Professional Documents
Culture Documents
Laporan Biokim Kel 5
Laporan Biokim Kel 5
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
2023/2023
DAFTAR ISI
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Darah merupakan jenis jaringan ikat, terdiri atas sel-sel berupa eritrisit, leukosit, dan
trombosir yang tercampir dengan cairan kompleks plasma. Darah membentuk sekitar 8%
dari berat total tubuh menusia. Pergerakan konstan darah sewaktu mengalir dalam
pemburuh darah menyebabkan unsur-unsur sel tersebar merata dalam plasma. Fungsi
utama darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh.
Darah juga menyuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkur zat-zat sisa metabolisme, dan
mengandung berbagai bahan penyusun system imun yang bertujuan mempertahankan
tubuh dari berbagai penyakit (Saadah, 2018).
Saat makanan menuju usus halus, pankreas akan mensekresikan enzim amilase
pankreas sehingga karbohidrat yang belum terhidrolisis akan diubah ke dalam bentuk
maltose dan polimer glukosa kecil lainnya. Maltose dipecah menjadi molekul-molekul
glukosa (Guyton dan Hall, 2011). Glukosa adalah bahan bakar utama yang ditemukan
dalam darah dan merupakan bahan bakar primer yang digunakan sebagai sumber energi
(Fried dan Hademenos, 2005).
Kadar Glukosa darah diatur sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan tubuh
karena keseimbangan kadar glukosa sangat penting maka dibutuhkan pengaturan kadar
glukosa darah. Pengaturan kadar glukosa dalam darah terutama dilakukan oleh hormon
insulin dan glucagon. Apabila mekanisme pengaturan kadar glukosa darah tidak berjalan
dengan baik maka kadar glukosa darah tidak normar (Mashall, 2012)
Untuk memantau glukosa darah dapat dilakukan dengan mengukur kadar glukkosa
dalam darah. Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah dapar dibedakan berdasarkan waktu
oengambilan darah dan kondisi pasien yakni pemeriksaan glukosa darah sewaktu, glukosa
darah puasa, glukoa darah postprandial dan Tes Toleransi Glukosa Oral (Price dan Wilson,
2005). Pemeriksaan glukosa darah sewaktu merupakan pemeriksaan glukosa darah yang
1
dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa memperlihatkan makanan terakhir yang
dimakan dan kondisi tubuh orang (Depkes RI, 2008)
Kadar glukosa darah sewaktu normalnya < 140 mg/dL sementara bila kadar glukosa
darah sewaktu ≥ 200 mg/dL tanpa disertai dengan gejala yang khas maka diperlukan tes
konfirmasi lebih lanjut dengan melakukan salah satu pemeriksaan baik glukosa darah
puasa, postprandial atau TTGO sebelum didiagnosis menjadi DM (American Diabetes
Associatuon, 2017). Menurut WHO sebanyak 80% penderiya DM di dunia berasal dari
negra berkembang salah satunya Indonesia. Peningkatan jumlah penderita DM yang terjadi
secara konsisten menunjukan bahwa penyakit DM merupakan masalah kesehatan yang
perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pelayanan kesehatan di masyarakaat
(Muslimin, 2018).
Di Dunia terdapat 415 juta orang dewasa dengan diabetes. Pada tahun 2040
diperkirakan jumlahnya akan melebihi 642 juta sedangkan estimasi penyandang diabetes
di Indonesia diperkitakan sebesar 10 juta (IDF Atlas, 2015). Di provinsi Sumatra Selatan
jumlah penderita diabetes mellitus tercatat pada tahun 2013 sebanyak 49.318 ribu orang
yang pernah didiagnosis menderita kencing manis (Riskesdas, 2013).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Hiperglikemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar glukosa darah
yang di sebabkan oleh defesiensi insulin atau penurunan responsivitas terhadap
insulin.
➢ Hipoglikemia (Penurunan kadar glukosa darah)
Hipoglikemia merupakan keadaan dimana terjadinya penurunan kadar glukosa
darah yaitu kurang dari 30 mg/100 ml darah. Hipoglikemia disebabkan karena
olahraga dan puasa, karena olehraga dapat meningkatkan penggunaan glukosa
oleh sel-sel otot rangka. Kelebihan hipoglekemia dapat disebabkan karena
berlebihnya dosis insulin pada penderitavdiabetes melitus. Hipoglekemia
menyebabkan beberaoa gejala gangguan fungsi system saraf pusat diantaranya
konfigurasi iritabilitas kejang dan koma.
4
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Bahan
• Sampel darah 0,1 ml
• Larutan BA(OH)2 0.3 N
• Aquadest 1,9 ml
• ZnSO4 1,5 ml
• CU alkalis
• Reagen pewarna arsenomolibdat
5
dalam botol coklat dan diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37 oC dan
kemudian disimpan dalam lemari es.
• Larutan Nelson A: larutkan 1,5 g Rocelle, 3 g Na2CO3 anhidrat, 2 g
NaHCO3 dan 18 g Na2SO4 anhidrat dalam air sambal diaduk dan kemudian
diencerkan hingga 100 mL.
• Larutan Nelson B: larutkan 2 g CuSO4.5H2O dalam air dan tambahkan 18
g Na2SO4 anhidrat. Kemudian aduk sampai semua larut. Tambahkan 1-2
tetes H2SO4 pekat dan encerkan hingga 100 mL.
• Larutan Cu alkalis: campurkan 4 volume Larutan Nelson A dan 1 volume
Larutan Nelson B, aduk sampai semua bercampur.
6
BAB IV
PEMBAHASAN
7
3 + Cu Alkalis 1 mL Setelah itu, diambil cairan
beningnya dan ditambahkan Cu
Alkalis sebanyak 1 mL hingga
warnanya berubah menjadi putih.
8
4.2 Diskusi
9
3. Penambahan Cu Alkalis 1 mL
Lalu setelah itu, diambil cairan beningnya dan ditambahkan Cu Alkalis sebanyak
1 mL hingga warnanya berubah menjadi putih.
Pada penambahan Cu Alkalis (Larutan Cu dengan penambahan alkali): Pemberian
Cu Alkalis dapat menyebabkan reaksi dengan senyawa-senyawa yang masih ada dalam
cairan bening setelah sentrifugasi. Perubahan warna menjadi putih dapat
mengindikasikan reaksi yang melibatkan ion tembaga (Cu2+).
Reaksi kimia yang menyebabkan perubahan warna menjadi putih setelah
penambahan Cu Alkalis mungkin melibatkan reaksi antara senyawa-senyawa yang
tersisa dalam cairan bening setelah sentrifugasi dan Cu Alkalis. Berikut adalah
beberapa kemungkinan reaksi yang dapat terjadi:
a) Pembentukan Endapan: Penambahan Cu Alkalis mungkin menyebabkan
pembentukan endapan senyawa tertentu. Endapan ini dapat memiliki warna
putih, menghasilkan perubahan warna secara visual.
b) Reaksi Pengendapan: Jika ada ion tembaga (Cu2+) dalam Cu Alkalis, reaksi
pengendapan dapat terjadi dengan senyawa tertentu dalam cairan bening. Ini
dapat menghasilkan senyawa yang tidak larut yang memberikan warna putih
pada larutan.
c) Reaksi Redoks: Reaksi redoks antara senyawa dalam cairan bening dan ion
tembaga dapat menyebabkan perubahan warna. Pemberian alkali (Cu Alkalis)
dapat memodifikasi kondisi kimia dan memicu reaksi tertentu.
10
Skenario tersebut mungkin melibatkan beberapa reaksi kimia yang berbeda.
Berikut adalah beberapa kemungkinan penjelasan:
a) Pemanasan hingga terbentuk endapan berwarna putih kekuningan: Proses
pemanasan mungkin memicu reaksi kimia antara senyawa-senyawa yang ada
dalam campuran, menghasilkan endapan yang dapat memiliki warna putih
kekuningan. Ini mungkin melibatkan reaksi redoks atau pembentukan senyawa
kompleks.
b) Penambahan reagen pewarna arsenomolibdat: Reagen ini dapat bereaksi
dengan senyawa tertentu yang ada dalam larutan setelah pemanasan. Pewarna
arsenomolibdat sering digunakan untuk mendeteksi fosfat atau anion fosfat,
dan dapat menghasilkan perubahan warna menjadi hijau bening dalam konteks
yang sesuai.
Kemungkinan reaksi ini melibatkan interaksi senyawa dalam campuran yang
dihasilkan setelah pemanasan dengan pewarna arsenomolibdat, yang dapat
mengindikasikan adanya fosfat atau anion lainnya dalam campuran tersebut.
4.3 Perhitungan
1. Absorbansi Glukosa
11
2. Kurva Standar Glukosa
8 7 222
7 0 0048 0 0145
0 9995
6
i
5
4
3 2 489
1 967
2 1 411
0 956
1 0 399
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
i
Berdasarkan hasil absorbansi standar Glukosa dan kurva standar Glukosa diperoleh
persamaan y=0,0048x+0,0145. Data absorbansi yang diperoleh di distribusikan ke
dalam persamaan standar y=0,0048x+0,0145. Nilai y menyatakan absorbansi
sampel dan x menyatakan nilai konsentrasi Glukosa.
Diketahui:
y= 0,586
Jawaban:
y=0,0048x+0,0145
0,586=0,0048x+0,0145
0,586-0,0145=0,0048x
0,571=0,0048x
x=0,571/0,0048
12
x= 118,9 mg/ mL
13
BAB V
KESIMPULAN
Dapat kami simpulkan bahwa hasil percobaan penentuan kadar glukosa dalam darah, sebagai
berikut :
1. Darah yang mengandung albumin harus dihilangkan pada uji glukosa, kemudian albumin
diendapkan dengan penambahan aquadest, Ba(OH)2 dan ZnSO4. Kemudian Pada
penambahan Cu alkalis, ion Cu+ direduksi oleh gula menjadi kupro Cu2+ dan mengendap
sebagai Cu2O. dengan menambahkan pereaksi arsenomolibdat, Cu2O yang melarutkan
lagi dan warna larutan dapat berubah menjadi biru kehijauan karena dapat disebabkan oleh
adanya oksidasi Mo.
2. Intensitas warna larutan merupakan ukuran banyaknya gula yang ada di dalam filtrat. Hasil
pengamatan dengan spektrofotometer dan perhitungan menunjukkan bahwa kadar glukosa
yang diperoleh dari darah praktikan adalah 118,9 mg/ mL
3. penentuan kadar glukosa darah dapat memberikan informasi tentang tingkat glukosa dalam
tubuh pada saat pengujian. Hasil yang normal menunjukkan regulasi glukosa yang baik,
sementara hasil yang tinggi atau rendah dapat mengindikasikan masalah kesehatan seperti
diabetes atau hipoglikemia. Penting untuk berdiskusi dengan profesional medis untuk
interpretasi yang tepat dan perencanaan pengelolaan kesehatan yang sesuai.
14
DAFTAR PUSTAKA
15