You are on page 1of 10

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR

SISWA DI SMA S XAVERIUS BUKITTINGGI

Adinda1, Dodi Pasila Putra2


Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittingi1 2

Abstract

This research is based on a phenomenon that occurs among students at SMA S Xavier
Bukittinggi, indicating that there are students who have learning achievement problems, due
to poor communication between students and their parents. This research aims to determine
the significant relationship and determine the level of relationship between family
communication patterns and student learning achievement at SMA S Xavier Bukittinggi. This
research uses quantitative methodology and specifically focuses on correlation analysis. The
target population for this research was students from three different classes, namely X E, XII
F, and class XII, totaling 223 people. To ensure a representative sample, a proportional
random sampling technique was used, namely the number of students selected from each class
was proportional to the number of students in that class. So, the number of students sampled
was 56 students. To carry out this research, the tools used consisted of a scale specifically
designed to assess Family Communication Patterns, as well as documented data regarding
student achievement scores. The statistical technique used to test research hypotheses is
known as the Pearson Product Moment correlation test. The findings of this research indicate
that there is a significant relationship between the family communication pattern variable (X)
and the learning achievement variable (Y), with a significance value of 0.000, less than the
accepted threshold of 0.05. This shows that the null hypothesis (H0) is rejected. The Pearson
Correlation Coefficient obtained from the research was -0.607 indicating a strong
relationship between the two variables in the interpretation range of 0.60 – 0.799. From this
research it can be concluded that as family communication patterns improve, student learning
achievement tends to decrease. Conversely, when family communication patterns are low,
student learning achievement is likely to increase.

Keywords: Learning Achievement, Family Communication Patterns

Abstrak
Penelitian ini berlatarbelakang fenomena yang terjadi pada siswa di SMA S Xaverius
Bukittinggi, terindikasi adanya siswa yang memiliki masalah prestasi belajar, dikarenakan
kurang baiknya komunikasi yang terjalin antara siswa dengan orang tuanya. Penelitian ini
bertujuan mengetahui hubungan yang signifikan serta mengetahui tingkat hubungan antar pola
komunikasi keluarga dengan prestasi belajar siswa di SMA S Xaverius Bukittinggi. Penelitian
ini menggunakan metodologi kuantitatif dan secara khusus berfokus pada analisis korelasi.
Populasi sasaran penelitian ini adalah siswa dari tiga kelas berbeda yaitu X E, XII F, dan kelas
XII yang berjumlah 223 orang. Untuk menjamin sampel yang representatif digunakan teknik
proporsional random sampling, yaitu jumlah siswa yang dipilih dari setiap kelas sebanding
dengan jumlah siswa di kelas tersebut. Jadi, jumlah siswa yang dijadikan sampel adalah 56
siswa. Untuk melaksanakan penelitian ini, alat yang digunakan terdiri dari skala yang
dirancang khusus untuk menilai Pola Komunikasi Keluarga, serta data terdokumentasi
mengenai nilai prestasi siswa. Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian dikenal dengan uji korelasi Pearson Product Moment. Temuan penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pola komunikasi

1
keluarga (X) dengan variabel prestasi belajar (Y), dengan nilai signifikansi sebesar 0,000
kurang dari ambang batas yang diterima sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis
nol (H0) ditolak. Koefisien Korelasi Pearson yang diperoleh dari penelitian sebesar -0,607
menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara kedua variabel dalam rentang interpretasi
0,60 – 0,799. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin meningkat pola
komunikasi keluarga maka prestasi belajar siswa cenderung menurun. Sebaliknya, ketika pola
komunikasi keluarga rendah maka prestasi belajar siswa kemungkinan besar akan meningkat.

Kata Kunci: Prestasi Belajar, Pola Komunikasi Keluarga

Latar Belakang
Pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk individu, menentukan
kedudukan moral mereka dan kepatuhan terhadap norma-norma masyarakat. Menyadari
pentingnya hal ini, pemerintah sangat mementingkan sektor pendidikan, karena sistem yang
berfungsi dengan baik mempunyai potensi untuk menghasilkan generasi masa depan yang
dilengkapi dengan keterampilan dan kemampuan beradaptasi yang diperlukan untuk
bermasyarakat. Pada Undang-Undang No 20 Tahun 2003 menekankan pada pengembangan
kemampuan dan penanaman akhlak mulia serta peradaban, dengan tujuan akhir
meningkatkan kapasitas mencerdaskan bangsa. Pendidikan berupaya untuk membuka potensi
siswa, menanamkan dalam diri mereka keyakinan dan pengabdian yang mendalam kepada
kekuatan yang lebih tinggi, sekaligus memupuk kualitas seperti integritas, kesehatan yang
baik, pengetahuan, kreativitas, kemandirian, dan kewarganegaraan yang bertanggung jawab
dalam masyarakat demokratis.(Triatno, 2009).
Oleh sebab itu, setiap individu hendaknya memiliki ilmu agar dapat menjalani
kehidupan sebagaimana seharusnya serta memudahkan individu untuk beradaptasi. Mengenai
hal tersebut, Allah SWT. Menyebutkan dalam QS. Al-Mujadalah: 11 yang berarti : “... Dan
apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan...”. Dari dalil tersebut,
dapat ditafsirkan bahwa Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang mukmin dan
orang-orang yang berilmu hingga beberapa derajat (Suprapno et al., 2022). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa setiap individu yang memiliki ilmu yang ia peroleh dari hasil belajarnya
maka Allah akan mengangkat derajatnya. Dari tafsir tersebut juga dapat diketahui bahwa
adanya kewajiban bagi setiap individu untuk menuntut ilmu, terutama seorang individu yang
berstatus sebagai siswa.
Siswa yang telah menyelesaikan perjalanan pendidikannya, tidak dapat dipungkiri akan
memperoleh segudang ilmu pengetahuan, yang terlihat dari prestasi akademisnya. Yang
dimaksud dengan “prestasi belajar” sebagaimana dimaksud Hadari Nawai dalam Sutiah
adalah sejauh mana keberhasilan siswa dalam memahami dan menguasai muatan pendidikan
di lingkungan sekolah. Keberhasilan ini biasanya diukur dengan nilai yang diperoleh dari
ujian yang menilai serangkaian mata pelajaran atau topik tertentu (Sutiah, 2020). Jadi, dapat
diambil simpulan bahwa prestasi belajar merupakan sebuah skor yang diperoleh melalui
sebuah ujian yang menguji siswa terkait dengan apa yang dipelajari sebelumnya.
Terdapat faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap keberhasilan akademik
seseorang, secara internal dan eksternal. Faktor krusial yang sangat memberikan pengaruh
pada prestasi belajar siswa di sekolah merupakan keluarga. Keluarga berfungsi sebagai
lingkungan terdekat dan terdekat bagi seorang siswa, dan peran orang tua dalam memberikan
pendidikan sangat penting dalam kemajuan akademik anak.

2
Keluarga, yang merupakan landasan dasar masyarakat, mencakup berbagai konfigurasi
seperti pasangan menikah yang memiliki atau tidak memiliki anak, orang tua tunggal dengan
anak, atau saudara sedarah yang mencakup hingga tiga generasi.(Undang-Undang, 2003).
Konsep kehidupan keluarga berkisar pada gagasan bahwa manusia berkembang dalam
kelompok, bukan dalam isolasi, dan kelompok sosial ini terkait dengan norma dan nilai
masyarakat. Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani para
anggotanya sekaligus menawarkan kesempatan yang luas untuk interaksi sosial antar anggota
keluarga, termasuk dalam membesarkan dan mengasuh anak.(Solaeman, 1994). Adapun
sosialisasi yang dapat dibangun dalam keluarga adalah komunikasi.
Menurut Aziz Safrudin, pola komunikasi keluarga berkisar pada pemanfaatan berbagai
unsur seperti bahasa verbal, gerak tubuh, nada suara, dan tindakan untuk membentuk suatu
kerangka yang menumbuhkan persepsi positif dan optimis. Selain itu, pola ini juga mencakup
artikulasi emosi dan penanaman pemahaman bersama di antara anggota keluarga.(Aziz,
2015). Teori yang dibahas oleh peneliti dalam penelitian ini sangat relevan karena dapat
secara efektif mencakup dan berhubungan dengan partisipan yang terlibat dalam penelitian
ini. Selain itu, teori ini dapat menjelaskan secara komprehensif dan tepat dinamika
komunikasi dalam keluarga, menjadikannya alat yang ideal untuk mengatasi dan
menguraikan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini.
Adapun dimensi dari komunikasi keluarga terdiri atas 2 dimensi yaitu, dimensi
Conformity Orientation dan dimensi Conversation Orientation. Conformity Orientation
merupakan pola komunikasi ini memberikan dorongan pada anak-anak agar dapat
mengembangkan perspektif serta menimbang masalah. Sedangkan Conversation Orientation
merupakan pola komunikasi ini bertujuan membentuk keharmonisan hubungan serta mampu
menciptakan hubungan sosial dengan suasana yang nyaman dan menyenangkan (Thoyibah,
2021).
Apabila dimensi-dimensi dari pola komunikasi keluarga di atas tidak dapat dijalankan
dengan sebagaimana mestinya, tentu akan menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan pada
aspek lainnya, termasuk pada aspek prestasi belajar anak di sekolah. Beberapa fenomena
yang ada di lapangan yaitu di SMK S Xaverius Bukittinggi terkait penelitian, yang dijelaskan
langsung oleh guru BK melalui wawancara yang dilakukan. Dari wawancara bersama guru
BK ini diperoleh keterangan bahwa adanya siswa yang datang ke ruang BK bercerita tentang
masalah keluarga yang dihadapinya dan menyebabkan proses belajarnya terganggu, padahal
siswa tersebut termasuk siswa yang berpretasi dalam belajar. Dengan adanya feneomena
tersebut, tentu menjadi sebuah permasalahan nantinya, ditangani dengan baik.Berdasarkan
fenomena di atas terdapat beberapa indikasi dari prestasi belajar siswa dan pola komunikasi
keluarga siswa di SMA S Xaverius Bukittinggi. Fenomena yang ada pada SMA S Xaverius
Bukittinggi tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Pola Komunikasi Keluarga dengan Prestasi Belajar Siswa di SMA S Xaverius
Bukittinggi”.

Metode Penelitian
Penelitian ini berjenis kuantitatif yang ditandai dengan fokus pada data numerik dan
penerapan analisis statistik untuk interpretasinya. (Sugiyono, 2016). Penelitian ini
menggunakan menggunakan teknik korelasional. Korelasi pada konteks ini mengacu pada
pemeriksaan adanya hubungan prediktif antara variabel yang berbeda. Secara spesifik
variabel yang diteliti dinyatakan sebagai variabel X dan variabel Y yang masing-masing
terkait Pola Komunikasi Keluarga dan Prestasi Belajar Siswa.
Penelitian dilakukan terhadap 223 siswa dari berbagai kelas di SMA S Xaverius
Bukittinggi, khususnya kelas X E, XI F, dan kelas XII. Para peneliti menggunakan teknik

3
pengambilan sampel acak proporsional untuk memastikan bahwa pengambilan sampel
didistribusikan secara merata ke seluruh kelas berdasarkan jumlah siswa di setiap kelas. Oleh
karena itu, total 56 siswa dipilih sebagai sampel untuk penelitian ini.
Proses pengumpulan data melibatkan pemberian kuesioner yang menggunakan skala
Likert. Skala ini menawarkan kepada responden lima pilihan berbeda untuk dipilih, dari
“sangat sesuai” hingga “sangat tidak sesuai”, untuk mengukur pendapat mereka. Selain itu,
data prestasi akademik mahasiswa juga dicatat, khususnya nilai rata-rata semester pertama.
Kuesionernya sendiri berjumlah 26 pernyataan yang berkisar pada topik pola komunikasi
keluarga.
Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 26 untuk
menyajikan informasi statistik deskriptif. Hal ini dilakukan dengan membuat tabel distribusi
frekuensi yang memuat rumus untuk menentukan tingkat keberhasilan individu yang
berpartisipasi dalam penelitian. Untuk menjamin keakuratan data, berbagai pengujian
dilakukan. Pengujian tersebut meliputi pemeriksaan normalitas dan linearitas, serta pengujian
hipotesis dengan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment.

Hasil dan Pembahasan


Hasil
Setelah data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan, temuan
penelitian dapat disajikan dalam berbagai cara. Diantaranya adalah deskripsi data, pengujian
data, dan pengujian hipotesis.

1. Deskripsi Data
Berikut tabel deskriptif statistik data hubungan pola komunikasi keluarga dengan prestasi
belajar siswa dengan menggunakan SPSS 26:

Tabel 1. Deskriptif Statistik dengan SPSS

Descriptive Statistics

Std.
Mini- Maxi- Deviati Varian-
N Range mum mum Mean on ce
Pola Komunikasi 56 24 60 84 71,13 7,860 61,784
Keluarga (X)
Prestasi Belajar (Y) 56 12 80 92 86,89 4,250 18,061

Valid N (listwise) 56

Tabel diatas memberikan informasi detail mengenai range, nilai minimum, nilai
maksimum, mean, standar deviasi, dan varians dari variabel (X) Pola Komunikasi Keluarga.
Kisaran variabel X adalah 24, dengan nilai minimum 60 dan nilai maksimum 84. Nilai mean
dihitung sebesar 72,66, dengan standar deviasi 7,421 dan varians 55,065. Lanjut pada variabel
(Y) prestasi belajar siswa rentangnya adalah 12 dengan nilai minimum 80 dan nilai maksimum

4
92. Nilai mean variabel ini adalah 86,89 dengan standar deviasi 4,250 dan variansi 18,061.
Format tabel distribusi frekuensi untuk variabel “Pola komunikasi keluarga” (X) yakni:

Tabel 2. Tabel Distribusi Frekuensi Pola Komunikasi Keluarga (X)


Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
79 – 84 Sangat Baik 14 25
74 – 78 Baik 5 9
69 – 73 Sedang 9 16
64 – 68 Buruk 16 29
59 – 63 Sangat Buruk 12 21
Total 56 100

Berdasarkan analisis tabel di atas, terlihat jelas bahwa sebagian besar Pola Komunikasi
Keluarga termasuk dalam kategori sangat terpuji, dengan persentase skor signifikan sebesar
25% berdasarkan tanggapan 14 orang. Sebagai perbandingan, kategori baik memperoleh
persentase skor sebesar 9% dengan jumlah responden 5 orang, sedangkan kategori sedang
memperoleh skor persentase 16% dengan jumlah peserta 9 orang. Sebaliknya, kategori buruk
ditandai dengan skor persentase cukup besar sebesar 29% dengan jumlah responden sebanyak
16 orang, sedangkan kategori sangat buruk diwakili dengan skor persentase sebesar 21% dan
melibatkan partisipasi 12 orang. Format tabel frekuensi variabel prestasi belajar (Y) ialah:

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar (Y)


Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
90 – 92 Sangat Tinggi 23 41
88 – 89 Tinggi 10 18
86 – 87 Sedang 3 5
84 – 85 Rendah 2 4
< 82 – 83 Sangat Rendah 18 32
Total 56 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa sebagian besar capaian pembelajaran masuk
dalam kategori sangat terpuji yaitu sebesar 41% dari total peserta sebanyak 23 orang.
Sebaliknya, kategori tinggi mencakup 18% pencapaian, mencakup 10 individu. Selain itu,
kategori sedang mewakili 5% capaian yang melibatkan 5 responden. Sedangkan kategori
rendah hanya mencakup 4% capaian, dengan jumlah peserta hanya 2 orang. Terakhir,
kategori sangat rendah mencakup 32% pencapaian, atau berkorelasi dengan total 18 individu.

2. Uji Analisis Prasyarat


Proses pengujian data meliputi pelaksanaan uji normalitas dan linearitas yakni:
a) Uji Normalitas
Tujuan dilakukannya uji normalitas adalah mengetahui data sampel dari populasi
berdistribusi normal. Menurut Cruisietta Kaylana Setiawan & Sri Yanthi Yosepha (2020), jika

5
tingkat signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05 berarti data sampel berdistribusi
normal. Sebaliknya jika tingkat signifikansinya kurang dari 0,05 maka menunjukkan bahwa
data sampel tidak sesuai dengan distribusi normal. Dengan kata lain sebaran datanya
cenderung menyerupai sebaran normal. Dimana hasil pengolahannya yakni:

Tabel 4. Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 56
Normal Parametersa,b ,0000000 ,0000000
3,01636087 3,37696467
Most Extreme Differences ,112 ,081
,065 ,055
-,112 -,081
Test Statistic ,112
Asymp. Sig. (2-tailed) ,080c

Berdasarkan temuan uji normalitas Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai signifikansi


sebesar 0,080 lebih besar dari ambang batas yang berlaku umum yaitu 0,05. Oleh karena itu,
kami dapat dengan yakin menyatakan bahwa, sesuai dengan pedoman pengambilan
keputusan yang telah ditetapkan, nilai sisa dapat dianggap mengikuti distribusi normal.
Kesimpulan ini diambil dari nilai signifikansi sebesar 0,080 melebihi ambang batas yang
telah ditentukan yaitu 0,05.

b) Uji Linearitas
Uji linieritas merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menilai kelinieran data
atau memastikan adanya hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Jika nilai
signifikansi melebihi 0,05 berarti variabel X dan variabel Y dapat dikatakan linier atau
berkorelasi.

Tabel 4. Hasil Uji linearitas


ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Prestasi Between (Combined) 676,440 18 37,580 4,387 ,000
Belajar (Y) Groups Linearity 492,943 1 492,943 57,55 ,000
* Pola 1
Komunikasi Deviation 183,497 17 10,794 1,260 ,270
Keluarga from
(X) Linearity
Within Groups 408,492 316,917 37 8,565
Total 993,357 993,357 55

6
Berdasarkan temuan uji linearitas yang dilakukan, diketahui terdapat penyimpangan
linearitas dengan tingkat signifikansi sebesar 0,270 yang melebihi ambang batas sebesar 0,05.
Artinya, sesuai dengan kaidah umum pengambilan keputusan, maka variabel yang mewakili
Pola Komunikasi Keluarga (X) dan variabel yang mewakili Prestasi Belajar Siswa (Y)
mempunyai hubungan linier, dengan nilai signifikansi 0,270 jauh lebih besar dari 0,05.

3. Uji Hipotesis
Tujuan utama pengujian hipotesis penelitian adalah untuk menguji dan mengevaluasi
hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian. Adapun rumusan hipotesis pada penelitian ini
yaitu :
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara pola komunikasi keluarga
dengan prestasi belajar.

H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola komunikasi


keluarga dengan prestasi belajar.

Uji hipotesis khusus ini menggunakan teknik analisis korelasi product moment yang
dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 26. Berikut hasil uji hipotesis dengan
teknik korelasi product moment :

Tabel 5. Uji Korelasi Pearson Product Moment


Correlations
Pola Komunikasi
Keluarga (X) Prestasi Belajar (Y)
Pola Komunikasi Keluarga (X) Pearson 1 -,704**
Correlation
Sig. (2-tailed) ,000
N 56 56
Prestasi Belajar (Y) Pearson -,704** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) ,000
N 56 56
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan informasi pada tabel dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi negatif
(-0,607) antara Penggunaan Pola Komunikasi Keluarga dengan Prestasi Belajar Siswa. Nilai
korelasi tersebut dibandingkan dengan nilai rtabel sebesar 0,2632 pada taraf signifikansi 0,05,
dengan derajat kebebasan (df) sama dengan N-2, sehingga menghasilkan nilai 54. Karena
nilai korelasi hitung (-0,704) lebih besar dari nilai rtabel maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara Pola Komunikasi Keluarga dengan Prestasi Belajar
Siswa. Dengan kata lain, apabila nilai korelasi hitung melebihi nilai rtabel maka
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan.

7
Berdasarkan dasar pengambilan keputusan, tabel korelasi product moment yang
disajikan di atas memungkinkan kita mencapai temuan konklusif bahwa nilai signifikansi,
yang berada pada angka 0,000 dan lebih kecil dari ambang batas yang telah ditentukan yaitu
0,05, menunjukkan adanya korelasi yang jelas antara Komunikasi Keluarga dan Komunikasi
Keluarga. Prestasi Belajar Siswa.
Berdasarkan data pada tabel product moment, nilai korelasi Pearson antara variabel Pola
Komunikasi Keluarga (X) dengan variabel Prestasi Belajar Siswa (Y) sebesar -0,704.
Mengacu pada tabel panduan interpretasi koefisien korelasi, koefisien korelasi sebesar -0,704
berada pada rentang 0,60 hingga 0,799 yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara
kedua variabel. Kesimpulannya variabel Pola Komunikasi Keluarga (X) dan variabel Prestasi
Belajar Siswa (Y) mempunyai hubungan yang kuat dengan nilai korelasi Pearson sebesar -
0,704.

Pembahasan
Penelitian ini bertujuan menguji ada tidaknya korelasi atau hubungan antara dua
variabel yang signifikan dan mengetahui tingkat hubungan di SMA S Xaverius Bukittinggi.
Proses penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan angket pola komunikasi orang tua
(variabel X) yang berisi 26 item pernyataan dan nilai rata-rata rapor semester 1 yang
mencakup nilai kognitif dan keterampilan (variabel Y) dari 56 siswa sebagai sampel dari
penelitian.
Penelitian ini termasuk penelitian korelasi kuantitatif, yang secara khusus berfokus
menguji hubungan antara dua variabel, yaitu variabel X dan variabel Y. Temuan penelitian
diperoleh dari beberapa pengujian, termasuk uji korelasi Pearson Product Moment yang
digunakan untuk menentukan arah dan kuatnya hubungan antara variabel X (pola komunikasi
keluarga) dan variabel Y (prestasi belajar). Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000 <
0,05 menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak. Dengan mengacu pada tabel panduan
interpretasi koefisien korelasi, nilai Pearson Correlation sebesar -0,704 berada pada rentang
hubungan kuat yaitu pada interval 0,60 – 0,799.
Setelah menganalisis informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa tingkat
korelasi pola komunikasi keluarga dengan prestasi belajar siswa di SMA S Xavier
Bukittinggi berada dalam rentang sedang. Temuan penelitian ini menggambarkan bahwa
terdapat hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan prestasi belajar siswa di SMA S
Xavier Bukittinggi, sehingga menyebabkan ditolaknya hipotesis nol (Ho) dan diterimanya
hipotesis alternatif (Ha).
Temuan penelitian ini sejalan dengan teori Sears yang menekankan pentingnya
komunikasi orang tua-anak dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Ketika orang tua
berkomunikasi efektif dengan anaknya, hal itu juga dapat berdampak positif terhadap
perkembangan mereka. Dinamika komunikasi dalam sebuah keluarga mempunyai peranan
penting dalam membentuk pengalaman dan prestasi anak di sekolah. Cara orang tua memberi
pendidikan kepada anak secara signifikan mempengaruhi keterlibatan dan kemajuan
akademis mereka. Mengabaikan pemantauan kemajuan pendidikan anak dapat
mengakibatkan rendahnya tingkat keberhasilan studinya. Selain itu, cara orang tua berbicara
dan secara aktif mendengarkan anak-anaknya sangat mempengaruhi kemampuan mereka
berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Telah diamati bahwa orang tua dari anak

8
yang bisa beradaptasi cenderung memiliki ikatan komunikasi yang kuat dengan anak-anak
mereka.(Sears, 1986).
Orang tua berperan besar membentuk perjalanan pendidikan anak, karena mereka
memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan pengetahuan dasar, menumbuhkan sikap
positif, dan mengasah keterampilan penting. Hal ini mencakup pendidikan agama, pembinaan
budi pekerti, budi pekerti yang baik, penanaman apresiasi terhadap estetika, cinta dan kasih
sayang, penanaman rasa aman, pengenalan norma dan peraturan masyarakat, serta pembinaan
kebiasaan yang baik. akan sangat mempengaruhi perilaku dan pilihan mereka sepanjang
hidup mereka (Maimunah & Dkk, 2010).
Dalam penelitian yang dilakukan Sobayar (2005), ditemukan bahwa dinamika
komunikasi yang terjalin dalam sebuah keluarga mempunyai dampak besar pada kognitif
anak. Hal ini terutama karena keluarga berfungsi sebagai lingkungan awal dan dominan bagi
mereka, sehingga memiliki kekuatan untuk menumbuhkan suasana belajar yang mengasuh
dan kondusif, atau malah merugikan. Dalam unit keluarga, anak memperoleh keterampilan
penting, mengasah kreativitas, dan menginternalisasi nilai-nilai masyarakat. Namun, cara
orang tua berkomunikasi dengan anak-anaknyalah yang memainkan peran penting dalam
membentuk sikap dan pandangan hidup mereka secara keseluruhan. Pertukaran ide,
pengetahuan, pendapat, dan pengalaman dalam unit keluarga diharapkan dapat
menumbuhkan lingkungan yang menstimulasi, membina interaksi dan pertumbuhan yang
sehat bagi anak.
Menurut teori di atas, terdapat hubungan antara pola komunikasi keluarga dengan
prestasi belajar siswa. Lebih lanjut, temuan penelitian mendukung penerimaan Ha,
menunjukkan bahwa pola komunikasi orang tua berperan penting dalam menentukan
keberhasilan akademik siswa di SMA S Xavier Bukittinggi.

Kesimpulan
Hasil penelitian di SMA S Xavier Bukittinggi, menemukan adanya hubungan yang
kuat dan signifikan antara pola komunikasi keluarga dengan prestasi belajar siswa. Analisis
statistik menggunakan SPSS versi 26 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang
menyatakan bahwa hubungan pola komunikasi keluarga dengan prestasi belajar siswa adalah
signifikan secara statistik. Artinya pola komunikasi keluarga mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi belajar siswa di SMA tersebut. Koefisien korelasi sebesar -0,704
menunjukkan adanya korelasi negatif yang kuat, semakin mendukung adanya hubungan yang
signifikan antara pola komunikasi keluarga dengan prestasi belajar siswa. Secara
keseluruhan, temuan penelitian menunjukkan adanya hubungan yang jelas dan bermakna
antara pola komunikasi keluarga dengan prestasi belajar siswa di SMA S Xavier Bukittinggi.

Daftar Kepustakaan
Aziz, S. (2015). Pendidikan Keluarga. Gava Media.
Maimunah, & Dkk. (2010). PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Diva Press.
Sears, W. (1986). Anak Cerdas Peran Tua dalam Mewujudkannya. Aksara.

9
Setiawan, C. K., & Yosepha, S. Y. (2020). Pengaruh Green Marketing dan Brand Image
Terhadap Keputusan Pembelian Produk The Body Shop Indonesia. Jurnal Ilmiah M-
Progress, 10(1), 1–9.
Solaeman, M. I. (1994). Pendidikan dalam Keluarga. Alfabeta.
Solihat, M. (2005). Komunikasi Orang Tua dan Pembentukan Kepribadian Anak. Mediator :
Jurnal Komunikais, 6(2), 307–312.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. PT> Alfabet.
Suprapno, Zuhri, Nadhiroh, W., Hawa, S., Kahar, S., Dahniar, Khaidir, Makmur, Sofa, M.,
Rusnawati, & Marlena, R. (2022). Tafsir Ayat Tarbawi (Kajian Ayat-Ayat Pendidikan).
Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Sutiah. (2020). Optimalisasi Fuzzy Topsis : Kiat Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa.
Nizamia Learning Center.
Thoyibah, Z. (2021). Komunikasi dalam Keluarga. NEM.
Triatno. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana.
Undang-Undang. (2003). Anak, Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan,
Bab I Pasal 1. Indonesia Legal Center Publishing.

10

You might also like