air bersih menjadi tercemar? (Jawaban peserta mungkin
bervariasi, tetapi ini dapat menciptakan perasaan
ketidaknyamanan, kekhawatiran, atau kesadaran tentang
masalah pencemaran air).
(4) Perilaku apa saja yang dapat menyebabkan krisis air sehingga
mengancam ketersediaan dan kualitas air? (mis: penebangan
hutan, penggunaan air secara boros, pembuangan limbah
industri, pengelolaan sampah yang buruk, penyedotan air
tanah yang berlebihan, dll).
(5) Bagaimana upaya bapak/ibu dalam menjaga ketersediaan dan
kualitas air? (mis: berperan aktif dalam pelestarian air,
reboisasi, mengurangi limbah, menggunakan air secara hemat,

47 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
mengelolah sampah dengan benar, dll).
(6) Apakah ada momen atau pengalaman pribadi bapak/ibu yang
muncul selama perenungan ini yang menunjukkan betapa
pentingnya air sebagai penyelamat kehidupan? (biarkan para
peserta menceritakan pengalamannya! Maksimal 3 orang)

2. Penegasan Fasilitator
Fasilitator memberikan beberapa penegasan terkait aktivitas yang
telah dilakukan:
(1) Krisis air merupakan masalah gawat dewasa ini. Menurut Badan PBB
UNICEF pencemaran air minum dan buruknya sanitasi membuat
setiap hari lebih dari 1000 bayi di bawah usia lima tahun meninggal
dunia. Lebih 2 miliar orang atau seperempat penduduk bumi
mengalami kesulitan akses air bersih. Potensi konflik antar negara
berpotensi meningkat akibat kelangkaan air (dw.com, unicef: Dunia
Alami Krisis Air, diakses tanggal 22/01/2024)
(2) Dalam Ensiklik Laudato Si’ Paus Fransiskus menyatakan bahwa air
minum bersih menjadi fokus utama, karena diperlukan untuk
kehidupan manusia dan ekosistem di daratan dan perairan. Banyak
komunitas, terutama di negara-negara berkembang menghadapi
kesulitan dalam mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari (LS
27). Kualitas air menjadi masalah serius bagi orang miskin. Penyakit
yang terkait dengan air banyak menyebabkan kematian. Sumber air
bawah tanah terancam oleh polusi dari berbagai kegiatan manusia,
termasuk pertambangan, pertanian, dan industri. Lingkungan sungai-
sungai dan danau-danau, yang dahulu jernih, kini sering kali tercemar
oleh limbah industri, pertanian, dan domestic (bdk. LS 28).
Penebangan pohon yang tidak terkendali menyebabkan kerusakan
pada siklus air alam. Pohon yang seharusnya menyerap air melalui
akarnya dan mengeluarkannya melalui proses transpirasi, kini hilang
begitu saja. Tanah yang sebelumnya stabil dan mampu menyimpan air

48 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
terancam erosi akibat kehilangan penutup tanah yang disediakan oleh
pepohonan. Beberapa wilayah mengalami kekeringan yang parah
sebagai dampak perubahan iklim. Ensiklik Laudato Si melihat,
“pencemaran air terutama berdampak pada orang-orang miskin yang
tidak dapat membeli air minum kemasan, dan naiknya permukaan laut
terutama berakibat bagi orang-orang pesisir miskin yang tidak punya
tempat lain untuk pindah. Dampak ketidakseimbangan saat ini juga
tampak dari kematian dini banyak orang miskin, dari konflik-konflik
yang dipicu oleh kurangnya sumber daya, dan dari banyak masalah
lain yang tidak mendapat cukup perhatian dalam agenda global.” LS
48.
(3) Air menjadi cermin keindahan dan keajaiban kehidupan di sekitarnya.
Air tidak hanya mendukung kehidupan manusia. Dalam setiap butiran
air yang mengalir kita dapat menemukan kehidupan yang beragam,
mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang di darat, sungai, dan lautan.
Keanekaragaman hayati yang indah ini menciptakan keseimbangan
ekologis. Air mengajarkan kita tentang harmoni alam dan
keberlimpahan yang dianugerahkan Tuhan.
(4) Kita tak boleh diam, tetapi harus berperan aktif. Pelestarian air,
reboisasi, pengurangan limbah, penggunaan air yang hemat, dan
pengelolaan sampah yang benar adalah upaya konkret yang dapat kita
lakukan demi menyelamatkan bumi yang saat ini sedang menjerit
kesakitan. Ini bukan hanya tanggung jawab moral, tetapi juga
manifestasi nyata dari cinta kita kepada Tuhan yang menciptakan
segala sesuatu “baik adanya”, yang harmonis dan integral.

III. MENIMBA INSPIRASI DARI KITAB SUCI


1. Membaca Firman Tuhan: Yehezkiel 47:1-12 (Fasilitator bisa
meminta salah satu peserta untuk membacakan teks)
(47:1) Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu Bait Suci, dan
sungguh, ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci

49 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
itu dan mengalir menuju ke timur; sebab Bait Suci juga
menghadap ke timur; dan air itu mengalir dari bawah bagian
samping kanan dari Bait Suci itu, sebelah selatan mezbah.
(47:2) Lalu diiringnya aku ke luar melalui pintu gerbang utara dan
dibawanya aku berkeliling dari luar menuju pintu gerbang
luar yang menghadap ke timur, sungguh, air itu membual
dari sebelah selatan.
(47:3) Sedang orang itu pergi ke arah timur dan memegang tali
pengukur di tangannya, ia mengukur seribu hasta dan
menyuruh aku masuk dalam air itu, maka dalamnya sampai
di pergelangan kaki.
(47:4) Ia mengukur seribu hasta lagi dan menyuruh aku masuk
sekali lagi dalam air itu, sekarang sudah sampai di lutut;
kemudian ia mengukur seribu hasta lagi dan menyuruh aku
ketiga kalinya masuk ke dalam air itu, sekarang sudah
sampai di pinggang.
(47:5) Sekali lagi ia mengukur seribu hasta lagi, sekarang air itu
sudah menjadi sungai, di mana aku tidak dapat berjalan lagi,
sebab air itu sudah meninggi sehingga orang dapat berenang,
suatu sungai yang tidak dapat diseberangi lagi.
(47:6) Lalu ia berkata kepadaku: "Sudahkah engkau lihat, hai anak
manusia?" Kemudian ia membawa aku kembali menyusur
tepi sungai.
(47:7) Dalam perjalanan pulang, sungguh, sepanjang tepi sungai itu
ada amat banyak pohon, di sebelah sini dan di sebelah sana.
(47:8) Ia berkata kepadaku: "Sungai ini mengalir menuju wilayah
timur, dan menurun ke Araba-Yordan, dan bermuara di Laut
Asin, air yang mengandung banyak garam dan air itu
menjadi tawar,

50 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
(47:9) sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk
hidup yang berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan
menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air
laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu
mengalir, semuanya di sana hidup.
(47:10) Maka penangkap-penangkap ikan penuh sepanjang tepinya
mulai dari En-Gedi sampai En-Eglaim; daerah itu menjadi
penjemuran pukat dan di sungai itu ada berjenis-jenis ikan,
seperti ikan-ikan di laut besar, sangat banyak.
(47:11) Tetapi rawa-rawanya dan paya-payanya tidak menjadi tawar,
itu menjadi tempat mengambil garam.
(47:12) Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon
buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak
habis-habis; tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab
pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus itu.
Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat.

2. Pendalaman Firman:
Fasilitator mengajak peserta untuk mendalami teks Yehezkiel 47:1-
12 dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut:
(1) Menurut bapak/ibu, bagaimana Yehezkiel menggambarkan air
dalam teks tersebut? (Air digambarkan sebagai aliran yang
semakin dalam dan semakin besar dari dalam Bait Allah).
(2) Bagaimana air dalam teks ini memberikan kehidupan? (Air
dalam teks memberikan kehidupan dengan menyuburkan tanah
dan segala yang ada di sekitarnya).
(3) Mengapa air yang mengalir menjadi gambaran yang begitu kuat
dalam teks ini? (Air yang mengalir melambangkan berkat dan
kasih Tuhan yang terus mengalir kepada umat-Nya. Hal ini

51 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
mencerminkan kelimpahan dan kemurahan hati Tuhan yang tak
terhingga).
(4) Bagaimana bapak/ibu dapat menjadikan teks ini sebagai dasar
untuk bertanggung jawab dalam menjaga ketersediaan dan
kualitas air sebagai bentuk pelestarian bumi? (Teks ini
mengajarkan tentang kelimpahan air sebagai anugerah Tuhan.
Kita dapat bertanggung jawab menjaga air dan lingkungan
sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Sang Pencipta yang
memberikan karunia tersebut).

3. Penegasan Fasilitator:
Fasilitator memberikan beberapa penegasan terkait pendalaman
teks Kitab Suci:
(1) Dalam Yehezkiel 47:1-12, air yang mengalir melambangkan
berkat Tuhan yang tak terhingga. Ini mengajarkan kita untuk
melihat air bukan hanya sebagai sumber kehidupan materi,
tetapi juga sebagai anugerah rohaniah yang terus mengalir dari
kasih dan kemurahan Tuhan.
(2) Air merupakan simbol kehidupan, berkat, penyembuhan, dan
pemulihan yang berasal dari kekudusan Tuhan. Air ini
mengajarkan bahwa di dalam kehadiran Tuhan, ada harapan dan
kehidupan yang tak terbatas yang dapat mengalir ke dalam
setiap aspek kehidupan kita. Air anugerah-Nya yang melimpah,
menghidupkan setiap yang disentuhnya, bahkan pada tempat-
tempat yang paling gersang sekalipun.
(3) Teks ini mengingatkan kita akan cinta Tuhan yang mengalir
tanpa henti. Mencintai air juga dapat diartikan sebagai
mencintai ciptaan Tuhan dan menyadari bahwa kita sebagai

52 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
makhluk-Nya memiliki tanggung jawab untuk menjaga
keseimbangan ekosistem bumi.
(4) Dalam Laudato Si’ Paus Fransiskus menekankan pentingnya
“pembiasaan” hemat air dalam bingkai pendidikan ekologis yang
holistik-integral.” Pendidikan dalam tanggung jawab ekologis dapat
mendorong berbagai perilaku yang memiliki dampak langsung dan
signifikan untuk pelestarian lingkungan, seperti: menghindari
penggunaan plastik dan kertas, mengurangi penggunaan air,
memilah sampah, memasak secukupnya saja untuk dimakan,
memperlakukan makhluk hidup lain dengan baik, menggunakan
transportasi umum atau satu kendaraan bersama dengan beberapa
orang lain, menanam pohon, mematikan lampu yang tidak perlu” (LS
211). Ensiklik secara jelas menyatakan bahwa akses ke air minum
yang aman merupakan hak asasi manusia yang dasariah dan universal
(LS 30).
(5) Air merupakan ciptaan Allah yang dalam dirinya menghadirkan Allah
sumber, pemberi, dan pembawa hidup, serta penjaga dan perawat
kehidupan. Keberadaannya sangat vital untuk menopang kehidupan
manusia. Tanpa air manusia sangat menderita, bahkan bisa mati.

IV. MERENCANAKAN KEGIATAN KONKRET


Fasilitator mengarahkan peserta untuk merencanakan aksi konkret
(apa, kapan, di mana, siapa yang bertanggung jawab, dll). Aksi
konkret tersebut dapat dilakukan secara pribadi atau bersama, baik
dalam bentuk gerakan maupun program yang berkelanjutan di
tingkat keluarga atau KBG.

Selain mengumpulkan amplop APP sebagai wujud tobat dan


solidaritas, beberapa tawaran RTL yang bisa dilakukan
bersama berikut ini bisa dipilih:
1. Penggunaan air dengan hemat dan bertanggung jawab. Seperti,

53 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
menutup keran air saat tidak digunakan, memperbaiki
kebocoran pipa air, membersihkan saluran air, tidak memotong
pipa air.
2. Penanaman pohon di mata air atau sungai
3. Membersihkan mata air/sungai
4. Membangun sumur resapan dan bak penampung air hujan
5. Reboisasi dan penghijauan lahan kering dan gundul serta hutan
bakau di pantai.
6. Ibadat Ekologis di mata air/pinggir sungai/pantai

V. PENUTUP
1. Kata Penutup
Terima kasih atas kehadiran bapak/ibu dalam kegiatan katekese pada
pertemuan yang ketiga ini. Kita sudah melihat dan merefleksikan
bersama salah satu masalah ekologi yang serius saat ini, yakni
masalah air. Kita juga sudah menyepakati kegiatan … (sebutkan
kegiatan yang telah disepakati) sebagai wujud komitmen
keterlibatan dalam mengatasi masalah air. Kiranya kita sanggup
mewujudkan niat dan harapan kita untuk memulihkan keadaan ibu
bumi yang sakit akibat perilaku kita yang salah. Akhirnya, mari kita
menutup kegiatan katekese ini dengan doa.

2. Doa Penutup
Ya Tuhan Yang Maha Pencipta dan Pemelihara Alam Semesta,
Kami bersyukur kepada-Mu atas kehadiran-Mu selama katekese ini.
Terima kasih atas rahmat-Mu yang tak terhingga yang selalu
mengalir seperti sungai kasih-Mu yang tidak pernah berhenti. Hari
ini, kami bersatu dalam semangat cinta kepada-Mu dan cinta kepada
ciptaan-Mu yang indah. Engkau telah mengajar kami melalui

54 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
Firman-Mu tentang pentingnya mencintai air dan menyelamatkan
bumi yang telah Engkau anugerahkan kepada kami. Berikanlah
kepada kami kebijaksanaan dan kekuatan untuk menjaga sumber air-
Mu yang melimpah. Bimbinglah kami untuk menjadi pelindung
lingkungan-Mu, untuk tidak hanya menjadi penerima berkat, tetapi
juga menjadi penjaga keindahan ciptaan-Mu. Ya Tuhan, berkatilah
kelompok ini dan seluruh umat-Mu yang hadir di katekese ini.
Jadikanlah kami alat pengubah dalam memelihara lingkungan hidup-
Mu. Semoga kasih dan rahmat-Mu senantiasa menyertai setiap
langkah kami untuk mencintai air dan menyelamatkan bumi-Mu.
Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin.
(Setelah ini, daraskan doa Tahun Ekologi Integral 2024: lht. Lamp).

3. Lagu Penutup
Sabda-Mu bagai Air Segar
Sabda-Mu Bapa, bagai air segar
Sejuk dan damai saat kudengar
Mengalir tenang tiada henti
Sumber hidup dan kasih sejati
Reff: Dorong diriku ini
jadi saksi kasih Ilahi
Berbekal sabdaMu wartakan janji
Bekerja di ladangMu, jadi abdi abadi
Hari ini sampai akhir nanti
Sabda-Mu Bapa bagai air segar
Membasahi, menyuburkan bumi
Menggugah jiwa dan segarkan hati
Kobarkan nurani tuk bersaksi
Back to reff

55 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
PERTEMUAN IV
BERPALING DARI BERAS: MENGAPA TIDAK?
(POLA KONSUMSI)

TUJUAN:
1. Umat menyadari pola konsumsi yang keliru yang berdampak
negatif bagi lingkungan
2. Umat menyadari berbagai potensi pangan lokal yang dimilikinya
3. Umat termotivasi dan berkomitmen untuk terlibat dalam aksi dan
gerakan pola konsumsi ramah lingkungan

SUMBER:
1. Teks KS: Yoh. 6:1-13
2. Paus Fransiskus: Ensiklik Laudato Si dan S.A. Laudate Deum
3. Hasil Sidang Pastoral Postnatal 2024 Ekologi Integral.
4. Booklet Sidang Pastoral Postnatal 2024.

GAGASAN DASAR
1. Setiap manusia mempunyai kebiasaan atau pola hidup. Pola
hidup sering disebut sebagai ketetapan sikap pada sesuatu atau
sesuatu yang biasanya dilaksanakan seseorang (habit). Hal ini
dilakukannya terus menerus dalam hidupnya, dan sudah
menguasai dirinya. Pola hidup ini melekat dalam dirinya dan
berjalan otomatis dalam hidupnya. Karena itu, meskipun pola
hidup itu keliru, orang tetap menjalankannya. Untuk itu,
dibutuhkan waktu dan ketegasan sikap untuk mengubah pola
hidup yang keliru.
2. Salah satu pola hidup yang dimiliki manusia adalah pola
konsumsi. Hal ini mencakupi jensi bahan yang selalu
dikonsumsi, misalnya: nasi. Selain itu, pola konsumsi meliputi
56 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng
Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
juga jumlah yang dimakan: banyak/sedikit makanan. Pola
konsumsi juga menyangkut kebiasaan tertentu dalam makan
minum, misalnya: sisa makanan. Setiap orang sebaiknya
membiasakan diri dengan pola hidup sehat melalui konsumsi
makanan yang sehat dan bergizi dengan takaran yang pas.
3. Kenyataan memperlihatkan bahwa banyak orang yang memiliki
pola konsumsi yang tidak tepat (keliru) dan tidak sehat. Pertama,
umumnya masyarakat kita mengkonsumsi nasi (beras) sebagai
makanan utama. Konsumsi beras rata-rata orang Indonesia sudah
mencapai angka sangat tinggi: 110 kg/tahun. Hal ini
menimbulkan ketergantungan terhadap beras. Padahal
kandungan gula yang cukup tinggi pada beras kurang baik untuk
kesehatan manusia. Sementara itu selain beras, terdapat banyak
jenis pangan lokal lain dalam kehidupan kita. Misalnya: jagung,
umbi-umbian, sorgum, keladi, sagu, kentang, dll.
4. Kedua, pola konsumsi yang keliru tampak dalam makanan sisa.
Tragisnya, ternyata setiap rumah tangga menghasilkan “sampah
makanan” yang banyak. Data memperlihatkan bahwa salah satu
penyumbang terbesar sampah adalah sisa makanan. Tiap tahun
Indonesia membuang 13 juta ton sampah makanan atau setara
dengan 27 trilyun rupiah yang bisa memberi makan 28 juta
orang. Sampah makanan orang Indonesia mencapai 330 trilyun
setahun. Setiap orang Indonesia membuang makanan setara Rp
2,1 juta pertahun. Sampah makanan mencapai 40% total sampah.
(RD. Ferry Sutrisna, Booklet, hal. 54). Sampah makanan ini
tentu memperburuk situasi kemiskinan Indonesia. Sebaliknya,
bila pola konsumsi terkait hal ini dirubah, akan sangat membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5. Pola konsumsi salah yang menyebabkan sampah makanan ini

57 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
ternyata juga berdampak lebih jauh, yakni dalam pemanasan
global yang mengakibatkan krisis iklim (climate change).
Orang biasanya menuding pemanasan global diakibatkan oleh
penggunaan energi fosil, sistem transportasi, industri dan
konstruksi, penggunaan pemanas dan pendingin ruangan.
Ternyata setengah dari pemanasan global (44-57%) akibat gas
rumah kaca diakibatkan oleh sistem pengelolaan makanan
yang keliru (The Lancet 2019). Penyebab krisis bumi, krisis
kesehatan dan krisis kelaparan adalah sistem pangan yang tidak
sehat dan tidak adil. Hal ini dimulai dari pertanian dan
peternakan kimia sintetis, system pengemasan makanan, sistem
penyimpanan dan pengawetan makanan, system transportasi
makanan termasuk deforestasi hutan untuk pertanian dan
pengolahan lahan yang tidak berkelanjutan (RD. Ferry S,
booklet, hal. 51).
6. Kitab Suci memberikan inspirasi yang sangat berguna untuk
memperbarui pola konsumsi kita. Dalam teks inji Yohanes 6:1-
13, Yesus memberi makan lima ribu orang dari 5 roti dan dua
ikan. Pertama, Yesus menggunakan di sini bahan makanan lokal
yang ada pada saat itu di Israel dan berfariasi (roti dan ikan). Hal
ini mendorong kita juga untuk memanfaatkan potensi pangan
lokal kita. Janganlah kita hanya makan nasi, tetapi juga
mengkonsumsi pangan lokal lain yang sehat seperti umbi-
umbian, sorgum, jagung, dll. Kedua, hasil dari pergandaan roti
tidak dibuang, tetapi disuruh oleh Yesus untuk dikumpulkan.
Ternyata hasilnya 12 bakul. Di sini Yesus mengajak kita untuk
tidak membuang makanan sisa. Kita didorong untuk mengolah
makanan dengan perhitungan yang tepat dan hemat. Hemat ini
tidak hanya berarti sehat tetapi juga sejahtera. Melalui

58 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
penghematan makanan, kita dapat meningkatkan kesejahteraan
hidup keluarga kita. Ketiga, mujijat perbanyakan roti terjadi
ketika para murid melaksanakan perintah Yesus untuk berbagi.
Roti yang sedikit menjadi cukup untuk banyak orang, ketika
dibagi-bagi. Hal ini kiranya menginspirasi dan mendorong kita
untuk tidak hidup egois, tetapi memperhatikan sesama saudara
yang miskin dan berkekurangan. Paus Fransiskus menegaskan
bahwa orang miskinlah yang menjadi korban utama kerusakan
ekologi. Karena itu, pembaruan gaya hidup ramah lingkungan
berjalan searah dengan keprihatinan dan solidaritas dengan orang
miskin dan rentan.
7. Pola konsumsi yang sehat dan tepat bertujuan pula untuk
generasi yang akan datang. Kita bertanggung jawab untuk
menjamin kehidupan anak-cucu kita di masa depan. Terkait hal
ini, Paus Fransiskus berkata, Pertama, LS 159: Jika bumi
dianugerahkan kepada kita, kita tidak dapat lagi berpikir hanya
menurut pribadi. Kita tidak berbicara tentang sikap opsional,
tetapi tentang soal keadilan mendasar, karena bumi yang kita
terima adalah juga milik mereka yang akan datang. Kedua, LS
160: Dunia macam apa yang igin kita tinggalkan untuk mereka
yang akan datang sesudah kita, anak-anak yang kini sedang
bertumbuh kembang?

59 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KATEKESE
Catatan: Katekese harus berjalan dalam suasana santai dan rileks.
Pendamping diharapkan peka dengan situasi yang ada, agar
suasananya hidup.

I. PEMBUKA.
1. Pengantar
Bapa/ibu/saudara/i yang dikasihi Tuhan. Selamat bertemu kembali
dalam kegiatan katekese KBG untuk memaknai Tahun Pastoral
Ekologi Integral Keuskupan kita. Minggu lalu kita telah mendalami
tema “Air”. Pada kesempatan ini, kita masuk dalam subtema
keempat dalam rangkaian katekese APP 2024. Subtema yang hendak
kita dalami bersama kali ini adalah Pola Konsumsi. Pola konsumsi
kita dengan mental dan perilaku “membuang” mengakibatkan
kerusakan lingkungan hidup. Begitu pula pola makanan yang hanya
bersumber dari nasi, mengakibatkan pelbagai masalah dalam
kehidupan dan kesehatan kita. Dalam katekese ini kita semua diajak
untuk membiasakan diri dengan pola hidup sehat melalui konsumsi
makanan yang hemat, sehat dan bergizi. Kita membuka pertemuan
ini dengan menyanyikan sebuah lagu.

2. Lagu Pembuka: Laudato Si O Mi Signore (lihat lampiran)


3. Tanda Salib
4. Doa Pembuka
Marilah kita berdoa.
Allah Bapa yang mahabaik, syukur pujian kami haturkan
kepada-Mu. Dalam pertemuan ini kami ingin merenungkan sabda-
Mu yang menuntun kami ke arah yang kehidupan yang lebih baik.
Utuslah Roh Kudus-Mu agar menyertai kami dalam pertemuan ini
sehingga membuahkan hasil yang bermanfaat bagi kelanjutan hidup
60 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng
Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
kami yang telah Engkau ciptakan sesuai gambar diri-Mu sendiri.
Demi Kristus pengantara kami. Amin.

II. MELIHAT DAN MENDALAMI SITUASI HIDUP


KONKRET
1. Metode Sensitifitas
a. Fasilitator menyiapkan Beras dalam 2 wadah (mangkok)
b. Masing-masing peserta diajak untuk mengambil sejumput Beras
dan merasakan dalam genggamannya dan menuangkan kembali
kedalam mangkok (±1 Menit diiringi lagu meditatif).

2. Pendalaman
Fasilitator mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut. Pertanyaan
lain juga bisa disampaikan sesuai dengan situasi dan kondisi
peserta katekese.
(1) Apa yang bapak/ibu rasakan saat menyentuh beras tadi?
(Misalnya: takjub, kagum, bersyukur, dll).
(2) Beras ini adalah hasil jerih payah manusia dan pemberian alam.
Tolong (1 orang peserta) ceritakan setiap prosesnya dari
menyiapkan lahan, pembibitan, penanaman, perawatan sampai
panen.
(3) Bagaimana proses beras ini diolah menjadi makanan untuk kita,
dari menanak nasi dan menyajikan makanan? (1 Orang peserta
bercerita yang mau disoroti adalah jangan hanya makan nasi dan
buang-buang sisa makanan).
(4) Apakah selain nasi adakah sumber makanan-makanan lain yang
ada disekitar kita?
(5) Bagaimana perasaan peserta bila nasi yang menjadi sumber
hidup dan bagian dari diri kita dibuang sebagai sisa makanan?

61 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
3. Rangkuman Pendamping
(1) Nasi yang kita cicipi adalah hadiah dari Allah yang perlu kita
sadari dan disyukuri secara terus menerus. Makanan nasi adalah
hasil dari kerjasama dan keterkaitan antara berbagai unsur alam
(tanah, air, matahari, benih, pupuk, dll) dan hubungan antara
alam dan manusia (manusia mengolah, merawat, dan
membersihkannya, sebaliknya alam memberi hasil untuk
manusia) jadi ada kesatuan harmonis antara unsur alam dan
manusia.
(2) Selain beras/nasi ada banyak sumber makanan pengganti yang
berasal dari alam di sekitar kita (jagung, sorgum, umbi-umbian,
dll). Kita perlu memanfaatkan berbagai sumber makanan lokal
ini, hal ini penting untuk kesehatan maupun ekonomi rumah
tangga.
(3) Masalah terbesar sampah di dunia kita adalah sisa makanan.
Data memperlihatkan bahwa salah satu penyumbang terbesar
sampah adalah sisa makanan. Tiap tahun Indonesia membuang
13 juta ton sampah makanan atau setara dengan 27 trilyun
rupiah yang bisa memberi makan 28 juta orang. Sampah
makanan orang Indonesia mencapai 330 trilyun setahun. Setiap
orang Indonesia membuang makanan setara Rp 2,1 juta
pertahun. Sampah makanan mencapai 40% total sampah.
Sampah makanan ini tentu memperburuk situasi kemiskinan,
dalam hal ini kita perlu merubah pola konsumsi kita agar hidup
kita sejahterah. Bahkan sampah makanan ini menyebabkan pula
pemanasan global yang mengakibatkan krisis iklim.

62 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
III. MENIMBA INSPIRASI DARI KITAB SUCI
1. Membaca Firman Tuhan: Injil Yohanes 6:1-13
Teks Kitab Suci dibacakan oleh seorang peserta. Teks ini kemudian
dibacakan sekali lagi oleh seluruh peserta atau bisa juga dibaca
secara bergantian. Setelah itu, pendamping mengajak semua peserta
untuk hening dan mendalami maknanya. Selanjutnya, fasilitator
mengajak peserta untuk menjawabi pertanyaan-pertanyaan
penuntun berikut.

Yesus memberi makan lima ribu orang


Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu
danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia,
karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang
diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Dan Yesus naik ke atas
gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Dan Paskah,
hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang
sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-
bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di
manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?"
Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu,
apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti
seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini,
sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Seorang
dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata
kepada-Nya: "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti
jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak
ini? " Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di
tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira
lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu,
mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang

63 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu,
sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia
berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-
potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Maka
merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh
dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah
orang makan.

2. Mendalami Kitab Suci.


(1) Mengapa sumber makanan yang dipakai adalah ikan dan roti?
(Berasal dari sumber alam yang ada di Israel pada waktu itu)
(2) Apa yang dibuat oleh para murid dengan sisa makanan?
(Dikumpulkan dan digunakan kembali)
(3) Mengapa sedikit makanan yang tersedia dapat mencukupi
banyak orang? (Karena berbagi, mujisat Yesus terletak dalam
hati yang mau berbagi dengan orang yang kekurangan)

3. Rangkuman Pendamping
(1) Seperti Yesus, kita perlu memanfaatkan kembali berbagai
sumber makanan yang ada disekitar kita bukan hanya nasi. Ada
banyak sumber makanan local seperti jagung, sorgum, umbi-
umbian, keladi. Semuanya dapat menjadi alternatif selain nasi.
(2) Yesus mengajak kita untuk tidak membuang sisa makanan,
tetapi mengolahnya dan menggunakannya kembali. Mujijat
dalam kehidupan sehari-hari terjadi, Ketika kita memiliki hati
yang berbagi dengan orang lain. Tentu kita juga pertama-tama
harus berusaha agar makanan digunakan dengan hemat (tanpa
sisa). Paus Fransiskus mengkritik “mental membuang” dalam
kehidupan kita sehari-hari. Maka perlu pertobatan diri dari kita

64 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
semua untuk hidup hemat dan tidak membuang sisa makanan.
(3) Masalah ekologi yang besar menimpa orang miskin dan
terlantar. Karena itu, gerakan ekologis harus menjadi gerakan
berbagi dengan orang miskin dan berkekurangan. Paus
Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si mengingatkan bahwa
orang miskin adalah korban utama kerusakan lingkungan hidup.
Karena itu pembaruan gaya hidup ramah lingkungan harus
disertai dengan Tindakan dan aksi nyata untuk menolong orang
miskin dan terlantar di sekitar kita.

IV. MERENCANAKAN KEGIATAN KONKRET


Pendamping mengarahkan peserta untuk menentukan aksi konkret
yang sesuai konteks KBG dan selaras dengan program Pastoral
Ekologi Integral.

Selain mengumpulkan amplop APP sebagai wujud tobat dan


solidaritas, pilihlah salah satu tawaran berikut:
1. Makan tanpa menyisakan sisa nasi atau makanan di piring.
2. Tidak membuang sisa makanan. Bila ada sisa, dikumpulkan
untuk dijadikan pakan ternak dan pupuk organik.
3. Terlibat dalam gerakan makan pangan local setiap hari senin.
4. Memanfaatkan lahan pekarangan (keluarga/KBG) dengan
menanam umbi-umbian, jagung, sorgum, kentang, dll.

V. PENUTUP
1. Doa Syukur dan Permohonan (Beberapa peserta diminta
untuk mengungkapkan doa spontan).

65 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
2. Doa Penutup
Marilah kita berdoa.
Ya Bapa, kami kembali bersyukur kepada-Mu, atas anugerah-Mu
yang senantiasa kami terima dan rasakan setiap hari dalam keluarga
kami masing-masing. Kami baru saja mendalami dan merenungkan
sabda-Mu tentang pola konsumsi yang sehat dengan memanfaakan
pangan lokal yang ada di sekitar kami. Kami mohon, semoga daya
sabda-Mu itu semakin mencerahi hati dan pikiran kami agar kami
mampu melaksanakan pola hidup sehat dalam keluarga kami
masing-masing. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

3. Lagu Penutup: MB. 298

66 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
Lampiran 1:

IBADAT TAHUN EKOLOGI INTEGRAL UNTUK OMK -


DEWASA

1. Lagu pembuka: Tuhan sumber gembiraku (MB 477)


Reff:
Semua bunga ikut bernyanyi
Gembira hatiku
Segala rumput pun riang ria
Tuhan sumber gembiraku

Solo:
Semua jalan di dunia
Menuntunmu ke surga
Desiran angin nan mesra
Mengayunmu ke surga.

Semua lorong di bumi


Haruskah kau jalani
Bersama dengan sesama
Menuju pada Bapa.

2. Tanda Salib.
3. Kata pengantar
Umat beriman yang terkasih. Selama ini, dalam empat pertemuan
sebelumnya, kita sudah merenungkan tema: Pastoral Ekologi
Integral dengan moto: Harmonis, Pedagogis, dan Sejahtera

67 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
(HPS). Gereja Keuskupan Ruteng mengajak kita sekalian untuk
berjalan bersama dalam menjaga dan merawat alam dan keutuhan
ciptaan. Mari kita hening sejenak dan mohon ampun dari Tuhan
untuk segala dosa kita, terutama dosa kita terhadap alam.

4. Pernyataan Tobat: Saya Mengaku atau Doa Tobat.


5. Doa Pembuka.
Marilah berdoa,
Allah yang Mahabaik, Engkau menciptakan manusia, tumbuhan,
dan hewan. Dengan penciptaan itu, Engkau menghadirkan
keindahan tiada taranya di bumi ini. Kami sadar bahwa kami
hidup bersama dengan makhluk ciptaan-Mu lainnya. Bantulah
kami agar kami mengenal Engkau dalam sesama dan alam
ciptaan-Mu. Perbaruilah iman kami agar kami bertobat dan
memperbaiki tingkah laku kami yang merusak alam ciptaan-Mu.
Buatlah kami sadar kalau alam dan bumi ini adalah rumah-
bersama dan warisan berharga yang kami wariskan kepada
generasi berikutnya. Dengan pengantaraan Tuhan kami Yesus
Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan berkuasa bersama Dikau
dalam persekutuan dengan Roh Kudus, Allah sepanjang segala
masa.
U : Amin.

6. Bacaan: Mazmur 148.


148:1 Haleluya! Pujilah TUHAN di sorga, pujilah Dia di tempat
tinggi! 148:2 Pujilah Dia, hai segala malaikat-Nya, pujilah Dia,
hai segala tentara-Nya! 148:3 Pujilah Dia, hai matahari dan bulan,
pujilah Dia, hai segala bintang terang! 148:4 Pujilah Dia, hai
langit yang mengatasi segala langit, hai air yang di atas langit!

68 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
148:5 Baiklah semuanya memuji nama TUHAN, sebab Dia
memberi perintah, maka semuanya tercipta. 148:6 Dia mendirikan
semuanya untuk seterusnya dan selamanya, dan memberi
ketetapan yang tidak dapat dilanggar. 148:7 Pujilah TUHAN di
bumi, hai ular-ular naga dan segenap samudera raya; 148:8 hai api
dan hujan es, salju dan kabut, angin badai yang melakukan
firman-Nya; 148:9 hai gunung-gunung dan segala bukit, pohon
buah-buahan dan segala pohon aras: 148:10 hai binatang-
binatang liar dan segala hewan, binatang melata dan burung-
burung yang bersayap; 148:11 hai raja-raja di bumi dan segala
bangsa, pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia; 148:12
hai teruna dan anak-anak dara, orang tua dan orang muda! 148:13
Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya
saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan
langit. 148:14 Ia telah meninggikan tanduk umat-Nya, menjadi
puji-pujian bagi semua orang yang dikasihi-Nya, bagi orang
Israel, umat yang dekat pada-Nya. Haleluya!
7. Renungan (lihat lampiran 2).
8. Hening atau sharing singkat.
9. Lagu: Firman-Mu, P’lita Bagi Kakiku
Reff:
Firman-Mu, p’lita bagi kakiku
Terang bagi jalanku.
Firman-Mu, p’lita bagi kakiku
Terang bagi jalanku.

Solo:
Waktu ku bimbang
Dan hilang jalanku

69 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
Tetaplah Kau di sisiku.
Dan takkan kutakut.
Asal Kau di dekatku
Besertaku, selamanya.
Kembali ke Reff.

10. Kolekte (kolekte ini diperuntukkan bagi karya ekologi


integral di KBG atau paroki).
11. Doa Penutup.
Marilah berdoa,
Allah Bapa yang Maharahim, Engkau telah menyegarkan kami
dengan Sabda-Mu. Baruilah hidup kami, agar dengan penuh
sukacita, kami mewartakan kasih-Mu di tengah keluarga, di
sekolah, dan di tengah masyarakat. Bantulah kami agar kami
menjadi pribadi yang penuh tanggung jawab dan penuh semangat
merawat bumi dan segenap ciptaan-Mu. Tuntunlah kami agar
kami bergandengan tangan untuk mewujudkan ekologi integral di
tanah Congka Sae ini. Bunda Maria, Bunda Kebijaksanaan,
doakanlah kami, agar tidak patah semangat untuk menjaga dan
merawat keutuhan ciptaan. Sehingga, dengan kerja dan karya itu,
kami pun bisa memuji dan memuliakan nama-Mu. Dengan
pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U : Amin.

12. Doa Tahun Ekologi Integral.


13. Bapa Kami.

70 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
14. Lagu: Betapa Kita Tidak Bersyukur (MB 489) atau Lagu
Laudato Si’.
Solo:
Betapa kita tidak bersyukur
Bertanah air kaya dan subur
Lautnya luas gunungnya megah
Menghijau padang, bukit dan _embah (Reff)

Alangkah indah pagi merekah


Bermandi cahya surya dan cerah
Di tingkah kicau burung tak henti.
Bunga pun bangkit harum berseri.

Reff:
Itu semua berkat karunia
Allah yang agung mahakuasa
Itu semua berkat karunia
Allah yang agung, mahakuasa.

15. Tanda Salib.

71 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
Lampiran 2:

INSPIRASI RENUNGAN/KHOTBAH

Kata ‘pujilah’ diterjemahkan dari kata Ibrani, halelu-yah. Kata


‘haleluyah’ muncul sebanyak lebih dari 23 kali dalam Kitab Mazmur
(Mazmur 104:35; 105:45; 106:1, 48; 112:1; 113:1, 9; 115:18;
116:19; 117:2; 135:1, 3, 21; 146:1, 10; 147:1, 20; 148:1, 14; 149:1,
9; 150:1, 6). Sementara, dalam Mazmur 148, kata ‘pujilah’, ‘pujian’,
‘memuji’ disebut 13 kali. Tidak diragukan lagi, ini menjadi tema
mazmur ini. Pujian itu berasal dari seluruh ciptaan dan pemazmur
menyebutnya dengan lengkap: malaikat, matahari, bulan, bintang,
langit, air, bumi, hujan, es, salju, kabut, angin badai, ular-ular naga,
samudera raya, gunung-gunung, bukit, pohon buah-buahan, pohon
aras, binatang liar, segala hewan, binatang melata, burung-burung,
raja-raja, pemerintah dunia, orang tua, orang muda, anak-anak.
Mazmur yang penuh sukacita ini mengajak seluruh ciptaan baik
yang di langit maupun di bumi, baik manusia maupun hewan, baik
cuaca maupun tumbuhan, baik yang berkuasa maupun orang tua,
orang muda, dan anak-anak untuk memuji Dia.
Mengapa seluruh ciptaan memuji Allah? Pertama, Allah
Tritunggal Mahakudus adalah sumber segala ciptaan sebab segala
sesuatu yang ada diciptakan oleh Allah Trinitaris. Seperti yang
ditandaskan oleh Paus Fransiskus dalam Laudato Si’: “Bapa adalah
sumber utama segala sesuatu, dasar yang mengasihi dan menyapa
semua yang ada. Anak, cerminan Bapa, yang melalui-Nya segala
sesuatu diciptakan, telah menyatukan diri-Nya dengan bumi ini
ketika dibentuk dalam rahim Maria. Roh, ikatan kasih yang tak

72 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
terbatas, hadir dalam pusat alam semesta dengan menghidupkannya,
dan membangkitkan jalan-jalan baru” (LS 238). Penciptaan oleh
Tuhan berarti segala sesuatu yang ada mempunyai tujuan, alasan
keberadaannya. Tuhan menempatkan seluruh ciptaan pada
tempatnya. Matahari, bulan, bintang, malaikat, dan seluruh ciptaan
di angkasa tidak bebas bergerak sendiri atau membuat rencana yang
berbeda-beda tergantung pada apa yang mereka rasakan atau
pikirkan. Mereka “ditetapkan” (Mzm 148:4). Allah menunjuk
mereka dan memerintahkan mereka untuk melakukan apa yang Dia
‘kehendaki’. Dia memberikan perintah-Nya kepada setiap bagian
ciptaan-Nya dan perintah tersebut “tidak akan berlalu” atau berubah
(Yesaya 46:10). Allah itu tidak mengintervensi dari luar ciptaan,
tetapi Dia memberikan daya dari dalam ciptaan yang menggerakan
seluruh proses perkembangan ciptaan (creation continua). Allah
adalah daya internal dari proses evolusi kehidupan (LS 80).
Kedua, mazmur ini adalah mazmur yang profetik yang
menghubungkan penebusan seluruh ciptaan dalam diri Kristus.
Seluruh ciptaan ‘dikutuk’ dengan kejatuhan manusia di Taman Eden
(Kejadian 3:15-24), saatnya akan tiba ketika “makhluk itu sendiri
juga akan dilepaskan dari belenggu kerusakan ke dalam kebebasan
yang mulia sebagai anak-anak Allah.” (Roma 8:21). Kristus
memperdamaikan segala sesuatu dalam diri-Nya. Kristus menjadi
“daging”, artinya Dia bersatu dengan kejasmanian alam ciptaan dan
menguduskannya (Yoh. 1:14). Karena karya penebusan itu, seluruh
ciptaan pun memuji Allah. Semuanya diundang untuk memuji
Tuhan: Terpujilah, Engkau; Laudato Si’.
Tuhan menciptakan manusia, cakrawala, bumi, dan segala
isinya itu dengan ‘baik adanya’(Kej. 1:1-2:4). Tuhan juga ciptakan
semua ini dalam satu ikatan yang tak kelihatan. Ikatan ini

73 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
membentuk kita menjadi satu ‘keluarga besar’ dan menjadi satu
‘persekutuan kudus’ (bdk. LS 89). Itu berarti, kita hanya salah satu
dari ‘keluarga besar’ ini. Karena itu, dalam bahasa Santo Fransiskus
Asisi, sebagai satu keluarga, kita hadir sebagai ‘saudara dan saudari’
bagi yang lain, termasuk dengan alam. Untuk bisa hidup aman,
manusia harus punya hubungan yang baik (harmonis) dengan
‘saudara/i yang lain’, seperti: dengan ‘saudara pohon’, dengan
‘saudara burung-burung di udara’, dengan ‘saudari air’, dengan
‘saudara cacing’ yang ada di tanah, saudari hutan’, saudari kupu-
kupu, saudara lebah, dan seterusnya. Kita semua tahu: saudara
pohon memproduksi oksigen yang kita hirup setiap detik, saudara
lebah (wani, ruang) dan saudari kupu-kupu membantu proses
penyerbukan tanaman-tanaman yang kemudian menghasilkan buah,
saudara cacing di tanah menggemburkan tanah, sehingga tanah bisa
‘bernafas’ dengan baik dan memberikan kesuburan pada tanah.
Kalau kita benar-benar sadar, manusia sangat bergantung dengan
hewan dan tumbuhan lain.
Persaudaraan antar keluarga dalam keluarga besar-universum
ini terganggu karena tingkah laku manusia yang egois: merusakkan
alam ciptaan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia itu
begitu rakus sehingga semua potensi alam ia keruk supaya manusia
bisa mendapatkan untung yang sebesar-besarnya. Alam ciptaan
dirusakkan untuk memenuhi kehausan-konsumsi manusia: burung-
burung dan hewan liar diburu dan ditembak, tanah-tanah dirusakkan
dengan pupuk-pupuk kimia sintetik, sampah-sampah dibuang
sembarangan yang kemudian mengganggu ekosistem tanah, air, air
laut, dan lingkungan. Dampak nyata yang kita rasakan saat ini:
pemanasan global yang membawa ketidakteraturan pada alam:

74 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
kekeringan, krisis energi, krisis air, banjir, longsor, gelombang
panas, dan angin topan.
Untuk semuanya ini, kita perlu bertobat. Kita bertobat untuk
menyelamatkan bumi ini, menyelamatkan keanekaragaman hayati,
dan makhluk hidup lainnya. Kita hidup dalam ketergantungan satu
sama lain untuk saling melengkapi dan pelayanan timbal-balik
(KGK 340). Manusia adalah salah satu dari ciptaan, bukan satu-
satunya. Kita adalah bagian dari jaringan ciptaan yang harus
menghormati hukum alam dan keseimbangan yang halus yang ada di
antara makhluk-makhluk di dunia ini. Kita menghormati alam dan
keseimbangan itu sebagai bentuk tanggung jawab atas akal budi
yang dianugerahkan kepada kita. Marilah kita bertobat dan
membarui gaya hidup. Kita mulai dari diri kita sendiri, dari apa yang
bisa kita buat: hemat air, hemat energi, tanam dan rawat pohon,
terlibat dalam gerakan bebas sampah plastik, menggunakan pupuk-
pupuk organik, membiasakan diri dengan pangan lokal yang organik
(sebagai ganti beras), tidak memburu dan membunuh hewan satwa
liar dan burung-burung di udara. Merawat alam ciptaan sama dengan
merawat keberlanjutan hidup kita. Karena itu, kita bertobat supaya
kehidupan kita dan miliaran generasi manusia di masa yang akan
datang dapat hidup nyaman, aman dan tidak menanggung kerusakan
bumi karena kerakusan dan kebrutalan kita terhadap alam ciptaan.
Ibu bumi sedang sakit. Ibu bumi sedang ‘tidak baik-baik saja. Mari
kita rawat rumah bersama ini. Mari kita mulai. Kalau bukan kita,
siapa lagi.... Kalau bukan sekarang, kapan lagi....

75 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
Lampiran 3:

DOA TAHUN EKOLOGI INTEGRAL 2024

Terpujilah Engkau, Allah Bapa segala makhluk!


Dengan jari-jari-Mu yang lembut, Engkau membentuk alam semesta
yang indah.
Dalam pelukan kasih-Mu, Engkau merawat semesta alam.
Terpujilah Engkau, Yesus Kristus, Gambar Utama segala ciptaan!
Melalui-Mu segala sesuatu diciptakan, hidup dan bernilai.
Melalui bunda Maria, Engkau lahir ke dalam rahim alam dan
menyucikannya.
Terpujilah Engkau, Allah Roh Kudus, Roh Pemberi Kehidupan!
Yang membuat baru seluruh muka bumi,
dan menganugerahkan kami “langit dan bumi yang baru”.

Ya Allah Tritunggal, Persekutuan Kasih Ilahi,


Bimbinglah kami, Umat Allah Keuskupan Ruteng dalam tahun
Ekologi Integral 2024
agar merasakan belaian cinta-Mu dalam harmoni segala makhluk;
agar dapat merawat lingkungan demi kesejahteraan semua orang,
dan demi keutuhan ciptaan;
agar mengalami pencerahan dan pertobatan hidup yang ramah
lingkungan.
Tuntunlah kami menjadi saudara dan saudari dari segala makhluk
menuju persaudaraan dan persekutuan jagat raya,
dalam rangkulan kasih sayang-Mu,
kini dan sepanjang segala masa. Amin.

76 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
NGAJI NTAUNG OSANG MOSÉ ONGKO TAUNG 2024

Naring ga Ité, Mori Keraéng Ema de sanggén apa ata mosé!


Le rempa limé Dité situt hemél, Ité dédék awang agu lino ata naun.
Oné nggao momang Dité, Ité tinu awang agu tana lino
Naring ga Ité, Yesus Kristus, Tanda Lancung de sanggén ata poli
dédék!
Le létang Dité sanggén ca’o-ca dédéks, mosés, agu mangas ici
wakéd.
Le létang de Endé Maria, Ité loas oné tuka wing de lino agu pandé
nggeluky
Naring ga Ité, Mori Keraéng Nai Nggeluk, Nai Ata Téing Mosé!
Ata pandé weru sanggén ranga de tana lino,
Agu widang ami “awang agu tana lino weru”

Yo Mori Keraéng Telu-léléng-ca, Neki-cad Momang Nggeluk,


Titong koé ami, ro’éng serani Keuskupan Ruteng oné ntaung Osang
Mosé Ongko Taung
sua-sebu-sua mpulu pat (2024)
Kudut ami noing lémbu momang Dité oné loléng taud sanggéd
dédék ata mosé;
Kudut ngancéng tinu pandé bombongn osang mosé latang te di’a de
sanggéd ata;
agu latang te ongko agu ra’um taung sanggéd ata poli dédékd;
kudut manté néra agu teser oné mosé ata lembés agu rinduk kamping
osang ka’éng
Titong koé ami te ciri asé-ka’é de sanggén ca’o-ca ata mosé
nggéré oné mosé asé-ka’é agu neki-can awang agu tana lino,
oné nggao momang Dité,
te ho’on agu tédéng lén. Amén

77 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
Lampiran 4:

LAGU LAUDATO SI

78 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
79 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng
Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
LAGU LAUDATO SI O MI SIGNORE
VERSI ANAK

80 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
Lampiran 5:

AKSI PUASA PEMBANGUNAN

1. ARTI DAN MAKNA APP


Aksi Puasa Pembangunan (APP) merupakan salah satu bukti lahiriah
pertobatan umat Katolik yang dilakukan pada masa Prapaskah.
a. AKSI: Merupakan gerakan pembaharuan hidup (sikap dan
perilaku) yang dilaksanakan oleh seluruh umat.
b. PUASA:Menyangkut perbuatan askese/matiraga, merendahkan
diri atau pantang selama masa Prapaskah.
c. PEMBANGUNAN: Diharapkan membahawa pembaharuan
(perbaikan) kehidupan dan keadaaan (spiritual-material) umat,
masyarakat dan alam lingkungan sekitar.

2. PRINSIP BER-APP
a. BELARASA/EMPATI: Membuka hati terhadap kondisi sekitar
b. KETERLIBATAN: Membuka diri untuk terlibat dalam banyak
aksi
c. BERBAGI: Memberi dari kekurangan bagi sesama
d. SUBSIDIARITAS: Memberikan dukungan dalam gerakan
persaudaraan.

3. NILAI APP
a. IMAN: Ungkapan iman yang hidup
b. CINTA KASIH: Perwujudan cinta terhadap sesama
c. PENGORBANAN: Mengambil bagian dalam penderitaan
sesama
81 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng
Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
d. KETULUSAN: Keikhlasan dalam memberi
e. KEJUJURAN: Kebenaran dalam mengelola

4. TUJUAN BER-APP
a. PERTOBATAN HATI yang paling dalam dari setiap orang
dalam kebersamaan sebagai persekutuan umat Allah.
b. AKSI SOLIDARITAS untuk membantu meringankan
penderitaan sesama.
c. PEMBANGUNAN KERAJAAN ALLAH dengan melakukan
perubahan sosial

82 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng


Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
Ungkapan-ungkapan Ekologis bermakna:

1. Allah telah menulis sebuah buku yang indah “yang huruf-


hurufnya adalah banyaknya makhluk yang ada di alam semesta”
(LS 85). Dalam keanekaragaman, keunikan, dan keharmonisan
makhluk ciptaan terpancar keindahan dan keagungan Sang
Khalik.
2. Persaudaraan semua mahkluk jagat raya bersumber dari
Persekutuan Ilahi Allah tritunggal: “Bapa adalah sumber utama
segala sesuatu, dasar yang mengasihi dan menyapa semua yang
ada. Anak, cerminan Bapa, yang melalui-Nya segala sesuatu
diciptakan, telah menyatukan diri-Nya dengan bumi ini ketika
dibentuk dalam rahim Maria. Roh, ikatan kasih yang tak terbatas,
hadir dalam pusat alam semesta dengan menghidupkannya, dan
membangkitkan jalan-jalan baru” (LS 238). (Paus Fransiskus).
3. Melalui inkarnasi sang Putera, sesungguhnya Allah tidak hanya
bersatu dengan manusia, tetapi juga bersatu dengan alam. Dia
menjadi “daging”, artinya Dia bersatu dengan kejasmanian alam
ciptaan dan menguduskannya (Yoh. 1:14).
4. Bukan hanya manusia yang memuji Allah tetapi juga “biarlah
langit bersukacita dan bumi bersorak sorai” (Mzm. 96:11). Secara
istimewa dalam ekaristi, bersatu dengan Anak yang menjelma,
“seluruh kosmos mengucap syukur kepada Allah” (LS 236).
5. Dalam pedagogi ekologis alam sendirilah yang turut menjadi
pewarta: Langit mewartakan kemuliaan Tuhan dan cakrawala
memberitakan pekerjaan tangan-Nya (Mzm. 19:2).
6. Kontemplasi ekologis adalah suatu keselarasan yang jernih
dengan dunia ciptaan dan berjumpa dengan Sang Khalik dalam
keagungan dan keindahan ciptaan-Nya (LS 225).
7. Ciptaan menjadi baik bukan karena dia berguna. Dia sudah baik,
karena dia berada. Di sini “adanya” memiliki prioritas di atas
“manfaatnya”. Prinsip ini menegaskan martabat luhur setiap
makhluk ciptaan dan mendorong manusia untuk bertanggung
jawab merawat keunikannya.
83 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng
Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”
84 | Buku Materi Katekese APP Keuskupan Ruteng
Kategori Dewasa Tahun Pastoral Ekologi Integral “Harmonis, Pedagogis, Sejahtera (HPS)”

You might also like