You are on page 1of 23

laporan ekologi tumbuhan analisis vegetasi

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Ekologi Tumbuhan dengan Judul “Kurva
Spesies Area”yang disusun oleh :
Nama : Rahayu Nur

NIM : 1214141001

Kelas/ Kelompok : B/IV

telah diperiksa dan dikoreksi oleh dosen mata kuliah ekologi tumbuhan,
maka dinyatakan diterima.

Makassar, Oktober 2014

Dosen Penanggung Jawab Praktikan

Dr. Ir. Muhammad Wiharto, M.Si Rahayu Nur


NIP : 1966 09 30 1992 03 1 004 NIM : 1214141001

ABSTRAK
Praktikum ini dilaksanakan disamping Masjid Ulil Albab UNM
Parangtambung dengan kondisi lokasi yang mendekati gersang dan terdapat
banyak tumpukan tanah. Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungan hidupnya disebut ekologi. vegetasi adalah
kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis dan hidup
bersama pada suatu tempat. Kurva spesies area
dalam ekologi adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara jumlah
jenis dengan ukuran kuadrat.
Kata kunci: ekologi, analisis vegetasi, kurva area spesies, aplikasi R.
ABSTRACT
Practical work is carried out in addition to the mosque
Ulil Albab Parangtambung UNM with a location close
to barren conditions and there are many piles of dirt.Science
of reciprocal relations between living thingsand the environment his life is
called ecology. the vegetation is a collection of some plants,
usuallyconsisting of several kinds and live together at oneplace. Species-
area in ecology is a graph that illustrates the relationship between the
number oftypes by the size of the squares. the data obtainedwere
processed through the program’s next R i3863.1.1

Key words: Ecology, vegetation analysis, species-areacurves, application R.

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lingkungan merupakan hal yang paling penting untuk dilindungi dan dijaga
kelestariannya karena merupakan tempat dimana seluruh makhluk hidup
tinggal. Baik manusia, hewan maupun tumbuhan serta faktor biotik dan
abiotik sebagai pendukungnya. Terdapat berbagai ilmu yang mempelajari
tentang lingkungan dan salah satunya adalah ekologi.

Ekologi telah dikenal oleh manusia sejak lama sesuai dengan sejarah
peradaban manusia. Dalam hal ini bukan hanya manusia yang bisa
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, akan tetapi juga makhluk-
makhluk hidup lainnya. Interaksi antara setiap organisme dengan
lingkungannya merupakan proses yang tidak sederhana, melainkan suatu
proses yang kompleks. Ekologi sendiri merupakan suatu hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Tujuan ekologi adalah untuk memahami mekanisme yang mengatur struktur


dan fungsi suatu ekosistem. Untuk mengetahui sistem ekologi pada suatu
waktu tertentu, perlu diketahui organisme apa saja yang hidup ditempat
tertentu, bagaimana kepadatannya dan bagaimana hubungannya dengan
banyak faktor fisik dan kimia dilingkungan abiotik disekelilingnya.

Ilmu ekologi mempelajari segala hal yang berkaitan dengan lingkungan,


salah satunya adalah vegetasi. Vegetasi merupakan sekumpulan tumbuh-
tumbuhan yang terdiri dari beberapa jenis yang berbeda hidup bersama di
suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat
interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu
sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga membentuk suatu sistem
yang dinamis dan hidup.

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan


bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pengamatan
parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba.
Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen
utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan
merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu
seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan
komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen
ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh
secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan
hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan
drastis karena pengaruh anthropogenik.

Istilah ekologi juga berkaitan dengan komunitas dan populasi. Populasi


merupakan kumpulan individu dari jenis yang sama dalam suatu daerah,
maka komunitas merupakan kumpulan populasi dari berbagai jenis dalam
suatu daerah. Setiap dari satu jenis komunitas bisa saja terdapat berbagai
macam spesies. Dan tentunya jumlah spesies yang satu dengan yang lainnya
dalam suatu komunitas tidaklah sama. Bisa saja terdapat spesies yang lebih
mendominasi, bahkan terdapat pula jumlah spesies yang terlalu sedikit pada
komunitas tersebut.

Kurva spesies area dalam ekologi adalah grafik yang menggambarkan


hubungan antara jumlah jenis dengan ukuran kuadrat. Grafik itu biasanya
menunjukkan pola pertambahan jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran
kuadrat kecil sampai pada suatu titik tertentu dan sesudah itu semakin
mendatar seiring dengan peningkatan ukuran kuadrat. Kurva spesies area ini
dapat digunakan untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum yang
mewakili suatu komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun. Dalam
sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh,
cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.
Prinsip penentuan ukuran plot adalah plot dibuat dari ukuran terkecil hingga
pada ukuran terbesar dengan spesies yang bervariasi dari satu plot ke plot
yang lain sampai pada tidak ada lagi keanekaragaman spesies.

1. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan luas petak
minimum yang dapat mewakili tipe komunitas yang sedang dianalisis.

1. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini yaitu dapat menentukan luas petak minimum
yang dapat mewakili tipe komunitas yang sedang dianalisis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, yaitu seorang
ahli biologi berkebangsaan Jerman pada tahun 1869. Istilah ekologi berasal
dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal atau
tempat hidup atau habitat, dan logos yang berarti ilmu, telaah, studi, atau
kajian. Oleh karena itu, secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang atau ilmu
menganai makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang tempat tinggal
makhluk hidup (Inriyanto, 2006).

Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan


lingkungan hidupnya disebut ekologi. Istilah ekologi pertama kali
diperkenalkan oleh Enerst Haeckel, seorang ahli biologi bangsa Jerman.
Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang berarti rumah dan logos
yang berarti ilmu/telaah. Oleh karena itu ekologi berarti ilmu tentang rumah
(tempat tinggal) makhluk hidup. Dengan demikian ekologi biasanya diartinya
sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya (Riberu, 2002).

Ekologi (Oikos dan logos) sedang ekonomi (Oikos dan nomos) sehingga
kedua ilmu itu banyak persamaannya. Namun dalam ekologi, mata uang yang
dipakai dalam transaksi bukan rupiah atau dolar, melainkan materi, energi,
dan informasi. Arus materi, energi, dan informasi dalam suatu komunitas
atau beberapa komunitas mendapat perhatian utama dalam ekologi, seperti
uang dalam ekonomi. Oleh karena itu transaksi dalam ekologi berbentuk
materi, energi, dan informasi (Riberu, 2002).

Menurut Campbell (2004), komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam


kekayaan spesiesnya, jumlah spersies yang mereka miliki. Mereka juga
berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relative spesies. Beberapa
komunitas terdiri dari beberapa spesies yang jarang, sementara yang lainnya
mengandung jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies pada
umumnya banyak ditemukan. Ekologi dapat dibagi menjadi empat tahap
kajian yang semakin menyeluruh sifatnya, yaitu :

1. Ekologi organisme (organismal ecology), berhubungan dnegan cara-cara


berperilaku, fisiologis dan morfologis yang digunakan suatu organisme
individual dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh lingkungan
abiotiknya.
2. Populasi yaitu suatu kelompok individu dari spesies yang samma yang hidup
dalam daerah yang geografis tertentu. Ekologi populasi sebagian besar
terpusat pada faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran dan komposisi
populasi.
3. Komunitas terdiri dari semua organisme yang menempati suatu daerah
tertentu. Komunitas adalah kumpulan populasi dari spesies yang berlainan.
4. Ekosistem meliputi semua faktor-faktor abiotik selain komunitas spesies yang
ada dalam suatu daerah tertentu.
Banyak ahli ekologi berpendapat bahwa kompetisi atau persaingan
merupakan suatu faktor utama yang membatasi keanekaragaman spesies
yang dapat menempati suatu komunitas. Hipotesis ini sebagian besar
didasarkan pada pengamatan perbedaan relung dan pembagian sumberdaya
di antara spesies simpatrik. Para ahli ekologi tersebut berpendapar bahwa
jumlah tertentu sumberdaya hanya dapat dibagi sedemikian kecilnya sebelum
pengaruh dari kompetisi, yang tanpa dapat dihindarkan, mengakibatkan
kepunahan pesaing yang lebih lemah, yang menentukan batas jumlah spesies
yang dapat hidup bersama-sama (Campbell, 2004).

Vegetasi dalam artian lain merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya


terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat.
Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat
baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh
karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis
tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan
tajuknya perlu diukur

(Natassa dkk, 2010).

Pengelolaan lingkungan hidup bersifat Antroposentris, artinya perhatian


utama dihubungkan dengan kepentingan manusia. Kelangsungan hidup suatu
jenis tumbuhan atau hewan, dikaitkan dengan peranan tumbuhan atau hewan
itu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik material (bahan
makanan) dan non-material (keindahan dan nilai ilmiah). Dengan demikian
kelangsungan hidup manusia dalam lingkungan hidup sangat ditentukan oleh
tumbuhan,hewan, dan unsur tak hidup (Riberu, 2002).

Menurut Odum (1979) dalam bukunya “Fundamentals of Ecology”,


lingkungan hidup didasarkan beberapa konsep ekologi dasar, seperti konsep:
biotik, abiotik, ekosistem, produktivitas, biomasa, hukum thermodinamika I
dan II, siklus biogeokimiawi dan konsep faktor pembatas. Dalam komunitas
ada konsep biodiversitas, pada populasi ada konsep “carrying capacity”, pada
spesies ada konsep distribusi dan interaksi serta konsep suksesi dan klimaks.
Makhluk hidup (organisme) memiliki tingkat organisasi dari tingkat yang
paling sederhana sampai ke tingkat organisasi yang paling kompleks.
Tingkatan organisasi tersebut terlihat sebagai deretan biologi yang disebut
spektrum biologi.

Adapun spektrum biologi yang dimaksud yaitu: protoplasma (zat hidup


dalam sel); sel (satuan dasar suatu organisme); jaringan (kumpulan sel yang
memiliki bentuk dan fungsi sama); organ (alat tubuh, bagian dari organisme),
sistem organ (kerjasama antara struktur dan fungsional yang harmonis);
organisme (makhluk hidup, jasad hidup); populasi (kelompok organisme
yang sejenis yang hidup dan berbiak pada suatu daerah tertentu); komunitas
(semua populasi dari berbagai jenis yang menempati suatu daerah tertentu);
ekosistem; dan biosfer (lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi) (Riberu,
2002).

Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu


yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang
menarik bagi seorang ekolog adalah ukuran dan rapatannya. Jumlah individu
dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam
suatu daerah atau satuan volume adalah rapatannya. Kelahiran (Natalitas),
kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi)
dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari
populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam
suatu populasi alam sebaan umur, komposisi genetik dan penyebaran
individu dalam populasi
(Odum, 1993).

Jika suatu wilayah berukuran luas/besar, vegetasinya terdiri atas beberapa


bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol. Sehingga terdapat
berbagai tipe vegetasi. Contoh bentuk pertumbuhan (growth form): termasuk
herba tahunan (annual), pohon selalu hijau berdaun lebar, semak yang
meranggas pada waktu kering, tumbuhan dengan umbi atau rhizome,
tumbuhan selalu hijau berdaun jarum, rumput menahun (perennial), dan
semak kerdil (Soetjipta, 1994).

Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem (sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Oleh karena itu ekosistem adalah tatanan kesatuan secara
utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan yang saling
mempengaruhi. Berdasarkan pengertian di atas, suatu sistem terdiri dari
komponenkomponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan.
Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik)
yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu
terjadi karena adanya arus materi dan energi, yang terkendali oleh arus
informasi antara komponen dalam ekosistem (Riberu, 2002).

Secara umum pola penyebaran tumbuhan di alam dapat dikelompokkan


kedalam 3 pola, yaitu acak(random),mengelompok(clumped), dan
teratur(regular). Tiap-tiap jenis tumbuhan tentunya mempunyai pola
penyebaran yang berbeda-beda tergantung pada model reproduksi dan
lingkungan mikro. Untuk mengetahui skala perubahan-perubahan komponen
ekosistem di alam dapat dilakukan penelitian yang didalamnya terdapat
parameter-parameter yang diukur antara lain:nilai kerapatan (densitas),
dominansi, frekuensi, indeks nilai penting(INP), dan indeks dominansi(ID).
Berdasarkan parameter-parameter tersebut, maka dapat diketahui pola
penyebaran vegetasi herbal tersebut di alam (Nuri, 2010).

Menurut Riberu (2002), masing-masing komponen mempunyai fungsi


(relung). Selama masing-masing komponen tetap melakukan fungsinya dan
bekerjasama dengan baik, keteraturan ekosistem tetap terjaga. Apabila kita
hanya melihat fungsinya, suatu ekosistem terdiri atas dua komponen yaitu
sebagai beriukut:

1. a) Komponen autotrofik: organisme yang mampu menyediakan atau


mensintesis makanannya sendiri berupa bahan organik dan bahan-bahan
anorganik dengan bantuan energi matahari atau klorofil. Oleh karena itu
semua organisme yang mengandung klorofil disebut organisme autotrofik.
2. b) Komponen heterotrofik: organisme yang mampu memanfaatkan bahan
bahan organik sebagai bahan makanannya. Bahan makanan itu disintesis dan
disediakan oleh organisme lain.
Apabila dilihat dari segi penyusunannya, maka dapat dibedakan menjadi
empat komponen yaitu:

1. Bahan tak hidup (abiotik, non hayati): komponen fisik dan kimia, misalnya:
tanah, air, matahari, dan lain-lain. Komponen ini merupakan medium
(substrat) untuk berlangsungnya kehidupan.
2. Produsen: organisme autotrofik (tumbuhan hijau)
3. Konsumen: organisme heterotrofik, misalnya: manusia, hewan yang makan
organisme lainnya.
4. Pengurai (perombak atau dekomposer): organisme heterotrofik yang
mengurai bahan organik yang berasal dari organisme mati.
Suatu wilayah berukuran luas atau besar, vegetasinya terdiri atas beberapa
bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol sehingga terdapat
berbagai tipe vegetasi.Vegetasi terbentuk oleh atau terdiri atas semua spesies
tumbuhan dalam suatu wilayah dan memperlihatkan pola distribusi menurut
ruang dan waktu. Tipe-tipe vegetasi dicirikan oleh bentuk pertumbuhan
tumbuhan dominan tau paling besar atau paling melimpah dan tumbuhan
karakteristik (Harjosuwarno, 1990)

Habitat dan relung, dua istilah tentang kehidupan organisme. Habitat adalah
tempat hidup suatu organisme. Habitat suatu organisme dapat juga disebut
“alamat”. Relung (niche atau nicia) adalah profesi atau status suatu
organisme dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu, sebagai akibat
adaptasi struktural, tanggal fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu.
Penyesuaian diri secara umum disebut adaptasi. Kemampuan adaptasi
mempunyai nilai untuk kelangsungan hidup. Makin besar kemampuan
adaptasi makin besar kementakan kelangsungan hidup organisme (Riberu,
2002).

Pengertian umum vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya


terdiri dari beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu tempat. Diantara
individu-individu tersebut terdapat interaksi yang erat antara tumbuh-
tumbuhan itu sendiri maupun dengan binatang-binatang yang hidup dalam
vegetasi itu dan fakto-faktor lingkungan. (Marsono, 1977).

Kehadiran vegetasi pada suatu landskap akan memberikan dampak positif


bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum
peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan
keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat
fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain.
Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan
dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan
komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi
secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung
struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi

vegetasi daerah tersebut (Arrijani, dkk, 2006).

Vegetasi merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh atau merupakan
suatu masyarakat yang dinamis. Masyarakat tumbuh-tumbuhan terbentuk
melalui beberapa tahap invasi tumbuh-tumbuhan, yaitu adaptasi, agregasi,
persaingan dan penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh dan stabilitasi.
Untuk menuju ke suatu vegetasi yang mantap diperlukan waktu sehingga
dengan berjalannya waktu vegetasi akan menuju ke keadaan yang
stabil,proses ini merupakan proses biologi yang dikenal dengan istilah
suksesi (Odum, 1972).

Menurut Latifah (2005), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah


spesies di dalam suatu daerah antara lain :

1. Iklim Fluktuasi iklim musiman merupakan faktor penting dalam membagi


keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan
sebagainya menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi
jumlah spesies yangdapat hidup secara tetap di suatu daerah.
2. Keragaman Habitat Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung
spesies yangkeragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih
seragam.
3. Ukuran Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies
dibandingkan dengandaerah sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa hubungan antara luasdan keragaman spesies secara kasar adalah
kuantitatif.
Hewan dan tumbuhan cenderung menunjukkan tingkat pertumbuhan yang
lebih baik jika faktor-faktor beragam bila dibandingkan dengan jika faktor-
faktor tetap. Faktor-faktor yang dipertimbangkan disini adalah faktor-faktor
udara, tanah, organisme, dan beberapa faktor stabil yang mempengaruhi
ekosistem. Organisme lain dan beberapa faktor stabil yang lain adalah
kemiringan tanah, arah hadapan, ketinggian, lintang, letak, dan pH. Ini
mempengaruhi tanaman dan tumbuhan secara tidak langsung melalui
pengaruh tersebut terhadap faktor tanah dan udara (Odum, 1993).
Vegetasi dalam (komunitas) tanaman diberi nama atau digolongkan
berdasarkan spesies atau makhluk hidup yang dominan, habitat fisik atau
kekhasan yang fungsional. Dalam mempelajari vegetasi, pengamat
melakukan penelitian. Unit penyusun vegetasi (komunitas) adalah populasi.
Oleh karena itu semua individu yang berada di tempat pengamatan dilakukan
dengan cara mengamati unit penyusun vegetasi yang luas secara tepat sangat
sulit dilakukan karena pertimbangan kompleksitas, luas area, waktu dan
biaya. Sehingga pelaksanaanya peneliti bekerja dengan melakukan
pencuplikan (sampling) dalam menganalisa vegetasi dapat berupa bidang
(plot/kuadran) garis atau titik (Supriatno, 2001).

Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi yang


sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan, petak contoh yang
dibuat dalamteknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa
petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan informasi yang baik bila
komunitas vegetasi yang ditelitibersifat homogen. Adapun petak-petak
contoh yang dibuat dapat diletakkan secararandom atau beraturan sesuai
dengan prinsip-prinsip teknik sampling. Bentuk petakcontoh yang dibuat
tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensisampling pola
penyebarannya. Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studiyang
dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segi empat memberikan
datakomposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak berbentuk
lingkaran, terutamabila sumbu panjang dari petak sejajar dengan arah
perubahan keadaan lingkunganatau habitat (Suwena, 2007).

Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan


komposisi komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling luas diterapkan
adalah cara pencuplikan dengan kuadrat atau plot berukuran baku. Cara
pencuplikan kuadrat dapat digunakan pada semua tipe komunitas tumbuhan
dan juga untuk mempelajari komunitas hewan yang menempati atau tidak
berpindah.Rincian mengenai pencuplikan kuadrat meliputi ukuran, cacah,
dan susunan plot cuplikan harus ditentukan untuk membentuk komuniatas
tertentu yang dicuplik berdasarkan pada informasi yang diinginkan
(Supriatno, 2001).

Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk


populasinya, dimana sifat-sifatnya bila di analisa akan menolong dalam
menentukan struktur komunitas. Sifat-sifat individu ini dapat dibagi atas dua
kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi: distribusi
tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance).
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus
dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data
yang diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah (Odum, 1998):

1. Ukuran petak.
2. Bentuk petak.
3. Jumlah petak.
4. Cara meletakkan petak dilapangan.
Kurva spesies-area (bahasa Inggris: species-area curve, SAC),
dalam ekologi, adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara jumlah
jenis dengan ukuran kuadrat (petak ukur). Grafik itu biasanya menunjukkan
pola pertambahan jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran kuadrat kecil
sampai pada suatu titik tertentu dan sesudah itu semakin mendatar seiring
dengan peningkatan ukuran kuadrat. SAC dapat digunakan untuk
menentukan luas kuadrat tunggal minimum yang mewakili suatu komunitas
tumbuhan dari segi jenis penyusun (Wikipedia, 2014).
Penelitian dilakukan dengan analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat
berukuran 1m x 1m. Untuk menentukan blok pengamatan dilakukan dengan
metode purposive sampling yaitu dipilih blok yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Pada masing-masing lahan, plot sampel diletakkan di gawangan
dan piringan. Pada masing-masing lahan, plot sampel diletakkan di
gawangan dan piringan (Soekisman, 1984).

Plot sampel yang permanen telah terbukti sangat bermanfaat untuk


menginvetarisir spesies tumbuhan dan memonitor dinamika hutan dalam
suatu rentang waktu (Condit et al. 1996). Inventarisasi kuantitatif dengan
menggunakan plot sampel permanen (PSP) juga telah banyak diterapkan di
hutan-hutan di Indonesia, akan tetapi sebagian merupakan informasi yang
sangat penting dalam

perencanaan kegiatan manajemen dan restorasi kawasan hutan (Sutomo,


2012).

Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu
jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup
kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa
duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada
komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang
kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan
teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka
dapat ditetapkan: (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat
yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili
keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode
jalur (Andre, 2009).

Sistem analisis pada praktikum ini adalah dengan metode kuadrat:


Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam
suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total
individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara
numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies
dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman
spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael,
1995).

Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak
contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak
contoh (sampling area) yang dianggap prepresentatif dengan suatu tipe
vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari (Sugianto, 1994).

Keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi


untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan
tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan
tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3
kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan
batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama
namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis
dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi
dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Irwanto,
2005).

Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis


yang terdapatpada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut, maka makin luas petak contoh yang digunakan.
Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujursangkar, empat persegi panjang
dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang
mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis
vegetasi dengan metode kuadrat (Sugianto, 1994).
Praktikum pembuatan kurva spesies area dilakukan untuk mengetahui luasan
petak minimum yang akan mewakili ekosistem yang ada di suatu hutan yaitu
dengan cara membuat dan mengamati suatu petak contoh yang kita buat yang
mewakili suatu tegakan hutan. Besarnya petak contoh yang kita amati ini
tidak boleh terlalu besar ukurannya agar luas minimum dari suatu ekosistem
hutan dapat terpenuhi. Pada praktikum ini, ukuran petak pertama yang kita
amati menggunakan luas 1m x 1m (Kusuma dan Istomo, 1995).

Pada petak tersebut, kita mendata jenis-jenis pohon yang terdapat di dalam
petak tadi. Pada petak pertama (ukuran 1m x 1m), kita menemukan adanya
jenis tumbuhan bawah (……………, ………, dan ………..) serta pohon
………………… Kemudian, Ukuran petak ini diperbesar dua kali lipat (1m
x 2m) dan jenis tumbuhan yang terdapat di dalamnya pun didata pula.
Hasilnya adalah adanya penambahan tumbuhan bawah …………………..
Dengan menggunakan rumus yang ada, persen kenaikan masih berada tepat
pada 10 % sehingga pekerjaan pun dilanjutkan sampai persen kenaikan
mencapai kurang dari 10 %. Luas minimum ini ditetapkan dengan dasar jika
penambahan luas petak tidak menyebabkan persen kenaikan jumlah jenis
lebih dari 5-10% (Oosting, 1958; Cain & Castro, 1959) (Kusuma dan Istomo,
1995).

Pada saat petak penelitian kita mencapai 2m x 2m, ternyata kita mendapatkan
tambahan jens tumbuhan bawah ………………. dan persen kenaikan yang
didapat adalah 9.09 % atau tidak melebihi dari nilai 10 %, maka pembuatan
dan pendataan petak pun dihentikan. Apabila kita analisis, dapat ditetapkan
bahwa luas petak ukur yang dapat mewakili komunitas pada padang rumput
tersebut adalah adalah 2m x 2m atau 4m2. Luasan ini bukanlah harga mutlak
bahwa luas petak ukur yang harus kita gunakan adalah 2m x 2m, tetapi nilai
tersebut adalah nilai minimum luasan yang mewakili (Rahardjanto, 2001).
Apabila kita bandingkan luasan minimum antara hutan alam, hutan tanaman,
dan padang rumput, maka kita bisa menentukan bahwa besarnya
perbandingan luas petak minimum yang mewakili ekosistem hutan alam
adalah yang paling besar luasnya atau sekitar 8m x 16m. Hal ini dikarenakan
bahwa pada hutan alam, jenis tumbuhan yang ada paling heterogen dibanding
hutan lainnya, sehingga membutuhkan luasan yang lebih banyak untuk
mendapatkan nilai persen kenaikan dibawah 10 % (Rahardjanto, 2001).

Selanjutnya adalah hutan tanaman yang membutuhkan luas lebih kecil dari
hutan alam atau sekitar 4m x 8m sampai 8m x 8m. Sedangkan pada padang
rumput seperti yang telah kita amati hanya membutuhkan luasan sekitar 2m x
2m, hal ini dikarenakan keragaman jenis yang ada pada ekosistem padang
rumput lebih sedikit tiap penambahan luasannya dibanding ekosistem hutan
lainnya, sehingga luasan minimum yang mewakili ekosistem hutan yang
dibutuhkan pun lebih kecil. Hal yang paling mendasar yang membedakan
luas minimum tiap jenis hutan adalah seberapa besar penambahan jenis
tumbuhan di tiap petak yang kita amati (Rahardjanto, 2001).

Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untu menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada
suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai
hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut, maka makin luas petak contoh yang digunakan (Surasana, 1990).

Metode kuadrat pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon
saja yangmenjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat
digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir
volumenya. Keragaman spesies dapat diambiluntuk menandai jumlah spesies
dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesiesdiantara jumlah total
individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakansecara
numerik sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting (Rahardjanto,
2001).

Metode luas minimum dilakukan dengan cara menentukan luas daerah


contoh vegetasi yang akan diambil dan didalamnya terdapat berbagai jenis
vegetasi tumbuhan. Syarat untuk pengambilan contoh haruslah representative
bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan
kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan
yang dibentuk oleh beragam jenis populasi. Dengan kata lain peranan
individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan
ditentukan oleh keadaan-keadaan individu dalam populasi (Surasana, 1990).

Metode Kuadrat adalah salah satu metode dengan bentuk sampel dapat
berupa segiempat atau lingkaran dengan luas tertentu. Hal ini tergantung
pada bentuk vegetasi. Berdasarkan metode pantauan luas minimum akan
dapat di tentukan luas kuadrat yang diperlukan untuk setiap bentuk vegetasi
tadi. Untuk setiap plot yang di sebarkan di lakukanperhitungan terhadap
variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan frekuensi. Variabel kerimbunan
dan kerapatan di tentukan berdasarkan luas kerapatan. Dari spesies yang
ditemukan dari sejumlah kuadrat yang di buat (Rahardjanto, 2001).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Sabtu /27 September 2014

Pukul : 09.00 s.d. 12.00 WITA

Tempat : Lapangan samping Masjid ULIL ALBAB UNM


Parang Tambung

1. Alat dan Bahan


2. Alat
3. Patok
4. Meteran
5. Tali raffia
6. Gunting
7. Kamera
8. Pulpen dan buku
9. Bahan
10. Tumbuhan yang diamati
11. Lahan yang akan diidentifikasi
12. Prosedur Kerja
13. Menentukan lahan atau lokasi yang akan digunakan untuk
menganalisis vegetasi tumbuhan.
14. Membuat plot ukuran 0,5m x 0,5m dengan cara menarik tali sepanjang
0,5 m hingga membentuk lahan kecil pada tempat yang telah ditentukan.
15. Mengidentifikasi menganalisis spesies yang berada pada lahan tersebut
(0,5 x 0,5 m).
16. Mencatat spesies apa yang ditemukan.
17. Memperluas plot ukuran 0,5m x 1m dengan cara yang sama.
18. Mencatat spesies baru pada lahan 0,5m x 1m.
19. Memperluas hingga 7 kali sehingga mencapai ukuran 4m x 4m sampai
spesies tidak menunjukkan lagi keanekaragaman.
20. Mengolah data yang diperoleh dengan program R untuk mencari
Indeks Nilai Penting (INP) dan Indeks Diversitas dengan langkah sebagai
berikut:
#———Programer : RAHAYU NUR——–

#———Makassar, 17 Oktober 2014———————————-


#———Kurva spesies area———————–

rm(list=ls(all=TRUE))

#—————-ambil data——————–

setwd(‘D:/SEMESTER V/EKTUM’)

dataku<-read.table(“kurva spesies
area2.csv”,header=TRUE,sep=”;”,dec=”,”)
dataku

#———mengatur 3 angka dibelakang koma—-

options(digit=3)

#————————————————————————–

#———-fungsi menghitungluas plot——–

#———-dalam meter persegi————

luas.mt<-function(x,y
{ls.m<-x*y

return (ls.m)

#——————————————————————–

Luas.m<-luas.mt(dataku$Panjang,dataku$Lebar)
Luas.m

#———————————————————————

#—————fungsi menghitung luas plot——————–


#—————dalam hektar————————————-

luas.ha<-function(x
{ ls.ha<-x/10000
return (ls.ha)
}

#——————————————————————

Luas.ha<-luas.hauas.m)
Luas.ha
#————————————————————————-

#————Menghitung Akumulasi Spesies————-

akumulasi<-cumsum(dataku$Spbaru)

akumulasi

#——————————————————

#———–Menghitung presentasi pertambahan————–

#——————–Spesies—————————————-

persen<-function(x,y)

{x/y*100}

Persentase<-persen (dataku$Spbaru[-1], akumulasi)

Persentase

#————————————————————

#————menggabungkan data————————

dataku <-data.frame(dataku,Luas.m,Luas.ha,akumulasi,Persentase)
dataku

#——————————————————————

#———menyimpan data di excel————————

write.table(dataku,file=”Kurva Spesies
Area1 Ayu.csv”,append=FALSE,sep=”;”,dec=”.”,row.names=FALSE,col.na
mes=TRUE)
#——————membuat grafik—————

#———————————————————————

plot(dataku$Kode,dataku$akumulasi,type=’b’,ylim=c(1,25), pch=16, col=3,


cex=1.5, ylab=’Akumulasi Spesies’, xlab=’Ukuran Plot’)

#———membuat grid———–

grid(lty=1,lwd=1)

lines(dataku$Kode,dataku$akumulasi,col=’red’)

points(dataku$Kode,dataku$akumulasi,col=’blue’)

#——– membuat sumbu x perhatikan berapa banyak—————-

#——– plot yang dibuat ———————————–

axis (1, at=1:7, lab= c (“1”, “2”, “3”, “4”, “5”, “6”, “7” ))

#—————————————————————–

#—– species accumulation curve ———————-

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
2. Tabel
Kode Panjang Lebar Spbaru Luas.m Luas.ha akumulasi Persentase
1 0.5 0.5 2 0.25 2.5e-05 2 0
5,00E-
2 0.5 1 0 0.5 05 2 100
1,00E-
3 1 1 2 1 04 4 75
2,00E-
4 1 2 3 2 04 7 ########
4,00E-
5 2 2 1 4 04 8 25
8,00E-
6 2 4 2 8 04 10 0

7 4 4 0 16 0.0016 10 0

2. Grafik

3. Gambar Plot
4. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan yang bertujuan untuk
menentukan luas petak minimum yang dapat mewakili tipe komunitas yang
sedang di analisis dan diperoleh data dari setiap daerah yang diplot berbeda-
beda jumlah ataupun jenis sepesiesnya. Pengamatan atau praktikum ini
dilakukan di lapangan samping masjid Ulil Albab UNM
Parangtambung, Pengamatan yang dilakukan adalah dengan membuat suatu
plot kurva spesies area dari ukuran terkecil hingga terbesar sampai pada tidak
adanya lagi keanekaragaman spesies. Plot dibuat dengan ukuran yang
berbeda-beda diantaranya (0,5m x 0,5m), (0,5m x 1m), (1m x 1m), (2m x
1m), (2m x 2m), (4m x 2m), (4m x 4m). Pembuatan plot berhenti pada
ukuran (4m x 4m) karena tidak ditemukannya lagi spesies yang baru.
Pengamatan yang pertama dilakukan yaitu dengan luas 0,5m x 0,5 m dengan
jumlah herba yang ditemukan adalah 2 spesies yakni rumput parit (Axonopus
compressus) dan sejenis liana yang memiliki bentuk daun seperti bintang.
Ukuran petak ini diperbesar dua kali lipat (0,5m x 1m) dan diytemukan
spesies yang sama pada plot pertama. Pada perbesaran 1m x 1m ditemukan
spesies berupa pohon yaitu angsana (Ptericarpus indicus). Pada perbesaran 2
x 1 ditemukan 3 spesies baru berupa anakan pohon dan semak yaitu
mengkudu (MorindaCitrifolia) dan katuk (Sauropus androgynus) serta satu
spesies yang berupa anakan dari famili Myrtacea (jambu-jambuan). Ukuran
diperbesar lagi menjadi (2m x 2m) dan ternyata terdapat 1 penambahan
spesies dengan ciri-ciri daun licin, batang berkayu dan bentuk daun jorong.
Pada ukuran petak yang diperbesar (4m x 2m) ditemukan 2 spesies baru yaitu
liana sejanis pohon yang menyerupai mengkudu dengan buah yang
berukuran kecil dan melekat pada batang. dan pada pot terakhir yaitu (4m x
4m) hanya terdapat satu spesies yaitu induk dari mengkudu
(Morinda citrifolia).
Pembuatan kurva spesies area ini dilakukan untuk mengetahui luasan petak
minimum yang akan mewakili ekosistem yang terdapat pada suatu petak
yang diplot. Kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan
untuk menganalisis vegetasi yang menggunakan petak contoh. Luasan petak
contoh mempunyai hubungan erat dengan keragaman jenis yang terdapat
pada areal tersebut. Makin beragam jenis yang terdapat pada areal tersebut,
makin luas kurva spesies areanya.

Berdasarkan data hasil pengamatan berupa tabel dan grafik dapat diketahui
bahwa secara umum. luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal, dimana semakin meningkat
keanekaragaman jenis maka semakin luas area petak. walaupun
keanekaragaman spesies itu tidad terlalu bervariasi. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan
petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe
vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak
contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut,maka makin luas petak contoh yang digunakan
(Sugianto ,1994).

Keanekaragaman yang tidak terlalu bervariasi dari satu plot ke plot yang lain
tersebut disebabkan karena lokasi yang ditempati sangat gersang dan banyak
timbunan tanah serta faktor musim juga sangat menentukan yang pada saat
ini bertepatan dengan musim kemarau.

Menurut Latifah (2005), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah


spesies di dalam suatu daerah antara lain sebagai berikut :
1. Iklim Fluktuasi iklim musiman merupakan faktor penting dalam membagi
keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan
sebagainya menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi
jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah.
2. Keragaman Habitat Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung
spesies yangkeragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih
seragam.
3. Ukuran Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies
dibandingkan dengan daerah sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa hubungan antara luasdan keragaman spesies secara kasar adalah
kuantitatif.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
penentuan kurva spesies area dilakukan untuk mengetahui luasan petak
minimum yang akan mewakili ekosistem yang terdapat pada suatu petak
yang diplot. Keanekargaman spesies dari plot satu sampai plot tujuh tidak
begitu bervariasi, dimana kadang-kadang spesies yang ditemukan pada plot
pertama ditemukan pula pada plot selanjutnya. Hal ini disebabkan karena
penempatan lokasi dari plot pertama sampai plot terakhir sangat berdekatan
dan juga dari kondisi lokasi yang gersang. Jadi, pada pengamatan kami
dilapangan didapatkan hasil berupa spesies yang tidak menunjukkan
kenekaragaman yang bervariasi.

1. Saran
Pada praktikum Ekologi Tumbuhan selanjutnya sebaiknya praktikan
membawa buku identifikasi tumbuhan/kunci determinasi sehingga tumbuhan
yang ditemukan pada plot dapat dengan mudah diidentifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Andre. M. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari
Analisa Vegetasi. http://boymarpaung.wordpress.com. Makassar: Diakses
pada Tanggal 17 Oktober 2014.
Arrijani, dkk. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango. Biodiversitas. Volume 7, Nomor 2, Hal 147-153.
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Manado: Bandar Lampung:
Campbell, Neil.A, Mitchell, Ritche. 2004. Biologi Jilid 4. Erlangga: Jakarta.
Harjosuwarno, S. 1990. Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi
UGM:
Yogyakarta.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara: Bandar Lampung.


Kusuma dan Istomo. 1995. Ekologi Hutan. Fahutan IPB: Bogor.
Latifah, S. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. USU Reository: Sumatera
Utara.
Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan
danLaboratorium. UI Press: Jakarta.
Natassa, dkk. 2010. Analisa Vegetasi dengan Metode Kuadran.
(http://riyantilathyris.wordpress.com/2010/11/26/laporan-analisis-vegetasi/)
(Tanggal akses: 17 Oktober 2014): Makasssar.
Nuri.2010.AnalisisVegetasiHerba. http://nurichem.blogspot.com/2010/03/ana
lisis-vegetasi-herba.html. Diakses 17 Oktober 2014.
Odum, E . P. 1972. Fundamentals of Ecology. W. B. Saunder Company
Philadelphia. London Toronto.
Otto, Soemarwoto. 1926. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.
Djambatan: Jakarta.
Rahardjanto, A. 2001. Ekologi Tumbuhan. UMM Press. Malang

Riberu, Paskalis. 2002. Pembelajaran ekologi. Jurnal pendidikan penabur.


No 1/Th. I. Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.
Soetjipta.1994. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Dan
Peningkatan Mutu Tenaga Pendidikan. Yogyakarta.
Soekisman, 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia.
Jakarta.
Sugianto.A, 1994. Ekolgi Kuantitatif, Metode Analisis Populasi dan
Komunitas. Usaha : Persada Malang.
Supriatno, B. 2001. Pengantar Praktikum Ekologi Tumbuhan. FMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.
Surasana, Syafei Eden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.
Sutomo, dkk. 2012. Studi Awal Komposisi dan Dinamik Vegetasi Pohon
Hutan Gunung Pohen Cagar Alam Batu Gahu Bali. Jurnal Bumi Lestari,
Volume. 12. No. UPT-BKT Kebun Raya “Eka Kaya”: Bali.
Wikipedia. 2014. http://id.wikipedia.org/wiki/kurva spesies. Makassar: Di
Akses pada Tanggal 18 Oktober 2014.

You might also like