Professional Documents
Culture Documents
available at http://ejournal.unp.ac.id/index.php/psikologi/
ELECTRONIC ISSN 2622-6626
berganda yang digunakan pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa stres akademik
dan kecerdasan emosional secara bersama-sama berperan dalam menentukan
kesejahteraan subjektif. Perolehan skor sebesar F = 14.792, p < 0,001 dan total kontribusi
kedua variabel adalah 21,2% (R2=0,212). Secara parsial hanya kecerdasan emosional yang
dapat memberikan kontribusi secara signifikan dengan perolehan nilai t sebesar 5,360 dan
nilai p signifikan (p<0,001), sedangkan stress akademik tidak berperan signifikan dalam
meningkatkan kesejahteraan subjektif mahasiswa.
Kata kunci: Stres Akademik, Kecerdasan Emosi, Kesejahteraan Subjektif, Mahasiswa
PENDAHULUAN
Pada tahun 2020, data Ditjen Dikti individu mencari jati dirinya (Asiyah, 2013).
mengungkapkan bahwa ada lebih dari 8 juta Sebagian besar mahasiswa juga merasakan
orang yang terdaftar sebagai mahasiswa pengalaman merantau, meninggalkan rumah
(PDDIKTI, 2020). Jumlah tersebut belum dan keluarga untuk pertama kalinya (Cleary et
termasuk jumlah mahasiswa Indonesia yang al., 2011).
belajar di luar negeri, artinya sebenarnya Pada masa awal pandemi COVID-19, proses
jumlah mahasiswa dalam lingkup pendidikan belajar mengajar dilakukan melalui platform
tinggi jauh lebih banyak. daring karena sebagian besar kampus
Faktanya mahasiswa memiliki tantangan mengalihkan semua perkuliahan dan kegiatan
dalam beradaptasi dengan kehidupan tatap muka. Pembelajaran seperti ini
perkuliahan. Misra dan Castillo (2004) dilakukan untuk menekan penyebaran virus
berpendapat bahwa individu mengalami COVID-19. Pembelajaran daring merupakan
kondisi penuh tekanan ketika melanjutkan kegiatan belajar mengajar dengan
pendidikan ke tingkat perguruan tinggi karena menggunakan jaringan internet untuk
perlu beradaptasi dengan lingkungan menyampaikan materi (Mustofa et al., 2019).
akademik dan sosial yang baru. Membuat Perubahan sistem atau pendekatan
pilihan hidup mandiri, menyesuaikan diri pembelajaran menuntut adaptasi yang cepat
dengan tuntutan kuliah, dan berinteraksi baik oleh mahasiswa maupun dosen.
dengan beragam orang baru merupakan Permasalahan tersebut dapat muncul jika
tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa pelaksanaannya tidak dipersiapkan dengan
(Hernandez-Torrano et al., 2020). Selain itu, baik sehingga menimbulkan sederet
masa kuliah merupakan masa dimana banyak
Samdal, 2012). Individu yang mengalami kesehatan fisik dan psikologis, kinerja
emosi positif cenderung lebih fokus pada studi akademik, dan kesejahteraan subjektif mereka
mereka dan menganggapnya menyenangkan. sampai tingkat tertentu. Zhong (2009) juga
Siswa terus-menerus ditantang dengan menambahkan bahwa stres dapat berdampak
menuntut tugas kuliah selama studi mereka, negatif pada kesehatan mental seseorang.
yang membuat mereka stres. Mahasiswa yang
Stres kerja dapat menurun ketika seseorang
tidak dapat memenuhi ekspektasi perkuliahan
memiliki tingkat kecerdasan emosi yang
dapat mengalami stres (Septiani & Fitria,
tinggi (Baharuddin et al., 2020; Noviati,
2016). Stres dapat disebabkan oleh berbagai
2015). Gangai & Agrawal, 2013 menemukan
faktor, antara lain tekanan, ujian, mata
bahwa penanganan stress yang tepat dapat
pelajaran yang menantang, sistem pendidikan
meningkatkan kinerja seseorang dengan
yang unik, dan kekhawatiran tentang rencana
mengimplementasi kecerdasan emosi.
setelah lulus (Ramli et al., 2018).
Hubungan negatif Antara stres dan
Kondisi emosional atau mental yang paling
kecerdasan emosi, dimana semakin tinggi
sering ditemui siswa selama menempuh
kecerdasan emosi seseorang, maka semakin
pendidikan adalah stres akademik (Ramli et
rendah tingkat stress yang dialami (Putra et
al., 2018). Gadzella dan Masten (2005)
al., 2016).
mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi
yang terjadi akibat adanya tuntutan dan Kecerdasan emosional adalah faktor penting
perubahan yang dialami seseorang. Stres lainnya untuk kesejahteraan subjektif siswa.
akademik merupakan kondisi yang muncul Salovey dan Mayer (1990) awalnya
akibat interaksi yang terjadi antara mengembangkan konsep kecerdasan
kepribadian seseorang, tingkat stres, dan emosional sebagai kemampuan individu
kecemasan yang terjadi saat menghadapi untuk memahami dan mengekspresikan
proses pembelajaran (Bedewy & Gabriel, emosi. Goleman (1998) percaya bahwa
2015). kecerdasan emosional adalah kemampuan
Dampak merugikan dari stres termasuk untuk memotivasi diri sendiri dan menahan
penurunan fungsi normal, kelelahan, dan frustrasi, mengendalikan dorongan hati dan
masalah kesehatan (Ramli et al., 2018). tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur
Ketika stres mahasiswa dilihat secara negatif suasana hati, dan menjaga agar stres tidak
atau berlebihan, hal itu dapat berdampak pada
melumpuhkan kemampuan berpikir dan Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
berempati. untuk mengetahui kontribusi stres akademik
dan kecerdasan emosional sebagai prediktor
Individu yang cerdas secara emosional dan
kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.
mahir dalam mengatasi kesulitan emosional
Berdasarkan tujuan tersebut penelitian ini
lebih cenderung bahagia dan memiliki
diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa
kesejahteraan yang lebih baik (Wang, Zou,
dan konselor sekolah dengan memberi
Zhang, & Hou, 2019). Individu dengan
pemahaman tentang faktor-faktor yang
kecerdasan emosional yang tinggi lebih
mempengaruhi kesejahteraan subjektif.
mampu mengendalikan emosinya; dengan
demikian mereka cenderung memiliki Metode Penelitian
kesejahteraan yang lebih baik (Salovey, Penelitian ini mengkaji prediktor
Bedell, Detweiler, & Mayer 1999). kesejahteraan subjektif di kalangan
Kecerdasan emosional dipandang sebagai mahasiswa yang mengikuti perkuliahan
tanda penyesuaian psikologis dan pendahulu selama masa pandemi Covid-19. Jenis
yang signifikan terhadap emosi kebahagiaan penelitian ini kuatitatif korelatif dengan
(Mayer & Salovey, 1995). populasi mahasiswa di Indonesia. Jumlah
partisipan sebanyak 118 mahasiswa.
Beberapa penelitian tentang stres akademik,
Penelitian ini menggunakan teknik purposive
kecerdasan emosional, dan kesejahteraan
sampling dengan kriteria yaitu mahasiswa
subjektif telah dilakukan. Penelitian
aktif dari tahun pertama sampai tahun
sebelumnya oleh Sánchez-Álvarez,
keempat, melakukan perkuliahan secara
Extremera, dan Fernández-Berrocal (2016)
daring selama masa pandemi Covid-19, dan
dan Burrus et al. (2012) menunjukkan bahwa
berasal dari jurusan yang berbeda di berbagai
terdapat hubungan yang signifikan antara
universitas di Indonesia.
kecerdasan emosional dengan kesejahteraan
subjektif. Bel et al. (2012) menemukan bahwa Kesejahteraan subjektif dalam penelitian ini
stres dan kesejahteraan berkorelasi terbalik. diukur menggunakan The Modified BBC
Namun, penelitian sebelumnya dilakukan di Subjective Well-being Scale (BBC-SWB)
budaya Barat, penelitian ini ingin melihat oleh Pontin et al (2013) yang diterjemahkan
apakah hasil penelitian juga sejalan pada ke dalam Bahasa Indonesia. BBC-SWB
budaya Timur. memiliki 23 item dari 3 subskala berdasarkan
orang. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 1 Berdasarkan hasil uji regresi berganda pada
latar belakang demografi berikut ini. tabel 2 menunjukkan skor F= 14.792
signifikan p <0.001. Pada tabel 3 dapat
Tabel 1. Latar Belakang Demografi
dilihat koefisien regresi R sebesar 0.460 dan
Jenis Kelamin n %
koefisien determinasi (R Square) sebesar
Laki-laki 23 19.5
Perempuan 95 80.5 0.212. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
Usia stres akademik dan kecerdasan emosional
18 tahun 11 9.3 secara bersama-sama mampu memprediksi
19 tahun 9 7.6
20 tahun 20 17 kesejahteraan subjektif mahasiswa.
21 tahun 40 34 Kontribusi kedua variabel prediktor dalam
22 tahun 23 19.5 persentase yaitu sebesar 21.2%. Lebih
23 tahun 12 10.1
detail dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3
24 tahun 1 0.8
25 tahun 2 1.7 berikut ini
Berdasarkan pada tabel 4 menunjukkan 5.360 dan signifikan p<0.001. Hasil tersebut
variabel stres akademik memiliki koefisien menunjukkan bahwa secara terpisah hanya
beta terstandarisasi sebesar -0.077 dengan kecerdasan emosional dapat meningkatkan
nilai t sebesar -0.857 dan tidak signifikan p = kesejahteraan subjektif, dan stres akademik
0.393 (p>0.001). Variabel kecerdasan tidak berperan signifikan. Lebih rinci
emosional memiliki koefisieen beta kontribusi masing-masing variabel dapat
terstandarisasi yaitu 0.479, nilai t sebesar dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Besaran Koefisien beta Setiap Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat
Coefficients
Model Unstandardized Standard Error Standardized t p
H0 (Intercept) 82.637 1.143 72.33 <.001
H1 (Intercept) 28.156 11.598 2.428 0.017
PAS -0.106 0.124 -0.077 -0.857 0.393
SSEIT 0.488 0.091 0.479 5.360 <.001
Pada tabel 5 hasil perkalian skor beta dengan Penelitian ini memiliki temuan bahwa stres
zero order menunjukkan skor korelasi r akademik dan kecerdasan emosional secara
variabel kecerdasan emosional. Sumbangan bersamaan mampu memprediksi
efektif kecerdasan emosional dapat dilihat kesejahteraan subjektif. Sejalan dengan
pada perolehan skor korelasi r = 0.155 dan penelitian Julika & Setyawati (2019) bahwa
koefisien regresi 0.479 (p<0.001). stress akademik dan kecerdasan emosional
Sedangkan koefisien regresi stres akademik - dapat memprediksi kesejahteraan subjektif
0.077 (p<0.001) dan tidak terdapat mahasiswa dari berbagai program studi di
sumbangan efektif stres akademik terhadap Yogyakarta. Hal ini disebabkan terdapat
kesejahteraan subjektif. Kecerdasan hubungan yang signifikan antara stres
emosional memberi sumbangan yang lebih akademik, kecerdasan emosional, dan
banyak dari pada stres akademik dalam kesejahteraan subjektif pada mahasiswa
memprediksi kesejahteraan subjektif. (Julika & Setyawati, 2017).
Pembahasan
dalam meningkatkan salah satu dimensi memliki kesejahteraan subjektif lebih tinggi
kesejahteraan subjektif yaitu harga diri dibandingkan mahasiswa perempuan. Juga
(Mehmood & Gulzar, 2014). Selain itu, kepuasan hidup lebih tinggi pada mahasiswa
kecerdasan emosi dapat memberi pengaruh yang berasal dari perguruan tinggi swasta
terhadap kesejahteraan subjektif pada remaja dibandingkan perguruan tinggi negeri
melalui moderasi dukungan sosial. Semakin (Islahuddinnya, Dewi, & Sari, 2002).
tinggi tingkat kecerdasan emosi dan memiliki SIMPULAN DAN SARAN
dukungan sosial yang tinggi, maka remaja Simpulan
mampu mencapai kesejahteraan subjektif Temuan penelitian ini menyimpulkan bahwa
(Putri, 2016). secara bersamaan stres akademik dan
kecerdasan emosional dapat memprediksi
Kecerdasan emosi yang tinggi berdampak
kesejahteraan subjektif. Secara parsial, hanya
positif pada kemampuan mengelola stres
kecerdasan emosional yang memiliki
akademik. Dampak positif tersebut sesuai
kontribusi sebagai prediktor kesejahteraan
dengan penemuan Stevens, et al (2019)
subjektif. Stres akademik memiliki hubungan
bahwa siswa yang memiliki kecerdasan
yang negatif terhadap kesejahteraan subjektif
emosional yang lebih baik, maka lebih
karena adanya perbedaan kemampuan setiap
mampu mengeloa stres akademik.
mahasiswa dalam mengelola stres akademik.
Berdasarkan tingkat tahunnya, siswa tahun
Saran
keempat memiliki skor kecerdasan
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
emosional lebih tinggi dibandingkan siswa
meneliti variabel prediktor lainnya yang
tahun pertama. Pengelolaan emosi yang baik
memiliki probabilitas dalam memberi
juga membantu wanita muda yang menikah
kontribusi terhadap kesejahteraan subjektif
untuk dapat merasakan kesejahteraan
mahasiswa, seperti dukungan sosial (Putri,
subjektif (Sari, 2022). Berdasarkan
2016), pengelolaan stres akademik (Stevens
komponen kesejahteraan subjektif (kepuasan
et al, 2019), dan adaptive coping (Tyas &
hidup dan afek positif), mahasiswa laki-laki
Utami 2021).
DAFTAR RUJUKAN
Anggara S, D., & Kusdiyati. (2020). Mahasiswa Tingkat Akhir. Prosiding
Hubungan Stres Akademik Dengan Psikologi, 594–598.
Subjective Well-Being Pada https://doi.org/10.29313/.v6i2.23629