You are on page 1of 67

1

ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT.


INCASI RAYA PESISIR SELATAN

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


guna memperoleh gelar sarjana teknik

Oleh :

DUWEL TANJUNG
1410024425016

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2018
2

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Analisa Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Incasi Raya Pesisir
Selatan

Nama : Duwel Tanjung

NPM : 1410024425016

Program Studi : Teknik Industri

Padang, Desember 2018

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Tri Ernita. ST, MP Ali Sutan Nasution. ST,MM


NIDN. 1028027801 NIDN. 1003087503

Ketua Program Studi Ketua STTIND Padang

Tri Ernita. ST, MP Riko Ervil, MT


NIDN. 1028027801 NIDN. 1014057501
3

ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT.


INCASI RAYA PESISIR SELATAN

SKRIPSI

Oleh :

DUWEL TANJUNG
1410024425016

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2018
4

CONTROL OF MATERIAL INVENTORY AT PT. INCASI RAYA


PESISIR SELATAN
Name : Duwel Tanjung
Student ID : 1410024425016
Associate Supervisor : Tri Ernita, ST, MP
Principal Supervisor : Ali Sutan Nasution, ST.MM

Abstract
This study aims to determine the row material inventory control system at PT.
Incasi Raya Pesisir Selatan. The data analisys method used is quantitative analisys
using economic order quantity method, safety stock and reoder point. Based on
the results of analisys, the optimum purchase quantity according to company
policy is 713.84 tons in a day. Whereas based on economic order quantity method,
the optimum purchase quantity is 1.069 tons in a day. According to company
policy the optimal purchase is 312 time, while 218 time using the economic order
quantity method. The total cost of inventory using company policy is Rp
8.746.878,- after using the economic order quantity method, it can streamline the
cost of the company by only spending around Rp 8.078.649,- meanwhile, there is
no safety stock and reoder point according to accompany policy, while according
to the calculation of the economic order quantity method, the amount of safety
suplies is 2.335 tons and reoder point 3.763 tons
5

ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT.


INCASI RAYA PESISIR SELATAN

Nama : Duwel Tanjung


NPM : 1410024425016
Dosen Pembimbing 1 : Tri Ernita. ST,MP
Dosen Pembimbing 2 : Ali Sutan Nasution. ST,MM

Abstak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengendalian persedian bahan
baku pada PT. Incasi Raya Pesisir Selatan. Metode analisis data yang digunakan
adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan metode Economic Order
Quantity, stok pengaman dan titik pemesanan kembali. Berdasarkan hasil analisis
kuantitas pembelian yang optimum menurut kebijakan perusahaan adalah 312
kali, sedangkan dengan menggunakan metode Ergonomic oerder kuantity yaitu
208 kali. Total biaya persediaan dengan menggunakan kebijakan perusahaan
adalah Rp 8.746.878,- setelah menggunakan metode Ergonomic Order Kuantity
dapat mengefesiensikan besarnya biaya persedian perusahaan yaitu Rp
8.078.649,-. Sementara itu untuk persedian pengaman dan titik pemesanan
kembali menurut kebijakan perusahaan tidak ada, sedangkan menurut perhitungan
Ergonomic Order Kuantity besarnya persediaan pengaman adalah sebanyak 2.335
ton dan titik pemesanan ulang sebesar 3.763 ton.

Kata Kunci: Bahan Baku, EOQ, Pengendalian Persediaan.


6

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam

semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat-

sahabatnya.

Skripsi ini penulis lakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

kurikulum mata kuliah Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi

Industri (STTIND) Padang.

Dalam menyelesaikan proses penulisan skripsi ini penulis banyak

mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Tri Ernita. ST,MP selaku Pembimbing I dalam penulisan Proposal di

Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

2. Bapak Ali Sutan Nasution. ST,MM selaku Pembimbing II dalam penulisan

Proposal di Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

3. Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

4. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan semangat.

5. Rekan-rekan mahasiswa STTIND Padang yang telah banyak membantu dalam

penulisan skripsi ini.


7

6. Khususnya ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada Ayah dan Ibu

penulis yang selalu memberi dukungan moril dan materil kepada penulis

sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan sangat baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Harapan

penulis, skripsi ini berguna bagi penulis maupun bagi pembaca sekalian.

Padang, November 2018

Penulis
8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
ABSTRACT
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 5
1.3 Batasan Masalah .......................................................................... 5
1.4 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.5 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.6 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7
2.1 LandasanTeori ............................................................................. 7
2.1.1 Pengendalian….…………….…………………………… 10
2.1.2 Persediaan………….…….……………………………… 13
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persediaan….....….... 17
2.1.4 Fungsi Persediaan………………..…………...………… 19
2.1.5 Kebijaksanaan Persediaan……………………...……….. 21
2.1.6 Pengendalian Persediaan…………..……….………....... 22
2.1.7 EOQ………………………….…………...……………. 24
2.1.8 Persediaan Pengaman (Safety Stock)………...…………. 26
2.1.9 Titik Pemesanan Kembali atau Reorder Point (RO)….... 29
2.2 Kerangka Konseptual…………………………………………. 29
9

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 32


3.1 JenisPenelitian ............................................................................. 32
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 32
3.3 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 32
3.4 Teknik Pengumpulan Data………….......................................... 33
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisa Data.......................................... 33
3.6 Kerangka Metodologi Penelitian ................................................. 36

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA………………. 39


4.1 Pengumpulan Data………………………………….…….……. 39
4.2 Pengolahan Data………...……………………………………... 41
4.2.1 Untuk Mengetahui Bagaimana Pembelian Bahan
Baku yang Ekonomis…………………………..………... 41
4.2.2 Mengetahui persediaan pengaman yang harus
di sediakan (Safety Stock)…............................................... 45

4.2.3 Mengetahui titik pemesanan kembali (Re Order Point)… 47

BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA………….….………... 50


5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data ……………………….………. 50
5.1.1 Hasil Analisa Pengendalian Produksi
Menggunakan EOQ……………………………………... 50
5.1.2 Analisa persediaan pengaman yang harus di
sediakan (Safety Stock)…………………........................... 52
5.1.3 Analisa titik pemesanan kembali (Re Order Point)……... 53
10

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………. 54


6.1 Kesimpulan…………………………………………………….. 54

6.2 Saran…………………………………………………………... 54

DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
11

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Bahan Baku Dan Produksi Minyak Perbulan…………………… 4

Tabel 2.1 Kriteria Matang Panen……………………………………………….. 9

Table 4.1 Realisasi Persediaan Bahan Baku…………………………………… 40

Tabel 4.2 Biaya Pemesanan……………………………………………………. 40

Tabel 4.3 Biaya Penyimpanan…………………………………………………. 40

Tabel 4.4 Perhitungan Standar Deviasi Bahan Baku Tahun 2017…………….. 45


12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual…………………………………………….. 35

Gambar 3.1 Kerangka Metodologi Penelitian…………………………………. 38

Gambar 4.1 Reoder Point……………………………………………………... 48


13

BABI
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,

semakin memberikan kemudahan bagi manusia dalam menjalankan aktivitasnya

terutama dalam bekerja. Karena peran perangkap kerja manual telah digantikan

oleh peralatan-peralatan otomatis yang lebih efektif dan efisien. Konsep utama

dalam ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi merupakan tindakan yang

lebih memperlihatkan hasil pada zaman modern ini. Kemajuan tenologi tersebut

juga diiringi oleh sumber daya manusia yang profesional dan berkualitas sebagai

pengguna teknologi tersebut.

Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam

kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya

terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar sekitar 15,34 persen

pada tahun 2010 atau merupakan urutan kedua setelah sektor Industri Pengolahan.

Pada waktu krisis ekonomi, sektor pertanian merupakan sektor yang cukup kuat

menghadapi goncangan ekonomi dan ternyata dapat diandalkan dalam pemulihan

perekonomian nasional.

Perusahaan sebagai salah satu urat nadi perekonomian nasional memiliki

peran yang sangat kompleks, yang didirikan dengan tujuan untuk memperoleh

laba yang optimal. Khusunya perusahaan yang bergerak di bidang industri

dituntut untuk mampu berproduksi secara efektif dan efesien dengan


14

memanfaatkan faktor-faktor produksi perusahaan secara tepat sehingga dapat

menghasilkan produk yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diharapkan

dengan biaya seminimal mungkin.

Untuk itu perusahaan harus mampu mengadakan persediaan bahan baku,

karena tanpa adanya persediaan bahan baku akan mengakibatkan terganggunya

proses produksi dan berarti bahwa perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk

mendapatkan keuntungan yang seharusnya didapatkannya. Persediaan yang

berlebihan akan merugikan perusahaan, karena akan banyaknya biaya yang

dikeluarkan dengan adanya persediaan tersebut, begitu juga sebaliknya jika

kekurangan persediaan bahan baku juga dapat merugikan perusahaan karena akan

mengganggu kelancaran proses produksi.

Oleh karena itu penerapan sistem pengendalian persediaan bahan baku

sangatlah penting bagi perusahaan, karena jumlah persediaan bahan baku akan

menentukan atau mempengaruhi kelancaran proses produksi serta keefektifan dan

efisiensi perusahaan tersebut. Selain itu dengan adanya sistem pengendalian

terhadap persediaan perusahaan dapat menekan biaya yang berhubungan bengan

bahan baku tersebut dengan seminimal mungkin. Untuk dapat melaksanakan

pengendalian persediaan bahan baku perusahaan harus memperhatikan faktor-

faktor yang terkait dengan persediaan tersebut.

Salah satu faktor tersebut yaitu perkiraan pemakaian bahan baku, harga

bahan baku, biaya persediaan dan waktu tunggu pemesanan. Jumlah atau tingkat

persediaan bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan berbeda-beda untuk


15

setiap perusahaan atau pabrik, tergantung dari volume produksinya, jenis pabrik,

dan prosesnya.

Mengendalikan persediaan yang tepat bukan hal yang mudah. Apabila

jumlah persediaan terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang

besar yang tertanam dalam persediaan, meningkatkan biaya penyimpanan, dan

risiko kerusakan barang yang lebih besar. Namun jika persediaan itu terlalu

sedikit, mengakibatkan risiko terhambatnya kegiatan operasi perusahaan

khusunya proses produksi. Pada dasarnya semua perusahaan mengadakan

perencanaan dan pengendalian bahan dengan tujuan pokok menekan

(meminimumkan) biaya dan untuk memaksimumkan laba dalam waktu tertentu.

Peningkatan produksi cpo dan inti (kernel) minyak sawit bersumber dari

ketersedian bahan baku dan peningkatan produktivitas minyak. Sumbangan

produktivitas dalam produksi minyak sawit Indonesia sampai dengan tahun 2017

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kedepannya, kontribusi

produktivitas di harapkan makin besar dan menjadi sumber pertumbuhan produksi

minyak sawit nasional.

Data bahan baku dan produksi minyak di PT. Incasi Raya Pesisir Selatan

dapat di lihat pada tabel di bawah


16

Tabel 1.1 Data Bahan Baku Dan Produksi Minyak Perbulan

Hasil Hasil Inti


Tahun Jumlah CPO Jumlah TBS Range (Kernel)
No 2017 TBS (Ton) OER% (Ton) (Ton) % Kg
1 Januari 15,686 19.88% 3118.32 15,686 4.22% 661.94
2 Februari 18,735 20.14% 3773.23 18,735 4.50% 843.08
3 Maret 17,426 20.48% 3568.74 17,426 4.27% 744.07
4 April 20,187 20.98% 4235.23 20,187 4.24% 855.93
5 Mei 18,971 21.02% 3987.70 18,971 4.48% 849.90
6 Juni 16,405 21.14% 3468.12 16,405 4.33% 710.36
7 Juli 18,332 20.65% 3785.64 18,332 4.38% 802.96
8 Agustus 19,176 20.88% 4003.91 19,176 4.41% 845.65
9 September 20,473 20.97% 4293.19 20,473 4.50% 921.29
10 Oktober 19,852 21.64% 4295.97 19,852 4.29% 851.65
11 November 20,492 21.44% 4393.48 20,492 4.43% 907.80
12 Desember 17,884 21.00% 3755.54 17,884 4.35% 777.93
Total 223618 223618
Sumber: PT. Incasi Raya Pesisir Selatan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa PT. Incasi Raya Pesisir Selatan

dalam memproduksi minyak kelapa sawit kurang optimal karena berbeda dengan

keadaan sebenarnya bahwa kapasitas pabrik yang terpasang mencapai 60 ton

dengan operasional 21 jam/hari. Ketersediaan TBS kelapa sawit sangat

mempengaruhi jumlah produksi pabrik. Kendala yang dihadapi perusahaan yang

meliputi keterlambatan waktu pengiriman bahan baku dan pemesanan bahan baku

kurang optimal.

Kegiatan industri kelapa sawit diharapkan dapat mencapai sasaran yang

diinginkan dengan hasil produksi yang optimal. Sehingga tidak terjadi kekurangan

produksi akibat kekurangan bahan baku, harga jual dan lain-lain.


17

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis tertarik mengambil

judul Analisa Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Incasi Raya

Pesisir Selatan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat di identifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Sering terjadinya kekurangan bahan baku yang mengakibatkan proses

produksi terganggu

2. Terjadinya kelebihan dan kekurangan bahan baku pada bulan tertentu

3. Ketidakpastian pasokan dari petani

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu penulis memfokuskan

penelitian ini pada Pengendalian Persediaan Bahan Baku sawit.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat di buat rumusan masalah yaitu:

1. Berapa pembelian bahan baku yang ekonomis?

2. Berapa persediaan pengaman yang harus di sediakan?

3. Berapa jumlah yang tepat untuk memesan bahan baku kembali?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin di capai dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui pembelian bahan baku yang ekonomis

2. Mengetahui persediaan pengaman yang harus di sediakan


18

3. Mengetahui berapa jumlah yang tepat untuk memesan bahan baku kembali

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan di stasiun proses

produksi pada PT. Incasi Raya Pesisir Selatan adalah sebagai berikut:

1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan sumbangan

pemikiran kepada pihak perusahaan khusus pada bagian stasiun proses

produksi PT. Incasi Raya Pesisir Selatan.

2. Untuk menambah wawasan penulis dalam penelitian sebagai penerapan ilmu

dalam bidang industri yang di peroleh penulis selama menjalani perkuliahan.

3. Hasil penelitian diharapkan dapat jadi pengetahuan tambahan untuk pihak-

pihak yang ingin mempelajari tentang persediaan bahan baku dan bermanfaat

sebagai bahan perbandingan untuk kedepannya sehingga memudahkan

pembaca untuk mengetahuinya


19

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah belanda pada

tahun 1848. Beberapa bijinya di tanam di kebun raya Bogor, sementara sisa

benihnya di tanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera utara

pada tahun 1870 an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak

nabati akibat revolusi industri pertenganhan abad ke-19. Dari sini kemudian

muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari

Bogor dan Deli, maka di kenallah jenis sawit “Deli Dur”

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudi dayakan

secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet

seorang Belgia. Yang lalu di ikuti oleh K. Schadt perkebunan kelapa sawit

pertama berlokasi di pantai Timur Sumatera ( Deli) dan di Aceh. Luas areal

perkebunan mencapai 5.123 ha.Pusat pemulian dan penangkaran kemudian

didirikan di Marihad (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau

Panjang, Kuala Selangor, Malaysia pada 1911-1912.

Tanaman kelapa sawit dibedakan atas 2 bagian yaitu vegetatif dan

generatif. Bagian vegetatif tanaman kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun.

Bagian generatif tanaman kelapa sawit meliputi bunga dan buah.

Pada umumnya pola tanam kelapa sawit berbentuk segi tiga sama sisi

pada areal rata/datar sampai bergelombang. Sementara, pada areal berbukit

dengan sudut kemiringan lebih dari 12º, perlu dibuat teras kontur dengan jarak

tanam sesuai dengan ketentuan (violle lining). Panjang sisi (jarak tanam) harus
20

dibuat seoptimal mungkin sehingga setiap individu tanaman mendapat ruang

lingkungan serta sinar matahari yang memadai dan serangan untuk mendapatkan

produksi per ha yang maksimal selama satu siklus hidup (Pahan, Iyung. 2006).

Keberhasilan penanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh faktor

iklim, penyediaan bibit, persiapan lahan, tenaga kerja, sarana angkutan, dan

perawatan jalan.Persediaan bibit kelapa sawit yang baik dalam kondisi umur yang

sesuai. Bibit yang normal untuk dipindah tanamkan ke lapangan adalah 10-12

bulan. Khusus untuk areal tanaman baru (TB) bekas hutan, bibit umur 12-18 bulan

lebih baik, karena bibit yang lebih tua kurang disenangi tikus, babi dan landak

(Riska,1993).

Pemeliharaan tanaman kelapa sawit, seperti memberantas alang-alang di

perkebunan dapat dilakukan secara manual atau kimiawi. Secara manual, yaitu

dengan mencabut alang-alang tersebut dengan bantuan garpu, sehingga akar

alang-alang akan tercabut atau keluar. Secara kimiawi dilakukan dengan cara

mengusap daun alang-alang dengan kain yang dicelupkan ke dalam 11 larutan

racun. Alang-alang yang merata dan meluas diberantas menggunakan herbisida

dengan dosis yang sesuai dan ulangan yang tepat.

Selama tanaman belum menghasilkan (TBM), tanaman penutup tanah

dipertahankan 100%, karena menghasilkan bintil akar yang bisa mengikat

nitrogen dari udara sehingga bisa menambah kesuburan tanah. Di sekitar kelapa

sawit dibuat piringan yang tidak ditanami tanaman penutup tanah.Besarnya

piringan diatur berdasarkan umur tanaman. Tanaman berumur 1 tahun (TBM),

jari-jari piringannya 100 cm, tanaman berumur 1-3 tahun (TBM), jari-jari
21

piringannya 150 cm, tanaman berumur lebih dari 3 tahun (tanaman menghasilkan;

TM), jari-jari piringannya 250 cm. daerah piringan ini perlu disiangi, agar tidak

ada gulma yang mengganggu tanaman kelapa sawit (Sunarko, 2007).

Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah

matang kemudian mengutip tandan dan brondolan yang tercecer di dalam dan di

luar piringan.Selanjutnya menyusun tandan buah di tempat pengumpulan hasil

(TPH) (Rizka, 1993). Pekerjaan potong buah atau panen dikatakan baik, jika

komposisi buah (TBS) yang masak sebesar 98% dan buah mentah serta busuk

tidak lebih dari 2% (Pahan, Iyung. 2006).

Tabel 2.1 Kriteria Matang Panen

Golongan Umur Brondolan per TBS


tananman
tanaman Mentah Normal Busuk

Taruna 3-7 Tahun 0-4 5 Ganggang

busuk

Dewasa 8-20 Tahun 0-4 5 Ganggang

busuk

Tua >20 Tahun 0-4 5 Ganggang

busuk

Secara teori, tandan yang ideal dipanen adalah saat kandungan minyak

dalam daging buahnya maksimal dan kandungan asam lemak bebasnya serendah

mungkin. Namun, hal ini tidak mungkin dilakukan karena di dalam tandan, buah

sawit tidak dapat masak secaraserentak (Sunarko,2006).


22

Pemanenan dimulai pada pagi hari. Pemanen harus sudah berada

dikebun paling lambat jam 7 untuk melakukan potong buah. Setiap pemanen

melakukan tugasnya pada lokasi yang telah ditetapkan. Pada saat melakukan

potong buah, biasanya pemanen menebang pelepah untuk memudahkan

memotong buah yang masak.Setelah buah terpotong maka pemanen membawanya

ke TPH untuk diangkut ke pabrik.

2.1.1 Pengendalian

Menurut Handoko (2012:328), pengendalian adalah fungsi manajerial

yang sangat penting karena persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan

investasi rupiah terbesar dalam persediaan aktiva lancar. Menurut Fahmi

(2014:15) menjelaskan bahwa suatu pengendalian yang baik mampu memberikan

kekuatan deteksi kepada berbagai peristiwa yang terjadi, dimana peristiwa

tersebut dirasakan berbeda dari biasanya, dan akhirnya konsep pencegahan dapat

diterapkan. Sedangkan menurut Terry (2011:286), pengendalian dapat

didefinisikan sebagai suatu proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar,

apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu

melakukan.

Perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan perencanaan.

Syamsi (2008:132) menyatakan bahwa pengendaliuan adalah fungsi manajemen

yang mengusahakan agar pekerjaan/kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana,

intruksi, pedoman, patokan, pengaturan atau hasil yang telah ditetapkan

sebelumnya.
23

Indrajit dan Djoko Pranoto (2003) telah berpendapat bahwa manajemen

persediaan (inventory control) adalah kegiatan yang berhubungan dengan

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penentuan kebutuhan material

sehingga kebutuhan operasi dapat dipenuhi waktunya dan persediaan dapat

ditekan secara optimal.

Handoko (2000:333) berpendapat bahwa pengendalian persediaan

merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena persediaan fisik banyak

perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancar. Bila

perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam perseediaan,

menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebih, dan mungkin mempunyai

opportunity cost (dana dapat ditanamkan dalam investasi yang

lebihmenguntungkan). Demikian pula, bila perusahaan tidak mempunyai

persediaan yang cukup, dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya

kekurangan bahan.

Kemudian pengawasan sesuai seperti yang diuatarakan Slamet

(2007:157) merupakan kegiatan untuk menentukan tingkat da komposisi dari

pada persediaan alat-alat, bahan baku, dan barang hasil produk, sehingga

perusahaan dapat melindungi kelancaran proses produksi dan penjualan serta

kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien. Oleh

karena itu sasaran pengawasan persediaan adalah menciptakan dan memelihara

keseimbangan antara kelancaran operasi perusahaan dengan biaya pengadaan

persediaan tersebut.
24

Tujuan dari pengawasan persediaan sendiri berdasarkan Slamet

(2007:158) adalah sebagai berikut:

1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan, sehingga dapat

mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

2. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar,

sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.

3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan

berakibat biaya pemesanan menjadi besar

Tujuan dari pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas

dan jumlah yang tepat dari bahan-bahan atau barag-barang yang tersedia pada

waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya yang minimum untuk keuntungan

atau kepentingan perusahaan.

Assauri (2004:176), tujuan pengendalian persediaan secara terperinci

adalah sebagai usaha untuk:

1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat

mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

2. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar

atau belebihan.

3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan

berakibat baiaya pesanan terlalu besar.

2.1.2 Persediaan

Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan produksi akan memerlukan

persedian bahan baku. Dengan tersedianya persediaan bahan baku maka


25

diharapkan sebuah perusahaan dapat melakukan proses produksi sesuai kebutuhan

dan permintaan konsumen. Selain itu dengan adanya persediaan bahan baku yang

cukup tersedia digudang juga diharapkan dapat memperlancar kegiatan produksi

perusahaan dan dapat menghindari terjadinya kekurangan bahan baku.

Persediaan dalam perusahaan sangatlah penting guna kelancaran

produksi. Persediaan seperti yang diungkapkan Handoko (2000:333)

menyebutkan bahwa persediaan adalah suatu istilah umum yang menunjukkan

segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya

terhadap pemenuhan permintaan.

Begitu pula inventory atau persediaan berdasarkan pemikiran Sumayang

(2003:197) merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang

setengah jadi. Maka pandangan persediaan menurut perusahaan adalah sebuah

penanaman modal dalam bentuk tertentu.

Ristono (2009:1) mendefinisikan persediaan dapat diartikan sebagai

barangbarang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode

yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan. bahan baku, persediaan

setengah jadi, dan persediaan barang jadi. Sedangkan menurut Herjanto

(2008:237) persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan

digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu.

Selanjutnya menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2011:145), persediaan

adalah aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha dan dalam proses

produksi untuk penjualan tersebut atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan

untuk digunakan dalam proses produksi atau jasa.


26

Margaretha (2011:38) mengemukakan bahwa persediaan (Inventory)

merupakan sejumlah bahan/barang yang disediakan oleh perusahaan, baik berupa

barang jadi, bahan mentah, maupun barang dalam proses yang disediakan untuk

menjaga kelancaran operasi perusahaan guna memenuhi permintaan konsumen

setiap saat. Istilah persediaan (inventory) adalah istilah umum yang menunjukkan

segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya

dalam pemenuhan permintaan (Handoko, 2012:333).

Dari pendapat diatas, dapat diketahui bahwa persediaan tidak hanya

bahan baku utama tetapi juga bahan baku pendukung, persediaan harus benar-

benar ada dan tersedia dengan waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhannya agar

kelancaran suatu proses produksi dapat terus berjalan tanpa ada hambatan apapun

dan persediaan juga sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan pada

periode yang akan datang untuk memenuhi tujuan tertentu. Yang dimaksud

persediaan dalam penelitian ini adalah kekayaan milik perusahaan yang akan di

olah untuk proses produksi sehingga menjadi barang setengah jadi.

Slamet (2007:154) menguraikan secara terperinci bahwa secara umum

alasan untuk memiliki persediaan adalah untuk:

1. Menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya penyimpanan.

2. Memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal pengiriman.

3. Menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat:

a. Kerusakan mesin

b. Kerusakan komponen

c. Tidak tersedianya komponen


27

d. Pengiriman komponen yang terlambat

e. Menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan

f. Memanfaatkan diskon

g. Menghadapi kenaikan harga dimasa yang akan datang

Pada dasarnya jenis persediaan kalau dilihat dari sifat operasi perusahaan

dapat dibedakan atas:

1. Persediaan pada perusahaan dagang

Perusahaan dagang merupakan perusahaan yang kegiatannya membeli barang

untuk kemudian menjualnya kembali tanpa melakukan perubahan yang

principal terhadap barang itu. Persediaan yang ada dalam perusahaan dagang

lazim dinamakan dengan persediaan barang dagangan atau merchandise

inventory yang dimaksud merchandise inventory adalah persediaan barang

yang selalu dalam perputaran, yang selalu dibeli dan dijual, yang tidak

mengalami proses lebih lanjut didalam perusahaan tersebut yang

mengakibatkan bentuk dari barang dari barang yang bersangkutan

2. Persediaan pada perusahaan industri

Perusahaan industri merupakan perusahaan yang kegiatannya

menambah atau mengubah daya guna bahan baku menjadi bahan baku atau

barang jadi. Persediaan yang terdapat pada perusahaan industri terdiri dari :

a. Persediaan bahan mentah (raw material), merupakan persediaan yang akan

diproses menjadi barang jadi atau setengah jadi. Bahan mentah merupakan

produk langsung dari kekayaan alam.


28

b. Persediaan komponen-komponen rakitan (components), merupakan

persediaan barang-barang dari perusahaan lain yang terdiri dari beberapa

bagian secara terurai untuk kemudian dirakit menjadi suatu produk.

c. Persediaan bahan pembantu (supplies), merupakan persediaan bahan yang

digunakan untuk membantu proses produksi dan merupakan bagian yang

tak terpisahkan dari produk akhir perusahaan.

d. Persediaan barang dalam proses (work in process), merupakan persediaan

barang yang telah selesai dalam suatu tahapan proses tetapi masih

memerlukan proses lanjutan sebelum menjadi produk akhir perusahaan.

e. Persediaan barang jadi (finished goods), merupakan barang yang sudah

siap diproses untuk siap dijual.

Persediaan menurut Freddy Rangkuty (2004:1) persediaan merupakan

suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk

dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang

masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku

yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi.

Persediaan (inventory) didefinisikan sebagai sumber daya menganggur

(idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lebih

lanjut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan

pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem

rumah tangga. (Arman dan Yudha, 2008).


29

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persediaan

Setiap perusahaan untuk dapat mencapai suatu tujuan, maka perusahaan

tersebut harus memenuhi beberapa faktor tentang persediaan bahan baku. Para

ahli ekonomi mencoba menjelaskan segala kebijaksanaan yang menyangkut

pesanan.

Menurut Handoko (2012:369), faktor yang mempengaruhi pesanan

antara lain:

1. Pengendalian ketat.

2. Penyimpanan secara baik, laporan-laporan penerimaan dan penggunaan barang.

3. Berdasarkan pada perhitungan kebutuhan.

4. Pengecekan secara ketat.

5. Memonitoring terus-menerus.

6. Persediaan pengaman tidak ada atau rendah.

Menurut Assauri (2008:238) alasan diperlukannya persediaan oleh suatu

perusahaan pabrik adalah karena:

1. Dibutuhkannya waktu untuk menyesuaikan operasi produksi untuk

memindahkan produk dari suatu tingkat proses yang lain, yang disebut

persediaan dalam proses dan pemindahan.

2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat

skedul operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.

Sedangkan menurut Nafarin (2004:83) faktor yang mempengaruhi besar

kecilnya persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan adalah :

1. Anggaran produksi
30

Semakin besar anggaran produksi yang dianggarkan semakin besar bahan

baku yang disediakan. Sebaliknya semakin kecil produksi yang dianggarkan

semakin kecil juga bahan baku yang disediakan.

2. Harga beli bahan baku

Semakin tinggi harga beli bahan baku, semakin tinggi persediaan yang

direncanakan. Sebaliknya semakin rendah harga bahan baku yang dibeli,

semakin rendah persediaan bahan baku yang direncanakan.

3. Biaya penyimpanan bahan baku digudang (carrying cost) dalam hubungannya

dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai akibat kehabisan persediaan

(stockout cost). Apabila biaya penyimpanan bahan baku digudang lebih kecil

dibanding dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai akibat kehabisan

persediaan, maka perlu persediaan bahan baku yang besar. Sebaliknya bila

biaya penyimpanan bahan baku digudang lebih besar dibanding biaya ekstra

yang dikeluarkan sebagai akibat kehabisan persediaan, maka persediaan bahan

baku yang direncanakan kecil. Biaya kehabisan persediaan (stockout cost)

seperti biaya pemesanan darurat, kehilangan kesempatan mendapatkan

keuntungan, karena tidak terpenuhi pesanan, kemungkinan kerugian karena

adanya stagnasi produksi dan lain-lain.

4. Ketepatan pembuatan standar pemakaian bahan baku

Semakin tepat standar bahan baku dipakai yang dibuat, semakin kecil

persediaan bahan baku yang direncanakan. Sebaliknya bila stndar persediaan

bahan baku dipakai yang dibuat sulit untuk mendekati ketepatan, maka

persediaan bahan baku yang direncanakan akan besar.


31

5. Ketepatan pemasok (penjual bahan baku) dalam menyerahkan bahan baku

yang dipesan, maka persediaan bahan baku yang direncanakan jumlahnya

besar. Sebaliknya bila pemasok biasanya tepat dalam menyerahkan bahan

baku, maka bahan baku yang direncanakan jumlahnya kecil.

6. Jumlah bahan baku setiap kali pesan

Bila bahan baku tiap kali pesan jumlahnya besar, maka persediaan yang

direncanakan juga besar. Sebaliknya bila bahan baku setiap kali pesan jumlahnya

kecil, maka persediaan yang direncanakan juga kecil. Besarnya pembelian bahan

baku tiap kali pesan untuk mendapatkan biaya pembelian minimal dapat dibentuk

dengan kuantitas pesanan ekonomis Economic Order Quantitydan saat pemesanan

kembali.

2.1.4 Fungsi Persediaan

Persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan mempunyai fungsi

tersendiri bagi perusahaan yang dapat berguna dimasa depan. Handoko

(2012:335) perusahaan melakukan penyimpanan persediaan barang karena

berbagai fungsi, yaitu:

a. Fungsi Decoupling

Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi

perusahaan internal dan eksternal mempunyai kebebasan (independensi).

Persediaan decouples ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan

langganan tanpa menunggu supplier.


32

b. Fungsi Economics Lot Sizing

Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan

membeli sumber-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biayabiaya

per unit. Dengan persediaan lot size ini akan mempertimbangkan penghematan

penghematan.

c. Fungsi Antisipasi

Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat

diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data masa lalu. Disamping

itu, perusahaan juga sering dihadapkan pada ketidakpastian jangka waktu

pengiriman barang kembali sehingga harus dilakukan antisipasi untuk cara

menanggulanginya.

Menurut Heizer dan Render (2011:327) fungsi persediaan meliputi

decouple yaitu memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi, melakukan

decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan

barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan, mengambil

keuntungan dari diskon kuantitas, dan melindungi terhadap inflasi serta kenaikan

harga.

Berdasarkan uraikan Slamet (2007:155), jika dilihat dari segi fungsi

maka persediaan dibedakan atas :

1. Bacth atau lot size inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita

membeli atau membuat bahan-bahan / barang-barang dalam jumlah yang lebih

besar itu.
33

2. Fluctuation stock adalah persediaan yang diadakan untuk mengjhadapi

fluktasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

3. Anticipation stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktasi

yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu

tahun dan pola untuk menghadapi penggunaan atau penjualan atau permintaan

yang meningkat.

2.1.5 Kebijaksanaan Persediaan

Kebijaksaan pengendalian persediaan erat kaitannya terhadap langkah-

langkah perusahaan melihat kapasitas pengendalian produk baik jangka panjang

ataupun jangka pendek. Dengan demikian secara efektif kebijaksaan pengendalian

persediaan tersebut berdasarkan tingkat kebutuhan dan disesuaikan dengan

perhitungan yang sifatnya harus dikendalikan terus-menerus.

Para ahli ekonomi mencoba menjelaskan segala kebijaksaan yang

menyangkut pengendalian persediaan. Menurut Handoko (2012:369),

kebijaksanaan persediaan memperhatikan faktor-faktor antara lain:

1. Pengendalian ketat.

2. Penyimpanan secara baik, laporanlaporan penerimaan dan penggunaan barang.

3. Berdasarkan pada perhitungan kebutuhan.

4. Pengecekan secara ketat.

5. Memonitoring secara terus-menerus.

6. Persediaan pengaman tidak ada atau rendah.

Menurut Heizer dan Render (2011:318), kebijaksanaan persediaan yaitu:

1. Pemilihan karyawan, pelatihan dan disiplin yang baik.


34

2. Pengendalian yang ketat atas kiriman barang yang datang.

3. Pengendalian yang efektif atas semua barang yang keluar dan fasilitas.

Kebijaksanaan persediaan bahan merupakan langkah strategis dalam

menyiasati penjualan atau pemasaran suatu produk secara efektif. Pengawasan

pengendalian persediaan tidak terbatas pada perencanaan tingkat komposisi

perusahaan tetapi juga tidak termasuk pengaturan dan pengadaan bahan-bahan

yang diperlukan sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan.

Menurut Subagyo (2011:217), kebijaksanaan persediaan (investory)

adalah mempengaruhi proses produksi untuk melaksanakan sesuai dengan sasaran

perusahaan. Sebuah sistem pengendalian akan terdiri dari input, output, sebuah

atau perekanan dan sebuah penggerak atau aktivikator.

Tujuan pengawasan pengendalian persediaan akan merugikan

perusahaan, sebaliknya persediaan yang terlalu kecil pun tidak akan

menguntungkan bagi perusahaan. Oleh sebab itu, pengendalian persediaan bahan

baku memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan persediaan yang

efisien.

2.1.6 Pengendalian Persediaan

Setiap perusahaan harus bisa mengendalikan persediaannya. Dengan

mengendalikan persediaan bahan baku maka dapat memperlancar proses produksi

perusahaan tersebut. Herjanto (2008:238), mengatakan bahwa pengendalian

persediaan adalah serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat

persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus

dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan, jumlah atau tingkat
35

persediaan yang dibutuhkan berbeda-beda untuk setiap perusahaan pabrik,

tergantung dari volume produksinya, jenis perusahaan dan prosesnya.

Menurut Assauri (2008:176) pengendalian persediaan merupakan salah

satu kegiatan dari urutan kgiatan-kegiatan yang berurutan erat satu sama lain

dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang

direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kuantitas, maupun biayanya.

Menurut Rangkuti (2009:25) pengawasan persediaan merupakan salah

satu fungsi manajemen yang dapat dipecahkan dengan menerapkan metode

kuantitatif. Pada umumnya masalah persediaan sering kali terjadi di setiap

perusahaan. Pengendalian persediaan bahan baku yang diselenggarakan dalam

suatu perusahaan tentunya akan mampu menunjang kegiatankegiatan yang ada di

dalam perusahaan. Diperlukan pengendalian persediaan agar dapat menjamin

kelancaran suatu usaha dengan cara menentukan jumlah persediaan yang tepat

sehingga menghasilkan biaya minimum dan mengurangi resiko yang akan terjadi

dikemudian hari.

Pengendalian persediaan yang diterapkan oleh setiap perusahaan

memiliki tujuan, secara terperinci menurut Assauri (2008:250) tujuan persediaan

dapatlah dinyatakan sebagai bentuk usaha untuk:

1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat

mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi. Menjaga agar supaya

embentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebihan,

sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.


36

2. Menjaga agar pembelian secara kecilkecilan dapat dihindari karena ini akan

berakibat biaya pesanan menjadi besar

2.1.7 EOQ (Economic Order Quantity)

Metode Economic Order Quantity ( EOQ), metode ini dapat digunakan

baik untuk barang-barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Metode

EOQ adalah nama yang biasa digunakan untuk barang-barang yang dibeli,

sedangkan ELS (economic lot size) digunakan untuk barang-barang yang

diproduksi secara internal. Perbedaan pokoknya adalah bahwa, untuk ELS biaya

pemesanan (ordering cost) meliputi biaya penyiapan pesanan untuk dikirim ke

pabrik dan biaya penyiapan mesin-mesin (setup cost) yang diperlukan untuk

mengerjakan pesanan. Metode EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas

pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan

persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan

(Handoko, 1999 : 113). Asumsi dasar untuk menggunakan metode EOQ adalah :

1. Permintaan dapat ditentukan secara pasti dan konstan sehingga biaya

stocout dan yang berkaitan dengan kapasitasnya tidak ada.

2. Item yang dipesan independent dengan item yang lain.

3. Pemesan diterima dengan segera dan pasti.

4. Harga item yang konstan.

Rumus EOQ yang biasa digunakan adalah :

EOQ=√

Dimana :

D =Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu


37

S =Biaya pemesanan (persiapan pesanan dan mesin) per pesanan

H =Biaya penyimpanan per unit

Model EOQ di atas dapat diterapkan bila anggapan-anggapan berikut

terpenuhi :

1. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui.

2. Harga per unit adalah konstan.

3. Biaya penyimpanan per unit per tahun (C) adalah konstan.

4. Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan

5. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima

adalahkonstan

6. Tidak terjadi kekurangan bahan atau back orders.

Total Annual Cost (TOC) atau biaya total adalah jumlah dari Total

Carrying Cost (TCC) atau biaya penyimpanan dan Total Ordering Cost (TOC)

atau biaya pemesanan. TCC di dapat dari asumsi bahwa separuh dari jumlah

pemesanan yang akan disimpan dan TOC adalah biaya pemesanan yang dikalikan

dengan jumlah pemesanan tiap tahunnya (T. Hani,1984 :126).

2.1.8 Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Perusahaan dalam melakukan pemesanan suatu barang sampai barang

datang memerlukan jangka waktu yang bisa berbeda-beda setiap bulannya. Hal ini

sering disebut dengan lead time. Lead time yang diungkapkan Slamet (2007:71)

yaitu jangka waktu yang diperlukan sejak dilakukan pemesanan sampai saat

datangnya bahan baku yang dipesan. Untuk mengetahui seberapa lamanya lead

time biasanya diketahui dari lead time pada pemesanan-pemesanan sebelumnya.


38

Kebiasaan para pemasok menyerahkan bahan baku yang akan dipesan apakah

tepat waktu atau terlambat. Bila sering terlambat berarti perlu safety stock yang

besar, sebaliknya bila biasanya tepat waktu maka tidak perlu safety stock yang

besar.

Berdasarkan uraian Nafarin (2004:87) persediaan pengaman (safety

stock) adalah persediaan inti dari bahan yang harus dipertahankan untuk

menjamin kelangsungan usaha.Persediaan pengaman tidak boleh dipakai kecuali

dalam keadaan darurat, seperti keadaan bencana alam, alat pengangkut bahan

kecelakaan, bahan dipasaran dalam keadaan kosong karena huru hara, dan lain-

lain. Persediaan pengaman bersifat permanen, karena itu persediaan bahan baku

minimal (persediaan pengaman) termasuk kelompok aktiva.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya safety stock bahan

baku, antara lain sebagai berikut:

a. Penggunaan bahan baku rata-rata

Dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode tertentu,

khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata penggunaan bahan baku

pada masa sebelumya. Hal ini perlu diperhatikan karena setelah kita

mengadakan pemesanan pengganti, maka pemenuhan kebutuhan atau

permintaan dari pelanggan sebelum barang yang dipesan datang, harus dapat

dipenuhi dari persediaan yang ada.Kebutuhan atau permintaan dari pelanggan

biasanya turun naik dan tidak dapat diramalkan dengan penuh keyakinan.

Walaupun perusahaan telah meramalkan kebutuhan atau permintaan

pelanggan, akan tetapi ada resiko yang tidak dapat dihindarkan bahwa
39

persediaan yang telah ditetapkan sebelumnya habis, sebelum bahan baku yang

dipesan datang.

b. Faktor Waktu atau lead time

Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan

baku sampai dengan kedatangan bahan baku yang dipesan tersebut diterima

dan diterima digudang persediaan. Persediaan yang diadakan adalah untuk

menutupi kebutuhan selama lead time yang telah diperkirakan. Akan tetapi

apabila kedatangan bahan baku tersebut terlambat atau lead time yang terjadi

lebih besar dari pada yang diperkirakan, maka persediaan yang ditetapkan

semula tidak dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Oleh karena itu

dibutuhkan adanya persediaan pengaman, untuk menghadapi keterlambatan

kedatangan bahan baku yang dapat mengakibatkan proses produksi tidak

lancar.

Untuk menentukan biaya persediaan pengaman digunakan analisa

statistik yaitu dengan mempertimbangkan penyimpangan-penyimpangan yang

telah terjadiantara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian

sebenarnya sehingga diketahui standar deviasinya.

Adapun rumus standar deviasi adalah sebagai berikut (Purwanto dan

Suharyadi 2007:136):

̅
SD = √

Keterangan:

SD = Standar Deviasi
40

𝑥 = Jumlah permintaan

𝑥̅ = Jumlah rata-rata permintaan

n = Jumlah data

Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung persediaan

pengaman adalah sebagai berikut:

SS = SD x Z

Keterangan:

SS = Persediaan pengaman (Safety Stock)

SD = Standar Deviasi

Z = Faktor pengaman yang digunakan perusahaan

Dalam hal ini, faktor pengaman yang dimaksud adalah besar probabilitas

yang digunakan perusahaan terhadap terjadinya stock out. Misalnya, perusahaan

menggunakan probabilitas sebesar 1% terjadinya stock out, maka dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi normal didapat nilai Z0.01=2,33 (Heizer

dan Render 2006).

2.1.9 Titik Pemesanan Kembali atau Reorder Point (ROP)

Reorder Point (ROP) adalah strategi operasi persediaan yang merupakan

titik pemesanan yang harus dilakukan suatu perusahaan sehubungan dengan

adanya Lead Time dan Safety Stock (Rangkuti 2004:83).

Sudana (2011:227) ReOrder Point (ROP) adalah pada tingkat persediaan

berapa pemesanan harus dilakukan agar barangdatang tepat pada waktunya.

Adapun rumus dari ROP (Reoder Point) adalah


41

ROP = Lt x Q

Keterangan

ROP = Reoder Point

Lt = Lead Time

Q = Pemakaian rata-rata

2.2 Kerangka Konseptual

Pada tugas akhir ini membahas tentang optimasi produksicpo dan inti

sawit ( kernel ) dengan menggunakan metode just in time, EOQ untuk

mengetahui pemesanan bahan baku yang ekonomis. Hasil pengukuran ini dapat

menjadi bahan masukan dan evaluasi pihak manajemen. Sesuai dengan

pembahasan di atas maka dapat dibuat suatu kerangka konseptual sebagai berikut :

Input Proses Out put


1. Data bahan baku
1. Mengetahui pembelian bahan
tahun 2017 1. EOQ
2. Data biaya baku yang ekonomis
pemesanan
2. Mengetahui persediaan
bahan baku
3. Data biaya pengaman yang harus di
penyimpanan sediakan
4. Data
keterlambatan c. Mengetahui berapa jumlah yang
waktu tepat untuk memesan bahan
pengiriman
baku kembali

Gambar 2.1Kerangka Konseptual


42

Adapun kerangka konseptual di atas menjelaskan beberapa hal, dari

mulai Input sampai tercapainya Output, penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Input, merupakan dasar permasalahan yang dibutuhkan untuk dilakukan

tindak lanjutnya. Pada proposal penelitian ini peneliti menemukan

beberapa hal-hal yang menjadi landasan penelitian ini yakni :

a. Data kebutuhan bahan baku

b. Data biaya pemesanan

c. Data biaya penyimpanan

d. Waktu tunggu (lead time)

2. Proses, setelah penulis mendapatkan input, barulah bisa melakukan proses,

yaitu suatu kegiatan atau tindak lanjut yang dilakukan agar tercapainya

output yang diinginkan. Pada skripsi kali ini peneliti menggunakan metode

EOQ

3. Output, Setelah mendapatkan input dan melakukan proses, maka

didapatkan output sebagai berikut:

a. Mengetahui pembelian bahan baku yang ekonomis

b. Mengetahui persediaan pengaman yang harus di sediakan

c. Mengetahui berapa jumlah yang tepat untuk memesan bahan baku

kembali
43

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif karena mengunakan data yang

memerlukan perhitungan dan mengunakan analisa kualitatif untuk

mendiskripsikan data-data yang sudah diperoleh sehingga akan lebih jelas data

tersebut.

Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada

umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012: 7).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

PT. Incasi Raya berada di Inderapura, Muara Sakai, Kecamatan Pancung

Soal, kabupaten pesisir Selatan, Sumatera Barat. Waktu penelitian di lakukan pada

tanggal 8 Oktober 2018.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Secara umum, data yang diperlukan untuk menganalisa dan

memecahkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah data primer.

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan yaitu

permasalah optimasi produksi pada PT. Incasi Raya cabang Indrapura.


44

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data jumlah bahan baku

tahun 2017. Pengumpulan data di lakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Observasi Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung

terhadap obyek yang akan diteliti, sehingga didapat gambaran yang jelas

mengenai obyek yang diteliti.

2. Wawancara Mendalam (Indepth Interview) Wawancara atau interview adalah

suatu bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan memperoleh

informasi (Nasution, 2004).

Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data primer melalui wawancara

langsung dengan karyawan.

3. Pencatatan Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yaitu

dengan mencatat data yang ada pada literatur PT. Incasi Raya

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Untuk mencapai tujuan penelitian, maka penulis menggunakan metode

sebagai berikut :

3.5.1 Berapa Pembelian Bahan Baku yang Ekonomis Menggunakan EOQ

( Economic Order Quantity )

Digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang

meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya

kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan

Asumsi dasar untuk menggunakan metode EOQ adalah :


45

1. Permintaan dapat ditentukan secara pasti dan konstan sehingga biaya

stocout dan yang berkaitan dengan kapasitasnya tidak ada.

2. Item yang dipesan independent dengan item yang lain.

3. Pemesan diterima dengan segera dan pasti.

4. Harga item yang konstan.

Rumus EOQ yang biasa digunakan adalah :

EOQ=√

Dimana :

D =Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu

S =Biaya pemesanan (persiapan pesanan dan mesin) per pesanan

H =Biaya penyimpanan per unit

Model EOQ di atas dapat diterapkan bila anggapan-anggapan

berikut terpenuhi :

1. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui.

2. Harga per unit adalah konstan.

3. Biaya penyimpanan per unit per periode (H) adalah konstan.

4. Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan

5. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima adalah

konstan

6. Tidak terjadi kekurangan bahan atau back orders.

3.5.2 Berapa Persediaan Pengaman yang Harus di Sediakan (Safey Stock)

Untuk menentukan persediaan pengaman digunakan analisa statistik

yaitu dengan mempertimbangkan penyimpangan – penyimpangan yang telah


46

terjadi antara perkiraan pemakai bahan baku dengan pemakaian sebenarnya

sehingga diketahui standar deviasinya.

Adapun rumus standar deviasi adalah sebagai berikut (Purwanto dan

Suharyadi 2007 : 136):

̅
SD = √

Keterangan :

SD = Standar deviasi

𝑥 = Jumlah permintaan

𝑥̅ = Jumlah rata – rata permintaan bahan baku

n = Jumlah data

Sedangkan rumus yang digunakan untuk menghitung persediaan

pengaman adalah sebagai berikut :

SS = SD x Z

Keterangan :

SS = Persediaan pengaman (Safety Stock)

SD = Standar deviasi

Z = Faktor pengaman yang digunakan perusahaan

Dalam hal ini, faktor pengaman yang dimaksud adalah besar probabilitas

yang digunakan perusahaan terhadap terjadinya stock out. Misalnya perusahaan

menggunakan probabilitas sebesar 1% terjadinya stock out, maka dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi normal didapat nilai Z 0,01=2,33 (Heizer

dan Render 2006).


47

3.5.3 Titik pemesanan kembali (ROP)

ReOrder Point (ROP) adalah pada tingkat persediaan berapa pemesanan

harus dilakukan agar barang datang tepat pada waktunya. Adapun rumus dari

ROP (Reoder Point) adalah

ROP= d x L + SS

Keterangan :

ROP : ReOrder Point (titik pesan kembali)

d : Pemakaian bahan baku rata-rata per hari

L : Waktu tunggu

SS : Persediaan pengaman

3.6 Kerangka Metodologi Penelitian

adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam metologi penelitian dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:


48

START

Survey Lapangan Studi Literatur


Observasi Mempelajari buku, jurnal serta karya
Wawancara ilmiah yang berhubungan dengan
EOQ

Identifikasi Masalah
1. Sering terjadinya kekurangan bahan baku yang mengakibatkan proses
produksi terganggu
2. Terjadinya kelebihan dan kekurangan bahan baku pada bulan tertentu
3. Ketidakpastian pasokan dari petani

Rumusan Masalah
1. Berapa pembelian bahan baku yang ekonomis?

2. Berapa persediaan pengaman yang harus di sediakan?

3. Berapa jumlah yang tepat untuk memesan bahan baku kembali?

Tujuan Penelitian
3. Mengetahui pembelian bahan baku yang ekonomis

4. Mengetahui persediaan pengaman yang harus di sediakan

3. Mengetahui berapa jumlah yang tepat untuk memesan bahan baku kembali

A
49

Pengumpulan Data
1. Observasi
2. Wawancara
3. Pengambilan data dari linteratur perusahaan

Pengolahan dan Analisa Data

EOQ ( Economic Order Quantity )

KESIMPULAN

SARAN

SELESAI

Gambar 3.1 Kerangka Metodologi Penelitian


50

BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

Berdasarkan latar belakang perumusan masalah yang telah dikemukakan

maka dilakukan pengumpulan data-data yang digunakan dalam perhitungan

persediaan bahan baku sawit pada PT. Incasi Raya Pesisir Selatan. Data tersebut

berupa data persedian bahan baku sawit, sumber bahan baku, harga bahan baku,

data produksi serta data yang diambil langsung dari lokasi penelitian.

PT. Incasi Raya melakukan pembelian bahan baku melalui agen dan petani

kelapa sawit yang memasok bahan bakunya ke pabrik . Penerimaan kelapa sawit

dilakukan dengan cara penimbangan dan kelapa sawit yang dapat digunakan

untuk proses produksi minyak CPO adalah kelapa sawit yang telah memenuhi

standar kriteria tandan matang panen yaitu dilihat dari jumlah buah yang telah

jatuh ditanah sedikitnya lima buah lepas/jatuh atau yang biasa disebut dengan

brondolan. Berikut ini jumlah kebutuhan bahan baku pada PT. Incasi Raya Pesisir

Selatan setiap bulannya dari bulan januari sampai dengan bulan desember 2018

yang didapatkan dari Perusahaan dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, dan 4.3
51

Table 4.1 Realisasi Persediaan Bahan Baku

Tahun Target
No 2017 Persediaan Persediaan
1 Januari 19,000 15,686
2 Februari 19,000 18,735
3 Maret 18,500 17,426
4 April 19,500 20,187
5 Mei 18,500 18,971
6 Juni 19,000 16,405
7 Juli 19,000 18,332
8 Agustus 19,000 19,176
9 September 19,500 20,173
10 Oktober 19,000 19,452
11 November 19,500 20,292
12 Desember 19,000 17,884
Total 228,500 222,718
Sumber: PT. Incasi Raya Pesisir Selatan

Tabel 4.2 Biaya Pemesanan Tahun 2017

No Biaya Rincian
Biaya
1 admnitrasi 3,200,000
2 Biaya telepon 2,850,000
Total 6,050,000
Sumber: PT. Incasi Raya Pesisir Selatan

Tabel 4.3 Biaya Penyimpanan 2017

No Biaya Rincian
Biaya perawatan
1 gudang 650,700,000
2 Biaya listrik 850,300,000
3 Biaya penjaga 116,800,000
4 Biaya Asuransi 65,000,000
Total 1,682,800,000
Sumber: PT. Incasi Raya Pesisir Selatan
52

4.2. Pengolahan Data

Analisis EOQ merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling

ekonomis untuk dilakukan di setiap kali pembelian. Untuk memenuhi kebutuhan

itu maka dapat di perhitungkan pemenuhan kebutuhan (pembeliannya) yang

paling ekonomis yaitu sejumlah barang yang akan dapat diperoleh dengan

pembelian menggunakan biaya yang minimal.

4.2.1 Untuk Mengetahui Bagaimana Pembelian Bahan Baku yang Ekonomis

a. Kebutuhan Bahan Baku

Kebutuhan bahan baku pada PT. Incasi Raya Pesisir Selatan tahun 2017

sebanyak 222,718 ton, Jadi jumlah pembelian rata-rata bahan baku selama

setahun yang di lakukan pada PT. Incasi Raya adalah sebagai berikut:

Jumlah kebutuhan bahan baku

= 713,84 ton / hari

Jadi jumlah kebutuhan bahan baku menurut kebijakan perusahaan

adalah sebesar 713,84 ton.

b. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)

Biaya pemesanan merupakan biaya yang langsung terkait dengan kegiatan

pemesanan bahan baku yang dilakukan perusahaan. Komponen biaya

pemesanan bahan baku pada PT. Incasi Raya Pesisir Selatan terdiri dari

biaya administrasi dan biaya telepon.

Perhitungan biaya pemesanan


53

= Rp 19.391,- / perpesanan

Jadi biaya pemesanan sekali pesan adalah Rp 19.391,-

c. Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh PT.

Incasi Raya Pesisir Selatan, sehubungan dengan adanya bahan baku yang

disimpan didalam perusahaan. Biaya yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan berupa biaya perawatan gudang, biaya listrik, biaya Penjaga

dan biaya asuransi adalah sebagai berikut:

Perhitungan biaya penyimpanan

= Rp 7.556,- / ton

Jadi besar biaya yang di keluarkan untuk penyimpanan bahan baku adalah

Rp 7.556,- / ton

d. Total Biaya Persediaan

Agar dapat menghitung biaya persediaan maka terlebih dahulu diketahui :

1. Total kebutuhan bahan baku (D) = 222.718 ton

2. Biaya pemesanan sekali pesan (S) = Rp 19.391,-

3. Biaya simpan per Ton (H) = Rp 7.556,- / ton

4. Kuantitas pemesanan (Q*) = 713,84 ton


54

TIC =[ ] +[ ]

=[ ]+[ ]

= Rp 6.049.990,- + Rp 2.696.888,-

= Rp 8.746.878,- / tahun

Jadi total biaya persediaan bahan baku PT. Incasi Raya apa bila

menggunakan kebijakan perusahaan adalah Rp 8.746.878,-

f. Persediaan Bahan Baku Menggunakan EOQ

1. Mengetahui pembelian bahan baku yang ekonomis EOQ

a. Jumlah pembelian bahan baku yang optimal

Hal – hal yang harus diperhitungkan dalam menggunakan

metode EOQ ini adalah sebagai berikut :

1. Total kebutuhan bahan baku (D) = 222.718 ton

2. Biaya pemesanan sekali pesan (S) = Rp 19.391,-

3. Biaya simpan per Ton (H) = Rp 7.556,- / ton

Maka setelah diketahui hal seperti yang tercantum diatas,

besarnya pembelian bahan baku yang ekonomis menggunakan metode

EOQ adalah sebagai berikut:

Q* = √

=√

= 1.069 ton / hari


55

Jadi jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis dengan

menggunakan metode EOQ adalah sebesar 1.069 ton.

b. Perhitungan frekuensi pembelian yang optimal

Dengan diketahuinya Q* yang optimal maka juga dapat dicari

jumlah pemesanan tahunan atau frekuensi pembelian yang optimum.

F =

F = = 208,34≈ 208

Jadi frekuensi pembelian yang optimum adalah sebanyak 208 kali

per tahun.

c. Total biaya persediaan yang optimal

Hal – hal yang harus diperhitungkan dalam menggunakan metode

EOQ ini adalah sebagai berikut :

a. Total kebutuhan bahan baku (D) =222.718 ton

b. Biaya pemesanan sekali pesan (S) =Rp 19.391,-

c. Biaya penyimpanan per Ton (H) =Rp 7.556,- / ton

d. Pembelian bahan baku yang ekonomis (Q*) = 1.069 ton

TIC =[ ] +[ ]

=[ ]+[ ]

= Rp 4.039.967 + Rp 4.038.682

= Rp 8.078.649,- / tahun
56

Jadi total biaya persediaan bahan baku PT. Incasi Raya apa bila

menggunakan metode EOQ adalah Rp 8.078.649,-

4.2.4 Mengetahui persediaan pengaman yang harus di sediakan (Safety

Stock)

Dalam suatu perusahaan yang besar safety stock ini sangat

diperlukan guna menunjang kelancaran proses produksi yang berlangsung,

seperti halnya menghindari kekurangan bahan baku yang akan

mengakibatkan proses terhenti dan karyawan tidak bekerja. Hal ini sangat

merugikan pihak perusahaan. Dalam memperhitungkan persediaan

pengaman digunakan metode statistik dengan memperbandingkan rata-rata

bahan baku dengan pemakaian bahan baku yang sesungguhnya kemudian

dicari penyimpangannya. Perhitungan standar deviasi dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4.4 Perhitungan Standar Deviasi Bahan Baku Tahun 2017

Tahun 2017 X X X–X (X - X)²


Januari 15,686 18560 -2,874 8,259,876
Februari 18,735 18560 175 30625
Maret 17,426 18560 -1,134 1285956
April 20,187 18560 1,627 2647129
Mei 18,971 18560 411 168921
Juni 16,405 18560 -2,155 4644025
Juli 18,332 18560 -228 51984
Agustus 19,176 18560 616 379456
September 20,173 18560 1,613 2601769
Oktober 19,452 18560 892 795664
November 20,292 18560 1,732 2999824
Desember 17,884 18560 -676 456976
Total 222,718 24,322,205
PT. Incasi Raya Pesisir Selatan
57

̅
SD = √

Dimana:

SD = Standar deviasi

𝑥 = Jumlah permintaan

𝑥̅ = Jumlah rata – rata permintaan bahan baku

n = Jumlah data

̅
SD = √

=√

=√

= 1.424 Ton

Dengan menggunakan perkiraan bahwa perusahaan memenuhi

permintaan sebanyak 95% dan persediaan cadangan 5 %, maka diperoeh Z

dengan tabel normal sebesar 1.64 deviasi standar dari rata-rata.

Rumus untuk menghitung persediaan pengaman

SS = SD x Z

Keterangan:

SS : Safety Stock (persediaan pengaman)

SD : Standar Deviasi

Z : Nilai ɑ 5% yang dilihat pada tabel distribusi normal.

Dengan demikian besarnya kuantitas persediaan pengaman (safety stock)

adalah:
58

= 1.424 ton x 1,64

= 2.335 ton

Jadi persediaan pengaman yang harus di sediakan oleh perusahaan

adalah sebesar 2.335 ton.

4.2.5 Mengetahui titik pemesanan kembali (Re Order Point)

Reorder Point (ROP) adalah jumlah penggunaan barang dagang

atau penolong selama lead time ditambah dengan safety stock. Lamanya

waktu tenggang atau lead time pada PT. Incasi Raya adalah 2 hari dimana

waktu operasi dalam satu tahun adalah 312 hari, maka titik pemesanan

kembali adalah

ROP= d x L + SS

Keterangan :

ROP : ReOrder Point (titik pesan kembali)

d : Pemakaian bahan baku rata-rata per hari

L : Waktu tunggu

SS : Persediaan pengaman

Diketahui bahwa selisih waktu antara pemesanan dengan penerimaan

bahan baku (lead time) adalah 2 hari, dan besarnya persediaan pengaman

adalah 2.335 ton, maka titik pemesanan kembali adalah:

Waktu tunggu = 2 hari

Persediaan Pengaman = 2.335 ton

Jumlah hari kerja dalam setahun = 312 Hari

Jumlah Pemakaian Bahan baku = 222.718 Ton


59

Rata-rata pemakaian bahan baku = 222.718 = 713,84 ton


312

Dengan demikian besarnya ROP yaitu:

ROP= d x L + SS

ROP = (713,84 x 2) + 2.335

ROP = 3.763 Ton

27.794

…3.763….…………………………………………………ROP

2.335 SS

Waktu

Gambar 4.1 Reoder Point

Berdasarkan Gambar 4.1 Analisis Reoder Point diatas menurut

perhitungan Economic Reoder Quantity (EOQ) besar persediaan pengaman adalah

2.335 ton dan titik pemesanan ulang sebesar 3.763 ton sedangkan jumlah

perusahaan dapat mengolah sebesar 27.794 , jumlah tersebut di dapat dari 26 hari

kerja x jumlah produksi perhari menurut EOQ. Sehingga berdasarkan angka

tersebut maka perusahaan akan tetap berproduksi karena perusahaan masih

mempunyai persediaan bahan baku selama masa tunggu pemesanan bahan baku

tersebut belum sampai ke perusahaan.


60

BAB V
ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA

5.1Analisa Hasil Pengolahan Data

Dari hasil pengolahan data pada bab IV dengan penerapan metode EOQ

ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk memperkecil biaya persediaan

bahan baku. Dari pengolahan data yang telah dibuat maka akan dianalisis tahapan-

tahapan dalam penerapan metode EOQ yaitu dengan tahapan menghitung total

dan rata-rata kebutuhan bahan baku TBS, menghitung biaya pesan per pesanan

(S), menghitung biaya penyimpanan per ton bahan baku (H), setelah diketahui

nilai S dan H barulah bisa mencari besarnya pembelian bahan baku yang

ekonomis Q*, menghitung frekuensi pembelian optimal, menghitung total biaya

persediaan, persediaan pengaman (Safety Stock) dan titik pemesanan kembali

(ROP).

5.1.1 Hasil Analisa Pengendalian Produksi Menggunakan EOQ

3. Analisa pembelian bahan baku yang ekonomis EOQ

Berdasarkan penelitian dan wawancara yang dilakukan di PT.Incasi Raya

Pesisir Selatan bahwa perusahaan tersebut memproduksi dua jenis produk yaitu

Crude Palm Oil (CPO) dan Inti ( Kernel ). Analisis EOQ ini dapat digunakan

untuk menghemat biaya persediaan. Dalam menerapkan metode EOQ ada

beberapa biaya yang harus dipertimbangkan dalam penentuan jumlah pembelian

diantaranya:
61

1. Biaya Pemesanan

Biaya pesan adalah untuk bahan baku tandan buahsegar (TBS) perusahaan

mengeluarkan biaya administrasi sebagai biaya pemesanannya. Pada

PT.Incasi Raya Pesisir Selatan pemesanan TBS tidak direncanakan atau

tidak dijadwalkan, sistem pengadaan bahan baku hanya tergantung

pemasok yang ingin menjual TBS nya, jadi setiap pemasok yang menjual

TBS akan selalu diterima. Untuk setiap pemasok yang masuk, perusahaan

mengeluarkan biaya administrasi dan telefon sebesar Rp 19.391 /

perpesanan

2. Biaya Penyimpanan

Selain biaya pemesanan perusahaan juga mengeluarkan biaya

penyimpanan sebagai akibat kegiatan menyimpan bahan baku TBS di

gudang dalam periode waktu tertentu. Pada PT. Incasi Raya biaya sewa

gudang tidak dihitung sebagai biaya penyimpanan karena gudang adalah

milik perusahaan yang merupakan investasi sebagai aset perusahaan.

Biaya pergudangan yang terdiri atas biaya perawatan gudang, biaya tenaga

kerja, biaya listrik dan biaya asuransi, dibebankan dalam biaya

penyimpanan bahan baku. Jadi biaya penyimpanan hanya terdiri dari biaya

admistrasi, yaitu sebesar Rp 7.556 / ton

Maka yang tercantum di atas, akan diketahui besarnya pembelian

bahan baku yang ekonomis menggunakan EOQ adalah sebesar 1.069 ton.

Selanjutnya juga akan bisa dicari perhitungan frekuensi pemesanan.


62

Dalam perhitungan mencari frekuensi didapatkan hasilnya sebesar

208,34dan dibulatkan menjadi 208 kali

3. Total Biaya Persediaan

Total biaya persediaan menurut EOQ yaitu sebesar Rp 8.078.649,-

Total biaya tersebut dapat di cari dengan cara total kebutuhan bahan baku

222.718 ton di bagi dengan Pembelian bahan baku yang ekonomis 1.069

ton di kali dengan Biaya pemesanan sekali pesan Rp 19.391. maka di

dapatlah hasilnya Rp 4.039.967 selanjutnya di lakukan perhitungan

kembali yaitu Pembelian bahan baku yang ekonomis 1.069 ton di bagi 2 di

kali Biaya simpan per Ton Rp 7.556 / ton maka di dapatkan hasilnya

adalah Rp 4.038.682 dari jumlah tersebut maka di tambah dengan Rp

4.039.967, hasilnya adalahRp 8.078.649,-

5.1.3 Analisa persediaan pengaman yang harus di sediakan (Safety Stock)

Persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan inti dari

bahan yang harus dipertahankan untuk menjamin kelangsungan usaha.

Perusahaan dalam melakukan pemesanan suatu barang sampai barang

datang memerlukan jangka waktu yang bisa berbeda-beda setiap bulannya.

Hal ini sering disebut dengan lead time yaitu jangka waktu yang

diperlukan sejak dilakukan pemesanan sampai saat datangnya bahan baku

yang dipesan. Untuk mengetahui seberapa lamanya lead time biasanya

diketahui dari lead time pada pemesanan-pemesanan sebelumnya.

Kebiasaan para pemasok menyerahkan bahan baku yang akan dipesan

apakah tepat waktu atau terlambat. Bila sering terlambat berarti perlu
63

safety stock yang besar, sebaliknya bila biasanya tepat waktu maka tidak

perlu safety stock yang besar. Dalam perhitungan persediaan pengaman

(Safety Stock) digunakan metode statistik dengan memperbandingkan rata-

rata bahan baku dengan pemakaian bahan baku yang sesungguhnya

kemudian dicari penyimpangannya. Perhitungan standar deviasi, dengan

total (X-̅) = 24,322,205. Dan hasil perhitungan Standar Deviasi adalah

sebesar 1.424 Ton.

Dengan menggunakan perkiraan atau asumsi bahwa perusahaan

memenuhi permintaan sebanyak 95% dan persediaan cadangan 5%. Yang

berarti perusahaan memiliki tingkat keyakinan akan memenuhi permintaan

sebanyak 95%, dan tingkat kesalahan 5%. Kenapa 95%, kenapa tidak 90%

atau 99%? Karena 95% adalah tingkat keyakinan yang normal. Lalu akan

diperoleh nilai Z dengan tabel normal 1.64 deviasi standar dari rata-rata.

Nilai Safety Stock yang dihitung adalah sebesar 2.335 ton .

5.1.3 Analisa titik pemesanan kembali (Re Order Point)

Reorder Point (ROP) adalah strategi operasi persediaan yang

merupakan titik pemesanan yang harus dilakukan suatu perusahaan

sehubungan dengan adanya Lead Time dan Safety Stock. Lamanya waktu

tenggang atau lead time PT.Incasi Raya adalah 2 hari dimana waktu

operasi dalam satu tahun adalah 312 hari, maka nilai ROP yang dihasilkan

adalah sebesar 3.763ton. Jadi perusahaan akan kembali memesan bahan

baku jika persediaan bahan baku mencapai 3.763 Ton.


64

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan dan analisa data yang telah dilakukan pada bab

IV dan bab V maka dapat disimpulkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan

adalah sebagai berikut:

5. Dari hasil penelitian diketahui bahwa besar pembelian bahan baku TBS

yang paling ekonomis adalah sebesar 1.069 tondan frekuensi pembelian

bahan baku yang optimum adalah sebanyak 208kali dalam setahun.

6. Total biaya persediaan bahan baku adalah sebesar Rp 8.078.649,-

7. Jumlah persediaan pengaman (Safety Stock) adalah sebesar 2.335 ton

8. Perusahaan harus melakukan pemesanan kembali (Reorder Point) pada

tingkat persediaan sebesar 3.763 Ton

6.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis mengajukan beberapa saran

kepada pihak perusahaan yaitu untuk menjadikan metode EOQ sebagai salah satu

referensi untuk menentukan besarnya jumlah pemesanan yang optimal. Sehingga

perusahaan dapat memesan bahan baku dalam jumlah yang sesuai dengan

kebutuhan produksi agar dapat meminimumkan total biaya persediaan bahan

baku.
65

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Assauri, Sofyan. Manajemen Produksi dan Operasi, Jakarta: Lembaga Penerbit


Fakultas Ekonomi UI. 2008.

Ernita,Tri, dkk, Buku Panduan Skripsi, STTIND Padang, Padang 2012

Fahmi, Irham. Manajemen Produksi dan Operasi. Bandung: Alfabeta. 2014.

Handoko, T. Hani. Dasar – dasar Manajemen Operasi. Yogyakarta:BPFE. 2012.

Handoko, T. Hani. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE.


Yogyakarta, 2000.

Herjanto, Eddy.2008. Manajemen Operasi, Edisi Kesembilan Buku 2. Jakarta:


Salemba Empat.

Hidayah, Hayati. Analisis Pngendalian Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu


Citarasa Bakery Pada PT.Kaltim Multi Boga Utama (KMBU) di
Bontang, e-Journal Administrasi Bisnis ISSN, 2355 -5408, 4 (1): 128 -
141. 2016.

Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba


Empat Kuncoro, 2011.

Indrajit, R.E dan R. D Pranoto. Manajemen Persediaan. PT. Gramedia


Widiasarana Indonesia. Jakarta, 2003.

Mudjarad. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga


Margaretha, 2009.

Farah. Manajemen Keuangan Untuk Manajer Non Keuangan, Jakarta :


Erlangga. 2011

Noor, Juliansyah. Analisis Data Penelitian Ekonomi dan Manajemen, Jakarta


:Grasindo. 2014.

Pahan,Iyung. Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir.


Cetakan III. Jakarta. Penebar Swadaya 2008

Rangkuti, Freddy. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis, Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada. 2009.

Riyanto, Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta: BPFE.


2011.
66

Ristono, Agus. Manajemen Persediaan, Edisi I. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Subagyo, 2009.

Rizka, S. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta. Penerbit


Kanisius. 1993

Pangestu. Manajemen Operasi. Yogyakarta:BPFE. 2011.

Slamet, Achmad. Penganggaran Perencanaan dan Pengendalian Usaha.


UNNES PRESS. Semarang, 2007.

Sudana, I Made. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik. Jakarta:


Erlangga. 2011.

Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian, Bandung: 2010.

Sumayang, Lalu. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Salemba


Empat. Jakarta, 2003.

Sunarko. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia


Pustaka. Jakarta. 2007

Alfabeta. Syamsi, Ibnu. Efisiensi, Sistem dan Prosedur Kerja. Jakarta: PT. Bumi
Aksara 2008.

Terry, George R. Prinsip – prinsip Management. Jakarta: PT.Bumi Aksara. 2011.


67

BIODATA WISUDAWAN

Nama : Duwel Tanjung

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Tempat/ Tanggal Lahir : Inderapura / 05 Juni 1994

Nomor Pokok
: 1410024425016
Mahasiswa

Program Studi : Teknik Industri

Tanggal Lulus : 27 November 2018

IPK : 3,11

Predikat Lulus : Sangat Memuaskan

Analisa Pengendalian Persediaan


Judul Skripsi : Bahan Baku Pada PT. Incasi Raya
Pesisir Selatan
1. Tri Ernita. ST, MP
Dosen Pembimbing :
2. Ali Sutan Nsution. ST, MM

Asal SMA : SMAN 1 Pancung Soal

Nama Orang Tua : Liamar

Hilalang Inderapura, Kecamatan


Alamat :
Pancung Soal, Kabupaten Pesisir
Selatan

E-mail : Duwel.tanjung@gmail.com

You might also like