Professional Documents
Culture Documents
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Ekologi Tumbuhan dengan Judul “Kurva
Spesies Area”yang disusun oleh :
Nama : Rahayu Nur
NIM : 1214141001
telah diperiksa dan dikoreksi oleh dosen mata kuliah ekologi tumbuhan,
maka dinyatakan diterima.
ABSTRAK
Praktikum ini dilaksanakan disamping Masjid Ulil Albab UNM
Parangtambung dengan kondisi lokasi yang mendekati gersang dan terdapat
banyak tumpukan tanah. Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungan hidupnya disebut ekologi. vegetasi adalah
kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis dan hidup
bersama pada suatu tempat. Kurva spesies area
dalam ekologi adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara jumlah
jenis dengan ukuran kuadrat.
Kata kunci: ekologi, analisis vegetasi, kurva area spesies, aplikasi R.
ABSTRACT
Practical work is carried out in addition to the mosque
Ulil Albab Parangtambung UNM with a location close
to barren conditions and there are many piles of dirt.Science
of reciprocal relations between living thingsand the environment his life is
called ecology. the vegetation is a collection of some plants,
usuallyconsisting of several kinds and live together at oneplace. Species-
area in ecology is a graph that illustrates the relationship between the
number oftypes by the size of the squares. the data obtainedwere
processed through the program’s next R i3863.1.1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Lingkungan merupakan hal yang paling penting untuk dilindungi dan dijaga
kelestariannya karena merupakan tempat dimana seluruh makhluk hidup
tinggal. Baik manusia, hewan maupun tumbuhan serta faktor biotik dan
abiotik sebagai pendukungnya. Terdapat berbagai ilmu yang mempelajari
tentang lingkungan dan salah satunya adalah ekologi.
Ekologi telah dikenal oleh manusia sejak lama sesuai dengan sejarah
peradaban manusia. Dalam hal ini bukan hanya manusia yang bisa
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, akan tetapi juga makhluk-
makhluk hidup lainnya. Interaksi antara setiap organisme dengan
lingkungannya merupakan proses yang tidak sederhana, melainkan suatu
proses yang kompleks. Ekologi sendiri merupakan suatu hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
1. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan luas petak
minimum yang dapat mewakili tipe komunitas yang sedang dianalisis.
1. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini yaitu dapat menentukan luas petak minimum
yang dapat mewakili tipe komunitas yang sedang dianalisis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, yaitu seorang
ahli biologi berkebangsaan Jerman pada tahun 1869. Istilah ekologi berasal
dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal atau
tempat hidup atau habitat, dan logos yang berarti ilmu, telaah, studi, atau
kajian. Oleh karena itu, secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang atau ilmu
menganai makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang tempat tinggal
makhluk hidup (Inriyanto, 2006).
Ekologi (Oikos dan logos) sedang ekonomi (Oikos dan nomos) sehingga
kedua ilmu itu banyak persamaannya. Namun dalam ekologi, mata uang yang
dipakai dalam transaksi bukan rupiah atau dolar, melainkan materi, energi,
dan informasi. Arus materi, energi, dan informasi dalam suatu komunitas
atau beberapa komunitas mendapat perhatian utama dalam ekologi, seperti
uang dalam ekonomi. Oleh karena itu transaksi dalam ekologi berbentuk
materi, energi, dan informasi (Riberu, 2002).
Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem (sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Oleh karena itu ekosistem adalah tatanan kesatuan secara
utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan yang saling
mempengaruhi. Berdasarkan pengertian di atas, suatu sistem terdiri dari
komponenkomponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan.
Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik)
yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Keteraturan itu
terjadi karena adanya arus materi dan energi, yang terkendali oleh arus
informasi antara komponen dalam ekosistem (Riberu, 2002).
1. Bahan tak hidup (abiotik, non hayati): komponen fisik dan kimia, misalnya:
tanah, air, matahari, dan lain-lain. Komponen ini merupakan medium
(substrat) untuk berlangsungnya kehidupan.
2. Produsen: organisme autotrofik (tumbuhan hijau)
3. Konsumen: organisme heterotrofik, misalnya: manusia, hewan yang makan
organisme lainnya.
4. Pengurai (perombak atau dekomposer): organisme heterotrofik yang
mengurai bahan organik yang berasal dari organisme mati.
Suatu wilayah berukuran luas atau besar, vegetasinya terdiri atas beberapa
bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol sehingga terdapat
berbagai tipe vegetasi.Vegetasi terbentuk oleh atau terdiri atas semua spesies
tumbuhan dalam suatu wilayah dan memperlihatkan pola distribusi menurut
ruang dan waktu. Tipe-tipe vegetasi dicirikan oleh bentuk pertumbuhan
tumbuhan dominan tau paling besar atau paling melimpah dan tumbuhan
karakteristik (Harjosuwarno, 1990)
Habitat dan relung, dua istilah tentang kehidupan organisme. Habitat adalah
tempat hidup suatu organisme. Habitat suatu organisme dapat juga disebut
“alamat”. Relung (niche atau nicia) adalah profesi atau status suatu
organisme dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu, sebagai akibat
adaptasi struktural, tanggal fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu.
Penyesuaian diri secara umum disebut adaptasi. Kemampuan adaptasi
mempunyai nilai untuk kelangsungan hidup. Makin besar kemampuan
adaptasi makin besar kementakan kelangsungan hidup organisme (Riberu,
2002).
Vegetasi merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh atau merupakan
suatu masyarakat yang dinamis. Masyarakat tumbuh-tumbuhan terbentuk
melalui beberapa tahap invasi tumbuh-tumbuhan, yaitu adaptasi, agregasi,
persaingan dan penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh dan stabilitasi.
Untuk menuju ke suatu vegetasi yang mantap diperlukan waktu sehingga
dengan berjalannya waktu vegetasi akan menuju ke keadaan yang
stabil,proses ini merupakan proses biologi yang dikenal dengan istilah
suksesi (Odum, 1972).
1. Ukuran petak.
2. Bentuk petak.
3. Jumlah petak.
4. Cara meletakkan petak dilapangan.
Kurva spesies-area (bahasa Inggris: species-area curve, SAC),
dalam ekologi, adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara jumlah
jenis dengan ukuran kuadrat (petak ukur). Grafik itu biasanya menunjukkan
pola pertambahan jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran kuadrat kecil
sampai pada suatu titik tertentu dan sesudah itu semakin mendatar seiring
dengan peningkatan ukuran kuadrat. SAC dapat digunakan untuk
menentukan luas kuadrat tunggal minimum yang mewakili suatu komunitas
tumbuhan dari segi jenis penyusun (Wikipedia, 2014).
Penelitian dilakukan dengan analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat
berukuran 1m x 1m. Untuk menentukan blok pengamatan dilakukan dengan
metode purposive sampling yaitu dipilih blok yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Pada masing-masing lahan, plot sampel diletakkan di gawangan
dan piringan. Pada masing-masing lahan, plot sampel diletakkan di
gawangan dan piringan (Soekisman, 1984).
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu
jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup
kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa
duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada
komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang
kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan
teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka
dapat ditetapkan: (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat
yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili
keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode
jalur (Andre, 2009).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak
contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak
contoh (sampling area) yang dianggap prepresentatif dengan suatu tipe
vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari (Sugianto, 1994).
Pada petak tersebut, kita mendata jenis-jenis pohon yang terdapat di dalam
petak tadi. Pada petak pertama (ukuran 1m x 1m), kita menemukan adanya
jenis tumbuhan bawah (……………, ………, dan ………..) serta pohon
………………… Kemudian, Ukuran petak ini diperbesar dua kali lipat (1m
x 2m) dan jenis tumbuhan yang terdapat di dalamnya pun didata pula.
Hasilnya adalah adanya penambahan tumbuhan bawah …………………..
Dengan menggunakan rumus yang ada, persen kenaikan masih berada tepat
pada 10 % sehingga pekerjaan pun dilanjutkan sampai persen kenaikan
mencapai kurang dari 10 %. Luas minimum ini ditetapkan dengan dasar jika
penambahan luas petak tidak menyebabkan persen kenaikan jumlah jenis
lebih dari 5-10% (Oosting, 1958; Cain & Castro, 1959) (Kusuma dan Istomo,
1995).
Pada saat petak penelitian kita mencapai 2m x 2m, ternyata kita mendapatkan
tambahan jens tumbuhan bawah ………………. dan persen kenaikan yang
didapat adalah 9.09 % atau tidak melebihi dari nilai 10 %, maka pembuatan
dan pendataan petak pun dihentikan. Apabila kita analisis, dapat ditetapkan
bahwa luas petak ukur yang dapat mewakili komunitas pada padang rumput
tersebut adalah adalah 2m x 2m atau 4m2. Luasan ini bukanlah harga mutlak
bahwa luas petak ukur yang harus kita gunakan adalah 2m x 2m, tetapi nilai
tersebut adalah nilai minimum luasan yang mewakili (Rahardjanto, 2001).
Apabila kita bandingkan luasan minimum antara hutan alam, hutan tanaman,
dan padang rumput, maka kita bisa menentukan bahwa besarnya
perbandingan luas petak minimum yang mewakili ekosistem hutan alam
adalah yang paling besar luasnya atau sekitar 8m x 16m. Hal ini dikarenakan
bahwa pada hutan alam, jenis tumbuhan yang ada paling heterogen dibanding
hutan lainnya, sehingga membutuhkan luasan yang lebih banyak untuk
mendapatkan nilai persen kenaikan dibawah 10 % (Rahardjanto, 2001).
Selanjutnya adalah hutan tanaman yang membutuhkan luas lebih kecil dari
hutan alam atau sekitar 4m x 8m sampai 8m x 8m. Sedangkan pada padang
rumput seperti yang telah kita amati hanya membutuhkan luasan sekitar 2m x
2m, hal ini dikarenakan keragaman jenis yang ada pada ekosistem padang
rumput lebih sedikit tiap penambahan luasannya dibanding ekosistem hutan
lainnya, sehingga luasan minimum yang mewakili ekosistem hutan yang
dibutuhkan pun lebih kecil. Hal yang paling mendasar yang membedakan
luas minimum tiap jenis hutan adalah seberapa besar penambahan jenis
tumbuhan di tiap petak yang kita amati (Rahardjanto, 2001).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang
digunakan untu menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh
(kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh
(sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada
suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai
hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut, maka makin luas petak contoh yang digunakan (Surasana, 1990).
Metode kuadrat pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon
saja yangmenjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat
digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir
volumenya. Keragaman spesies dapat diambiluntuk menandai jumlah spesies
dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesiesdiantara jumlah total
individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakansecara
numerik sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting (Rahardjanto,
2001).
Metode Kuadrat adalah salah satu metode dengan bentuk sampel dapat
berupa segiempat atau lingkaran dengan luas tertentu. Hal ini tergantung
pada bentuk vegetasi. Berdasarkan metode pantauan luas minimum akan
dapat di tentukan luas kuadrat yang diperlukan untuk setiap bentuk vegetasi
tadi. Untuk setiap plot yang di sebarkan di lakukanperhitungan terhadap
variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan frekuensi. Variabel kerimbunan
dan kerapatan di tentukan berdasarkan luas kerapatan. Dari spesies yang
ditemukan dari sejumlah kuadrat yang di buat (Rahardjanto, 2001).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Sabtu /27 September 2014
rm(list=ls(all=TRUE))
#—————-ambil data——————–
setwd(‘D:/SEMESTER V/EKTUM’)
dataku<-read.table(“kurva spesies
area2.csv”,header=TRUE,sep=”;”,dec=”,”)
dataku
options(digit=3)
#————————————————————————–
luas.mt<-function(x,y
{ls.m<-x*y
return (ls.m)
#——————————————————————–
Luas.m<-luas.mt(dataku$Panjang,dataku$Lebar)
Luas.m
#———————————————————————
luas.ha<-function(x
{ ls.ha<-x/10000
return (ls.ha)
}
#——————————————————————
Luas.ha<-luas.hauas.m)
Luas.ha
#————————————————————————-
akumulasi<-cumsum(dataku$Spbaru)
akumulasi
#——————————————————
#——————–Spesies—————————————-
persen<-function(x,y)
{x/y*100}
Persentase
#————————————————————
#————menggabungkan data————————
dataku <-data.frame(dataku,Luas.m,Luas.ha,akumulasi,Persentase)
dataku
#——————————————————————
write.table(dataku,file=”Kurva Spesies
Area1 Ayu.csv”,append=FALSE,sep=”;”,dec=”.”,row.names=FALSE,col.na
mes=TRUE)
#——————membuat grafik—————
#———————————————————————
#———membuat grid———–
grid(lty=1,lwd=1)
lines(dataku$Kode,dataku$akumulasi,col=’red’)
points(dataku$Kode,dataku$akumulasi,col=’blue’)
axis (1, at=1:7, lab= c (“1”, “2”, “3”, “4”, “5”, “6”, “7” ))
#—————————————————————–
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
2. Tabel
Kode Panjang Lebar Spbaru Luas.m Luas.ha akumulasi Persentase
1 0.5 0.5 2 0.25 2.5e-05 2 0
5,00E-
2 0.5 1 0 0.5 05 2 100
1,00E-
3 1 1 2 1 04 4 75
2,00E-
4 1 2 3 2 04 7 ########
4,00E-
5 2 2 1 4 04 8 25
8,00E-
6 2 4 2 8 04 10 0
7 4 4 0 16 0.0016 10 0
2. Grafik
3. Gambar Plot
4. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan yang bertujuan untuk
menentukan luas petak minimum yang dapat mewakili tipe komunitas yang
sedang di analisis dan diperoleh data dari setiap daerah yang diplot berbeda-
beda jumlah ataupun jenis sepesiesnya. Pengamatan atau praktikum ini
dilakukan di lapangan samping masjid Ulil Albab UNM
Parangtambung, Pengamatan yang dilakukan adalah dengan membuat suatu
plot kurva spesies area dari ukuran terkecil hingga terbesar sampai pada tidak
adanya lagi keanekaragaman spesies. Plot dibuat dengan ukuran yang
berbeda-beda diantaranya (0,5m x 0,5m), (0,5m x 1m), (1m x 1m), (2m x
1m), (2m x 2m), (4m x 2m), (4m x 4m). Pembuatan plot berhenti pada
ukuran (4m x 4m) karena tidak ditemukannya lagi spesies yang baru.
Pengamatan yang pertama dilakukan yaitu dengan luas 0,5m x 0,5 m dengan
jumlah herba yang ditemukan adalah 2 spesies yakni rumput parit (Axonopus
compressus) dan sejenis liana yang memiliki bentuk daun seperti bintang.
Ukuran petak ini diperbesar dua kali lipat (0,5m x 1m) dan diytemukan
spesies yang sama pada plot pertama. Pada perbesaran 1m x 1m ditemukan
spesies berupa pohon yaitu angsana (Ptericarpus indicus). Pada perbesaran 2
x 1 ditemukan 3 spesies baru berupa anakan pohon dan semak yaitu
mengkudu (MorindaCitrifolia) dan katuk (Sauropus androgynus) serta satu
spesies yang berupa anakan dari famili Myrtacea (jambu-jambuan). Ukuran
diperbesar lagi menjadi (2m x 2m) dan ternyata terdapat 1 penambahan
spesies dengan ciri-ciri daun licin, batang berkayu dan bentuk daun jorong.
Pada ukuran petak yang diperbesar (4m x 2m) ditemukan 2 spesies baru yaitu
liana sejanis pohon yang menyerupai mengkudu dengan buah yang
berukuran kecil dan melekat pada batang. dan pada pot terakhir yaitu (4m x
4m) hanya terdapat satu spesies yaitu induk dari mengkudu
(Morinda citrifolia).
Pembuatan kurva spesies area ini dilakukan untuk mengetahui luasan petak
minimum yang akan mewakili ekosistem yang terdapat pada suatu petak
yang diplot. Kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan
untuk menganalisis vegetasi yang menggunakan petak contoh. Luasan petak
contoh mempunyai hubungan erat dengan keragaman jenis yang terdapat
pada areal tersebut. Makin beragam jenis yang terdapat pada areal tersebut,
makin luas kurva spesies areanya.
Berdasarkan data hasil pengamatan berupa tabel dan grafik dapat diketahui
bahwa secara umum. luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal, dimana semakin meningkat
keanekaragaman jenis maka semakin luas area petak. walaupun
keanekaragaman spesies itu tidad terlalu bervariasi. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan
petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe
vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak
contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut,maka makin luas petak contoh yang digunakan
(Sugianto ,1994).
Keanekaragaman yang tidak terlalu bervariasi dari satu plot ke plot yang lain
tersebut disebabkan karena lokasi yang ditempati sangat gersang dan banyak
timbunan tanah serta faktor musim juga sangat menentukan yang pada saat
ini bertepatan dengan musim kemarau.
1. Saran
Pada praktikum Ekologi Tumbuhan selanjutnya sebaiknya praktikan
membawa buku identifikasi tumbuhan/kunci determinasi sehingga tumbuhan
yang ditemukan pada plot dapat dengan mudah diidentifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andre. M. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari
Analisa Vegetasi. http://boymarpaung.wordpress.com. Makassar: Diakses
pada Tanggal 17 Oktober 2014.
Arrijani, dkk. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango. Biodiversitas. Volume 7, Nomor 2, Hal 147-153.
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Manado: Bandar Lampung:
Campbell, Neil.A, Mitchell, Ritche. 2004. Biologi Jilid 4. Erlangga: Jakarta.
Harjosuwarno, S. 1990. Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi
UGM:
Yogyakarta.